i TELAAH EPISTEMOLOGI PENAFSIRAN AGUS MUSTOFA (STUDI AYAT-AYAT AKHIRAT DALAM TAFSIR ILMI) Oleh: Erma Sauva Asvia NIM. 1420510005 TESIS Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Studi Islam Program Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi Al-Quran Hadis YOGYAKARTA 2018
51
Embed
TELAAH EPISTEMOLOGI PENAFSIRAN AGUS MUSTOFA (STUDI …digilib.uin-suka.ac.id/.../1/1420510005_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Penafsiran tentang akhirat tidak kekal menurut
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
TELAAH EPISTEMOLOGI PENAFSIRAN AGUS MUSTOFA
(STUDI AYAT-AYAT AKHIRAT DALAM TAFSIR ILMI)
Oleh:
Erma Sauva Asvia
NIM. 1420510005
TESIS
Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
untuk memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Magister Studi Islam
Program Studi Agama dan Filsafat
Konsentrasi Studi Al-Quran Hadis
YOGYAKARTA
2018
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tesis ini sebagai bentuk tanggung jawab ananda kepada:
Dua orang tercinta,
Yang doanya tiada pernah putus,
Mama dan Abah
Saudara-saudara terkasih
Farid dan Fauzan
Suami dan anak tersayang
Abang dan M. Hafizh Abdan Husnan
Serta Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Sejak TK hingga PT
viii
ABSTRAK
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi kehidupan umat Islam yang memiliki ayat-ayat
tentang berbagai macam peristiwa, salah satunya tentang hari akhir. Sebagai umat
Islam yang mengimani hari akhir, sangat penting untuk mengetahui kebenaran
adanya alam akhirat, kehidupan masa depan kita setelah hidup di dunia. Oleh
karena itu, kajian tentang hari akhirat ini sangat penting untuk diketahui. Agus
Mustofa adalah seorang penulis yang mencoba mengajak kita untuk berdiskusi
secara Qur’ani dan Kauni dalam memahami, benarkh akhirat itu kekal
sebagaimana informasi yang kita dengar selama ini?
Fokus masalah yang dikaji pada penelitian ini meliputi, a). apa saja ayat-ayat yang
dikutip Agus Mustofa dalam membahas alam akhirat; b). struktur epistemologi
penafsirannya; c). kontribusi pemikirannya.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan dengan sumber data primer
yakni karya Agus Mustofa (Ternyata Akhirat Tidak Kekal) dan karya lain terkait
Al Qur’an dan akhirat. Sumber sekunder yakni sumber tertulis lain yang relevan
dengan penelitian ini. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan
analisis komparatif yakni uraian terhadap pemikiran Agus Mustofa dengan
menggunakan teori epistemologi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber penafsiran Agus Mustofa yakni
al Qur’an dan sains. Metode penafsiran Agus Mustofa yaitu metode puzzle al-
Qur’an dengan corak tafsir ilmi. Untuk validitas penafsiran, Agus Mustofa belum
dapat dikategorikan dalam teori koherensi ataupun korespondensi karena tidak
konsisten dalam menggunakan sumber pengetahuan, dan dikarenakan upaya yang
dilakukan Agus Mustofa adalah untuk menguji sesuatu yang ada di luar logika,
namun upaya Agus Mustofa bisa dikatakan tetap memiliki kebenaran dalam skup
kebenaran pragmatisme kultural.
Penafsiran tentang akhirat tidak kekal menurut pandangan Agus Mustofa dilandasi
dengan Q.S. Huud (11) : 106-108. Dengan menggunakan logika agama dan logika
sains, Agus Mustofa berusaha menjelaskan ketidakkekalan akhirat dilihat dari sisi
akhirat adalah makhluk yang diciptakan Allah, karena makhluk maka suatu saat ia
akan lenyap dan hanya ada Allah Maha pencipta seluruh alam semesta dan
memberikan pandangan bahwa periode akhirat hanya dengan batasan waktu
bukan kekal abadi selama-lamanya. Akan tetapi dalam penjelasannya Agus
Mustofa hanya berpegang pada surat Hūd lalu mengalahkan 110 ayat yang
menyatakan kekekalan surga dan neraka. Terlepas dari salah ataupun benar, tidak
dapat dipungkiri bilamana dia adalah seorang yanng telah berupaya membuka
pandangan kita bagaimana memahami agama bukan hanya sekedar sebagai
dogma, tetapi mampu dibuktikan secara logis dan empiris. Terlepas dari itu
semua, Agus Mustofa mengatkan bahwa setiap karya yang ditulisnya berawal dari
sebuah diskusi, artinya hasil pemikirannya masih bisa untuk terus dibicarakan dan
didiskusikan.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan tesis ini
berpedoman pada Surat keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 158/1987 dan 0543b/U/1987, tanggal 22
Januari 1988. Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut.
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab Nama Transliterasi Keterangan
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
Ba’ B Be ة
Ta’ T Te ث
Ṡa Ṡ Es (dengan titik di atas) ث
Jim J Je ج
Ḥa Ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح
Kha Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Żal Ż Zet (dengan titik di atas) ذ
Ra’ R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es ش
Syin Sy Es dan ye ظ
Ṣad Ṣ Es (dengan titik di bawah) ص
Ḍad Ḍ De (dengan titik di bawah) ض
Ṭa’ Ṭ Te (dengan titik di bawah) ط
Ẓa’ Ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ
Ain ’ Koma di atas‛ ع
Gain G Ge غ
Fa’ F Ef ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em و
Nun N En
Wawu W We
Ha’ H Ha
x
Hamzah ` Apostrof ع
Ya Y Ye ي
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
ي يرتد
ايبك
ditulis
ditulis
murtaddīn
iyyāki
C. Ta marbūtah (ة)
1. Bila dimatikan/terletak di akhir kalimat, ditulis h
سة
زنسنت
ditulis
ditulis
hamzah
zalzalah
(ketentuan ini tidak berlaku terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali dikehendaki
lafal aslinya)
2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h.
`Ditulis karāmah al-auliyā كرياألنيبء
3. Bila dihidupkan (di tengah kalimat), ditulis t.
Ditulis ni’mat Allāh عتهللا
D. Vokal Pendek
__ __
____
____
fatḥah
kasrah
ḍammah
ditulis
ditulis
ditulis
a
i
u
E. Vokal Panjang
fatḥah + alif
ضلو
fathah + ya mati
يطعى
kasrah + ya’ mati
بصير
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ā
salām
ā
yas’ā
ī
baṣīr
xi
ḍammah + ya’ mati
ل يق
ditulis
ditulis
ū
yaqūlu
F. Vokal Rangkap
fathah + ya’ mati
بيكى
fathah + wawu mati
قل
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ai
bainakum
au
qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof
أأتى
أعدث
نئشكرتى
ditulis
ditulis
ditulis
a`antum
u`idat
la`in syakartum
H. Kata sandang Alif + lam
1. Bila diikuti oleh huruf Qamariyah
انجبد
انرأة
ditulis
ditulis
al-jihād
al-mar‘ah
2. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf Syamsiyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan hurul l (el)-nya.
khas tipikal al-Qur‟an dalam menggambarkan peristiwa Kiamat,3 dengan kata
lain, cara-cara penggambaran seperti ditempuh al-Qur‟an umumnya digambarkan
dengan kedahsyatan yang mengakibatkan kehancuran alam semesta yang
menyeluruh dan sempurna, semua keterangan itu pada dasarnya dimaksudkan
untuk menggambarkan Kemahakuasaan Allah Swt. Konsepsi Rahman ini
sekaligus menapik kekeliruan sementara orang yang memandang bahwa bumi dan
langit (kosmos) terjadi dengan sendirinya tanpa ada sesuatu apapun yang
menciptakan, dan bahwa tidak ada yang lebih tinggi dari alam semesta ini. Orang-
orang tersebut menurut Rahman, seharusnya memahami bahwa Allah Yang Maha
Kuasa, Maha besar dan Maha Mutlak telah menciptakan alam semesta karena
rahmat-Nya, dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat terlepas dari
pengawasan dan perintah-Nya.4
Berbicara tentang Kiamat berarti membicarakan kehidupan akhirat. Menurut
al-Qur‟an, keimanan kepada kehidupan akhirat, yang menjadi prinsip fundamental
bagi risalah Muhammad, juga menjadi bagian inti dari risalah seluruh Nabi
sebelum dia. Keimanan kepada kehidupan akhirat sering disebut bersandingan
dengan keimanan kepada Allah, seperti yang tercantum dalam ungkapan: “Jika
kamu beriman kepada Allah dan Hari Akhir”, karena keimanan kepada akhirat
begitu fundamental dalam Islam, maka sungguh tepat untuk mengingatkan kaum
muslimin terhadap kehidupan akhirat bukan saja melalui seluruh halaman Al-
Qur‟an melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya, prinsip-prinsip
dan rincian-rincian agama haruslah dipandang dalam kerangka keberkaitan
3Ahmad Amin, Fajr al-Islām (Kairo: Maktaban an Nahdah, 1967), 160.
4Sibawaihi. Eskatologi Gazali dan Fazlur Rahman, 105.
3
kehidupan dunia ini dan kehidupan akhirat, sehingga mewarnai konsep kaum
Muslim tentang hidup dan alam semesta, serta agar mereka bertanggung jawab
atas segala perbuatan mereka di dunia ini.5
Berkenaan dengan hari Kiamat dan kehidupan akhirat, muncul suatu
kajian berbeda tentang tema akhirat yang digagas oleh seorang tokoh dari
Indonesia yakni Agus Mustafa. Dia adalah salah satu dari sekian tokoh intelektual
pada zaman ini yang menghasilkan tipikal pemikiran unik yang disebutnya
„Tasawuf Modern‟. Pemikiran tersebut sedikit banyak turut mewarnai dinamika
pemikiran kontemporer saat ini. Secara selintas, cara penafsiran agus nampaknya
bisa dikategorikan pada beberapa posisi, yang pertama kelompok Affirmatif-
Apologetik, yaitu kelompok yang cenderung mengafirmasi sebuah penemuan
dengan ayat al-Qur‟an.6 Kedua. Kelompok instrumentalis, yaitu kelompok yang
cenderung melihat berbagai fenomena yang terjadi di alam, baik dalam dunia
Islam atau tidak, mencari legimitasi berdasar pada al-Qur‟an dan ilmu
pengetahuan modern. Ketiga, kelompok kritis, kelompok menilai ilmu tidak ada
yang netral, tetapi selalu bias nilai dari penyusunnya. Kelompok ini merupakan
kelompok yang berpandangan kritis terhadap ilmu modern produk Barat.
Sejatinya kekritisan mereka itu juga banyak didukung oleh pendapat ilmuwan
Barat sendiri terhadap perkembangan sains yang berlaku di Barat.7.
5 Muhammad Abdul Halim, Memahami Al-Qur‟an dengan Metode Menafsirkan Al-
Qur‟an dengan Al-Qur‟an, cet ke-3 (Bandung: Penerbit Marja, 2012), 117. 6 M. Zainal Abidin, Islam dan Ilmu Pengetahuan dalam Diskursus Pemikiran Muslim
Kontemporer, dalam Jurnal Ulumuna Studi Islam, Vol X No 2, Juli-Desember (Institut Agama
Islam Negeri Mataram: Mataram NTB, 2006), 399. 7Ibid., hlm. 399.
4
Agus Mustafa yang merupakan anak Mursyid Tarekat di zaman Bung
Karno, Syekh Djapri Karim pernah tinggal di Kairo, Mesir selama setahun untuk
mengasah dan memperdalam pemikiran-pemikiran keagamaannya yang dikenal
kritis dan kontroversial, karena kekritisan beliau itulah maka muncul bentuk
pemikiran yang unik pada dirinya. Dia mencetuskan pendekatan tasawuf kekinian
yakni “tasawuf modern” yang merupakan perpaduan antara ilmu tasawuf dan
sains.8
Sebagai karya yang berlabel „Serial Diskusi Tasawuf Modern‟, buku-buku
Agus Mustofa selalu meraih predikat Best Seller. Dalam jangka mulai tahun 2003
sampai tahun 2017 sudah ada kira-kira 50 seri buku yang telah ditulisnya. Agus
Mustofa termasuk penulis yang sangat produktif. Buku-buku Agus Mustofa
memberikan „makna baru‟ bagi upaya untuk menafsirkan al-Qur‟an menurut latar
belakang pendidikannya yakni sarjana di bidang sains. Berbagai fenomena yang
terjadi di alam, baik dalam dunia Islam maupun tidak, dicarikan legitimasi
berdasar pada al-Qur‟an dan ilmu pengetahuan modern. Sebenarnya upaya
menafsirkan membutuhkan proses yang tidak sederhana. Sekiranya ada 4 (empat)
kaidah yang harus dipenuhi. Pertama, butuh keterlibatan atau partisipasi. Kedua,
latar belakang penafsir. Ketiga, proses pendekatan (approximation) kepada makna
sejati. Keempat, pemahaman bersama (shared understanding).9
Dalam karyanya, Agus Mustofa mampu mengkolaborasikan antara
pengetahuan modern dengan ayat-ayat dalam al-Qur‟an. Agus menyebutkan
bahwa ilmu pengetahuan dan agama memiliki dasar pijakan yang sama.
8Agus Mustofa, Ternyata Akhirat Tidak Kekal (Surabaya: Padma press, 2004), 6.
9Mudjia Raharjo, Dasar-dasar Hermeneutika, Antara Intensionalisme dan Gadamerian
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 126-127.
5
Menurutnya agama dan ilmu pengetahuan berangkat dari keraguan. Karena itu,
keraguan dalam agama harus mampu diakhiri dengan bukti-bukti kebenaran
(syahadat). Sedang keraguan ilmu pengetahuan bisa terjawab dengan penelitian
dan bukti empirik.10
Oleh karena itu dalam pembahasan masalah hari Kiamat ini
Agus Mustofa memutuskan untuk menggunakan dua pendekatan yang dibahasnya
secara simultan (saling berkaitan). Dua pendekatan itu yakni dari sisi keimanan
dan dari sisi akal. Caranya adalah dengan mendasarkan diskusi kepada informasi
di dalam al-Qur‟an dan hadis. Hal tersebut karena memang tidak ada satu pun data
empiris yang bisa kita jadikan titik tolak untuk melakukan analisa tentang
kehidupan akhirat. Informasi dari al-Qur‟an bahwa manusia kelak akan
dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya
sewaktu hidup di dunia.
Untuk memperjelas pemikiran tasawuf modern Agus Mustofa, akan
dipaparkan contoh penafsiran dalam (Q.S. Huud (11) : 106-108) sebagai berikut:
لنار لهم فهيا زفري وشهيق ين شقوا ففي ٱ ل
ا ٱ ل ما شاء ٦٠١فأم
لرض ا
ت وٱ و م لس
ين فهيا ما دامت ٱ ل خ
ما يريد لك فعال ن رب
ك ا ل ٦٠١رب لجنة خ
ين سعدوا ففي ٱ ل
ا ٱ لرض وٱم
ت وٱ و م لس
ين فهيا ما دامت ٱ
ك عطاء غري مجذوذ ل ما شاء رب ٦٠١ا
Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di
dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih). mereka
kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa
yang Dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di
dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya
10
Agus Mustofa, Beragama dengan Akal Sehat (Surabaya: PADMA Press, 2008), 212-
213.
6
Ayat-ayat di atas bercerita tentang keadaan penduduk neraka dan surga.
Mereka itu akan kekal di dalam surga atau neraka selama ada langit dan bumi.
Sungguh sangat menggelitik logika, ternyata menurut ayat tersebut kekekalan
surga dan neraka itu tergantung kepada kondisi lainnya, yaitu alam semesta.11
Dengan kata lain, akhirat itu kekal jika alam semesta ini juga kekal.
Sehingga, kalau suatu saat alam semesta ini hancur maka akhirat pun akan
mengalami hal yang sama. Tentu ini sungguh sangat „menggoyang‟ apa yang
telah kita pahami sebelumnya, bahwa akhirat itu alam baka. Alam yang kekal
abadi, dan tidak akan pernah mengalami Kiamat lagi. Dan itu telah dikatakan
berulang-ulang di dalam al-Qur‟an. Mana mungkin kita tidak percaya dengan
informasi al-Qur‟an tadi. Padahal alam semesta ini -menurut astronomi- memang
tidak kekal. Alam semesta ini dulu pernah tidak ada dan suatu ketika bakal tidak
ada lagi. Walaupun terjadi dalam kurun waktu yang masih sangat lama, sekitar 18
miliar tahun lagi.12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah
pokok yang ingin dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa ayat-ayat yang dikutip Agus Mustofa tentang akhirat?
2. Bagaimana epistimologi penafsiran Agus Mustofa terhadap ayat-ayat
akhirat?
11
Agus Mutofa, Ternyata Akhirat Tidak Kekal (Surabaya: Padma press, 2010), 322. 12
Ibid., hlm. 323.
7
3. Bagaimana kontribusi penafsiran Agus Mustofa terhadap penafsiran di era
modern?
C. Tujuan Dan Signifikansi Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara Agus Mustofa mendeskripsikan ayat-
ayat tentang akhirat
2. Menguraikan argumentasi pemikiran Agus Mustofa terhadap metode
pemikiran ilmiah yang digunakan dalam bukunya, dengan melacak ayat-
ayat tentang akhirat lalu mengkritisinya dengan melihat kekurangan dan
kelebihannya serta menelaah penafsiran Agus Mustofa dengan struktur
epistemologi.
3. Menjelaskan kecenderungan kontribusi pemikiran ilmiah Agus Mustofa
dalam metodologi penafsiran Al-Qur‟an.
Adapun signifikansi penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis subtantif, penelitian ini diharapkan bisa menjadi kontribusi
dalam studi „Ulūmul Qur‟an dan juga dapat menambah khazanah literatur
untuk Program Studi Agama dan Filsafat khususnya konsentrasi Studi al-
Qur‟an dan Hadis. Selain itu, diharapkan dapat menjadi salah satu studi
banding bagi penulis lainnya.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapakan mampu menjadi acuan bagi
masyarakat secara umum, dan khususnya bagi mahasiswa dalam
mempelajari ilmu Qur‟an.
8
D. Telaah Pustaka
Penelitian ini mengkaji Telaah Epistemologi Agus Mustofa (Studi
Terhadap Ayat-Ayat Akhirat Dalam Perspektif Tafsir „Ilmi). Selain penulis, ada
beberapa peneliti sebelumnya yang telah melakukan penelitian tentang tema
epistemologi tafsir beberapa tokoh tafsir di Indonesia. Hasil penelitian tersebut
tersebar dalam beberapa buku, skripsi ataupun tesis yang mengkaji ilmu al-Qur‟an
dan Tafsir.
Salah satu di antara buku tersebut yakni Epistemologi Tafsir Kontemporer
karya Abdul Mustaqim. Buku ini adalah penelitian disertasi beliau di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Beliau mengkaji pemikiran dan metodologi penafsiran dua
tokoh yang cukup representif mewakili para pemikir muslim kontemporer di
bidang kajian keislaman, khususnya di bidang tafsir, yakni Fazlur Rahman dan
Muhammad Syahrur. Penulis mengawali kajiannya dalam buku itu dengan
memotret sejarah perkembangan tafsir sejak era nabi hingga era modern
kontemporer dengan menggunakan perspektif the history of idea-nya Ignaz
Goldziher.13
Adapula penelitian lain dengan tema serupa diantaranya: pertama, tesis
yang berjudul “Epistemologi Tafsir Hasbi Ash-ṣiddieqy Dalam Kitab Tafsir al-
Qur‟an Al-Madjied An-Nur oleh Sajida Putri, Mahasiswi Pasca Sarjana UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2015. Tesis ini membahas beberapa hal:
Pertama, sumber penafsiran yang dirujuk oleh Hasbi antara lain: al-Qur‟an,
Hadis, kitab klasik, pendapat para ulama dan akal (rasio). Kedua, dalam menulis
13
Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LkiS, 2010), 20-21.
9
karya tafsirnya, Hasbi menggunakan penggabungan antara dua metode, yaitu
tahlīlī (analitis) yakni dengan menjelaskan tafsir al-Qur‟an secara terperinci dan
metode ijmāli (global) menjelaskan tafsir al-Qur‟an secara global. Penggunaan
Tafsir ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan, artinya Hasbi akan menggunakan
metode ijmāli dalam menafsirkan ayat-ayat yang bercorak fiqh. Ketiga, mengenai
validitas penafsiran, Hasbi menganut tiga teori kebenaran, yaitu; teori koherensi,
teori korespondensi dan teori pragmatisme. Menurut teori koherensi Hasbi
konsisten dalam membangun proposisi-proposisi yang dinyatakannya. Sedangkan
menurut teori korespondensi, penafsiran Hasbi atas ayat-ayat kawniyyah dapat
dikatakan sesuai dengan realitas atau fakta ilmiah. Kemudian menurut teori
pragmatisme, ia berusaha agar produk tafsirnya dapat menjadi solusi alternatif
bagi pemecahan problem sosial keagamaan yang dihadapi masyarakat.
Kedua, tesis yang berjudul “Konstruksi Tafsir Ibnu Taimiyah (Telaah
Epistemologis Kitab Muqaddimah Fī Uṣūl Al-Tafsīr)” oleh Zaenal Arifin,
mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2015. Penelitian
ini menjelaskan bahwa epistemologi tafsir Ibnu Taimiyah meliputi tiga aspek
penting; pertama, sumber utama penafsirannya adalah al-Qur‟an. Namun dalam
penjelasan tafsirnya dia menggunakan hadis, pendapat sahabat dan tabi‟in, akal,
sastra Arab dan realitas sosial kemasyarakatan. Kedua, motode tafsirnya adalah
induktif yang dimplementasikan ke dalam corak mauḍu‟i (tematik). Ketiga, tolak
ukur validitas (kebenaran) tafsir yang digunakan oleh Ibnu Taimiyah adalah teori
koherensi, korespondensi dan pragmatis.
10
Ketiga, tesis yang berjudul “Epistemologi Tafsir Sains Zaghlul al-Najjar”
oleh Luthfi Mahasiswa Pasca Sarja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
Tesis ini menjelaskan tentang Konstruksi epistemologi penafsiran Zaghlul al-
Najjar dibangun atas paradigma tafsir tematik dan paradigma sains. Epistemologi
tafsir sains lebih cenderung kepada cara berfikir realis yang berakibat pada nalar
objektif. Dengan demikian sumber penafsirannya akan mengacu pada tiga hal
yang saling terkait yaitu wahyu, akal dan realitas berbeda dengan epistemologi
tafsir bayāni yang bercorak idealis sehingga berimplikasi pada nalar subjektif.
Nalar ini akan menyandarkan kebenaran penafsirannya pada kedekatan lafal dan
makna, semakin dekat antara keduanya maka semakin tinggi tingkat kebenaran
tafsir.
Dalam kajian ini juga digunakan buku karya-karya Agus Mustofa yang
berkaitan dengan penelitian ini yakni, Ternyata Akhirat Masih Tidak Kekal dalam
buku ini Agus Mustofa mengumpulkan tanggapannya atas beberapa sanggahan
mengenai buku terdahulu yang sudah 9 tahun kontroversial yaitu: Ternyata
Akhirat Tidak Kekal, dengan begitu banyak sanggahan serta kecaman saat buku
tersebut pertama kali diterbitkan. Sekarang gelombang tersebut hanya
meninggalkan riaknya saja.14
Kemudian buku yang berjudul Bersatu Dengan
Allah dalam buku ini mencari keberadaan Allah, apakah dia berada di surga, di
langit, atau apakah bersama kita dan bersemayam di hati setiap manusia? Tapi
bukankah Dia ada di Arsy? Tapi dimanakah Arsy Allah itu? Inilah puncak
pengalaman Tauhid Agus Mustofa yang dituangkan untuk pembaca. Sebuah
14
Agus Mustofa, Ternyata Akhirat Tidak kekal (Surabaya: Padma Press, 2004), 12.
11
diskusi tasawuf yang sangat dalam dan menarik.15
Selanjutnya buku Tak Ada
Azab Kubur salah satu tema kontroversial selama berabad-abad di kalangan umat
Islam yang diangkat kembali oleh Agus Mustofa. Benarkah ada azab kubur?
Kenapa al-Qur‟an tidak menjelaskan secara gamblang sebagaimana azab dunia
dan neraka? Bagaimana pula dengan sinetron-sinetron konyol itu? Aqidah umat
mulai terkikis. Di sinilah pembaca diajak berdiskusi secara kritis.16
Selanjutnya karya Agus Mustofa yang berjudul Wormhole, Jalan Pintas
Menuju Surga. Dalam buku ini membahas fenomena betapa banyaknya diantara
kita yang menganggap tujuan beragama adalah untuk memperoleh surga.
Sehingga, dengan berbagai cara mengambil jalan pintas menuju surga. Meskipun,
itu harus melupakan Allah sebagai pemilik surga. Lebih jauh, buku ini akan
membahas hakekat surga dan jalan menuju kesana. Sebuah pembahasan yang
saintifik sekaligus spiritual, obyektif sekaligus subyektif, dengan menggunakan
terminologi kekinian. Dalam konteks ini, buku „Wormhole: Jalan Pintas Menuju
Surga‟, menyajikan makna yang penting.17
Untuk karya-karya Tafsir „Ilmi, yang pertama bisa dilihat kitab Al-
Mustahir Bi al-Tafsir al-Kabir Wa Mafātih al-Ghaib karya Muhammad
Fakhruddin al-Rāzi. Ar-Rāzi dalam kitab tafsirnya banyak membahas ilmu-ilmu
yang baru berkembang pada saat itu seperti ilmu eksakta, fisika, falaq, filsafat dan
kajian-kajian masalah ketuhanan menurut metode dan argumentasi para filosof
15
Agus Mustofa, Bersatu Dengan Allah (Surabaya: Padma Press, 2005), 8. 16
Agus Mustofa, Taka da Azab Kubur (Surabaya: Padma Press, 2006), 10. 17
Agus Mustofa, Wormhole Jalan Pintas Menuju Surga (Surabaya: Padma Press, 2015),
12.
12
yang rasional. Imam Ibnu Athitah berkata: “dalam kitab Imam ar-Rāzi, segalanya
ada, kecuali tafsir itu sendiri”. Namun sesungguhnya Imam ar-Rāzi banyak
berbicara tentang masalah-masalah ilmu kalam dan tinjauan-tinjauan terhadap
alam semesta, beliau telah berrbicara tentang tafsir al- Qur‟an.18
Ada juga kitab “al-Jawāhir fī at-Tafsīri al-Qur‟an al-Karīm” karya
Ṭanṭawi Jauhari. Kitab al-Jawāhir fī at-Tafsīri al-Qur‟an al-Karīm merupakan
kitab tafsir yang masuk dalam kategori tafsir „ilmi, karena di dalamnya banyak
diuraikan tentang sains dan ilmu pengetahuan. Sementara metode yang digunakan
dalam tafsir ini adalah metode tahlīlī (analitis). Karena Ṭanṭawi menjelaskan ayat
demi ayat sesuai dengan urutan mushhaf uṡmani secara detail khususnya pada ayat
yang mengandung indikasi sains (ayat-ayat kawniyah). Di dalam kitabnya ia
mengeksplorasi berbagai macam ilmu pengetahuan yang tekandung di dalam al-
Qur‟an. Menurut Ṭanṭawi terdapat 750 ayat yang menjelaskan kandungan sains di
dalam al-Qur‟an. Ṭanṭawi ingin membuktikan bahwa sebenarnya al-Qur‟an sudah
menjelaskan ilmu pengetahuan sebelum bangsa barat membuat ilmu pengetahuan.
Motivasi Ṭanṭawi Jauhari di dalam menulis kitab tafsirnya tidak terlepas dari
konteks sosio-historis dimana ia hidup, ia hidup di Mesir pada abad ke-19 dimana
pada saat itu Mesir mengalami transformasi ke arah pembaharuan di segala bidang
termasuk ilmu pengetahuan. Selain itu dominasi kemajuan peradaban barat
terhadap dunia Islam yang mengalami kemunduran membuat Ṭanṭawi sadar
bahwa umat Islam harus bangkit dari keterpurukannya merupakan sebuah
18
Muhammad Fakhruddin al-Rāzi, Al-Mustahir Bi al-Tafsir al-Kabir Wa Mafātih al-
Ghaib (Beirut-Lebanon: Darul Fikr, 1981), 2.
13
kewajiban bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan sains yang
sebenarnya itu telah dijelaskan terlebih dahulu di dalam al-Qur‟an.19
Selanjutnya, ada buku Menelaah Pemikiran Agus Mustofa Koreksi
Terhadap Serial Buku Diskusi Tasawuf Modern yang ditulis oleh Achmad
Qusyairi Ismail dan Mohammad Achyat Ahmad. Ada dua poin penting yang
menjadi isi kandungan buku ini. Pertama, buku ini membantu merumuskan teori-
teori pemikiran yang dibangun oleh Agus Mustofa dan seluruh serial buku diskusi
tasawuf modern. Sebab dalam melakukan kajian, Agus Mustofa tidak
merumuskan suatu teori apapun yang dianutnya, selain “Metode Puzzle” yang
masih teramat global, dan tidak cukup memadai untuk dapat memahami jalan
pemikiran beliau secara utuh. Kedua, buku ini melakukan pembedahan ulang
terhadap tema-tema fundamental dalam Islam yang dibedah Agus Mustofa dalam
setiap buku diskusi tasawuf modern. Buku ini kembali mengkaji tema-tema itu
secara ilmiah, dengan mendasarkannya pada rujukan-rujukan yang otoritatif, lalu
menunjukkan titik-titik kelemahan pemikiran Agus Mustofa dan ketidak
absahankesimpulan-kesimpulan beliau yang tertuang dalam serial buku tasawuf
modern.20
Selain itu ada juga buku Nalar Ayat-Ayat Semesta yang ditulis oleh Agus
Purwanto. Buku ini menguraikan tiga pola interaksi antara sains dan Islam, yaitu
Islamisasi sains, saintifikasi Islam, dan sains Islam: pengertian, perbedaan, dan