LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN Acara IV (Kultur Kalus) Oleh JEFRI ANGGARA NIM. 121510501126 Jurusan AGROTEKNOLOGI LABORATORIUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LAPORAN
PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN
Acara IV
(Kultur Kalus)
Oleh
JEFRI ANGGARA
NIM. 121510501126Jurusan AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam usaha untuk memperoleh bibit tanaman yang
memiliki kualitas tinggi atau sesuai dangan sifat
induknya dan dalam jumlah yang banyak maka metode yang
sering di gunakan saat ini adalah teknik kultur
jaringan. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan
tanaman dengan menumbuhkan bagian tanaman seperti
organ, jaringan, protoplasma dan sel, dalam media
steril, yang kemudian beregenarasi menajdi tanaman
seutuhnya karena mendapatkan kondisi yang optimal.
Kultur jaringan berkembang menjadi metode
perbanyakan tanaman dengan berdasarkan pada kemampuan
totipotensi tanaman. Totipotensi merupakan kemapuan sel
tanaman untuk dapat berkembang menjadi tanaman
seutuhnya atau lenkap jika berasda pada kondisi
lingkungan yang mendukung. Maka dari itu mulailah di
kembangbiakkan tanaman secara kultur jaringan, baik itu
untuk medapatkan bibit tanaman dalam jumlah banyak
ataupun bibit tanaman unggul.
Dalam media kultur, bahan tanam akan di tumbuhkan
untuk membentuk bagian tubuh tanaman hingga menajdi
tanaman seutuhnya. Sel yang di tumbuhkan dalam media
lultur akan terus membelah menajdi sangat banyak
kemudian akan membetuk kalus. Kalus merupakan kumpulan
dari sel amorphous hasil dari pemebelahan sel secara
terus menerus tanpa arah sehingga membentuk massa sel
yang berwarna putih. Sel kalus sangat mudah terlepas
dan menjadi sel tunggal karena umumnya sel kalus
terdiri dari sel parenkim yang mempunyai ikatan yang
renggang.
Kalus yang tumbuh dari pembelahan sel tanaman
akan berbeda pada setiap eksplan tergantung dari
beberapa faktor, antara lain bagian tanaman yang
diambil, jenis tanaman, umur bagian tanaman yang
dimabil dan musim tanam. Untuk mempercepat pertumbuhan
kalus maka di gunakan perlakuan ZPT, semacam auksin.
Auksin yang sering digunakan adalah auksin sintetis
seperti NAA, penggunaan NAA lebih di anjurkan ketimbang
IAA karena NAA lebih stabil di banding dengan IAA.
Pada hampir semua bagian tanaman dapat di
kulturkan dan menghasilkan kalus, namun yang membedakan
adalah respon dan kecepatan tumbuh kalus tergantung
dari bagian mana yang akan di ambil dan di kembangkan.
Bagian yang mudah untuk di inisiasi dan mengashilkan
kalus kebanyakan adalah organ yang masih muda dan
merupak organ reproduksi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui proses terbentuknya sela kalus dari
sumber eksplan yang berbeda–beda, amati juga
penampilan kalusnya.
2. Membuat grafik pertumbuhan kalus.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan sendiri adalah metoda menumbuhkan
sel protplas, dan organ tanaman yang di ambil dari
tanaman utama untuk memperoleh kesamaan dan atau
perbedaan sifat dengan induknya dalam kondisi aseptis
dengan lingkungan yang sudah terkendali baik itu pH,
nutrisi, unsur hara, dan ZPT. Kultur jaringan di
lakukan dengan mengambil bagian tanaman induk di bagian
yang dikehendaki kemudian di tumbuhkan dalam media dan
lingkungan yang aseptik. Keberhasilan dari kultur
jaringan menekankan pada penggunaan eksplan berdaya
tumbuh atau regenenrasi tinggi (Lingga, 2007). Pada
kultur jaringan, semua semua unsur hara adalah penting.
Unsur hara yang biasa di suplai tanah harus tersedia
dalam media kultur (Yuliarti, 2010).
Kultur kalus merupakan kultur sekumpulan sel yang
tidak terorganisir, yang bertujuan untuk memperoleh
kalus dari eksplan yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam
lingkungan terkendali. Adapun manfaat dari kultur kalus
ini yaitu sebagai sumber sel-sel untuk protoplasma,
model dalam rekayasa genetika contohnya kultur sel
tembakau, perlakuan mutagen kimia, studi hubungan
host-patogendalam fitopatologi, untuk produksi bahan-
bahan sekunder. Dari penelitian yangb dilakukan,
kultur kalus pada eksplan tanaman anggur hijau (V.
vinifera L.) menunjukkan bahwa eksplanmampu
menghasilkan kalus terhadap semua perlakuan yang
diberikan yaitu pada media MS dengan pemberian hormon
2,4-D dan air kelapa dengan konsentrasi 10% (PYD,
2012).
Dalam dunia kedokteran, semakin banyak di
butuhkan bahan kimia yang berasal dari tanaman,
sedangkan keberadaan plasma nutfah yang semakin sedikit
oleh karena itu di gunakan teknik kultur in vitro.
Teknik ini juga di ketahui juga bisa menghasilkan
metabolit sekunder pada jaringan tanaman yang di
tumbuhkan dalam media steril. Dalam memproduksi
metabolit sekunder, bagian yang paling besar
menghasilkan metabolit sekunder adalah kultur kalus.
Hal yang dapat di lakukan untuk memperbanyak produksi
metabolit sekunder adalah dengan meningkatkan
pertumbuhan kultur kalus dengan menambahkan pra zat
kedalam media (Sitorus, 2011).
Pertumbuhan kalus pada setiap bagian berbeda
respon pertumbuhannya, oleh karena itu di perlukan zat
pengatur tumbuh untuk memperlancar pertumbuhna kalus.
Golongan ZPT yang sering di gunakan adalah auksin dan
sitokinin. Auksin mempunyai peran ganda tergantung pada
konsentrasi , struktur kimia dan jaringan tanaman yang
di beri perlakukan. Penggunaan auksin sendiri
sebenarnya bertujuan untuk mnginduksi pertumbuhan
kalus, kultur suspensi, dan akar yaitu dengan
merangsang pembelahan dan perkembangan sel dalam
kambium (Rozaliana, 2013).
Pemberian auksin pada medium padat pada umumnya
adalah berdampak dapt menginduksi kalus embriogenetik.
Sedangkan penmabahan sitokinin pada medium padat akan
menyebabkan poliferasi kalus embriogenetik. Untuk asam
amino adalh berperan dalam pnting dalam pertumbuhan dan
deferensiasi kalus. Dalam media yang sudah mengandung
2,4-D, jika dilakukan penambahan kasein hidrolisat akan
memacu pertumbuhan kalus embroigenetik karena kasein
hidrolisat merupakan sumber N di dalam media. Selain
itu asam amino glutamin yang di tamabhankan dalam media
yang sudah mengadng auksin daot meningkatkan
keberhasilan kultur kalus (Lizawati, 2012).
Dalam penggunanaan ZPT (zat pengatur tumbuh)
untuk mempercepat pertumbuhan kalus, hal yang perlu di
kaji secara mendasar adalah konsentrasi dari setiap
bahan yang di gunakan untuk membuat media. Dari
penelitian yang sudah dilakukan pada tanaman tembakau
dua varietas tembakau yang berbeda, didapatkan hasil
bahwa Nicotiana tabacum L. var. SPTG-172 dapat
menginduksi kalus dan tunas pada media MS dengan
penambahan 2 ppm BAP dan 0,2 ppm NAA. Sedangkan untuk
varietas yang lain yaitu Nicotiana tabacum L. var. K- 399
berhasil menginduksi kalus dan tunas pada kombinasi 1
ppm BAP dan 0,2 ppm NAA (Nisak, 2012).
Dalam kultur jaringan jahe untuk ukuran maristem
paling efektif adalah ukuran 0,25 -0,5 cm. Sedangkan
untuk menghasilkan atau membetuk tunas yang banyak atau
tinggai maka penggunaan tunas yang lebih kecil dan
seludangnya tidak terlalu banyak, hal tersebut akan
memudahkan dalam mengisolasi maristem. Sumber eksplan
yang biasa di gunakan dalam kultur jaringan jae adalah
umur 4-10 bulan.sedangkan pengaruh umur rimpang jahe
terhadap keberhasilan kultur kalus belum di ketahui
(Ibrahim, 2010). Bila menggunakan eksplan yang
indeferensiasi , dalam hal ini adalah jaringan dewasa,
maka akan susah dalam membentuk kalus sebab kemampuan
untuk membentuk jaringan muda tidak ada (Daisy, 1994).
Menurut Melisa (2013) bahwa “ Dalam kultur kalus,
turunan dari hormon auksin yang paling sering di
gunakan adalah 2,4-D. hal ini mempertimbangkan
kestabilan dari hormon tersebut dalam media. 2,4-D di
nilai stabil karena tidak mudah terurai oleh enzim-
enzim yang dikeluarkan oleh sel tanaman ataupun akibat
pemanasan pada proses sterilisasi pada autoclaf. Pada
penelititan yang dilakukan pada anggur hijau,
penggunaan 2,4-D dan air kelapa (10%) baik untuk
induksi kalus anggur hijau”.
BAB 3. METODE PELAKSANAKAN
3.1 Waktu dan Tempat
Acara 4 praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan dengan
judul”Kultur Kalus” dilaksanakan pada tanggal 10 April
2014 pukul 08.00-selesai bertempat di laboraturium
Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.
3.2. Alat dan bahan
3.2.1 Alat
1. Botol Kultur
2. Petridish
3. Pisau scalpel
4. pinset
3.2.2 Bahan
1. Media Kultur kosong MS 2,4 D 0,5 ppm.
3.3. Prosedur pelaksanaan
Eksplan diambil dari hipokotil dan kotiledon melon.
1. Menyiapkan kecambah melon dalam botol kultur dan
media kultur kosong MS 2,4 D 0,5 ppm
2. Mengambil kecambah melon dan memotongnya di atas
petridish steril menggunakan pisau scalpel steril,
memisahkan antara bagian hipokotil dan kotiledon..
3. Menanam bagian hipokotil dan kotiledon pada botol
kultur yang terpisah, menggunakan pinset steril
untuk menanam.
4. Mengamati dan membandingkan pertumbuhan kalusnya.
Pengamatan
Sebelum dan sesudah penanaman media ditimbang
dahulu dan penimbangan dilakukan kembali hari ke 7,14,
21 dan 28, amati juga pada volume kalus. Hitung berat
kalus selama pengamatan dan buat grafik pertumbuhan
kalusnya. Amati proses terbentuknya kalus dan
penampilannya dari masing-masing eksplan yang ditanam
selama hari pengamatan (amati warna kalus, kondisi
kalus basah/kering , rapuh/remah atau pejal/masive)
No Parameter yang diamati ( berat / volume )Minggu
I
Minggu
II
Minggu
III
Minggu IV
123dst
BAB 4. HASIL DAN PENGAMATA
4.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan Kultur Kalus
Bagian No.Parameter yang diamati
(berat/volume)Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Daun
1231, 26
g231,19 g 231,04 g 230,02 g
2 171,6 g 171,56 g 171,41 g 171,23 g3 177,47 g 177,38 g 177,19 g 179,12 g4 179,52 g 179,45 g 179,33 g 176,99 g5 177,19 g 177,10 g 176,90 g 176,69 g6 227,19 g 227,15 g 227,07 g 226,91 g
Batang
7 169,78 g 169,71 g 169,58 g 169,39 g8 204,46 g 204,40 g 204,28 g 204,11 g9 186,45 g 186,39 g 186,27 g 186,07 g10 189,04 g 189,00 g 188,92 g 188,75 g
Grafik 1. Pengamatan kultur kalus
4.2 Pembahasan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti
sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan
kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat
memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap
kembali. Teori dasar dari kultur in vitro ini
adalah Totipotensi. Teori ini menyatakan setiap bagian
tubuh tanaman dapat berkembang biak karena terdiri dari
bagian yang hidup jika berada dalam kondisi yang
menguntungkan. Dalam kultur jaringan sendiri salah satu
proses yang terdapat didalamnya adalah kultur kalus.
Kalus adalah sekumpulan sel amorphous (tidak berbentuk
atau belum terdiferensiasi) yang terbentuk dari sel-sel
yang membelah terus menerus dan tidak terarah secara in
vitro atau di dalam tabung. Kalus dapat diperoleh dari
bagian tanaman seperti akar, batang dan daun. kalus
berasal dari pembelahan berkali-kali sel-
sel parenkim di sekitar berkas pengangkut dan beberapa
elemen penyusun berkas pengangkut kecuali xilem. Dalam
teknik kultur jaringan (in vitro), kalus dapat diinduksi
dengan menambahkan zat pengatur tumbuh yang sesuai pada
media kultur, misalnya auksin dan sitokinin yang
disesuaikan. Jika konsentrasi auksin lebih besar
daripada sitokinin maka kalus akan terbentuk, sedangkan
jika konsentrasi sitokinin yang lebih besar
dibandingkan dengan konsentrasi auksin maka yang
terbentuk bukanlah kalus, melainkan tunas.
Dari teori yang telah di kemukaan diatas,
diketahui bahwasannya dalam melakukan regenerasi
ataupun perbanyakan tanaman dalam kultur jaringan tidak
hanya menggunakan organ reproduksi tanaman, namun dapat
dilakukan dengan hampir seluruh bagian tubuh tanaman
dengan kecepatan regenerasi yang berbeda. Secara in vitro
ada macam sistem yang digunakan untuk meregenerasikan
tanaman (bagian tanaman yang akan dibudidayakan), yaitu
melalui:
1. sistem organogenesis (, dari kalus dapat terbentuk
akar melalui diferensiasi, tetapi seringkali dijumpai
kesulitan untuk menginisiasi pucuk/tunas jika akar
sudah terbentuk dahulu.)dan,
2. sistem somatik embriogenesis (pembentukan pucuk
dan akar sudah teintegrasi dalam satu kesatuan,
dan merupakan suatu sistem tertutup (closed
system) yang tidak berhubungan dengan jaringan
asalnya.)
Pada sistem organigenesis, tujuan dari regenresi adalah
untuk menghasilkan atau outputnya adalah memproduksi
struktur unipolar yaitu tunas atau akar. Sedang
embriogenesis somatik, untuk menhasilkan atau
memproduksi struktur bipolar yaitu embrio, meliputi
calon akar sekaligus calon tunas.
Kultur jaringan atau teknik in vitro teknik dengan
mengisolasi bagian tanaman dengan menempatkannya
dilingkungan yang menguntungkan agar dapat membentuk
jaringan baru kemudian menjadi tanaman utuh dengan
beberapa proses. Perbanyakan tanaman melalui kultur
jaringan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu
pembentukan tunas adventif, proliferasi tunas lateral,
dan embriogenesis somatik. Embriogenesis somatik
merupakan suatu proses di mana sel-sel somatik (baik
haploid maupun diploid) berkembang membentuk tumbuhan
baru melalui tahapan perkembangan embrio yang spesifik
tanpa melalui fusi gamet (sukmadjaja, 2005). Nugrahani
(2011) menyatakan bahwa “Berikut merupakan ciri-ciri
dari somatik embrigenesis antara lain:
1. Eksplan yang digunakan umumnya digunakan jaringan
atau organ yang bersifat embriogenik seperti embrio
zigotik, kotiledon, mata tunas, dan hipo/epikotil.
2. Embriogenesis somatik pada tanaman kehutanan
mempunyai beberapa tahapan perkembangan yang
spesifik, seperti induksi kalus embriogenik atau
embrio somatik (pembentukan langsung), pemeliharaan,
pendewasaan, perkecambahan, dan aklimatisasi.
3. Pembentukan embrio somatik secara langsung lebih
disukai karena dapat menekan masalah sulitnya
pembentukan benih somatik pada tahap perkecambahan.
4. Keberhasilan regenerasi melalui embryogenesis
somatik dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
formulasi media yang berbeda pada setiap tahap
perkembangan embrio somatik serta jenis eksplan yang
digunakan.
5. Pada tahap pembentukan struktur globular dan hati
sering digunakan zat pengatur tumbuh sitokinin
seperti benzyladenin (BA) atau yang mempunyai peran
fisiologis yang sama yaitu thidiazuron atau 2,4-D,
dan NAA apabila embrio somatik melalui fase kalus.
Untuk tahap pendewasaan, konsentrasi sitokinin
diturunkan dan untuk tahap perkecambahan sering
ditambahkan GA3”.
Protocorm like body (PLB) merupakan suatu
struktur berupa bulatan-bulatan yang dibentuk oleh
jaringan eksplan dan atau kalus in vitro. ciri-ciri
kalus yang membentuk Protocorm like body (PLB) adalah
sebagai berikut :
Kalus berasal dari tunas, titik tumbuh (jaringan
meristem). sudah terbentuk sel-sel tunggal. biasanya
kalus yag ditumbuhkan pada media cair. kalus yang sudah
membetuk jaringan-jaringan. PLB tumbuh dari jaringan-
jaringan tersebut yang terpecah-pecah.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada kultur
kalus dengan parameter yang diamati (berat/volume),
didapatkan data sebagai berikut:
1. Pada minggu pertama berat yang dihasilkan pada
kultur kalus adalah pada ulangan 1 berat yang
dihasilkan adalah 231, 26 g ; pada ulangan 2 adalah
171,6 g ; pada ulangan 3 adalah 177,47 g ; pada
ulangan 4 adalah 179,52 g ; pada ulangan 5 adalah
177,19 g ; pada ulangan 6 adalah 227,19 g ; pada
ulangan 7 adalah 169,78 g ; pada ulangan 8 adalah
204,46 g ; pada ulangan 9 adalah 186,45 g ; pada
ulangan 10 adalah 189,04 g.
2. Pada minggu kedua berat yang dihasilkan dari
pengukuran adalah pada ulangan 1 berat yang
dihasilkan adalah 231,19 g ; pada ulangan 2 adalah
171,56 g ; pada ulangan 3 adalah 177,38 g ; pada
ulangan 4 adalah 179,45 g ; pada ulangan 5 adalah
177,10 g ; pada ulangan 6 adalah 227,15 g ; pada
ulangan 7 adalah 169,71 g ; pada ulangan 8 adalah
204,40 g ; pada ulangan 9 adalah 186,39 g ; pada
ulangan 10 adalah 189,00 g.
3. Pada minggu ketiga berat yang dihasilkan dari
pengukuran adalah pada ulangan 1 berat yang
dihasilkan adalah 231,04 g ; pada ulangan 2 adalah
171,41 g ; pada ulangan 3 adalah 177,19 g ; pada
ulangan 4 adalah 179,33 g ; pada ulangan 5 adalah
176,90 g ; pada ulangan 6 adalah 227,07 g ; pada
ulangan 7 adalah 169,58 g ; pada ulangan 8 adalah
204,28 g ; pada ulangan 9 adalah 186,27 g ; pada
ulangan 10 adalah 188,92 g.
4. Pada minggu keempat berat yang dihasilkan dari
pengukuran adalah pada ulangan 1 berat yang
dihasilkan adalah 230,02 g ; pada ulangan 2 adalah
171,23 g ; pada ulangan 3 adalah 179,12 g ; pada
ulangan 4 adalah 176,99 g ; pada ulangan 5 adalah
176,69 g ; pada ulangan 6 adalah 226,91 g ; pada
ulangan 7 adalah 169,39 g ; pada ulangan 8 adalah
204,11 g ; pada ulangan 9 adalah 186,07 g ; pada
ulangan 10 adalah 188,75 g.
Dari data yang tertera, terlihat banyak penurunan yang
terjadi. Hal tersebut dapat terjadi karena memang
faktor pertumbuhan dan juga faktor kesalahan
perhitungan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yangterjadi dari sel-sel jaringan yang berproliferasisecara terus menerus dan tidak terorganisasisehingga memberikan penampilan sebagai massa selyang bentuknya tidak teratur.
2. Organogenesis merupakan untuk menghasilkan atauoutputnya adalah memproduksi struktur unipolaryaitu tunas atau akar.
3. Embriogenesis somatik merupakan suatu proses dimana sel-sel somatik (baik haploid maupun diploid)berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahapanperkembangan embrio yang spesifik tanpa melaluifusi gamet.
4. Pada data pengamatan yang dilakukan, banyakterjadi penurunan pada setiap ulangan.
5.2 Saran
Pengamtan harus dilakukan dengan benar agar data yang
dihasilkan tidak bias.
DAFTAR PUSTAKA
Daisy P dkk, 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta,Kanisius.
Ibrahim M S D, Rotiana O, Khumaida N, 2010. PengaruhUmur Eksplan Terhadap Keberhasilan PembentukanKalus Embriogenik Pada Kultur Meristem Jahe(Zingiber officinale Rosc). Litri ,16 (1), ISSN : 0853-8212.
Lingga L, 2007. Anthurium. Jakarta. Gramedia PustakaUtama.
Lizawati, 2012. Callii Proliferation and SomaticEmbryogenesis of Physic Nut (Jatropha curcas L.)Various Combination with PGR’s and Amino Acids.Journal 1 (4), ISSN : 2302-6472.
Nisak K, Nurhidayati T, dan Purwani K I, 2012. PengaruhKombinasi konsentrasi ZPT NAA dan BAP pada KulturJaringan Tembakau Nicotiana tabacum var. Prancak95. Sains Dan Seni Pomits, 1 (1) : 1-6
PYD Niluh, Waeniati, Muslimin, Suwastika I N, 2012.Pengaruh Penambahan Air Kelapa Dan BerbagaiKonsentrasi Hormon 2,4-D Pada Medium Ms DalamMenginduksi Kalus Tanaman Anggur Hijau (Vitis viniferaL.). Natural Science 1(1) : 53-62.
Rozaliana, Siregar L A M, Bayu E S, 2013. Pengaruh Α-Benzil Amino Purina Dan Α- Asam Asetat NaftalenaTerhadap Pembentukan Tunas Tanaman Nilam(Pogostemon cablin Benth.) Secara In-Vitro. OnlineAgroekoteknologi 1 (3), ISSN : 2337- 6597.
Sitorus E N, Hastuti E D, Setiari N, 2011. InduksiKalus Binahong (Basella rubra L.) Secara InVitroPada Media Murashige & Skoog Dengan
Konsentrasi Sukrosa Yang Berbeda. Bioma, 13 (1),ISSN : 1410-8801
Sorentina S M, Haliani, Muslimin, Suwastika I N, 2013.nduksi Kalus Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)Lokal Palu Pada Medium MS Dengan Penambahan 2,4-D(2,4-Asam Dikloropenoksi Asetat) Dan Air Kelapa.Natural Science, 2 (2), ISSN: 2338-0950.
Yuliarti N, 2010. Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga.Yogyakarta. Lily Publisher.