BIO 30271 PTA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 2011/2012 Drs. IMAN SANTOSO, M. Phil. FMIPA UI Dra. SITARESMI, M. Sc. LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK-TEKNIK DASAR LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN MIKROORGANISME DI SEKITAR KITA NAMA : FURKAN NPM : 0906632890 KELOMPOK : II (DUA) B TANGGAL PRAKTIKUM : 28 SEPTEMBER 2011 ASISTEN : M. RUSLI MUNZIR SAVITRY PANDU WIJAYA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BIO 30271 PTA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 2011/2012
Drs. IMAN SANTOSO, M. Phil. FMIPA UI
Dra. SITARESMI, M. Sc.
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
TEKNIK-TEKNIK DASAR LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN
MIKROORGANISME DI SEKITAR KITA
NAMA : FURKAN
NPM : 0906632890
KELOMPOK : II (DUA) B
TANGGAL PRAKTIKUM : 28 SEPTEMBER 2011
ASISTEN : M. RUSLI MUNZIR
SAVITRY PANDU WIJAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
DEPOK
2011
1
TEKNIK-TEKNIK DASAR LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN
MIKROORGANISME DI SEKITAR KITA
I. TUJUAN
1. Mengetahui beberapa medium umum yang digunakan dalam mengkultur
mikroorganisme.
2. Memahami teknik-teknik aseptis.
3. Mempraktikan teknik menuang medium secara aseptis.
4. Mempraktikan teknik menggunakan pipet volumetrik.
5. Mempraktikan teknik transfer mikroorganisme.
6. Mengetahui mikroorganisme yang terdapat di sekitar lingkungan dan tubuh.
II. TEORI
Mikroorganisme atau yang sering disebut organisme mikroskopik
merupakan organisme yang berukuran sangat kecil, sehingga untuk melihatnya
diperlukan alat bantu mikroskop. Mikroorganisme hidup pada berbagai substrat
di alam. Substrat merupakan media kultur yang berasal dari bahan-bahan alami
dan belum diketahui komposisinya, contohnya tanah, kayu, batu, dan pasir
(Madigan dkk. 2011: 2). Mikroorganisme ditemukan di seluruh pelosok bagian
bumi, mereka dapat hidup dimana-mana, mulai dari dalam tubuh manusia hingga
tempat paling ekstrem sekalipun. Namun, mikroorganisme sebagian besar hidup
dalam lingkungan yang lembab dan daerah tropis adalah tempat yang paling
sesuai (Lengeler 1999: 5). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme, yaitu:
a. Nutrisi yang optimal
Nutrisi merupakan elemen utama yang dapat menyediakan energi untuk
pertumbuhan mikroorganisme.
b. Konsentrasi ion hidrogen (pH)
1
2
Sebagian besar bakteri tumbuh sangat baik pada pH 6--8, tetapi, tidak sedikit
mikroorganisme yang dapat hidup pada kondisi pH yang sangat rendah atau
sangat tinggi. Faktor pH sangat mempengaruhi kerja enzim yang dihasilkan.
c. Temperatur
Temperatur adalah faktor utama yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
mikroorganisme. Mikroorganisme dapat mati ketika diekspos pada temperatur
di luar jangkauan temperatur tumbuhnya. Temperatur yang sangat rendah
dapat menurunkan aktivitas metabolisme mikroorganisme, sehingga
menyebabkan dormansi.
d. Sirkulasi udara
Beberapa jenis mikroorganisme membutuhkan oksigen sebagai akseptor
elektron (mikroorganisme aerob obligat).
e. Tekanan osmotik
Mikroorganisme bakteri mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap tekanan
osmotik tinggi, sedangkan fungi umumnya lebih adaptif pada lingkungan
dengan tekanan osmotik tinggi. Tekanan osmotik yang sesuai dapat
menunjang pertumbuhan mikroorganisme secara optimal.
f. Salinitas
Beberapa mikroorganisme mempunyai kebutuhan garam yang tinggi untuk
tumbuh. Mikroorganisme tersebut disebut dengan halophile.
g. Radiasi sinar matahari
Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan mikroorganisme,
tetapi, mikroorganisme yang melakukan fotosintesis tetap membutuhkan
cahaya untuk metabolismenya.
(Hadioetomo 1993: 43).
Mikroorganisme dipelihara untuk keperluan penelitian dan praktikum
dengan menggunakan medium sesuai dengan jenis mikroorganisme yang ingin
digunakan. Medium terbagi menjadi 3, yaitu medium berdasarkan bahan yang
digunakan, medium menurut kegunaannya, dan medium menurut fisiknya
(Gandjar dkk. 1992: 12). Perbedaan medium dengan substrat adalah jika substrat
berasal dari bahan-bahan alami yang belum diketahui komposisinya secara pasti,
3
maka medium berasal dari bahan-bahan kimia yang sudah diketahui komposisinya
(Tiwari dkk 2009: 51).
A. Medium menurut bahan yang digunakan
1. Medium alamiah
Medium ini terdiri dari bahan-bahan alam seperti sari buah, wortel, nasi,
jagung, darah, susu, daging, dan bahan alamiah lainnya.
2. Medium semi alamiah
Medium ini terdiri dari bahan alamiah ditambah dengan senyawa kimia,
misalnya Potato Dextrose Agar (PDA), Tauge Ekstrak Agar (TEA), Malt
Ekstrak Agar (MEA), dan lain sebagainya.
3. Medium buatan atau medium sintesis
Medium ini terdiri dari senyawa-senyawa kimia yang komposisi dan
jumlahnya sudah ditentukan, misalnya Czapek Dox Agar (CDA), Sabouraud
Dextrose Agar (SDA), dan lain sebagainya (Gandjar dkk 1992: 12).
B. Medium menurut kegunaannya
1. Medium umum
Medium ini dapat ditumbuhi oleh mikroorganisme secara umum, misalnya
Nutrient Agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA), Tauge Extract Agar
(TEA), dan lain sebagainya.
2. Medium selektif
Medium ini komposisinya sedemikian rupa, sehingga hanya jenis
mikroorganisme tertentu saja yang dapat hidup, misalnya Salmonella
Shigella Agar (SSA), Brilliant Green Lactose Broth (BGLB).
3. Medium diferensial
Medium ini digunakan untuk membedakan jenis mikroorganisme satu
dengan yang lain, disebabkan adanya suatu reaksi atau ciri yang khas.
Reaksi ini terjadi karena mikroorganisme mampu mengurai salah satu bahan
dalam medium, misalnya Eosin Methylen Blue Agar (EMBA), Blood Agar
(BA), dan sebagainya.
4. Medium perkayaan (Enrichment Medium)
Medium ini dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu, sebelum
dipakai dalam suatu proses fermentasi. Tujuannya adalah untuk
4
mengaktifkan mikroorganisme tersebut, misalnya medium MEA untuk
khamir (Gandjar dkk 1992: 12--13).
C. Medium menurut fisiknya
1. Medium padat (Agar)
Medium ini diberi agar, sehingga pada suhu kamar medium mengeras.
Contoh Nutrient Agar.
2. Medium cair (Broth)
Medium ini tidak diberi agar, sehingga bentuknya cair. Contoh Nutrient
Broth (Gandjar dkk 1992: 13).
Satu hal penting yang perlu diperhatikan ketika pembuatan dan menuang medium
adalah kondisi yang steril dan aseptis. Medium sebelumnya disterilkan terlebih
dahulu dengan menggunakan autoklaf, kemudian ketika menuang medium baik ke
tabung kultur maupun ke petri dish harus dalam kondisi aseptis. Hal tersebut jelas
untuk menghindari kontaminasi (Cappuccino & Sherman 2002: 1--2).
Mikroorganisme dapat ditransfer dari medium yang satu ke medium lainnya
dengan subkultur. Teknik tersebut merupakan dasar yang penting dan selalu
digunakan ketika menyiapkan dan memelihara biakan. Mikroorganisme terdapat
dimana-mana, baik di udara, tanah, maupun air. Hal tersebut dapat menjadi
masalah, karena mikroorganisme dapat menjadi sumber kontaminasi yang sangat
mempengaruhi hasil percobaan dalam laboratorium (Cappuccino & Sherman
2002: 7). Oleh karena itu, diperlukan kondisi yang aseptis ketika sedang bekerja
dengan mikroorganisme di laboratorium. Aseptis merupakan kondisi tidak adanya
sel-sel vegetatif dari suatu mikroorganisme, namun masih dimungkinkan terdapat
sel generatif. (Madigan dkk. 2011: 58). Selain aseptis, untuk mendukung
keberhasilan ketika bekerja dengan mikroorganisme di dalam laboratorium
mikrobiologi diperlukan juga kondisi yang steril. Steril sedikit berbeda dengan
aseptis, yaitu pada kondisi steril tidak terdapat sel vegetatif dan sel generatif
(Cappuccino & Sherman 2002: 2).
Alat-alat yang diperlukan ketika transfer mikroorganisme antara lain jarum
tanam lancip, jarum tanam loop, petri dish (sudah berisi medium), tabung kultur
(sudah berisi medium), pembakar bunsen, alkohol, dan mikroorganisme yang
akan ditransfer. Pertama bersihkan tangan dan lingkungan sekitar (meja) dengan
5
menggunakan alkohol. Kemudian siapkan medium yang berisi mikroorganisme
yang akan ditransfer. Mikroorganisme kapang ditransfer dengan menggunakan
jarum tanam lancip, kemudian ditanam dengan metode stab, sedangkan untuk
bakteri/khamir ditransfer dengan menggunakan jarum tanam loop dan ditanam
dengan metode streak. Jarum yang digunakan sebelumnya disterikan dengan
dibakar di atas api bunsen dan dicelupkan ke dalam alkohol. Proses transfer
dilakukan di dekat api, hal tersebut untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Dua hal penting ketika melakukan transfer mikroorganisme adalah kerja cepat dan
aseptis (Tiwari 2009: 56).
Pipet volumetrik merupakan salah satu alat transfer mikroorganisme selain
jarum tanam yang mendukung terciptanya keadaan steril. Pipet mempunyai
analogi fungsi yang sama dengan sedotan, yaitu menghisap fase liquid (cair).
Umumnya, pipet terbuat dari plastik atau kaca dengan skala volume tertentu yang
dikalibrasi. Pemindahan dengan teknik pipet menggunakan alat yaitu pipet yang
terbuat dari gelas dan tahan terhadap panas. Langkah-langkah yang dilakukan
antara lain:
a. Pipet yang akan digunakan dibuka dari pembungkusnya sambil dilewatkan
diatas api secara cepat.
b. Ujung pipet ditutup rapat dengan jari telunjuk
c. Pipet dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang akan diambil larutannya.
d. Larutan diambil dengan mengisap pipet dan diletakkan pada tabung atau cawan
petri dengan cara membuka ujung pipet yang ditutup dengan jari.
Pemindahan dengan cara pipet umumnya digunakan pada penyelidikan air minum
atau pada susu. (Dwidjoseputro 1982: 32). Pipet yang akan digunakan untuk
transfer substansi, zat cair, atau mikroorganisme harus disterilisasi terlebih
dahulu. Sterilisasi pipet dapat dilakukan dengan cara membungkus pipet dengan
kertas dan memasukkannya ke dalam autoklaf atau oven (Cappuccino & Sherman
2002: 4).
Mikroorganisme di sekitar kita terdiri dari bakteri, virus, jamur dan
mikroorganisme parasit seperti cacing. Umumnya, mikroorganisme yang sering
diisolasi dalam percobaan berbentuk bakteri dan jamur. Bakteri merupakan
mikroorganisme prokariotik yang memiliki ciri-ciri: uniseluler, dapat membentuk
6
koloni, dinding selnya tersusun atas satu untai DNA yang berbentuk sirkuler dan
bereproduksi secara konjugasi antara dua sel bakteri (McKane & Kandel 1996:
66).
Jamur adalah mikroorganisme eukariotik, tidak berklorofil, bersel tunggal,
sebagian besar berdinding sel kitin dan selulosa, dan bereproduksi secara seksual
dan aseksual. Jamur dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu khamir (yeast),
kapang (mould), dan cendawan (mushroom). Secara umum, fungi lebih menyukai
kondisi yang lebih asam dibandingkan dengan bakteri dan dapat mentolerir
tekanan osmotik yang lebih tinggi dan kelembapan yang lebih rendah daripada
bakteri. Jamur berukuran lebih besar daripada bakteri, dengan struktur yang lebih
kompleks dan mempunyai perbedaan yang sedikit diantara jenisnya secara
metabolis (Case & Johnson 1984: 88).
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme.
Mikroorganisme tidak hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh
manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari mikroorganisme, begitu
manusia dilahirkan ia langsung berhubungan dengan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora
normal atau mikrobiota (Pelczar dkk. 1977: 545).
Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus dapat
masuk ke tubuh inang, namun tidak semua pertumbuhan mikroorganisme dalam
tubuh inang dapat memyebabkan penyakit. Banyak mikroorganisme tumbuh pada
permukaan tubuh inang tanpa menyerang jaringan tubuh dan merusak fungsi
normal tubuh. Flora normal dalam tubuh umumnya tidak patogen, namun pada
kondisi tertentu dapat menjadi patogen oportunistik. Penyakit timbul bila infeksi
menghasilkan perubahan pada fisiologi normal tubuh (Pelczar dkk. 1977: 546).
Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang
kontak langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran
urogenital, mata, dan telinga. Contoh mikroorganisme dari flora normal antara
lain Corinebacterium, Staphylococcus, Streptococcus, dan lain sebagainya
(Pelczar dkk. 1977: 546--547).
7
III. ALAT DAN CARA KERJA
A. ALAT
Alat yang digunakan pada praktikum teknik-teknik dasar laboratorium
mikrobiologi dan mikroorganisme di sekitar kita antara lain tabung kultur, rak