LAJU EKSPLOITASI DAN KERAGAAN PERTUMBUHAN KERANG DARAH (Anadara granosa) PADA PERAIRAN KUALA PENET, LABUHAN MARINGGAI, LAMPUNG TIMUR FUAD FADLY DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
43
Embed
Templat tugas akhir S1 - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68306/C14ffa.pdf · laju eksploitasi dan keragaan pertumbuhan kerang darah (anadara granosa)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAJU EKSPLOITASI DAN KERAGAAN PERTUMBUHAN
KERANG DARAH (Anadara granosa) PADA PERAIRAN KUALA
PENET, LABUHAN MARINGGAI, LAMPUNG TIMUR
FUAD FADLY
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Laju Eksploitasi Dan
Keragaan Pertumbuhan Kerang Darah (Anadara granosa) Pada Perairan Kuala
Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Fuad Fadly
NIM C24070005
ABSTRAK
FUAD FADLY. Laju Eksploitasi Dan Keragaan Pertumbuhan Kerang Darah
(Anadara granosa) Pada Perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung
Timur. Dibimbing oleh Dr. Ir. ISDRADJAD SETYOBUDIANDI, M.Sc dan Dr.
Ir. NURLISA A. BUTET, M.Sc.
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu biota laut sedenter
dari kelas bivalvia, yang hidupnya relatif menetap di dasar perairan (Suprapti
2008). Perairan Kuala Penet di pesisir Lampung Timur merupakan salah satu
daerah yang potensial sebagai habitat pertumbuhan kerang darah. Adanya
berbagai aktivitas seperti pembangunan industri dan reklamasi pantai di sekitar
perairan Kuala Penet, dapat menurunkan kualitas perairan yang kemudian dapat
mempengaruhi kemampuan kerang darah untuk tumbuh, bertahan hidup dan
bereproduksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis aspek biologi
pertumbuhan kerang darah yang meliputi hubungan panjang berat, faktor
kondisional, parameter pertumbuhan seperti L∞, K, dan t0, kematian, dan juga
tingkat eksploitasi. Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil bahwa persamaan
hubungan pertumbuhan panjang berat kerang jantan ialah W = 0,0023L2,5709
(allometrik negatif) dengan koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar
0,9181 sedangkan pada kerang betina adalah W = 0,0027L2,5121
(allometrik
negatif) dengan koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dari perbandingan
panjang cangkang dengan berat total sebesar 0,9518. Dari hasil analisis parameter
pertumbuhan di perairan Kuala Penet, diperoleh nilai L∞ sebesar 44,59. Laju
mortalitas total (Z) kerang darah di perairan Kuala Penet, diduga sebesar 8,336
per tahun. Nilai laju mortalitas (M) di perairan Kuala Penet diduga sebesar 1,619
per tahun. Laju mortalitas penangkapan di perairan Kuala Penet diduga sebesar
6,717 per tahun. Berdasarkan nilai-nilai angka kematian, tingkat eksploitasi
kerang darah di perairan Kuala Penet adalah 80,6 %, yang telah melebihi batas
optimal penangkapan kerang darah. Dalam rangka mempertahankan kelestarian
populasi kerang darah, diperlukan langkah untuk mengatur aktivitas penangkapan
kerang darah, termasuk pengaturan ukuran tangkap dan waktu penangkapan.
Kata kunci : Kerang darah, laju eksploitasi, mortalitas, overfishing, pertumbuhan.
ABSTRACT
FUAD FADLY. Exploitation rate and Growth Variety of Blood Clam (A.
granosa) at Kuala Penet Waters, Labuhan Maringgai, East Lampung. Supervised
by Dr. Ir. ISDRADJAD SETYOBUDIANDI, M.Sc and Dr. Ir. NURLISA A.
BUTET, M.Sc.
Blood clam (Anadara granosa) was one of ocean’s sedentary organisms
from Bivalve class which its life relatively settled in ocean floor. Kuala Penet
waters in East Lampung shore was one of potential area as proliferation habitat of
blood clam. Existence of various activities such as industrial development and
shore reclamation around Kuala Penet waters could decrease water quality, which
eventually could affect blood clam’s ability to grow, survival and reproduction.
The objective of this research was to analyze biological aspects of blood clam’s
growth which include length-weight relationship, conditional factor, growth
parameters such as L∞, K, and t0, mortality, and also exploitation rate. Based on
observations results, equation of length-weight relationship for male clam was W
= 0,0023L2,5709
(negative allometric) with determination coefficient (R2) was
0,9181, while for female clam was W = 0,0027L2,5121
(negative allometric) with
determination coefficient (R2), which obtained from shell length and total weight
ratio, was 0,9518. Based on analysis result of growth parameters in Kuala Penet
waters, value of L∞ was 44,59. Estimated total mortality rate (Z) of blood clam
was 8,336 per year, while value of mortality rate (M) was 1,619 per year and
catching mortality rate in Kuala Penet waters was 6,717 per year. Based on those
mortality rate values, exploitation rate of blood clam in Kuala Penet waters was
80,6%, which has exceeding the optimum limit of blood clam’s harvesting. In
order to maintain blood clam’s population sustainability, it required to regulate
blood clam’s catching activity, including catching size and catching time.
Judul Skripsi : Laju Eksploitasi Dan Keragaan Pertumbuhan Kerang Darah
(Anadara granosa) Pada Perairan Kuala Penet, Labuhan
Maringgai, Lampung Timur
Nama : Fuad Fadly
NIM : C24070005
Disetujui oleh
Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc
Pembimbing I
Dr Ir Nurlisa A. Butet, MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi _. Jan Keragaan ~ -,.) Pada
Pertumbuhan Kerang Darah Perairan Kuala Penet, Labuhan
Nama NIM
Disetujui oleh
Dr Ir Nurlisa A. Butet, MSc Pembimbing II
Tanggal Lulus: 1 0 U'L'L U '\ '* •
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Laju
Eksploitasi Dan Keragaan Pertumbuhan Kerang Darah (Anadara granosa) Pada
Perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur disusun berdasarkan
hasil penelitian yang dilaksanakan pada April-Juli 2011. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku ketua komisi
pembimbing dan Dr Ir Nurlisa A. Butet, MSc selaku pembimbing II serta Ir
Agustinus M. Samosir, MPhil selaku Komisi Pendidikan S1 atas bimbingan dan
arahannya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu penulis mengaharapkan saran dan kritik guna kemajuan penulis dimasa
mendatang. Semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak.
Bogor, Februari 2014
Fuad Fadly
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
METODE 3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3 Alat dan Bahan 4 Metode Kerja 4
Prosedur Kerja di Lapangan 4
Prosedur Kerja di Laboratorium 5
Pengukuran Panjang Berat dan Jenis Kelamin 5
Pengumpulan Data Sekunder 6
Analisis Data 6
Sebaran Frekuensi Panjang 6
Pertumbuhan 6
Hubungan Panjang Berat 6
Faktor Kondisi 7
Parameter Pertumbuhan (L∞, K, dan t0) 7
Mortalitas dan Laju Eksploitasi 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 10 Sebaran Kelompok Ukuran Hasil Tangkapan 12
Hubungan Panjang Berat 14
Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Kerang Darah 17 Implementasi untuk Pengelolaan Perikanan 18
SIMPULAN DAN SARAN 19 Simpulan 19 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22
RIWAYAT HIDUP 29
DAFTAR TABEL
1. Kondisi fisika dan kimia perairan kuala penet selama penelitian 12 2. Hubungan panjang berat kerang darah (Anadara granosa) setiap
pengambilan contoh di perairan Kuala Penet 14 3. Hasil analisis parameter pertumbuhan dan mortalitas kerang darah
(Anadara granosa) dengan menggunakan program FISAT II di perairan
Kuala Penet 17
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram alir perumusan masalah 2 2. Peta lokasi pengambilan sampel kerang darah (Anadara granosa) di
perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur 4 3. Distribusi ukuran panjang cangkang kerang darah (Anadara granosa)
berdasarkan waktu pengamatan 13 4. Hubungan antara panjang cangkang dengan berat total pada kerang
darah (Anadara granosa) jantan 15 5. Hubungan antara panjang cangkang dengan berat total pada kerang
darah (Anadara granosa) betina 16
DAFTAR LAMPIRAN
1. Sebaran hasil tangkap berdasarkan selang ukuran panjang cangkang 22 2. Uji t hubungan panjang berat 23 3. Nilai parameter pertumbuhan kerang darah 24 4. Perhitungan pendugaan mortalitas total (z), alami (m), penangkapan (f),
dan laju eksploitasi 25
5. Alat dan bahan yang digunakan 26
6. Kegiatan selama penelitian kerang darah (Anadara granosa) di perairan
Kuala Penet, Labuhan Maringgai 28
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan potensi yang ada sebanyak 6,26
juta ton pertahun baru dapat dimanfaatkan sekitar 76%. Salah satu pemanfaatan
potensi sumberdaya perikanan tersebut adalah sumberdaya kerang darah yang
harus dilakukan secara rasional agar sumberdaya kerang ini tetap lestari. Menurut
Undang-Undang Perikanan Nomor 45 tahun 2009 bahwa pengelolaan perikanan
dilakukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan serta
terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan. Pemanfaatan tersebut memerlukan
pengkajian secara menyeluruh terhadap kerang darah yang meliputi aspek biologi,
aspek ekonomi, aspek ekologi dan aspek sosial. Aspek biologi kerang yang dikaji
berupa dinamika pertumbuhan yang terjadi pada stok sumberdaya kerang yang di
eksploitasi.
Salah satu perairan yang cocok untuk habitat kerang darah adalah di wilayah
pesisir Indonesia yang memiliki kekayaan dan potensi yang besar yaitu salah
satunya wilayah pesisir perairan Kuala Penet, Lampung Timur. Aktivitas
penangkapan sumberdaya kerang di perairan Kuala Penet yang intensif telah
mengarah pada terjadinya penurunan stok. Salah satu sumberdaya potensial untuk
perikanan tangkap yang sudah dieksploitasi oleh masyarakat adalah kerang darah.
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan bivalvia yang hidup di daerah
intertidal dengan substrat pasir berlumpur sampai lumpur lunak. Kerang ini
merupakan komoditi komersial yang menjadi sumber pangan. Permintaan yang
terus meningkat, menyebabkan kerang ini menjadi salah satu target utama
penangkapan di perairan ini. Hal ini menyebabkan harga kerang darah relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan jenis moluska lainnya.
Adanya penangkapan yang intensif serta banyaknya aktivitas penduduk
disekitar perairan ini diduga dapat menyebabkan perubahan sifat fisika-kimia
maupun biologi perairan sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan kerang. Oleh
karena itu, perlu dilakukan studi morfometrik terhadap kerang khususnya kerang
darah (Anadara granosa). Dampak dari penangkapan yang intensif menyebabkan
terjadinya penurunan populasi kerang darah yang dapat dilihat berdasarkan hasil
tangkapan dari tahun ke tahun yang mengalami penurunan dan ukuran tangkap
yang semakin kecil. Penurunan populasi kerang darah selain karena penangkapan,
juga disebabkan oleh ancaman tekanan lingkungan (pencemaran) seperti limbah
kegiatan industri dan pemukiman yang dilakukan manusia di daratan di sekitar
perairan Kuala Penet. Bahan pencemar yang ada di perairan Kuala Penet masuk
melalui aliran sungai yang dapat mempengaruhi kualitas perairan sebagai habitat
kerang darah dan mengancam kelangsungan hidup organisme tersebut.
Keberlangsungan populasi sumberdaya kerang darah akan tetap terjaga jika
individu-individu dari anggota populasi tersebut mampu bertahan hidup. Untuk
mengantisipasi agar populasi kerang darah selalu tersedia, diperlukan pengkajian
dan penelaahan yang mendalam tentang struktur populasi, keterkaitan antara
tingkat eksploitasi terhadap sumberdaya kerang darah dan pengaruhnya terhadap
keragaan pertumbuhan populasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai aspek pertumbuhan dan laju eksploitasi pada kerang darah, sehingga
2
informasi tersebut dapat menjadi acuan dasar yang penting dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya kerang darah sehingga populasinya di ekosistem dapat
dipertahankan dan berkelanjutan.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang timbul akibat adanya kegiatan penangkapan sumberdaya
kerang darah di perairan Lampung Timur adalah permasalahan eksploitasi
sumberdaya kerang darah yang berlebihan sehingga menyebabkan penurunan
stok. Permasalahan ini diindikasikan dengan terjadinya penurunan produksi
tangkapan yang disertai dengan ukuran hasil tangkapan yang semakin kecil dan
daerah penangkapan nelayan yang semakin jauh dari pantai. Kondisi ini
disebabkan oleh sistem penangkapan yang bersifat eksploratif dengan penggunan
alat tangkap yang tidak selektif dan tidak memperhatikan struktur populasi yang
dapat mengganggu habitat dan siklus hidup, pengurangan biomassa, penurunan
jumlah kelimpahan, dan penurunan ukuran kerang tangkapan yang berdampak
terhadap penurunan hasil tangkapan di perairan tersebut. Hal ini dirasakan nelayan
setempat sebagai dampak dari eksploitasi yang tinggi dan aktifitas penangkapan
yang terus-menerus dilakukan oleh masyarakat sekitar. Laju penangkapan yang
berlebih akan mempengaruhi tingkat reproduksi, hal ini dapat dilihat dari ukuran
kerang darah yang semakin kecil dan keberadaannya di alam yang dapat
mengakibatkan kepunahan spesies dan perubahan pola reproduksi. Oleh sebab itu
diperlukan adanya suatu pengelolaan yang baik untuk menjaga kelestarian kerang
darah. Diagram alir perumusan masalah dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram alir perumusan masalah
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju eksploitasi berdasarkan hasil
analisis mortalitas penangkapan serta keragaan pertumbuhan dari sumberdaya
kerang darah yang meliputi analisis morfometrik-meristik diantaranya analisis
Sumberdaya
Kerang Darah
Upaya
Penangkapan
Siklus Hidup :
Pertumbuhan
Pengelolaan
Sumberdaya
Sumberdaya Lestari
dan Berkelanjutan
Laju Eksploitasi
Penurunan Produksi
Ukuran Semakin
Kecil
3
hubungan panjang berat, distribusi panjang berat, dan faktor kondisi. Selain itu
penelitian ini juga bertujuan menduga pengaruh laju eksploitasi terhadap keragaan
pertumbuhan kerang darah di perairan Kuala Penet, Lampung Timur.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dasar
mengenai beberapa keragaan pertumbuhan kerang darah (Anadara granosa) di
perairan Kuala Penet, Lampung Timur, selanjutnya dapat dipergunakan sebagai
acuan dalam upaya pengelolaan perikanan kerang darah agar dapat dimanfaatkan
secara optimal dan berkelanjutan.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di perairan Kuala Penet, Kecamatan Labuhan
Maringgai, Kabupaten Lampung Timur yang merupakan daerah penangkapan
kerang darah. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki tingkat produksi kerang
yang tinggi di perairan timur Lampung. Secara geografis, daerah penelitian
terletak diantara 105o
47’ 59,11” BT - 105o
57’ 34,84” BT dan 5o 13’ 59,11” LS –
5o 36’ 32,24” LS yang bermuara tiga sungai yaitu Sungai Way Sekampung di
sebelah selatan, Sungai Way Nibung di sebelah tengah, dan Sungai Way Penet di
sebelah utara. Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Juni 2011 dengan
interval waktu pengambilan contoh satu bulan. Penelitian dilakukan dengan
pengambilan contoh pada 2 stasiun dengan 3 sub-stasiun yang berada di perairan
Kuala Penet, Lampung Timur. Analisis contoh dilakukan di Laboratorium Biologi
Perikanan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB,
Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi (PPSHB) IPB, dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen
Budidaya Perairan dan Laboratorium Fisika dan Kimia Lingkungan, Bagian
Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Proling), Depertemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insitut Pertanian
Bogor. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.
4
Gambar 2 Peta lokasi pengambilan sampel kerang darah (Anadara granosa) di
perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur
Alat dan Bahan
Adapun biota uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerang darah
yang berasal dari perairan Kuala Penet yang terletak di timur perairan Lampung.
Peralatan yang digunakan dalam menunjang keberhasilan dan kesuksesan dalam
penelitian diantaranya kapal/perahu bermotor untuk mobilisasi pengambilan
contoh, dan alat penangkap kerang (garok) coolbox untuk menyimpan contoh,
jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm untuk mengukur proyeksi profil,
timbangan O-Haus ketelitian 0,0001 gram untuk mengukur berat tubuh dan untuk
mengukur berat gonad, perangkat alat bedah, stopwatch, botol contoh, GPS,
floating drodge, kompas bidik, dan perangkat pengukur kualitas air yang meliputi
thermometer air raksa, tongkat, secchi disc, tali, refraktometer, kertas indikator
derajat keasaman, dan untuk parameter biologi adalah baki plastik, alat bedah,
kantong plastik, mikroskop, kertas label, tissue, dan kamera digital. Bahan yang
digunakan meliputi biota air berupa kerang darah (Anadara granosa), pengawet
sampel, dan data-data sekunder
Metode Kerja
Prosedur Kerja di Lapang
Lokasi pengambilan kerang darah contoh dilakukan di perairan Kuala Penet,
Lampung Timur. Penentuan lokasi stasiun pengambilan contoh di perairan ini
menggunakan metode purposive sampling berdasarkan daerah feeding ground
kerah darah. Daerah ini memiliki tingkat populasi dan penangkapan kerang darah
yang tinggi. Pengambilan kerang darah (Anadara granosa) contoh pada lokasi
penelitian dibagi menjadi 2 stasiun dan pada setiap stasiun terdapat 3 sub-stasiun
dan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan selang waktu satu kali tiap
bulan dari bulan April 2011 hingga Juli 2011. Titik sampling setiap stasiun
penelitian ditentukan secara acak (random sampling) dan sesuai keberadaan
5
kerang darah di perairan tersebut. Pengambilan kerang darah contoh ditangkap
dengan menggunakan garok yang telah ditentukan berdasarkan lokasi yang biasa
digunakan nelayan untuk menangkap kerang darah pada setiap titik pengambilan.
Garok dioprasikan dengan cara menurunkan garok tersebut ke dasar perairan,
kemudian ditarik oleh kapal. Setiap kali jarak tertentu selama 30 menit garok
diangkat ke atas kapal untuk diambil hasilnya. Hasil tangkapan yang diperoleh
selanjutnya hanya sebagian saja yang diambil sebagai sampel contoh, yaitu pada
garokan pertama sampai ketiga. Kerang darah di perairan Kuala Penet biasanya
ditangkap dengan mengunakan alat tangkap garok, akan tetapi masih ada sebagian
nelayan yang menangkap kerang darah secara tradisional langsung dengan
menggunakan tangan. Garok merupakan alat tangkap yang didesain khusus untuk
mengumpulkan kerang, terdiri dari kantong yang di bagian mulutnya diberi
bingkai besi berbentuk segitiga sama sisi. Alat pengumpul kerang diklasifikasikan
ke dalam alat pengumpul (Subani dan Barus 1989). Daerah pengoperasian alat
garok sebagai pengumpul kerang adalah di dasar perairan, bisa di pantai berpasir
atau berlumpur. Parameter utama dari alat pengumpul kerang ini adalah
konstruksi dan ukuran bingkai. Berdasarkan daerah pengoperasian dan cara
penggunaannya, alat tangkap garok memiliki konstruksi dengan kegunaannya
sebagai berikut,
a. Mulut raga, di bagian ini diberi bingkai dari besi berbentuk segitiga sama sisi
dengan ukuran ketiga sisinya 80 cm x 80 cm x 80 cm;
b. Kantong, dibentuk dari anyaman kawat, bagian ujungnya berbentuk agak
membulat, berfungsi sebagai tempat kerang ditangkap;
c. Gigi raga, terbuat dari bahan besi (gigi garok) di bagian bawah bingkai;
d. Lempengan besi yang mengelilingi mulut garok, merupakan penghubung
antara mulut bingkai dengan anyaman kawat dengan ukuran 2,5 cm;
e. Tangkai yang terbuat dari bambu dengan panjang 4 - 5 m yang digunakan
oleh nelayan saat mengangkat kerang yang tertangkap.
Pengoperasian alat pengumpul kerang dilakukan dengan perahu sebagai alat
penarik, umumnya dilakukan pada siang hari. Cara pengoperasiannya yaitu
menurunkan 2 - 6 alat pengumpul kerang sekaligus dari sisi kiri/kanan perahu
kemudian ditarik menelusuri dasar perairan menggunakan tali panjang (300 - 500
m) yang salah satu ujungnya diikat pada patok (tiang pancang atau jangkar).
Untuk membantu penarikan, digunakan alat bantu berupa penggulung (roller).
Setiap kali pada jarak tertentu, alat pengumpul kerang diangkat ke atas perahu
untuk pengambilan hasil tangkapan. Hal ini terus dilakukan sampai tali habis
tergulung, artinya telah dilakukan beberapa kali pengangkatan alat pengumpul
kerang (Subani dan Barus 1989). Contoh kerang darah yang telah diambil
dimasukan ke dalam coolbox yang berisi es. Selain itu dilakukan pengukuran
kualitas air untuk mengetahui kondisi perairan tersebut yang meliputi suhu,
salinitas, derajat keasaman, kecerahan, kecepatan arus dan kedalaman dilakukan
pada saat pengamatan dan pengambilan data sekunder yang meliputi data statistik
perikanan.
Prosedur Kerja di Laboratorium
Pengukuran Panjang Berat dan Pengamatan Jenis Kelamin
Sempel kerang darah yang telah diambil dari coolbox, kemudian dipisahkan
berdasarkan stasiun area penangkapannya untuk selanjutnya akan dilakukan
6
analisa morfometrik meristik di laboratorium. Kerang contoh yang telah dibawa
ke laboratorium diukur morfometrik yang meliputi panjang cangkang (cm), lebar
cangkang (cm), tinggi umbo (cm), tebal (cm) dengan menggunakan jangka sorong
dengan ketelitian 0,01 mm. Berat total (gr), berat daging (gr), berat gonad (gr)
diukur dengan menggunkan timbangan O-haus dengan ketelitian 0,0001 gram dan
selain itu dianalisis jenis kelamin kerang contoh. Penentuan jenis kelamin
dilakukan dengan pembedahan kemudian dilihat secara secara visual dari warna
gonad, individu jantan diketahui dari gonad yang berwarna putih susu hingga
putih krem, sedangkan yang betina gonadnya berwarna oranye hingga kemerahan.
Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder digunakan untuk menunjang data primer. Pengumpulan data
sekunder didapat dari arsip Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung
Timur. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data hasil tangkapan kerang
darah (Anadara granosa) yang tertangkap, alat tangkap yang digunakan untuk
menangkap kerang darah dan produksi di perairan Kuala Penet, Lampung Timur
selama lima tahun terakhir.
Analisis Data
Sebaran Frekuensi Panjang
Data yang digunakan dalam penentuan distribusi frekuensi panjang adalah
data panjang total kerang darah yang ditangkap di perairan Kuala Penet. Tahap
untuk menganalisis data frekunsi panjang adalah :
a) Menentukan wilayah kelas yang diperlukan
(WK) = Max – Min ; Max = data terbesar ; Min = data terkecil.
b) Menentukan jumlah kelas
(JK) = 1 + 3,32 log N ; N = jumlah contoh (1)
c) Menentukan lebar selang kelas
(L) = WK/JK (2)
d) Memilih ujung kelas interval pertama
e) Menentukan selang frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing
kelas dengan memasukkan panjang masing-masing kerang contoh pada
panjang selang kerang yang ditentukan.
Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas yang
sama kemudian diplotkan dalam sebuah grafik. Pada grafik tersebut dapat dilihat
sebuah pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulannya. Pergeseran sebaran
kelas panjang menggambarkan jumlah kelompok umur yang ada (kohort). Bila
terjadi pergeseran modus distribusi frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari
satu kohort.
Pertumbuhan
Hubungan Panjang Berat
Analisis pola pertumbuhan kerang darah menggunakan hubungan panjang
dengan rumus sebagai berikut (Effendie 2002):
W = aLb (3)
Untuk mendapatkan persamaan linear atau garis lurus di gunakan persamaan
sebagai berikut :
Log W = Log a + b Log L (4)
7
untuk mendapatkan parameter a dan b digunakan analisis regresi dengan
Log W sebagai ‘y’ dan Log L sebagai ‘x’, maka dapat didapatkan regresi sebagai
berikut:
y = b0 + b1x (5)
untuk menguji nilai b = 3 melawan b < 3 atau b < 3 dilakukan uji-t (uji
parsial) dengan hipotetis :
H0 : b = 3, hubungan panjang dan berat adalah isometrik
H1 : b < 3, hubungan panjang dan berat adalah allometrik negatif
atau, b > 3, hubungan panjang dan berat adalah allometrik positif
W adalah berat, L adalah panjang, Log a adalah intersep (perpotongan
kurva hubungan panjang berat dengan sumbu y), b adalah penduga pola
pertumbuhan panjang berat.
Hipotesis yang digunakan adalah bila b=3 maka disebut isometrik (pola
pertumbuhan panjang sama dengan pola pertumbuhan berat). Jika b<3 disebut
allometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan) dan bila b>3 allometrik
positif (pola pertumbuhan berat lebih dominan) (Effendie 2002).
(6)
(7)
b1 adalah nilai b (dari hubungan panjang berat), b0 adalah 3, Sb1 adalah
simpangan koefisien.
Bandingkan nilai thitung dan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%.
Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhan kerang, maka kaidah keputusan
yang dimbil adalah :
thitung > ttabel = tolak hipotesis H0
thitung < ttabel = gagal tolak hipotesis H0
Faktor Kondisi
Faktor kondisi yaitu keadaan atau kemontokan kerang yang dinyatakan
dalam angka-angka berdasarkan pada data panjang dan berat. Faktor kondisi
menunjukkan keadaan baik dilihat dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup
maupun reproduksi. Jika pertumbuhan kerang darah termasuk pertumbuhan
isometrik (b=3), maka nilai faktor kondisi (K) dapat dihitung dengan rumus
berikut (Effendie 2002).
(8)
K adalah faktor kondisi, W adalah berat kerang contoh (gram), L adalah
panjang kerang contoh (mm), a dan b adalah konstanta regresi. Jika pertumbuhan
bersifat allometrik positif umumnya kerang diamati lebih gemuk dibandingkan
kerang yang bertipe allometrik negatif.
Parameter Pertumbuhan (L∞,K, dan t0)
Plot Ford Walford merupakan salah satu metode yang paling sederhana
dalam menduga parameter pertumbuhan dari persamaan Von Bertalanffy dengan
8
interval waktu pengambilan contoh yang tetap. Berikut ini adalah persamaan
pertumbuhan von Bertalanffy (King 1995).
(9)
atau,
(10)
Lt adalah panjang kerang pada saat umur t (satuan waktu), L∞ adalah
panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien
pertumbuhan (per satuan waktu), t0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama
dengan nol. Untuk t sama dengan t+1, persamaaan (11) menjadi:
(11)
sehingga,
(12)
dengan mendistribusikan persamaan (10) ke (12), diperoleh
(13)
atau,
(14)
Lt dan Lt+1 merupakan panjang ikan pada saat t dan t+1 yang merupakan
panjang ikan yang dipisahkan oleh interval waktu yang konstan (1 =tahun, bulan,
atau minggu) (Pauly 1984). Persamaan (14) dan (15) dapat diduga dengan
persamaan regresi linear y = b0 + b1x, jika Lt sebagai absis (x) di plotkan terhadap
Lt+1 sebagai ordinat (y) sehingga terbentuk kemiringan (slope) sama dengan e-K
dan titik potong dengan absis sama dengan L∞[1-e-K
]. Nilai K dan L∞ di peroleh
dengan cara sebagai berikut :
K = -ln (b) (15)
dan,
(16)
Umur kerang pada saat panjang sama dengan nol secara teoritis dapat
diduga secara terpisah menggunakan persamaan empiris pauly (Pauly 1980 in