-
Sofyan Sjaf Online | Teori dan Ragam Tipe Teori
SosiologiCopyright Sofyan Sjaf
[email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/teori-dan-ragam-tipe-teori-sosiologi/
Teori dan Ragam Tipe Teori Sosiologi
Sofyan Sjaf
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dalam sepanjang sejarahnya
telah terbuktimampu membedah dan menganalisis kejadian atau
fenomena sosial yang hadirdalam kehidupan masyarakat kita.
Hal ini ditandai dengan keberhasilan sosiologisebagai cabang ilmu,
yang tampil ditengah-tengah persaingan pengaruh antarapsikologi dan
filsafat untuk membedah fenomena sosial. Meski demikian, tak
dapatdipungkiri bahwa sosiologi belum seutuhnya mampu melepaskan
pengaruh dengandua cabang ilmu yang telah disebutkan sebelumnya
(Ritzer, 2004).
Dalam tugas sebelumnya telah diuraikan, bahwa syarat terpenting
dari ilmupengetahuan adalah mampu membuka atau mempertanyakan
realitas yang ada(ontologi) dan mengetahui mengapa realitas itu
terjadi (epistimologi). Denganmempertanyakan kejadian atau
fenomena sosial (ontologi) dan mengetahuimengapa fenomena sosial
tersebut terjadi (epistimologi), maka sosiologi telahmembuktikan
dirinya sebagai ilmu pengetahuan sebagaimana cabang ilmupengetahuan
lainnya.
Sebagai ilmu pengetahuan, tentunya sosiologi mempunyai
seperangkat teori untukmembuka tabir atas realitas sosial yang
terjadi dan memepertanyakan mengaparealitas sosial itu
terjadi. Beragam teori pun hadir dengan latar
belakangparadigma yang berbeda-beda. Dalam kaitannya dengan
itu, kita mengenalberagam teori dalam sosiologi, seperti: teori
fungsionalisme struktural, teori konflik,teori interaksionisme
simbolik, teori tindakan sosial, dan lain-lain.
Pertanyaannyakemudian adalah (1) apakah yang dimaksud dengan teori
itu? (2) bagaimanaproses pembentukan teori dalam sosiologi? dan (3)
bagaimana landasankategorisasi atau pemetaan teori-teori dalam
sosiologi?
page 1 / 9
-
Sofyan Sjaf Online | Teori dan Ragam Tipe Teori
SosiologiCopyright Sofyan Sjaf
[email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/teori-dan-ragam-tipe-teori-sosiologi/
Pembentukan Teori dan Defenisi Teori Sosiologi
Sebelum menjawab pertanyaan pertama dalam tulisan ini, alangkah
baiknya kitaterlebih dahulu memahami bagaimana proses pembentukan
suatu teori. MenurutSoetrisno dan Hanafie (2007), bahwa teori
tersusun dari beberapa komponenpembentuk teori atau dengan kata
lain komponen yang tersusun ini merupakankomponen ilmu yang
hakiki. Adapun komponen yang dimaksud, yakni:
fenomena,konsep, fakta, dan teori. Jika dianalisis lebih
lanjut bahwa ketiga komponen(fenomena, konsep, dan fakta) yang
akhirnya membentuk teori merupakan prosessiklikal yang tidak
linear, dimana teori yang lahir akan terus dikoreksi akibat
dariperubahan yang ada sekaligus menjawab fenomena yang
sesungguhnya.
Pembentukan teori berawal dari fenomena sebagai gejala atau
kejadian yangditangkap oleh indera manusia, kemudian diabstraksi
dengan konsep-konsep. Konsep ialah istilah atau simbol-simbol
yang mengandung pengertian singkat darifenomena. Dikarenakan
konsep merupakan simbol-simbol yang nampak dari suatufenomena, maka
ketika konsep tersebut semakin mendasar akan melahirkan apayang
dinamakan variabel. Variabel sendiri dapat diartikan suatu
sifat atau jumlahyang mempunyai nilai kategorial, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Jadivariabel akan berkembang
seiring dengan kompleksitas konsep yang dipakai untukmengetahui
fenomena yang hadir.
Untuk menganalisis fenomena atau kejadian sosial, seringkali
kita mencobamenghubungkan antara satu konsep dengan konsep
lainnya. Keterhubungan antarkonsep (relation consept) yang
didukung dengan data-data empirik disebut fakta. Tentunya
fakta tidak berdiri sendiri, melainkan mempunyai jalinan
denganfakta-fakta yang lainnya. Jalinan fakta inilah yang
disebut dengan teori. Ataudengan kata lain teori adalah
seperangkat konsep, defenisi, dan proposisi-proposisiyang
berhubungan satu sama lain, yang menunjukkan fenomena secara
sistematis,dan bertujuan untuk menjelaskan (explanation) dan
meramalkan (prediction)fenomen-fenomena.
Definisi tentang teori di atas senada dengan Richard Rudner
(Poloma, 2004) yangmendefinisikan teori sebagai seperangkat
pernyataan yang secara sistematisberhubungan, termasuk beberapa
generalisasi yang memiliki kemiripan sebagaihukum, yang dapat diuji
secara empiris. Selanjutya Poloma (2004) menambahkanbahwa
batasan demikian membutuhkan batasan konsep atau
variabelsetepat-tepatnya, yang kemudian melahirkan
pernyataan-pernyataan atau
page 2 / 9
-
Sofyan Sjaf Online | Teori dan Ragam Tipe Teori
SosiologiCopyright Sofyan Sjaf
[email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/teori-dan-ragam-tipe-teori-sosiologi/
proposisi-proposisi yang saling berkaitan satu sama lain untuk
membentuk suatuteori ilmiah. Tidak hanya itu saja, Poloma
(2004) menegaskan bahwa unit dasarteori sosiologi adalah konsep
atau variabel sosiologis yang memberikan dasar bagipengujian
empiris.
Dengan demikian, sangat jelas bahwa pembentukan suatu teori
sosiologi tidaklepas atau sangat terkait dengan cara berfikir
(logika) yang dibangun oleh seorangilmuwan sosial untuk menjawab
pertanyaan atas suatu realita sosial. Dalam ilmufilsafat,
dikenal dua cara berfikir (logika) sebagai ”tipe ideal” (meminjam
istilah MaxWeber) untuk mengetahui suatu teori dalam menjawab
realita atau fenomenasosial. Tipe ideal yang dimaksud adalah
bahwa pembentukan teori berangkat darilogika induktif (induktive
logical) dan logika deduktif (deductive logical) yangmempunyai
perbedaan satu sama lain. Cara berfikir induktif berangkat
dari faktaempiris yang diperoleh melalui pengamatan dalam membentuk
suatu hukum atauteori sosiologi. Ini berbeda dengan cara
berfikir deduktif yang menempatkanhukum atau teori sosiologi
sebagai untuk memprediksi dan mengeksplanasikejadian atau fenomena
sosial. Meski demikian, antara fakta yang ada dan
prediksimaupun eksplanasi mempunyai keterhubungan dalam membuka
”tabir” ataskejadian atau fenomena sosial.
Tipe ideal sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2 dapat dilacak
diawal-awallahirnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
Sebagai Bapak Sosiologi, AgusteComte dengan teori evolusinya yang
dikenal dengan hukum tiga tingkatan (tahapteologis, tahap
metafisik, dan tahap positivistik) yang berangkat dari
”filasafatpositif” (Ritzer dan Goodman, 2003) merupakan pembentukan
teori yang didasariatas deduktive logical, dimana mengembangkan
fisika sosial sebagaimana modelilmu-ilmu pasti atau ”hard
science”.
Pendapat ini, kemudian dibantah oleh Durkheim yang mana
mentikberatkansosiologi sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang
berdasarkan pada fakta sosial(empirisme). Berangkat dari
penelitian empiris terhadap gejala bunuh diri sebagaisuatu fenomena
sosial, Durkheim kembali menegaskan bahwa fakta sosialmenurutnya
sebagai barang sesuatu yang berbeda dari dunia ide yang
menjadisasaran penyeledikan filsafat. Atau dengan kata lain,
dengan meletakkan faktasosial sebagai sasaran yang harus dipelajari
dalam sosiologi, berarti menempatkansosiologi sebagai suatu
disiplin empiris dan berdiri sendiri dari pengaruh filsafat(Ritzer,
2004).
page 3 / 9
-
Sofyan Sjaf Online | Teori dan Ragam Tipe Teori
SosiologiCopyright Sofyan Sjaf
[email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/teori-dan-ragam-tipe-teori-sosiologi/
Pemetaan Tipe Teori dalam Sosiologi
Memetakan tipe teori dalam sosiologi bukanlah hal yang
mudah. Perbedaan carabefikir akan menentukan posisi teori
sosiologi ke dalam tipe tertentu. Hal inisebagaimana
diungkapkan oleh dua sosiolog barat, yakni Randal Collins (1988)
danWilliam Skidmore (1979).
Dalam bukunya yang berjudul ”Theoretical Sociology”, Collins
mencoba memetakanteori sosiologi ke dalam tiga aras, yakni makro,
meso, dan mikro. Menurutnya teorisosiologi aras makro
merupakan teori yang topik kajiannya menempatkan waktudan ruang
mempunyai pengaruh terhadap manusia. Unit analisis dari
sosiologimakro ini adalah masyarakat sebagai suatu sistem
sosial. Adapun yang dimaksudCollins dalam teori sosiologi
makro ini adalah teori evolusi, teori sistem, teorifungsionalis,
teori ekonomi politik, teori konflik, dan perubahan sosial.
Berbeda dengan teori sebelumnya, teori sosiologi aras meso
muncul karenapertanyaan mendasar tentang hubungan timbang balik
antara mikro dan makroteori. Dalam hal ini, teori sosiologi
pada aras meso berusaha menjambatani antarteori makro dan mikro
terutama yang berupa kontroversi. Adapun yang termasukke
dalam teori ini adalah teori jaringan yang mana berusaha
menghubungkan teorimakro dan mikro melalui situasi dan struktur
sosial dibandingkan dengan ciri-ciriindividu. Selain itu,
teori sosiologi yang masuk pada aras meso, meliputi: teorijaringan
yang menjelaskan efek jaringan dari tindakan individu dan
kepecayaannya,jaringan dan ekonomi, dan jaringan kekuasaan.
Sementara itu, teori sosiologi aras mikro merupakan teori yang
memfokuskan padatopik kajian ruang dan waktu dalam ukuran yang
lebih kecil dimana individu daninteraksinya yang didasari oleh
prilaku dan kesadaran. Akan tetapi, Collinsmenambahkan bahwa
unit mikro tidak memiliki batas yang jelas denganmempertanyakan
bagaimana keberadaan individu terhadap individu lain
terhadapkelompoknya. Adapun yang termasuk ke dalam teori
sosiologi mikro ini adalahteori ritual interaksi (Durkheim dan
Goffman), teori status sosial (Goffman), danteori pertukaran, dan
teori relasi sosial.
Pemetaan teori sosiologi yang diungkapkan oleh Collins (1988),
berbeda jauhdengan apa yang dikemukakan oleh Skidmore (1979).
Menurut Skidmore bahwa
page 4 / 9
-
Sofyan Sjaf Online | Teori dan Ragam Tipe Teori
SosiologiCopyright Sofyan Sjaf
[email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/teori-dan-ragam-tipe-teori-sosiologi/
tipe teori dalam sosiologi dapat dibedakan ke dalam tiga bagian,
yakni: teorideduktif (deductive theory), teori berpola (pattern
theory), dan perspektif (perspective). Teori deduktif
merupakan teori yang dibangun dari tujuan yangbersifat umum tentang
suatu subyek atau fenomena atau pertistiwa yang
meliputihukum-hukum. Skidmore memberikan contoh bahwa setiap
kejadian atau peristiwaX senantiasa mempengaruhi terjadinya
kejadian atau peristiwa Y (sebab-akibat)atau sebaliknya.
Tentunya kejadian atau peristiwa X maupun Y yang merupakan
sebab-akibat tidakterjadi begitu saja, melainkan didasari oleh
hukum atau teori yang ada sebelumnya. Teori ini, kemudian yang
ditunkan dalam bentuk tujuan umum tentang subyekkumpulan
hukum-hukum (proposisi-proposisi). Dari kumpulan hukum-hukum
ini,kemudian menghasilkan apa yang dinamakan hipotesa.
Berbeda dengan teori sebelumnya, teori berpola (pattern theory)
tidak menekankanpada pemikiran teori deduktif, dimana dimensi
vertikal tidak menjadi penting,melainkan logikanya didasarkan atas
”lateral”. Penekanan atas logika tersebut,mendorong teori ini
lebig bertujuan menghubungkan pemikiran secara teori denganrealita
yang ada. Atau dengan kata lain, teori ini lebih berdasarkan
atas fakta sosialatau empirisme dalam membangun teorinya.
Skidmore (1979) memberikan contohteori ego dan super-ego yang
dikemukakan oleh Sigmund Freud.
Adapun tipe teori yang terakhir menurut Skidmore adalah
perspektif. Meskipenjelasan Skidmore tidak terlalu jelas,
akan tetapi yang menarik untukdikemukakan dalam tipe ini adalah
bahwa pesepektif sesungguhnya terpisah dariteori berpola (pattren
theory) dan teori deduktif (deductive theory), yang manabukan dari
jenis subyeknya, melainkan lebih dari derajat subyek.
Selanjutnyamenurut Skidmore bahwa perspektif tidak lain merupakan
kumpulan ide-ide yangpenting sebagai pembentuk teori. Dalam
hal ini, Skidmore (1979) memberikancontoh teori simbolik-interaksi
yang dapat dikatakan sebagai perspektif.
Merujuk pembagian tipe yang dikemukakan oleh Skidmore di atas,
penuliskemudian mencoba membedakan tiga tipe teori sosiologi
menurut Skidmoremerujuk dari unit analisis, sifat logika yang
dibangun, dan aras teori.
Berangkat dari dua pendapat di atas (Skidmore, 1979 dan Collins,
1988),
page 5 / 9
-
Sofyan Sjaf Online | Teori dan Ragam Tipe Teori
SosiologiCopyright Sofyan Sjaf
[email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/teori-dan-ragam-tipe-teori-sosiologi/
pertanyaan kemudian adalah bagaimana posisi penulis dalam
pemetaan tipe teoridalam sosiologi? Menjawab pertanyaan ini,
penulis sangat sadari bukanlahpekerjaan yang mudah karena pemetaan
teori harus didasarkan atas argumentasiyang kuat untuk meletakkan
suatu teori sosiologi dalam tipe tertentu. Meskidemikian, dua
pendapat sosiolog sebelumnya ditambah dengan Ritzer (2005)dengan
paradigma terpadunya yang membagi teori ke dalam 4 kelompok
besar(makro-obyektif, makro-subyektif, mikro-obyektif, dan
mikro-subyektif) memberikangambaran kepada penulis untuk mencoba
melakukan pemetaan tipe teori sosiologi.
Pemetaan tipe teori yang akan dilakukan ini, tidak serta
”meninggalkan” pendapatsebelumnya, melainkan mencoba
mengelaborasinya ke dalam pembagian tipe yangmudah dipahami.
Adapun pembagian tipe teori sosiologi yang penulis maksudadalah
menggambungkan pendapat yang dikemukakan oleh Collins
(1988),Skidmore (1979), dan tipe ideal dalam pembentukan
teori. Dengan menggunakansistem kuadran, penulis menempatkan
dua garis yang saling menyilang (X dan Y)sebagai garis kontinum
yang membedakan antara aras teori dengan tipe idealpembentukan
teori.
Aras teori berpijak pada pendapat Collins, yang kemudian penulis
reduksi menjadidua aras, yakni makro dan mikro. Alasan
mengapa teori aras meso yangdikemukakan Collins, tidak penulis
masukkan karena didasarkan atas duaargumentasi, yakni: pertama,
teori pada aras meso sebagaimana dikemukakanCollins (1988) hanya
menekankan perbedaan unit analisis antara makro dan
mikro. Akan tetapi sebagai sumber ilmu pengetahuan, pemikiran
teori aras meso tetapberpijak pada pemikiran yang bersumber dari
induktif dan deduktif; dan kedua,meminjam pembagian sosiologi oleh
Sanderson (2003) yang mengemukakanbahwa teori sosiologi pada
prinsipnya dikategorikan menjadi dua bagian sesuaidengan kajian
analitiknya. Adapun kategori yang dimaksud, yaitu:
sosiologimakrodan sosiologi mikro [1]. Dengan demikian, teori
aras makro-mikro merupakansatu garis kontinum yang saling
berhubungan (garis sumbu X).
Sementara itu, untuk tipe ideal pembentukan teori yang penulis
maksud adalahcara berfikir filsafat yang bersumber dari dua, yakni
deduktif dan induktif. Pernyataan ini senada dengan pendapat
Skidmore yang membedakan tipe teorimenjadi 3 bagian, yakni teori
deduktif (deductive theory), teori berpola (patterntheory), dan
perspektif (perspective). Dalam pembuatan tipe teori
sosiologi ini,teori perspektif yang dikemukakan Skidmore, tidak
penulis masukkan karenacenderung sudah mewakili dua teori
sebelumnya. Dengan demikian, deduktivetheory (cara berfikir
deduktif) dan pattern theory (cara berfikir induktif) merupakansatu
garis kontinum atau garis sumbu Y.
page 6 / 9
#_ftn1
-
Sofyan Sjaf Online | Teori dan Ragam Tipe Teori
SosiologiCopyright Sofyan Sjaf
[email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/teori-dan-ragam-tipe-teori-sosiologi/
Berangkat dari pemetaan teori yang disajikan di atas, dengan
jelas terlihat bahwatipe teori sosiologi dapat dibedakan ke dalam 4
bagian, yakni:
(1). Mikro-deduktif, yaitu
tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai pola pikirdan perilaku
yang muncul dalam kelompok-kelompok yang relatif berskala
kecildimana prediksi dan eksplanasinya berangkat dari hukum-hukum
atau teorisebelumnya. Dalam tipe ini, satuan analisisnya
adalah individu dan kelompoksosial.
(2). Mikro-induktif, yaitu
tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai pola pikirdan perilaku
yang muncul dalam kelompok-kelompok yang relatif berskala
kecildimana prediksi dan eksplanasinya berangkat dari fakta sosial
(emperisme). Adapun tipe analisisnya adalah individu dan
kelompok sosial;
(3). Makro-deduktif, yaitu
tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai polasosial berskala
besar dimana eksplanasi dan prediksinya berangkat darihukum-hukum
atau teori sebelumnya. Satuan analisis dari tipe teori ini
adalahmasyarakat sebagai sistem sosial dan dapat pula organisasi
sosial; dan
(4). Makro-induktif, yaitu
tipe teori sosiologi yang mengkaji berbagai polasosial berskala
besar dimana eksplanasi dan prediksinya berangkat dari fakta
sosial(emperisme). Satuan analisisnya adalah masyarakat atau
sistem sosial.
Dengan demikian, beragam teori sosiologi yang ada dapat
dimasukkan ke dalamempat pembagian teori yang telah disebutkan
sebelumnya. Atau dengan kata lain,terdapat empat sel dalam
matriks yang akan diisi sesuai dengan pembagian tipeteori sosiologi
yang telah disebutkan sebelumnya. Perkembangan teori
sosiologihingga kini banyak tergolong ke dalam tipe teori
makro-induktif dan mikro-induktifdibandingkan dengan teori
makro-deduktif dan mikro-deduktif. Bukti ini
semakinmenunjukkan bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang
berangkat darifakta sosial (empirisme) yang berbeda jauh dengan
psikologi sosial dan filsafatsebagai ilmu pengetahuan.
page 7 / 9
-
Sofyan Sjaf Online | Teori dan Ragam Tipe Teori
SosiologiCopyright Sofyan Sjaf
[email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/teori-dan-ragam-tipe-teori-sosiologi/
Referensi
Collins, R., Theoretical Sociology, San Diego: Harcourt Brace
Jovanovich, Prbl., 1988.
Poloma, MM., Sosiologi Kontemporer (edisi keenam), Jakarta: PT.
Raja GrafindoPersada, 2004.
Ritzer, G., Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadgima Ganda (edisi
kelima), Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Ritzer, G. dan Goodman, DJ., Teori Sosiologi Modern, Jakarta:
Kencana, 2003.
Sanderson, SK., Makro Sosiologi: Sebuah Pendekatan Terhadap
Realitas Sosial (edisikedua), PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Skidmore, W., Theoretical Thinking in Sociology, Cambridge:
Cambridge UniversityPress, 1979.
Soetrisno dan Hanafie, SR., Filsafat Ilmu dan Metodelogi
Penelitian, Yogyakarta:ANDI Yogyakarta, 2007.
Stinchcombe, A. L., Constructing Social Theories, New York:
Harcourt, Brance andWorld, Inc., 1986.
Turner, J. H., The Structure of Sociological Theory (sixth
edition), Belmont, CA:Wadsworth Publishing Company, 1998.
page 8 / 9
-
Sofyan Sjaf Online | Teori dan Ragam Tipe Teori
SosiologiCopyright Sofyan Sjaf
[email protected]://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/teori-dan-ragam-tipe-teori-sosiologi/
[1] Sanderson (2003) mengungkapkan bahwa sosiologi makro adalah
ilmupengetahuan sosial yang mengkaji berbagai pola sosial berskala
besar. Ilmu inimemusatkan berhatiannya kepada masyarakat
sebagai keseluruhan dan berbagaiunsur pentingnya, seperti: ekonomi,
sistem politik, pola penghidupan keluarga danbentuk sistem
keagamaannya. Sosiologi makro juga memusatkan
perhatiannyakepada jaringan kerja dunia dari berbagai masyarakat
yang saling berinteraksi. Sedangkan sosiologi mikro adalah
sosiologi yang menyelidiki berbagai pola pikirdan perilaku yang
muncul dalam kelompok-kelompok yang relatif berskala kecil.
page 9 / 9
#_ftnref1