MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI * ) Das Salirawati, M.Si ** ) PENDAHULUAN Pembelajaran dan belajar adalah dua hal yang tak terpisahkan dan saling berkaitan erat, karena dalam pembelajaran ada unsur belajar, sebaliknya dalam belajar selalu diawali dengan adanya pembelajaran. Oleh karena itu keduanya harus seiring sejalan dalam mengawal anak didik mencapai pemahaman seluruh materi ajar yang ditempuhnya agar berhasil menempuh pendidikan dengan baik. Sejauh ini guru telah banyak mengalami masa kebimbangan setiap kali lahir kurikulum baru. Dalam benak guru, perubahan kurikulum berarti perubahan segala apa yang telah mapan yang telah lama ditekuni, disusun, dan dijalankan. Pikiran ini ada benarnya, karena bila kita renungkan, guru-guru pada masa lalu yang tidak pernah atau jarang mengikuti penataran, lokakarya, seminar, apalagi TOT, justru malah dapat menghasilkan generasi anak didik yang luar biasa baiknya dibandingkan sekarang. Hal ini tidak dapat dipungkiri oleh siapapun. Sebagai contoh, anak didik jaman dahulu lebih baik dalam memahami cara menulis huruf yang benar, cara menghitung tanpa coretan (mencongak), lebih rajin mencatat dan mendengarkan guru, bahkan mereka yang tidak memiliki bukupun tanpa disuruh guru menjadi ahli meringkas dari buku teman, bukan seperti sekarang meringkas sebagai tugas guru kepada anak didik. Ditinjau dari segi afektif, mereka lebih jujur dalam ujian, karena belum ada fotokopi, sehingga setiap kali ulangan soal hanya dibacakan dan anak didik langsung menjawab, lebih tertanam nilai-nilai afektif yang dalam, yaitu menghormati guru, berbagi sesama teman, menghargai bangsanya melalui lagu-lagu kebangsaan yang hafal di 1
30
Embed
TEMA, SUBTEMA DAN KONSEP-KONSEP IPAstaffnew.uny.ac.id/upload/132001805/pendidikan/Inovatif... · Web viewMODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI *)
Das Salirawati, M.Si **)
PENDAHULUANPembelajaran dan belajar adalah dua hal yang tak terpisahkan dan saling
berkaitan erat, karena dalam pembelajaran ada unsur belajar, sebaliknya dalam belajar
selalu diawali dengan adanya pembelajaran. Oleh karena itu keduanya harus seiring
sejalan dalam mengawal anak didik mencapai pemahaman seluruh materi ajar yang
ditempuhnya agar berhasil menempuh pendidikan dengan baik.
Sejauh ini guru telah banyak mengalami masa kebimbangan setiap kali lahir
kurikulum baru. Dalam benak guru, perubahan kurikulum berarti perubahan segala apa
yang telah mapan yang telah lama ditekuni, disusun, dan dijalankan. Pikiran ini ada
benarnya, karena bila kita renungkan, guru-guru pada masa lalu yang tidak pernah atau
jarang mengikuti penataran, lokakarya, seminar, apalagi TOT, justru malah dapat
menghasilkan generasi anak didik yang luar biasa baiknya dibandingkan sekarang. Hal ini
tidak dapat dipungkiri oleh siapapun. Sebagai contoh, anak didik jaman dahulu lebih baik
dalam memahami cara menulis huruf yang benar, cara menghitung tanpa coretan
(mencongak), lebih rajin mencatat dan mendengarkan guru, bahkan mereka yang tidak
memiliki bukupun tanpa disuruh guru menjadi ahli meringkas dari buku teman, bukan
seperti sekarang meringkas sebagai tugas guru kepada anak didik. Ditinjau dari segi
afektif, mereka lebih jujur dalam ujian, karena belum ada fotokopi, sehingga setiap kali
ulangan soal hanya dibacakan dan anak didik langsung menjawab, lebih tertanam nilai-
nilai afektif yang dalam, yaitu menghormati guru, berbagi sesama teman, menghargai
bangsanya melalui lagu-lagu kebangsaan yang hafal di luar kepala. Selain itu dari segi
psikomotorik mereka lebih kreatif dan inovatif ketika harus mengerjakan praktikum dan
prakarya, bahan apapun dapat digunakan, tidak perlu membeli seperti saat ini.
Kita tidak akan mencari dimana letak terjadinya kesalahan dalam sistem pendi-
dikan saat ini, tetapi lebih pada memikirkan apa yang dapat dilakukan guru dengan
kondisi seperti ini, agar sisa-sisa nilai pendidikan yang positif jaman dahulu tetap dapat
dianut. Bukankah yang kuno belum tentu lebih jelek daripada yang modern ? Selama
yang kuno tersebut dapat dimodifikasi sedemikian rupa, maka justru di situlah letak
keunggulan pendidikan kita berlandaskan kepribadian bangsa sendiri, bukan meniru ke-
1
*) Makalah ini disampaikan dalam Seminar dan Workshop Internasional dengan tema Teaching Innovation, Minggu, 13 Juni 2010, di Bumi Sasana Kyai Sepanjang, Jl. Kartini, No. 4, Magelang.
**) Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY
bangsa lain, karena hal itu belum tentu tepat dan baik untuk bangsa kita. Mengejar
kemajuan negara lain (bukan mengejar ketertinggalan) memang HARUS, tetapi jangan
lalu berdiri di awang-awang tanpa menginjak di bumi pertiwi sendiri. Singkat kata, inovasi
pembelajaran HARUS kita lakukan, tetapi harus tetap melihat kenyataan di lapangan.
Ya ... melihat gurunya, anak didiknya, sarana prasarana sekolah, potensi daerah, dan
lain-lain. Dengan demikian inovasi yang dikembangkan dapat dianut dan diterapkan oleh
semua sekolah tanpa embel-embel ”tapi dengan syarat ....”. Inovasi yang seperti apakah
yang dapat menyembatani hal itu agar benar-benar dapat terwujud ? Mari kita bersama-
sama mencoba membahasnya.
KONDISI PENDIDIKAN KITA SAAT INI Seiring dengan kemajuan di bidang pendidikan, maka secara perlahan-lahan telah
terjadi perubahan paradigma pendidikan, seperti perubahan dari teacher centered ke
student centered; diterimanya pendekatan, metode, dan model pembelajaran baru yang
inovatif; munculnya kesadaran bahwa informasi/pengetahuan dapat diakses lewat berba-
gai cara dan media oleh peserta didik; teknologi pembelajaran berbasis teknologi infor-
masi (TI) mulai diterapkan; orientasi pendidikan bukan hanya pada pengembangan sum-
ber daya manusia (human resources development), tetapi juga pada pengembangan
kapabilitas manusia (human capability development); diperkenalkannya e-learning;
dependence ke independence; individual ke team work oriented; dan large group ke small
class.
Namun demikian kita masih melihat adanya pembelajaran di sekolah-sekolah
yang berpusat pada guru dimana guru masih aktif sebagai pemberi informasi dan
mendominasi pembelajaran di kelas, sedangkan peserta didik pasif sebagai penerima
informasi, meski-pun paradigma pendidikan yang baru sudah mengarahkan pada student
centered. Selain itu pembelajaran masih menekankan pada hafalan dan drill-drill (latihan)
yang kemungkinan besar disebabkan banyaknya materi yang harus diselesaikan dalam
waktu yang relatif singkat. Meskipun peserta didik tidak lagi dianggap objek pembelajaran,
tetapi kenyataannya materi pembelajaran masih sangat ditentukan oleh guru. Di sebagian
besar sekolah, masih terlihat kurang mengoptimalkan pengembangan kapabilitas peserta
didik, baik yang menyangkut cipta, rasa, dan karsa, serta peserta didik kurang memiliki
kesempatan untuk berpikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif.
Dengan kenyataan seperti itu, maka sudah saatnya bagi guru untuk mencoba
mengembangkan profesionalismenya melalui pengembangan model-model pembelajaran
yang benar-benar mampu mengaktifkan dan menciptakan kondisi pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan sekaligus menyenangkan. Dengan demikian peserta
2
didik akan merasakan kebermaknaan belajar bagi hidup dan kehidupannya dan akhirnya
meaningful learning akan terwujud.
INOVASI PEMBELAJARANDalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1997), inovasi berarti penemuan
sesuatu yang baru atau berbeda dengan sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Sedangkan inovatif adalah bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru. Pembelajaran
adalah suatu proses kegiatan yang berupaya membelajarkan anak didik. Jadi, inovasi
pembelajaran adalah suatu aktivitas memperkenalkan sesuatu yang baru dalam upaya
membelajarkan anak didik, atau memperkenalkan sesuatu yang baru ketika melakukan
transfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai pada anak didik.
Pengertian “berbeda” bukan berarti benar-benar sesuatu yang baru, tetapi kita
dapat mengambil sesuatu yang sudah lama kemudian dimodifikasi sedemikian rupa
hingga menjadi sesuatu yang baru yang belum pernah diperkenalkan pada anak didik.
Inovasi pembelajaran dapat dilakukan terhadap semua komponen pembelajaran, seperti
metode, pendekatan, sarana prasarana, kurikulum, media, lingkungan belajar. Dalam
inovasi pembelajaran, kita mengenal adanya PAKEM, yaitu Pembelajaran Aktif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan, tetapi kita perlu menambahkan satu lagi, yaitu pembelajaran
inovatif, sehingga menjadi PAIKEM dengan I di tengah sebagai Inovatif. Prinsip
pembelajaran PAIKEM ini sangat sesuai dengan yang diinginkan dalam KTSP.
Kelima bentuk pembelajaran tersebut dapat dikemas dan dimunculkan dalam
setiap proses pembelajaran, baik sendiri-sendiri maupun gabungan diantaranya. Namun
demikian, mengingat ruang gerak guru sangat dibatasi oleh alokasi waktu jam pelajaran di
sekolah yang harus berbagi dengan mata pelajaran yang lain, maka hal yang sangat sulit
bagi seorang guru untuk menerapkan kelima bentuk pembelajaran tadi secara bersama-
sama. Oleh karena itu, seorang guru tidak harus memaksakan diri untuk menerapkan
kelimanya, tetapi setiap kali pertemuan menerapkan salah satu diantaranya sudah berarti
bahwa guru tersebut melakukan inovasi pembelajaran.
Dalam penciptaan inovasi pembelajaran yang terpenting adalah kemauan dan
keinginan guru untuk mengubah image belajar sebagai suatu keterpaksaan menjadi suatu
kebutuhan, dengan cara membawa anak didik menikmati sisi-sisi keindahan dan kemena-
rikan dari suatu materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Hal ini hanya dapat dilakukan
bila guru melakukan inovasi pembelajaran menggunakan prinsip pembelajaran bermakna
dan menyenangkan (meaningful learning dan joyful learning). Sesuai dengan pendapat
Ausubel (1991) bahwa belajar akan bermakna jika anak didik dapat mengaitkan konsep
yang dipelajari dengan konsep yang sudah ada dalam struktur kognitifnya, dan pendapat
Bruner (1991) yang menyatakan belajar akan berhasil lebih baik jika selalu dihubungkan
3
dengan kehidupan orang yang sedang belajar (anak didik). Secara logika dapat dipahami,
bahwa kita pasti akan belajar serius bila isi dari yang dipelajari ada kaitannya dengan
kehidupan kita sehari-hari dan kata-kata atau kalimat yang didengar sudah familiar di
kepala kita. Melalui inovasi pembelajaran inilah, diharapkan ada perbaikan praktik pembe-
lajaran ke arah yang lebih baik (Carolin Rekar Munro, 2005). Perubahan ini tidak harus
terjadi secara draktis, tetapi dilakukan ”perlahan-lahan tetapi pasti”. Perbaikan pada
proses sangat penting agar keluaran yang dihasilkan benar-benar berkualitas.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL Ada beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada saat ini yang
berbasis pada Student Centered Learning (SCL). Model SCL sangat digemari karena
berbagai alasan, diantaranya:
1. diterimanya pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran;
2. adanya pergeseran paradigma pengajaran ke pembelajaran;
3. adanya pergeseran dari teacher oriented ke student oriented;
4. adanya pergeseran dari orientasi hasil ke proses pembelajaran;
5. diterimanya konsep pendidikan sepanjang hayat;
6. diterimanya konsep multiple intelligence;
7. semakin mudah dan murahnya akses informasi melalui jaringan dan perangkat TI;
8. tersedianya buku-buku referensi yang mudah diperoleh. .
Perlu diingat bahwa sebaik apapun model pembelajaran tersebut secara teoretik,
tetapi keberhasilannya dalam membantu menciptakan pembelajaran yang kondusif bagi
peserta didik sangat tergantung pada kepiawaian guru dalam menerapkannya. Penelitian
di Jepang menunjukkan bahwa keunggulan pembelajaran di Jepang terutama disebabkan
oleh peranan guru yang mampu memilih strategi pembelajaran yang efektif termasuk di
dalamnya memilih model pembelajaran (Aleks Masyunis, 2000). Guru memberikan warna
dan nilai terhadap model yang diterapkan.
Berikut ini akan disajikan beberapa contoh model pembelajaran yang berbasis
pada SCL. Contoh suatu model tidak harus ditiru 100% oleh guru, tetapi guru harus dapat
memodifikasi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan fasilitas yang tersedia di
sekolah. Dengan demikian penerapan model pembelajaran tidak membatasi kreativitas
guru dalam menjalankan tugasnya, tetapi tetap mampu mengikuti perkembangan dunia
pendidikan yang digelutinya.
Berbicara mengenai proses pembelajaran di sekolah seringkali membuat kita
kecewa, apalagi bila dikaitkan dengan pemahaman peserta didik terhadap materi ajar.
Mengapa demikian? Ya, karena kenyataan menunjukkan banyak peserta didik mampu
4
menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi
mereka tidak memahaminya. Sebagian peserta didik tidak mampu menghubungkan
antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dipergunakan/dimanfaatkan. Selain itu, peserta didik kesulitan memahami konsep yang
diajarkan hanya dengan metode ceramah, apalagi jika konsep yang diajarkan sangat
abstrak. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang
berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat pada umumnya dimana mereka akan
hidup dan bekerja.
Banyak pertanyaan muncul di diri guru yang berkeinginan untuk membantu
masalah yang dihadapi peserta didiknya tersebut, seperti:
1. Bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang
diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua peserta didik dapat
menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut ?
2. Bagaimana setiap bagian mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling
berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh ?
3. Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan peserta
didiknya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu,
dan hubungan dari apa yang mereka pelajari ?
4. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari peserta
didiknya, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu
mengaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu
kesempatan selama hidupnya ?.
Semua pertanyaan itu merupakan tantangan bagi guru untuk selalu berusaha dan
berusaha agar dapat menemukan solusi yang paling tepat untuk mengatasinya. Penga-
laman di negara lain menunjukkan bahwa minat dan prestasi peserta didik dalam bidang
matematika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat:
1. Mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan)
baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka miliki atau mereka
kuasai.
2. Mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana
konsep tersebut dapat digunakan di luar kelas.
3. Mereka diperkenankan untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative).
Hal itulah yang merupakan jiwa dan inti pokok dari penerapan model
pembelajaran berbasis CTL.
5
1. Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan CTL Pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penera-
pannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
Carolin Rekar Munro. (2005). “Best practices” in teaching and learning : Challenging current paradigms and redefining their role in education. The College Quarterly. 8 (3), 1 – 7.
Colin Marsh. (1996). Handbook for beginning teachers. Sydney : Addison Wesley Longman Australia Pry Limited.
Constance Blasie & George Palladino. (2005). Implementing the professional development standards : a research department’s innovative masters degree program for high school chemistry teachers. Journal of Chemical Education. 82 (4), 567 – 570.
Dedi Supriadi. (1999). Mengangkat citra dan martabat guru. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Kamisa. (1997). Kamus lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Kartika.
Kok Siang Tan, Ngoh Khang Goh, & Lian Sai Chia. (2006). Bridging the cognitive – affective gap : teaching chemistry while advancing affective objectives. Journal of Chemical Education. 83 (1), 59 – 63.
Laster, Lan. (1985). The school of the future : some teachers view on education in the year 2000. New York : Harper Collins Publishers.
John W. Hansen & Gerald G. Lovedahl. (2004). Developing technology teachers : questioning the industrial tool use model. Journal of Technology Education. 15 (2), 20 – 32.
Johnson, E. B. (2002). Contextual teaching and learning. California: A Sage Publications Company, Corwin Press, Inc.
Pada contoh di atas ketujuh komponen CTL terpenuhi, yaitu: 1. Konstruktivisme (Constructivism): peserta didik mengonstruksi sendiri pemahaman
pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi berdasarkan permainan dan percobaan.
2. Bertanya (Questinoning): guru bertanya untuk mengarahkan pada simpulan. Peserta
didikpun boleh mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun dengan sesama
teman.
3. Menemukan (Inquiry): dengan permainan dan percobaan yang dilakukan peserta didik
dapat menemukan sendiri konsep pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
4. Masyarakat belajar (Learning Community): dengan melakukan permainan dan percoba-
an, mereka belajar secara bersama-sama membentuk masyarakat belajar yang
berusa-ha menemukan dan memahami suatu konsep.
5. Pemodelan (Modeling): permainan dan percobaan merupakan pemodelan yang dapat
membantu peserta didik memahami suatu konsep.
6. Refleksi (Reflection): peserta didik merefleksikan aktivitas yang dilakukan untuk sub-
materi pokok lainnya.
7. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment): pada kegiatan pembelajaran ini penilai-
an dilakukan terhadap kerja sama kelompok dan keaktifan dalam tanya jawab.
18
Contoh model pembelajaran kontekstual berbasis kontroversi isu
Mata Pelajaran : BiologiSub-Materi Pokok : Zat Aditif pada MakananKelas/Semester : XI/2Waktu : 2 X 45 menit (1 kali pertemuan)
A. TUJUAN PEMBELAJARANPeserta didik dapat mengidentifikasi adanya zat pewarna tekstil pada berbagai
makanan melalui percobaan kromatografi kertas sederhana.
B. SKENARIO PEMBELAJARAN1. Guru meminta beberapa peserta didik unrtuk menunjukkan contoh makanan yang
dicurigai mengandung zat pewarna tekstil (pertemuan sebelumnya sudah diberitahu untuk membawa).
2. Guru menjelaskan sifat zat pewarna tekstil yang tidak larut dalam air (akuades).3. Guru memberikan penjelasan singkat bagaimana mendeteksi zat pewarna tekstil
pada makanan dengan kromatografi kertas sederhana.4. Hasil percobaan setiap kelompok dipresentasikan di depan. 5. Guru kemudian meminta peserta didik untuk menjelaskan alasan peserta didik
memilih makanan yang dicurigai dihubungkan dengan hasil percobaan yang diperoleh.
6. Peserta didik diminta membuat simpulan tentang zat pewarna tekstil pada makanan dan memberikan peringatan dalam bentuk poster.
7. Guru memberikan penilaian terhadap presentasi masing-masing kelompok dan poster yang dibuat.
Contoh model pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM
Mata Pelajaran : Bahasa IndonesiaSub-Materi Pokok : Mengidentifikasi Konflik Kelas/Semester : XI/2Waktu : 2 X 45 menit (1 kali pertemuan)
A. TUJUAN PEMBELAJARANPeserta didik dapat mengidentifikasi konflik dari sebuah cerita.
B. SKENARIO PEMBELAJARAN1. Guru meminta peserta didik unrtuk membaca satu cerita pendek.2. Peserta didik secara berkelompok diminta untuk mengidentifikasi konflik yang
terjadi dari cerita pendek yang dibaca.3. Tiap kelompok mempresentasikan dan memberikan alasan argumentatif tentang
hasil identifikasinya.4. Setelah semua kelompok maju, guru menuntun ke arah kesimpulan tentang cara
mengidentifikasi konflik.
19
5. Guru meminta setiap kelompok berlatih beberapa saat dan kemudian secara bergilir diminta maju memainkan cerita tersebut, yang diperankan hanya tokoh sentral, utama dan pembantu.
Contoh model pembelajaran dengan pendekatan PAIKEMMata Pelajaran : FisikaSub-Materi Pokok : Fisika Atom Kelas/Semester : XII/2Waktu : 2 X 45 menit (1 kali pertemuan)
A. TUJUAN PEMBELAJARANPeserta didik dapat menjelaskan sejarah atom secara berurutan melalui
permainan yang menyenangkan.
B. SKENARIO PEMBELAJARAN1. Guru memberi waktu beberapa saat pada semua peserta didik untuk membaca
sejarah atom.2. Setelah itu setiap peserta didik diminta .menceritakan kembali sejarah atom
dengan cara menggunakan lagu yang disenangi oleh peserta didik dimana liriknya diganti dengan sejarah atom tersebut.
3. Setelah semua berhasil menggubah lagu, selanjutnya mereka diminta menyanyikan di depan kelas secara bergiliran.
4. Setelah semua bernyanyi, maka guru menetapkan peserta didik yang paling bagus syairnya dilihat dari kebenaran urutan sejarah penemuan atom.
SEJARAH ATOM(Nyanyikan seperti lagu Ketahuan Mata)
Dari awal Dalton tak sangsi dengan teori atomnyaKemudian John Thomson melihat elektron ada di sanaTerakhir dia bilang teori roti kismis pada kitaTetapi ternyata Rutherford bermain partikel alfa
Saat itu terlihatAda inti di sanaDengan suatu neutron juga
Reff : O o tapi ketahuan
Teori gagal oleh Niels BohrAnak buahnyaO tapi tak mengapaBohr sempurnakan Karna Rutherford ada kelemahan
Kelemahan itu karna tak dapat jelaskan mengapaElektron tak jatuh ke inti ketika hilang energiNiels Bohr berkata elektron berada di lintasannyaDengan energi yang tertentu klilingi inti atomnya
Saat ia berputarTerkadang bermesraan Dengan energi dari luar
Reff : O o elektron berpindah
20
Ke kulit atom yang lebih tinggiTingkat energinyaO tapi tak mengapa Kau kan kembaliKarna di situ tempat sesaatmu