TENTIR IMMUNOLOGISUMATIF I MODUL RESPIRASI
Departement Fisiologi Dan Immunologi Medical ArmyMuhammad
IrfanInggri Ocvianti.NRisa MuthmainahJonathan Martino P.Deby Wahyu
P.Nunung Agustia RiniYohanes SatrioPamela Rita Sari
IMUNOLOGI
Selamat datang di dunia immunologi. Di mana kita akan
mempelajari hal-hal yang ada tapi tiak ada (?) bingung kan? Karena
kami juga lebih bingung saat harus membuat 205 slide mnajdi tentir
*curcol.
Yukkk masuk pembahasannya Slide 1-10 dilamngkau ya teman-teman,
bisa dibaca sendiri, soalnya kan nggak terlalu nijelasin gimana
juga, kita langsung masuk ke reaksi hipersensitivitas ya..
HIPERSENSITIVITASHipersensitivitas ini merupakan reaksi yang
berlebihan terhadap antigen yang baru masuk ke dalam tubuh atau
yang sudah masuk sebelumnya. Hipersensitivitas dibagi menjadi empat
yaitu:1. Hipersensitivitas tipe 1 - reaksi cepat (segera) contonya
anafilaksis sistemik dan lokal (lokal seperti, rhinitis, asma,
urtikaria, dan alergi terhadap makanan)Hipersensitivitas ini
merupakan hipersensitivitas tipe cepat atau anafilaksis. Reaksi ini
biasanya melibatkan kulit (urtikaria dan eksema), mata
(konjungtiva), nasofaring (rhinorrhea dan rhinitis), jaringan
bronkopulmoner (asma) dan saluran pencernaan (gas\troenteritis).
Reaksi hipersensitivitas tipe ini diperantarai oleh antibody IgE,
ketika ada allergen yang masuk kedalam tubuh menimbulkan respon
imun. Komponen selular utama adalah sel mast atau basofil. Reaksi
ini diperkuat oleh trombosit, neutrofil dan eosinofil. Sel mast
akan diransang untuk mengeluarkan histamine. Sebagian besar IgE
dalam tubuh akan berikatan secara sialng dengan reseptor spesifik
Fc epsilon R pada permukaan sel mast/ basofil. Sel-sel yang
diaktifkan oleh fc epsilon R melalui antigen akan mengikat molekul
IgE . Ikatan silang antara FcepsilonRI menyebabkan degranulasi
cepat dari sel mast dan pelepasan mediator inflamasi utama yang
sisimpan didalam granul (biasanya berupa histamine). Histamine ini
ada 4 jenis. H1: permeabilitas vascular meningkat, vasodilatasi
kontrasksi otot polosH2: sekresi mukosa gasterH3: SSPH4: eosinofil.
Selain itu aktivasi dari sel mast melalui Fcepsiolon RI uga
menyebabkan oroduksi mediator sekunder ( Prostaglandi, Leukotrin,
dan Sitokin). Prostaglandin dan lukotrin efeknya lebih lambat namun
lebih menonjol disbanding histamine, LT berperan pada
bronkokostriksi dan peningkatan permeabilitas vascular serta
produksi mukus. PGE2 menimbulkan bronkokostriksi. Sitokin, dia
dilepaskan sel mast dan basofil seperti IL-3, IL-4, IL-5, IL-6,
IL-10, IL-13, GM-CSF dan TNF. Sitokin-sitokin ini akan merubah
lingkunagn mikro dan dapat mengerahkan sel inflamasi seperti
neutrofil dan eosinofil. Gambarnya bisa lihat di bawah ya
teman-teman.
Ini mediator-mediator primer dan sekunder
2. Hipersensitivitas tipe II -terkait antibody (IgG atau IgM),
salah satu contohnya reaksi saat transfuse.Merupakan reaksi
sitotoksik. Tubuh kita kan ada antibody, ketika Ab berhadapan
dengan antigen permukaan sel menimbulkan destruksi sel dengan
bantuan komplemen atau ADCC. Masih ingat sama barang dua itu, kita
review dikit ya komplemen dalam sirkulasi dapat berupa lektin,
interferon, GRP dan komplemen dalam pertahanan humoral. Komplemen
berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai
factor kemotaktik dan juga menimbulakjn destruksi atau lisis dari
bakteri/ antigen yang masuk. ADCC (Antibody Dependent Cell
(mediate) Cytotoxity). Antibody yang berperan pada
hipersensitivitas ini adalah IgM atau IgG.
Ketika ada antigen pada sel darah merah, akan terjadi reaksai
antibody (IgG atau IgM) dan determinan antigen. Antibody akan
mengaktifkan reseptor Fc-R dan sel NK yang berperan sebagai efektor
dan menimbulkan kerusakan melalui ADCC. Yang akan menimbulakn
reaksi sitotoksik (lisis) dari antigen. Contoh dari
hipersensitivitas tipe ini adalah: anemia hemolitik, reaksi
transfuse ABO.3. Hipersensitivitas tipe III - terkait reaksi
kompleks imun.Mediator terbanyak pada hipersensitivitas ini adalah
IgG. Pada keadaan normal kompleks imun didalam sirkulasi diikat dan
diangkut eritrosit ke hati, loipa dan akan dimusnahkan oleh sel
fagosit mononuclear, terutama di hati, limpa dan paru tanpa bantuan
komplemen. Meskipun kompleks imun berada didalam sirkulasi untuk
jangka waktu yang panjang dia tidak akan menimbulkan masalah.
Permasalahan akan timbul jika kompleks tersebut mengandap di
jaringan. Kompleks imun yang mengendap di jaringan biasanya
kompleks imun yang kecil, yang akan menyebbakan vermeabilitas
vascular meningkat yang disebabkan oleh pelepasan histamine oleh
sel mast. Kompleks imun yang mengendap didinding pembuluh darah,
biasanya antigen tersebut berasal dari infeksi kuman pathogen yang
persisten, bahan yang terhirup atau dari jaringan sendiri. Infeksi
disertai antigen dalam jumlah yang berlebihan yang tidak diimbangi
sama antibody. Kompleks imun yang terdiri atas antigen dalam
sirkulais dan IgM atau IgG3 diendapkan di membrane basal vascular
dan membrane basal ginjalyang menimbulkan reaksi inflamasi lokal
dan luas. Pada infeksi mikroba atau virus persisten, kompleks imun
dapat mengendap dalam jaringan misalnya, Ginjal- mengakibatkan
disfungsi, di sendi- arthiritis, di Pembuluh darah menyebabkan
vaskulitis. Dimanapun pengendapan dari kompleks imun akan
menyebankan peradangan dan jaringan cedera.
4. Hipersensitivitas IV- reaksi selular, dimediasi sel
Hipersensitivitas tipe lambat. Ini adalah reaksi hipersensitivitas
yang dipicu oleh antigen T-spesifik sel limfosit (bukan antibody).
Diperantarai oleh hipersensitivitas tipe lambat. CD4+ dan CD8+
Berperan dalam reaksi ini. Sel T melepas sitokin bersama dengan
produksi mefiator sitokin lain menimbulkan respon inflamsi yang
bterlihat pada penyakit kulit. Biasanya dalam waktu 12-48 jam.Sel
langerhans epidermis berkontak dengan sel T CD4 menyebabkan
sensitivitas kontak. Ini terjadi setelah sensitivitas denagn bahan
kimia sederhana (misalnya nikel dan formaldheid), bahan tanaman
(rancun lvy, racuk pohon oak), topical dan beberapa kosmetik dan
sabun.
Hipersensitivitas Fase Sensitasi
Dimulai ketika bahan yang tidak dapat disingkirkan dari tubuh
seperti talcum dealam rongga peritoneum dan kolagen sapi di bawah
kulit. Reaksi ini dimulai dari fase sensitasi yang membutuhkan 1-2
minggu setelah kontak dengan antigen. Dalam fase ini, Th diaktifkan
oleh APC melalui MHC-II. Reaksi khas DTH mempunyai dua fase yaitu
sensitasi dan fase efektor. Berbagai APC seperti Langerhans dan
makrofag yang menangkap antigen dan membawanya ke kelenjar limfoid
regional untuk dipresentasikan ke sel T. sel T yang diaktifkan
adalah sel CD4+ terutama Th1 sel CD8+
Fase Efektor
Pada pajanan berulang denagn antigen menginduksi sel efektor .
fase efektor sel Th1 melepas sitokin yang mengaktifkan magrofag dan
sel inflamasi nosepesifik lainnya. Gejala akan terlihat setelah 24
jam sesudah kontak kedua dengan antigen. Makrofakgmerupakan efektor
utama efektor utama respons DTH (delayed Type Hypersensitivity).
Sitokin yang dilepas sel Th1 menginduksi monosit menempel ke
endotel vascular, bermigrasi dari sirkulasi darah ke jaringan
sekitar. Infukls magrofag yang diaktifkan berperan pada DTH
terhadap parasit dan abkteri intraselular yang tidak dapat
ditemukan oleh antibody. Enzim lisis yang dilepaskan magrofag
menyebabkan destruksi nonspesifik pathogen intraseluler yang hanya
menimbulkan sedikit kerusakan jaringan.
Respon DTH yang memanjang dapat merusak jaringan penjamu dan
menimbulkan reaksi granuloma. Granuloma terbentuk jika magrofag
terus menerus diaktifkan dan menempel satu denagn lainnya yang
berdifusi membentuk sel datia multinuclear yang disebut sel datia.
Sel datia mendorong jaringan normaldari tempatnya, membentuk nodul
yang dapat diraba dan membentuk sejumlah enzim litik yang merusak
jaringan sekitar yang dapat menyebabkan nekrosis.
Yuhuuu, kita masuk ke pembahasan penyakit paru yang berhubungan
dnegan imunitas yaa Respiratory Allergies (Allergic Asthma)Asma
merupakan kondisi yang ditandai dengan andanya bronkospasme yang
reversible dan inflamasi kronis dari saluran pernafasanSekilas
intermezzo dulu ya jadi pada orang asma itu ada sel Th( t helper)
yang berdiferensiasi). Asma juga merupakan salah satujenis
hipersensitivitas tipe I yang melibatkan peran IgE. Individu yang
mengidap asma, pada saat alergen masukke dalam tubuh, maka akan
menimbulkan respons imun berupa produksi IgE. Ig E ini nantinya
akan berikatan dengan reseptor IgE yang namanya FcR pada sel mast
yang terdapat pada saluran nafas. Fase ini disebut fase
sensitisasi. Ketika ada pajanan berulang dengan alergen yang
berulang atau pemicu seperti serbuk sari contohnya, nanti akan
menyebabkan ikatan antara sel mast-alergen yang akan berikatan
dengan IgE yang disebut ikatan silang. Ikatan silang antara natigen
dan IgE, akan menyebabkan degranulasi sel mast (sel mast akan
melepaskan isinya) yang melepaskan mediator-mediator. primer
seperti histamin dan mediator sekunder PG , LT, dan sitokin. Proses
degranulasi ini dinamakan Fase Aktivasi.Setelah itu akan terjadi
fase efektor yaitu waktu terjadinya respons yang kompleks
(anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast/
basofil dengan aktivitas farmakologik.Untuk respon pada asma bisa
dibagi jadi 2 yaitu :
a. Fase awal : terjadi pada 30-60 menit pertama setelah
terinhalasi antigen. Mediator fase awal akan dilepaskan pada fase
ini yaitu histamin.Fase awal pada asma itu ditandai dengan :
Konstriksi dari saluran nafas bronkial (bronkospasme)Bronkospasme
yang terjadi disebabkan oleh adanya peningkatan penegluaran
mediator inflasmasi tertertentu contohnya histamin, prostaglandin,
bradikinin (bisa dibaca ya fungsinya diatas) yang akan menyebabkan
bronkokosntriksi daripada inflamasi. Kesulitan bernafas Produksi
mukus yang berlebihan
Untuk penjelasan gambar diatas, jadi jika ada alergen masuk
kedalam tubuh, si alergen ini bakal dikenali dan diolah sama
Antigen Presenting Cell (sel mast atau basofil), nantinya hkalua
dia udah kenal, dia bakal meproses alergen dibantu oleh sel TH (T
helper). Sel T helper akan memberikan instruksi melalui interleukin
atau sitokin ( review sedikiyt ya; sitokin berperan dalam imunitas
nonspesifik dan spesifik dalam mengawali, mempengaruhi dan
meningkatkan respons imun non spesifik. Perlu diingat bahwa sitokin
merupakan protein pembawa pesan kimiawi atau perantara dalam
komunikasi antarsel). Intruksi yang diberikan sel T helper melalu
iinterleukin atau sitokin akan memberi perintah kepada sel plasma
untuk membentuk IgE dan selradang yang nantinya akan mengeluarkan
mediator inflamasi.
b. Fase lanjut : setelah fase awal terjadi akan ada fase dimana
dia mereda, nanti bakal diikuti fase lanjut yang berkepanjangan
hingga 8 jam kemudian. Mediator fase lanjut akan dilepaskan pada
fase ini.Fase lanjut asma dapat terjadi pada beberapa jam setelah
onset pertama dari gejala dan bermanifestasi sebagai respons
inflamasi. Mediator primer pda inflamasi selama respons asma adalah
sel darah putih Eosinofil yang menstimulasi degranulasi sek mas dan
pelepasan substansi yang menarik leukosit lain ke area
peradanganInfiltrasi susulan dari jaringan pernafasan dengan sel
darah putih seperti neutrofil dan limfosit juga berkontribusi
kepada keseluruhan proses inflamasi pada fase lanjut dari asma.
Catatan : Untuk fase lanjut merupakan lanjutan dari fase awal.
Jadi ketika sel-sel yang dipanggil tadi sudah berdatangan karena
adanya permeabilitas vaskular yang meningkat (fungsi dari mediator
inflamasi sekunder yaitu leukotrien). Sel-sel yang direkrut
tersebut menandai stadium lanjut dari asma dengan antigen yang
masih terikat dengan Ig E. hal ini akan memicu kembali pembebasan
mediator dan menyebabkan kerusakan epitel. Reaksi fase lanjut
didominasi oleh rekrutmen leukosit yang dipanggil oleh
mediator-mediator seperti faktor kemotaktik , IL, platelet
activating factor, dan TNF. Nah si leukosit yang dipanggil ini bisa
menyebabkan 2 hal yaitu : (!) sel ini kembali mengeluarkan
serangkaian mediator yang mengaktifkan sel mast dan memperkuat
respons awal, dan (2) sel ini menyebabkan kerusakan epitel yang
khas pada serangan asam. Jika terjadi kerusakan epitel dapat
berperan dalam hipersensitivitas. Reaksi fase lanjut ini bisa
menyebabkan edama mukosa, sekersi mukus yang berlebihan (karena
peningkatan jumlah sel goblet), infiltrasi leukosit, kerusakan
epitel dan bronkospasme
Pemicu potensial untuk terjadinya asma meliputi Alergen (serbuk
sari, jamur, debu, tungau), Parfum,polutan, asap rokok, infeksi
saluran nafas.
Gejala dan tanda pada serangan asma :Pada fase awal meliputi
kesulitan bernafas, batuk, rasa berat didada dan nyeri, wheezing,
sianosis. Sedangkan pada fase lanju meliputi : edema mukosa,
bronkokonstriksi yang parah, kerusakan epitel. (udah dijelasin ya
tadi )
M.TUBERCULOSIS DAN REPONS IMUNCatatan : untuk epidemiologi,
bakteriologi, faktor resiko dibaca sendiri ya teman-teman. Karena
keterbatasan wktu dalam pembuatan tentir, jadi kita bahas yang
oenting-penting ajaKita langsung masuk ke respons imun terhadap
M.Tuberkulosis
A. Rute dan tempat infeksiMycobacterium tuberculosis adalah
bakteri aerobik obligat, patogen intraseluler yang memiliki
predileksi di jaringan paru yang kaya oksigen (bagian apikal pada
paru memiliki tekanan oksigen yang lebih tinggi dari bagian lain,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
TB)Basil TB akan menyebar dari tempat infeksi dari paru melalui
sistem limfatik atau darah ke bagian tubuh lain.TB ekstrapulmoner
yang terjadi di pleura, limfatik, tulang, sistem genitourinary
terjadi pada 15 persen pasien TB
B. StadiumStadium yang terjadi saat masuknya basil kedalam tubuh
meliputi :I. Stage I Fagositosis dari M.Tuberculosis oleh makrofag
alveolar Destruksi M.TB akan berlangsung secara terus menerus dan
bermultiplikasi di dalam makrofagII. Stage II Influks PMN,
rekruitmen monosit, diferensiasi menjadi makrofag, tapi gagal untuk
dieliminasi secara sempurna Pertumbuhan basil destruksi
jaringanIII. Stage III Sel T spesifik akan direkrut ke tempat yang
mengaktivasi sel monositoid & berdiferensiasi menjadi dua tipe
sel raksasa (giant cell) yaitu sel epiteloid dan sel datia langhan
Mecegah diseminasi dari basilIV. Stage IV Fase laten (granuloma)
Nekrosis kaseosa
c. Pengikatan M. TB ke monosit Reseptor komplemen (CR1, CR2, CR3
dan CR4), resptor mannosa (MR) memainkan peranan yang penting
terhadap pengikatan organisme ke fagosit Interaksi antara reseptor
mannosa dan sel fagositik melalui permukaan glikoprotein
mikobakteria- yaitu lipoarabinomanannan (LAM) Prostaglandin E2 dan
interleukin (IL)-4, sitokin tipe TH2 meregulasi ekspresi dan fungsi
reseptor komplemen dan reseptor manosa. Interferon-g (IFN-g)
mengurangi ekspresi reseptor, menyebabkan kemampuan mikrobakteria
untuk melekat ke makrofag berkurang. Terdapat juga peran reseptor
protein surfaktan, CD14 reseptor7 untuk memediasi perlekatan
bakteri.
d. Fusi fagolisosomJadi M.tuberculosis ini akan mencegah fusi
fagolisosom dengan bertahan hidupdi dalam makrofag. Fusi
fagolisosom dihambat oleh mycobacterial sulphatides,derifat dari
multiacylated trehalose 2-sulphate*lanjutan ke bawahnya bisa baca
sendiri yaa..
e. Reaktif oksigen intermediet (ROI) dan Reactive nitrogen
intermediates
*diinterpretasikan sendiri ya teman teman
f. Mekanisme imun hospes terhadap M. TB Pengaturan presentasi
antigen untuk menghindari eliminasi oleh sel T. Protein yang
disekresikan oleh M. Tuberculosis seperti superoksidadismutase dan
catalase bersifat antagonis terhadap reactive oxygen species
Komponen mikobakterial seperto sulphatide, LAM,dan phenolic-
glycolipid I merupakan penangkap radikal bebas yang poten Makrofag
yang terinfeksi M.tuberculosis akan kehilangan kemampuannya untuk
mempresentasikan antigen ke sel CD4T yang akan mengarahkan kepada
infeksi yang persisten Mekanisme lain dimana APC berkontribusi
sebagai pertahanan terhadap proliferasi dan fungsi sel T ,
dihasilkan oleh sitokin termasuk TGF-, IL-10 OR IL-6. Mikobakteria
virulent dapatmenghindar dari fusi dan multiplikasi phagosomes.
Selain itu, mekanisme imun hospes terhadpa TB Respons imun
innateYang berperan : L natural resistance associated macrophage
protein (Nramp) yang berfungsi mentranspor nitrit pada kompartemen
intrasel untuk diubah menjadi NO pada fagolisosom ,neutrophils,
natural killer cells (NK)- bisa mengaktifkan sel fagosit pada
tempat infeksi, PLASMA LYSOZYME pertahanan lini pertama. Ada juga
yang namanya Toll-like receptor reseptor ini bisa mengaktifkan
makrofag oleh sinyal yang diberikan.
g. Respons imunRespons imun didapat : HumoralKomponen serum
tidak memainkan peran protektif/ beberapa penelitian menunjukkan
adanya oeran dari sel B atau antibodi untuk melindungi TB. Seluler
(CD8, CD4- TH1, TH2)Respon imun adaptifa. T cellsSel T yang paling
penting adalah sel CD4+ T cells. CD8+ T cells juganerkontribusi
dengan cara :1. Mensekresi IFN untuk mengaktifkan MQ untuk
mengontrol infeksi.2. Mensekresi produk yang dapat membunuh
langsung bakteri TB.
b. DC cells- sel dendritikc. CD-1 restricted responsed. B celle.
CytokinesRespons imun terhadap TB1. Pembentukan granulomaPada TB
laten basil biasanya berada zona hipoksia sentral dan perubahan
keadaan metabolic. Pada TB aktif mereka biasa dapat bereplikasi di
daerah oksigen perifer. Kasifikasi granuloma Pada TB yang aktifa.
Granuloma Kaseousa klasik: debris eosinofilik pucat dikelilingi
oleh makrofag dan lapisan limfosit.b. Granuloma non-nekrosis : inti
internal marofag dan beberapa neutrofil dikelilingi oleh lapisan
limfosit.c. Granuloma supuratif: inti sentral neutrofil degenerasi
dikelilingi oleh makrofag dan sel giant dan selubung luar limfosit.
2. Fase awal3. Apoptosis MQ4. Peran PMN (Neutrofil)Neutrofil paru
akan memfasilitasi sel T naif selama infeksi Tb.sel T naif adalah
sel T yang belum pernah terpajan terhadap antigen sebelumnya. Sel
naif yang terpajan dengan kompleks antigen dan dipresentasikan oleh
APC nantinya akan berkembang menjadi subset sel T berupa CD4 dan
CD8. Neutrofil merupakan penghasil dominan IL-10 pada paru-paru
HIV DAN TBTB adalah infeksi oportunistik yang paling sering
terhadap orang yang terinfeksi HIV-1. Terapi antiretroviral
terhadap infeksi HIV-1 membantu meningkatkan resisensi respons imun
terhadap TB. Vitamin Ddilaporkan menghambat infeksi HIV-1 dan TB di
MQ melalui induksi autophagy. PENYAKIT PARU INTERSTISIALA.
Epidemiologi:1. Fibrosis pulmonar idiopatik2. Lingkungan
(enviromental)3. Fibrosis pulmonar pasca inflamasia. Sarcoidosisb.
Penyakit jaringan ikatc. Pneumonitas Hipersensitivitasd. Obat dan
radiasi
B. Konsensus 2000- immunobiology pulmonar dan inflamasi1.
Bersihan mukosiliari1010 partikel per hari yang kita hirup5 x 105
alveolus/ 100 m2 area2. Traktus respiratori atas dan bawah epitel
bersilia3. Jaringan limfatikNALT, BALT (Bronchus associated
lymphoid tissue- sel ini memiliki kemampuan pergantian yang tinggi
dan nampaknya tidak memproduksi IgG, sel ini juga berperan dalam
respons terhadap antigen yang dihirup), jaringan limfoid.4. IgA
sekretorikFungsi IgA sekretorik adalah : Melindungi tubuh dari
patogen- bereaksi dengan molekul adhesi sehingga mencegah adherens
dan kolonisasi patogen Bekerja sebagai opsonin Menetralkan toksin
atau virus dan mencegah terjadinya kontak antara toksin atau virus
Mengaglutinasikan kuman Mengaktifkan komplemen5. Alveolar macrofag-
APC yang buruk, tetapi merupakan pembersih yang baik tanpa
menginisiasi inflamasi.6. Sel T7. Sel B8. Neutrofil 9. Eosinofil,
Basophil, sel mast10. Stres oksidatifKarakteristik sel imun yang
unika. Sel alveolar tipe II- Mensekresi dan membelah sel
(surfaktan, SOD3, IL-8, MCP-1, M1P12, RANTESb. Sel epitel serosa
bronkiolar (Sel clara)- sel sekretorik dan berfungsi untuk
pembelahan sel (stem sel epitel bornkiolar non silia, lactofferin,
-defensin, cathelicidins, SP, cyt-p-450)c. Sel alveolar tipe II dan
sel clara- sumber poten untuk sitokin dan berbagai jenis peptida,
antibiotik protein LL37/HCAP18, phospolipase- A2, sel klara 26 kDa
proteind. Darah (serologis) C3, C4, C1-IHN, Ig (G, A, M), IgE, CRP,
a 1-AT, autoantibodies, infections diseasese. darah ( sel ) - CMI -
ab gd CD3, CD4, CD8, CD19, NK, adhesion molecules CD62L, CD11b,
CD54, CD25, CD86 f. Tes kutaneus test for type 1 allergic reaction;
MULTITEST CMI (Skin Test Antigens for Cell-Mediated Immunity);
Mantu test g. Metode invasive - bronchoscopy, pleural punction -
respiratory cells profile in BALF and PFh. biopsy - histological
examination, immunohistochemial staining *untuk yang autoimun baca
sendiri lagi ya teman-teman, kami hanya menyampaikan poin-poin
pentingnya aja :)
Okee akhirnya tentir imun selesai sudah maaf yaa teman-teman
Cuma segini dan banyak yang harus baca sendiri, tapi insyaalh
tentir ini sudah mencakup inti dari kuliah kemarin. Jika ada salah
baik dari segi penulisan maupun isi materinya kami mohon maaf
sebesar-besarnya. Selamat menumpuh sumatif 1 respisemangat!!!
^^
Department of Physiology MARS 2013