Top Banner
1 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS ILMU KOMPUTER TEKNIK PENULISAN KARANGAN JAKARTA 2014 Disusun oleh : - David Pratama(11112731) - Gamal Septya Windly(13112090) - Lia Nurma Suwaya (14112190) - Reni Rahmawati (16112128) - Triani Rakhman (17112471) Kelas : 3KA15 Dosen Pembimbing : Budi Santoso,SS
27

Teknik Penulisan Karangan

Jul 20, 2015

Download

Education

Reni Ringgarna
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Teknik Penulisan Karangan

1

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

TEKNIK PENULISAN KARANGAN

JAKARTA

2014

Disusun oleh :

- David Pratama(11112731)

- Gamal Septya Windly(13112090)

- Lia Nurma Suwaya (14112190)

- Reni Rahmawati (16112128)

- Triani Rakhman (17112471)

Kelas : 3KA15

Dosen Pembimbing : Budi Santoso,SS

Page 2: Teknik Penulisan Karangan

2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rencana menulis makalah ini berawal dari keprihatinan melihat kenyataan sebagian

besar mahasiswa mengalami kesulitan menuliskan hasil pemikirannya menjadi karangan. Kami

semakin tertarik membahas masalah karangan karena ternyata menulis karangan ilmiah juga

menjadi kendala bagi sebagian sarjana. Masih banyak sarjana yang terus berkeinginan menulis

karya ilmiah, namun terhambat oleh kurangnya keterampilan menulis. Hal itu akan menjadi

masalah serius bagi mereka yang memilih profesi sebagai dosen. Seperti kita ketahui, untuk

persyaratan kenaikan pangkat akademik, setiap dosen harus menulis karangan ilmiah.

Setelah mengamati tulisan para mahasiswa melalui tugas-tugas mereka, termasuk

skripsi, dan setelah membaca tulisan beberapa sarjana dalam majalah, termasuk majalah yang

meng-claim dirinya sebagai majalah ilmiah, kami memperoleh kesan bahwa kurangnya

pemahaman tentang metode ilmiah dan lemahnya penguasaan bahasa Indonesia tulis telah

mengakibatkan pekerjaan menulis karangan menjadi sesuatu yang sulit dan karangan mereka

menjadi kurang berbobot.

Makalah ini berisi pembahasan tentang metode penulisan karangan dengan teknis

penulisannya. Untuk menulis karangan ilmiah, penguasaan metode merupakan hal yang utama

mengingat pengertian metode itu sendiri adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu

dengan langkah- langkah sistematis (Senn, 1971:4; dan Suriasumantri, 1995:119). Adapun

yang dimaksud dengan teknis tidak lain adalah pengetahuan tentang operasionalisasi suatu

metode. Tanpa metode, pengetahuan tentang teknis penulisan menjadi kurang berarti, dan

karangan tidak mungkin mencapai bentuknya yang ideal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Kondisi tersebut di atas mengundang sejumlah pertanyaan yang akan diupayakan untuk

menjawabnya dalam makalah ini. Inti pertanyaan itu adalah sebagai berikut.

1. Apa kriteria karangan ilmiah?

Page 3: Teknik Penulisan Karangan

3

2. Bagaimana mengorganisasikan karangan ilmiah yang ideal?

3. Apa saja 9 teknik penulisan karangan?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk membantu mahasiswa yang sedang menyusun

karangan ilmiah untuk menyelesaikan tugas akhir, agar dapat menyusun karangan dengan

baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ditetapkan serta dapat memahami rambu-

rambu tata tulis karangan ilmiah.

Hasil yang dicapai adalah pengolahan karya ilmiah yang efektif dan efisien, serta

mempermudah proses pengolahan suatu karya ilmiah mahasiswa.

Page 4: Teknik Penulisan Karangan

4

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KARANGAN DAN KARANGAN ILMIAH

Pada hakikatnya karangan adalah penjabaran suatu pikiran secara resmi dan teratur

tentang suatu topik dengan mengindahkan prinsip komposisi dan konvensi pernaskahan.

Karangan yang paling sederhana dapat berupa satu alinea. Namun, ide suatu karangan pada

prinsipnya lebih luas dari ide alinea sehingga karangan disebut juga suatu wacana.

Wacana ilmiah adalah karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang

dikomunikasikan lewat bahasa tulis (Suriasumantri, 1995:307). Suatu karangan akan

disebut ilmiah apabila karangan atau tulisan itu merupakan laporan dan analisis dari

suatu hasil penelitian, walau bagaimanapun sederhananya.

2.1.1 Ciri Karangan Ilmiah

Ciri karangan ilmiah (karil) yang membedakannya dengan karangan nonilmiah, selain

harus merupakan hasil penelitian (faktual objektif ) adalah tersusun secara sistematis

(sistematik); menggunakan metode ilmiah (metodik); berlaku umum/bersifat universa l,

dan ditulis dengan ragam bahasa ilmiah (Darmodjo,

1986:12 dan Jasin, 1994:10).

Faktual objektif berarti ada faktanya dan sesuai dengan objek yang diteliti. Kesesuaian

itu harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga mengandung

pengertian adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai ukuran umum dalam

menilai sesuatu, bukan ukuran subjektif (selera perseorangan) .

Sistematik berarti tersusun atau terorganisasi dalam suatu sistem. Bagian- bagiannya

tidak ada yang berdiri sendiri. Bagian yang satu dengan bagian yang lain harus saling

berkaitan, saling menjelaskan, dan saling melengkapi sehingga secara keseluruhan

karangan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Page 5: Teknik Penulisan Karangan

5

Metodik berarti menggunakan metode atau cara tertentu dengan langkah- langkah yang

teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah, penyusunan hipotesis,

pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.

Berlaku umum berarti fenomena pengetahuan yang diobservasi tidak hanya berlaku

atau dapat diamati oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja. Siapa saja dengan cara

eksperimen dan kondisi yang sama akan memperoleh hasil yang sama dengan yang

diperoleh pendahulunya secara konsisten.

Betapa perlunya menguasai bahasa ilmiah dalam penulisan karil kiranya tidak perlu

diragukan. Tentang ciri bahasa ilmiah ini, Brotowidjoyo (1985:79) berpendapat: bahasa

dalam karangan disebut ilmiah apabila lafal, kosakata, peristilahan, tata kalimat, dan ejaan

mengikuti bahasa yang telah dibakukan (distandardisasi).

Seorang pakar penulisan ilmiah, Jujun S. Suriasumantri, menilai persoalan kebahasaan

begitu pentingnya sehingga dalam bukunya Pedoman Penulisan Ilmiah (1986:59) kepada

para calon penulis dia berpesan sebagai berikut.

Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang

tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana yang merupakan

predikat serta hubungan apa yang terkait antara subjek dan predikat kemungkinan besar

akan merupakan informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika

bepikir: tata bahasa yang tidak cermat merupakan logika berpikir yang tidak cermat pula.

oleh sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah

mempergunakan tata bahasa yang benar.

Pakar yang lain, Surakhmad (1978 :12), juga mengatakan bahasa adalah medium

terpenting di dalam karangan. Diingatkannya, apabila bahasa yang dipakai kurang cermat ,

karangan bukan saja sukar untuk dipahami, tetapi juga mudah menimbulkan salah

Page 6: Teknik Penulisan Karangan

6

pengertian. “Bahasa karangan yang kacau menggambarkan kekacauan pikiran

pengarangnya,” tambahnya.

2.1.2 Sistematika Karangan Ilmiah

Pada dasarnya isi karangan secara umum dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu (1)

pendahuluan, (2) isi/uraian, (3) penutup. Sebenarnya, pembabakan tersebut hanya cocok

untuk karangan nonilmiah (nonkaril). Adapun sistematika karangan ilmiah yang ideal

adalah (1) pendahuluan, (2) teori, (3) data, (4) analisis, (5) kesimpulan dan saran (kalau

ada).

Dari uraian di atas tampak bahwa faktor terpenting yang membedakan karil dan

nonkaril adalah ada atau tidaknya analisis. Analisis adalah kegiatan menghitung

(menambah, mengurangi, membagi), menimbang-nimbang, membandingkan antara teori

dan praktik serta mengkaji satu atau beberapa aspek berdasarkan satu atau berbagai sudut

pandang. Muara dari kegiatan menganalisis adalah menarik simpulan, yaitu memberi

penilaian yang objektif tentang maju mundur, untung rugi, berhasil tidak berhasil, baik

buruk, atau gabungan hal tersebut yang didasari oleh argumentasi yang tepat dan ukuran

yang akurat.

Bila menganalisis sesuatu yang merupakan kelemahan, dalam bagian itu pula sekaligus

diberikan saran perbaikan beserta alasan mengapa menyarankan seperti itu (Finoza, 1994:

78).

Dari kelima bagian isi karil, porsi yang terbesar adalah bagian analisis. Bagian analis is

merupakan tempat pengarang/penulis berimprovisasi mengolah kata dan kalimat

membedah materi sesuai dengan selera dan pandangannya untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Dengan membaca bagian analisis inilah pembaca dapat melihat sikap kritis dan

ketajaman nalar seorang penulis.

Page 7: Teknik Penulisan Karangan

7

Setiap penulis karil perlu menyadari bahwa bagian analisis dari karangannya itulah

yang orisinal merupakan karya ciptanya yang murni. Adapun menulis teori dan data

sebenarnya tidak lebih dari kegiatan mengutip atau memindahkan teori dan data itu dari

sumbernya ke dalam karangan, walaupun harus diakui bahwa menyusunnya menjadi

bagian yang terintegrasi ke dalam suatu karangan tetap merupakan jasa penulisnya.

2.2 METODE PENULISAN KARANGAN

2.2.1 Prosedur Mengarang

Kegiatan menulis karil harus mengikuti prosedur :

1) memilih/menetapkan topik

2) mengidentifikasikan masalah

3) merumuskan tema/tujuan/tesis/hipotesis

4) menyusun kerangka (outline)

5) mengumpulkan data dan bahan rujukan (referensi)

5) melakukan penulisan awal (drafting)

7) melakukan penyuntingan (editing)

8) melakukan penulisan final.

Dalam makalah ini tidak semua langkah-langkah itu dibahas. Garis besar bagian

terpenting akan diuraikan berikut ini.

2.2.2 Topik dan Judul Karangan

Topik adalah pokok pembicaraan tentang suatu hal yang akan digarap menjadi

karangan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan: masalah apa yang akan

ditulis? atau hendak menulis tentang apa? Ciri khas topik terletak pada permasalahannya

yang bersifat umum dan belum terurai, misalnya perbankan, polusi, korupsi, pengangguran,

bencana alam.

Mengingat topik sering kali bersifat umum sehingga terlalu luas untuk dijadikan

judul karangan, topik perlu dipersempit sampai batas dan ruang lingkupnya sesuai dengan

keinginan penulis.

Page 8: Teknik Penulisan Karangan

8

Selain harus menghindari topik yang terlalu luas, penulis juga disarankan jangan

memilih topik yang terlalu sempit dan yang terlalu teknis. Ukuran yang dapat kita jadikan

patokan untuk itu diberikan oleh Cash (1977:17) seperti tersebut di bawah ini.

Suatu topik dikatakan terlalu luas (too broad) apabila untuk membahasnya secara

mendalam diperlukan waktu maupun jumlah halaman yang lebih banyak; dikatakan terlalu

sempit (too narrow) apabila untuk nambahasnya secara mendalam sulit menemukan

referensi yang cukup; dan dikatakan terlalu teknis (too technical) apabila untuk

menulisnya diperlukan pengetahuan khusus yang dirasakan tidak dimiliki oleh penulisnya

secara memadai.

Jadi, topik yang akan dipilih tentulah yang menarik perhatian penulis dan

permasalahannya benar-benar penulis kuasai.

Adapun judul karangan adalah perincian atau penjabaran dari topik. Jika

dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan telah menyiratkan permasalahan atau

variabel yang akan dibahas. Memang topik boleh saja dijadikan judul, tetapi judul karangan

tidaklah harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus dijadikan judul, tentu saja

karangannya akan bersifat umum dan ruang lingkupnya juga pasti sangat luas.

Dengan uraian di atas dimaksudkan agar dipahami bahwa langkah pertama untuk

mengarang adalah menetapkan topik, bukan judul. Dari satu topik dapat dibuat

berbagai judul dan judul itu dapat diubah-ubah sesuai dengan tema atau tujuan pengarang;

sedangkan topik tidak boleh diubah, kecuali jika akan mengubah karangan secara total.

2.2.3 Tema dan Thesis

Tema berarti pokok pemikiran, ide, atau gagasan terutama yang akan dituangkan oleh

penulis dalam karangannya. Tema adalah sesuatu yang melatar belakangi dan mendorong

seseorang menuliskan karangannya. Dalam kasus kelangkaan BBM di tanah air kita,

Page 9: Teknik Penulisan Karangan

9

misalnya, seseorang yang mengetahui penyebab kelangkaan itu ingin membagi

“pengetahuannya” itu kepada pembaca. Dalam tulisannya ia akan menuangkan pokok

pemikirannya untuk mengatasi kelangkaan tersebut. Pokok pemikiran itulah yang disebut

tema. Penetapan tema sebelum mulai mengarang sangat penting sebagai pedoman untuk

menulis karangan secara teratur dan jelas sehingga isi karangan tidak menyimpang dari

tujuan yang ditetapkan oleh penulis sejak semula.

Ide yang kita tangkap setelah selesai mambaca tulisan seseorang terlepas dari kita

menyetujui atau menolak pemikiran penulisnya itulah yang disebut tema. Tema yang kita

peroleh setelah selesai membaca karangan seseorang disebut tema akhir. Dalam karya

ilmiah mahasiswa, tema harus dirumuskan sejak awal untuk diketahui oleh dosen

pembimbing karya tulis. Tema seperti itu disebut tema awal.

Ilustrasi tersebut di atas dimaksud untuk menjelaskan ekstensi tema dan kedudukan

serta peranan tema dalam karangan. Tema, seperti halnya judul, dapat dibuat bervariasi dan

dapat diganti-ganti jika penulis beranggapan tidak tersedia bahan yang cukup untuk digarap

menjadi karangan, sementara topik atau pokok pembicaraannya dapat saja tetap seperti

semula.

Jika seseorang memikirkan sesuatu (tema) tentulah terkandung maksud, tujuan, atau

sasaran tertentu yang ingin dicapainya. Maksud dan tujuan itu disebut tesis. Tesis adalah

pernyataan singkat tentang maksud dan tujuan penulis. Karena itu, tesis sering disebut

pengungkapan maksud. Tesis harus lugas sehingga perlu diungkapkan dalam suatu

kalimat lengkap. Dalam karangan ilmiah murni, tesis sering disebut dengan istilah

hipotesis, yaitu pernyataan yang masih rendah, dan oleh karena itu perlu dibuktikan

kebenarannya.

Tema boleh dirumuskan dalam beberapa kalimat, sebab di dalamnya terdapat pokok

pemikiran. Berbeda dengan tesis, menjabarkan tema sering kali tidak cukup dengan satu

kalimat. Yang perlu diperhatikan adalah seluruh kalimat dalam sebuah tema harus bersama-

sama mengungkapkan satu ide atau satu gagasan (ide karangan).

Page 10: Teknik Penulisan Karangan

10

Jika penulis merasa dalam karangannya cukup dengan merumuskan tesis, ia tidak perlu

lagi merumuskan tema. Namun, jika dengan tesis terasa belum cukup, penulis perlu

merumuskan tema secara eksplisit untuk memudahkan penyusun bab dan subbab dalam

karangannya nanti. Perhatikan contoh di bawah ini.

1) Topik: Cara Mengemukakan Pendapat yang Efektif

Tesis: Mengemukakan pendapat haruslah secara logis dan sistematis dengan

menggunakan bahasa yang tepat dan cocok.

2) Topik: Dampak Buruk Aborsi

Tesis: Aborsi berdampak buruk ditinjau dari sudut pandang kesehatan, moral, dan agama

3) Topik: Kelangkaan BBM di Beberapa Kota di Indonesia

Tesis: Kelangkaan BBM di beberapa kota disebabkan oleh kelemahan manajemen

Pertamina.

Dalam contoh berikut ini tampak jelas kedudukan tema dalam suatu kerangka karangan.

Topik : Kemacetan Lalu-lintas

Subtopik : Upaya Mengatasi Kemacetan Lalu-lintas

Tema : Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas bukanlah seata-mata menjadi tanggung

jawab aparat kepolisian, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh warga

masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu lintas tidak mungkin dapat dipecahkan tanpa

bantuan semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah kesadaran

berlalu-lintas secara baik, teratur, sopan, dan bertanggung jawab.

Perumusan tema seperti contoh di atas pasti akan memudahkan penulis menyusun

kerangka karangan. Penyusunan pokok-pokok bahasan dalam kerangka karangan akan

Page 11: Teknik Penulisan Karangan

11

lebih sulit dilakukan jika hanya berpatokan pada judul, apalagi pada topik, sebab topik dan

judul belum terurai.

2.2.4 Rumusan Masalah

Suatu hal yang menjadi “masalah” dalam penulisan karil adaIah mencari masalah

yang dapat dijadikan rumusan masalah. Apakah masalah itu? Apa saja yang dapat dijadikan

masalah?

Beberapa definisi yang diformulasikan oleh para pakar menunjukkan pendapat

mereka tentang masalah dapat digeneralisasikan. Para pakar umumnya sepakat bahwa

yang dimaksud dengan masalah adalah kesenjangan antara bagaimana seharusnya (das

solen) dan bagaimana senyatanya (das sain). Dengan perkataan lain, masalah adalah

dampak yang timbul akibat ketidaksesuaian antara teori dan praktik.

Apa saja yang dapat dijadikan masalah? Menurut M. Nazir (1985:133), masalah selalu

ada di sekeliling kita. Masalah timbul karena adanya kesangsian terhadap suatu fenomena,

adanya gap antarkegiatan dan antarfenomena yang telah ada ataupun yang akan ada.

Selanjutnya M. Nazir mengetengahkan 11 sumber untuk memperoleh masalah. Salah satu

sumber itu adalah pengalaman atau catatan pribadi (lihat M. Nazir. 1985:140).

Kegunaan rumusan masalah dalam karil adalah sebagai titik sentral pembahasan. Teori

dan data yang diangkat ke dalam karil harus relevan dengan rumusan masalah. HaI itu

sekaligus berarti analisis juga harus terfokus pada rumusan masalah. Akhirnya,

kesimpulan harus pula merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang memang harus

dibuat dalam bentuk pertanyaan.

2.2.5 Kerangka (Outline) Karangan

Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan

dalam karangan. Fungsi utamanya untuk menunjukan hubungan di antara gagasan yang

Page 12: Teknik Penulisan Karangan

12

ada. Dengan demikian, pengarang dapat mengadakan penyesuaian sebelum menulis

(bandingkan dengan blue print atau cetak biru pembangunan gedung).

Rencana kerja dalam kerangka itu dapat mengalami perubahan terus menerus untuk

mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan-

catatan sederhana, namun dapat juga mendetail dan digarap dengan sangat cermat.

Dalam penyusunan karangan ada tahap yang perlu dilakukan, yaitu memilih topik,

mengumpulkan informasi, mengatur gagasan, dan menulis karangan itu sendiri.

Pengaturan gagasan itulah yang dapat diumpamakan sebagai kerangka. Jadi, di dalam

kerangka terdapat strategi penempatan ide dan gagasan.

Outline tidak sama dengan rencana daftar isi. Rencana daftar isi memang merupakan

salah satu isi outline yang disebut dengan istilah sistematika/ penbabakan skripsi. Outline

adalah rencana penulisan karangan secara keseluruhan.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan, selama ini terdapat kekeliruan

penafsiran tentang pengertian dan hakikat outline. Dalam praktik, outline yang dibawa oleh

mahasiswa pada waktu berkonsultasi dengan penbimbing skripsi adalah satu atau dua

lembar kertas yang di dalamnya tertulis judul-judul bab dan subbab yang nantinya akan

menjadi daftar isi dari skripsi yang akan ditulisnya tanpa diskripsi sama sekali.

Outline skripsi memang dapat diartikan sebagai garis besar rencana kerja penulisan

skripsi. Rupanya yang dipegang sebagai key word selama ini adalah frasa garis besar,

sedangkan frasa rencana kerja ternyata dikesampingkan. Seharusnya, pengertian rencana

kerjalah yang harus lebih dimasyarakatkan. Secara harfiah, rencana kerja berarti

penyusunan kegiatan yang akan dilaksanakan. Di sini tampak kata rencana secara implis it

mengandung arti strategi.

Pengertian outline hendaknya disejajarkan dengan proposal karena sebenarnya outline

tidak lain adalah proposal penulisan laporan penelitian (mis. Tentang suatu perusahaan).

Page 13: Teknik Penulisan Karangan

13

Kalau rumusan ini disepakati, barulah dapat diformulasikan lebih lanjut bahwa isi outline

analog dengan isi proposal yang umumnya meliputi dasar pemikiran/ latar belakang, tujuan

dan manfaat, ruang lingkup, waktu dan tempat kegiatan, dst., (bandingkan dengan isi desain

peneIitian).

Perbedaan yang prinsipal antara outline dan proposal adalah terdapatnya komponen

biaya dan kepanitiaan dalam proposal. Kedua komponen tersebut tidak ada dalam outline.

Komponen lainnya boleh dikatakan hampir sama. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika

ada perguruan tinggi yang menamakan outline sebagai Rancangan Usul Penulisan Skripsi

(RUPS). Menurut konsep ini, RUPS sekurang- kurangnya memuat (a) judul, (b) Iatar

belakang permasalahan, (c) masalah pokok skripsi, (d) kerangka teori, (e) hipotesis, (f)

tujuan penelitian, (g) metode penelitian, (h) sistematika/pembabakan skripsi, (i) daftar

pustaka, (j) rencana jadwal penyelesaian skripsi (Ronda dan Muntaha, 1985 :64)

Rumusan Ronda dan Muntaha tersebut di atas rasanya logis atau masuk akal. Dari segi

penamaan mungkin terdapat perbedaan selera, namun dari segi isi atau komponen ideal

yang harus terdapat dalam outline dirasakan sangat tepat. Outline yang baik seyogianya

berisi uraian singkat tentang keseluruhan rencana kerja penyusunan skripsi mulai dari

latar belakang pemilihan judul dan permasalahannya sampai dengan rencana jadwal

penulisan atau penyelesaian skripsi.

Uraian singkat dari setiap butir outline berguna untuk memberi gambaran terutama

kepada pembimbing atau siapa saja yang akan membaca outline itu dan sekaligus

menjawab pertanyaan yang timbul di hati mereka. Melalui. outline yang terurai, pembaca

akan mengetahui metode penelitian yang dipakai, teknik pengumpulan data dan teknik

analisisnya, sumber data dan sumber pustaka, pendekatan teoritis, dan sebagainya, yang

tidak mungkin terjawab jika outline-nya berupa judul-judul semata.

Sebagai penutup uraian, ingin saya singgung sedikit di sini tentang peranan bakat dalam

mengarang. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, untuk dapat menulis karangan fiksi,

Page 14: Teknik Penulisan Karangan

14

faktor bakat sangat dituntut dari seseorang. Untuk menulis karangan nonfiksi, termasuk

karil, faktor bakat tidak dominan dan tidak dituntut secara mutlak dari seseorang.

Jika seseorang berbakat menulis, tentu saja mengarang akan lebih mudah baginya. Bagi

orang yang kurang berbakat, kemampuan menulis sampai taraf tertentu sebenarnya

bisa dipelajari dan dilatih. Menulis adalah suatu keterampilan. Semua orang yang normal

bisa bernyanyi dan menggambarsampai tahap tertentu, walaupun dia bukan penyanyi dan

pelukis. Demikian pula halnya menulis. Setiap siswa, mahasiswa, apalagi sarjana,

seyogianya bisa menulis seperti halnya bernyanyi dan menggambar sampai taraf tertentu

dengan mengikuti norma-norma penulisan tanpa mesti menjadi essais atau kolumnis

yang memang menuntut adanya talent khusus.

2.3 TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

2.3.1 Sistematika Karya Ilmiah

1. Judul Makalah/Skripsi;

2. Nama Mahasiswa (nama pertama) diikuti Nama Pembimbing (nama terakhir)

yang dituliskan tanpa gelar

3. Nama Jurusan/Program Studi dan diikuti alamatnya;

4. Abstrak (judul diikuti teks abstrak) dan diikuti Kata Kunci

5. Pendahuluan (latar belakang dan tujuan)

6. Landasan teori

7. Pembahasan

8. Kesimpulan

9. Daftar Pustaka (hanya dituliskan yang diacu di dalam makalah ini)

Penjelasan :

1. Judul

Judul disesuaikan dengan judul skripsi

2. Penulis

Nama penulis tanpa gelar dan dilengkapi program studi dan alamat email. Nama

pertama adalah nama mahasiswa penyusun, nama kedua dan ketiga adalah nama dosen

Pembimbing I dan II, berturut-turut.

Page 15: Teknik Penulisan Karangan

15

3. Abstrak

Ditulis dalam bahasa Indonesia, dibuat tidak lebih dari 200 kata. Merupakan

uraian singkat tetapi lengkap mengenai masalah atau tujuan penelitian, metode

penelitian, dan hasil penelitian. Diakhir abstrak diberi kata kunci maksimal 5 kata

kunci.

4. Pendahuluan

Memuat Latar Belakang, dan Tujuan serta Kegunaan Hasil Penelitian. Dimana muatan

muatan tersebut dijelaskan sebagai berikut;

(1) Latar Belakang

Pada bagian ini diuraikan argumentasi atau justifikasi perlunya masalah ini ditelit i.

Disinggung pula penelitian sejenis yang pernah dilakukan serta perbedaannnya

dengan penelitian sekarang.

(2) Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

Tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan

melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan perumusan

masalah. Kegunaan hasil penelitian merupakan dampak perbaikan yang dapat diperoleh

setelah tercapainya tujuan.

Kedua muatan tersebut di atas diramu menjadi sebuah kerangka karangan berbentu

essay.

5. Landasan Teori

Memuat teori teori yang digunakan dalam proses penulisan jurnal ini. Teori teori yang

dikutip adalah buku buku yang disebutkan di dalam Daftar Pustaka

6. Isi makalah

a. Batasan system

Menguraikan output/ informasi yang diperlukan dan akan disajikan oleh aplikasi yang

dibuat. Misalnya laporan-laporan atau output lainnya berdasarkan hasil pengumpulan

data dari perusahaan atau objek penelitian.

b. Permasalahan Umum

c. Rancangan Sistem

d. Pendukung

Page 16: Teknik Penulisan Karangan

16

GAMBAR/DIAGRAM

Tabel diberi nomor dan judul Tabel yang diletakkan di atas Tabel. Tabel diposisikan

center. Ilustrasi:

Tabel 99: Judul Tabel

Gambar diberi nomor dan judul Gambar yang diletakkan di bawah

Gambar. Gambar diposisikan di kiri. Ilustrasi:

Gambar 99: Judul Gambar

7. Kesimpulan dan saran

Kesimpulan merupakan ringkasan dari pembahasan yang disajikan pada pembahasan

isi jurnal. Kesimpulan merupakan gambaran tujuan yang telah tercapai dalam

penelitian. Saran merupakan manifestasi dari penulis untuk dilaksanakan (sesuatu yang

belum ditempuh dan layak untuk dilaksanakan). Saran dibuat berdasarkan hasil temuan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengembangkan, menindaklanjuti atau

menerapkan hasil penelitian baik bersifat teoritis dan praktis.

8. Daftar Pustaka

Daftar pustaka memuat semua pustaka yang dijadikan acuan dalam penulisan jurnal

yaitu semua sumber yang dikutip. Daftar ini berguna untuk membantu pembaca yang

ingin mencocokkan kutipan-kutipan yang terdapat dalam jurnal. Penyusun diurutkan

secara alfabetis berdasarkan nama penulis tanpa gelar kesarjanaan.

Page 17: Teknik Penulisan Karangan

17

2.3.2 Teknik Penulisan

Beberapa hal yang perlu dipahami tentang teknik penulisan adalah sebagai berikut :

Penulisan karya ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan

benar mengacu pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang

Disempurnakan; dan jika di pandang mampu maka dapat menggunakan Bahasa

Arab dan atau Bahasa Inggris.

Informasi disajikan dengan bahasa yang lugas, sederhana, tepat dan langsung

pada persoalan yang dibicarakan;

Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan daerah, dengan huruf miring

(italic), seperti kata istinbath al-ahkam (istinbâth al-ahkâm), drop out (drop out),

gugur gunung (gugur gunung);

Untuk menghindari subyektivitas, penulisan karya ilmiah tidak diperbolehkan

menggunakan kata saya, aku, kami atau kita kecuali dalam kata pengantar;

Penulisan ayat al-Quran dan teks al-Hadist sesuai dengan aslinya,

memperhatikan tanda-tanda baca yang tertera, disertai syakalnya dengan

menggunakan mushaf Utsmâni serta menyebutkan nama surat dan nomor ayat

untuk teks al-Quran dan nama perawi untuk teks al-Hadist.

2.3.3 Bentuk dan Format Penulisan

Berdasarkan pengalaman penulis, setiap literatur memberikan ketentuan yang berdeda-

beda tentang bentuk dan format penulisan karya ilmiah, tergantung pada siapa atau

instansi apa yang menerbitkan ketentuan tersebut. Namun, secara umum bentuk dan

format penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut :

a. Naskah diketik dengan jenis huruf standard (Times New Roman)

dengan ukuran/font 12 dan line spacing 1,5;

b. Karya ilmiah berbahasa Arab menggunakan font Traditional Arabic dengan

huruf ukuran 18;

c. Kertas yang dipergunakan untuk penulisan karya ilmiah adalah Kuarto (A4)

ukuran 21 x 29,7 cm berat 70 – 80 gsm;

Page 18: Teknik Penulisan Karangan

18

d. Batas margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm, sedangkan untuk karya

ilmiah yang ditulis dengan Bahasa Arab maka margin kanan dan atas 4 cm, kiri

dan bawah 3 cm;

e. Setiap satu lembar kertas kuarto hanya digunakan satu halaman saja (tidak bolak

balik) diketik dengan spasi ganda, sedangkan karya ilmiah berbahasa Arab

dengan jarak 1 spasi;

f. Alinea baru dimulai pada ketukan ketujuh dari margin kiri bagi karya ilmiah

yang berhuruf latin atau dari margin kanan bagi skripsi yang berhuruf Arab;

g. Judul karya ilmiah ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, ukuran huruf

dengan memperhatikan estetika penulisan.

h. Judul bab ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, sub judul bab ditulis

dari tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, demikian juga anak sub

judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan

estetika penulisan;

i. Penomoran halaman dimulai dari Bab I sampai akhir halaman menggunakan

angka arab (1, 2, 3, 5, 6 dst.) diletakkan di sebelah kanan atas, kecuali nomor

halaman bab baru yang diletakkan di tengah bagian bawah, sub judul ditulis dari

tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital kecuali kata

penghubung/sambung, demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun

sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan, sedangkan pada

halaman judul sampai halaman daftar isi menggunakan huruf Romawi kecil

(seperti i, ii, iii, iv, v, dst.) yang diletakkan di tengah bagian bawah;

j. Penomoran tabel atau gambar diberi nomor urut dengan angka arab (Tabel 1.,

Tabel 2., dst.);

k. Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab ditulis berturut-turut

sampai akhir bab dan dimulai kembali dengan nomor satu pada bab berikutnya;

l. Abstrak skripsi diketik 1 spasi maksimal 2 halaman, ditulis dalam Bahasa

Indonesia.

Page 19: Teknik Penulisan Karangan

19

2.4 TEKNIK NOTASI ILMIAH

2.4.1 Kutipan

1) Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu :

a. Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli yang

dikutip baik dalam susunan kata maupun tanda bacanya. Kutipan langsung

tidak dibenarkan lebih dari satu halaman. Kutipan langsung dipergunakan hanya

untuk hal-hal yang penting saja seperti definisi atau pendapat seseorang yang

khas. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris, diketik biasa dalam

teks skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh tanda petik(“) dan diberi nomor

kutipan yaitu dengan pola catatan kaki (footnote). Ini dimaksudkan jika

diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan memudahkan pembaca. Kutipan yang

lebih dari empat baris, diketik dengan masuk (menjorok) tujuh ketukan dan

tidak dibubuhkan tanda petik, serta ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan

terjemah al-Qur’an dianggap seperti kutipan langsung, diketik 1 spasi meskipun

kurang dari empat baris, tidak ditulis miring dan tidak menyebut kata Artinya;

b. Kutipan tak langsung (parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil

isinya saja, seperti saduran, atau ringkasan. Dalam kutipan semacam ini, penulis

tidak perlu memberi tanda petik, ditulis seperti teks biasa dengan menyebut

sumber pengambilannya;

2) Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya;

3) Kutipan dalam karya ilmiah diantaranya harus mencakup minimal satu

sumber/buku yang berbahasa Arab dan satu sumber/buku berbahasa Inggris

yang terkait dengan pokok bahasan, tidak termasuk kamus;

4) Kutipan Tafsir dan Hadist harus bersumber pada kitab asli (sumber primer).

5) Kutipan dapat bersumber dari internet atau CD dengan mencantumkan situs dan

menunjukkan print-outnya.

2.4.2 Cara Penulisan Kutipan dan Sumber Kutipan

1. Kutipan ditulis dengan menggunakan “dua tanda petik” jika kutipan ini

merupakan kutipan pertama atau dikutip dari penulisnya. Jika kutipan ini

diambil dari kutipan, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan ‘satu

tanda petik’.

Page 20: Teknik Penulisan Karangan

20

2. Jika kalimat yg dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, kutipan ditulis dengan

menggunakan tanda petik (sesuai dengan ketentuan pertama) dan penulisannya

digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip dan diketik dengan jarak

dua spasi.

3. Jika kalimat yg dikutip terdiri atas empat baris atau lebih , maka kutipan ditulis

tanpa tanda petik/kutip dan diketik dengan jarak satu spasi. Baris pertama

diketik mulai pada pukulan ke enam dan baris kedua dst diketik mulai pukulan

keempat.

4. Jika bagian dari yg dikutip ada bagian yg dihilangkan, maka penulisan bagian

ini diganti dengan tiga buah titik. Contoh: “ … Hipotesis merupakan jawaban

sementara yg perlu diuji kebenarannya”. (Depdikbud, 2005).

5. Penulisan sumber kutipan ada beberapa alternatif sbb:

a. Jika sumber kutipan mendahului kutipan, cara penulisannya: Sebagaimana

dikemukakan oleh Stephen Isaac (1982:25) bahwa ……………………….

b. Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, cara penulisannya: “When the

researh has been formulated , the next step is to construct the research

design”. (Stephen, 1982:41).

c. Jika kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, maka sumber

kutipan yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan pengutip tetapi

dengan menyebut siapa yg mengemukakan pendapat tersebut. Contoh:

Depdikbud (Stephen Isaac, 1982:65).

d. Jika penulis terdiri atas dua orang, nama keluarga kedua penulis tsb. harus

disebutkan. Misalnya , Borg dan Gall (1989:152). Kalau penulisnya lebih

dari dua orang, maka yg disebutkan nama keluarga dari penulis pertama dan

diikuti oleh et al. Misalnya Fraenkel et al. (1982 : 79). Titik setelah al. sebagai

singkatan dari ally dan kedua kata itu ditulis dengan huruf miring.

e. Jika masalah dibahas oleh beberapa orang dlm sumber yg berbeda, maka cara

penulisan sumber kutipannya sbb: Beberapa studi mengenai kesulitan para

hali zoologi (Storer, 1972, Prasad, 1980, dan Hegner, 1982) mengemukakan

bhw kesulitan dlm menentukan (padukan intisari rumusan yang dipadukan

ketiga sumber tersebut).

Page 21: Teknik Penulisan Karangan

21

f. Jika sumber kutipan mrpk beberapa karya tulis dari penulis yg sama pada

tahun yang sama maka cara penulisannya adalah dengan menambahkan

huruf a, b, dst. pada tahun penerbitan. Contoh: Isaac, 1982a, 1982b, 1982c).

g. Jika sumber kutipan itu tanpa nama, maka penulisannya: (Tn. 1970:48). h.

Jika yg diutarakan pokok-pokok pikiran seorang penulis, tidak perlu ada

kutipan, cukup dg menyebut sumbernya.

Catatan: Nama penulis dalam kutipan adalah nama belakang atau nama keluarga

dan ditulis sama dengan daftar pustaka.

2.4.3 Penulisan Daftar Pustaka

1. Disusun secara alfabetis. Jika huruf awal sama, maka huruf kedua dari nama

penulis itu menjadi dasar urutan , dan demikian seterusnya.

2. Nama penulis, dg cara menuliskan dulu nama belakang,kemudian nama depan

(disingkat). Hal ini berlaku utk semua nama , baik nama Indonesia maupun

nama asing. Tanpa memperhitungkan apakan nama itu mrpk nama keluarga

atau bukan. Contoh: Abdul Hamid ditulis Hamid, A. , John Burns ditulis Burns,

J.

3. Tahun penerbitan, judul sumber tertulis ybs. dengan digarisbawahi atau dicetak

miring, kota tempat penerbit berada, dan nama penerbit.

4. Baris pertama diketik mulai pukulan pertama dan baris kedua dst . diketik mulai

pukulan kelima atau satu tab dalam komputer. Jarak antara baris satu dengan

baris berikutnya satu spasi, sedangkan jarak sumber satu dengan sumber

berikutnya dua spasi. Contoh :

Borg,W.R dan Gall, M. (1989). Educational Research. New York: Pitman

Publishing Inc.

Isaac, S. (1981). Handbook in Research and Evaluation. California: Edits

Publishers.

2.4.3.1 Cara penulisan Daftar Pustaka bedasarkan Jenis

1. Sumber berasal dari jurnal

Penulisan jurnal mengikuti urutan; nama belakang , nama depan penulis

(disingkat), tahun penerbitan (dalam tanda kurung), judul artikel (ditulis di

Page 22: Teknik Penulisan Karangan

22

antara tanda petik), judul jurnal dg huruf miring/ digarisbawahi dan ditulis

penuh, nomor volume dengan angka Arab dan digarisbawahi tanpa didahului

dg singkatan “vol”, nomor penerbitan (jika ada) dg angka Arab dan ditulis di

antara tanda kurung, nomor halaman dari nomor halaman pertama sampai

dengan nomor halaman terakhir tanpa didahului singkatan “pp” atau “h”.

Contoh:

Barret-Lennard, G-T. (1983). “The Empathy Cycle; Refinenement of Nuclear

Concept”. Journal of Conseling Psychology. 28, (2), 91 – 100.

2. Sumber berasal dari Buku

Kalau sumbernya buku, urutan-urutan penulisannya: nama belakang penulis,

nama depan (dapat disingkat), tahun penerbitan (dalam tanda kurung), judul

buku dengan huruf miring/digarisbawahi, edisi, kota asal, penerbit.

Contoh:

a. Jika ditulis oleh satu orang :

Poole,,M.E. (1976). Social Class and Language Utilization atthe

Tertiary Level. Brisbane: University of Queensland.

b. Jika ditulis oleh dua atau tiga orang, maka semua nama ditulis.

c. Jika ditulis oleh lebih dari tiga orang, digunakan et al (dicetak miring atau

digarisbawahi):

Ghiseli, E. et al (1981). Measurement Theory for for The Behavioral

Sciences. San Francisco: W.H. Freeman and Co.

d. Jika penulis sbg. penyunting:

Philip, H.W.S. dan Simpson G.L. (Eds) (1981). Australia in the World of

Education Today and Tomorrow. Canberra: Australian National

Commission.

e. Jika sumber mrpk. karya tulis seseorang dlm suatu kumpulan tulisan

banyak orang;

Pujianto. (1984). “Etika Sosial dalam Sistem Nila Bangsa Indonesia”

dalam Dialog Manusia, Falsafah, Budaya, dan Pembangunan. Malang :

YP2LPM.

f. Jika buku itu berupa edisi:

Page 23: Teknik Penulisan Karangan

23

Gabriel. (1970). Children Growing Up: Development of Children (third

ed.) London: University of London Press.

3. Sumbernya di luar Jurnal dan buku;

a. Berupa skripsi, tesis, atau disertasi:

Soelaeman,,M.I. (1985). Suatu Upaya Pendekatan Fenomenologis terhadap

Situasi Kehidupan dan Pendidikan dalam Keluarga dan Sekolah. Disertasi

Doktor pada FPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

b. Berupa publikasi Departemen

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). Petunjuk Pelaksanaan

Beasiswa dan Dana Bantuan Operasional, Jakarta: Depdikbud.

c. Berupa publikasi dokumen

Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. (1983). Laporan Penilaian

Proyek

Pengembangan Pendidikan Guru, Jakarta: Depdikbud.

d. Berupa makalah

Kartadinata, S. (1989). “Kualifikasi Profesional Petugas Bimbingan

Indonesia: Kajian Psikologi”. Makalah pada Konvensi 7 IPBI, Denpasar.

e. Berupa surat kabar

Sanusi, A. (1986). “Menyimak Mutu Pendidikan dengan Konsep Takwa dan

Kecerdasan , Meluruskan Konsep Belajar dalam arti Kualitatif”. Pikiran

Rakyat (8 September 1986).

4. Sumbernya dari Internet

a. Bila karya perorangan, cara penulisannya:

Pengarang/penyunting. (Tahun). Judul (edisi), (Jenis medium). Tersedia

alamat di internet, (tanggal diakses). Contoh:

Thomson, A. (1998). The Adult and the Curriculum. (Online).

Tersedia:http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-Yearbook/ 1998/thompson.hotml

(30 Maret 2000)

b. Bila bagian dari karya kolektif, cara penulisannya: Pengarang/penyunting.

(Tahun). Dalam sumber (edisi), (Jenis media) Penerbit.

Page 24: Teknik Penulisan Karangan

24

Tersedia alamat di internet, (tanggal diakses). Contoh: Daniel,R.T. (1995).

The History of Western Musiic. In Britanica online Macropedia (Online)

Tersedia:http: //www.eb. Com: 180/ cgibin/g:DocF=macro/5004/45/0.html

(28 Maret 2000)

c.Bila artikel dalam jurnal. Cara penulisannya:

Supriadi, D. (1999). Restructuring the Schoolbook Provision System in

Indonesia: Some Recent Initiatives. Dalam Educational Policy Analysis

Archives (Online), Vol 7 (7), 12 halaman. Tersedia :http://epaa.asu.edu./

epaa/v7n7.html/ (17 Maret 2000)

d. Bila artikel dalam majalah. Cara penulisannya:

Goodstein, C. (1991, September). Healers from the deep. American Health.

(CD-ROM), 60-64. Tersedia:1994 SIRS/SIRS 1992 Life Science/Article

08A(13 Juni 1995)

e.Bila artikel di surat kabar. Cara penulisannya:

Cipto, B. (2000, 27 April). Akibat Perombakan Kabinet Berulang, Fondasi

Reformasi Bisa Runtuh. Pikiran Rakyat (Online), halaman 8. Tersedia

:http://www.(pikiran rakyat.com (9 Maret 2000)

f. Bila Pesan dari e-mail

Cara penulisannya:

Pengirim (alamat e-mail pengirim). (Tahun, tanggal, bulan). Judul pesan . E-

mail kepada penerima (alamat e-mail penerima)

Contoh:

Musthafa, Bachrudin ([email protected]). (2000, 25 April). Bab V

Laporan Penelitian . E-mail kepada Dedi Supriadi ([email protected]).

2.5 9 TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH SECARA UMUM

Seperti halnya proses produksi lainnya, menulis juga memerlukan teknik tertentu.

Sehingga dapat menghasilkan tulisan yang baik, bermanfaat. Teknik menulis jenis

tulisan yang satu dengan lainnya itu berbeda.

Berikut teknik menulis secara umum yang dapat dipakai untuk membuat sebuah tulisan;

1. Menentukan Jenis Tulisan

Page 25: Teknik Penulisan Karangan

25

Hal ini perlu dilakukan lebih dahulu karena akan berpengaruh pada hal-hal yang

perlu diperhatikan selanjutnya dalam teknik menulis. Untuk menulis cerita

anak, tentu tekniknya akan berbeda dengan menulis puisi, menulis renungan,

atau menulis kesaksian.

2. Memertimbangkan Pembaca

Hal ini adalah salah satu metode agar tulisan dibaca oleh pembaca. Berikan

sesuatu yang mereka butuhkan, yang mendidik, memberi informasi, maupun

yang menghibur.

3. Berorientasi pada Publikasi

Selain memertimbangkan pembaca, berorientasi pada publikasi akan menolong

penulis untuk menghasilkan tulisan yang bagus. Penulis juga dapat mempelaja r i

tulisan seperti apa yang diinginkan suatu media tertentu jika tahu ke mana tulisan

tersebut akan dipublikasikan.

4. Menentukan Tema dan Mencari Ide Tulisan

Dari tema yang sudah ditentukan, munculkan ide-ide yang baru dan menarik.

Untuk menunjang ide-ide, lakukan persiapan-persiapan bahan, bahkan riset

sehingga tulisan semakin akurat.

5. Mengembangkan Ide

Jika tema dan ide sudah ditentukan, teknik selanjutnya adalah

mengembangkannya. Ide tidak akan menjadi sebuah tulisan jika penulis tidak

mengembangkannya. Kembangkan ide dalam kalimat-kalimat sehingga dapat

dipahami oleh pembaca.

6. Memerhatikan Unsur-Unsur Tulisan

Dalam mengembangkan ide, perlu diperhatikan pula unsur-unsur tulisan.

Pakailah kata dan kalimat yang efektif. Sehingga pembaca tidak akan bingung

dengan pemaparan ide. Namun, unsur tulisan ini juga perlu memerhatikan jenis

tulisan yang akan dibuat.

7. Menciptakan Gaya Tulisan

Buatlah gaya sendiri. Jangan meniru gaya tulisan orang lain. Hal ini memang

tidak mudah bagi pemula, apalagi kalau mempunyai penulis yang diidolakan.

Biasanya gaya menulis akan terpengaruh olehnya. Namun jangan putus asa,

Page 26: Teknik Penulisan Karangan

26

dengan latihan terus-menerus, akhirnya seorang penulis bisa menciptakan

gayanya sendiri.

8. Menguasai EyD

Meskipun ada seorang editor yang akan mengedit tulisan, seorang penulis

sebaiknya juga menguasai ejaan yang disempurnakan dengan baik. Bagaimana

memakai tanda baca, memakai kata dan kalimat baku, menggunakan awalan

maupun kata depan, dan lain sebagainya, lebih baik dikuasai karena hal tersebut

akan menunjang tulisan penulis nantinya.

9. Melakukan Swasunting

Editing bukan semata-mata tugas editor. Penulis yang baik juga melakukan tugas

editing untuk tulisannya sendiri. Setelah Anda menyelesaikan tulisan Anda,

lakukan swasunting untuk memerbaiki tata bahasa kalimat dalam tulisan Anda.

Swasunting ini tidak hanya berlaku bagi pemula, semua penulis hendaknya

melakukannya.

Kunci dari cara menulis di atas adalah berlatih menulis terus-menerus. Karena

keterampilan menulis tidak dapat diperoleh secara instan, namun memerlukan latihan

dan ketekunan yang akan mengantarkan Anda menjadi seorang penulis yang andal.

Page 27: Teknik Penulisan Karangan

27

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kriteria karya ilmiah yang sekaligus menjadi ciri pembeda dengan karangan nonilmiah

terletak pada ada atau tidaknya masalah (teori), hasil penelitian (data), dan analisis.

Karya ilmiah harus diorganisasikan sesuai dengan metode ilmiah dengan mengikuti

prosedur pemilihan topik sampai penulisan final serta harus mengindahkan konvensi

penaskahan.

Untuk dapat menulis karya ilmiah, kualifikasi pendidikan lebih berperan daripada

bakat, dan menulis ilmiah merupakan keterampilan yang bisa dilatih dan dipelajari.

Di samping penguasaan metode dan teknik penulisan, kemampuan menggunakan

bahasa tulis ilmiah sangat menentukan mutu dan efektivitas suatu karangan.

Semua jenis dan bentuk 9 teknik penulisan karangan memerlukan penguasaan dan

aspek tata kalimat bahasa yang baik dan benar. Dalam membuat penulisan teknik

karangan, tidak hanya asal membuat saja tetapi harus sesuai dengan urutan dari teknik

tsb. Kita juga harus mengerti dulu apa itu mengenai tentang karangan itu sendiri apa,

ciri ciri karangan dan macam – macam karangan.dan biasakan pula membuat penulisan

karangan harus dengan kata – kata yg efektif dan mudah dimegerti atau di pahami oleh

para pembacanya. Dengan berbahasa kita bisa mengungkapkan apa yang kita rasakan

dan kita pikirkan sehingga berbahasa bisa mengaktualisasikan perwujudan konsep-

konsep hasil pemikiran

3.2 SARAN

Dalam pembuatan penulisan sebuah karangan, haruslah di buat suatu kerangka

karangan terlebih dahulu agar mendapatkan suatu hasil penulisan karangan yang

sistematis, logis, jelas, terstr dan teratur tentunya akan menghasilkan suatu teknik

penulisan karangan yang berkualitas.