PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI TELAAHAN STAF NAMA : NUR FAJAR F.U. NID : MKS / ES / 063 BIDANG PEMELIHARAAN Proyeksi Jabatan : Assistant Engineer ASSESMENT & DIAGNOSA TRAFO & KOMPENSATOR Judul : ANALISA PENGUKURAN PARTIAL DISCHARGE DAN PARTIKEL GERAK BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN KUALITAS GAS SF6 ASSESMENT GIS BANGIL TAHUN 2010
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PT. PLN (PERSERO)
P3B JAWA BALI
TELAAHAN STAF
NAMA : NUR FAJAR F.U.
NID : MKS / ES / 063
BIDANG PEMELIHARAAN
Proyeksi Jabatan : Assistant Engineer
ASSESMENT & DIAGNOSA TRAFO &
KOMPENSATOR
Judul : ANALISA PENGUKURAN PARTIAL DISCHARGE
DAN PARTIKEL GERAK BERDASARKAN HASIL
PENGUJIAN KUALITAS GAS SF6 ASSESMENT
GIS BANGIL
TAHUN 2010
LEMBAR PENGESAHAN TELAAHAN STAF
NAMA/ NO. TES : NUR FAJAR F.U/ MKS-ES-063
PROYEKSI JABATAN : ASSISTANT ENGINEER ASSESMENT &
DIAGNOSA TRAFO & KOMPENSATOR
JUDUL TELAAHAN STAF : ANALISA PENGUKURAN PARTIAL
DISCHARGE DAN PARTIKEL GERAK
BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN
KUALITAS GAS SF6 ASSESMENT GIS
BANGIL
SURABAYA, MEI 2010
Menyetujui,
Mentor,
SUGIARTO
Peserta OJT
NUR FAJAR F. U.
Mengetahui
Manajer RJTB
TRI AGUS CAHYONO
DM SDMAD
TAUFIQ DERMAWAN
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah Telaah Staff dengan Judul ” Analisa Pengukuran
Partial Discharge dan Partikel Gerak Berdasarkan Hasil Pengujian Kualitas Gas
SF6 Assesment GIS Bangil ” yang merupakan syarat kelulusan Siswa On The Job
Training PT. PLN (Persero) P3B di Region Jawa Timur dan Bali.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada :
1. Bpk. Tri Agus Cahyono, selaku Manager Region Jawa Timur dan Bali
Deskripsi Rasio Kegagalan (%) Breakdown antara/sepanjang inti 18,8 Breakdown ke tanah (Isolasi Padat) 18 Breakdown ke tanah (Isolasi Gas) 15,3 Partial Discharge 5,2 Kebocoran Gas SF6 12,4 Kegagalan Switch Peralatan 9,4 Kegagalan Fungsi Mekanis 7,3 Lock pada posisi terbuka atau tertutup 1,4 Kegagalan pressure relief 4 Kebakaran melalui enclosure 0,7 Kegagalan arus 2 Other 5,6
Gambar 3 Trending Kegagalan GIS (CIGRE 23-102 1998)
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
18 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
Partial discharge merupakan salah satu penyebab kerusakan pada bahan
isolasi gas SF6. Oleh karena itu pengukuran aktivitas partial discharge adalah hal
yang sangat penting dalam peralatan tegangan tinggi. Diharapkan dengan
memonitor aktivitas partial discharge dengan kontinyu dapat diketahui kerusakan
isolasi secara dini sehingga tidak sampai merusak sistem atau peralatan secara
keseluruhan.
IV.3.1 Acoustic Insulation Analyzer (AIA)
Gambar 4 Rangkaian Alat Ukur AIA
Instrument AIA-1 menganalisa sinyal elektrik dari sensor ultrasonik.
Sensor ini dapat mendeteksi signal akustik yang dipancarkan dari partikel
bergerak pada GIS (Gas Insulated Substations) dan partial discharge pada
terminasi/transmisi dan pemasangan kabel.
Untuk melakukan pengukuran dengan instrument AIA-1, kita tidak perlu
menginstall apa-apa ke dalam GIS. Hanya perlu menggunakan 1 sensor external
atau sensor genggam. Untuk pengukuran pada terminasi/transmisi kabel
digunakan tongkat fibreglass stick (“hot stick”).
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
19 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
Cacat pada system isolasi GIS dapat dihasilkan dari proses produksi
dan/atau perakitan dari pabrik atau mungkin juga terjadi pada operasi normal yaitu
partikel yang dihasilkan oleh earthing switch atau disconnector switch.
Apabila defects (cacat) ini ditemukan (contoh : korona atau partikel
melompat dalam enkapsulasi), mereka akan memancarkan signal akustik ke dalam
enkapsulasi. AIA-1 mengukur signal akustik tersebut dan mengidentifikasi jenis
cacatnya berdasarkan analisa dari parameter yang diperoleh dari sinyal. Lokasi
defect (cacat) didapatkan dengan cara mencari lokasi dengan level sinyal tertinggi
pada GIS.
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
20 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
BAB V
PEMBAHASAN GIS 150 kV Bangil beroperasi sejak tahun 1992 dan menjadi wilayah kerja
Unit Transmisi dan Gardu Induk (UTRAGI) Bangil yang merupakan bagian dari
Sektor Malang. Sejak tahun 2000, dengan adanya perubahan struktur organisasi,
maka GIS 150 kV Bangil menjadi bagian wilayah kerja UPT Malang di bawah
naungan Region Jawa Timur dan Bali.
GIS 150 kV Bangil adalah merk Nissin tipe GT-14 dengan tahun
pembuatan 1991. Untuk sistem penggerak menggunakan sistem pneumatik. GIS
150 kV Bangil adalah 1 (satu) pole yang artinya satu kompartemen merupakan
gabungan dari 3 (tiga) phasa. GIS 150 kV Bangil terdiri dari beberapa bay utama
seperti diperlihatkan pada tabel 3
Tabel 3 Nama Bay, Pembuatan, dan Operasi Pada GIS Bangil 150 KV
NO NAMA BAY PHASA PEMBUATAN OPERASI
1 Pier 1 RST 1995 1995
2 Pier 2 RST 1995 1995
3 Bumi Cokro 1 RST 1995 1996
4 Bumi Cokro 2 RST 1995 1996
5 Gondang Wetan 1 RST 1991 1992
6 Gondang Wetan 2 RST 1991 1992
7 Buduran RST 1991 1992
8 Waru RST 1991 1992
9 Lawang RST 1991 1992
10 Bulu Kandang RST 1991 1992
11 Trafo 1 RST 1991 1992
12 Trafo 2 RST 1991 1992
13 Trafo 3 RST 1991 1992
14 Trafo 4 RST 1991 1992
15 Kopel RST 1991 1992
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
21 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
V.1 Hasil Pengujian Kualitas Gas SF6
Hasil pengujian kualitas gas terdiri dari Purity, Moisture Content, Dew
Point, dan Decomposition Product. Hasil pengujian ini kemudian dimasukkan
dalam tabel yang akan mengkalkulasikan dengan standar yang digunakan.
V.1.1 Bay Penghantar
Tabel 4 Hasil Pengujian Kualitas Gas SF6 Bay Penghantar
V.1.2 Bay Trafo
Tabel 5 Hasil Pengujian Kualitas Gas SF6 Bay Trafo
V.1.3 Bay Kopel
Tabel 6 Hasil Pengujian Kualitas Gas SF6 Bay Kopel Bus
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
22 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
Berdasarkan hasil pengujian kualitas gas SF6, diketemukan bahwa terdapat
tiga belas kompartemen yang hasil moisture content dan dew pointnya tidak
normal terutama pada kompartemen PMS bus B. Untuk langkah selanjutnya maka
dilakukan pengukuran partial discharge untuk kompartemen PMS Bus B dengan
mengambil satu contoh dengan nilai moisture content dan dew point yang paling
tinggi. Terjadinya penurunan kadar kemurnian gas SF6 dapat disebabkan oleh
adanya kontaminan yang dapat bersumber salah satunya akibat elektrik discharge
yang menyebabkan terjadinya penguraian gas SF6 dan membentuk produk
turunannya seperti senyawa SOF4 yang mengindikasikan bahwa aktivitas partial
discharge telah terjadi.
V.2 Analisa Hasil Pengukuran Partial Discharge
Pada Telaah Staf ini, peralatan yang jadi objek penelitian adalah
kompartemen PMS Bus B bay Gondang Wetan 1 di GIS Bangil yang beroperasi
sejak tahun 1992. Pada table 7 diperlihatkan spesifikasi teknis kompartemen PMS
Bus B bay Gondang Wetan 1 sedangkan Tabel 8 diperlihatkan instrument
peralatan pengukuran AIA.
Tabel 7 Spesifikasi Teknis Peralatan
Merk Nissin Type GT - 14 Nomor Seri 91 - 7147 Jenis GCB/ACB/VCB/ABB/OCB Breaking Capacity 31.5 KA Arus Nominal 1250 Amp Teg. Kerja 170 KV Jenis Media Gas/Oil Gas SF 6 Tgl Pengujian 12/02/2010 Substation GIS Bangil Bay Gondang Wetan 1 Unit PMS Bus B Phase R-S-T Teg. Operasi 150 KV Arus Beban 330 Amp Tek. Gas 4.4 Kgf/cm2 Number of Pulses 1000
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
23 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
Tabel 8 Instrumen Peralatan
V.2.1 Modus Pengukuran Berkelanjutan (Continous Mode)
Gambar 5 Continous Mode Untuk Background Noise
Gambar 6 Continous Mode Untuk PMS Bus B Bay Gondang Wetan 1
Trig.ref.level 22 µV Trig.ref.time const. 1 ms Trig. ref. gain 1 x Pulse gating time 150 µs Pulse blocking time 2 ms Frequency 1 50 Hz Frequency 2 100 Hz Periodik gating time 25 ms
Signal Source BNC Input 1 x Gain 3000 x Lower Rolloff Freq 10 kHz Upper Rolloff Freq 50 kHz Smoothing µs Envelope Curve 330 µs Volume 7 Output A Amplifier Output B Envelope Curve
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
24 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
Modus ini merupakan modus yang paling utama digunakan. Modus ini
menunjukkan nilai RMS dan nilai puncak dari sinyal yang diukur selama satu
periode waktu, konten “frequency 1“ korelasi 50/60 Hz dan konten “frequency 2“
korelasi 100/120 Hz dalam empat bar mendatar di layar. Pada gambar ini
diberikan informasi dalam 4 kolom horizontal proporsional dalam ukuran konten
sinyal.
• Sinyal RMS dalam satu siklus frekuensi daya.
• Sinyal puncak / maksimum dalam satu siklus frekuensi daya.
• Tingkat modulasi dengan siklus daya.
• Tingkat modulasi dengan 2 kali siklus daya.
Adapun beberapa aturan dasar yang dapat diaplikasikan pada kolom
tersebut adalah untuk menentukan jenis sinyal apa yang sedang diukur oleh AIA :
1. Partikel gerak memberikan nilai puncak / periodik maksimum yang lebih
tinggi ke rasio nilai RMS dibandingkan partial discharge.
2. Partikel gerak memberikan nilai puncak / periodik maksimum yang sangat
berfluktuasi (berubah-ubah).
3. Partial discharge (tonjolan) memberikan komponen 50 (60) Hz.
4. Partial yang berasal dari shield yang longgar memberikan sinyal yang
relatif tinggi dengan komponen 100 (120) Hz, tapi beberapa juga
menghasilkan 50 Hz.
Setiap cacat (defect) yang aktif akan memberikan nilai RMS dan nilai
periodik puncak yang lebih besar dari nilai background noise, sedangkan pada
gambar di atas nilai RMS dan nilai periodik puncak memiliki nilai yang sama.
Pada saat kita mengamati nilai konten frekuensi 1 dan 2, nilai antara background
noise dan pengukuran memiliki sinyal yang kecil dan nilai normal. Hanya ada
getaran kecil pada kedua kolom. Jika ada indikasi pada modus berkelanjutan
(Continous Mode) maka kita beralih ke modus pengukuran pulsa (Pulse
Measuring Mode) untuk analisa lebih lanjut, tetapi dari hasil analisa pada modus
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
25 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
berkelanjutan (Continous Mode) nilai antara background noise dan pengukuran
memiliki nilai yang sama dan tidak berfluktuasi sehingga kita berkeimpulan tidak
ada indikasi Partial Discharge. Akan tetapi untuk meyakinkan hasil pengukuran
maka kita beralih ke modus pengukuran pulsa (Pulse Measuring Mode) untuk
mendapatkan hasil interpretasi yang baik.
V.2.2 Modus Pengukuran Pulsa (Pulse Measuring Mode)
Gambar 7 Pulse Measuring Mode Untuk Background Noise
Gambar 8 Pulse Measuring Mode Untuk PMS Bus B Bay Gondang Wetan 1
Setelah mengidentifikasi sinyal yang disebabkan oleh partikel, pengukuran
pulsa dilakukan. Hal ini dilakukan dengan menekan tombol “New”. Modus ini
memplot sinyal amplitude dengan elevation time (waktu elevasi) untuk partikel
gerak. Jika terdapat partikel gerak dalam GIS, pola parabolik yang berbeda akan
muncul pada modus pengukuran ini. Jika terdapat 2 atau lebih partikel gerak,
mereka akan saling menghalangi. Pada saat kita mengamati sinyal pulsa pada
background noise dan pengukuran memiliki pola yang sama dan tidak terjadi pola
karakteristik yang khas di mana pola yang ditunjukkan terhubung erat dengan
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
26 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
karakteristik perilaku partikelnya. Berdasarkan tabel distribusi di bawah, nilai
amplitude minimum 0.25 mV dan maksimum 1.17 mV sedangkan untuk waktu
elevasi minimum 2.15 ms dan maksimum 3.51 ms di mana nilai amplitude yang
terbentuk masih di dalam batas standar. Sehingga kita berkesimpulan bahwa tidak
diketemukannya partikel gerak pada pengukuran tersebut.
Tabel 9 Tabel Distribusi Amplitudo Vs Waktu Elevasi
V.2.3 Modus Pengukuran Fasa (Phase Measuring Mode)
Gambar 9 Phase Measuring Mode Untuk Background Noise
Gambar 10 Phase Measuring Mode Untuk PMS Bus B Bay Gondang Wetan 1
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
27 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
Jika ada indikasi terdapatnya partial discharge (konten frekuensi 1 dan
konten frekuensi 2) pada modus continous, kita sebaiknya beralih ke modus
pengukuran fasa (Phase Measuring Mode) untuk analisa selanjutnya. Modus ini
memplot sinyal amplitude dengan waktu antara tegangan frekuensi daya dan
waktu terjadinya partial discharge. Dengan cara ini, korelasi partial discharge
50/60 Hz atau 100/120 Hz dapat dengan mudah dilihat. Untuk partikel gerak,
korelasinya lebih lemah. Selain itu modus ini memberikan informasi yang sangat
penting tentang di mana letak partial discharge atau tumbukan pada siklus daya
yang terbentuk. Akan tetapi modus pengukuran ini hanya kita gunakan apabila
terdapat indikasi partial discharge dan untuk memeriksa korelasi dengan satu
peride gelombang tegangan.
Dari hasil analisis dari ketiga modus pengukuran di atas, maka didapat
hasil interpretasi sebagai berikut :
• Nilai RMS dan nilai periodik puncak pada background noise maupun
pengukuran memiliki nilai yang sama, sama halnya dengan nilai konten
frekuensi 1 dan 2 pada background noise maupun pengukuran.
• Tidak terbentuk pola karakteristik seperti lintasan parabola antara sinyal
pada background noise maupun pengukuran. Nilai amplitude yang
terbentuk masih di kisaran normal dengan nilai rata-rata (average) 0.34
mV.
• Berdasarkan hasil pengukuran, dapat disimpulkan bahwa kompartemen
PMS Bus B Bay Gondang Wetan 1 dalam kondisi normal atau tidak ada
indikasi partial discharge meskipun terjadi penurunan kualitas gas SF6
dilihat dari nilai moisture content dan dew point yang tinggi.
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
28 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
V.2.4 Hasil Pengukuran Partial Discharge
V.2.4.1 Bay Pier 1
Tabel 10 Hasil Pengukuran AIA Bay Pier 1
V.2.4.2 Bay Pier 2
Tabel 11 Hasil Pengukuran AIA Bay Pier 2
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
29 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
V.2.4.3 Bay Bumi Cokro 1
Tabel 12 Hasil Pengukuran AIA Bay Bumi Cokro 1
V.2.4.4 Bay Bumi Cokro 2
Tabel 13 Hasil Pengukuran AIA Bay Bumi Cokro 2
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
30 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
V.2.4.5 Bay Gondang Wetan 1
Tabel 14 Hasil Pengukuran AIA Bay Gondang Wetan 1
V.2.4.6 Bay Gondang Wetan 2
Tabel 15 Hasil Pengukuran AIA Bay Gondang Wetan 2
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
31 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
V.2.4.7 Bay Buduran
Tabel 16 Hasil Pengukuran AIA Bay Buduran
V.2.4.8 Bay Waru
Tabel 17 Hasil Pengukuran AIA Bay Waru
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
32 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
V.2.4.9 Bay Lawang
Tabel 18 Hasil Pengukuran AIA Bay Lawang
V.2.4.10 Bay Bulu Kandang
Tabel 19 Hasil Pengukuran AIA Bay Bulu Kandang
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
33 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
V.2.4.11 Bay Trafo 1
Tabel 20 Hasil Pengukuran AIA Bay Trafo 1
V.2.4.12 Bay Trafo 2
Tabel 21 Hasil Pengukuran AIA Bay Trafo 2
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
34 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
V.2.4.13 Bay Trafo 3
Tabel 22 Hasil Pengukuran AIA Bay Trafo 3
V.2.4.14 Bay Trafo 4
Tabel 23 Hasil Pengukuran AIA Bay Trafo 4
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
35 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
V.2.4.15 Kopel
Tabel 24 Hasil Pengukuran AIA Bay Kopel Bus
V.3 Analisa Akhir
Setelah dilakukan pengukuran PD masing-masing bay pada kompartemen
GIS Bangil dan analisa hasil pengukuran kompartemen PMS Bus bay Gondang
Wetan 1 berdasarkan hasil pengujian kualitas gas SF6 dengan nilai moisture dan
dew point yang tinggi diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada aktivitas partial
discharge di mana nilai amplitude normal dan sinyal yang terbentuk hampir sama
dengan background noise serta tidak membentuk pola yang khas seperti lintasan
parabola. Dengan hasil pengujian kualitas gas SF6 yang menunjukkan penurunan
maka perlu dilakukan reklamasi/penggantian gas SF6.
PT PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TIMUR DAN BALI (RJTB)
36 Nur Fajar F.U/
MKS-ES-063
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
1. Optimalisasi penggunaan peralatan pengukuran PD.
2. Adanya aktivitas partial discharge di dalam kompartemen menandakan
adanya defect dalam kompartemen. Sumber partial discharge tersebut
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : partikel bebas, partikel bebas
yang yang menempel pada permukaan, tonjolan atau ketidakrataan
permukaan (protrusion), elektroda yang mengambang (floating
electrode) dan gelembung udara (void).
3. Pengukuran partial discharge secara online memiliki kekurangan, yaitu
besarnya noise (derau) masih bersifat kualitatif (hanya untuk
mengetahui keberadaan partial discharge).
4. Berdasarkan hasil pengujian kualitas gas SF6, diketemukan bahwa
terdapat tiga belas kompartemen yang hasil moisture content dan dew
pointnya tidak normal terutama pada kompartemen PMS bus B. Akan
tetapi, analisa hasil pengukuran AIA menunjukkan bahwa tidak terdapat
indikasi partial discharge sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadinya
penurunan kualitas gas SF6 bukan akibat partial discharge.
VI.2 Saran
1. Seyogyanya perlu dilakukan pengukuran partial discharge yang
terintegrasi dan berkesinambungan dengan menggunakan metode lain,
misalnya dengan menggunakan pengujian kualitas gas SF6 sebagai
pembanding. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh intepretasi yang
lebih baik dari hasil pengukuran yang dilakukan.
2. Dalam melakukan pengukuran partial discharge, jika kita menemukan
sumber sinyal hendaknya dilakukan dengan memonitor level sinyal
pada continous mode dan memindahkan sensor sedikit demi sedikit
sepanjang enclosure sampai tempat dengan sinyal tertinggi ditemukan.
REFERENSI Cigre SC 15, WG 15.03: “Diagnostic methods for GIS insulating systems”,
CIGRE Session 1992, paper no 15/23-01.
E. Colombo, W. Koltunowicz, A. Pigini: “ Sensitivity of electrical and acoustic
methods for GIS diagnostics with particular reference to On-Site testing”, Cigre
symposium on diagnostic and maintenance techniques, paper no. 130. 13, Berlin
1993.
Cigre, WG 33/23-12, Insulation Co.ordination of GIS: Return of experience, on
site tests and diagnostic techniques” Paper to be published in ELECTRA.
L.E. Lundgaard, M. Runde, and B. Skyberg, “ Acoustic diagnosis of gas insulated
substations”, IEEE Trans. Power Delivery, vol.5, 1990, pp.1751-1758.
A.G. Sellars, O. Farish, and B.F. Hampton, “ Assessing the risk of failure due to
particle contamination of GIS using the UHF technique”, IEEE Trans. Dielect.
Electr. Insulation, vol.1, 1994, pp. 323-331.
LAMPIRAN
• Hasil Pengujian Kualitas Gas SF6 Assesment GIS Bangil