BAB II TINJAUAN TENTANG DAKWAH DAN TELEVISI A. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah Dalam menguraikan pengertian dakwah akan dikemukakan secara etimologi dan secara terminologi dari berbagai pendapat. Ditinjau dari segi etimologi (bahasa), dakwah berasal dari bahasa Arab. Yang berarti, panggilan, ajakan atau seruan. Dalam Ilmu Tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai isim mashdar. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) da’a yad’u, artinya memanggil, mengajak atau menyeru. 1 1 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas,1983), cet. ke-1, h. 17 9
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN TENTANG DAKWAH DAN TELEVISI
A. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dalam menguraikan pengertian dakwah akan dikemukakan secara
etimologi dan secara terminologi dari berbagai pendapat.
Ditinjau dari segi etimologi (bahasa), dakwah berasal dari bahasa
Arab. Yang berarti, panggilan, ajakan atau seruan.
Dalam Ilmu Tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai isim
mashdar. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) da’a yad’u, artinya
memanggil, mengajak atau menyeru.1
Dalam literatur-literatur yang lain mengenai pengertian dakwah secara
etimologi dapat disimpulkan semuanya sama. “ditinjau dari segi bahasa
Da’wah berarti : panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut
dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedang bentuk kata kerja atau fi’ilnya
adalah da’a- yad’u yang berarti memanggil menyeru atau mengajak.2
1 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas,1983), cet. ke-1, h. 17
2 Abd. Rasyid Shaleh; Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet. ke-3, h. 7
9
“Menurut pengertian bahasa, dakwah berarti seruan atau ajakan kepada
sesuatu.”3 “ Dakwah berarti mengajak atau mendorong kesuatu tujuan.”4
“Dakwah itu menyeru atau mengajak kepada sesuatu perkara, yakni mengajak
manusia kepada jalan Allah agar menerima dan menjadikan Dienul Islam
sebagai dasar dan pedoman hidupnya.”5
Jamaluddin Hasyib dalam suatu diskusi Wawacara dan Latihan Da’i
Pembangunan Menyongsong Matahari-2000 dalam makalahnya Strategi
Dakwah dalam Pembangunan Masyarakat menulis tentang pengertian dakwah
etimologi sebagai berikut :
Dakwah = menyeru
Dakwah = mengajak
Dakwah = memanggil
Dakwah = berdoa6
Menelusuri pengertian dakwah dari segi yang lain yaitu secara
terminologi, beraneka ragam pendapat para ulama.
3 H. Akib Suminto, Problematika Dakwah, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), cet. ke-2 h. 53
4 Barmawi Umary, Azas-azas Ilmu Dakwah, (Solo: Ramadhani,1984), cet.ke-1, h. 52
5 Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,1981), h. 28
6 Jamaluddin Hasyib, Strategi Da’wah dalam Pembangunan Masyarakat”, Makalah Diskusi Wawasan dan Latihan Da’i Pembangunan Menyongsong Matahari, (Jakarta: 1990), h. 11. t.d.
10
Menurut istilah, dakwah mempunyai bermacam-macam pengertian,
tergantung pada tujuan yang hendak dicapainya, dan cara menyampaikannya.
Dakwah dapat dikatakan sebagai suatu strategi penyampaian nilai-nilai
Islam pada umat manusia demi terwujudnya tata kehidupan yang imani dan
realitas hidup yang Islami.
Dakwah juga dikatakan sebagai agen mengubah manusia kearah
kehidupan yang lebih baik.
Farid Ma’ruf Noor dalam bukunya “ Dinamika dan Akhlak Da’wah”
telah mengutip beberapa pendapat ulama.
Sedangkan menurut istilah, dakwah mempunyai arti sebagai
pandangan-pandangan yang diberikan oleh beberapa ulama, antara lain :
a. Dakwah ialah menyeru apa yang diserukan Allah, bagi siapa yang
mengikuti Rasulullah SAW. ( Muhammad Abu Zaed, Hadyu Rasul, hal 9)
b. Dakwah itu ialah menegakkan yang benar, menyiarkan kalimah Allah
dalam kehidupan manusia dipersada bumi Tuhan. (Mas’ud Annadawi,
Tarikhud Da’wah Al Islamiyah, hal.14).
c. Dakwah itu ialah memindahkan situasi umat dari situasi ke situasi yang
lain yang lebih baik. (Bakhiyulkhullie, Tadzkiratun Du’at, hal 27).
11
d. Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif kepada keadaan
yang positif, memperjuangkan yang ma’ruf atau yang mungkar,
memenangkan yang hak atas yang bathil, ( Drs. Salahuddin Sanusi,
Prinsip-prinsip Da’wah Islam, hal 8-11).
Kemudian menurut Al-qur’an tentang dakwah secara jelas
memaparkannya, pada Surat An Nahl ayat 125 :
وجادلهم الحسنة والموعظة بالحكمة ربك سبيل الئ ادع
ا هي حسن بالتى
\ )125: 16النحل (
“Seruah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara baik.” (An Nahl/ 16: 125)
Dalam Al-qur’an disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat
manusia ke jalan Allah dengan cara bijaksana, nasehat yang baik serta
berdebat dengan yang baik pula.
2. Subyek dan Obyek Dakwah
Subyek dakwah (ulama, mubaligh, dan da'i), yaitu orang yang
melaksanakan tugas dakwah. Pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan atau
12
kelompok. Pribadi atau subyek adalah sosok manusia yang mempunyai nilai
keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala hal.7
Pelaksana adalah seorang kader atau pemimpin, bahkan Sayyid al-
Qalam. Dia hidup dalam masyarakat yang terus berubah dan harus sadar akan
perubahan ini, kemudian memberikan petunjuknya. Daerah da'i adalah mulai
dari masyarakat desa yang primitif hingga masyarakat industri yang telah
terpengaruh diktatornya pengaruh ekonomi raksasa dan teknologi ultra
modern dan merajalelanya individualisme. Da'i berada di tengah gejolak
masyarakat yang bergejolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa da'i
adalah seorang yang harus paham benar tentang kondisi masyarakat itu dari
berbagai segi, psikologi, sosial, kultural, etnis, ekonomi, politik, makhluk
Tuhan ahsani takwim.8
Sebagai orang yang akan menjalankan amanah Allah di atas bumi,
maka juru dakwah harus memiliki sifat-sifat khusus, harus memiliki
kepribadian muslim sejati.
Menurut M. Ghazali bahwa ada tiga sifat dasar yang harus dimiliki
seorang juru dakwah ke jalan Allah, yaitu : setia, pada kebenaran,
namun ia mampu menembus tembok-tembok rumah justru dengan gambar
dan suara. Apalagi dengan ditemukannya sistem satelit relay, maka televisi
mampu memindahkan gambar dari suatu benua ke benua lain dipermukaan
bumi ini.
B. Ruang Lingkup Televisi
1. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Televisi Di Indonesia
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, televisi mempunyai
pengertian, pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik kemudian
disalurkan dengan perantaraan kabel atau gelombang elektro magnetik untuk
diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima. Karena televisi
merupakan peranti yang mengubah pantulan cahaya obyek menjadi deretan
pulsa-pulsa listrik. Tabung kamera tersedia dalam berbagai bentuk dan jenis,
namun pada umumnya memiliki dua bagian penting, yakni permukaan peka
cahaya berfungsi untuk mengubah pantulan cahaya obyek menjadi muatan
listrik membentuk citra elektris (electrical image). Berkas dibangkitkan oleh
penembak elektron kemudian dipindahkan ke seluruh permukaan bermuatan
listrik.32
Televisi dari segi etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya jauh
dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip
radio dan penglihatannya oleh gambar33. Dengan demikian televisi yang
32 Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka), Jilid 16, cet. ke-1, h. 194
33 Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma Rimbow, 1989), cet. ke-2, h. 221
26
dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat
jauh disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat
(studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui sebuah perangkat
penerima (televisi set).34
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka,
mengandung arti, televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar obyek
yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara)
menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang
dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran
pertunjukan berita dan sebagainya.35
Istilah televisi sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1906,
di Kota Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para ahli
bidang elektronika dari berbagai negara.36
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa televisi yang
dimaksud di sini adalah televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi
atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam
sistem transmisi atau pancaran gambaran dan suara yang dihasilkan oleh
34 Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI, Tesis, (Yogyakarta: 1998)
35 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. ke-3, h. 59
36 JB. Wahyudi, Media Komunikasi Massa Televisi, (Bandung: Alumni, 1986), h. 49
27
kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektro magnetik dan
selanjutnya transmisi melalui pemancar. Gelombang elektro magnetik ini
diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat
televisi). Di pesawat televisi lalu gelombang elektro magnetik diubah kembali
menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati di layar televisi.
Sedangkan pada televisi kabel gelombang elektro magnetik tersebut
disalurkan melalui kabel ke pesawat penerima.
Jelas televisi siaran, untuk dapat diterima di rumah harus melalui
proses-proses tertentu. Kecanggihan yang ada pada televisi ini bila tidak
ditunjang dengan sumber daya manusia menyebabkan televisi yang diterima
menjadi tontonan yang membosankan.
Karenanya untuk menjadikan televis siaran ini tetap survive, maka
dibutuhkan tenaga-tenaga handal di bidangnya dan juga manajerial yang kuat,
sedikitnya ada delapan hal yang harus dimiliki individu-individu di televisi
siaran, individu yang handal tersebut harus memiliki :
a. Keahlian di bidang masing-masing
b. Tanggung jawab profesi
c. Kreativitas
d. Sifat untuk bekerja sama (tidak egoistis)
e. Kepemimpinan bijaksana (tegas tapi tidak kaku)
f. Kesadaran pada fungsinya masing-masing
g. Satu tekad untuk mencapai satu tujuan dengan baik yaitu siaran televisi.
28
h. Memiliki pandangan jauh ke depan di bidang perangkat keras.6
2. Televisi sebagai Media Dakwah
Berdakwah menggunakan media teknologi komunikasi (televisi),
merupakan salah satu bentuk pengoptimalan fungsi teknologi tersebut.
Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan komunikasi
secara umum dalam berkomunikasi kecanggihan media di samping komponen
lain, komunikator, isi pesan, komunikan dan feedback, merupakan salah satu
faktor sukses tidaknya suatu aktivitas komunikasi.
Media televisi khususnya sebagai hasil teknologi merupakan saluran
yang bisa dipergunakan untuk memperluas jangkauan dakwah islamiyah,
karena itu penguasaan IPTEK sangat penting termasuk infra strukturnya.
Dakwah merupakan kekuatan moral yang mampu menggerakkan
perubahan sosial serta menawarkan satu alternatif dalam membangun
dinamika masa depan umat, dengan menempuh cara dan strategi yang lentur,
kreatif dan bijak.37
Kehadiran televisi berbagai stasiun televisi baik nasional maupun
swasta secara tidak langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat luas
bagi pemirsa di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi, menjadi suatu
kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara menarik televisi merupakan
tempat yang potensial untuk berdakwah. Hal tersebut bisa dapat dilihat dari
37 Makalah, Asep Saipul Muhtadi, Dakwah Dalam Pluralisme Masyarakat Modern
29
hasil penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization (AS) 1982,
menyebutkan bahwa TV mempunyai kredibilitas 53 %, surat kabar 22 %,
majalah 28 %, dan radio 6 %.38
Dari hasil penelitian tersebut kita maupun pihak pengelola harus
tanggap bahwa dakwah di televisi itu lebih efektif karena ditonton banyak
orang terlebih mayoritas negara kita 85 % pemeluk agama Islam, maka sudah
selayaknya para pengelola televisi bisa menghadirkan paket-paket acara
dengan nuansa islami sebagai penghormatan dan sebagai penyeimbang bagi
tayangan yang lebih tertuju kepada politis, informatif dan hiburan.
3. Efektifitas Dakwah melalui Media Televisi
Abad ini adalah abad informasi. Teknologi telah melahirkan media
baru yang lebih efisien, efektif dan mencapai jangkauan yang lebih luas.
Semua teknologi komunikasi dapat digunakan sebagai media dakwah, salah
satunya adalah televisi.
Dalam perkembangannya sekarang televisi sudah memasyarakat
seperti halnya radio. Kini hampir setiap orang sudah dapat menikmati siaran
televisi. Televisi merupakan hasil teknologi komunikasi yang dapat
menyiarkan suatu program dalam bentuk suara sekaligus gambar (audio-
38 Bisri Hasanuddin, Dakwah untuk Desa Global Dunia Islam, (Jakarta: Pelita, 13 Desember 1991)
30
visual) dari stasiun yang memancarkannya sehingga Dr. Jack Lyle39, Director
Of Communication Institute The West Center pernah menyatakan di depan
rapat staff Menteri Penerangan RI, tentang efektifitas dalam menjalankan
fungsi televisi, ia menyatakan sebagai berikut :
Bahwa televisi untuk kita sebagai "jendela dunia". Apa yang kita lihat melalui jendela ini sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi kita, hal ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman beberapa tahun lalu, bahwa dalam pikiran kita ada semacam ilustrasi gambar dan gambar-gambar ini merupakan sesuatu yang penting dalam hubungannya dengan proses belajar, terutama sekali yang berkenaan dengan orang, tempat situasi yang tidak setiap orang bertemu mengunjungi, atau telah mempunyai pengalaman.
Apabila kita melihat perkembangan pertelevisian di Indonesia, maka
kita sangat bergembira dengan adanya kebijakan pemerintah yang
membolehkan beroperasinya stasiun-stasiun televisi swasta seperti, RCTI,
SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, TV 7, LATIVI, JAK TV, O CHANNEL,
dan SPACE TOON. Dari sekian banyak stasiun televisi tersebut, kini telah
hadir setiap hari di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang menyajikan
program-program tayangan yang beraneka ragam, dari yang sifatnya hiburan,
pendidikan, dakwah islamiyah dan lain sebagainya.
Televisi sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena
kemampuannya yang dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan
melalui siaran gambar sekaligus narasinya (suaranya). Dakwah melalui
39 Lihat dalam bukunya Darwanto Sastro Subroto, Televisi sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta : Duta Wacana University Press, 1994), hal. 89
31
televisi dapat dilakukan dengan cara baik, dalam bentuk ceramah, sandiwara,
pragmen ataupun drama. Dengan melalui televisi seorang pirsawan dapat
mengikuti dakwah, seakan ia berhadapan dan berkomunikasi langsung di
hadapan da'i. Sangat menarik dakwah melalui televisi, dan apalagi jika da'i
benar-benar mampu menyajikan dakwahnya dalam suatu program yang
mudah dan disenangi berbagai kalangan masyarakat.40
Kelebihan dakwah melalui media televisi dibandingkan dengan media
lainnya adalah disamping menarik karena kemungkinan penyajian yang
bervariasi, juga kemampuannya menjangkau daerah yang cukup luas. Seorang
da'i hanya cukup duduk beraction di studio tanpa harus tergantung
berkumpulnya komunikan, sebaliknya komunikan tidak lagi harus
menyiapkan diri secara resmi mengikuti suatu program dakwah seperti halnya
untuk menghadiri pengajian.
Di tengah perubahan masyarakat dan bangsa, serta akselerasi
perkembangan dunia, memang mau tidak mau dakwah islamiyah harus
mengakomodir peran dan fungsi perangkat komunikasi dan informasi modern
dengan segenap kemajuan teknologinya. Dengan menggunakan teknologi
demikian dakwah islamiyah akan lebih efektif dan efisien, selain juga akan
lebih luas lagi jangkauannya. Persoalannya tinggal bagaimana setiap
mendayagunakan dan menghasilgunakan segenap kecanggihan teknologi
komunikasi tersebut secara optimal.41
Oleh karena itu kita juga harus menyadari, bahwa kemajuan di bidang
teknologi dan alat-alat komunikasi massa mengharuskan kita untuk
menyesuaikan dalam teknologi dan metodologi dakwah serta media dakwah.
Jika tidak ada kesesuaian antara media dakwah dengan berbagai bidang
teknologi alat-alat komunikasi, maka sulit rasanya kegiatan dakwah dapat
berkembang.
Dengan demikian jelaslah, bahwa secara fungsional televisi menjadi
perangkat strategi dan universal bagi usaha memacu pembangunan mental
spiritual dan akhlak masyarakat. Sejumlah kecanggihan yang dimiliki oleh
televisi dengan segenap perkembangan artistik, estetik, dan etiknya dapat
didayagunakan secara optimal untuk mendorong manusia mendalami ajaran
agamanya secara lebih intens. Sumbangan televisi swasta terhadap dakwah
Islam dapat pula ditampilkan melalui program-program acara lain, baik film,
musik, atau sinetron dan lainnya.
Melalui keragaman program acara seperti itulah dakwah Islam dapat dilakukan dengan berpegang pada etika dakwah. Sumbangan televisi swasta bagi dakwah Islam sejalan dengan usianya yang masih sangat muda, belum seberapa banyak. Sehingga, masih memungkinkan untuk dikembangkan di masa mendatang. Namun, semua itu akan menjadi kenyataan, apabila partisipasi umat, pemuka-pemuka agama, budayawan, artis dan musisi-musisi beragama Islam semakin memainkan perannya sebagai media dakwah alternatif.42
41 A. Alatas Fahmi, Peran dan Fungsi Sosio Kultural TV Swasta dalam Dakwah Islam, (Jakarta : Salam, 2 Juli 1992), hal. 4