Top Banner
TENTIR IMMUNOLOGI SUMATIF I MODUL RESPIRASI Departement Fisiologi Dan Immunologi Medical Army Muhammad Irfan Inggri Ocvianti.N Risa Muthmainah Jonathan Martino P. Deby Wahyu P. Nunung Agustia Rini Yohanes Satrio Pamela Rita Sari IMUNOLOGI Selamat datang di dunia immunologi. Di mana kita akan mempelajari hal-hal yang ada tapi tiak ada (?) bingung kan? Karena kami juga lebih bingung saat harus membuat 205 slide mnajdi tentir *curcol. Yukkk masuk pembahasannya Slide 1-10 dilamngkau ya teman-teman, bisa dibaca sendiri, soalnya kan nggak terlalu nijelasin gimana juga, kita langsung masuk ke reaksi hipersensitivitas ya….. HIPERSENSITIVITAS Hipersensitivitas ini merupakan reaksi yang berlebihan terhadap antigen yang baru masuk ke dalam tubuh atau yang sudah masuk sebelumnya. Hipersensitivitas dibagi menjadi empat yaitu: 1. Hipersensitivitas tipe 1 - reaksi cepat (segera) contonya anafilaksis sistemik dan lokal (lokal seperti, rhinitis, asma, urtikaria, dan alergi terhadap makanan) Department of Physiology MARS 2013
15

Tentir Immunologi Respi

Dec 17, 2015

Download

Documents

juwitavalen

Tentir Immunologi Respi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

TENTIR IMMUNOLOGISUMATIF I MODUL RESPIRASI

Departement Fisiologi Dan Immunologi Medical ArmyMuhammad IrfanInggri Ocvianti.NRisa MuthmainahJonathan Martino P.Deby Wahyu P.Nunung Agustia RiniYohanes SatrioPamela Rita Sari

IMUNOLOGI

Selamat datang di dunia immunologi. Di mana kita akan mempelajari hal-hal yang ada tapi tiak ada (?) bingung kan? Karena kami juga lebih bingung saat harus membuat 205 slide mnajdi tentir *curcol.

Yukkk masuk pembahasannya Slide 1-10 dilamngkau ya teman-teman, bisa dibaca sendiri, soalnya kan nggak terlalu nijelasin gimana juga, kita langsung masuk ke reaksi hipersensitivitas ya..

HIPERSENSITIVITASHipersensitivitas ini merupakan reaksi yang berlebihan terhadap antigen yang baru masuk ke dalam tubuh atau yang sudah masuk sebelumnya. Hipersensitivitas dibagi menjadi empat yaitu:1. Hipersensitivitas tipe 1 - reaksi cepat (segera) contonya anafilaksis sistemik dan lokal (lokal seperti, rhinitis, asma, urtikaria, dan alergi terhadap makanan)Hipersensitivitas ini merupakan hipersensitivitas tipe cepat atau anafilaksis. Reaksi ini biasanya melibatkan kulit (urtikaria dan eksema), mata (konjungtiva), nasofaring (rhinorrhea dan rhinitis), jaringan bronkopulmoner (asma) dan saluran pencernaan (gas\troenteritis). Reaksi hipersensitivitas tipe ini diperantarai oleh antibody IgE, ketika ada allergen yang masuk kedalam tubuh menimbulkan respon imun. Komponen selular utama adalah sel mast atau basofil. Reaksi ini diperkuat oleh trombosit, neutrofil dan eosinofil. Sel mast akan diransang untuk mengeluarkan histamine. Sebagian besar IgE dalam tubuh akan berikatan secara sialng dengan reseptor spesifik Fc epsilon R pada permukaan sel mast/ basofil. Sel-sel yang diaktifkan oleh fc epsilon R melalui antigen akan mengikat molekul IgE . Ikatan silang antara FcepsilonRI menyebabkan degranulasi cepat dari sel mast dan pelepasan mediator inflamasi utama yang sisimpan didalam granul (biasanya berupa histamine). Histamine ini ada 4 jenis. H1: permeabilitas vascular meningkat, vasodilatasi kontrasksi otot polosH2: sekresi mukosa gasterH3: SSPH4: eosinofil. Selain itu aktivasi dari sel mast melalui Fcepsiolon RI uga menyebabkan oroduksi mediator sekunder ( Prostaglandi, Leukotrin, dan Sitokin). Prostaglandin dan lukotrin efeknya lebih lambat namun lebih menonjol disbanding histamine, LT berperan pada bronkokostriksi dan peningkatan permeabilitas vascular serta produksi mukus. PGE2 menimbulkan bronkokostriksi. Sitokin, dia dilepaskan sel mast dan basofil seperti IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, IL-13, GM-CSF dan TNF. Sitokin-sitokin ini akan merubah lingkunagn mikro dan dapat mengerahkan sel inflamasi seperti neutrofil dan eosinofil. Gambarnya bisa lihat di bawah ya teman-teman.

Ini mediator-mediator primer dan sekunder

2. Hipersensitivitas tipe II -terkait antibody (IgG atau IgM), salah satu contohnya reaksi saat transfuse.Merupakan reaksi sitotoksik. Tubuh kita kan ada antibody, ketika Ab berhadapan dengan antigen permukaan sel menimbulkan destruksi sel dengan bantuan komplemen atau ADCC. Masih ingat sama barang dua itu, kita review dikit ya komplemen dalam sirkulasi dapat berupa lektin, interferon, GRP dan komplemen dalam pertahanan humoral. Komplemen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai factor kemotaktik dan juga menimbulakjn destruksi atau lisis dari bakteri/ antigen yang masuk. ADCC (Antibody Dependent Cell (mediate) Cytotoxity). Antibody yang berperan pada hipersensitivitas ini adalah IgM atau IgG.

Ketika ada antigen pada sel darah merah, akan terjadi reaksai antibody (IgG atau IgM) dan determinan antigen. Antibody akan mengaktifkan reseptor Fc-R dan sel NK yang berperan sebagai efektor dan menimbulkan kerusakan melalui ADCC. Yang akan menimbulakn reaksi sitotoksik (lisis) dari antigen. Contoh dari hipersensitivitas tipe ini adalah: anemia hemolitik, reaksi transfuse ABO.3. Hipersensitivitas tipe III - terkait reaksi kompleks imun.Mediator terbanyak pada hipersensitivitas ini adalah IgG. Pada keadaan normal kompleks imun didalam sirkulasi diikat dan diangkut eritrosit ke hati, loipa dan akan dimusnahkan oleh sel fagosit mononuclear, terutama di hati, limpa dan paru tanpa bantuan komplemen. Meskipun kompleks imun berada didalam sirkulasi untuk jangka waktu yang panjang dia tidak akan menimbulkan masalah. Permasalahan akan timbul jika kompleks tersebut mengandap di jaringan. Kompleks imun yang mengendap di jaringan biasanya kompleks imun yang kecil, yang akan menyebbakan vermeabilitas vascular meningkat yang disebabkan oleh pelepasan histamine oleh sel mast. Kompleks imun yang mengendap didinding pembuluh darah, biasanya antigen tersebut berasal dari infeksi kuman pathogen yang persisten, bahan yang terhirup atau dari jaringan sendiri. Infeksi disertai antigen dalam jumlah yang berlebihan yang tidak diimbangi sama antibody. Kompleks imun yang terdiri atas antigen dalam sirkulais dan IgM atau IgG3 diendapkan di membrane basal vascular dan membrane basal ginjalyang menimbulkan reaksi inflamasi lokal dan luas. Pada infeksi mikroba atau virus persisten, kompleks imun dapat mengendap dalam jaringan misalnya, Ginjal- mengakibatkan disfungsi, di sendi- arthiritis, di Pembuluh darah menyebabkan vaskulitis. Dimanapun pengendapan dari kompleks imun akan menyebankan peradangan dan jaringan cedera.

4. Hipersensitivitas IV- reaksi selular, dimediasi sel Hipersensitivitas tipe lambat. Ini adalah reaksi hipersensitivitas yang dipicu oleh antigen T-spesifik sel limfosit (bukan antibody). Diperantarai oleh hipersensitivitas tipe lambat. CD4+ dan CD8+ Berperan dalam reaksi ini. Sel T melepas sitokin bersama dengan produksi mefiator sitokin lain menimbulkan respon inflamsi yang bterlihat pada penyakit kulit. Biasanya dalam waktu 12-48 jam.Sel langerhans epidermis berkontak dengan sel T CD4 menyebabkan sensitivitas kontak. Ini terjadi setelah sensitivitas denagn bahan kimia sederhana (misalnya nikel dan formaldheid), bahan tanaman (rancun lvy, racuk pohon oak), topical dan beberapa kosmetik dan sabun.

Hipersensitivitas Fase Sensitasi

Dimulai ketika bahan yang tidak dapat disingkirkan dari tubuh seperti talcum dealam rongga peritoneum dan kolagen sapi di bawah kulit. Reaksi ini dimulai dari fase sensitasi yang membutuhkan 1-2 minggu setelah kontak dengan antigen. Dalam fase ini, Th diaktifkan oleh APC melalui MHC-II. Reaksi khas DTH mempunyai dua fase yaitu sensitasi dan fase efektor. Berbagai APC seperti Langerhans dan makrofag yang menangkap antigen dan membawanya ke kelenjar limfoid regional untuk dipresentasikan ke sel T. sel T yang diaktifkan adalah sel CD4+ terutama Th1 sel CD8+

Fase Efektor

Pada pajanan berulang denagn antigen menginduksi sel efektor . fase efektor sel Th1 melepas sitokin yang mengaktifkan magrofag dan sel inflamasi nosepesifik lainnya. Gejala akan terlihat setelah 24 jam sesudah kontak kedua dengan antigen. Makrofakgmerupakan efektor utama efektor utama respons DTH (delayed Type Hypersensitivity). Sitokin yang dilepas sel Th1 menginduksi monosit menempel ke endotel vascular, bermigrasi dari sirkulasi darah ke jaringan sekitar. Infukls magrofag yang diaktifkan berperan pada DTH terhadap parasit dan abkteri intraselular yang tidak dapat ditemukan oleh antibody. Enzim lisis yang dilepaskan magrofag menyebabkan destruksi nonspesifik pathogen intraseluler yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan.

Respon DTH yang memanjang dapat merusak jaringan penjamu dan menimbulkan reaksi granuloma. Granuloma terbentuk jika magrofag terus menerus diaktifkan dan menempel satu denagn lainnya yang berdifusi membentuk sel datia multinuclear yang disebut sel datia. Sel datia mendorong jaringan normaldari tempatnya, membentuk nodul yang dapat diraba dan membentuk sejumlah enzim litik yang merusak jaringan sekitar yang dapat menyebabkan nekrosis.

Yuhuuu, kita masuk ke pembahasan penyakit paru yang berhubungan dnegan imunitas yaa Respiratory Allergies (Allergic Asthma)Asma merupakan kondisi yang ditandai dengan andanya bronkospasme yang reversible dan inflamasi kronis dari saluran pernafasanSekilas intermezzo dulu ya jadi pada orang asma itu ada sel Th( t helper) yang berdiferensiasi). Asma juga merupakan salah satujenis hipersensitivitas tipe I yang melibatkan peran IgE. Individu yang mengidap asma, pada saat alergen masukke dalam tubuh, maka akan menimbulkan respons imun berupa produksi IgE. Ig E ini nantinya akan berikatan dengan reseptor IgE yang namanya FcR pada sel mast yang terdapat pada saluran nafas. Fase ini disebut fase sensitisasi. Ketika ada pajanan berulang dengan alergen yang berulang atau pemicu seperti serbuk sari contohnya, nanti akan menyebabkan ikatan antara sel mast-alergen yang akan berikatan dengan IgE yang disebut ikatan silang. Ikatan silang antara natigen dan IgE, akan menyebabkan degranulasi sel mast (sel mast akan melepaskan isinya) yang melepaskan mediator-mediator. primer seperti histamin dan mediator sekunder PG , LT, dan sitokin. Proses degranulasi ini dinamakan Fase Aktivasi.Setelah itu akan terjadi fase efektor yaitu waktu terjadinya respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast/ basofil dengan aktivitas farmakologik.Untuk respon pada asma bisa dibagi jadi 2 yaitu :

a. Fase awal : terjadi pada 30-60 menit pertama setelah terinhalasi antigen. Mediator fase awal akan dilepaskan pada fase ini yaitu histamin.Fase awal pada asma itu ditandai dengan : Konstriksi dari saluran nafas bronkial (bronkospasme)Bronkospasme yang terjadi disebabkan oleh adanya peningkatan penegluaran mediator inflasmasi tertertentu contohnya histamin, prostaglandin, bradikinin (bisa dibaca ya fungsinya diatas) yang akan menyebabkan bronkokosntriksi daripada inflamasi. Kesulitan bernafas Produksi mukus yang berlebihan

Untuk penjelasan gambar diatas, jadi jika ada alergen masuk kedalam tubuh, si alergen ini bakal dikenali dan diolah sama Antigen Presenting Cell (sel mast atau basofil), nantinya hkalua dia udah kenal, dia bakal meproses alergen dibantu oleh sel TH (T helper). Sel T helper akan memberikan instruksi melalui interleukin atau sitokin ( review sedikiyt ya; sitokin berperan dalam imunitas nonspesifik dan spesifik dalam mengawali, mempengaruhi dan meningkatkan respons imun non spesifik. Perlu diingat bahwa sitokin merupakan protein pembawa pesan kimiawi atau perantara dalam komunikasi antarsel). Intruksi yang diberikan sel T helper melalu iinterleukin atau sitokin akan memberi perintah kepada sel plasma untuk membentuk IgE dan selradang yang nantinya akan mengeluarkan mediator inflamasi.

b. Fase lanjut : setelah fase awal terjadi akan ada fase dimana dia mereda, nanti bakal diikuti fase lanjut yang berkepanjangan hingga 8 jam kemudian. Mediator fase lanjut akan dilepaskan pada fase ini.Fase lanjut asma dapat terjadi pada beberapa jam setelah onset pertama dari gejala dan bermanifestasi sebagai respons inflamasi. Mediator primer pda inflamasi selama respons asma adalah sel darah putih Eosinofil yang menstimulasi degranulasi sek mas dan pelepasan substansi yang menarik leukosit lain ke area peradanganInfiltrasi susulan dari jaringan pernafasan dengan sel darah putih seperti neutrofil dan limfosit juga berkontribusi kepada keseluruhan proses inflamasi pada fase lanjut dari asma.

Catatan : Untuk fase lanjut merupakan lanjutan dari fase awal. Jadi ketika sel-sel yang dipanggil tadi sudah berdatangan karena adanya permeabilitas vaskular yang meningkat (fungsi dari mediator inflamasi sekunder yaitu leukotrien). Sel-sel yang direkrut tersebut menandai stadium lanjut dari asma dengan antigen yang masih terikat dengan Ig E. hal ini akan memicu kembali pembebasan mediator dan menyebabkan kerusakan epitel. Reaksi fase lanjut didominasi oleh rekrutmen leukosit yang dipanggil oleh mediator-mediator seperti faktor kemotaktik , IL, platelet activating factor, dan TNF. Nah si leukosit yang dipanggil ini bisa menyebabkan 2 hal yaitu : (!) sel ini kembali mengeluarkan serangkaian mediator yang mengaktifkan sel mast dan memperkuat respons awal, dan (2) sel ini menyebabkan kerusakan epitel yang khas pada serangan asam. Jika terjadi kerusakan epitel dapat berperan dalam hipersensitivitas. Reaksi fase lanjut ini bisa menyebabkan edama mukosa, sekersi mukus yang berlebihan (karena peningkatan jumlah sel goblet), infiltrasi leukosit, kerusakan epitel dan bronkospasme

Pemicu potensial untuk terjadinya asma meliputi Alergen (serbuk sari, jamur, debu, tungau), Parfum,polutan, asap rokok, infeksi saluran nafas.

Gejala dan tanda pada serangan asma :Pada fase awal meliputi kesulitan bernafas, batuk, rasa berat didada dan nyeri, wheezing, sianosis. Sedangkan pada fase lanju meliputi : edema mukosa, bronkokonstriksi yang parah, kerusakan epitel. (udah dijelasin ya tadi )

M.TUBERCULOSIS DAN REPONS IMUNCatatan : untuk epidemiologi, bakteriologi, faktor resiko dibaca sendiri ya teman-teman. Karena keterbatasan wktu dalam pembuatan tentir, jadi kita bahas yang oenting-penting ajaKita langsung masuk ke respons imun terhadap M.Tuberkulosis

A. Rute dan tempat infeksiMycobacterium tuberculosis adalah bakteri aerobik obligat, patogen intraseluler yang memiliki predileksi di jaringan paru yang kaya oksigen (bagian apikal pada paru memiliki tekanan oksigen yang lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit TB)Basil TB akan menyebar dari tempat infeksi dari paru melalui sistem limfatik atau darah ke bagian tubuh lain.TB ekstrapulmoner yang terjadi di pleura, limfatik, tulang, sistem genitourinary terjadi pada 15 persen pasien TB

B. StadiumStadium yang terjadi saat masuknya basil kedalam tubuh meliputi :I. Stage I Fagositosis dari M.Tuberculosis oleh makrofag alveolar Destruksi M.TB akan berlangsung secara terus menerus dan bermultiplikasi di dalam makrofagII. Stage II Influks PMN, rekruitmen monosit, diferensiasi menjadi makrofag, tapi gagal untuk dieliminasi secara sempurna Pertumbuhan basil destruksi jaringanIII. Stage III Sel T spesifik akan direkrut ke tempat yang mengaktivasi sel monositoid & berdiferensiasi menjadi dua tipe sel raksasa (giant cell) yaitu sel epiteloid dan sel datia langhan Mecegah diseminasi dari basilIV. Stage IV Fase laten (granuloma) Nekrosis kaseosa

c. Pengikatan M. TB ke monosit Reseptor komplemen (CR1, CR2, CR3 dan CR4), resptor mannosa (MR) memainkan peranan yang penting terhadap pengikatan organisme ke fagosit Interaksi antara reseptor mannosa dan sel fagositik melalui permukaan glikoprotein mikobakteria- yaitu lipoarabinomanannan (LAM) Prostaglandin E2 dan interleukin (IL)-4, sitokin tipe TH2 meregulasi ekspresi dan fungsi reseptor komplemen dan reseptor manosa. Interferon-g (IFN-g) mengurangi ekspresi reseptor, menyebabkan kemampuan mikrobakteria untuk melekat ke makrofag berkurang. Terdapat juga peran reseptor protein surfaktan, CD14 reseptor7 untuk memediasi perlekatan bakteri.

d. Fusi fagolisosomJadi M.tuberculosis ini akan mencegah fusi fagolisosom dengan bertahan hidupdi dalam makrofag. Fusi fagolisosom dihambat oleh mycobacterial sulphatides,derifat dari multiacylated trehalose 2-sulphate*lanjutan ke bawahnya bisa baca sendiri yaa..

e. Reaktif oksigen intermediet (ROI) dan Reactive nitrogen intermediates

*diinterpretasikan sendiri ya teman teman

f. Mekanisme imun hospes terhadap M. TB Pengaturan presentasi antigen untuk menghindari eliminasi oleh sel T. Protein yang disekresikan oleh M. Tuberculosis seperti superoksidadismutase dan catalase bersifat antagonis terhadap reactive oxygen species Komponen mikobakterial seperto sulphatide, LAM,dan phenolic- glycolipid I merupakan penangkap radikal bebas yang poten Makrofag yang terinfeksi M.tuberculosis akan kehilangan kemampuannya untuk mempresentasikan antigen ke sel CD4T yang akan mengarahkan kepada infeksi yang persisten Mekanisme lain dimana APC berkontribusi sebagai pertahanan terhadap proliferasi dan fungsi sel T , dihasilkan oleh sitokin termasuk TGF-, IL-10 OR IL-6. Mikobakteria virulent dapatmenghindar dari fusi dan multiplikasi phagosomes.

Selain itu, mekanisme imun hospes terhadpa TB Respons imun innateYang berperan : L natural resistance associated macrophage protein (Nramp) yang berfungsi mentranspor nitrit pada kompartemen intrasel untuk diubah menjadi NO pada fagolisosom ,neutrophils, natural killer cells (NK)- bisa mengaktifkan sel fagosit pada tempat infeksi, PLASMA LYSOZYME pertahanan lini pertama. Ada juga yang namanya Toll-like receptor reseptor ini bisa mengaktifkan makrofag oleh sinyal yang diberikan.

g. Respons imunRespons imun didapat : HumoralKomponen serum tidak memainkan peran protektif/ beberapa penelitian menunjukkan adanya oeran dari sel B atau antibodi untuk melindungi TB. Seluler (CD8, CD4- TH1, TH2)Respon imun adaptifa. T cellsSel T yang paling penting adalah sel CD4+ T cells. CD8+ T cells juganerkontribusi dengan cara :1. Mensekresi IFN untuk mengaktifkan MQ untuk mengontrol infeksi.2. Mensekresi produk yang dapat membunuh langsung bakteri TB.

b. DC cells- sel dendritikc. CD-1 restricted responsed. B celle. CytokinesRespons imun terhadap TB1. Pembentukan granulomaPada TB laten basil biasanya berada zona hipoksia sentral dan perubahan keadaan metabolic. Pada TB aktif mereka biasa dapat bereplikasi di daerah oksigen perifer. Kasifikasi granuloma Pada TB yang aktifa. Granuloma Kaseousa klasik: debris eosinofilik pucat dikelilingi oleh makrofag dan lapisan limfosit.b. Granuloma non-nekrosis : inti internal marofag dan beberapa neutrofil dikelilingi oleh lapisan limfosit.c. Granuloma supuratif: inti sentral neutrofil degenerasi dikelilingi oleh makrofag dan sel giant dan selubung luar limfosit. 2. Fase awal3. Apoptosis MQ4. Peran PMN (Neutrofil)Neutrofil paru akan memfasilitasi sel T naif selama infeksi Tb.sel T naif adalah sel T yang belum pernah terpajan terhadap antigen sebelumnya. Sel naif yang terpajan dengan kompleks antigen dan dipresentasikan oleh APC nantinya akan berkembang menjadi subset sel T berupa CD4 dan CD8. Neutrofil merupakan penghasil dominan IL-10 pada paru-paru

HIV DAN TBTB adalah infeksi oportunistik yang paling sering terhadap orang yang terinfeksi HIV-1. Terapi antiretroviral terhadap infeksi HIV-1 membantu meningkatkan resisensi respons imun terhadap TB. Vitamin Ddilaporkan menghambat infeksi HIV-1 dan TB di MQ melalui induksi autophagy. PENYAKIT PARU INTERSTISIALA. Epidemiologi:1. Fibrosis pulmonar idiopatik2. Lingkungan (enviromental)3. Fibrosis pulmonar pasca inflamasia. Sarcoidosisb. Penyakit jaringan ikatc. Pneumonitas Hipersensitivitasd. Obat dan radiasi

B. Konsensus 2000- immunobiology pulmonar dan inflamasi1. Bersihan mukosiliari1010 partikel per hari yang kita hirup5 x 105 alveolus/ 100 m2 area2. Traktus respiratori atas dan bawah epitel bersilia3. Jaringan limfatikNALT, BALT (Bronchus associated lymphoid tissue- sel ini memiliki kemampuan pergantian yang tinggi dan nampaknya tidak memproduksi IgG, sel ini juga berperan dalam respons terhadap antigen yang dihirup), jaringan limfoid.4. IgA sekretorikFungsi IgA sekretorik adalah : Melindungi tubuh dari patogen- bereaksi dengan molekul adhesi sehingga mencegah adherens dan kolonisasi patogen Bekerja sebagai opsonin Menetralkan toksin atau virus dan mencegah terjadinya kontak antara toksin atau virus Mengaglutinasikan kuman Mengaktifkan komplemen5. Alveolar macrofag- APC yang buruk, tetapi merupakan pembersih yang baik tanpa menginisiasi inflamasi.6. Sel T7. Sel B8. Neutrofil 9. Eosinofil, Basophil, sel mast10. Stres oksidatifKarakteristik sel imun yang unika. Sel alveolar tipe II- Mensekresi dan membelah sel (surfaktan, SOD3, IL-8, MCP-1, M1P12, RANTESb. Sel epitel serosa bronkiolar (Sel clara)- sel sekretorik dan berfungsi untuk pembelahan sel (stem sel epitel bornkiolar non silia, lactofferin, -defensin, cathelicidins, SP, cyt-p-450)c. Sel alveolar tipe II dan sel clara- sumber poten untuk sitokin dan berbagai jenis peptida, antibiotik protein LL37/HCAP18, phospolipase- A2, sel klara 26 kDa proteind. Darah (serologis) C3, C4, C1-IHN, Ig (G, A, M), IgE, CRP, a 1-AT, autoantibodies, infections diseasese. darah ( sel ) - CMI - ab gd CD3, CD4, CD8, CD19, NK, adhesion molecules CD62L, CD11b, CD54, CD25, CD86 f. Tes kutaneus test for type 1 allergic reaction; MULTITEST CMI (Skin Test Antigens for Cell-Mediated Immunity); Mantu test g. Metode invasive - bronchoscopy, pleural punction - respiratory cells profile in BALF and PFh. biopsy - histological examination, immunohistochemial staining *untuk yang autoimun baca sendiri lagi ya teman-teman, kami hanya menyampaikan poin-poin pentingnya aja :)

Okee akhirnya tentir imun selesai sudah maaf yaa teman-teman Cuma segini dan banyak yang harus baca sendiri, tapi insyaalh tentir ini sudah mencakup inti dari kuliah kemarin. Jika ada salah baik dari segi penulisan maupun isi materinya kami mohon maaf sebesar-besarnya. Selamat menumpuh sumatif 1 respisemangat!!! ^^

Department of Physiology MARS 2013