Top Banner
BAHAN AJAR TEKNIK PENDAMPINGAN DAN MANAJEMEN KONFLIK DISAJIKAN PADA DIKLAT FASILITATOR PENDAMPINGAN HUTAN TANAMAN RAKYAT 0
35

Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

Jul 26, 2015

Download

Documents

scribdkuadi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

BAHAN AJAR

TEKNIK PENDAMPINGAN DAN MANAJEMEN KONFLIK

DISAJIKAN PADA

DIKLAT

FASILITATOR PENDAMPINGAN HUTAN TANAMAN RAKYAT

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

MAKASSAR, APRIL 2012

0

Page 2: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu dari enam kebijakan prioritas pembangunan kehutanan tahun

2010-2014 adalah Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan.

Pemanfaatan hutan alam dalam memenuhi kebutuhan industri kehutanan saat

ini sudah tidak dapat diharapkan lagi. Kondisi hutan alam yang terdegradasi

baik akibat illegal logging dan kebakaran hutan, berimpilkasi pada berkurangnya

suplai kayu untuk industri kehutanan. Pengembangan hutan tanaman, baik

hutan tanaman industri maupun hutan tanaman rakyat merupakan salah cara

untuk memenuhi kebutuhan industri kayu nasional.

Sejak tahun 2007 Pemerintah melalui Kementerian Kehutanan

menggiatkan program Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Kebijakan HTR terkait

dengan kebijakan Pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan (pro-poor),

menciptakan lapangan kerja baru (pro-job) dan memperbaiki kualitas

pertumbuhan melalui investasi yang proporsional antar pelaku ekonomi (pro-

growth). Kebijakan HTR memberikan akses lebih kepada masyarakat dalam

pengelolaan sumberdaya hutan.

Salah satu kelemahan berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah,

termasuk Kementerian Kehutanan adalah kurangnya perhatian pada proses

pembelajaran, baik bagi masyarakat maupun para pihak yang terlibat dalam

program tersebut. Diperlukan suatu pra kondisi agar masyarakat dapat

memanfaatkan akses yang disediakan dengan sebaik-baiknya, dan dapat

berpartisipasi, meningkatkan kapasitas dan kesejahteraannya melalui akses

yang didapat tersebut. Untuk mempersiapkan pra kondisi masyarakat tersebut

dibutuhkan proses pendampingan secara intensif.

Dalam mewujudkan pelaksanaan pendampingan yang efektif, agar

tercapai program HTR yang efisien dan efektif, maka pendamping perlu

memahami teknik pendampingan dan manajemen konflik sehingga dalam

pelaksanaan pendampingan terutama dalam pelaksanaan fisik di lapangan,

penguatan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat akan dapat diperoleh

hasil sesuai dengan yang diharapkan dan direncanakan.

B. Maksud dan Tujuan

1

Page 3: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

Penyampaian mata diklat ini dimaksudkan untuk memberi pengetahuan

pada peserta diklat tentang teknik pendampingan dan manajemen konflik.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan mata diklat ini meliputi tujuan dan fungsi

pendampingan, prinsip-prinsip pendampingan, metode dan teknik

pendampingan, pengertian konflik, respon dan gaya tanggapan konflik, langkah-

langkah penyelesaian konflik.

D. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini diharapkan peserta diklat

mampu memahami teknik pendampingan dan manajemen konflik.

E. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini perserta diharapkan mampu:

1. Menjelaskan tujuan dan fungsi pendampingan

2. Menjelaskan dan menerapkan prinsip-prinsip pendampingan

3. Menjelaskan dan menerapkan metode dan teknik pendampingan

4. Menjelaskan tugas/peran pendamping

5. Menjelaskan pengertian konflik

6. Menjelaskan dan menerapkan respon dan gaya tanggapan konflik

7. Menjelaskan dan menerapkan langkah-langkah penyelesaian konflik

II. TUJUAN DAN FUNGSI PENDAMPINGAN

Program HTR memerlukan proses pembelajaran bersama, baik bagi

masyarakat maupun para pihak yang terlibat dalam program tersebut, sehingga

dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Bagi masyarakat, diperlukan suatu pra

kondisi agar masyarakat memiliki kapasitas sehingga dapat memanfaatkan

akses yang disediakan dengan sebaik-baiknya, berpartisipasi secara aktif, dan

dapat meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya. Untuk mempersiapkan pra

kondisi masyarakat tersebut dibutuhkan proses pendampingan.

2

Page 4: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

A. Pengertian Pendampingan

Ada banyak definisi pendampingan yang digunakan oleh Kementerian

Kehutanan, antara lain:

1. Proses belajar bersama dalam mengembangkan hubungan kesejajaran,

hubungan pertemanan atau persahabatan, antara dua subyek yang dialogis

untuk menempuh jalan musyawarah dalam memahami dan memecahkan

masalah, sebagai suatu strategi mengembangkan partisipasi masyarakat

menuju kemandirian (Permenhut No. P.03/Menhut-V/2004);

2. Kegiatan yang dilakukan bersama-sama masyarakat dalam mencermati

persoalan nyata yang dihadapi di lapangan selanjutnya didiskusikan

bersama untuk mencari alternatif pemecahan ke arah peningkatan

kapasitas dan produktivitas masyarakat (Kepmenhut 132/Menhut-II/2004);

3. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang yang peduli terhadap masyarakat yang sedang

menghadapi masalah dan berusaha memfasilitasi masyarakat untuk

mengatasinya Pendampingan adalah suatu proses pencerdasan

masyarakat dan merupakan salah satu model penyuluhan dalam rangka

pemberdayaan masyarakat (Pusbinluhhut, 2002).

4. Kegiatan yang dilakukan oleh agen pembangunan (Pemerintah, LSM,

Perguruan Tinggi, Swasta) bersama-sama masyarakat dalam mencermati

persoalan nyata yang dihadapi persoalan nyata yang dihadapi di lapangan

selanjutnya didiskusikan bersama untuk mencari alternatif pemecahan ke

arah peningkatan kapasitas dan produktivitas masyarakat (Perdirjen BPK

P.01/VI-B).

Pengertian pendampingan lainnya, adalah:

1. Kegiatan memfasilitasi proses pembelajaran secara nonfomal untuk

mencapai keberdayaan masyarakat.

2. Upaya yang dilakukan oleh fasilitator untuk membantu dan memfasilitasi

petani (dan kelompok tani) dalam pengembangan usaha di bidang

kehutanan untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian, keterampilan

dan kelembagaannya agar secara mandiri mengembangkan jejaring dan

kemitraan usahanya dengan pihak-pihak yang berkompeten. Pendampingan

juga merupakan strategi mengembangkan partisipasi masyarakat menuju

kemandirian

3

Page 5: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

3. Petugas pendamping/fasilitator adalah orang yang ditugaskan khusus

sebagai pendamping dalam upaya pelaksanaan fisik, penguatan

kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat.

B. Tujuan Pendampingan

Tujuan pendampingan pada dasarnya mencakup dua elemen pokok yaitu

tumbuhnya kemandirian dan partisipasi aktif masyarakat. Kemandirian

merupakan kemampuan untuk pelepasan diri dari keterasingan, atau

kemampuan untuk bangkit kembali pada diri manusia yang mungkin sudah

hilang karena adanya ketergantungan, eksploitasi dan sub ordinasi (Najiyati

et.al, 2005). Kemandirian adalah perwujudan kemampuan seseorang untuk

memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,

yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan yang

terbaik. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kondisi

yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya

secara bebas, sesuai dengan pilihan dan kemauannya sendiri, dan kemampuan

melakukan kerja sama dengan pihak di luar dirinya untuk mencapai kehidupan

yang lebih baik.

Partisipasi aktif masyarakat merupakan proses keterlibatan

masyarakat secara aktif dalam keseluruhan proses pendampingan, mulai dari

pengambilan keputusan dalam identifikasi masalah dan kebutuhan,

perencanaan program, pelaksanaan program serta evaluasi dan menikmati hasil.

Masyarakat akan terlibat secara aktif dalam kegiatan pendampingan bila

didasari oleh adanya kesadaran masyarakat tentang penting dan bermanfaatnya

kegiatan tersebut. Oleh karenanya proses pendampingan penting sekali

didahului dengan proses penyadaran masyarakat, sehingga tidak menghasilkan

partisipasi yang semu.

Bila dikaitkan dengan pembangunan HTR, tujuan pendampingan meliputi:

1. Pendampingan teknis kegiatan pembangunan HTR,

2. Penguatan kelembagaan KTH,

3. Membangun jaringan usaha maupun hubungan kemitraan dengan

pemerintah dan stakeholder lainnya.

4. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan HTR dan pengembalian dana

pinjaman.

4

Page 6: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

C. Fungsi Pendampingan

Dilihat dari tujuannya, terdapat empat fungsi utama pendampingan, Yakni:

1. Fungsi fasilitasi, berupa sekumpulan kegiatan yang pada intinya

memudahkan dan melancarkan sutau proses/kegiatan sehingga dapat

berjalan dengan baik dan dilakukan dengan penuh kesadaran.

2. Fungsi edukasi, berupa sekumpulan kegiatan yang pada intinya memberikan

bimbingan, pengajaran dan latihan sehingga terjadi perubahan pengetahuan,

sikap dan keterampilan masyarakat.

3. Fungsi mediasi, yang pada intinya menjembatani beberapa pihak untuk dapat

bekerjasama secara sinergik.

4. Fungsi advokasi yang pada intinya mempengaruhi pendapat dan

meningkatkan kesadaran di antara pengambil keputusan dan masyarakat

atas sebuah masalah dalam rangka menghasilkan berbagai perubahan

kebijakan dan perbaikan situasi yang lebih berpihak pada kepentingan

masyarakat serta mengakui bahkan melindungi hak masyarakat dengan tidak

mengabaikan kepentingan yang lebih besar

Ketiga fungsi tersebut dapat dielaborasi menjadi lebih operasional sebagai

berikut:

1. Menjaga agar semangat, kemauan, ide-ide dan gagasan kelompok tani tetap

tinggi sehingga kegiatan HTR lancar.

2. Memacu dan meningkatkan kegiatan kelompok tani sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuan kelompok tani

3. Membangkitkan kesadaran, memberikan informasi dan mentransfer

pengetahuan sehingga masyarakat tahu akan adanya inovasi dan

meningkatkan kemampuan masyarakat.

4. Mengurangi, menghentikan dan mengingatkan apabila ada kegiatan atau

sikap yang menyimpang dan tidak mendukung kegiatan HTR

5. mendinginkan konflik dan ketegangan yang merugikan kelompok lain

6. Membantu kelompok tani dalam menaghadapi permasalahan yang muncul

7. Membimbing kelompok tani untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama

8. Mengembangkan jaringan kerjasama dalam kelompok, antar kelompok,

instansi terkait, lembaga keuangan dan mitra lainnya.

5

Page 7: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

9. Memberikan masukan kepada pengambil kebijakan atas persoalan yang

dihadapi oleh masyarakat dan memberi saran penyelesaian atas persoalan

tersebut sehingga dapat diambil keputusan yang tepat.

D. Karakteristik Pendamping

Pekerjaan sebagai pendamping bukan suatu tugas yang mudah.

Pendampingan adalah suatu keahlian dan dapat dianggap sebagai suatu misi.

Sedikitnya terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pendamping,

yaitu :

1. Pendamping harus memiliki kompetensi dan kapasitas kognitif serta

pengetahuan yang dalam dan luas di bidangnya;

2. Pendamping memiliki komitmen profesional, motivasi serta kematangan

emosional yang ditujukan dalam pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan;

dan

3. Pendamping memiliki kemauan yang sangat kuat untuk membagi apa yang

dianggapnya baik bagi sesamanya (orang lain).

III.PRINSIP-PRINSIP PENDAMPINGAN

A. Pengertian Prinsip

Secara etimologi, prinsip adalah dasar, permulaan, aturan pokok. Prinsip

dapat juga diartikan sebagai permulaan, tempat pemberangkatan, titik tolak.

Dengan demikian, prinsip adalah asas/dasar/landasan/pokok pikiran yang

dijadikan pijakan atau titik tolak untuk bertindak. Prinsip dijadikan pedoman

petunjuk agar tindakan yang dilakukan memiliki koridor yang jelas.

Prinsip, dapat difahami sebagai ketentuan yang harus ada atau harus

dijalankan.  Atau boleh juga  dan dapat  berarti suatu aturan umum yang

dijadikan sebagai panduan (misalnya untuk dasar perilaku). Prinsip berfungsi

sebagai dasar (pedoman) bertindak, bisa saja sebagai acuan proses dan

dapat pula sebagai target capaian. Prinsip biasanya mengandung hukum

kausalitas atau hubungan sebab-akibat. Sebagai contoh: bila permintaan kayu

meningkat maka pasokan kayu juga harus meningkat, Apapun pekerjaan kita

6

Page 8: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

waktu untuk bersantai atau rilek harus ada. Apapun bentuk program kehutanan,

harus  mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.

B. Prinsip-Prinsip Pendampingan

Ada beragam pendapat mengenai prinsip-prinsip pendampingan, tetapi

secara esensial beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam

pendampingan HTR antara lain:

1. Keterbukaan antara pendamping dan kelompok tani yang didampingi;

2. Demokratisasi dalam setiap kegiatan pendampingan yang dilaksanakan;

3. Adanya kepastian hak, kewajiban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan

pembangunan HTR;

4. Mendorong masyarakat memecahkan masalahnya sendiri;

5. Menggali dan mengembangkan potensi kelompok tani untuk melaksanakan

pembangunan HTR;

6. Kesetaraan dan kesejajaran antara pendamping dan kelompok tani yang

didampingi dalam proses belajar bersama;

7. Tidak memaksakan sesuatu di luar kemampuan dan kebiasaan yang dimiliki

kelompok tani dan anggotanya;

8. Saling melengkapi antara pendamping dan kelompok tani serta anggotanya;

9. Membuka dialog dan kerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak lainnya

IV.METODE DAN TEKNIK PENDAMPINGAN

Salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan kegiatan

pendampingan HTR adalah pemilihan dan penggunaan metode dan teknik

pendampingan yang tepat sehingga kegiatan HTR dapat berjalan dengan efisien

dan efektif sebagaimana yang diharapkan. Ketepatan dalam memilih dan

menerapkan metode bergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi oleh

petugas pendamping. Tidak semua metode dan teknik dapat dilakukan, tetapi

sifat lokalitas daerah yang didampingi menjadi acuan yang penting dalam

pemilihan metode dan teknik pendampingan. Artinya, tidak ada satupun metode

dan teknik pendampingan yang ampuh untuk keberhasilan program HTR. Setiap

metode dan teknik memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing, oleh

7

Page 9: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

karena itu kombinasi beberapa metode dan teknik merupakan cara yang tepat

agar berbegarai metode dan teknik tersebut saling melengkapi.

A. Metode Fasilitasi/Pendampingan

Beberapa metode pendampinga/fasilitasi yang dapat digunakan dalam

kegiatan pendampingan pembangunan HTR meliputi:

1. Metode Ceramah

Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi

metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan

dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah

pendapat, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang

dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan

peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat

dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti handouts,

transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan

dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.

2. Metode Diskusi

a. Diskusi Umum (Diskusi Kelas)

Metode diskusi umum (diskusi kelas)

bertujuan untuk tukar menukar

gagasan, pemikiran,

informasi/pengalaman diantara

peserta, sehingga dicapai kesepakatan

pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan

tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan

peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai

hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak

terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan

(ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain.

b.Diskusi Kelompok

Sama seperti diskusi, diskusi kelompok

adalah pembahasan suatu topik

dengan cara tukar pikiran antara dua

orang atau lebih, dalam kelompok-

kelompok kecil, yang direncanakan

8

Page 10: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana

saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi

peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas.

Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat

atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu

persoalan. Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi

pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi

umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan

pemaparan hasil diskusi kelompok.

Kesuksesan proses diskusi pada dasarnya bergantung pada keterampilan

pendamping dalam memberikan serangkaian pertanyaan yang memandu

kelas/kelompok dalam perjalanan dialognya. Rangkaian pertanyaan ini

membawa kelompok melalui empat tingkatan kesadaran: Obyektif, Reflektif,

Interpretatif, dan Keputusan yang disingkat ORIK. Struktur tersebut

memungkinkan kelompok untuk melaju dari diskusi di tingkat permukaan sampai

ke tingkat kedalaman pandangan dan makna

3. Metode Curah Pendapat (Brainstorming)

Metode curah pendapat adalah suatu

bentuk diskusi dalam rangka

menghimpun gagasan, pendapat,

informasi, pengetahuan, pengalaman,

dari semua peserta. Berbeda dengan

diskusi, dimana gagasan dari

seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak

disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat

pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk

membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua

peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi,

peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran

bersama.

4. Metode Bermain Peran (Role-Play)

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’

peranperan yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di

dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar

peserta memberikan penilaian terhadap. Misalnya: menilai keunggulan maupun

9

Page 11: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan

saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini

lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan

bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

5. Metode Simulasi

Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk

mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun

fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam

kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di

dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek

penanaman, petani melakukan melakukan simulasi penanaman terlebih dahulu

(belum benar-benar menanam). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus

dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi

kenyataan). Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan pendampingan/fasilitasi,

seorang peserta melakukan simulasi suatu metode pembelajaran seakan-akan

tengah melakukannya bersama kelompok yang didampinginya. Pendamping

lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui

dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.).

Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran.

Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri

saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.

6. Metode Sandiwara

Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang

menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan.

Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa

peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan

berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan

analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, ranah penyadaran dan

peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.

7. Metode Demonstrasi

Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan

peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah

pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada

peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi

proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk

10

Page 12: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah

demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,

peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat,

melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang

dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana

keterampilan.

8. Metode Praktek Lapangan

Metode praktik lapangan bertujuan untuk

melatih dan meningkatkan kemampuan

peserta dalam mengaplikasikan

pengetahuan dan keterampilan yang

diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di

‘lapangan’. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang

diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu

kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode

praktek adalah pengembangan keterampilan.

9. Metode Permainan (Games)

Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain

pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker

adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah

situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk

membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.

Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan

untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak

(akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan

belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira

meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan

digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu

kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu

‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam

proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau

pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-

nilai.

B. Keterampilan Dasar/Teknik Fasilitasi/Pendampingan

11

Page 13: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

Efisiensi dan efektivitas penerapan metode pendampingan/fasilitasi

bergantung pada teknik atau keterampilan dasar fasilitasi yang dimiliki oleh

pendamping/fasilitator. Keterampilan dasar fasilitasi tersebut pada hakekatnya

merupakan kemampuan komunikasi (verbal dan non verbal). Kemampuan dasar

fasilitasi (komunikasi) tersebut kemudian diimplementasikan ke dalam konteks

interpersonal dan kelompok/organisasi. Keterampilan dasar fasilitasi tersebut

meliputi:

1. Bersifat netral (Stay neutral on content): Ketikan menjalankan fungsi

fasilitasi, pendamping harus memfokuskan diri pada proses bukan pada

isi/materi (content) dan menghindari memberikan pendapat terhadap topik

yang didiskusikan.

2. Mendengarkan secara aktif (listen actively): pendamping harus

mendengarkan apa yang sedang dikatakan oleh orang lain dan gunakan

komunikasi non verbal seperti: memandangi mata lawan bicara, serta

gunakan bahasa tubuh yang menunjukan kepenuhperhatian, dan biarkan

lawan bicara mengetahui bahwa kita bersungguh-sungguh memperhatikan

apa yang sedang ia bicarakan. Pandangi orang yang berbicara, dekati untuk

menunjukkan ketertarikan atas apa yang disampaikan, dan gunakan

keterampilan failitasi lainnya untuk mendorong terciptanya partisipasi penuh.

3. Memandang/mengamati lawan bicara secara seksama (look thoroughly):

Pendamping perlu memperhatikan komunikasi non verbal lawan bicara untuk

mencocokan komunikasi verbal dan nonverbal dalam rangka mengurai

kesesuaian materi dan emosi lawan bicara. Tempatkan diri seolah-olah kita

berada pada posisi lawan bicara, dengan mengajukan pertanyaan kepada diri

sendiri: “Bagaimana perasaan saya jika saya berada pada posisi lawan

bicara?”. Coba tafsirkan pesan yang disampaikan berdasarkan pola pikir

lawan bicara, tidak dengan pola pikir kita.

4. Bertanya (ask question): Keterampilan ini adalah yang terpenting. Ketika

pendamping berusaha memahami orang lain, pendamping perlu

menggajukan beberapa pertanyaan. Pengajuan pertanyaan dimaksudkan

untuk mengundang timbulnya partisipasi (misal: sudah anda siapkah anda

untuk berdiskusi), memperoleh kejelasan informasi (misal: apa yang anda

maksud dengan saya belum mengerti),) menguji asumsi/dugaan (misal: Kalau

tidak salah anda mengatakan bahwa anda mengalami kesulitan dalam

memperoleh pupuk), untuk mengetahui perasaan orang lain (misal: apakah

anda merasa terbebani dengan kegiatan ini), dan sebagainya.

12

Page 14: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

5. Penggalian informasi lebih dalam (probing): Keterampilan untuk menggali

lebih jauh suatu gagasan atau pikiran seseorang. Keteerampilan ini dilakukan

untuk membantu memahami lebih mendalam pernyataan peserta. Teknik ini

digunakan untuk memperoleh lebih banyak informasi dan mendorong peserta

lebih banyak berdiskusi. Teknik dapat membantu kelompok dalam mencari

akar masalah, membantu orang lain memahami lebih jauh, dan mendorong

peserta berpikir lebih mendalam. Sangat penting diketahui kapan teknik ini

digunakan. Jika diterapkan secara terbuka dan hati-hati, probing sangat

penting dan bermanfaat. Sebaliknya, bila dilakukan berlebihan dapat

membuat pesrta merasa diinterogasi atau ada peserta lain yang merasa

diabaikan. Di samping itu pendamping/fasilitator juga terlihat tidak netaral

atau arah diskusi malah tidak jelas.

6. Membuat Ikhtisar/parafrase (Paraphrase): Pendamping harus terampil

mengulang apa yang disampaikan oleh orang lain dengan kata-kata (bahasa)

sendir sehingga menjadi lebih sederhana dan komunikatif tanpa

menghilangkan atau mengubah makna aslinya. Selain bermanfaat untuk

memastikan oemahaman pendamping, teknik ini juga memberitahukan pada

masyarakat bahwa pendamping mendengar mereka, dan memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk mendengarkan poin yang disampaikan

untuk kedua-kalinya sehingga dapat memperjelas ide. Teknik ini juga

memberikan kesempatan kepada pendamping untuk memastikan apakah ia

telah mendengar, apa yang disampaikan, dengan baik atau belum (salah

interpretasi).

7. Menyimpulkan (summarize) Setelah mendengarkan pendapat atau ide dari

semua pihak, pendamping seharusnya menawarkan kesimpulan. Kesimpulan

dibuat secara partisipatif dan berdasarkan pada ide-ide yang muncul dalam

diskusi. Pembuatan kesimpulan juga berfungsi sebagai koridor agar

pembicaraan tetap fokus pada topik, tidak terlalu melebar dari sebelumnya.

Keterampilan membuat kesimpulan selain membantu pendamping mengerti

maksudnya, juga memudahkan peserta lain untuk turut memahaminya. Cara

mudah untuk membuat kesimpulan adalah dengan mengambil kata-kata

kunci dari subyek pembicaraan. Namun perlu berhati-hati untuk tidak

meyederhanakan pemikiran seseorang. Pembuatan kesimpulan juga

merupakan cara yang baik untuk membangkitkan kembali diskusi atau

mengakhiri diskusi ketika diskusi kelihatannya hampir selesai.

13

Page 15: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

Lantai tiga : Mendukung perencanaan tindak lanjutKomunikasi Dukungan, monitoring dan evaluasi diriInterpersonal Memantau proses pertemuan Membantu penyusunan agenda yang realistis Mengusulkan proses pertemuan

BANGUNAN FASILITASI

Lantai dua: Mendukung penyelesaian konflikTeknik-teknik Menciptakan solusi inklusifKomunikasi kelompok Mendorong pemecahan bersama Memantau peran dan tahapan kelompok Membangun dinamika kelompok dan semangat kerja Mendorong partisipasi penuh Memberi dan menerima umpan balik Membangun kepercayaan dan percaya diriLantai satu: Mendorong diskusiKomunikasi ParafraseInterpersonal Probing atau menggali lebih dalam Bertanya dan menjawab pertanyaan Mengamati dan menyimakLantai dasar : sikap-sikap dasar bekerja dengan orang lainEmpati Minat Selalu bersikap positif Selalu percaya pada potensi Klp

Penggunaan keterampilan komunikasi bersifat gradasi (bertingkat),

dimana setiap tingkatan keterampilan dasar tersebut berisi teknik-teknik

fasilitasi yang memiliki peran dalam menjaga efisiensi dan efektivitas metode

pendampingan yang digunakan.

Setiap tingkatan keterampilan fasilitasi dapat diibaratkan sebagai arsitek

dan penjaga bangunan bertingkat dengan fondasi tiga lantai. Setiap tingkat dari

rumah bertingkat tersebut merupakan proses atau tahapan yang terjadi dalam

penerapan suatu metode pendampingan.

V. TUGAS/PERAN PENDAMPING

14

Page 16: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

A. Persyaratan Pendamping

Persyaratan pendamping dalam pembangunan HTR (Permenhut Nomor:

P.9/Menhut-II/2008) adalah:

1. Penyuluh Lapangan Kehutanan, Koperasi/Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM)/Tenaga Kerja Sarjana Terdidik (TKST)/Tenaga Kerja Sosial yang

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pembangunan usaha

HTR

2. Diprioritaskan Penyuluh Kehutanan Pegawai Negeri Sipil, dan

3. Ditunjuk oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupati atau pejabat

yang ditunjuk.

B. Tugas/Peran Pendamping

Tugas dan peran pendamping pada hakekatnya merupakan

opresionalisasi dari fungsi pendampingan sebagaimana telah dinyatakan di atas.

Namun, demikian dalam Pembangunan HTR tugas dan peran pendamping dapat

dikerucutkan sebagai bertikut:

1. Pendampingan pelaksanaan teknis pembangunan HTR

Pendampingan pelaksanaan teknis pembangunan HTR dimulai dari tahap

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan HTR hingga pemasaran hasil

produksi, antara lain dengan cara:

Mengenali Potensi dan Usaha Masyarakat / KTH

Mencari Informasi Teknis Pembangunan HTR

Memberikan Informasi dan Melatih Masyarakat / KTH untuk keberhasilan

pembangunan HTR dan peningkatan kualitas produksi

2. Pendampingan penguatan kelembagaan KTH.

Pendampingan penguatan kelembagaan KTH dapat dilakukan dengan cara

memfasilitasi anggota kelompok agar memiliki keterampilan yang dipandang

perlu untuk pengembangan kelompok, seperti:

a) Pembentukan dan Penguatan Kelembagaan/Organisasi

b) Pembagian Peran dan Tugas

c) Pembuatan Aturan/Kesepahaman/Kesepakatan

d) Menggalang Kerjasama

e) Membangun Kebersamaan dan Keterbukaan

15

Page 17: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

f) Tertib Administrasi dan Pelaporan

Pembinaan terhadap tertib administrasi (pembukuan) dan pelaporan

kelompok, seperti: 1) Admnistrasi kegiatan, meliputi: identitas anggota, pihak

lain yang telah berkunjung (buku tamu) hasil rapat/pertemuan kelompok

(notulen rapat), kegiatan kelompok, agenda surat masuk dan keluar dan

daftar inventaris kelompok dan 2) Administrasi keuangan, meliputi:

pembukuan keuangan kelompok terdiri atas: buku catatan pengeluaran dan

pemasukan, buku kas harian, arsip tanda bukti; dan pembukuan keuangan

simpan pinjam (jika ada kegiatan simpan pinjam), terdiri atas: buku catatan

pengeluaran dan pemasukan, buku simpan-pinjam anggota, buku kas harian,

arsip tanda bukti.

Perangkat adminitrasi dan pelaporan kelompok yang baik dan benar

diperlukan sebagai bahan informasi bagi kelompok maupun pihak lain yang

berkaitan dengan kelompok itu, seperti: usaha, permodalan, jaringan

kerjasama dan lain-lain.

3. Pendampingan usaha (produktivitas) dan kemitraan

Pendampingan usaha (produkrivitas) dan kemitraan dimaksudkan untuk

membantu masyarakat/KTH :

1) Mengenali potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia

2) Mencermati peluang usaha

3) Mengenali informasi peluang pasar

4) Mencara atau menjembatani mitra kerja dengan masyarakat

5) Membantu proses pembutan kesepakatan (MoU) dengan pemerintah,

dunia usaha dan stakeholder lainnya

6) Menggalang kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar dengan

masyarakat

VI.PENGERTIAN KONFLIK

“Hal yang terpenting bukanlah terjadi atau tidaknya

konflik, tetapi bagaimana konflik tersebut dihadapi dan

dikelola untuk dapat diselesaikan dan diarahkan pada

terciptanya perubahan yang lebih baik”

16

Page 18: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

Konflik merupakan fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat.

Masyarakat desa pun tidak terlepas dari libatan fenomena tersebut. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Sajogyo dan Sajogyo (1995) bahwa di masyarakat

desa sering muncul peluang terjadinya pertengkaran dan peledakan peristiwa

yang disebabkan oleh masalah-masalah tanah, kedudukan dan gengsi, sekitar

hal perkawinan, perbedaan paham antara kaum tua dengan kaum muda tentang

adat, dan perbedaan antara pria dan wanita.

Mengingat konflik merupakan gejala yang serba hadir dalam masyarakat,

maka konflik tidak mungkin dihilangkan, melainkan hanya dapat diatur

mekanisme penyelesaiannya. Sesungguhnya konflik itu eksis didalam kehidupan

mikro dan makro sosiologis masyarakat. Selama konflik tidak berpotensi

kekerasan hal tersebut merupakan fenomena yang lumrah, namun apabila

berpotensi terjadinya kekerasan akan berdampak negatif terhadap bangsa dan

negara.

Menangani konflik yang ada dalam masyarakat bukanlah pekerjaan yang

mudah, terutama bagaimana memelihara konflik agar tetap berada pada kadar

tertentu yang tidak membahayakan semua elemen. Oleh karena itu, seorang

fasilitator/pendamping diharapkan mampu mencermati potensi-potensi konflik

yang ada dalam masyarakat untuk kemudian dapat diarahkan kepada hal-hal

yang bersifat konstruktif. Konflik yang sudah terjadi diharapkan dengan bantuan

fasilitator dapat diselesaikan sehingga tidak terjadi hal-hal yang bersifat anarkis

atau destruktif. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman manajemen

konflik untuk kemudian dapat diterapkan dalam aktivitas pekerjaannya sebagai

fasilitator/ pendamping masyarakat. Manajemen konflik adalah suatu

penanganan proses pembentukan (kemunculan) konflik yang diarahkan untuk

meningkatkan kinerja suatu kelompok masyarakat atau organisasi.

A. Pengertian Konflik

Berbagai pengertian konflik telah dinyatakan oleh banyak pakar yang

berasal dari kalangan akademisi, sosiolog, pengamat sosial serta praktisi/pekerja

sosial/pendamping masyarakat. Berikut ini beberapa pengertian tentang konflik:

1. Hubungan antara dua pihak atau lebih/individu atau kelompok, yang

memiliki atau merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan (Fisher,

2001).

17

Page 19: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

2. Pertentangan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok

berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang fihak lawan

yang disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan (Soekanto, 1996).

3. konflik adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih, yang dapat terjadi

pada konteks antarindividu, antarkelompok kecil bahkan antabangsa dan

negara (Sarwono, 2005)

4. Konflik merupakan suatu situasi dimana tindakan salah satu fihak bersifat

menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan fihak lain. Konflik

dapat menjadikan kita sadar tentang adanya suatu persoalan yang perlu

dipecahkan dalam hubungan dengan individu lain, sehingga menyadarkan

dan mendorong kita untuk melakukan perubahan dalam diri kita dan

memecahkan persoalan yang kita tidak sadari (Johnson dalam Edhar, 2003).

5. Konflik timbul saat beberapa fihak percaya aspirasi mereka tidak dapat diraih

bersama-sama, atau merasa adanya perbedaan dalam tata nilai, kebutuhan

atau kepentingan mereka. Dan sengaja menggunakan kekuasaan mereka

dalam usaha saling menyingkirkan atau mengubah untuk melindungi atau

mengatakan kepentingan mereka dalam interaksi ini (Anstey, 1997).

6. Pertentangan kekuatan yang berlawanan yang meliputi gagasan,

sumberdaya, kepentingan, harapan atau motivasi (Smith dan Berg, 1987).

7. Ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai dan keyakinan yang muncul

sebagai formasi baru yang ditimbulkan oleh perbedaan sosial yang muncul

bertentangan dengan hambatan yang diwariskan. Namun cara kita

menangani konflik adalah persoalan kebiasaan dan pilihan (Mill, 2002).

Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

pada prinsipnya konflik terjadi karena adanya perbedaan. Perbedaan ini

disebabkan oleh adanya kepentingan, ide, pemaknaan simbol maupun penyebab

lainnnya. Perbedaan tersebut kemudian dipertentangkan.

B. Jenis-Jenis Konflik

Terjadi perbedaan tinjauan dari para ahli mengenai jenis konflik.

Perbedaan ini disebabkan sudut pandang atau titik tolak pengkajian mengenai

konflik tersebut berbeda-beda, yang dilatarbelakangi oleh bidang keilmuwan

yang berbeda-beda dari masing-masing pakar tersebut. Berikut diberikan

beberapa jenis konflik berasarkan pandangan dari beberapa pakar, yaitu:

Pada dasarnya konflik sosial dapat dibagi menjadi dua jenis ( Surata dan

Taufik, 2001), yaitu:

18

Page 20: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

1. Konflik Sosial Vertikal

Konflik yang terjadi antara masyarakat dan negara.

2. Konflik Sosial Horizontal

Konflik sosial horizontal, yaitu konflik yang terjadi dalam masyarakat

sebagai akibat interaksi-interaksi sosial yang berlaku dalam masyarakat

tersebut. Konflik horizantal ini dapat terjadi antar individu dalam kelompok, antar

individu dengan kelompok, dan antar kelompok bahkan secara lebih luas antar

negara. Konflik horizantal ini terwujud dalam bentuk konflik antaretnis, suku,

golongan (agama) atau antar kelompok masyarakat (antarkampung,

antarpemuda dan lain-lain). Konflik horizontal, khususnya antar etnik, terjadi bisa

disebabkan oleh adanya kecemburuan sosial.

Soetrisno (2003), menyebutkan bahwa terdapat dua jenis konflik

berdasarkan sifatnya, yaitu:

1. Konflik yang bersifat destruktif /disfungsional

Konflik yang dipicu oleh rasa kebencian yang tumbuh didalam diri individu

atau kelompok yang masing terlibat konflik. Munculnya rasa kebencian itu

disebabkan berbagai hal. Salah satu sebab adalah adanya kecemburuan sosial.

Konflik ini biasanya mengarah pada anarkisme.

2. Konflik yang fungsional

Konflik yang menghasilkan suatu perubahan atau konsensus/kesepakatan

baru yang berakhir pada perbaikan. Konflik ini biasanya disebabkan hanya

karena adanya perbedaan pendapat dalam memandang suatu masalah yang

sama-sama dihadapi.

Beebe dan Masterson (1989), mengidentifikasi tiga jenis konflik

interpersonal yang terjadi dalam suatu kelompok kecil, yaitu::

1. Pseudo conflict atau konflik palsu

Yaitu konflik yang terjadi karena adanya salah

pengertian/misunderstanding. Sebenarnya, keduabelah pihak sama-sama setuju

atau mempunyai pandangan dan pendapat yang sama terhadap suatu masalah,

namun terjadi salah pengertian sehingga yang terlihat atau yang nampak adalah

ketidaksamaan.

2. Simple conflict atau konflik yang sesungguhnya

19

Page 21: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

Konflik yang terjadi karena keduabelah pihak “benar-benar” mempunyai

tujuan, kepentingan dan pandangan yang berbeda. Keduanya saling mencegah

atau menghalangi dalam pencapaian tujuan masing-masing.

3. Ego conflict atau konflik ego

Konflik ini terjadi karena seseorang, secara emosional, bersikap dan

berprilaku defensif karena menganggap bahwa posisinya akan tergeser atau

terganggu oleh orang lain.

Menurut Mastenbroek (1982) bahwa konflik dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa jenis yaitu :

1. Konflik instrumental

Yang merupakan masalah dalam konflik ini adalah tujuan-tujuan dan cara-

cara juga penentuan struktur dan prosedur-prosedur dalam rangka memenuhi

tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Konflik ini tidak bersifat pribadi dan

mengarah pada tugas, namun dapat mempunyai banyak bentuk: prioritas-

prioritas yang tak jelas atau priotas-priotas yang tidak hanya cukup dengan

mufakat saja, salah pengertian, penggunaan bahasa yang berbeda, kemampuan

berkomunikasi yang minim, adanya prosedur-prosedur yang tak memadai dalam

menangani masalah-asalah, kurangnya saling bertukar pendapat dan saling

menyesuaikan diri.

2. Konflik sosial emosional

Konflik ini muncul jika identitas diri menjadi masalah. Konflik ini berkaitan

dengan citra diri yang dimiliki seseorang, prasangka, masalah kepercayaan, dan

cara menangani hubungan-hubungan pribadi.

3. Konflik kepentingan

Konflik ini berhubungan dengan penyelamatan atau penguatan posisi

individu dengan cara menuntut posisi yang layak yang sesuai dengan potensi

atau kemampuan yang dimiliki.

Kelly dalam Koehler et al (1976) membagi konflik, bedasarkan

penyebabnya atau terjadinya, menjadi empat tingkatan:

1. Konflik dalam Individu

Konflik yang diakibatkan oleh rasa frustasi dan agresi perorangan.

2. Konflik dalam Kelompok

Konflik yang terjadi dikarenakan adanya perbedaan sistem nilai dan

ketidakpuasan terhadap pemenuhan kebutuhan.

20

Page 22: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

3. Konflik dalam organisasi

Berhubungan dengan pembagian kekuasaan dan penghargaan yang tidak

seimbang pada tiap level struktural dan pada pengelolaan fungsi-fungsi

organisasi tersebut.

4. Konflik dalam masyarakat

Dikarenakan adanya ketidakadilan antar kelas sosial dan antar kelompok

etnis.

VII. RESPON DAN GAYA TANGGAPAN KONFLIK

Setiap individu dalam kelompok, organisasi, atau masyarakat akan

menyikapi dan bereaksi terhadap timbul dan berkembangnya konflik dengan

respon dan gaya tanggapan yang berbeda-beda.

A. Respon terhadap Konflik

Respon adalah tingkah laku balasan (reaksi) terhadap

stimulus/rangsangan yang datang pada individu. Bentuk reaksi balas atau

jawaban ini bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut.

Respon seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif.

Apabila stimulusnya berupa konflik, terdapat beberapa cara individu merespon

konflik tersebut, yaitu:

1. Konfrontasi agresif

Reaksi yang bersifat emosional berupa perilaku menantang dan

menentang secara terang-terangan, terbuka, berhadap-hadapan dan memiliki

kecenderungan menyerang pihak lain yang dianggap sebagai lawan atau musuh.

Respon seperti ini pada suatu saat dapat membahayakan pihak lain. Dalam

konteks diskusi dalam kelompok, respon terlihat dalam bentuk pernyataan dan

pendapat yang saling menyerang. Pihak-pihak dalam suatu forum diskusi secara

langsung satu sama lain saling menyatakan pendapat dan menyerang pendapat

pihak lain dengan tujuan menjatuhkan atau mengeliminasi pendapat lawan.

2. Melakukan manuver negatif

21

Page 23: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

Respon ini mirip dengan respon sebelumnya yaitu adanya upaya

menantang dan menentang, bedanya respon ini dilakukan secara tidak secara

terang-terangan atau berhadap-hadapan melainkan dalam bentuk gerakan-

gerakan, kegiatan atau perilaku lain yang bersifat memberontak dan

mengganggu yang pada intinya menunjukkan ketidaksukaan terhadap lawan.

Dalam konteks diskusi, respon ini dapat berupa kegiatan tidak memperhatikan

topik yang sedang dibicarakan oleh lawan bicara, membuat gaduh/rebut, dan

kegiatan atau perilaku negatif lainnya.

3. Penundaan terus menerus

Reaksi yang dilakukan oleh individu dengan cara berdiam diri, tidak

memperlihatkan respon yang bersifat nyata (kasat mata). Respon ini dilakukan

karena konflik yang muncul cenderung belum mengarah pada kerugian yang

berarti pada pihak yang bersangkutan. Selama konflik masih terlihat wajar dan

belum merugikan maka penundaan terus dilakukan. Penundaan ini bertujuan

untuk melihat perkembangan konflik sambil menunggu adanya kesempatan atau

celah untuk bereaksi secara nyata.

4. Bertempur secara pasif.

Respon ini dianalogikan dengan berperang tanpa senjata. Bertempur

tanpa menyerang. Wujud dari respon ini dalam suatu diskusi termanisfestasi

dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang “pada hakekatnya” tidak menyetujui

atas pendapat lawan namun disampaikan secara halus atau tersirat, sehingga

lawan tidak merasa diserang. Atau dapat dilakukan dengan cara menggalang

dukungan dari berbagai pihak lain agar pihak-pihak lain tersebut tidak sejalan

dengan pihak yang yang menjadi lawan. Pihak-pihak lain tersebut yang

selanjutnya melakukan serangan terhadap lawan.

Ada pula anggota kelompok yang merespon konflik dari segi positif.

Konflik dianggap sebagai sesuatu yang wajar terjadi sepanjang tidak mengarah

pada sesuatu yang bersifat destruktif, bahkan konflik dianggap sebagai sesuatu

yang dapat mengarahkan pada integrasi kelompok dan meningkatkan efektivitas

kelompok, apabila dikelola dengan baik. Apabila hal ini yang terjadi maka

pemecahan konflik mengarah ke hal yang positif, radar untuk respon tersebut

adalah mengarahkan energi secara sehat dan langsung untuk memecahkan

masalah atau tidak ada reaksi secara emosional, melakukan upaya yang

menanggapinya dengan cara rasional. Respon yang tepat ini akan memperkuat

kelompok kerja dan melancarkan jalan untuk mengatasi konflik.

22

Page 24: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

KOMPETISI KOLABORASI

KOMPROMI

PENGABAIAN AKOMODASI

assetiv

en

ess

cooperativeness

B. Gaya Tanggapan Konflik Konflik

Marshall (1995) mengkategorikan gaya penanganan konflik bersandar

pada dua variabel, yaitu cooperativeness (derajat upaya satu pihak untuk

memuaskan kepentingan pihak lain dan assertiveness (derajat upaya satu pihak

untuk memuaskan kepentingannya sendiri) orang akan menyikapi. Perpaduan

dua variabel tersebut menghasilkan lima gaya tanggapan konflik sebagai

berikut:

1.Pengabaian (Penghindaran)

Suatu tindakan untuk menghindari konflik yang dinilai akan menindas atau

menciptakan konflik yang berkepanjangan. Cara mengatasi konflik dengan

menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul.

Penghindaran/pengabaian bisanya dilakukan oleh pihak yang memiliki kekuatan

yang lebih tinggi dan menilai bahwa pihak lain memiliki kekuatan yang tidak

signifikan.

23

Page 25: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

Atau bisa juga karena kedua belah pihak tidak sepakat untuk

menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik

tersebut. Satu pihak tidak memaksakan keinginannya pada pihak lain dan

sebaliknya tidak terlalu menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dikuasai pihak

lain.

Cara ini sebetulnya hanya bisa dilakukan untuk potensi konflik yang

ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban dalam pikiran

atau kehidupan individu dan kelompok, sebaiknya memang setiap potensi konflik

harus dapat segera diselesaikan.

2.Akomodasi

Suatu tindakan untuk meredakan tekanan pihak lain dengan cara

menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri. Tindakan

ini lazim diambil oleh pihak yang lebih lemah dalam situasi konflik. Dengan kata

lain pihak yang bersangkutan kalah sedangkan pihak lain menang. Ini berarti

pihak yang bersangkutan berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi

kepentingan pihak lain.

Gaya ini digunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih

besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan

akibat dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang diinginkan.

Mengalah dalam hal ini bukan berarti kalah, tetapi demi menciptakan suasana

yang memungkinkan penyelesaian yang paripurna terhadap konflik yang timbul

antara kedua pihak. Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberi

kesempatan kepada pihak lain untuk juga mau mengakomodasi kepentingan

pihak lain sehingga selanjutnya pihak-pihak yangb berkonflik dapat bersama bisa

menuju ke arah kolaborasi.

3.Kompetisi (Menang/Kalah)

Tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk memuaskan

kepentingannya tanpa mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kepentingan

pihak lain, dengan kata lain satu pihak memastikan bahwa dia yang

memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Keputusan berkompetisi ini lazimnya

muncul jika: (a) pihak yang bersangkutan menilai bahwa dirinya memiliki

kekuatan yang cukup untuk melakukan kompetisi. (b) pihak yang bersangkutan

menilai bahwa pihak lain akan bersikap sama dengan dirinya.

Pihak yang bersangkutan menggunakan kekuasaan atau pengaruhnya

untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut ia yang keluar sebagai

24

Page 26: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

pemenang. Dalam konteks diskusi kelompok, biasanya pihak yang kalah akan

lebih mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah

suatu suasana persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak.

Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi

pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga

sebaiknya hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan

penyelesaian yang cepat dan tegas.

4.Kompromi

Tindakan bersama yang bersifat mencari jalan tengah yang dapat diterima

oleh pihak-pihak yang berkonflik. Dalam tindakan ini, tidak jelas siapa yang

menang dan siapa yang kalah. Dalam tindakan kompromi kepuasan yang sejati

biasanya tidak tercapai.

5.Kolaborasi (Penyelesaian Masalah)

Tindakan yang diambil oleh semua pihak yang berkonflik untuk

menghasilkan tindakan yang memuaskan semua pihak yang terlibat. Tindakan

kolaborasi dilakukan melalui proses klarifikasi perbedaan dan bukan sekedar

mengakomodasi kepentingan. Kolaborasi merupakan tindakan: “menang-

menang”. Dengan demikian, tujuannya adalah mengatasi konflik dengan

menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang

mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya yang paling lama

memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua kepentingan yang

biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya.

Tindakan kolaborasi lazimnya dilakukan pada kondisi tidak memungkinkan

untuk berkompetisi, karena kompetisi akan lebih merugikan pihak yang terlibat,

dan intensitas konfliknya sudah mencapai tahap yang tidak mungkin dihindari.

VIII. LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN KONFLIK

Suatu konflik atau masalah yang dihadapi jika dibiarkan dan tidak segera

diselesaikan bisa berubah menjadi suatu krisis dan menghambat kemajuan

kelompok, organisasi, atau masyarakat. Terdapat beberapa tahapan atau

langkah penyelesaian konflik yang harus dilalui oleh pihak yang berkonflik.

Langkah-langkah tersebut meliputi:

25

Page 27: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

1. Mengakui Adanya Konflik

Langkah ini merupakan langkah awal untuk penyelesaian konflik, tanpa

diakui adanya konflik maka masalah tidak akan terpecahkan. Setiap pihak yang

terlibat dalam suatu kerjasama atau kelompok perlu mencermati dan menyadari

serta membahas secara dini jika timbul masalah, kendala yang mengarah pada

munculnya konflik sehingga tidak merupakan penghalang bagi keberhasilan

bersama. Untuk itu diperlukan kearifan dan kaktifan dari semua pihak.

2. Mengidentifikasi Konflik Secara Sebenarnya

Langkah ini dalam kegiatan penelitian sering disebut dengan identifikasi

masalah. Kegiatan ini sangat diperlukan dan memerlukan keahlian khusus.

Konflik dapat muncul dari akar masalah, tetapi juga karena masalah emosi, perlu

memilah antara masalah inti dengan emosi. Masalah inti adalah masalah yang

mendasari suatu konflik, misalkan ketidaksepakatan

adanya tugas, sedangkan isu emosional merupakan masalah yang akan

memperumit masalah tersebut, sehingga apabila terjadi hal yang demikian

disarankan agar masalah inti diselesaikan terlebih dahulu.

3. Dengar Semua Pendapat

Lakukan kegiatan sumbang saran dengan melibatkan mereka yang

terlibat konflik guna mengungkapkan pendapatnya, hindarilah pendapat benar

dan salah. Bahas juga mengenai dampak konflik terhadap kelompok serta kinerja

kelompok. Fokus pembicaraan pada fakta dan perilaku bukan pada perasaan

atau unsur pribadi. Hindari mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi temukan

mana yang terbaik jika dipandang dari sisi positif.

4. Bersama Mencari Cara Penyelesaian Konflik

Dalam kegiatan ini diskusi terbuka sangat diharapkan karena dengan

diskusi terbuka bisa memperluas informasi dan alternatif serta bisa

mengarahkan pada rasa percaya dan hubungan yang sehat diantara yang

terlibat. Dalam sebuah kerjasama kelompok atau tim yang efektif tidak seluruh

anggota kelompok menyukai satu sama lain, terkadang ada anggota yang tidak

menyukai anggota lain, tetapi yang utama adalah mampu bekerja sama secara

efektif.

5. Mendapatkan Kesepakatan Dan Tanggung Jawab Untuk Menemukan

Solusi

26

Page 28: Teknik Pendampingan Dan Manajemen Konflik1

Memaksakan kesepakatan akan berakibat fatal, oleh karena itu doronglah

anggota kelompok untuk bekerja sama memecahkan masalah secara terbuka

dan kekeluargaan. Berusaha seluruh anggota kelompok menyenangi solusi yang

dihasilkan. Salah satu cara yang disarankan agar orang lain mau menerima

saran yang diajukan adalah memposisikan dirinya pada peran orang lain,

masing-masing anggota kelompok mempresentasikan pandangan orang lain.

6. Menjadwal Sesi tindak Lanjut Untuk Mengkaji Solusi

Pemberian tanggungjawab untuk melaksanakan komitmen sangat

dihargai oleh anggota kelompok. Mengkaji resolusi sangat diperlukan untuk

mengetahui tingkat keefektifan resolusi yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Beebe SA, Masterson JT. 1989. Communcating in Small Groups: Principles and Practices. Ed. Ke-3. New York: HarperCollinsPublisher

Fisher S et al . 2001 . Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak (edisi Bahasa Indonesia). Jakarta: SMK Grafika Desa Putra.

Ife J. 1995 . Community Development. Melbourne: Longman

Marshall E.M. 1995. Transformating the Way We Work: The Power of the Collaborative Workplace. Newyork: American Managemen Association.

Mastenbroek WFG . 1986 . Penanganan Konflik dan Pertumbuhan Organisasi. Jakarta: UI Press.

Mill H. et.al. 2002. Resolusi Damai Konflik Kontemporer: Menyelesaikan, Mencegah, Mengelola dan Mengubah Konlik Bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras, terj. Tri Budhi Sastrio. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Pusat Pengembangan Penyuluhan Kehutanan. 2011. Pendampingan Hutan Tanaman Rakyat. Jakarta: Pusat Pengembangan Penyuluhan Kehutanan-BP2SDMK

Sarwono SW. 2005. Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan Jakarta: Balai Pustaka

Soekanto S . 1998 . Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Surata A dan Taufiq AT . 2001 . Atasi Konflik Etnis . Jogjakarta: Global Pustaka Utama bekerjasama dengan Gharba dan UPN “Veteran”.

27