Top Banner
TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Mata Kuliah : Teori Komunikasi Dr. Sumardi Dahlan, Ir., M.Si Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) - 2 PIK 3 Ari Chandren Mohan (14130170) Intan Purnamasari (14130167) Denny Effendy (14130258) Dian Rosa Rina (14130166) UNIVERSITAS BUNDA MULIA @JAKARTA 2014
53

TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Feb 19, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

TEORI DISONANSI KOGNITIF

&

TEORI PELANGGARAN HARAPAN

Mata Kuliah : Teori Komunikasi

Dr. Sumardi Dahlan, Ir., M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) - 2 PIK 3

Ari Chandren Mohan (14130170)

Intan Purnamasari (14130167)

Denny Effendy (14130258)

Dian Rosa Rina (14130166)

UNIVERSITAS BUNDA MULIA

@JAKARTA 2014

Page 2: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kita Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, atas Berkat, Rahmat dan Kuasa-Nya maka tugas Makalah

dengan Thema : “Teori Disonansi Kognitif & Teori Pelanggaran

Harapan” dalam Mata Kuliah Teori Komunikasi ini dapat

terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dewasa ini minat seseorang untuk dapat mempelajari dan

mendalami Ilmu Komunikasi semakin luas. Bukan saja dikalangan

Mahasiswa tetapi juga dikalangan anggota masyarakat umum

lainnya, apakah itu lewat sebuah seminar, diskusi ataupun pelatihan

khusus mengenai Komunikasi itu sendiri.

Namun, ketika seorang Komunikator dan Komunikan yang

menjalin Komunikasi, tak jarang pula ditemukannya sebuah rasa

ketidaknyamanan diantara keduanya. Hal ini tentunya mungkin saja

terjadi, karena didukung oleh Teori – Teori yang telah ada, seperti

Teori Disonansi Kognitif dan Teori Pelanggaran Harapan yang akan

kita bahas didalam Makalah ini.

Oleh karena hal tersebut, Team Penulis bertujuan untuk

memberikan pemahaman serta penalaran yang baik tentang Teori

Komunikasi Disonansi Kognitif dan Teori Pelanggaran Harapan.

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Atas dukungan dan perhatiannya Kami Ucapkan Terima Kasih

kepada Bapak Dosen yang sudah membimbing dan memberikan

pengarahan serta rekan – rekan kelas sekalian.

TEAM PENULIS

I

Page 3: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

BAB I : PENDAHULUAN 1

a. Latar Belakang Komunikasi 03

b. Tujuan Komunikasi dalam Kehidupan 04

c. Manfaat Komunikasi dalam kehidupan Manusia 05

BAB II : MATERI & PEMBAHASAN

a. Teori Disonansi Kognitif 07

b. Teori Pelanggaran Harapan 24

BAB III : KESIMPULAN & SARAN

a. Kesimpulan 44

b. Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 48

II

Page 4: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin

berhubungan dengan manusia lainnya untuk dapat berinteraksi

dengan sesamanya. Ia ingin mengetahui bagaimana keadaan

lingkungan sekitarnya, bahkan juga ingin mengetahui apa yang

sedang terjadi didalam diri pribadinya. Rasa ingin tahu inilah

memaksa manusia untuk perlu melakukan Komunikasi dan Interaksi.

Komunikasi yang merupakan sebagai salah satu kegiatan

yang dilakukan dalam keseharian yang dilaksanakan oleh masing -

masing individu sangat berhubungan erat dengan perilaku, watak

ataupun karakter individu itu sendiri. Tak jarang pula didalam

kesahariannya seorang Komunikator dan Komunikan yang menjalin

Interaksi timbul Perbedaan perilaku perindividu masing - masing

didalam melakukan komunikasi tersebut, atau juga berhubungan

dengan orang lain yang merupakan situasi dimana berkaitan dengan

psikologis (psikis / kejiwaan) individu itu sendiri.

Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah

berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari

masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan

depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan

keseimbangan jiwa. Oleh sebab itu menurut Dr.Everett Kleinjan dari

East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian

kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas yang

1

Page 5: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

dilakukan dan dibutuhkan oleh semua manusia. Sepanjang manusia

ingin hidup, ia perlu berkomunikasi untuk melangsungkan hidupnya.

Banyak pakar meniai bahwa komunikasi adalah suatu

kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup

bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutnya bahwa

komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak

dapat dipisahkan antara satu sama yang lainnya. Sebab komunikasi

tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat

maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan Komunikasi.

Atas dasar tersebut, maka timbulah beberapa Teori dan

statement – statement yang dicetuskan oleh beberapa para ahli

dibidang Komunikasi, maupun yang berasal dari cabang Ilmu lainnya

yang mencakup paham Komunikasi. Seperti Teori Disonansi Kognitif

yang salah satu statementnya dicetuskan oleh Leon Festinger yang

merupakan seorang ahli psikologi (psikolog), ataupaun Teori

Pelanggaran Harapan yang dicetuskan oleh Judee Burgoon.

Tujuan utama dari dikuatkannya Teori – Teori Komunikasi

yang ada ialah untuk kita yang bertindak sebagai Komunikator

ataupun Komunikan agar dapat memahami, menjalani dan

mengaplikasikan Komunikasi tersebut dengan baik dan benar serta

juga mengatasi segala permasalahan - permasalahan yang ada

pada jalinan Komunikasi sendiri, seperti rasa ketidaknyamanan yang

terjadi diantara Komunikan dan Komunikator yang sedang menjalin

Interaksi.

2

Page 6: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

A. Latar Belakang Komunikasi

Komunikasi merupakan konsep atau pengertian yang Multi

Makna. Komunikasi adalah “suatu proses dimana seseorang atau

beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan,

dan menggunakan informasi tersebut agar terhubung dengan

lingkungan orang lain atau sekumpulan orang banyak”.

Pada umumnya Komunikasi dilakukan secara lisan atau

Verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak

ada bahasa Verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,

Komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak –

gerik badan (Body Language / Gesture Tubuh), menunjukkan sikap

tertentu, misalnya tersenyum untuk memberi arti menyapa atau

merespon seseorang, menggelengkan kepala untuk memberi arti

ketidak mengertian pada suatu pembicaraan, mengangkat bahu

untuk menyatakan tidak tahu dalam sebuah pertanyaan. Cara seperti

ini disebut juga dengan Komunikasi bahasa Non Verbal.

Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses

penyampaian Informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak

kepihak lain. Dengan adanya Komunikasi didalam kehidupan

bermasyarakat, maka sebuah Informasi lebih mudah diperoleh dan

lebih cepat berkembang luas. Hal ini juga didukung oleh beberapa

faktor media atau perangkat komunikasi yang semakin hari semakin

canggih, misalnya : Telepon genggam dengan spesifikasi terup to

date hingga connectivitas Interet yang semakin mudah ditemui.

3

Page 7: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

B. Tujuan Komunikasi dalam Kehidupan

Didalam kehidupan keseharian manusia, baik dia muda, tua

ataupun seseorang yang bisa dikatakan sudah lanjut usia pasti

memiliki tujuan dalam hidupnya untuk bisa menentukan mana yang

terbaik buat dirinya sendiri dan orang – orang yang berada

disekitarnya, misalnya Keluarga dimasa yang akan datang.

Disini terlihat jelas, bahwa Komunikasi dengan

kepribadiannya sendiri (Intrapersonal Communication) dan dengan

orang – orang yang berada disekitarnya (Intrapersonal

Communication) sangat berperan penting dalam menentukan hasil

terbaik pula dari tujuan yang telah direncanakannya tersebut.

Begitu juga dengan Komunikasi, setiap orang yang

melakukan interaksi atau komunikasi dengan orang lain atau

sekumpulan orang pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu

didalamnya. Apakah itu berpengaruh positif bagi keduanya atau

bahkan juga pengaruh negatif.

Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk

mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan

manusia berkomunikasi agar bisa terwujudnya sebuah interaksi

tersebut. Namun bukanlah sebuah hal yang mudah untuk kita bisa

mengaplikasikan maksud dan tujuan kita terhadap lawan bicara

tanpa kita dibekali teknik – teknik berkomunikasi yang baik dan benar

agar dapat diterima oleh dia lawan bicara kita.

4

Page 8: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Singkat kata, Dewasa ini bisa dikatakan Keberhasilan dan

Kegagalan seseorang dalam mencapai tujuan hidup dan sesuatu

yang diinginkannya termasuk didalam dunia karier / pekerjaan,

pendidikan serta kehidupan sosial, banyak ditentukan dalam

kemampuannya menjalin komunikasi dengan lingkungan sekitar.

C. Manfaat Komunikasi dalam Kehidupan Manusia

Dalam kehidupan sehari - hari, komunikasi yang baik sangat

penting untuk berinteraksi antar personal maupun antar masyarakat

agar terjadi keserasian dan mencegah konflik dalam lingkungan

masyarakat. Misalnya Dalam hubungan bilateral antar negara

diperlukan juga komunikasi yang baik agar hubungan tersebut dapat

berjalan dengan baik dan lancar. Contohnya : Manfaat komunikasi

adalah dalam hubungan kerjasama antar Negara, seperti yang baru

– baru ini terjadi didalam pencarian pesawat Malaysia Airlines (MAS)

MH370 yang hilang beberapa pekan lalu. Ikut sertanya beberapa

Negara seperti Australia, Amerika, China serta Malaysia sendiri

merupakan dampak positif yang timbul dari manfaat Komunikasi.

Sebaliknya, Miss Communication (terjadinya kesalahan

dalam salah satu proses komunikasi) akan menyebabkan tidak

tercapainya tujuan atau misi yang hendak di capai. Seperti yang

terjadi dalam hubungan Indonesia dengan Australia, dimana pihak

Australia menganggap pernyataan Indonesia mengenai “Negara

Bebas Teroris” di terjemahkan oleh Australia sebagai “Indonesia

5

Page 9: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Gudang Teroris”. Hal ini menyebabkan dampak yang kurang baik

dalam hubungan kedua negara tersebut. Dari kedua contoh di atas

dapat kita simpulkan bahwa komunikasi sangat penting dalam

berbagai aspek kehidupan. Contoh lain dalam pendidikan seperti

hubungan dosen dengan mahasiswa, dengan adanya

komunikasi,maka kegiatan belajar - mengajar akan berlangsung

dengan baik dan lancar.

Intinya, manfaat Komunikasi di dalam Kehidupan

bermasyarkat Manusia sangat berguna bagi kelangsungan hidupnya

didalam dunia bersosialisasi, berpendapat / berargumen, beradaptasi

serta berinteraksi dengan sesamanya.

6

Page 10: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

BAB II

MATERI & PEMBAHASAN

A. Teori Disonansi Kognitif

Teori Disonansi Kognitif pertama kali diperkenalkan oleh

Leon Festinger pada tahun 1957 dan berkembang pesat sebagai

sebuah pendekatan dalam memahami area umum dalam

Komunikasi dan pengaruh sosial. Ada terdapat beberapa Teori

dalam menjelaskan konsistensi atau keseimbangan, diantarnya

adalah Teori Ketidakseimbangan Kognitif (cognitive imbalance

theory) oleh Heider pada tahun 1946, Teori Asimetri (asymetry

theory) oleh Newcomb pada tahun 1953, dan Teori Ketidakselarasan

(incongruence) oleh Osgood dan Tannembaum pada tahun 1952.

Namun Shaw & Contanzo pada tahun 1985 mengatakan

bahwa Teori Disonansi Kognitif memiliki dua perbedaan hal penting

yang terdapat didalam proses Teori ini, yaitu :

1. Tujuannya, yang dimaksudkan untuk memahami hubungan

tingkah laku (behavior) dan Kognitif (cognitive) secara umum,

tidak hanya merupakan sebuah teori dari tingkah laku sosial.

2. Pengaruhnya, dalam sebuah penelitian Psikologi yang dilakukan

oleh pakar psikolog, suatu hubungan sosial telah menjadi suatu

hal yang sangat besar dibandingkan teori konsistensi lainnya,

jika memiliki perbandingan.

7

Page 11: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Menurut Festinger (1957) disonansi kognitif adalah

ketidaksesuaian yang terjadi antara dua elemen kognitif yang tidak

konsisten yang menyebabkan ketidaknyamanan Psikologis serta

memotivasi orang untuk berbuat sesuatu agar disonansi itu dapat

dikurangi. Istilah disonansi / disonan berkaitan dengan istilah

konsonan dimana keduanya mengacu pada hubungan yang ada

antara dua buah elemen.

Elemen - elemen yang dimaksud adalah elemen kognitif

yaitu Hubungan antara elemen kognitif yang konsonan berarti

adanya suatu kesesuaian antara elemen kognitif manusia (Festinger,

1957 dalam Breckler, Olson, & Wiggins, 2006). Sementara hubungan

yang disonan seperti yang juga diungkapkan oleh Festinger (1957) :

“These two elements are in a dissonant relation if,

considering these two alone, the observe of one element would

follow from the other”

Kedua elemen yang dimaksud oleh Festinger (1957) ialah :

1. Hubungan tidak relevan (irrelevant), yaitu tidak adanya kaitan

antara dua elemen Kognitif. Misalnya : pengetahuan bahwa

merokok buruk bagi kesehatan dengan pengetahuan bahwa

Indonesia tidak pernah turun salju. Dapat kita lihat, bahwa dua

hal ini tidak memiliki kaitan antara satu sama lain. Yang mana

pengetahuan merokok itu buruk ditujukan untuk para perokok,

dan pengetahuan Indonesia tidak pernah turun salju ditujukan

untuk siapa saja dan bersifat umum.

8

Page 12: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

2. Hubungan relevan (relevant), yaitu hubungan yang berkaitan

antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu elemen

mempunyai dampak terhadap elemen yang lainnya. Hubungan

initerdiri dari dua macam, yaitu :

1. Disonan, jika dari kedua elemen Kognitif, satu elemen diikuti

penyangkalan (observe) dari yang elemen lainnya. Contoh :

seseorang yang mengetahui bahwa bila terkena hujan akan

basah mengalami disonan ketika pada suatu hari ia

mendapati dirinya tidak basah saat ia terkena hujan.

2. Konsonan, terjadi ketika dua elemen bersifat relevan dan

tidak disonan, dimana satu Kognisi diikuti secara selaras.

Contoh : seseorang yang mengetahui bahwa bila terkena

hujan akan basah dan memang selalu basah bila terkena

hujan.

Contoh hubungan yang disonan antara elemen kognitif

menurut Festinger (1957) yaitu jika seseorang tahu bahwa ia sedang

terlilit hutang dan dia membeli sebuah mobil baru, maka akan

terjadilah sesuatu yang disebut dengan hubungan yang disonan

antara kedua elemen kognitif tersebut, yaitu antara terlilit hutang

yang lebih banyak dan adanya hasrat untuk memiliki mobil baru.

Festinger juga menyatakan bahwa hubungan yang konsonan

antara elemen kognitif menghasilkan perasaan yang menyenangkan,

sementara hubungan yang disonan akan menyebabkan perasaan

9

Page 13: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

yang tidak enak atau tidak nyaman pada individu. Perasaan tidak

nyaman yang terbentuk akibat hubungan yang disonan tersebut

memotivasi individu untuk melakukan sesuatu agar disonansi itu

dapat dikurangi sehingga mereka akan merasa nyaman kembali

(1957, dalam Breckler, Olson, & Wiggins, 2006).

Setiap hubungan yang disonan tentu saja tidak sama

besarnya, dimana Festinger (dalam Breckler, Olson, & Wiggins,

2006) menyatakan bahwa tingkat kepentingan dari elemen - elemen

Kognitif mempengaruhi besarnya disonansi yang terjadi. Semakin

penting atau semakin bernilainya suatu elemen kognitif akan

mempengaruhi besarnya hubungan yang disonan antara elemen

tersebut. Breckler, Olson, & Wiggins (2006) juga menyatakan bahwa

disonansi antara elemen - elemen kognitif yang penting akan

menyebabkan perasaan negatif yang lebih besar dibandingkan

disonansi yang terjadi pada elemen - elemen yang kurang penting.

Sebagai salah satu contoh ilustrasinya yaitu, ketika kita

melukai perasaan sahabat, teman ataupun kekasih akan lebih

menimbulkan disonansi yang lebih besar dibanding ketika melukai

perasaan orang asing yang baru kita kenal ataupun yang belum

sama sekali kita ketahui siapa orang tersebut.

Komunikasi memang merupakan suatu kebutuhan dasar

manusia. Sejak lahir dan selama Manusia menjalani proses

kehidupannya, Manusia akan selalu terlibat dalam tindakan -

tindakan Komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam

10

Page 14: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang

bersifat individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok,

keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, nasional,

regional dan global atau melalui media massa.

Begitu pula dengan Teori Disonansi Kognitif ini, prakata dan

statement real yang dicetuskan para ahli seperti Festinger, dapat

terjadi dengan siapa saja yang melakukan Interaksi dan menjalin

Komunikasi, baik itu secara interpersonal maupun intrapersonal.

Tanpa memperhatikan ruang Komunikasi yang ada, hanya perlu

memahami sikap, perilaku, karakter, sifat dan watak diri sendiri

ataupun orang lain yang menjadi lawan bicara kita.

Karena Teori Disonansi Kognitif menjadi salah satu

penjelasan yang paling luas yang diterima terhadap perubahan

tingkah laku dan banyak perilaku sosial lainnya. Teori ini telah di

genralisir pada lebih dari seribu penelitian dan memiliki kemungkinan

menjadi bagian yang terintegrasi dari teori psikologi sosial untuk

bertahun – tahun, seperti yang dikatakan oleh Cooper & Croyle pada

tahun 1984 dan dalam Vaughan & Hogg tahun 2005.

11

Page 15: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

PENGERTIAN SECARA TEORITIS

Leon Festinger yang merupakan seorang pakar Psikolog, pada

tahun 1957 menyatakan bahwa Kognitif menunjuk pada setiap

bentuk pengetahuan, opini, keyakinan ataupun perasaan

mengenai diri seseorang atau lingkungan dimana seseorang itu

berada. Elemen – elemen Kognitif ini berhubungan dengan hal –

hal nyata atau pengalaman sehari – hari dilingkungan dan hal –

hal yang terdapat dalam dunia psikologis (psikis) seseorang.

Wibowo dalam sebuah buku karangan Sarwono, S.W. pada

tahun 2009, mendefinisikan Disonansi Kognitif sebagai keadaan

tidak nyaman akibat adanya ketidaksesuaian antara dua sikap

atau lebih serta antara sikap dan tingkah laku.

Roger brown pada tahun 1965 mengatakan, dasar dari teori ini

adalah mengikuti sebuah prinsip yang cukup sederhana, yaitu :

”Keadaan Disonansi Kognitif dikatakan sebagai keadaan

ketidaknyaman Psikologis atau ketegangan yang memotivasi

usaha - usaha untuk mencapai konsonansi”. Disonansi sendiri

menurut beliau adalah sebutan untuk menyampaikan

ketidakseimbangan dan Konsonansi merupakan sebutan untuk

menyatakan keseimbangan yang terjadi. Brown menyatakan

Teori ini memungkinkan dua elemen untuk melihat tiga

hubungan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

12

Page 16: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

KONSEP TEORI DISONANSI KOGNITIF

Ketika Teoretikus Disonansi berusaha untuk melakukan

prediksi seberapa banyak ketidaknyaman atau disonansi yang

dialami seseorang, mereka mengakui adanya konsep tingkat

disonansi. Tingkat disonansi (magnitude of dissonance) merujuk

kepada jumlah kuantitatif disonansi yang dialami oleh seseorang.

Tingkat disonansi akan menentukan tindakan yang akan diambil

seseorang dan kognisi yang mungkin ia gunakan untuk mengurangi

disonansi tersebut. Teori CDT (Cognitive Dissonant Theory) dapat

dikatakan juga sebagai sisi untuk membedakan antara situasi yang

menghasilkan lebih banyak disonansi dan situasi yang menghasilkan

lebih sedikit konsonansi.

Kembali kepada Festinger (1957), beliau pernah

mengemukakan, bahwa jia Dua orang Individu yang memiliki situasi

yang sama memiliki kemungkinan berada dalam suatu kondisi yang

disonan. Aronson (dalam Shaw & Contanzo, 1985) menyatakan

bahwa perbedaan individu berperan dalam proses disonansi kognitif.

Perbedaan ini terjadi dalam kemampuan subyek dalam mentoleransi

disonansi, cara yang dipilih subyek untuk mengurangi kondisi

disonan, dan cara subyek memandang suatu masalah sebagai

konsonan atau disonan dalam sebuah kepribadian individu.

13

Page 17: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

ASUMSI TEORITIS DISONANSI KOGNITIF

Teori Disonansi Kognitif memiliki sejumlah Asumsi,

anggapan, presepsi ataupun statement dasar, diantaranya adalah :

1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada

keyakinan, sikap, dan perilakunya. Teori ini menekankan pada

sebuah model mengenai sifat dasar dari diri manusia yang

mementigkan adanya stabilitas dan konsistensi.

2. Disonansi diciptakan oleh Inkonsistensi biologis. Teori ini

merujuk pada fakta – fakta yang tidak harus konsisten secara

psikologis (kejiwaan / mental) satu individu dengan individu

lainnya untuk menimbulkan Disonansi Kognitif.

3. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang

untuk melakukan suatu tindakan dengan dampak - dampak yang

tidak dapat diukur didalamnya. Teori memang ini menekankan

seseorang yang berada dalam kondisi Disonansi memberikan

keadaan yang tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan

tindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut.

4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh

Konsonansi dan usaha untuk mengurangi suatu kondisi

Disonansi. Teori ini beranggapan bahwa rangsangan Disonansi

yang diberikan akan memotivasi seseorang untuk keluar dari

inkonsistensi tersebut dan mengembalikannya pada konsistensi.

14

Page 18: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

PENYEBAB TERJADINYA DISONANSI KOGNITIF

Pada tahun yang sama, 1957, Festinger juga menyebutkan

adanya dua situasi umum yang menyebabkan munculnya Disonansi.

Yaitu ketika terjadi peristiwa atau informasi baru dan ketika sebuah

opini atau keputusan harus dibuat, dimana Kognisi dan tindakan

yang dilakukan berbeda dengan opini atau pengetahuan yang

mengarahkan ke tindakan lain. Lebih lanjutnya Festinger

menyebutkan empat sumber Disonansi dari situasi tersebut, yaitu :

1. Inkonsistensi Logika (logical incosistency), yaitu mengenai

Logika Berpikir kita yang mengingkari Logika Berfikir orang lain.

Misalnya, seseorang yang percaya bahwa manusia dapat

mencapai bulan dan juga ada yang percaya bahwa manusia

tidak dapat membuat alat yang dapat membantu keluar dari

atmosphere bumi, possible - impossible.

2. Nilai Budaya (cultural mores), yaitu bahwa Kognisi yang dimiliki

seseorang disuatu budaya kemungkinan akan berbeda dibudaya

lainnya. Misalnya orang Indonesia yang mengetahui bahwa

bersendawa setelah makan merupakan hal yang sangat tidak

sopan dan merupakan hal yang menjijikkan bagi orang yang

berada disekitarnya, disonan dengan kenyataan bahwa hal

tersebut tidak wajar pada Etika makan dibudaya Jepang, yang

memiliki arti bahwa itu mensyukuri atas berkat makanan yang

telah diberikan dan menghargai teman yang ada disekitarnya.

15

Page 19: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

3. Opini Umum (Opinion Generality), yaitu disonansi mungkin

muncul karena sebuah pendapat yang berbeda dengan yang

menjadi pendapat umum. Misalnya pada saat Pemilihan Umum

seorang anggota partai Demokrat yang dianggap publik pasti

akan mendukung kandidat dari partai yang sama, ternyata lebih

memilih kandidat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

yang merupakan rival dari partainya sendiri.

4. Pengalaman Masa Lalu (past experience), yaitu Disonansi akan

muncul bila sebuah Kognisi tidak konsisten dengan pengalaman

masa lalunya. Misalnya seseorang mahasiswa yang terlambat

masuk kelas tidak diizini oleh Dosen untuk typing (mengisi

absensi), akan mengalami disonan ketika pada suatu hari ada

seorang lain yang terlambat masuk kelas namun ternyata diizini

Dosen untuk mengisi absensi, agar tidak menjadi Alfa.

Keempat hal tersebutlah yang hingga saat ini masih sering

mendominasi untuk terjadinya Disonansi Kognitif, yang mana pada

akhirnya menimbulkan rasa ketidaknyamanan secara psikologi

(psikis) terhadap seseorang, terlebih yang mengalami hal – hal

tersebut secara pribadi.

16

Page 20: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

IMPLIKASI TEORI DISONANSI KOGNITIF

Didalam buku karangan Shaw & Constanzo pada tahun

1982, Leon Festinger juga mengatakan bahwa Teori Disonansi

Kognitif memiliki Implikasi penting didalam menghadapi banyak

situasi spesifik. Festinger menjabarkan Implikasi – Implikasi tersebut

dalam seseorang mengambil Keputusan (decisions), Forced

Compliance, Pencarian Informasi (Exposure to Information), dan

Dukungan Sosial (Social Support). Dari situasi - situasi tersebut

dapat diketahui besarnya kekuatan sebuah Disonansi.

1. Keputusan (Decisions)

Keputusan (Decisions) termasuk kedalam Implikasi dari

Disonansi Kognitif yang menyatakan bahwa Disonansi Kognitif

merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan dari sebuah

Keputusan (Decisions). Hal tersebut didasari oleh kenyataan bahwa

seorang individual harus berhadapan dengan sebuah situasi konflik

sebelum sebuah keputusan dapat dibuat.

Pada umumnya, elemen Disonan adalah aspek Negatif dari

alternatif yang dipilih dengan aspek positif yang ditolak. Disonansi

akan semakin kuat jika Keputusan (Decisions) semakin penting dan

jika ketertarikan dari alternatif yang tidak dipilih semakin besar.

Contoh dari munculnya disonansi dalam sebuah Keputusan

(Decisions) yang diambil adalah seorang perokok berat yang

memutuskan untuk tetap merokok mengalamin disonan ketika ia

mengalami sakit kanker dan paru – paru akibat merokok (hal negatif

17

Page 21: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

dari alternatif yang dipilih) dengan hal positif yang akan ia dapat bila

tidak merokok, yaitu kesehatan yang baik (alternatif yang ditolak).

2. Forced Compliance

Forced Compliance merupakan suatu permintaan dari luar

diri seseorang yang dipaksakan kepada seorang individu. Aplikasi

dari Teori disonansi pada Forced Compliance terbatas pada

permintaan publik (Compliance) tanpa disertai oleh perubahan

pendapat pribadi yang ada.

Sumber Disonansi adalah kesadaran seseorang dari tingkah

laku yang diharuskan publik yang tidak konsisten dengan pendapat

pribadi. Forced Compliance ini mempengaruhi individu, misalnya

seorang perokok berat yang membuat keputusan (decisions) untuk

tidak merokok, alhasil dia berhasil mengubahnya (berhenti merokok).

Atau dalam hal nya dapat dikatakan sebagai jalan untuk merubah

perilaku atau ucapan yang tampak terlihat merubah sebuah opini dan

keyakinan mereka dengan tetap memegang keyakinan sebelumnya

(merokok sembunyi – sembunyi atau takut akan bahaya dan dampak

dari merokok), atau justru membuat mereka mencari dukungan

sosial yang mendukung pendapat, opini dan statement yang mereka

miliki (bergabung dengan klub penggemar rokok).

18

Page 22: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

3. Pencarian Informasi (Exposure to Information)

Festinger memberikan sebuah hipotesis, bahwa pencarian

Informasi secara aktif akan berkorelasi dengan kekuatan sebuah

Disonansi. Disonansi tersebut menyebabkan pencarian sebuah

Informasi menjadi lebih selektif dan terperinci, yaitu seorang individu

akan lebih mencari Informasi yang menyebabkan konsonan dan

menghindari informasi yang menyebabkan disonansi.

Contohnya didalam hal hilangnya pesawat Malaysia Airlines

(MAS) MH370, yang hingga sekarang keberadaan dan posisinya

masih dipertanyakan, walaupun kabar terakhir yang ada mengatakan

kapal terjatuh diseputaran Samudera Hindia. Namun, sampai dimana

kebenaran dan kenyataannya masih belum dapat dipastikan secara

tepat. Maka itu dibutuhkanlah pencarian melalui selektif data lebih

terperinci dan lain sebagainya, hingga diperolehnya sebuah

Informasi yang akurat, terpercaya dan sesuai kenyataan.

4. Dukungan Sosial (Social Support)

Didalam halnya Dukungan Sosial (social support) berperan

dalam mengurangi kondisi Disonan, seperti apa yang dikatakan oleh

Festinger pada tahun yang sama (1957). Disonansi Kognitif akan

dihasilkan oleh seseorang yang mengetahui bahwa orang lain

memiliki opini yang berlawanan dengan opininya.

19

Page 23: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

PRESEPSI DISONANSI KOGNITIF

Teori Disonansi Kognitif berkaitan dengan proses pemilihan

terpaan (selective exposure), pemilihan perhatian (selective

attention), pemilihan interpretasi (selective interpretation), dan

pemilihan retensi (selective retention), karena teori ini memprediksi

bahwa orang akan menghindari informasi yang meningkatkan

disonansi. Proses perseptual ini merupakan dasar dari sebuah

penghindaran yang ditujukan.

1. Terpaan Selektif (Selective Exposure)

Mencari informasi yang konsisten yang belum ada,

membantu untuk mengurangi disonansi. Teori Disonansi Kognitif

memprediksikan bahwa orang akan menghindari informasi yang

meningkatkan disonansi dan mencari informasi yang konsisten

dengan sikap serta prilaku mereka.

2. Pemilihan Perhatian (Selective Attention)

Merujuk pada dengan melihat informasi secara konsisten

begitu konsisten itu timbul. Orang memperhatikan informasi dalam

lingkungannya yang sesuai dengan sikap dan keyakinannya

sementara tidak menghiraukan informasi yang tidak konsisten.

3. Interpretasi Selektif (Selective Interpretation)

Melibatkan penginterpretasikan informasi yang ambigu

sehingga menjadi konsisten. Dengan menggunakan interpretasi

20

Page 24: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

selektif, kebanyakan orang menginterpretasikan sikap teman

dekatnya sesuai dengan sikap mereka sendiri daripada yang

sebenarnya terjadi (Bescheid&Walster,1978).

4. Retensi Selektif (Selective Retention)

Merujuk pada mengingat dan mempelajari informasi yang

konsisten dengan kemampuannya yang lebih besar dibandingkan

yang kita akan lakukan terhadap informasi yang konsisten dengan

kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang kita lakukan

terhadap informasi yang tidak konsisten.

UPAYA MENGATASI DISONANSI KOGNITIF

Adanya Disonansi yang terjadi didalam sebuah Interaksi

maupun jalinan Komunikasi, dapat lebih meningkatkan tekanan

untuk mengurangi atau bahkan mengeleminasi Disonansi yang

terjadi tersebut. Semakin besar suatu Disonansi Kognitif yang terjadi,

maka intensitas perilaku yang dikeluarkan untuk mengurangi

Disonansi tersebut akan semakin meningkat serta perilaku

penghindaran yang dapat meningkatkan Disonansi juga akan

semakin sering dilakukan (Festinger, 1957).

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi Disonansi

Kognitif menurut beliau, (Festinger, 1957) yaitu :

21

Page 25: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

1. Mengubah Elemen Kognitif Tingkah Laku

Ketika disonansi terjadi antara elemen kognisi lingkungan

dengan elemen tingkah laku, disonansi dapat dihilangkan dengan

cara mengubah elemen kognisi tingkah laku agar konsonan dengan

elemen lingkungan. Sebagai contoh adalah orang yang merokok dan

dia tau bahwa rokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, akan

berhenti merokok untuk menghilangkan disonansi kognitif yang dia

rasakan. Cara ini paling sering dilakukan, tetapi tidak selalu dapat

dilakukan karena mengubah tingkah laku yang sudah menjadi

kebiasaan tidaklah mudah.

2. Mengubah Elemen Kognitif Lingkungan

Mengubah elemen kognitif lingkungan agar konsonan

dengan elemen kognitif tingkah laku dapat dilakukan untuk

mengurangi atau bahkan menghilangkan disonansi kognitif yang

terjadi. Hal ini tentu saja lebih sulit dibandingkan mengubah elemen

tingkah laku karena individu harus punya kontrol yang cukup

terhadap lingkungannya.

3. Menambah Elemen Kognitif yang Baru

Disonansi kognitif juga dapat dikurangi dengan cara

menambah elemen kognitif yang baru agar konsonan dengan

elemen kognitif yang lain. Dengan menambah elemen kognitif yang

baru maka disonansi kemungkinan akan berkurang dengan

22

Page 26: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

menurunkan tingkatan dari pentingnya disonansi tersebut.

Contohnya, orang yang merokok dan tau efek negatif dari merokok

akan mengurangi disonansi kognitif yang terjadi dengan cara

mencari informasi terkait perilaku merokok yang dapat menurunkan

disonansi kognitif secara keseluruhan, seperti informasi bahwa

konsumsi minuman keras lebih mematikan dari pada perilaku

merokok. Lewat cara ini berarti individu juga secara aktif menghindari

informasi yang dapat meningkatkan disonansi kognitif yang mereka

alami.

Menurut Breckler, Olson, & Wiggins, (2006) cara mereduksi

atau mengatasi disonansi kognitif tersebut juga dapat dilakukan

lewat Rasionalisasi, yaitu meyakinkan diri sendiri bahwa perilaku

yang dilakukan saat ini atau di masa lampau semuanya masuk akal

dan dapat diterima oleh orang lain.

Sedangkan menurut Simon, Greenberg, & Brehm (1995,

dalam Baron & Byrne, 2000) mengurangi atau mengantisipasi

Disonansi kognitif dapat dilakukan dengan cara Trivialization atau

secara mental meminimalisir tingkat kepentingan dari sikap atau

perilaku yang tidak konsisten, yang juga dapat dilakukan sebagai

teknik untuk mengurangi Disonansi Kognitif yang dialami.

23

Page 27: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

B. Teori Pelanggaran Harapan

Judee Burgoon (1978, 1983, 1985) dan Steven Jones

(Burgoon & Jones 1976) pertama kali merancang Teori Pelanggaran

Harapan, atau yang pada umumnya lebih dikenal sebagai Teori

Pelanggaran Harapan Nonverbal (Nonverbal Expectancy Violation

Theory / NEV Theory) yang mana bertujuan Untuk menjelaskan

konsekuensi dari perubahan jarak dan ruang pribadi selama interaksi

komunikasi antar pribadi.

Nonverbal Expectancy Violation (NEV) Theory adalah salah

satu teori pertama tentang komunikasi nonverbal yang

dikembangkan oleh sarjana komunikasi. NEV Theory secara terus

menerus ditinjau kembali dan diperluas. Dewasa ini teori NEV

digunakan untuk menjelaskan suatu cakupan luas dari hasil

komunikasi yang dihubungkan dengan pelanggaran harapan tentang

perilaku komunikasi nonverbal (Infante, 2003: 177).

Judee K. Burgoon adalah Profesor Komunikasi dari

Universitas Arizona AS dan merupakan salah seorang teoritikus

wanita yang paling tekun dalam meneliti berbagai dimensi

komunikasi nonverbal sepanjang dasawarsa 1970-an hingga 1990-

an. Pemikirannya yang tersebar dalam ratusan artikel yang dimuat

dalam jurnal dan buku - buku komunikasi memberikan pengaruh

yang besar dalam membentuk pemahaman kita tentang berbagai

aspek komunikasi nonverbal dewasa ini.

24

Page 28: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Ada kisah unik dibalik ketertarikan Burgoon pada bidang

komunikasi nonverbal. Ceritanya ketika masih kuliah di tingkat

sarjana di Universitas West Virginia Amerika Serikat, Burgoon

termasuk mahasiswi yang sangat cerdas tapi kurang menyukai topik

- topik mata kuliah yang berkaitan dengan komunikasi nonverbal.

Celakanya dalam mata kuliah seminar yang diikutinya salah seorang

dosen justru memintanya untuk mengupas topik tentang komunikasi

nonverbal. Merasa tidak punya pilihan akhirnya dengan segala

kesungguhan (dan juga keterpaksaan) Burgoon membaca semua

literatur yang ada.

Hasilnya ternyata luar biasa, la tidak saja berhasil

menyelesaikan tugas tersebut dengan bobot akademis yang tinggi

tetapi juga membekaskan minat yang mendalam untuk melakukan

penelitian komunikasi nonverbal lebih lanjut khususnya tentang

penggunaan ruang dan jarak dalam berkomunikasi.

Studi tentang penggunaan ruang dan jarak dalam

berkomunikasi atau lebih populer disebut Proksemik sebenarnya

telah dikembangkan oleh Edward T. Hall sejak tahun 1960-an.

Dalam teorinya, Hall membedakan empat macam jarak yang

menurutnya mengambarkan ragam jarak komunikasi yang

diperbolehkan dalam kultur Amerika yakni jarak intim (0 – 18 inci),

jarak pribadi (18 inci – 4 kaki), jarak sosial (4 -10 kaki), dan jarak

publik (lebih dari 10 kaki).

25

Page 29: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Terkait dengan keempat macam jarak tersebut kemudian

timbul pertanyaan-pertanyaan seperti berikut; Apa yang akan terjadi

ketika seseorang menunjukkan tingkah laku nonverbal yang

mengejutkan atau diluardugaan? atau bagaimana persepsi

seseorang terhadap tingkah laku nonverbal yang mengejutkan

tersebut bila dikaitkan dengan dayatarik antarpribadi?. Berawal dari

pertanyaan semacam itulah kemudian Burgoon meneliti perilaku

komunikasi nonverbal masyarakat Amerika yang menghantarkannya

pada penemuan sebuah teori yang kemudian dikenal sebagai

Nonverbal Expectancy Violation Theory (NEV Theory).

Teori tersebut untuk pertama kalinya diuraikan secara

panjang lebar dalam tulisan Burgoon bertajuk A Communication

Model of Personal Space Violations : Explication and An Initial Test

yang diterbitkan dalam Jurnal Human Communication Research

volume 4 tahun 1978

ESENSI TEORI

Teori ini bertolak dari keyakinan bahwa kita memiliki harapan

- harapan tertentu tentang bagaimana orang lain sepatutnya

berperilaku atau bertindak ketika berinteraksi ataupun menjalin

komunikasi dengan kita. Kepatutan tindakan tersebut pada

prinsipnya diukur berdasarkan norma-norma sosial yang berlaku

atau berdasarkan kerangka pengalaman kita sebelumnya (Field of

Experience). Terpenuhi atau tidaknya ekspektasi ini akan

26

Page 30: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

mempengaruhi bukan saja cara interaksi kita dengan mereka tapi

juga bagaimana penilaian kita terhadap mereka serta bagaimana

kelanjutan hubungan kita dengan mereka

Bertolak dari pernyataan diatas kemudian Teori ini

berasumsi bahwa setiap orang memiliki harapan - harapan tertentu

pada perilaku Nonverbal orang lain. Jika harapan tersebut dilanggar

maka orang akan bereaksi dengan memberikan penilaian positif atau

negatif sesuai karakteristik pelaku pelanggaran tersebut.

Sebuah contoh kecil mungkin akan memperjelas

pemahaman anda tentang asumsi teori ini. Anggaplah anda seorang

gadis jujur yang sedang ditaksir oleh dua orang pemuda. Anda tidak

bingung karena jelas anda hanya menyukai salah seorang diantara

mereka. Apa yang terjadi ketika pemuda yang anda senangi tersebut

menemui anda dan berdiri terlalu dekat sehingga melanggar jarak

komunikasi antarpribadi yang diterima secara normatif? Besar

kemungkinan anda akan menilainya secara positif. Itulah tanda

perhatian yang tulus atau itulah perilaku pria sejati ujar anda. Namun

bagaimana halnya bila yang melakukan tindakan tersebut pria yang

bukan anda senangi? Tentunya Anda akan bereaksi secara negatif.

Anda akan mengatakan bahwa orang itu tidak tahu sopan santun

atau mungkin dalam hati anda akan berujar “Dasar lu, kagak tahu diri

dan tidak punya sopan santun terhadap wanita!”

27

Page 31: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Jadi kita menilai suatu pelanggaran didasarkan pada

bagaimana perasaan kita pada orang tersebut. Bila kita menyukai

orang tersebut maka besar kemungkinan kita akan menerima

pelanggaran tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan menilainya

secara positif. Sebaliknya bila sumber pelanggaran dipersepsi tidak

menarik atau kita tidak menyukainya maka kita akan menilai

pelanggaran tersebut sebagai sesuatu yang negatif.

Menurut NEV Theory, beberapa faktor saling berhubungan

untuk mempengaruhi bagaimana kita bereaksi terhadap pelanggaran

dari jenis perilaku nonverbal yang kita harapkan untuk menghadapi

situasi tertentu . Ada tiga konstruk pokok dari teori ini yakni ;

Harapan (Expectancies), Valensi Pelanggaran (Violations Valence),

dan Valensi Ganjaran Komunikator (Communicator Reward Valence)

(Griffin, 2004: 88).

1. Expectancies (Harapan)

Faktor Teori Pelanggaran Harapan (NEV Theory) yang

pertama adalah mengenai bagaimana cara kita untuk

mempertimbangkan harapan yang kita empuhnya. Melalui norma -

norma sosial kita membentuk ”harapan” tentang bagaimana orang

lain (perlu) bertindak secara nonverbal (dan secara lisan) ketika kita

saling berinteraksi dengan mereka. Harapan merujuk pada pola -

pola komunikasi yang diantisipasi oleh individu berdasarkan pijakan

normatif masing - masing individu atau pijakan kelompok. Jika

perilaku orang lain menyimpang dari apa yang kita harapkan secara

28

Page 32: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

khas, maka suatu pelanggaran pengharapan telah terjadi. Apapun

“yang diluar kebiasaan” menyebabkan kita untuk mengambil reaksi

khusus (menyangkut) perilaku itu. Sebagai contoh, kita akan

berekasi (dan mungkin dengan sangat gelisah / tidak nyaman) jika

seorang asing meminta berdiri sangat dekat dengan kita. Dengan

cara yang sama, kita akan bereaksi lain jika orang yang penting

dengan kita berdiri sangat jauh sekali dari kita pada suatu pesta.

Dengan kata lain kita memiliki harapan terhadap tingkah laku

nonverbal apa yang pantas dilakukan orang lain terhadap diri kita.

Jika perilaku nonverbal seseorang, ketika berkomunikasi dengan

kita, sesuai atau kurang lebih sama dengan pengharapan kita, maka

kita akan merasa nyaman baik secara fisik maupun psikologis.

Persoalannya adalah tidak selamanya tingkah laku orang lain sama

dengan apa yang kita harapkan. Bila hal ini terjadi, maka akan terjadi

gangguan psikologis maupun Kognitif dalam diri kita baik yang

sifatnya positif ataupun negatif. Suatu pelanggaran dari harapan

nonverbal kita dapat mengganggu ketenangan; hal tersebut dapat

menyebabkan bangkitnya suasana emosional (Infante, 2003: 177)

Kita mempelajari harapan dari sejumlah sumber (Floyd,

Ramirez & Burgoon, 1999). Pertama, budaya di mana kita tinggal

membentuk harapan kita tentang beragam jenis perilaku komunikasi,

termasuk komunikasi nonverbal. Pada budaya yang menganut

“contact culture” kontak mata lebih banyak terjadi, sentuhan lebih

sering, dan zone jarak pribadi jauh lebih kecil dibanding pada budaya

29

Page 33: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

yang menganut “noncontact culture”. Konteks di mana interaksi

berlangsung juga berdampak pada harapan tentang perilaku orang

lain. Sebagian besar dari kontak mata dari orang lain secara atraktif

mungkin dilihat sebagai undangan jika konteks dari interaksi

berlangsung dalam pertemuan klub sosial, sedangkan perilaku

nonverbal yang sama mungkin dilihat sebagai ancaman jika perilaku

tersebut diperlihatkan pada penumpang yang berjumlah sedikit di

dalam kereta bawah tanah yang datang terlambat pada malam hari.

Tergantung pada konteks, “belaian boleh menyampaikan simpati,

kenyamanan, kekuasaan, kasih sayang, atraksi, ataupun hawa

nafsu” (Burgoon, Coker & Coker 1986).

Makna tergantung pada situasi dan hubungan diantara

individu-individu. Pengalaman pribadi kita juga mempengaruhi

harapan. Kondisi interaksi kita yang berulang akan mengharapkan

terjadinya perilaku tertentu. Jika kawan sekamar kita yang biasanya

periang tiba - tiba berhenti tersenyum ketika kita masuk kamar, kita

menghadapi suatu situasi yang jelas berbeda dengan harapan. NEV

Theory menyatakan bahwa harapan “meliputi penilaian tentang

perilaku yang mungkin, layak, sesuai, dan khas untuk suasana

tertentu, sesuai tujuan, dan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari partisipan” (Bur­goon & Hale, 1988, hal. 60).

(Infante, 2003: 178)

30

Page 34: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

2. Violation Valence (Valensi Pelanggaran)

Ketika harapan nonverbal kita dilanggar oleh orang lain, kita

kemudian melakukan penafsiran sekaligus menilai apakah

pelanggaran tersebut positif ataukah negatif. Penafsiran dan evaluasi

kita tentang perilaku pelanggaran harapan nonverbal yang biasa

disebut Violation Valenceatau, Valensi Pelanggaran adalah elemen

kedua yang penting dari NEV Theory.

NEV Theory berasumsi bahwa perilaku nonverbal adalah

penuh arti dan kita mempunyai sikap tentang perilaku nonverbal

yang diharapkan. Kita bersepakat tentang beberapa hal dan tidak

setuju tentang beberapa hal yang lain. Valensi adalah istilah yang

digunakan untuk menguraikan evaluasi tentang perilaku. Perilaku

tertentu jelas - jelas divalensi secara negatif, seperti perlakuan tidak

sopan atau isyarat yang menghina (seseorang, “menghempaskan

burungmu atau memelototkan matanya pada kamu), contoh tersebut

memiliki nilai ambiguitas, yang mana satu kata memiki banyak arti

atau pemahaman.

Perilaku lain divalensi secara positif (seseorang memberi

isyarat “v” untuk kemenangan karena perbuatan tertentu atau

menga-cungkan ibu jari untuk jaket penghangat baru milikmu).

Sebagai contoh, bayangkan kamu berada di suatu pesta dan

seorang asing yang baru diperkenalkan tanpa diduga - duga

menyentuh tanganmu. Karena kamu baru saja berjumpa orang itu,

perilaku tersebut bisa jadi mengacaukan sikapmu. Kamu mungkin

31

Page 35: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

menginterpretasikan perilaku tersebut sebagai kasih sayang, suatu

undangan untuk menjadi teman, atau sebagai suatu isyarat

kekuasaan. NEV Theory berargumen bahwa jika perilaku yang

diberikan lebih positif dibanding dengan apa yang diharapkan,

hasilnya adalah pelanggaran harapan yang positif. Dan sebaliknya,

jika perilaku yang diberikan lebih negatif dibanding dengan apa yang

diharapkan, menghasilkan suatu pelanggaran harapan yang negatif.

(Infante, 2003: 178).

Hal ini disebut juga sebagai Violation Valence atau Valensi

Pelanggaran. Violation Valence dikatakan positif bila kita menyukai

tindakan pelanggaran tersebut, dan sebaliknya dikatakan negatif jika

kita tidak menyukai pelanggaran tersebut

3. Communicator Reward Valence (Valensi Ganjaran

Komunikator)

Valensi Ganjaran Komunikator adalah unsur yang ketiga,

yang mempengaruhi reaksi kita disaat berinteraksi. Sifat alami

hubungan antara komunikator mempengaruhi bagaimana mereka

(terutama penerima) merasakan tentang pelanggaran harapan. Jika

kita “menyukai” sumber dari pelanggaran (atau jika pelanggar adalah

seseorang yang memiliki status yang tinggi, kredibilitas yang tinggi,

atau secara fisik menarik), kita boleh menghargai perlakuan yang

unik tersebut. Bagaimanapun, jika kita ” tidak menyukai” sumber, kita

lebih sedikit berkeinginan memaklumi perilaku nonverbal yang tidak

32

Page 36: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

menepati norma - norma sosial, kita memandang pelanggaran

secara negatif. (Infante, 2003: 178).

Dengan kata lain jika kita menyukai orang yang melanggar

tersebut, kita tidak akan terfokus pada pelanggaran yang dibuatnya,

justru kita cenderung berharap agar orang tersebut tidak mematuhi

norma - norma yang berlaku. Sebaliknya bila orang yang melanggar

tersebut adalah orang yang tidak kita sukai, maka kita akan terfokus

pada pelanggaran atau kesalahannya dan berharap orang tersebut

mematuhi atau tidak melanggar norma-norma sosial yang berlaku.

Valensi Ganjaran Komunikator adalah keseluruhan sifat-sifat

positif maupun negatif yang dimiliki oleh komunikator termasuk

kemampuan komunikator dalam memberikan keuntungan / ganjaran

atau kerugian kepada kita di masa datang. Status sosial, jabatan,

keahlian tertentu atau penampilan fisik yang menarik dari

komunikator dianggap sebagai sumber ganjaran yang potensial.

Orang-orang yang masuk dalam kategori ini dalam istilah Burgoon

disebut High-Reward Person. Sementara kebodohan atau kejelekan

rupa misalnya, dinilai sebagai yang sumber tidak potensial dalam

memberikan keuntungan berkomunikasi dan mereka yang berada

dalam posisi ini disebut dengan istilah Low-Reward Person. Dalam

konstruk Communicator Reward Valence juga tercakup hasil dari

kalkulasi atau udit mental tentang apa keuntungan atau kerugian dari

suatu transaksi komunikasi dengan orang lain.

33

Page 37: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

NEV Theory mengusulkan sebagai fakta bahwa hal tersebut

tidak hanya sesuatu pelanggaran perilaku nonverbal dan reaksi

kepada nya. Sebagai gantinya, NEV Theory berargumen bahwa

siapa yang melakukan berbagai hal pelanggaran masi harus

dikelompokkan dalam rangka menentukan apakah suatu

pelanggaran akan dilihat sebagai negatif atau positif. Tidak sama

dengan model interaksi nonverbal lainnya seperti teori penimbulan

pertentangan / discrepancy arousal theory (Lepoire & Burgoon,

1994), NEV Theory meramalkan bahkan suatu “pelanggaran yang

ekstrim dari suatu harapan” boleh jadi dipandang secara positif jika

itu dilakukan oleh komunikator yang mendapat penghargaan tinggi

(Burgoon & Hale, 1988, hal.63). (Infante, 2003: 179)

Di samping tiga konstruk pokok sebagaimana diuraikan di

atas, Burgoon juga mengajukan sebelas proposisi yang menjadi

landasan teoritisnya (Burgooon, 1978: 129-142). Proposisi -

proposisi ini tidak mengalami perubahan sejak penabalan teori ini

pada tahun 1978. Berikut adalah kesebelas proposisi tersebut :

1. Manusia memiliki dua kebutuhan yang saling berlomba untuk

dipenuhi, yakni kebutuhan untuk berkumpul atau bersama sama

dengan orang lain dan kebutuhan untuk menyendiri (personal

space). Kedua kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi secara

bersamaan, harus terpisah satu persatu.

34

Page 38: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

2. Hasrat untuk bergabung dengan orang lain digerakkan atau

diperbesar oleh hadirnya ganjaran dalam konteks komunikasi.

Ganjaran tersebut dapat bersifat biologis maupun sosial.

3. Semakin tinggi derajat suatu situasi atau seseorang dianggap

menguntungkan (rewarding), semakin besar kecenderungan

orang untuk mendekati seseorang atau situasi tersebut.

Sebaliknya semakin tinggi seseorang atau suatu situasi

dipandang tidak memberikan manfaat semakin besar

kecenderungan orang untuk menghindari seseorang atau situasi

tersebut.

4. Manusia memiki kemampuan untuk merasakan gradasi dalam

jarak Pola interaksi manusia, termasuk ruang pribadi atau pola

jarak, bersifat normatif.

5. Manusia dapat mengembangkan suatu pola tingkah laku yang

berbeda dari norma - norma social.

6. Dalam konteks komunikasi manapun, norma-norma adalah

fungsi dari faktor (1) karakteristik orang yang berinteraksi, (2)

bentuk dari interaksi itu sendiri dan (3) lingkungan sekitar saat

komunikasi berlangsung.

7. Manusia mengembangkan harapan-harapan tertentu pada

perilaku komunikasi orang lain. Konsekuensinya tiap orang

memiliki kemampuan untuk membedakan atau setidaknya

memberikan tanggapan secara berbeda terhadap perilaku

35

Page 39: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

komunikasi orang lain yang menyimpang atau sejalan dengan

norma - norma sosial.

8. Penyimpangan dari harapan - harapan yang muncul akan

membangkitkan tanggapan tertentu.

9. Orang - orang yang berinterkasi membuat evaluasi terhadap

orang lain.

10. Penilaian - penilaian yang dilakukan dipengaruhi oleh persepsi

terhadap sumber, bila sumber dihormati atau dianggap dapat

memberikan ganjaran maka pesan komunikasinya akan

dianggap penting pula demikian sebaliknya (Venus: 2004: 484)

11. Communicator Reward Valence atau Penghargaan yang

diharapkan seseorang didalam hidupnya

Proposisi pertama sebagaimana dinyatakan diatas menurut

Neuliep (2000) dirujuk dari konsep - konsep dasar ilmu Antropologi,

sosiologi dan Psikologi yang meyakini bahwa manusia adalah

mahluk sosial yang memiliki naluri biologis untuk berdekatan atau

hidup bersama orang lain. Sebaliknya manusia tidak bisa

mentoleransi kedekatan fisik yang berlebihan karena manusia

memiliki kebutuhan terhadap ruang pribadi dan privasi.

Meski proposisi pertama ini tampaknya berlaku universal,

namun kapan dan bagaimana derajat kebutuhan orang untuk

menyendiri atau bersama orang lain sepenuhnya ditentukan secara

kultural.

36

Page 40: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Proposisi kedua mengindikasikan bahwa hubungan kita

dengan orang lain dipicu oleh ganjaran dalam konteks komunikasi.

Dalam hal ini ganjaran tersebut dapat bersifat biologis (makanan,

seks, atau rasa aman) atau sosial (rasa memiliki, harga diri atau

status). Kebutuhan biologis dapat dipastikan berlaku universal,

namun kebutuhan sosial umumnya dipelajari dari lingkungan dan

akan berbeda dari satu budaya ke budaya lain.

Proposisi ketiga pada dasarnya menegaskan proposisi

kedua dengan menambahkan bahwa manusia cenderung tertarik

pada situasi yang mendatangkan ganjaran dan menghindari situsiasi

komunikasi yang mengakibatkan kerugian. Proposisi ini juga

tampaknya bersifat universal, namun perlu dicatat bahwa apa yang

dianggap sebagai situasi yang menguntungkan atau merugikan akan

dipahami secara berlainan dalam budaya yang berbeda.

Proposisi keempat manusia memiliki kemampuan untuk

merasakan berbagai bentuk perbedaan dalam penggunaan jarak

berkomunikasi. Atas dasar ini tiap individu dapat mengatakan kapan

sesorang berbicara terlalu dekat atau terlalu jauh dengan dirinya.

Proposisi kelima terkait dengan penepatan perilaku

nonverbal yang bersifat normatif Perilaku normatif disini diartikan

sebagai perilaku yang umumnya diterima secara sosial dan memiliki

pola - pola yang khas.

37

Page 41: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Proposisi keenam menegaskan bahwa meskipun tiap-tiap

individu mengikuti aturan - aturan komunikasi verbal dan nonverbal

yang normatif, tiap orang juga pada prinsipnya dapat

mengembangkan gaya interaksi yang bersifat personal yang khas

bagi dirinya sendiri.

Proposisi ketujuh menyatakan bahwa norma - norma

komunikasi pada dasarnya merupakan fungsi dari karakteristik

pelaku komunikasi (seperti jenis kelamin dan usia), karakteristik

interaksi (misalnya derajat keakraban pelaku komunikasi dan status

sosial masing - masing), serta karakteristik lingkungan yang meliputi

seluruh aspek yang terkait dengan penataan tempat terjadinya

peristiwa komunikasi.

Proposisi kedelapan berhubungan dengan unsur kunci teori

ini yaitu konsep Ekspektasi. Dalam hal ini Burgon berpendapat

bahwa selama proses komunikasi berlangsung pelaku komunikasi

mengembangkan harapan ­ harapan tertentu pada perilaku

nonverbal orang lain. Siapapun yang menjadi mitra komunikasi kita

diharapkan dan diantisipasi berperilaku secara patut sesuai situasi

yang dihadapi. Harapan-harapan nonverbal tersebut didasarkan

pada norma-norma hudaya yang secara sosial berlaku pada suatu

budaya tertentu. Namun demikian, pada kasus-kasus tertentu boleh

jadi orang berharap munculnya perilaku yang berbeda yang keluar

dari norma­norma yang berlaku.

38

Page 42: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Proposisi kesembilan terkait dengan unsur kunci NEV theory

lainnya yakni Pelanggaran Harapan (Expectancy Violations).

Sebagaimana dijelaskan di muka, ketika pengharapan nonverbal

seseorang dilanggar, orang tersebut akan bereaksi dengan cara

menafsirkan dan mengevaluasi apakah pelanggaran tersebut

menguntungkan atau merugikan. Reaksi yang muncul dapat berupa

perilaku komunikasi yang bersifat adaptif atau defensif.

Proposisi kesepuluh berkenaan dengan penilaian-penilaian

yang dibuat oleh seseorang terhadap perilaku nonverbal orang lain.

Proposisi kesebelas memperjelas bagaimana tindakan

evaluatif tersebut dibuat. Dalam hal ini ditegaskan bahwa faktor yang

paling menentukan apakah suatu pelanggaran harapan nonverbal

akan dinilai positif atau negatif adalah derajat kemampuan

komunikator untuk memberikan reward pada mitra komunikasinya

atau dalam istilah teori ini disebut Communicator Reward Valence.

Burgoon dan Joseph Walther ( 1990) menguji berbagai

touch-behaviors, proxemics, dan postures untuk menentukan mana

yang diharapkan atau tak diharapkan di dalam komunikasi

antarpribadi dan bagaimana harapan dipengaruhi oleh status

sumber, daya pikat, dan gender. Beberapa penemuan menunjukkan

bahwa jabatan tangan paling diharapkan sedangkan lengan di bahu

adalah paling sedikit diharapkan. Perawakan tegap paling

39

Page 43: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

diharapkan dan perawakan yang tegang paling sedikit diharapkan.

(Infante, 2003: 179)

Suatu studi dengan memanipulasikan nilai penghargaan dari

komunikator dan valensi dan ekstrimitas dari perilaku pelanggaran

dilakukan untuk menyelidiki interaksi antara siswa dan professor

(Lannutti Laliker & Hall, 2001).

PENERAPAN DAN KETERKAITAN TEORI

Pada awalnya teori Burgoon ini hanya diterapkan dalam

konteks pelanggaran penggunaan ruang dan jarak dalam

berkomunikasi (Spatial violations), namun sejak pertengahan tahun

1980-an Burgoon menyadari bahwa perilaku penggunaan ruang dan

jarak sebenarnya hanyalah bagian dari sistem isyarat nonlinguistik

dalam komunikasi nonverbal. Berdasarkan pertimbangan ini

kemudian Burgoon mulai menerapkan teori ini pada aspek ­ aspek

komunikasi nonverbal lainnya seperti ekspresi wajah, kontak mata,

sentuhan sampai pada isyarat gestural lainnya. Dengan perluasan ini

maka keberlakukan dan pemanfaatan teori ini menjadi semakin luas.

Kini teori ini telah hadir di tengah - tengah komunitas

ilmuwan komunikasi selama lebih dari dua puluh tahun. Banyak

diantara peminat studi komunikasi yang menerapkan teori ini dalam

konteks komunikasi antarpribadi. Sayangnya menurut Neulip (2000)

Penerapan teori ini dalam konteks antarpribadi pada setting

40

Page 44: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

komunikasi antarbudaya terasa sangat kurang sekali. Padahal teori

ini merupakan salah satu terobosan untuk dapat memahami dan

mengidentifikasi pola - pola perilaku komunikasi berbagai kultur

budaya / masyarakat. Dengan memahami teori ini, lanjut Neulip, kita

akan lebih mengetahui faktor - faktor apa sebenarnya yang dapat

melancarkan transaksi komunikasi kita dengan orang lain yang

berbeda budaya.

Dalam hal keterkaitan teoritis, dapat dikatakan setidaknya

ada tiga teori yang secara langsung atau tidak berkaitan dengan

Teori Pelanggaran Harapan Nonverbal. Keempat teori tersebut

adalah Proxemics Theory, Anxiety / Uncertainty Management (AUM)

Theory, dan Social Exchange Theory (SET).

1. Proxemics Theory

Proxemics Theory merupakan akar dari perumusan asumsi -

asumsi dalam teori pelanggaran harapan nonverbal. Bertolak dari

konsep penggunaan ruang dan jarak dalam proksemikalah awal

perjalanan teori ini dimulai, karena itu jelas kedua teori ini tidak dapat

dipisahkan.

2. Anxiety / Uncertainty Management (AUM) Theory

Dalam menjelaskan hubungan antara NEV Theory dengan

Anxiety/Uncertainty Management (AUM) Theory, Ting Tomey dan

Chung (Gudykunst, et-al., 1996) menegaskan bahwa kedua teori

tersebut bersifat saling melengkapi. keterkaitan kedua teori tersebut

41

Page 45: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

terutama tampak dalam hal penggunaan konsep ekspektasi dalam

proses interaksi, konsep ketidaknyamanan dalam komunikasi yang

ambigu atau tindakan-tindakan mengevaluasi suatu perilaku

komunikasi.

3. Social Exchange Theory

Sementara dengan Social Exchange Theory keterkaitan teori

ini dapat dilihat dalam hal penggunaan konsep ganjaran dan

kerugian. Dalam hal ini kedua teori ini berpendapat bahwa orang

yang dipandang dapat memberikan ganjaran lebih (High-Reward

Person) akan menciptakan situasi komunikasi yang lebih favourable

(nyaman). Demikian berlaku sebaliknya bagi individu dalam kategori

Low-Reward Person.

EVALUASI DAN PERKEMBANGAN TEORI

Burgoon (Liltlejohn, 1996; Griffin,2000) secara konsisten

mengembangkan teori ini sejak penabalannya pada tahun 1978.

Beberapa perbaikan yang dengan mudah dapat diidentifikasi

diantaranya mencakup penyederhanaan empat konstruk teori ini

yang semula meliputi Harapan (Expectancies), Pelanggaran

Harapan (Expectancy- Violations), dan Valensi Komunikator

(Communicator Valence) dan Valensi Pelanggaran (Violation

Valence) menjadi tiga yakni dengan tetap mempertahankan konstruk

42

Page 46: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Harapan (Expectancies), dan Pelanggaran Harapan (Expectancy

Violations), serta menggabungkan Valensi Komunikator dan Valensi

Pelanggaran menjadi satu konstruk Valensi Ganjaran Komunikator

(Communicator Reward Valence).

Dalam hal keterandalan teori, James W. Neuliep (2000)

menyatakan bahwa tidak sedikit temuan - temuan penelitian yang

mendukung teori Pelanggaran Harapan Nonverbal ini. Demikian pula

penelitian yang dilakukan Kernahan, Bartholow dan Battencourt

(Wise, 2000) yang berjudul Effects of Category-Based Expectancy

on Affect-Related Evaluation yang diterbitkan dalam Journal of Basic

and Applied Social Psychology edisi 22/2000 juga mendukung

keberlakuan teori Pelanggaran Harapan Nonverbal dalam konteks

komunikasi antarbudaya.

Meski banyak dukungan diberikan oleh ilmuwan komunikasi

terhadap keberlakuan teori Pelanggaran Harapan Nonverbal, namun

teori ini tidak terbebas dari kritikan. Salah satunya disampaikan

Griffin (2000) yang menyatakan bahwa teori ini tidak sepenuhnya

memperhitungkan mengenai hubungan timbal balik di antara pelaku

komunikasi dalam suatu proses interaksi. Tampak jelas bahwa

penilaian terhadap pelanggaran nonverbal dilakukan hanya oleh

pihak yang dilanggar bukan oleh kedua belah pihak.

43

Page 47: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

BAB III

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Dewasa ini minat seseorang untuk dapat mempelajari dan

mendalami Ilmu Komunikasi semakin luas. Bukan saja dikalangan

Mahasiswa tetapi juga dikalangan anggota masyarakat umum

lainnya, apakah itu lewat sebuah seminar, diskusi ataupun pelatihan

khusus mengenai Komunikasi itu sendiri.

Dalam kehidupan sehari - hari, komunikasi yang baik sangat

penting untuk berinteraksi antar personal maupun antar masyarakat

agar terjadi keserasian dan mencegah konflik dalam lingkungan

masyarakat.

Sebaliknya, Miss Communication (terjadinya kesalahan

dalam salah satu proses komunikasi) akan menyebabkan tidak

tercapainya tujuan atau misi yang hendak di capai.

Namun, ketika seorang Komunikator dan Komunikan yang

menjalin Komunikasi, tak jarang pula ditemukannya sebuah rasa

ketidaknyamanan diantara keduanya. Hal ini tentunya mungkin saja

terjadi, karena didukung oleh Teori – Teori yang telah ada, seperti

Teori Disonansi Kognitif dan Teori Pelanggaran Harapan yang akan

kita bahas didalam Makalah ini.

Teori Disonansi Kognitif pertama kali diperkenalkan oleh

Leon Festinger pada tahun 1957 dan berkembang pesat sebagai

sebuah pendekatan dalam memahami area umum dalam

44

Page 48: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Komunikasi dan pengaruh sosial. Ada terdapat beberapa Teori

dalam menjelaskan konsistensi atau keseimbangan, diantarnya

adalah Teori Ketidakseimbangan Kognitif (cognitive imbalance

theory) oleh Heider pada tahun 1946, Teori Asimetri (asymetry

theory) oleh Newcomb pada tahun 1953, dan Teori Ketidakselarasan

(incongruence) oleh Osgood dan Tannembaum pada tahun 1952.

Menurut Festinger (1957) disonansi kognitif adalah

ketidaksesuaian yang terjadi antara dua elemen kognitif yang tidak

konsisten yang menyebabkan ketidaknyamanan Psikologis serta

memotivasi orang untuk berbuat sesuatu agar disonansi itu dapat

dikurangi. Istilah disonansi / disonan berkaitan dengan istilah

konsonan dimana keduanya mengacu pada hubungan yang ada

antara dua buah elemen. Kedua elemen yang dimaksud oleh

Festinger adalah (1) hubungan yang Relevant (Relevant), dan (2)

hubungan yang tidak Relevant (Irrelevant)

Komunikasi memang merupakan suatu kebutuhan dasar

manusia. Sejak lahir dan selama Manusia menjalani proses

kehidupannya, Manusia akan selalu terlibat dalam tindakan -

tindakan Komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam

berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang

bersifat individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok,

keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, nasional,

regional dan global atau melalui media massa.

45

Page 49: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

Begitu pula dengan Teori Disonansi Kognitif ini, prakata dan

statement real yang dicetuskan para ahli seperti Festinger, dapat

terjadi dengan siapa saja yang melakukan Interaksi dan menjalin

Komunikasi, baik itu secara interpersonal maupun intrapersonal.

Tanpa memperhatikan ruang Komunikasi yang ada, hanya perlu

memahami sikap, perilaku, karakter, sifat dan watak diri sendiri

ataupun orang lain yang menjadi lawan bicara kita.

Karena Teori Disonansi Kognitif menjadi salah satu

penjelasan yang paling luas yang diterima terhadap perubahan

tingkah laku dan banyak perilaku sosial lainnya. Teori ini telah di

genralisir pada lebih dari seribu penelitian dan memiliki kemungkinan

menjadi bagian yang terintegrasi dari teori psikologi sosial untuk

bertahun – tahun, seperti yang dikatakan oleh Cooper & Croyle pada

tahun 1984 dan dalam Vaughan & Hogg tahun 2005.

Sementara, Judee Burgoon dan Steven Jones pertama kali

merancang Teori Pelanggaran Harapan, atau yang pada umumnya

lebih dikenal sebagai Teori Pelanggaran Harapan Nonverbal

(Nonverbal Expectancy Violation Theory / NEV Theory) yang mana

bertujuan Untuk menjelaskan konsekuensi dari perubahan jarak dan

ruang pribadi selama interaksi komunikasi antar pribadi.

Nonverbal Expectancy Violation (NEV) Theory adalah salah

satu teori pertama tentang komunikasi nonverbal yang

dikembangkan oleh sarjana komunikasi. NEV Theory secara terus

menerus ditinjau kembali dan diperluas. Dewasa ini teori NEV

46

Page 50: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

digunakan untuk menjelaskan suatu cakupan luas dari hasil

komunikasi yang dihubungkan dengan pelanggaran harapan tentang

perilaku komunikasi nonverbal.

NEV Theory, menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor

yang saling berhubungan untuk mempengaruhi bagaimana kita

bereaksi terhadap pelanggaran dari jenis perilaku nonverbal yang

kita harapkan untuk menghadapi situasi tertentu . Ada tiga konstruk

pokok dari teori ini yakni : Harapan (Expectancies), Valensi

Pelanggaran (Violations Valence), dan Valensi Ganjaran

Komunikator (Communicator Reward Valence).

B. Saran

Didalam artian Teori Disonansi Kognitif dan Teori

Pelanggaran Harapan, merupakan suatu hal yang harus dijaga dan

harus dihindari sewaktu seseorang menjalin Komunikasi dengan

orang lain. Atas dasar tersebut, seseorang yang bertindak sebagai

pelaku Komunikasi harus menjaga tutur kata, tutur bahasa, sikap dan

sifat yang juga menjadi bagian daripada Komunikasi itu sendiri.

Bagaimanapun didalam berlangsungnya sebuah Komunikasi antara

Komunikator dan Komunikan harus ada keselarasan dan

kesinambungan, sebab diantara keduanya harus merasa nyaman

ketika menjalin sebuah Interaksi tersebut.

So, Let’s to Learn Science of Communication from Now !

Thank You !

47

Page 51: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

DAFTAR PUSTAKA

- West, Richard dan Turner, Lynn H. 2008. Pengantar Teori

Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: PT. Salemba

Humanika. Bab 7.

- Severin, Werner J., Teori Komunikasi “Sejarah, Metode Dan

Terapan Dalam Media Massa”, terj. Sugeng Hariyanto, Jakarta :

Kencana, 2005.

- Sarwono, Sarlito. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba

Himanika

- Berhm. S.S. & Kassin, S.M. 1990. Social Psychology. Boston:

Houghton Mifflin Company, 1990.

- Griffin Emory A., 2003, A First Look at Communication Theory,

Singapore : McGraw-Hill

- Littlejohn, S.W. (1996). Theories of Human Communication, Fifth

edition. Belmont CA: Wadsworth.

- Venus, Antar, (2004). Nonverbal Expectancy Violation Theory,

Jurnal Komunikasi dan Informasi, Volume 3, Nomor 2, 0ktober

2004

- Hafied Cangara, 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Rajawali

Grafindo Persada. Jakarta

- Deddy Mulyana, 2006. Ilmu Komunikasi sebagai suatu

Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

- Ruben Brent D dan Lea P Stewart. (2006). Communication and

Human Behavior. United States: Allyn and Bacon

48

Page 52: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

- Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan

Konteks. Bandung: Widya Padjadjaran

- Rohim,Syaiful.2009. Teori Komunikasi: Perspektif,Ragam, &

Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

- West, Richard & Lynn H. Turner. 2007. Introducing

Communication Theory. Third Edition. Singapore: The McGrow

Hill companies

- Larry Gonick, Kartun (non) Komunikasi, guna dan salah guna

informasi dalam dunia modern. Kepustakaan Populer Gramedia,

Juli 2007. (diterjemahkan dari Guide to (non) Communication

HarperClollins Publisher, Inc copyright 1993. ISBN 978-979-

9100-75-7

- Wiryanto,Dr. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid I. Jakarta:

PT Gramedia Widiasarana Indonesia

- Rochmawati, Lusa. 2009. Faktor mempengaruhi Komunikasi

- Fang, Irving. 1997. A History of Mass Communication, Six

Information Revolutions. USA: Focal Press

- Nasution, Zulkarimein. 1989. Teknologi Komunikasi dalam

Perspektif. Jilid 1. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia

- S. Sunarjo, Djoenaesih. 1991. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid

1. Yogyakarta: Liberty

- Tandowidjojo, John. 2000. Era Komunikasi Menjelang 2000.

Sanggar Bina Tama

49

Page 53: TEORI DISONANSI KOGNITIF & TEORI PELANGGARAN HARAPAN Disusun Oleh : Kelompok 5 (Lima) -2 PIK 3 UNIVERSITAS BUNDA MULIA

- Effendi, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori, dan Filsafat

Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya bakri

- Prajarto, Nunung. (2002). Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik:

Komunikasi, Akar Sejarah dan Buah Tradisi Keilmuan.

Yogyakarta

- Bouman, P.J. 1965. Ilmu Masyarakat Umum. PT pembangunan.

Jakarta

- Severin, Werner J, Tankard, James W. 2005. Teori Komunikasi,

Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa. Kencana.

Jakarta

- Devito, Joseph,. A. 1997. Komunikasi Antarmanusia Edisi

Kelima,. Penerjemah, Agus Maulana. Jakarta, Profesional Books

- Fisher, B Aubrey, 1986. Teori-Teori Komunikasi. Penerjemah

Soejono Trimo. ML. Bandung. Remaja Rosdakarya

Website Linked :

- id.wikipedia.org/wiki/Teori_disonansi_kognitif (20 / 03 / 2014)

©Copyright by [email protected]

50