Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016 UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA TERKAIT PERUBAHAN IKLIM 170 ISBN: 978-602-361-044-0 TELAAH EUTROFIKASI PADA WADUK ALAM RAWAPENING Ugro Hari Murtiono dan Agus Wuryanta Peneliti Madya pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Surakarta E-mail : [email protected]ABSTRAK - Waduk alam Rawapening merupakan salah satu prioritas penanganan permasalahan lingkungan hidup terkait dengan tingginya lonjakan populasi enceng gondok (eichornia crassipes) yang telah mengganggu pasokan air untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Tuntang. Melonjaknya populasi enceng gondok diduga disebabkan oleh tingginya unsur hara (Eutrofikasi) di Rawapening, yang berasal dari hasil penggunaan pupuk kimia pada sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayuran. Eutrofikasi adalah proses pengayaan (enrichment) air dengan unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktifitas primer perairan terutama unsur hara Nitrogen (N) dan Phospor (P), hal ini merupakan masalah yang dihadapi di seluruh dunia yang terjadi di ekosistem air tawar maupun marin.Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber terjadinya eutrifikasi di Waduk Alam Rawapening di Kab, Semarang, Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah mengambil dan menganalisis sampel air permukaan yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi seperti lahan pertanian (sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayuran) di Daerah Tangkapan Air Rawapening. Disamping itu juga dilakukan analisis sampel air permukaan pada masing – masing sungai utama yang bermuara di Waduk alam Rawapening. Penentuan titik sampel, dilakukan berdasarkan peta penggunaan lahan skala 1:25.000 yang telah diperbaharui dengan analisis citra SPOT tahun 2006 dengan bantuan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil kajian menunjukkan, unsur Nitrogen (N) yang masuk dalam Waduk Alam Rawapening sangat tinggi yaitu sebesar 2.181,71 ton/th (53,73% dari total semua unsur zat kimia). terendah di Sungai Kedung Ringin 19,479 ton/th. Kandungan unsur P sebesar 420,04 ton/th (10,34% dari total semua unsur zat kimia). Kandungan unsur N dan P tertinggi pada S.Panjang yaitu sebesar 769,025 ton/th dan 105,432 ton/th. Sedangkan Sungai Kedung Ringin menyumbang unsur N dan P terendah yaitu sebesar 19,479 ton/th dan 4,790 ton/th. Dapat disimpulkan bahwa penyumbang eutrofikasi tertinggi di Waduk alam Rawapening berasal dari lahan sayur (591,923 ton/th atau 62,06 %)di Sub DAS Panjang. Kata Kunci : Eutrifikasi, Lahan Pertanian, dan Waduk Alam Rawapening. PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pupuk buatan dalam jangka panjang secara terus – menerus dan tidak terkontrol akan berdampak tidak baik pada kesuburan tanah dan lingkungan di sekitar lahan pertanian. Dampak negatif dari penggunaan pupuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM
170
ISBN: 978-602-361-044-0
TELAAH EUTROFIKASI PADA WADUK ALAMRAWAPENING
Ugro Hari Murtiono dan Agus WuryantaPeneliti Madya pada Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Surakarta
ABSTRAK - Waduk alam Rawapening merupakan salah satu prioritaspenanganan permasalahan lingkungan hidup terkait dengan tingginyalonjakan populasi enceng gondok (eichornia crassipes) yang telahmengganggu pasokan air untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA)Tuntang. Melonjaknya populasi enceng gondok diduga disebabkan olehtingginya unsur hara (Eutrofikasi) di Rawapening, yang berasal dari hasilpenggunaan pupuk kimia pada sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahansayuran. Eutrofikasi adalah proses pengayaan (enrichment) air denganunsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan danmengakibatkan terjadinya peningkatan produktifitas primer perairanterutama unsur hara Nitrogen (N) dan Phospor (P), hal ini merupakanmasalah yang dihadapi di seluruh dunia yang terjadi di ekosistem air tawarmaupun marin.Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sumberterjadinya eutrifikasi di Waduk Alam Rawapening di Kab, Semarang, JawaTengah. Metode yang digunakan adalah mengambil dan menganalisissampel air permukaan yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi sepertilahan pertanian (sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayuran) diDaerah Tangkapan Air Rawapening. Disamping itu juga dilakukan analisissampel air permukaan pada masing – masing sungai utama yang bermuaradi Waduk alam Rawapening. Penentuan titik sampel, dilakukanberdasarkan peta penggunaan lahan skala 1:25.000 yang telahdiperbaharui dengan analisis citra SPOT tahun 2006 dengan bantuanperangkat Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil kajian menunjukkan,unsur Nitrogen (N) yang masuk dalam Waduk Alam Rawapening sangattinggi yaitu sebesar 2.181,71 ton/th (53,73% dari total semua unsur zatkimia). terendah di Sungai Kedung Ringin 19,479 ton/th. Kandungan unsurP sebesar 420,04 ton/th (10,34% dari total semua unsur zat kimia).Kandungan unsur N dan P tertinggi pada S.Panjang yaitu sebesar 769,025ton/th dan 105,432 ton/th. Sedangkan Sungai Kedung Ringin menyumbangunsur N dan P terendah yaitu sebesar 19,479 ton/th dan 4,790 ton/th.Dapat disimpulkan bahwa penyumbang eutrofikasi tertinggi di Waduk alamRawapening berasal dari lahan sayur (591,923 ton/th atau 62,06 %)di SubDAS Panjang.
Kata Kunci : Eutrifikasi, Lahan Pertanian, dan Waduk Alam Rawapening.
PENDAHULUANLatar Belakang
Penggunaan pupuk buatan dalam jangka panjang secara terus – menerusdan tidak terkontrol akan berdampak tidak baik pada kesuburan tanah danlingkungan di sekitar lahan pertanian. Dampak negatif dari penggunaan pupuk
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM
171
ISBN: 978-602-361-044-0
buatan antaralain penurunan pH tanah, rusaknya struktur tanah, keseimbanganorganisme di dalam tanah terganggu dan menurunnya kualitas air permukaanpada lahan pertanian dan sungai (Novisan., 2002).
Waduk alam Rawapening di Kabupaten Semarang merupakan salah satuwaduk prioritas penanganan terkait dengan permasalahan lingkungan hidupyaitu lonjakan pertumbuhan gulma air (enceng gondok/eichornia crassipes danganggang rante/hydrilla) dan tingginya sedimentasi dan. Melonjaknya populasienceng gondok diduga disebabkan oleh tingginya unsur hara (Eutrofikasi) diRawapening. Menurut Effendi., H. (2003), Eutrofikasi adalah proses pengayaan(enrichment) air dengan unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkanoleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktifitas primerperairan terutama unsur hara Nitrogen (N) dan Phospor (P). Unsur hara tersebutberasal dari hasil penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian (sawah irigasi,sawah tadah hujan dan lahan sayuran) yang terbawa aliran sungai dan bermuaradi waduk alam Rawapening. Terdapat 9 (sembilan) sungai yang berada di DaerahTangkapan Air (DTA) dan bermuara di waduk alam Rawapening yaitu Panjang,Galeh, Rengas, Torong, Kedung Ringin, Ringin, Parat, Sraten dan Legi. Selanjutnyanama sungai tersebut digunakan sebagai nama sub DAS di DTA Rawapening
Selain itu, sedimentasi di waduk alam Rawapening Kabupaten Semarangterus mengalami peningkatan dari 133,75 m3 pada tahun 1993 menjadi 149,22m3 pada tahun 2003. Akibatnya daya tampung air Rawapening menurun sekitar16 juta m3 selama kurun waktu 28 tahun (1976 s/d 2004) yaitu dari 65 juta m3
menjadi 49 juta m3 (Kompas. 2009). Apabila tidak segera dilakukan upayapenyelamatan, eksistensi waduk alami tersebut terancam dan diperkirakan padatahun 2021 Rawapening akan berubah menjadi daratan. Sedangkan melonjaknyapertumbuhan enceng gondok telah menutupi hampir 70 % (seluas 2.667 ha) luaspermukaan genangan air (Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi JawaTengah. 2012). Hal tersebut telah mengganggu pasokan air untuk PembangkitListrik Tenaga Air (PLTA) Tuntang.
Oleh karena itu kajian mengenai kualitas air permukaan sebagaipenyebab eutrofikasi penting dilakukan yang selanjutnya dapat dimanfaatkansebagai upaya penanganannya. Analisis kualitas air pada lahan pertanian (Sawahirigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayur) di masing – masing sub DAS sebagaipoint source pollution dan di masing – masing sungai sebagai non point sourcepollution, dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan unsur hara terutamaunsur N dan P. Tujuan kajian adalah mengidentifikasi sumber terjadinyaeutrofikasi di Waduk Alam Rawapening di Kab, Semarang, Jawa Tengah.
METODERancangan Penelitian
Survey dan pengambilan sampel air permukaan dilakukan padapenggunaan lahan pertanian (sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayur)dan di sungai utama yang bermuara di Rawapening. Lahan sawah irigasi (dua kalipanen padi) yang ada di DTA Rawapening, pemupukan dilakukan dua kali untuksatu kali masa tanam. Untuk sawah tadah hujan (satu kali panen padi),
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM
172
ISBN: 978-602-361-044-0
pemupukan dilakukan dua kali untuk satu kali masa tanam. Sedangkan padalahan sayur pemupukan dilakukan tiga kali dalam satu tahun.
Prosedur KerjaMelakukan identifikasi jenis-jenis penggunaan lahan dengan bantuan peta
dan citra pengindraan jauh dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG)Informasi penutupan/penggunaan lahan di DTA Rawa Pening diperoleh dari petaRupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000 tahun 2001 dalam format digital danhasil analisis citra SPOT 4 perekaman 18 Agustus tahun 2006 dan cek lapangantahun 2015. Pengambilan sampel air juga dilakukan pada DAS Tuntang Hulu(Panjang, Galeh, Rengas, Torong, Kedung Ringin, Ringin, Parat, Sraten dan Legi)terutama pada wilayah yang diduga sebagai penyumbang nutrient terbesarsehingga menyebabkan eutrofikasi di Waduk Alam Rawa Pening yaitu padalahan pertanian sawah irigasi, sawah tadah hujan dan pertanian sayur.Penentuan titik pengambilan sampel tersebut, dilakukan berdasasarkan petapenggunaan lahan dan akan disesuaikan pada saat survey di lapangan. Lokasipengambilan sampel air terbagi dalam 2 titik yaitu: point source pollution dannon point source pollution. Point source pollution merupakan titik pengambilansampel yang berada pada masing-masing penggunaan lahan dominan (Sub subDAS) sedangkan non point source pollution berada pada masing-masing outletsub DAS yang masuk pada Waduk Alam Rawapening.
Bahan dan peralatanBahan dan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan penelitian ini yaitu :
ATK (kertas HVS, tonner printer, ordner, stopmap, flashdisk, stopmap); bahanperlengkapan lapangan (blocknote, pensil, ballpoint, jas hujan, sepatu lapangan;plot penjeratan sedimen erosi dengan metode stik pada tanaman mangrove;camera; meteran dan hagameter; abney level; dan peralatan survey tanah (bor,cangkul, skop, pisau, plastik, ring sampel).
Lokasi PenelitianLokasi kajian terletak di DTA Rawapening. DTA Rawapening merupakan
bagian hulu DAS Tuntang. Secara administratif Sebagian besar DTA Rawapeningterletak di Kabupaten Semarang, dan secara geografis terletak pada koordinat110o17’ BT s/d 110o30’ BT dan 7o5’ LS s/d 7o25’ LS. Peta lokasi kajian disajikanpada Gambar 1.
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM
173
ISBN: 978-602-361-044-0
Gambar 1. Lokasi kajian
Analisis DataMenghitung kandungan unsur hara berupa Nitrogen (N) dan Phosphor (P)
yang dilakukan pada saat pemupukan pada penggunaan lahan yang didugasebagai penyumbang tertinggi terjadinya eutrifikasi di Waduk Alam Rawa Peningyaitu pada penggunaan lahan: sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayurpada masing masing sub DAS yang masuk di DTA Waduk Alam Rawa Pening(Panjang, Galeh, Rengas, Torong, Kedung Ringin, Ringin, Parat, Sraten dan Legi).
HASIL dan PEMBAHASANPenggunaan lahan yang diduga sebagai sumber terjadinya eutrifikasi di WadukAlam Rowopening.
Informasi penggunaan lahan DTA Rawapening dianalisis dari peta RupaBumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000 yang telah di update dengan citra SPOTtahun 2006. Penggunaan lahan yang diduga sebagai sumber terjadinya Eutrifikasiyaitu penggunaan lahan yang banyak menggunakan pupuk, pada penggunaanlahan : Sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur. Pada sawah irigasiyang ada di DTA Tuntang terdiri dari sawah irigasi dengan pemupukan 2 kali dan
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM
174
ISBN: 978-602-361-044-0
dalam 1 tahun 2 masa panen, pada sawah tadah hujan dengan pemupukan 2 kalidalam 1 tahun 1 masa panen, dan pada lahan sayur dengan pemupukan 1 kalidalam 1 tahun 3 masa panen. Distribusi spasial penggunaan lahan di DTARawapening disajikan pada gambar 2. Luas Penutup/Penggunaan Lahan padasub-sub DAS di DTA Rawapening disajikan pada Tabel 1.
Gambar 2. Peta penggunaan lahan DTA Rawapening
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM
175
ISBN: 978-602-361-044-0
Tabel 1. Luas Penutup/Penggunaan Lahan pada sub-sub DAS di DTA RawaPening.
No. Sub DAS Luas Penutup/penggunaan lahan (Ha) Jumlah
Pemupukan yang dilakukan pada lahan sawah irigasi, sawah tadah, dan lahan sayurPemupukan yang dilakukan pada lahan sawah irigasi dengan pupuk urea 400
kg/ha/th (0,4 ton/ha/th) dan ponska 400 kg/ha/tahun (0,4 ton/ha/th), dan sawahtadah hujan pupuk urea 200 kg/ha/th (0,2 ton/ha/th/) dan ponska 200 kg/ha/th (0,2ton/ha/th/) sedangkan pada Lahan Sayur dengan menggunakan pupuk ZA = 750kg/ha/th (0,75 ton/ha/th), Urea 1.050 kg/ha = (1,050 ton/ha/th), dan pupuk kandang =7500 kg/ha/tahun (7,5 ton/ha/th). Jumlah Pemupukan Sawah Irigasi, Sawah TadahHujan, dan Lahan Sayur di DTA Tuntang Hulu, disajikan pada Tabel 2.
Jumlah 1.386,583 1.386,583 626,549 626,549 915,270 1.281,378 9,152,760
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM
176
ISBN: 978-602-361-044-0
Kandungan unsur dalam pupuk urea dan ponska pada penggunaan lahan sawahrigasi dan tadah hujan
Kandungan unsur dalam pupuk urea berupa Nitrogen (N = 46 %), sedangkan54% zat pembawa (carrier) berupa double superposfat (DS) dengan zat pembawanya,kandungan unsur pada pupuk phonska adalah Nitrogen (N) = 15 %, Phoshor (P) = 15%, Kalium (K) = 15%, dan Sulfur = 10 %. Unsur kandungan dalam Pupuk urea danPonska Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi dan Tadah Hujan disajikan pada Tabel 3dan 4.
Tabel 3. Kandungan unsur dalam Pupuk Urea dan Ponska Pada PenggunaanLahan Sawah Irigasi di DTA Rawa Pening.
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM
177
ISBN: 978-602-361-044-0
Kandungan unsur dalam pupuk ZA, urea, dan Pupuk Kandang PadaPenggunaan Lahan Sayur
Kandungan unsur dalam pupuk ZA berupa Nitrogen (N = 21 %) dan Sulfur(S= 24%) dan pada pupuk urea nitrogen (N) = 46 %. Unsur kandungan dalamPupuk ZA, urea, dan Pupuk Kandang Pada Penggunaan Lahan Sayur, disajikanpada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan unsur dalam Pupuk ZA, urea, dan pupuk kandang PadaPenggunaan Lahan Sayur.
Unsur N,P,K,S, dan Pupuk Kandang yang masuk di Waduk Rowopening daripenggunaan lahan Sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur.
Unsur N,P,K,S, dan Pupuk Kandang yang masuk di Waduk Rowopening daripenggunaan lahan Sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan sayur. Disajikanpada Tabel 6. Dari unsur-unsur tersebut Pupuk kandang yang terbesar dengan9.152,698 ton/th (78,66%), sedangkan sisanya unsur N,P,K, dan Sulfur adalah21,34 %.Tabel 6. Unsur N,P,K,S, dan Pupuk Kandang yang masuk di Waduk Rowopening
dari penggunaan lahan Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, dan Lahansayur yang masuk di Waduk Alam Rowopening.
Tabel 8. Unsur N,P,K,S,Ca, dan Mg yang masuk di Waduk Rowopening daripenggunaan lahan Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, dan Lahan sayuryang masuk di Waduk Alam Rowopening.
No. Sub DAS N P K S Ca Mg JumlahTon/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th Ton/th
Jumlah kandungan unsur N = 2.181,71 ton/th (53,73 %) tertinggi padaS.Panjang = 769,025 ton/th, terendah di Sungai Kedung Ringin 19,479 ton/th. Jumlahkandungan unsur P = 420,04 ton/th (10,34%), tertinggi pada S.Panjang = 105,432ton/th, terendah di Sungai Kedung Ringin 4,790 ton/th. Jumlah kandungan unsur K =467,634 ton/th (11,52%) tertinggi pada S.Panjang = 105,432 ton/th, terendah diSungai Kedung Ringin 4,790 ton/th.
Jumlah kandungan unsur S = 144,907 ton/th (10,57%), tertinggi padaS.Panjang = 144,907 ton/th, terendah di Sungai Kedung Ringin 3,193 ton/th. Jumlah
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM
179
ISBN: 978-602-361-044-0
kandungan unsur Ca = 508,890 ton/th (12,53%), tertinggi pada S.Panjang = 268,441ton/th, terendah di Sungai Sraten 91,026 ton/th. Jumlah kandungan unsur Mg =61,323 ton/th (1,51 %) tertinggi pada S.Panjang = 268,441 ton/th, terendah di SungaiSraten 10,969 ton/th. Dari data pada Tabel 8 Nilai Nitrogen (N) yang masuk dalamWaduk Alam Rowo Pening sangat tinggi yaitu 53,73% yang diduga sebagai sumberEutrifikasi yang terjadi di Waduk Alam Rowo Pening.
Tabel 9. Unsur N dan P yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasi yang masuk diWaduk Rowopening dari penggunaan lahan Sawah irigasi, Sawah tadahhujan, dan Lahan sayur.
Keterangan : - Jumlah kandungan unsur N pada penggunaan lahan (sawahirigasi + sawah tadah hujan + lahan) sebesar 2.181,722 ton/th.(85,85 %).
Jumlah kandungan unsur N tertinggi pada lahan sayur denganjumlah sebesar 953,712 ton/th (43,71%), dari jumlah ini tertinggiterjadi pada sub DAS panjang sebesar 591,923 ton/th (62,06 %).
- Jumlah kandungan unsur P tertinggi pada penggunaan lahan(sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan) sebesar 420,04ton/th (14,15 %)Jumlah Kandungan unsur P tertinggi pada sawah irigasi sebesar207 988 ton/th (49,52%), namun dari jumlah ini tertinggi terjadipada lahan sayur sebesar 62,282 ton/th (30 %). Jumlah unsur Ppada penggunaan lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan, danlahan sayur sebesar 420,04 ton/th (14,15%)
- Jumlah unsur P dan N yang diduga sebagai penyumbangeutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM
180
ISBN: 978-602-361-044-0
lahan Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, dan Lahan sayur sebesar2.601,762 ton/th tertinggi di sub DAS Panjang sebesar 874,857ton/th (33,62%)
KESIMPULAN
1. Penggunaan lahan yang diduga sebagai sumber terjadinya Eutrifikasi yaitupenggunaan lahan yang banyak menggunakan pupuk pada: sawah irigasidengan luas: 3.466,46 ha (44,33 %), sawah tadah hujan dengan luas3.132,74 ha (40,06 %), dan lahan sayur dengan luas 1.220,36 ha (15,61 %)
2. Pemupukan yang dilakukan pada lahan sawah irigasi dengan pupuk urea400 kg/ha/th (0,4 ton/ha/th) dan ponska 400 kg/ha/tahun (0,4ton/ha/th), dan sawah tadah hujan pupuk urea 200 kg/ha/th (0,2ton/ha/th/) dan ponska 200 kg/ha/th (0,2 ton/ha/th/) sedangkan padaLahan Sayur dengan menggunakan pupuk ZA = 750 kg/ha/th (0,75ton/ha/th), Urea 1.050 kg/ha = (1,050 ton/ha/th), dan pupuk kandang =7500 kg/ha/tahun (7,5 ton/ha/th).
3. Jumlah kandungan unsur N yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasiyang masuk di Waduk Rowopening pada penggunaan lahan (sawah irigasi+ sawah tadah hujan + lahan sayur) sebesar 2.181,722 ton/th (85,85%).
4. Jumlah kandungan unsur N yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasiyang masuk di Waduk Rowopening tertinggi pada lahan sayur sebesar953,712 ton/th (43,71%) terjadi pada sub DAS panjang sebesar 591,923ton/th (62,06 %)
5. Jumlah unsur P pada penggunaan lahan ( sawah irigasi + sawah tadahhujan + lahan sayur) sebesar 420,04 ton/th (14,15%).
6. Jumlah kandungan unsur P yang diduga sebagai penyumbang eutrifikasiyang masuk di Waduk Rowopening tertinggi pada sawah irigasi sebesar207,988 ton/th (49,52%), namun dari jumlah ini tertinggi terjadi padalahan sayur sebesar 62,282 ton/th (30 %)
7. Jumlah kandungan unsur (P + N) yang diduga sebagai penyumbangeutrifikasi yang masuk di Waduk Rowopening dari penggunaan lahan(sawah irigasi + sawah tadah hujan + lahan sayur) sebesar 2.601,762ton/th tertinggi di sub DAS Panjang sebesar 874,857 ton/th (33,62%)
PENGHARGAAN (acknowledgement)Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dr. Nur Sumedi, S.Pi. MP. yang telahmemberi ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di DTA Rawapening.Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH)Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan informasi yang terkait dengan DTARawapening. Teknisi hidrologi (sdr. Edy Sulasmiko) dan teknisi lahan dan vegetasi(sdr. Aris Boediono) yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan lapangandan analisis sample air, diucapkan terimakasih.
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2016UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANATERKAIT PERUBAHAN IKLIM
181
ISBN: 978-602-361-044-0
REFERENSI
__________.2009. Rawa Pening. Kampung itu Berubah Menjadi Rawa. Kompas,10 Juni 2009.
Effendi.,H.2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
http://www.organikilo.co/2014/12/kandungan-unsur-hara-kotoran-sapi.html.Kandungan Unsur Hara Kotoran Sapi, Kambing, Domba dan Ayam.
Novizan.2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. 2012. PenyusunanRencana Tata Ruang Rinci Kawasan Rawapening.