Top Banner
 x- ._ ~ .~~_ ~ ~ ~ - -: ,;;; ;::. ~.:, .. ~..; .-~. .;~.  . ,,- ..~. . ~ -~;; - ~ ,-  ~ - . .-  .. . .. . ..  I< ,.,  .{; ~  ,~.,:j:;.1; 'if' ~ ?/ ~. .. . .~ .::I  ~ ~~1 <I- .jf A -- , J'  J jf~ ' < , . Q
8

Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten

Jul 18, 2015

Download

Documents

Thomas Getchius
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten

5/16/2018 Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tempo-edition-12-18-march-2007-on-thomas-karsten 1

x-" ' ._ ""~' '' '' '. ~~_'~'~'~' -' -: ,; ;; ;: :.~. :, .. .~ .. ;. -~ . . ;~ .

'.",,- ..~." '. ~

-~;; -~ ,- """

~ -. .- ""..". .. .

..

'I<,., "".{;

~"'" ,~.,:j:;.1;

'if'

~ ?/ ~. ...' .~ .::I

"

h~

~~1

<I-

.jf

A

--,J'

""J

jf~

'!<

,.

Q

Page 2: Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten

5/16/2018 Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tempo-edition-12-18-march-2007-on-thomas-karsten 2

1

~ -

__~,~ ~.-~~..;"~").-.~. ::.. -~'?-"?'?-~~~~~ ~~..:~'A rz;:I j:J;) ...::IG rc7}f"~4 "- -

~\, -;"' , '"., 1. - : : ';~~:~. ' ,: - ..,,-:";<:\}ji'l '.';~.-:.",..':'.~,':{-'~tii~~~,\:-t»:' ._ :: :,~'::.:.:,_'..:::;<..~.i~<.~:_:',-~.;-~~~;~J;"'l!,~i;H~-.~;..;,;..::/:'---r. -. . . -

LAKI-LAKI asal Belanda itu

diam mematung di depanpintu gerbang Pasar GedeHarjonagara, Solo. Dia se-perti mencari sesuatu di an-

tara tembok-tembok yang bercat

kuning gading. Penampilannyanecis, membuat para pedagangheran. Dia pun sesekali tersenyumkepada mbok-mbok penjual.

Mata cokelatnya menyiratkanada sesuatu kala memandang ba-ngunan itu. Mungkin rasa bang-ga. Charles Karsten, 40 tahun,laki-laki itu, Sabtu pertengah-an Januari lalu, sedang menzia-rahi salah satu "warisan" mendi-

ang kakeknya, Herman Thomas

derland ke negeri Hindia Belanda.Pintu masuk pasar itu memi-

liki kanopi cukup lebaI' bertulisanPasar Gede. Hurufnya bergayaart nouveau. Masuk ke pasar, ke-mudian tersaji sebuah ruang ter-

buka. Los pasar membujur dariutara dan ke timur. Atap pasarberbentuk limas. Untuk kantor pa-sar, Karsten memilih jendela pipihvertikal. Tapi pada bagian atasbentuknya menjadi setengah ling-karan neoklasik dengan atap ber-bentuk joglo."Pasar Gede merupakan kelan-

jutan pasar yang dulunya sudahada jauh sebelum Keraton Karta-sura pindah ke Surakarta. Dulu

Herman

Thomas

Karsten

bersama

keluarga,

Bandung,1934.

"Iii!

,j' ,

buruh gendong, Karsten misanya membuat lantai los pasar Cl.kup tinggi agar si buruh tak pellu jongkok untuk menganghbarang. Kini meski Pasar Gedsudah dua kali direnovasi, ku]

gendong masih bisa merasaka.kenyamanan desain tersebut.Udara juga dapat mengalir de

ngan leluasa. Sirkulasi dan ventilasi membuat cahaya masuk ddalam ruangan secara tidak langsung, membuat udara tak panas"Bahkan Karsten juga memper.hatikan perilaku burung keciyang suka membuat sa r ang di ba.gian atap bangunan, agar nanti-nya bisa terhindar dari kotoran

burung," tutUI' Widya.

...Sumbangsih Karsten dalam

menata dan memberikan ba-ngunan-bangunan "penanda"bagi kota-kota kita sering dilu-pakan. Padahal perjalanan kearsi-tekannya tersebar di 19 kota besardi Jawa, dari Jakarta, Bandung,Semarang, Yogyakarta, Solo,hingga Malang, Jawa Timur. Se-dangkan di luar Jawa, dari Palem-bang hingga Banjarmasin.Karsten datang dari keluar-

ga terpelajar. Ayahnya adalahseorang profesor sejarah Romawi.Karsten menempuh studi di Tech-nische Hoogeschool Delf. Sejak diawal perkuliahannya ia sudah ak-tif di Social Technische Vereenig-ing Democratische Ingenieur enArchitecten, sebuah organisasimahasiswa beraliran sosialis. Atas

undangan Henry Maclaine Pont

(pendiri Institut Teknologi Ban-

CirikhaskaryaKarstendalahnilai kemanusiaannyayangkental.Karsten (1884-1945). Meski sudahbukan bangunan asli karena duakali terbakar, dua kali dibangunlagi, Pasar Gede yang terletak dijantung Kota Solo itu masih tetap

mempertahankan bentuk aslinya.Kehadiran Charles di Solo un-

tuk menghadiri hari ulang tahunPasar Gede ke-77. Pasar ini diba-

ngun pada 12Januari 1930oleh ka-keknya atas pesanan PakubuwonoX (1893-1939). Berdiri di depanPasar Gede yang arsitekturnyamerupakan perpaduan unsur Ero-pa dengan loka! Jawa membuat iamerenung: bagaimana sang ka-kek dahulu dikenal sebagai arsi-tek yang suka mengkritik keraspemindahan eorak bangunan Ne-

60

disebut pasar eandi karena me-mang ada bangunan eandinya ditempatitu," tutur Sudarmoho, se-jarawan Universitas Negeri Se-belas Maret. Sebelum dibangun

seperti sekarang ini, Pasar Gedememiliki lataI' depan reI kere-ta api. Kini reI tersebut tak ber-bekas.

Widya Wijayanti, Ketua IkatanArsitek Indonesia Jawa Tengah,melihat eiri khas karya Karstenadalah nilai kemanusiaannya

yang kental. "Dia tidak pernahmelupakan kepentingan orang-orang keeil, sesuatu yang jarang

ditemui pada orang Belanda totokmasa itu," katanya. Mengetahuibagaimana beratnya pekerjaan

TEMPO, 18 MARET 2007

dung), kakak kelas dua tingkatnyadi Teehnisehe Hoogesehool, yangmendirikan biro arsitek di Sema-

rang pada 1914, Karsten datang keSemarang. Kepergiannya diang-

gap aneh oleh keluarganya karenakesempatan untuk hidup mapan diBelanda terbuka baginya.Karsten langsung menjadi ke-

pala kantor biro pembangunanMclaine Point (meskipun kemu-dian berpisah). Setiap hari diaberkelana dari satu daerah ke dae-

rah lain. Pada 1921, Karsten me-ngawini Soembinah Mangoendire-jo, seorang gadis desa yang berasaldari Pegunungan Dieng. Tidak biasabagi seorang Belanda totok menja-dikan gadis pribumi sebagai istri-

~¥.:::Lm~P:4lt~jijf--...

Page 3: Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten

5/16/2018 Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tempo-edition-12-18-march-2007-on-thomas-karsten 3

KISAHSEORANGMAXHAVELAR'ARSITEK

"Penjual daging ill Pasar Johar

ditempatkan Karsten di lantai dua.Rupanya Karsten mempelajari ka-lau lalat tidak dapat terbang ter-lalu tinggi. Hingga kini bagian ituaman dari lalat,"ujarWidya.Pasar Johar di Semarang adalah

karya lain Karsten yang merak-yat. Pasar dua lantai yang mampumenampung ribuan pedagang inisampai sekarang masih diperta-hankan sebagai pasar induk tradi-sional terbesar di Semarang. Loka-sinya berhadapan dengan MasjidAgung Kauman.Ciri khusus arsitektur Pasar Jo-

hal', menurut Andi Siswanto, arsi-tek dari Universitas Diponegoro,adalah atapnya yang berbentukkolom-kolom yang menyerupaicendawan/jamur. Atap yang satu

dan yang lain tidak menyatu, me-

lainkan saling menaungi. Atapcendawan memungkinkan sirku-lasi udara masuk dari segala pen-

juru. ~lIeski tanpa mesin penyejukruangan, udara sepoi-sepoi bisadinikmati pengunjung.Kelebihan lainnya adalah, mes-

ki terdiri atas dua lantai, di te-

ngah-tengah bangunan terdapatvoid (ruang kosong), sehingga adakomunikasi visual antara lan-tai satu dan lantai dua. Karsten

sangat memperhatikan bahwa pa-sar dalam tradisi orang Asia tidak

seperti tradisi orang Eropa. Bagiorang Asia, pasar tidak hanya ter-

diri atas sekatan-sekatan tokobelaka, tapi juga terdapat ruangterbuka yang lebar, tempat me-nampung para pedagang nonper-manen yang berjualan pada aca-ra tertentu. Misalnya, hanya padahari pasaran atau pada saat dige-lar acara garebeg, sekatenan, dandugderan.Di Pasar Johar, Karsten memilih

marmer berkualitas sebagai ba-

han pelapis permukaan dinding,meja utama serta sebagian lan-tainya. Akan halnya anak tangga,dengan batu andesit. Tampak bah-

wa pemilihan bahan bangunanpun dipilih dengan saksama un-tuk membuat pasar itu bertahanmelintasi zaman. Menurut Widya,

karya-karya Karsten dapat ber-tahan karena desainnya yangbaik, dengan memaksimalkan apayang disediakan oleh alamoMenurut Widya, jejak Karsten

di Semarang, selain di Pasar Jo-hal', juga Pasar Jatingaleh. PasarJatingaleh disebut Widya kalaitu menjadi semacam proyek per-contohan pasar modern. Karsten

kami pergi ke tempat si mbahdi Dieng," kenang Simon. Diengbaginya sampai sekarang masihsebuah lembah sakral. Seluruh

keluarga dari garis ibunya diku-burkan di puncak bukit; dari sanaia dapat memandang seluruh Di-

eng. Pada 1992, Simon mengun-jungi Indonesia. Dengan back-

pack ia naik bus umum serta Coltangkutan pedesaan menyusuriBandung, Yogya, Solo, Semaranguntuk menjenguk bangunan-ba-

ngunan karya bapaknya. Ia meny-empatkan diri nyekar makam ke-luarganya di Dieng. "Saya sangatkangen mas a kecil saya. Bapaksaya menginginkan kami dahulumenjadi orang Indonesia "Menurut Romo Adolph Heu-

ken, SJ, pemerhati masalah pu-saka budaya, Karsten yakin, In-

donesia akan menjadi negaramerdeka. "Karena itu ia memper-siapkan keempat anaknya untukbisa tinggal dan berbaur denganorang pribumi," kata Heuken ke-

pada Faisal Assegaf dari Tem-po. Menurut Charles, dari ceritaayahnya, Joris Karsten, anak keti-ga Karsten-Soebimah, sang eyangputri (meningga11959) adalah in-spirasi terbesar dari karya-karyakakeknya. Charles mengatakan,keluhan Soembinah mengenai ke-adaan para tetangganyalah yangdijadikan dasar kakeknya dalammembuat desain pasar. "Makadari itu, pasar selalu dibuat nya-man untuk rakyat kecil," katanya.

...

sah, karena pada saat itu perem-puan inlander hanya akan menjadiseorang gundik, laiknya Nyi Onto-soroh dalam tetralogi Pramoedya.Karsten juga memilih menjadiseorang Islam dengan menikahiSoembinah di sebuah masjid di

daerah Ungaran, Semarang."Ada sifat pemberontakan pad a

diri Karsten. Menikahi perem-

puan inlander salah satu buktikalau dia tidak memiliki sifat-si-fat kolonial. Bahkan di kemudian

hari dia pernah membela para bu-ruh bangunan di Batavia," kataWilliam A.J. Vroegop, seorang

pengamat arsitek di Belanda.Karsten dikenal sebagai penen-

tang arus. la, syahdan, tak pernahmengenakan dasi atau penutup le-her tinggi seperti umumnya ka-langan elite Belanda waktu itu. Ia

juga tak pernah berpesta ke Socie-teit, tempat elite masyarakat Ero-pa bersenang-senang.Karsten memiliki empat anak,

dua laki-laki, dua perempuan. Si-mon, 81 tahun, anak keduanya,

pensiunan arsitek, hidup di Be-landa, mengenang masa kecil-nya di Jawa. Meski tergolongorang kaya, mereka hidup seder-hana. Ia ingat sehari-hari berka-ki telanjang dan harus mencopot

sepatunya bila tiba di rumah. Tiapminggu ia ingat ayahnya menga-jak main badminton. Di sampingmendengarkan Bach, ayahnya me-wajibkan belajar gamelan."Kami sehari-hari berbicara

Krama Inggil dan bila liburan PasarGede,Solo.

J07....... c"' :"" ,:',"" .' f

~

61TEMPO, 18 MARET 2007

~::~-;:>":", ~~.:~~.~.

Page 4: Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten

5/16/2018 Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tempo-edition-12-18-march-2007-on-thomas-karsten 4

- -

I r ~-.-----.

--

!,iIIi!

,.,I' ,,j

,j

I!

'I'!

iIII

I

..- -

-'"

membutuhkan waktu delapan ta-

hun untuk membangunnya. Wi-dya meneatat, kini nyaris tidak

ada masalah dengan bangunan Pa-sar Johar dan Jatingaleh keeuali

dengan atapnya. Namun, sumber

masalahnya adalah pengelola kinihampir tidak pernah melakukan

pembersihan atap. "Hampir semua

pasar Karsten, meski dibiarkan

dalam kondisi minim perawatan,proses kerusakannya masih ter-

golong dapat diatasi," ujar Widya.Aneaman terhadap karya

Karsten justru datang dari peng-gusuran. Widya meneatat, mi-

salnya, Pasar 16 Ilir Palembangkarya Karsten telah tergusur oleh

bangunan baru. Di Palembang

masih ada bangunan pasar buatanKarsten yang berdiri kukuh, mes-

ki kondisinya tak terawat, yakniPasar Cinde Palembang.

...Meski tak pernahingin men-

jadi ambtenar atau pegawai peme-rintah kolonial, Karsten tak bisamenampik saat pemerintah kotapraja memintanya menjadi ad-viseur gemeente atau penasi-hat pereneana kota. Selain men-jabat sebagai penasihat tata kotapemerintah lokal Semarang, iabelakangan menangani tata kotasembilan kota praja: Palembang,Medan, Padang, Banjarmasin,

Batavia, Bogor, Malang, Solo, ke-mudian Yogyakarta.Di Solo, Karsten, misalnya,

mendesain tata ruang Villa ParkBanjarsari, yang menempatkanjalan-jalan diagonal dalam ru-ang terbuka, Stasiun Kereta ApiBalapan, dan Lapangan Mana-han yang memiliki bentuk oval.Di Magelang bahkan Karstenmeraneang perumahan murahDesa Kwarasan, sebuah desa keeildi barat daya Kota Magelang,Akan halnya Kota Malang dide-

sainnya sebagai kota taman. Sam-pai sekarang bila Anda menyusuriJalan Ijen di Malang yang memilikiboulevard panjang dengan pohon-pohon palem di tepinya, terasa su-asana masih elok. Akan halnyakawasan elite di Semarang yckg di-tangani Karsten adalah kawasanCandi Barn. Menurut Andy Sis-

wanto, arsitek Universitas Dipone-goro, dalam menyusun reneana in-duk Candi Barn, Karsten sangatmempertahankan kontur tanah,pepohonan, dan ruang publik. Ja-Ian dibiarkan berkelok-kelok ser-

ta ada jarak yang longgar antararumah satu dan rumah lainnya.Berada pada perbatasan antara

Semarang bawah dan Semarangatas menjadikan semua rumah diCandi Barn mempunyai panoramasangat indah: ke selatan mengha-dap ke Gunung Ungaran, ke utara

Pasarlahar,

Semarang.

menghadap birunya Laut Jawa,Konsep tersebut, menurut Andy,bertolak belakang dengan reneanainduk kebanyakan penunahanmodern, yang kawasan huniannyadibikin tak ubahnya seperti papaneatur: tanah diratakan, dipetak-petak, berhadap-hadapan, sertatidak ada jarak antara bangunansatu dan lainnya. "Pada konsep pe-rumahan modern, nuansa asri yangalami hilang sarna sekali."Menurut Andy, dalam mem-

buat reneana induk kawasan hu-

nian, aspek sosial juga menjadipertimbangan utama Karsten.Dialah arsitek yang berhasilmengubah konsep hunian ber-dasarkan ras. Sebagaimana dikota-kota besar lainnya, di Sema-rang terdapat permukiman yangpengelompokannya berdasarkanras, misalnya kawasan Peeinanyang dihuni etnis Cina, dan Pe-kojan tempat etnis Arab. Karstenmelawan konsep rasisme tersebutdengan meneiptakan kawasan hu-nian yang pengelompokannya ber-dasarkan kemampuan ekonomi."Apa pun suku dan rasnya, siapapun boleh tinggal di Candi Baru,"tutur Andy.Karsten, di samping itu, men-

ciptakan gradasi jalan yang meng-hubungkan Candi Baru denganperkampungan warga biasa. Ja-Ian dari Candi Baru yang menu-

62 TEMPO, 18 MARET 2007

ii":r' :6,~'...;~--/':;'::S:" :', ~..);:::~

~I'~.:.~$j;:m

Page 5: Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten

5/16/2018 Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tempo-edition-12-18-march-2007-on-thomas-karsten 5

- ---

~.V"

- - -- --

,~

"

ju Kampung Lasipin-perkam-pungan di sebelah selatan CandiBaru-dibuat perlahan-Iahan me-nyempit. "Tujuannya, meski ter-pisah dengan Candi Baru, tetapsaja ada komunikasi serta perbe-

daannya tidak kontras."Candi Baru hanyalah satu di

antara beberapa permukimanyang rencana induknya dirancangKarsten. Permukiman lainnyaadalah Pekunden, Peterongan, Ba-tan, dan Wonodri (1919), Sompok(1919), daerah Semarang Timur(1919), dan daerah Mlaten (1924).Semua kawasan itu pengelompok-annya berdasarkan basis ekonomi,bukan ras, seraya memperhatikankeseimbangan alam seperti drai-

nase dan taman kota yang juga ber-fungsi sebagai resapan air. Sayang,

dari beberapa kawasan permu-kimanyang rencana induknya dita-ngani Karsten, hanya Candi Baruyang masih tersisa bagus.Selain membuat rencana induk

permukiman, Karsten juga meran-cang puluhan bangunan di KotaSemarang, di antaranya kompleksbangunan Van Deventer School(sekarang SMK Kartini di 1 Sul-tan Agung) (1923); Rumah Pemo-tongan Hewan Pandean Lam-per Kabluk (1925); Kantor Joana

Stoomtram Mij (sekarang kantorPT Kereta Api Indonesia DaopsIV) (1930), dan seterusnya.

Minatnya pada kesenian Jawamembuatnya tergerak untuk mem-bangun gedung Sobokarti. Pada

gedung kesenian rakyat yang ter-letak di Jalan Dr Cipto ini kita bisamelihat betapa Karsten sangatmenghormati arsitektur Jawa.

Bangunan Sobokarti bergaya Jog-lo-Limasan dengan serambi yangluas. Satu-satunya sentuhan Barathanya ada pada bentuk kursi diruang pertunjukan yang meling-kar dan bersaf-saf. "Model kursi

penonton yang melingkar sepertidalam gedung teateI' adalah gaya

Eropa. Dulu orang Jawa kalau me-lihat pertunjukan dengan lesehanatau berdiri," papal' Andy.Bangunan lain yang masih bisa

dinikmati adalah Rumah Sakit

Santo Elisabeth. Ciri kuat padabangunan rumah sakit di atas la-han lima hektare itu adalah se-

buah ruang kosong berupa court-yard. Jika kita masuk ke rumah

sakit itu, kesan pertama justrutertuju pada ruang kosongnya.Taman tersebut dimaksudkan un-

tuk mempertahankan kebersihanudara. Hal itu penting karena bisa

~_:.-~-:::--"~~Y=:"'-:::.~":~~~~.:-''-:._-~~'~'-:-~2~~v:o-:-~-=--::-

~

KISAHSEORANGMAXHAVELAR'AR.SITEK

membantu kesembuhan pasien.Ruang kosong yang bisa dinikmatidari berbagai sudut bangunanmenurut Andy memang ciri-ciriarsitektur Karsten yang beraliranpascamodernisme.

DiJakarta, peninggalan Karstenadalah Kebayoran Lama. la men-dirikan daerah permukiman bagigolongan pejabat tinggi, kalang-an menengah ke atas, dan orangmenengah ke bawah. Di Jakarta

Karsten menganggap penting ke-beradaan taman-taman kota serta

ruang terbuka, dua hal yang tam-

seorang dissident. Posisinya di-pandang beberapa orang seper-ti Max Havelaar. "Karsten dito-

lak menjadi guru besar ITB olehpemerintah kolonial," kata arsitekHans Awal.

Hidup Karsten berakhir tra-gis. Dia ditangkap Jepang dan di-masukkan ke kamp interniran di

Cimahi. Selama tiga tahun sejak1942 dia hidup menderita. Menu-rut Hans Awal, di penjara Karstenbertemu dengan seorang arsitekmuda Belanda bernama Thomas

Nix. Karsten sering membicara-

KarstenlaharsitekyangberhasilmengubahkonsephunianberdasarkanaSe

HermanThomasKarsten dan

istri,Soembinah

Mangoenredjo,

Bandung,1935.

paknya saat ini mulai terabaikan.Di Bandung, Karsten pernah mem-

buat rencana tata kota Bandung,termasuk membangun GedungSate, yang menjadi ciri Kota Kem-bang. "Tapisemuanyatidakbisadi-laksanakan dengan baik lantaranperang," kata Harastoeti, KetuaBandung Heritage. Gedung Sateyang ada sekarang jauh berbedadari hasil rancangan Karsten.Orientasi kerakyatan Karsten

membuat ia tak begitu disu-kai pemerintah Belanda. Menu-rut Simon, ayahnya saat itu bagai

TEMPO, 18 MARET 2007

kan prinsip-prinsip arsitekturnyakepada Thomas. Setelah Thom-as bebls, ia membuat disertasimengenai tata kota di Indonesia.

Adapun Karsten, akibat kuranggizi, ia meninggal. Karsten di-makamkan di tempat pemakamanorang-orang Belanda di Cimahi.Soembinah kemudian mem-

bawa empat anaknya ke Belandadan tinggal di sana hingga akhir

hayatnya pada 1959. Simon ingatayahnya sering mengutip kata-kata religius sejumlah tokoh dibuku notesnya. Salah satunyaadalah seorang Quaker (gerakankebebasan religius yang tidak teri-kat gereja Anglikan atau Roma)Amerika bernama Stephen Genetyang pada 1830menulis demikian:"Saya kini berada pada babakanterakhir hidup saya, tapi sayatetap berusaha setiap hari untukmengerjakan yang terbaik sebabhidup ini demikian indah "Agaknya itu diresapi betul oleh

Karsten sehingga dalam pende-ritaan pun ia ingin memberikanyang terbaik. Tentang perjuanganayahnya, Simon dan adik-adiknya

rajin menceritakannya kepadakeluarga besar Karsten. Maka,

ketika Charles berkesempatan keIndonesia, ia nyekar ke kuburan

Karsten di Cimahi. "Saya berdoauntuknya," katanya kepada AndiDewanto dari Tempo. Ia berceritabagaimana di depan makam sangkakek ia tercenung, terpekur, mere-nungkan jalan hidup sang kakek."Saya hanya bisa membayang-

kan bagaimana ia hidup di Indo-

nesia dan memberikan sumbang-an yang sangat berarti "

SIno 10110Suyono,lmroa ROSJId,Sohlrtn

65

Page 6: Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten

5/16/2018 Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tempo-edition-12-18-march-2007-on-thomas-karsten 6

~ :."~~ ;, ,~~~. ~ ":.

-',;-.'

iI

II

I I

II

!

;0

,I

"

i II

PendapaPuraMangkunegaran,

Solo,JawaTengah.

..','

,- - -- ,.;;:'~.. .~"= , ~1I

Paviliun untukGustiNurulSolo Heritage Community, ia pernahmendapat arsip semacam surat perin-tah kerja pembangunan proyek Karstendengan Mangkunegara vn. "Di situada nilai proyeknya," kata Sudarrnono.Karsten tidak hanya membuat desaingambar pendapa dan gapura utama,

tapi juga membenahi tata letak tempattinggal keluarga Mangkunegara.Menurut Sudarmono, sebelum Kar-

sten menerima proyek pembangun-an pendapa, istana Mangkunegaranmenghadap ke utara. Oleh Karstenkondisi itu dibalik menjadi sepertisekarang ini, meski simbol-simbol fi-losofisnya, seperti di depan istana adapa.sarnya, tetap dipertahankan. "Pa-

sar Triwindu dibuat agar simbol itu,tetap bertahan," kata Sudarmono.Secara fisik, .Karsten memperluas

.pendapa Mangkunegaran. Sudarmonomenilai hal itu merupakan sesuatu

yang revolusioner, dan itu membuatpendapa KeratonKasunanan jauh Ie.:.bili ked!. i>adahal, dalam status, Ker-aton'Kasunanan saat itu dirasakan

statusnya lebih tinggi. Karsten jugamenciptakan sistem drainase yangmengaliri lantai halaman istana, tem-pat abdi dalem dan rakyat berkumpulsaat paseban. "Agar ketika didudukis~at paseban, laritainya tidak panas,"kfita Sudarmono. .

'Karsten menambah emper penda-pa de~gan pahan dari besiyang di-datangkan Karsten dari Belapda. DwiBud Sri'Lestari, pengajar jurusan ar-

TEMPO, 18MARET 2007

sitektur Universitas Tunas Pemba-

ngunan, Solo, melihat penggunaanbahan baku besi sebagai pengaruh ar-sitektur Barat. Apalagi pada bagianitu dibuatkan kanopi berbahan besibaja. "Sekalipun berhiaskan dekoratifmotif flora timur, penambahan kanopiitu pengaruh Barat," kata dia.Selain merombak pendapa, Karsten

juga mendesain pembuatan pintu ger-bangutama yang menyambungkanpa-medan (halaman depan) dengan hala-man Pura Mangkunegaran. Karstenmembuat pilar gapura tersebut dobel,dan menggunakan ragam Dor;i.kyangberasal dari gaya neoklasik. Sehing-ga menimbulkan kesan kukuh; tetapitetap memberikan tempat plengkung-an atau arch, sesuatu yang biasa di-jumpai pada gapura Jawa.Yangpaling istimewa, Karsten juga

membuatkan paviliun yang menjadi

tempat tinggal salah satu anak Mang-kunegaran VII bernama Gusti Nurul.Gusti Nurul yang kala,itu kecantikan-nya terkenalluas. Paviliunyang diber-nama Pracimayasa ini berada di sayapsebelah kanan dan terpisah denganbangunan utama. "Karsten menyulapbangunan yang menyerupai penda-pa itu menjadi ruangan yang memi-tiki banyak sudut," tutur Sudarmono.Karsten juga memberikan tambahanjendela pada ruang makan yang ter-buat darikaca 'timah dengan hiasanmotif suasana. tradisional.'

... Job SIJaao,ani"'"

-

SAAT Simon Karsten, 1992,kem-bali ke Indonesia, ia menyem-patkan diri bertandang ke ista-na Mangkunegaran. Ia terutama

ingin menengok salah satu bale berna-ma Bale Pracimayasa.Inilah bale yang secara istimewa

dibuat Karsten untuk seorang anakperempuan Mangkunegaran VII. Per-gaulan Karsten memang luas. Ia bah-kan sangat mudah diterima di kalan-gan bangsawan Jawa, seperti RajaKasunanan Paku Buwana X maupunMangkunegara VII yang sebenarnya"berseteru". "Karsten juga sahabatdekat salah satu kakak R.A. Karli~ni yang bernama Sosrokarlono," kataWilliam Vroegop, pengamat arsitekdari Be1anda.

Menurut Charles Karsten, 40 ta-hun, sebagaimana sering diceritakanayahnya, Mangkunegara VII kerap

kali bertandang ke rumah kakeknyadi Semarang.Kunjungan balasan jugasering dilakukan Karsten. "Merekaseringmelakukan korespondensi," ka-tanya. Tak mengherankan kalau ke-mudian Mangkunegara VII memin-ta bantuan Karsten untuk mendesain

pendapa dan gapura istananya.Karsten yang berdomisili di Sema-

:rang itu ke1ihatannyacukup akrabdengan penguasa "Mangkunegaran.Bahkan Mangkunegara vn memiI1ta"KarstenmeroDlbak. istimanya: MeIlU-rut Sudarmono, sejarawan Universitas.Negeri Sebelas Maret-yang juga Ketua

66

Page 7: Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten

5/16/2018 Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tempo-edition-12-18-march-2007-on-thomas-karsten 7

----

~!::~~~~E .~1';'~:';F~ ~

L~!J?_ _ _ -- - ---- :i-...- --

BilaHanMengenangMalangThomasKarstendiangkatmenjadipenasihatKota Malang

sepanjang1929-1935. la membuatdesainbaru,membuatMalang"tempodoeloe"jadi sebuahkotatamanyangcantik. Arsitek senior

kita, HanAwal,mengenangmasa kecilnyadi Malang.

JALAN Ijen, Malang, 1940-

an. Setiap sore, menjelangmatahari tenggelam, banyakanak-anak bermain sepaturoda di boulevard itu. Ruas

jalannya sangat lebar, anak-anakmuda nyaman bersepatu roda,

permainan yang saat itu lagi po-puler. Jalan Ijen adalah sebuah ka-wasan perumahan elite yang didepannya terdapat taman yangsangat panjang.Sudut-sudut atap antarrumah

dan lis plangnya ditata sarna tinggi

tentang Malang 60-an tahun si-

lam. Kota Malang yang baru sajamengalami perluasan kota yangtata konsepnya dibuat oleh Her-:nan Thomas Karsten.

Dalam menata Malang, Karstenmelihat: pemandangan gunungdi Malang harus dimaksimalisasi.Kota Malang dikelilingi gunung.Di sebelah barat terdapat GunungKawi, di sebelah timur GunungSemeru, di sebelah barat daya Gu-nung Arjuna, serta lembah Brantasmembelah kota. Karsten melihat

la/an ljen,

Ma/ang,1934.

- -

yang ada tugunya itu, membuatsebuah jalan yang lurus panjangmelewati Jalan Semeru, menem-bus Jalan Ijen. Klimaksnya, jalanini menuju ke sebuah taman yang

terbuka luas, Taman Indrokilo.Han ingat masa SMA-nya kerapdihabiskan dengan main sepedakeliling Kota Malang. Han rema-ja mengayuh sepedanya dari JalanIjen yang sedikit di atas, lalu menu-ju ke bawah ke Jalan Semeru, lalu

ke SMA St. Albertus yang dikenaljuga dengan nama SMA Dempo,tempat ia bersekolah. Han ingatke mana pun ia bergerak, peman-dangan Gunung Kawi dan GunungArjuna tampak jelas.Jalan Ijen adalah jalan elite, na-

mun Han juga mengenang betapakontras antara Jalan Ijen dan ja-

lan-jalan yang menuju kampung-kampung keeil tidak terasa men-

eolok. Karsten memang sengajamenata jalan yang menghubung-kan perumahan sederhana diKota Malang dengan perumahanmewah dengan gradasi perpindah-an yang halus. Karsten memba-gi daerah perumahan dalam bebe-rapa bagian. Antara lain daerahkampung tertutup, daerah kam-pung terbuka, daerah perumah-an keeil, dan perumahan besar. Ia

~-

sehingga kelihatannya rapi. Disepanjang trotoar di depan rumah-

rumah itu terdapat jajaran po-hon palem. "Waktu itu sangat me-nyenangkan," kata pria berambutputih meneeritakan masa kecilnya.Laki-laki yang kini berusia le-

bih dari 75 tahun lulusan arsitek-tur Universitas Delft ini adalaharsitek senior Indonesia. Ia Han

Awal. Dengan pelan, seolah me-nikmati kembali masa keeilnyadi Malang, ia bereerita panjang

Malang harus memiliki jaringanjalan dengan pemandangan terbu-ka, membuat setiap orang bisa me-lihat panorama gunung itu.Jalan-jalannya memiliki jalur

eukup besar dan diberi taman-taman pada titik persilangannya.Karsten melihat jaringan jalanitu harus meneerminkan tatan-an keteraturan. Harus ada alur

dan sumbu-sumbu klimaksnya.

Karsten, misalnya, dari landmarkkota Malang, Alun-alun bunder,

mengubah pola perumahan padakota di Hindia Belanda yang sebe-lumnya dibagi berdasarkan huni-an orang Eropa, daerah Peeinan,kampung Arab, dan kampungpribumi. Karsten selanjutnyamembuat standar mengenai pro-fil masing-masing jalan dan ling-kungannya. "Makanya, pada za-man Karsten, kampung-kampungterlihat sangat rapi dan bersih,"kenang Han.Han merasa apa yang dilakukan

68 TEMPO, 18MARET 2007

~.

Page 8: Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten

5/16/2018 Tempo Edition 12 18 March 2007 on Thomas Karsten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tempo-edition-12-18-march-2007-on-thomas-karsten 8/

-------

Karsten terhadap Kota Malangsangat merakyat. Karsten berke-hendak semua lapisan masyara-kat, ras, dan golongan merasakanlingkungan bersama yang sera-si. Keharmonisan ini yang menu-

rut Han merupakan peneapaianterbesar Karsten. Ia selalu mem-

buat lahan yang luas bagi fasilitaspublik. Makanya, di dekat JalanIjen yang elite justru oleh Karsten

dibuat sebuah taman publik yangdiperuntukkan masyarakat luas,yaitu Taman Indrokilo.Penekanannya pad a unsur pu-

blik ini juga direalisasi Karstenketika membenahi alun-alun Kota

Malang yang dikenal sebagaiAlun-alun BundeI'. Selama ini

alun-alun identik dengan feodal-isme. Maka, di depan alun-alunitu Karsten pun membangun kan-tor DPRD dan wali kota, sebuahkawasan yang bisa digunakan un-tuk layanan publik.Sambil membuka-buka sebuah

buku berbahasa Belanda ten-

tang Kota Malang, mata Han ber-henti pada sebuah foto kolam re-nang. Kolam ini terletak di lahanyang kini dekat dengan StadionGajayana. Kolam renang ini ter-

buka, berhadapan dengan ham-paran pepohonan hijau. Terli- HanAwal.

hat berbagai aneka pohon besar.

Trembesi, bungur yang rindang-rindang, dan lagi-lagi lanskapnyapanorama dua gunung yang indahitu. "Ini," tunjuk Han sembari ter-

tawa. "Kalau habis berenang, sayasuka makan pisang goreng untukmengganjal perut."Ran ingat saat keeil ia saat ak-

tif di kegiatan Pramuka ia jugasering ke Sungai Brantas. Ban-18ran Sungai Brantas waktu ituadalah kawasan hijau yang indah.

KISAHSEORANGMAXHAVELAR'ARSITEK

Hans bersama temannya kerapbermain perosotan. Mengguna-kan pelepah pisang. ia meluneurmenuruni bantaran kali. Menu-

rut dia. di bantaran ini juga seringberlangsung perkemahan Pramu-

ka. "Hal itu yang menyebabkankita di Malang merasa senangkarena memiliki fasilitas umum

yang nyaman," ujar Han.Bagi Karsten, Kota Malang

adalah salah satu aplikasi ataskonsep Totalbeeld-nya. Ia meng-inginkan Malang menampilkan

meru. Kal'sten juga I1wmbl'l'i <Iliabuah gt'oung di samping kil'i-Ka-nan jalan dl'ngan scmacam 100l'ersebagai penand1J. la~'akn~'a pintugerb1Jng. TlI1cer itu kini l1lasih adatapi tcrhalang oJeh baJiho-halihn

atau papan sponsor.Para pen>ncana bangunan..

bangunan bani <Ii l\1alang pun.menurllt Ban AwaJ, seolah tidak

tahu visi Kota Malang yang diiop-alkan Karsten. Ban~'ak bangunanbaru di MaJang yang jelas menu-tup pandangan terbuka ke arahGunung Kawi dan Gunung Ar-juna. "Seperti di dekat kolam ]'p-nang Gajayana. oi sampingn~'atelah dibangun mal." kata Hans.Hal lain sebagaimana diamatiHan adalah kini di Malang perbe-daan kawasan elite dan kawasansederhana terasa kontras benar .

"Terasa shocking perbedaann~'a'"Dalam sejarahnya, Kota Malang

sendiri pernah dibumih,mguskanoleh pejuang Republik. Pad a 29juli 1947,Belanda melakukan aksipolisionil dan mulai mendudukiMalang tepat pukul 09.30 WIE,31 Juli 1947. Aksi bumi hangusini membakar balai kota dan ba-

ngunan penting lainnya, termasukrumah-rumah besar. Tak kurangdari seribu bangunan luluh-lan-

Hanmengenangetapakontras antara

JalanIjendanjalan-jalanyangmenujukampung-kampungecil

tidakterasamencolok.wajah yang mampu menyatu-kan dan menyerasikan berbagaigolongan penduduk. Saat Karstenmenata Malang pada 1935,jumlahwarga Kota Malang hanya sekitar96 ribu jiwa. Pereneanaan Malangyang ditangani Karsten diorien-tasikannya untuk 25 tahun ke de-pan, artinya sampai 1960. Tapi

kita tahu, kepadatan penduduk diMalang d iluar 18karan. Apa bolehbuat. Han melihat konsep kota ta-man yang diterapkan Karsten kiniditerjang pertambahan pendudukdengan kecepatan tinggi.Sebagaimana hawa kota Malang

yang kini tak lagi dingin, sudut-sudut kota yang dahulu indahitu kini sirna. Taman Indrokilo

kini menjadi perumahan mewah.Dulu, tiap sudut penting bangun-annya oleh Karsten diberi land-mark khusus. Memasuki Jalan Se-

tak diterjang api. Han mengalamiperiode itu. Mungkin Karstenakan menangis jika melihat itu."Waktu itu terjadi, Karsten telahmeninggal, setelah menjadi ta-wanan Jepang," ueap Han.Terakhir, Han Awal mengun-

jungi Malang tiga bulan silam.Melihat kondisi Malang sekarang

yang carut-marut, ia mengaku,kadang-kadang timbul rindu akanMalang "tempo doeloe". MenurutHan, hanya Jalan Ijen yang masih

kuat menyisakan sentuhan gagas-an Karsten. Hans pernah ber-

tamasya ke Sunset Boulevard ba-gian barat Los Angeles, menyusurijalanan-jalanan eksotis di Pran-cis. Toh, ia tetap tak bisa melu-pakan Jalan Ijen di Malang. "Bagisaya, Jalan Ijen 'tempo doeloe' itutetap paling indah sedunia," kata-nya mantap. And!DewantoJSJS

TEMPO, 18MARET 2007

...Y4-." -,-."

69