1 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS ILMU KOMPUTER TEKNIK PENULISAN KARANGAN JAKARTA 2014 Disusun oleh : - David Pratama(11112731) - Gamal Septya Windly(13112090) - Lia Nurma Suwaya (14112190) - Reni Rahmawati (16112128) - Triani Rakhman (17112471) Kelas : 3KA15 Dosen Pembimbing : Budi Santoso,SS
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
TEKNIK PENULISAN KARANGAN
JAKARTA
2014
Disusun oleh :
- David Pratama(11112731)
- Gamal Septya Windly(13112090)
- Lia Nurma Suwaya (14112190)
- Reni Rahmawati (16112128)
- Triani Rakhman (17112471)
Kelas : 3KA15
Dosen Pembimbing : Budi Santoso,SS
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rencana menulis makalah ini berawal dari keprihatinan melihat kenyataan sebagian
besar mahasiswa mengalami kesulitan menuliskan hasil pemikirannya menjadi karangan. Kami
semakin tertarik membahas masalah karangan karena ternyata menulis karangan ilmiah juga
menjadi kendala bagi sebagian sarjana. Masih banyak sarjana yang terus berkeinginan menulis
karya ilmiah, namun terhambat oleh kurangnya keterampilan menulis. Hal itu akan menjadi
masalah serius bagi mereka yang memilih profesi sebagai dosen. Seperti kita ketahui, untuk
persyaratan kenaikan pangkat akademik, setiap dosen harus menulis karangan ilmiah.
Setelah mengamati tulisan para mahasiswa melalui tugas-tugas mereka, termasuk
skripsi, dan setelah membaca tulisan beberapa sarjana dalam majalah, termasuk majalah yang
meng-claim dirinya sebagai majalah ilmiah, kami memperoleh kesan bahwa kurangnya
pemahaman tentang metode ilmiah dan lemahnya penguasaan bahasa Indonesia tulis telah
mengakibatkan pekerjaan menulis karangan menjadi sesuatu yang sulit dan karangan mereka
menjadi kurang berbobot.
Makalah ini berisi pembahasan tentang metode penulisan karangan dengan teknis
penulisannya. Untuk menulis karangan ilmiah, penguasaan metode merupakan hal yang utama
mengingat pengertian metode itu sendiri adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu
dengan langkah- langkah sistematis (Senn, 1971:4; dan Suriasumantri, 1995:119). Adapun
yang dimaksud dengan teknis tidak lain adalah pengetahuan tentang operasionalisasi suatu
metode. Tanpa metode, pengetahuan tentang teknis penulisan menjadi kurang berarti, dan
karangan tidak mungkin mencapai bentuknya yang ideal.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Kondisi tersebut di atas mengundang sejumlah pertanyaan yang akan diupayakan untuk
menjawabnya dalam makalah ini. Inti pertanyaan itu adalah sebagai berikut.
1. Apa kriteria karangan ilmiah?
3
2. Bagaimana mengorganisasikan karangan ilmiah yang ideal?
3. Apa saja 9 teknik penulisan karangan?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk membantu mahasiswa yang sedang menyusun
karangan ilmiah untuk menyelesaikan tugas akhir, agar dapat menyusun karangan dengan
baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ditetapkan serta dapat memahami rambu-
rambu tata tulis karangan ilmiah.
Hasil yang dicapai adalah pengolahan karya ilmiah yang efektif dan efisien, serta
mempermudah proses pengolahan suatu karya ilmiah mahasiswa.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KARANGAN DAN KARANGAN ILMIAH
Pada hakikatnya karangan adalah penjabaran suatu pikiran secara resmi dan teratur
tentang suatu topik dengan mengindahkan prinsip komposisi dan konvensi pernaskahan.
Karangan yang paling sederhana dapat berupa satu alinea. Namun, ide suatu karangan pada
prinsipnya lebih luas dari ide alinea sehingga karangan disebut juga suatu wacana.
Wacana ilmiah adalah karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang
dikomunikasikan lewat bahasa tulis (Suriasumantri, 1995:307). Suatu karangan akan
disebut ilmiah apabila karangan atau tulisan itu merupakan laporan dan analisis dari
suatu hasil penelitian, walau bagaimanapun sederhananya.
2.1.1 Ciri Karangan Ilmiah
Ciri karangan ilmiah (karil) yang membedakannya dengan karangan nonilmiah, selain
harus merupakan hasil penelitian (faktual objektif ) adalah tersusun secara sistematis
(sistematik); menggunakan metode ilmiah (metodik); berlaku umum/bersifat universa l,
dan ditulis dengan ragam bahasa ilmiah (Darmodjo,
1986:12 dan Jasin, 1994:10).
Faktual objektif berarti ada faktanya dan sesuai dengan objek yang diteliti. Kesesuaian
itu harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga mengandung
pengertian adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai ukuran umum dalam
menilai sesuatu, bukan ukuran subjektif (selera perseorangan) .
Sistematik berarti tersusun atau terorganisasi dalam suatu sistem. Bagian- bagiannya
tidak ada yang berdiri sendiri. Bagian yang satu dengan bagian yang lain harus saling
berkaitan, saling menjelaskan, dan saling melengkapi sehingga secara keseluruhan
karangan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
5
Metodik berarti menggunakan metode atau cara tertentu dengan langkah- langkah yang
teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah, penyusunan hipotesis,
pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Berlaku umum berarti fenomena pengetahuan yang diobservasi tidak hanya berlaku
atau dapat diamati oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja. Siapa saja dengan cara
eksperimen dan kondisi yang sama akan memperoleh hasil yang sama dengan yang
diperoleh pendahulunya secara konsisten.
Betapa perlunya menguasai bahasa ilmiah dalam penulisan karil kiranya tidak perlu
diragukan. Tentang ciri bahasa ilmiah ini, Brotowidjoyo (1985:79) berpendapat: bahasa
dalam karangan disebut ilmiah apabila lafal, kosakata, peristilahan, tata kalimat, dan ejaan
mengikuti bahasa yang telah dibakukan (distandardisasi).
Seorang pakar penulisan ilmiah, Jujun S. Suriasumantri, menilai persoalan kebahasaan
begitu pentingnya sehingga dalam bukunya Pedoman Penulisan Ilmiah (1986:59) kepada
para calon penulis dia berpesan sebagai berikut.
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang
tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana yang merupakan
predikat serta hubungan apa yang terkait antara subjek dan predikat kemungkinan besar
akan merupakan informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika
bepikir: tata bahasa yang tidak cermat merupakan logika berpikir yang tidak cermat pula.
oleh sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah
mempergunakan tata bahasa yang benar.
Pakar yang lain, Surakhmad (1978 :12), juga mengatakan bahasa adalah medium
terpenting di dalam karangan. Diingatkannya, apabila bahasa yang dipakai kurang cermat ,
karangan bukan saja sukar untuk dipahami, tetapi juga mudah menimbulkan salah
6
pengertian. “Bahasa karangan yang kacau menggambarkan kekacauan pikiran
pengarangnya,” tambahnya.
2.1.2 Sistematika Karangan Ilmiah
Pada dasarnya isi karangan secara umum dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu (1)
pendahuluan, (2) isi/uraian, (3) penutup. Sebenarnya, pembabakan tersebut hanya cocok
untuk karangan nonilmiah (nonkaril). Adapun sistematika karangan ilmiah yang ideal
adalah (1) pendahuluan, (2) teori, (3) data, (4) analisis, (5) kesimpulan dan saran (kalau
ada).
Dari uraian di atas tampak bahwa faktor terpenting yang membedakan karil dan
nonkaril adalah ada atau tidaknya analisis. Analisis adalah kegiatan menghitung
(menambah, mengurangi, membagi), menimbang-nimbang, membandingkan antara teori
dan praktik serta mengkaji satu atau beberapa aspek berdasarkan satu atau berbagai sudut
pandang. Muara dari kegiatan menganalisis adalah menarik simpulan, yaitu memberi
penilaian yang objektif tentang maju mundur, untung rugi, berhasil tidak berhasil, baik
buruk, atau gabungan hal tersebut yang didasari oleh argumentasi yang tepat dan ukuran
yang akurat.
Bila menganalisis sesuatu yang merupakan kelemahan, dalam bagian itu pula sekaligus
diberikan saran perbaikan beserta alasan mengapa menyarankan seperti itu (Finoza, 1994:
78).
Dari kelima bagian isi karil, porsi yang terbesar adalah bagian analisis. Bagian analis is
merupakan tempat pengarang/penulis berimprovisasi mengolah kata dan kalimat
membedah materi sesuai dengan selera dan pandangannya untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Dengan membaca bagian analisis inilah pembaca dapat melihat sikap kritis dan
ketajaman nalar seorang penulis.
7
Setiap penulis karil perlu menyadari bahwa bagian analisis dari karangannya itulah
yang orisinal merupakan karya ciptanya yang murni. Adapun menulis teori dan data
sebenarnya tidak lebih dari kegiatan mengutip atau memindahkan teori dan data itu dari
sumbernya ke dalam karangan, walaupun harus diakui bahwa menyusunnya menjadi
bagian yang terintegrasi ke dalam suatu karangan tetap merupakan jasa penulisnya.
2.2 METODE PENULISAN KARANGAN
2.2.1 Prosedur Mengarang
Kegiatan menulis karil harus mengikuti prosedur :
1) memilih/menetapkan topik
2) mengidentifikasikan masalah
3) merumuskan tema/tujuan/tesis/hipotesis
4) menyusun kerangka (outline)
5) mengumpulkan data dan bahan rujukan (referensi)
5) melakukan penulisan awal (drafting)
7) melakukan penyuntingan (editing)
8) melakukan penulisan final.
Dalam makalah ini tidak semua langkah-langkah itu dibahas. Garis besar bagian
terpenting akan diuraikan berikut ini.
2.2.2 Topik dan Judul Karangan
Topik adalah pokok pembicaraan tentang suatu hal yang akan digarap menjadi
karangan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan: masalah apa yang akan
ditulis? atau hendak menulis tentang apa? Ciri khas topik terletak pada permasalahannya
yang bersifat umum dan belum terurai, misalnya perbankan, polusi, korupsi, pengangguran,
bencana alam.
Mengingat topik sering kali bersifat umum sehingga terlalu luas untuk dijadikan
judul karangan, topik perlu dipersempit sampai batas dan ruang lingkupnya sesuai dengan
keinginan penulis.
8
Selain harus menghindari topik yang terlalu luas, penulis juga disarankan jangan
memilih topik yang terlalu sempit dan yang terlalu teknis. Ukuran yang dapat kita jadikan
patokan untuk itu diberikan oleh Cash (1977:17) seperti tersebut di bawah ini.
Suatu topik dikatakan terlalu luas (too broad) apabila untuk membahasnya secara
mendalam diperlukan waktu maupun jumlah halaman yang lebih banyak; dikatakan terlalu
sempit (too narrow) apabila untuk nambahasnya secara mendalam sulit menemukan
referensi yang cukup; dan dikatakan terlalu teknis (too technical) apabila untuk
menulisnya diperlukan pengetahuan khusus yang dirasakan tidak dimiliki oleh penulisnya
secara memadai.
Jadi, topik yang akan dipilih tentulah yang menarik perhatian penulis dan
permasalahannya benar-benar penulis kuasai.
Adapun judul karangan adalah perincian atau penjabaran dari topik. Jika
dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan telah menyiratkan permasalahan atau
variabel yang akan dibahas. Memang topik boleh saja dijadikan judul, tetapi judul karangan
tidaklah harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus dijadikan judul, tentu saja
karangannya akan bersifat umum dan ruang lingkupnya juga pasti sangat luas.
Dengan uraian di atas dimaksudkan agar dipahami bahwa langkah pertama untuk
mengarang adalah menetapkan topik, bukan judul. Dari satu topik dapat dibuat
berbagai judul dan judul itu dapat diubah-ubah sesuai dengan tema atau tujuan pengarang;
sedangkan topik tidak boleh diubah, kecuali jika akan mengubah karangan secara total.
2.2.3 Tema dan Thesis
Tema berarti pokok pemikiran, ide, atau gagasan terutama yang akan dituangkan oleh
penulis dalam karangannya. Tema adalah sesuatu yang melatar belakangi dan mendorong
seseorang menuliskan karangannya. Dalam kasus kelangkaan BBM di tanah air kita,
9
misalnya, seseorang yang mengetahui penyebab kelangkaan itu ingin membagi
“pengetahuannya” itu kepada pembaca. Dalam tulisannya ia akan menuangkan pokok
pemikirannya untuk mengatasi kelangkaan tersebut. Pokok pemikiran itulah yang disebut
tema. Penetapan tema sebelum mulai mengarang sangat penting sebagai pedoman untuk
menulis karangan secara teratur dan jelas sehingga isi karangan tidak menyimpang dari
tujuan yang ditetapkan oleh penulis sejak semula.
Ide yang kita tangkap setelah selesai mambaca tulisan seseorang terlepas dari kita
menyetujui atau menolak pemikiran penulisnya itulah yang disebut tema. Tema yang kita
peroleh setelah selesai membaca karangan seseorang disebut tema akhir. Dalam karya
ilmiah mahasiswa, tema harus dirumuskan sejak awal untuk diketahui oleh dosen
pembimbing karya tulis. Tema seperti itu disebut tema awal.
Ilustrasi tersebut di atas dimaksud untuk menjelaskan ekstensi tema dan kedudukan
serta peranan tema dalam karangan. Tema, seperti halnya judul, dapat dibuat bervariasi dan
dapat diganti-ganti jika penulis beranggapan tidak tersedia bahan yang cukup untuk digarap
menjadi karangan, sementara topik atau pokok pembicaraannya dapat saja tetap seperti
semula.
Jika seseorang memikirkan sesuatu (tema) tentulah terkandung maksud, tujuan, atau
sasaran tertentu yang ingin dicapainya. Maksud dan tujuan itu disebut tesis. Tesis adalah
pernyataan singkat tentang maksud dan tujuan penulis. Karena itu, tesis sering disebut
pengungkapan maksud. Tesis harus lugas sehingga perlu diungkapkan dalam suatu
kalimat lengkap. Dalam karangan ilmiah murni, tesis sering disebut dengan istilah
hipotesis, yaitu pernyataan yang masih rendah, dan oleh karena itu perlu dibuktikan
kebenarannya.
Tema boleh dirumuskan dalam beberapa kalimat, sebab di dalamnya terdapat pokok
pemikiran. Berbeda dengan tesis, menjabarkan tema sering kali tidak cukup dengan satu
kalimat. Yang perlu diperhatikan adalah seluruh kalimat dalam sebuah tema harus bersama-
sama mengungkapkan satu ide atau satu gagasan (ide karangan).
10
Jika penulis merasa dalam karangannya cukup dengan merumuskan tesis, ia tidak perlu
lagi merumuskan tema. Namun, jika dengan tesis terasa belum cukup, penulis perlu
merumuskan tema secara eksplisit untuk memudahkan penyusun bab dan subbab dalam
karangannya nanti. Perhatikan contoh di bawah ini.
1) Topik: Cara Mengemukakan Pendapat yang Efektif
Tesis: Mengemukakan pendapat haruslah secara logis dan sistematis dengan
menggunakan bahasa yang tepat dan cocok.
2) Topik: Dampak Buruk Aborsi
Tesis: Aborsi berdampak buruk ditinjau dari sudut pandang kesehatan, moral, dan agama
3) Topik: Kelangkaan BBM di Beberapa Kota di Indonesia
Tesis: Kelangkaan BBM di beberapa kota disebabkan oleh kelemahan manajemen
Pertamina.
Dalam contoh berikut ini tampak jelas kedudukan tema dalam suatu kerangka karangan.
Topik : Kemacetan Lalu-lintas
Subtopik : Upaya Mengatasi Kemacetan Lalu-lintas
Tema : Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas bukanlah seata-mata menjadi tanggung
jawab aparat kepolisian, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh warga
masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu lintas tidak mungkin dapat dipecahkan tanpa
bantuan semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah kesadaran
berlalu-lintas secara baik, teratur, sopan, dan bertanggung jawab.
Perumusan tema seperti contoh di atas pasti akan memudahkan penulis menyusun
kerangka karangan. Penyusunan pokok-pokok bahasan dalam kerangka karangan akan
11
lebih sulit dilakukan jika hanya berpatokan pada judul, apalagi pada topik, sebab topik dan
judul belum terurai.
2.2.4 Rumusan Masalah
Suatu hal yang menjadi “masalah” dalam penulisan karil adaIah mencari masalah
yang dapat dijadikan rumusan masalah. Apakah masalah itu? Apa saja yang dapat dijadikan
masalah?
Beberapa definisi yang diformulasikan oleh para pakar menunjukkan pendapat
mereka tentang masalah dapat digeneralisasikan. Para pakar umumnya sepakat bahwa
yang dimaksud dengan masalah adalah kesenjangan antara bagaimana seharusnya (das
solen) dan bagaimana senyatanya (das sain). Dengan perkataan lain, masalah adalah
dampak yang timbul akibat ketidaksesuaian antara teori dan praktik.
Apa saja yang dapat dijadikan masalah? Menurut M. Nazir (1985:133), masalah selalu
ada di sekeliling kita. Masalah timbul karena adanya kesangsian terhadap suatu fenomena,
adanya gap antarkegiatan dan antarfenomena yang telah ada ataupun yang akan ada.
Selanjutnya M. Nazir mengetengahkan 11 sumber untuk memperoleh masalah. Salah satu
sumber itu adalah pengalaman atau catatan pribadi (lihat M. Nazir. 1985:140).
Kegunaan rumusan masalah dalam karil adalah sebagai titik sentral pembahasan. Teori
dan data yang diangkat ke dalam karil harus relevan dengan rumusan masalah. HaI itu
sekaligus berarti analisis juga harus terfokus pada rumusan masalah. Akhirnya,
kesimpulan harus pula merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang memang harus
dibuat dalam bentuk pertanyaan.
2.2.5 Kerangka (Outline) Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan
dalam karangan. Fungsi utamanya untuk menunjukan hubungan di antara gagasan yang
12
ada. Dengan demikian, pengarang dapat mengadakan penyesuaian sebelum menulis
(bandingkan dengan blue print atau cetak biru pembangunan gedung).
Rencana kerja dalam kerangka itu dapat mengalami perubahan terus menerus untuk
mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan-
catatan sederhana, namun dapat juga mendetail dan digarap dengan sangat cermat.
Dalam penyusunan karangan ada tahap yang perlu dilakukan, yaitu memilih topik,
mengumpulkan informasi, mengatur gagasan, dan menulis karangan itu sendiri.
Pengaturan gagasan itulah yang dapat diumpamakan sebagai kerangka. Jadi, di dalam
kerangka terdapat strategi penempatan ide dan gagasan.
Outline tidak sama dengan rencana daftar isi. Rencana daftar isi memang merupakan
salah satu isi outline yang disebut dengan istilah sistematika/ penbabakan skripsi. Outline
adalah rencana penulisan karangan secara keseluruhan.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan, selama ini terdapat kekeliruan
penafsiran tentang pengertian dan hakikat outline. Dalam praktik, outline yang dibawa oleh
mahasiswa pada waktu berkonsultasi dengan penbimbing skripsi adalah satu atau dua
lembar kertas yang di dalamnya tertulis judul-judul bab dan subbab yang nantinya akan
menjadi daftar isi dari skripsi yang akan ditulisnya tanpa diskripsi sama sekali.
Outline skripsi memang dapat diartikan sebagai garis besar rencana kerja penulisan
skripsi. Rupanya yang dipegang sebagai key word selama ini adalah frasa garis besar,
sedangkan frasa rencana kerja ternyata dikesampingkan. Seharusnya, pengertian rencana
kerjalah yang harus lebih dimasyarakatkan. Secara harfiah, rencana kerja berarti
penyusunan kegiatan yang akan dilaksanakan. Di sini tampak kata rencana secara implis it
mengandung arti strategi.
Pengertian outline hendaknya disejajarkan dengan proposal karena sebenarnya outline
tidak lain adalah proposal penulisan laporan penelitian (mis. Tentang suatu perusahaan).
13
Kalau rumusan ini disepakati, barulah dapat diformulasikan lebih lanjut bahwa isi outline
analog dengan isi proposal yang umumnya meliputi dasar pemikiran/ latar belakang, tujuan
dan manfaat, ruang lingkup, waktu dan tempat kegiatan, dst., (bandingkan dengan isi desain
peneIitian).
Perbedaan yang prinsipal antara outline dan proposal adalah terdapatnya komponen
biaya dan kepanitiaan dalam proposal. Kedua komponen tersebut tidak ada dalam outline.
Komponen lainnya boleh dikatakan hampir sama. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
ada perguruan tinggi yang menamakan outline sebagai Rancangan Usul Penulisan Skripsi
(RUPS). Menurut konsep ini, RUPS sekurang- kurangnya memuat (a) judul, (b) Iatar
belakang permasalahan, (c) masalah pokok skripsi, (d) kerangka teori, (e) hipotesis, (f)
tujuan penelitian, (g) metode penelitian, (h) sistematika/pembabakan skripsi, (i) daftar