Top Banner
1 *) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016 TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN CARA APLIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) DI LAHAN KERING *) Saipul Kamal dan **) I Made Sudantha Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Universitas Mataram **) Corresponding author: [email protected] ABSTRAK Biochar adalah arang yang terbentuk melalui proses pembakaran bahan organik tanpa oksigen (pirolisis) pada temperatur 250°C-500°C. Fermentasi adalah proses respirasi anaerob oleh sel organisme dengan menghidrolisis gula menjadi energy, gas CO2 dan etanol atau senyawa lainnya, tergantung dari substrat dan enzim katalitik yang dikeluarkan oleh sel. Fermentasi pada Biochar dapat meningkatkan luas permukaan, sebagai atraktan bagi mikroba, memperpanjang masa hidup mikroba pada BO. Fermentasi pada Biochar membawa efek aditif terhadap keseburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Salah satu mikrobia yang dapat digunaklan untuk fermentasi biochar adalah menggunakan jamur Trichoderma spp. Masa optimum fermentasi Biochar dipengaruhi oleh struktur polimer bahan substrat, suhu, konsentrasi bahan stater dan ukuran fisik substrat yang teridentifikasi melalui laju dan kadar penurunan Rasio C:N. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk aplikasi Biochar fermentasi antara lain: metode larikan, mixing dengan media tanah, Pop Up dan penugalan; Biochar dapat meningkatkan daya serap unsur hara esensial makro primer (N, P, K), pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di lahan kering. Apabila difermentasi dengan mikroba dan diaplikasikan di lahan kering, maka patut diduga akan berpotensi lebih baik lagi dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai karena perannya sebagai penyedia habitat yang baik bagi mikroba. Aplikasi biochar fermentasi dengan jamur Trichoderma spp. pada tanaman jagung dan kedelai dapat meningkatkan pertumbuhan (tinggi tanaman) dan hasil (bobot biji kering). ___________________________________________________________ Kata Kunci: Biochar, fermentasi, Trichoderma spp., kedelai, lahan kering
36

TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

Jul 24, 2019

Download

Documents

vonhi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

1

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN CARA

APLIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

(Glycine max (L.) Merr.) DI LAHAN KERING*)

Saipul Kamal dan **)I Made Sudantha

Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program

Pascasarjana Universitas Mataram

**)Corresponding author: [email protected]

ABSTRAK

Biochar adalah arang yang terbentuk melalui proses pembakaran bahan organik

tanpa oksigen (pirolisis) pada temperatur 250°C-500°C. Fermentasi adalah proses

respirasi anaerob oleh sel organisme dengan menghidrolisis gula menjadi energy,

gas CO2 dan etanol atau senyawa lainnya, tergantung dari substrat dan enzim

katalitik yang dikeluarkan oleh sel. Fermentasi pada Biochar dapat meningkatkan

luas permukaan, sebagai atraktan bagi mikroba, memperpanjang masa hidup

mikroba pada BO. Fermentasi pada Biochar membawa efek aditif terhadap

keseburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Salah satu mikrobia yang dapat

digunaklan untuk fermentasi biochar adalah menggunakan jamur Trichoderma

spp. Masa optimum fermentasi Biochar dipengaruhi oleh struktur polimer bahan

substrat, suhu, konsentrasi bahan stater dan ukuran fisik substrat yang

teridentifikasi melalui laju dan kadar penurunan Rasio C:N. Ada beberapa metode

yang dapat digunakan untuk aplikasi Biochar fermentasi antara lain: metode

larikan, mixing dengan media tanah, Pop Up dan penugalan; Biochar dapat

meningkatkan daya serap unsur hara esensial makro primer (N, P, K),

pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di lahan kering. Apabila difermentasi

dengan mikroba dan diaplikasikan di lahan kering, maka patut diduga akan

berpotensi lebih baik lagi dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman

kedelai karena perannya sebagai penyedia habitat yang baik bagi mikroba.

Aplikasi biochar fermentasi dengan jamur Trichoderma spp. pada tanaman jagung

dan kedelai dapat meningkatkan pertumbuhan (tinggi tanaman) dan hasil (bobot

biji kering).

___________________________________________________________

Kata Kunci: Biochar, fermentasi, Trichoderma spp., kedelai, lahan kering

Page 2: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

2

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan tanaman penting yang menjadi kebutuhan pangan

masyarakat dunia. Di tahun 2014, produksi kedelai dunia mencapai 308,436 juta

ton. Indonesia berada pada urutuan ke-12 negara-negara produsen kedelai setelah

Amerika Serikat (108,014 juta ton), Brazil (86,760 juta ton), Argentina (53,398

juta ton), China (12,200 juta ton), India (10,528 juta ton), Paraguay (9,975 juta

ton), Canada (6,049 juta ton), Ukraina (3,882 juta ton), Bolivia (3,275 juta ton),

Uruguay (3,163 juta ton), dan Rusia (2,597 juta ton) (FAO, 2016).

Di tahun 2013 produksi kedelai Indonesia sebesar 0,780 juta ton, turun

7,49% dari produksi tahun sebelumnya. Selanjutnya pada tahun 2014 produksi

kembali meningkat menjadi sebesar 0,955 juta ton dari tahun sebelumnya.

Fluktuasi produksi nasional ini menjadikan pasokan kebutuhan kedelai domestik

tidak menentu. Pada tahun 2015 produksi kedelai nasional mengalami

peningkatan 2,93% dari tahun sebelumnya, namun per September di tahun yang

sama total impor sebesar 1,708 juta ton (BPS, 2016). Ketergantungan Indonesia

terhadap impor kedelai masih tinggi (Maulana dan Ardhia, 2015).

Sebagaimana tanaman pada umumnya, produksi tanaman kedelai juga

dipengaruhi oleh luas lahan dan produktivitas hasil tanaman (Aldillah, 2014),

maka diperlukan kebijakan yang disasarkan pada peningkatan luas lahan dan

produktivitas hasil tanaman dan penetapan penaikan tarif impor untuk pencapaian

swasembada pangan dan terhindar dari gejolak yang terjadi dalam perdagangan

internasional (Anonim, 2012).

Luas lahan produksi kedelai pada tahun 2014 sebesar 0,616 juta ha dan pada

tahun 2015 sebesar 0,625 juta ha, meningkat 1,49% (BPS, 2016). Angka

peningkatan ini masih tergolong kecil jika diukur dari upaya penghapusan impor

tanpa pengurangan pasokan kebutuhan konsumsi domestik. Dari rata-rata

produktivitas nasional tanaman kedelai lima tahun terakhir sebesar 1,48 ton/ha,

luas tambahan lahan yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan domestik

tanpa impor kedelai minimum seluas 1,154 juta ha atau setara dengan upaya

peningkatan 184,64% dari luasan lahan di tahun 2015 (BPS, 2015), terlebih

dengan laju pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita yang semakin

meningkat akan terus meningkatkan nilai konsumsi domestik (Aimon dan

Satrianto, 2014). Penambahan luas lahan ini dapat dilakukan dengan pemanfaatan

lahan produksi yang sudah ada, namun akan berdampak pada kompetisi lahan

antar komoditas tanaman pangan (Sumarno dan Adie, 2010; Saraswati et al.,

2011). Untuk penanggulangan ini, upaya yang dapat ditempuh adalah dengan

pemanfaatan lahan tidur yang tidak pernah dikelola atau pernah dikelola

kemudian ditinggalkan karena bersifat marginal (suboptimal) (Mulyani dan

Sarwani, 2013; Dariah dan Heryani, 2014).

Luas daratan Indonesia adalah 189,1 juta ha, sekitar 143 juta ha atau 75,62%

diantaranya tipe suboptimal lahan kering. Dari luasan lahan kering tersebut 70,4

juta ha berpotensi untuk pengembangan pertanian dan 7,1 juta ha diantaranya

Page 3: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

3

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

teridentifikasi suitable untuk pengembangan komoditas tanaman semusim

(Mulyani dan Sarwani, 2013; Sukarman et al., 2013).

Kendala teknis pengembangan usaha budidaya tanaman semusim di lahan

kering adalah ketersediaan air rendah karena curah hujan di bawah 2.000 mm per

tahun, masam (pH rendah), miskin unsur hara, kandungan bahan organik (BO)

rendah dan solum dangkal (Mulyani dan Sarwani, 2013; Dariah dan Heryani,

2014; Multilaksono dan Anwar, 2014; Irawan et al., 2015).

Berbagai teknologi dan inovasi telah diterapkan untuk penanganan kendala

budidaya tanaman di lahan kering antara lain pemanfaatan BO sebagai bahan

pembenah tanah (Dariah, 2007; Subiksa, et al., 2013; Mateus, 2014; Irawan et al.,

2015; Nurida et al., 2015). BO pembenah tanah dapat memperbaiki kemampuan

tanah menyerap air, memperbaiki kegemburan tanah, tidak bersifat meracun,

meningkatkan pH tanah, mengurangi keracunan Al dan meningkatkan manfaat

residu dalam jangka panjang (Irawan et al., 2015). BO mudah terdekomposisi

(Rasio C:N ≤ 70) dapat sebagai bahan baku kompos (Setyorini et al., 2006),

sedangkan BO yang lama melapuk seperti sisa tanaman pengandung lignin (Rasio

C:N ≥ 400) dapat dikonversi menjadi arang aktif atau lebih populer dengan nama

Biochar (Dariah, et al., 2013; Nurida, 2014). Salah satu bahan lignin yang

jumlahnya melimpah sebagai limbah (residu) di area pabrik-pabrik industri kopra

atau daerah-daerah penghasil kelapa (seperti di Lombok) adalah tempurung kelapa

(Juniati, 2005; Hadi, 2011). Tempurung kelapa sudah tidak menjadi limbah

(residu), akan tetapi termanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan Biochar

(Prasetyo, et al., 2014; Nurida et al., 2008a)

Sukartono (2011) melaporkan bahwa aplikasi Biochar tempurung kelapa

sebagai bahan pembenah tanah dapat memperbaiki sifat kimia tanah dengan

meningkatkan kandungan C-organik tanah dan mempertahankannya dalam waktu

yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi resiko pencucian

hara kation seperti K+ dan NH4+ dan efisien dalam penggunaan air dan N. Biochar

juga dapat meningkatkan serapan P dan K pada tanaman kedelai di lahan kering

(Hartatik et al., 2015). Penggunaan Biochar berpengaruh nyata terhadap perbaikan

sifat fisik tanah yaitu terhadap bulk density (BD), ruang pori total dan distribusi

pori sehingga meningkatkan kemampuan tanah memegang air yang sangat

bermafaat untuk efisiensi penggunaan air (Dariah et al., 2013; Nurida, 2014;

Maftu’ah dan Nursyamsi, 2015). Aplikasi Biochar di lahan kering juga

meningkatkan kemantapan agregat tanah lempung berpasir (Suwardji et al.,

2012). Selain memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah Biochar juga merupakan

habitat yang baik bagi mikroba tanah tetapi tidak dikonsumsi seperti BO lainnya

(Schmidt, 2011a; Maftu’ah dan Nursyamsi, 2015).

Salah satu metode yang diterapkan untuk peningkatan peran Biochar

sebagai bahan yang juga memperbaiki sifat biologi tanah adalah dengan

fermentasi campuran Biochar dan BO (organik waste) yang dibantu oleh stater

mikroba. Cara ini juga dikenal dengan istilah Terra Preta (Schmidt, 2011b;

Fischer dan Glaser, 2012; Gisi, 2014), sedangkan Suwardji et al. (2012)

mengistilahkannya sebagai Poschar.

Page 4: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

4

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Mikroba mensekresi enzim selulase untuk mendegradasi senyawa kompleks

seperti selulosa dan lignin menjadi senyawa derivat sederhana. Diantara mikroba

perombak yang memiliki daya degradasi tinggi terhadap BO adalah fungi dari

genus Trichoderma dan Aspergillus. Peran Biochar pada Terra Preta lebih kepada

penyediaan habitat yang baik bagi mikroba (Fischer dan Glaser, 2012). Hasil studi

pendahuluan di Delinat Institute bahwa penambahan Biochar pada kompos

meningkatkan reaksi N untuk menyediakan nitrat (NO3) bagi tanaman, secara

signifikan dan memperlambat laju kehilangan N di dalam tanah (Schmidt, 2011b).

Campuran Biochar dan BO (organik waste) yang difermentasi dengan Effective

Microorganizms (EM) bersinergi dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan

pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan (Fischer dan Glaser, 2012).

Aplikasi Biochar yang dikombinasikan dengan Tithogenic dan Bionutrient nyata

meningkatkan bobot kering biji kedelai sampai 26% di lahan kering (Hartatik et

al., 2015). Sudantha (2010), mengatakan bahwa salah satu cara untuk

mendegradasi senyawa kompleks seperti selulosa dan lignin menjadi senyawa

sederhana yaitu dengan cara fermentasi menggunakan jamur Trichoderma spp.

Jamur Sudantha (2007) melaporkan bahwa jamur Trichoderma spp. yang bersifat

saprofit dan endofit dapat digunakan sebagai dekomposer untuk mempercepat

proses pengomposan.

Penelitian tentang teknik fermentasi BO terhadap hasil akhir bahan

terfermentasi sudah banyak dilakukan baik untuk keperluan pupuk dan pembenah

tanah, pakan ternak maupun sebagai bahan industri, namun teknik fermentasi

Biochar terhadap bahan terfermentasi serta pengaruhnya terhadap tanah dan

tanaman belum banyak dilakukan. Aplikasi Biochar fermentasi pada tanah untuk

pertanaman budidaya tanaman kedelai belum dapat diketahui secara pasti

mengenai lama fermentasi dan cara aplikasi yang lebih tepat. Dari uraian di atas

maka dipandang perlu melakukan kajian pustaka lebih mendalam untuk

mendapatkan gambaran dari sumber pustaka yang relevan dan dapat disepadankan

dengan isu tersebut di atas.

Dengan diketahuinya teknik fermentasi Biochar tempurung kelapa dan

cara aplikasi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glycine max (L.) Merr.) di

lahan kering yang tepat dapat menjadi salah satu sumber informasi penting dalam

upaya untuk menjawab beberapa aspek arah kebijakan dan strategi nasional

pemerintah untuk pengembangan kawasan pertanian, peningkatan kesediaan

lahan, peningkatan produksi kedelai dan penciptaan teknologi dan inovasi

pertanian secara berkelanjutan (Kementan, 2015).

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan Topik khusus ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi masa optimum fermentasi Biochar;

2. Beberapa cara aplikasi Biochar terferementasi yang sesuai untuk

tanaman di lahan kering;

3. Gambaran potensi pemanfaatan Biochar terfermentasi terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di lahan kering.

Page 5: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

5

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Kegunaan

Hasil dari topik khusus ini diharapkan dapat diketahuinya:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi masa optimum fermentasi Biochar;

2. Beberapa cara aplikasi Biochar terferementasi yang sesuai untuk

tanaman di lahan kering;

3. Gambaran potensi pemanfaatan Biochar terfermentasi terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di lahan kering.

Page 6: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

6

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tanaman Kedelai

A k a r

Akar tanaman kedelai tersusun atas akar tunggang lurus masuk ke dalam

tanah dan mempunyai banyak akar sekunder (cabang/serabut) yang tumbuh dari

akar tunggang. Selain itu kedelai juga sering membentuk akar adventif yang

tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya akar adventif terjadi karena

cekaman tertentu, misalnya akar air tanah yang terlalu tinggi.

Pada akar-akar cabang terdapat bintil-bintil akar berisi bakteri Rhizobium

jafonicum yang mempunyai kemampuan mengikat N2 dari udara yang kemudian

dipergunakan untuk menyubutkan tanah. Menurut Kementan (2007) akar

mengeluarkan beberapa substansi khususnya triptofan yang menyebabkan

perkembangan bakteri dan mikoriza lain di sekitar daerah perakan. Pembebasan

bintil akar terhenti pada minggu keempat setelah terjadinya infeksi bakteri.

B a t a n g

Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi

kecambah dana saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua.

Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas disebut hypocotyl, sedangan

bagian atas keping biji disebut epycotyl. Batang kedelai tersebut berwarna ungu

atau hijau.

Tipe pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe

determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini

didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe

determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman

mulai berbunga. Sementara, pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila

pucuk batang tanaman masih dapat tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai

berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe

batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau

semi-indeterminate.

D a u n

Daun tanaman kedelai dengan helai daun bertangkai tiga (trifoliate leaves)

yang tumbuh lepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua,

yaitu bulat dan lancip. Perbedaan bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor

genetik. Setiap helai daun mempunyai stomata antara 190-320 buah/m2.

Bunga

Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu dan mempunyai dua mahkota dan

dua kelopak bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Bunga tumbuh

pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas. Pada setiap

ketiak daun biasanya terdapat 3-15 kuntum bunga, namun sebagian besar bunga

rontok, hanya beberapa yang dapat membentuk polong. Bunga kedelai

Page 7: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

7

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

mempunyai 10 buah benang sari, sembilan diantaranya bersatu pada bagian

pangkal dan membentuk seludung yang mengelilingi putik. Sedangkan benang

sari yang kesepuluh terpisah pada bagian pangkalnya dan seolah-olah menjadi

penutup seludung. Bila putik dibelah, di dalamnya terdapat tiga bakal biji.

Penyerbukan termasuk menyerbuk sendiri dengan tumpang sari sendiri karena

pembuahan terjadi sebelum bunga mekar. Pada saat terjadi persilangan, mahkota

daun dan benang sari dibuang, hanya bagian putik saja yang ditinggalkan.

Buah dan Biji

Buah kedelai berbentuk polong yang terbentuk pertama kali sekitar 7-10

hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm.

Jumlah polong yant terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam,

antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong

dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan.

Biji berada di dalam polong yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai

mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (7-9 g/100 biji), sedang (10-13

g/100 biji) dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada

varietas tanaman yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian,

sebagian besar biji berbentuk bulat telur.

Trikoma

Semua varietas kedelai mempunyai trikoma pada batang, cabang, daun dan

polong. Lebat tidaknya trikoma tergantung dari varietas masing-masing. Warna

trikoma juga berbeda-beda, ada yang berwarna coklat dan ada pula yang putih

kehijauan.

Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai

Tanam kedelai sebagian besar tumbuh di daerah beriklim tropis dan

subtropis, sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi

tanaman jagung maka daerah itu juga cocok untuk kedelai, bahkan daya tahan

kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai

dibandingkan iklim lembab, suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21 -

34°C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai adalah 23 –

27°C, pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok

sekitar 30°C. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase

dan aerasi tanah cukup baik. Kedelai biasanya akan tumbuh dengan baik pada

ketinggian tidak lebih dari 500 meter di atas permukaan laut. (Prihatman, 2000).

Lahan Kering

Menurut Soil Survey Staffs (1998) dalam Suwardji (2009) lahan kering

adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama

periode sebagian besar waktu dalam setahun. Tipologi lahan ini dapat dijumpai

sejak dataran rendah (0-700 m dpl) hingga tinggi lebih dari 700 m dpl.

Page 8: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

8

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Berdasarkan karakteristik dan penciri masing-masing lahan kering dibagi

menjadi dua tipologi, yaitu lahan kering masam dan lahan kering iklim kering.

Luas lahan kering masam 108,775 juta ha yang tersebar di hampir seluruh wilayah

indoneisa, terluas terdapat di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Sedangkan lahan

kering iklim kering 13,272 juta ha, tersebar di NTT, NTB, Jawa Timur, Gorontalo

dan Sulawesi Selatan (Mulyani dan Syarwani, 2013).

Penggunaan lahan yang termasuk dalam kelompok lahan kering mencakup

sawah tadah hujan, tegalan, ladang, kebun campuran, perkebunan, hutan, semak,

padang rumput dan padang alang-alang. Sedangkan wilayah lahan kering

mencakup semua komponen yang ada di dalam maupun di permukaan lahan

kering, dari wilayah dataran di daerah hilir (dataran rendah) dan bisa berupa

tegalan, kebun dan ladang (lahan kering permanen) maupun lahan sawah tadah

hujan (lahan kering musiman), dengan demikian wilayah lahan kering merupakan

suatu contoh dari wilayah homogen (sesuai pembagian jenis wilayah secara

umum) (Suwardji, 2009).

Biochar Tempurung Kelapa

Biochar adalah arang yang terbentuk melalui proses pembakaran bahan

organik tanpa oksigen (pirolisis) pada temperatur 250°C-500°C (Nurida dan

Rachman, 2009).

Biochar memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan bahan dasar

pembuatannya, dan dapat diketahui bahwa Biochar kotoran sapi, sekam padi, dan

tempurung kelapa memiliki ikatan kimia dan beberapa sifat kimia yang berbeda.

Tabel 1. Karakteristik Sifat Kimia Biochar Kotoran Sapi, Sekam Padi, dan

Tempurung Kelapa

Biochar kotoran sapi Biochar sekam padi Biochar tempurung kelapa

Kadar air 8,2%

pH 8,9

C 23,53%

N 0,73%

P 0,57%

K 0,69%

Ca 0,51%

Na 0,15%

Mg 0,44%

Abu 75,34%

KTK 16,79 cmol kg-1

C/N 32,23

Kadar air 5,4%

pH 6,7

C -%

N 0,42%

P 0,151%

K 0,06%

Ca 0,0001%

Na -%

Mg 0,0033%

Abu 56,87%

KTK 17,23 cmol kg-1

C/N 75,19

Kadar air 5,6%

pH 9,9

C 80,59%

N 0,34%

P 0,10%

K 0,84%

Ca 0,04%

Na 0,12%

Mg 0,06%

Abu 7,36%

KTK 11,78 cmol kg-1

C/N 237,03

Sumber: Sukartono, 2011

Bahan baku Biochar yang berasal dari tempurung kelapa akan menghasilkan

karbon yang tinggi (Multazam, 2012). Sebagaimana hasil penelitian Nurida et

Page 9: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

9

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

al.(2008b) bahwa Biochar tempurung kelapa memiliki kandungan C yang cukup

tinggi yaitu 24,33% dengan kandungan N yang paling rendah yaitu 0,20%

sehingga memiliki C/N rasio yang cukup tinggi yaitu 122% dibandingkan dengan

Biochar yang berasal dari kulit buah kakao, tempurung kelapa sawit dan sekam

padi.

Biochar mampu memacu aktivitas kehidupan mikroorganisme tanah dan

dapat meningkatkan agregat tanah (Santi dan Goenadi, 2010). Biochar tidak

dikonsumsi oleh mikroba secara langsung seperti halnya bahan organik lainnya

dan dalam jangka panjang Biochar tidak mengganggu keseimbangan karbon

nitrogen, bahkan mampu menahan dan menjadikan air serta hara lebih tersedia

bagi tanaman (Anischan, 2010). Ketersediaan hara bagi tanaman oleh Biochar

disebabkan oleh kemampuan Biochar yang dapat meningkatkan pH tanah

sehingga dapat mengurangi penjerapan hara oleh kation penyebab asam dalam

tanah (Nurida dan Rachman, 2009). Selain itu, Biochar memiliki muatan negatif

yang berasal dari hasil reaksi oksidasi dan reduksi antara partikel Biochar dengan

oksigen di dalam tanahsehingga Biochar mampu menahan hara untuk tanaman

(Multazam, 2012). Keberadaan Biochar dapat meningkatkan kehidupan mikroba

yang berasosiasi dengan akar tanaman (Nurida dan Rachman, 2009).

Biochar tempurung kelapa dapat menahan NO3- yang mudah terlindi

(leaching) atau hilang (Multazam, 2012). Surianingsun (2012) dalam

penelitiannya membuktikan bahwa penggunaan Biochar tempurung kelapa

berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan pupuk nitrogen, karena Biochar

tempurung kelapa memiliki positive charge yang dapat mengabsorpsi hara

bermuatan negatif seperti NO3- dalam bentuk ikatan C-N sehingga hara ini

terhindar dari perlindian (leaching).

Apzani dan Sudantha (2014) mengatakan bahwa salah satu cara yang

tepat dalam meningkatkan produktivitas lahan kering yaitu dengan menerapkan

pertanian organik yang ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan potensi biochar

dan biokompos serta agen hayati Trichoderma sp., dan aplikasi dosis yang tepat,

maka kondisi lahan kering dalam hal perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologis

tanah, khususnya dalam retensi air, dan hara dapat tercapai. Biochar dan

biokompos stimulator Trichoderma spp memiliki potensi yang dapat memberikan

kontribusi nyata di lahan kering khususnya dapat memberikan pengaruh positif

dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung di lahan kering.

Pemanfaatan potensi biokompos dan biochar serta agen hayati Trichoderma sp.

merupakan salah satu cara yang tepat dalam mengembangkan pertanian organik

dan diharapakan memberikan hasil yang optimal dalam setiap kegiatan usaha tani

jagung di lahan kering NTB.

Di daerah Lombok, biochar biasanya digunakan di lahan kering, dan di

dataran tinggi (Sukartono, 2012). Sebagaimana dilaporkan oleh Sudantha dan

Suwardji, (2012) bahwa biochar dapat digunakan pada tanah pasiran dengan

tingkat kesuburan rendah, artinya biochar sangat cocok digunakan di lahan kering

pasiran Kabupaten Lombok Utara.

Sudantha (2013) mengatakan bahwa dari aplikasi pestisida pada suatu

tanaman di lahan pertanian, kurang lebih 60% pestisida akan jatuh ke tanah dan

Page 10: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

10

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

dari pestisida tersebut kemudian menjadi permasalahan besar bagi kualitas

lingkungan, karena akan terbawa aliran air dan akhirnya masuk ke sungai hingga

berpotensi membahayakan hewan ternak bahkan manusia. Agar residu pestisida di

dalam tanah tersebut tidak terbawa aliran air maka residu itu perlu ditahan dengan

suatu bahan yang dapat menyerap (imobilisasi), yakni arang aktif yang memiliki

kemampuan menyerap polutan. Rongga arang aktif sangat disukai oleh mikroba

misalnya bakteri tanah pendegradasi dan bakteri pengikat nitrogen atau jamur

Trichoderma spp. sebagai host, sehingga populasi mikroba tersebut menjadi

meningkat karena di dalam rongga arang aktif terdapat nutrient C dan N yang

berasal dari residu pestisida.

Apzani, Sudantha, dan Fauzi (2014); Sudantha dan Suwardji (2015):

Sanuriza dan Sudantha (2016); Sanuriza, Sudantha, dan Fauzi (2016) mengatakan

bahwa cara pembuatan biochar dan fermentasinya sebagai berikut: Sumber

biochar tempurung kelapa yang digunakan berasal dari limbah industri di

Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat. Cara pembuatan biochar adalah

tempurung kelapa dimasukkan ke dalam drum, selanjutnya dipanaskan

menggunakan tungku yang memiliki ukuran panjang 120 cm, lebar 70 cm, dan

tinggi 40 cm dengan bahan bakar serabut kelapa dan serbuk gergaji. Pengukuran

suhu dilakukan setiap jam sampai menjelang akhir proses pemanasan. Pemanasan

bahan dilakukan sampai seluruh bahan berubah menjadi arang hitam. Biochar

tersebut selanjutnya ditumbuk (grinding) sedemikian rupa kemudian diayak

dengan ayakan mata saring 1,0 mm. Selanjutnya tumpukan biochar ditambahkan

dedak dan larutan gula, dan diinokulasi dengan jamur Trichoderma spp. kemudian

ditutup rapat-rapat dengan terpal dan dibiarkan selama 3 minggu dengan

pembalikan setiap satu minggu sekali.

Jamur T. harzianum merupakan salah satu jamur yang digunakan untuk

fermentasi (Sudantha, 1997). Selain jamur Trichoderma spp. yang bersifat

saprofit antagonis terdapat juga yang bersifat endofit antagonis seperti yang

dilaporkan oleh Sudantha dan Abadi (2006); Sudantha (2007) dan Sudantha dan

Abadi (2007) bahwa jamur Trichoderma spp. endofit antagonis efektif dapat

digunakan sebagai mikrobia fermentasi baik dalam pembuatan biokompos,

biofungisida, bioaktivator, maupun biochar. Sudirman dan Sudantha (2013)

mengatakann bahwa jamur Trichoderma spp. yang dicampur dengan MOL gula

aren dan ekstrak daun dapat mempercepat proses fermentasi.

Fermentasi Biochar dan Cara Aplikasi

Fermentasi adalah proses respirasi anaerob oleh sel organisme dengan

menghidrolisis gula menjadi energy, gas CO2 dan etanol atau senyawa lainnya,

tergantung dari substrat dan enzim katalitik yang dikeluarkan oleh sel. Substrat

yang digunakan adalah bahan atau senyawa organik, dapat dalam bentuk

karbohidrat, lemak atau protein. Karbohidrat dalam bentuk glikogen atau selulosa

dihidrolisis terlebih dahulu menjadi senyawa-senyawa sederhana (glukosa,

sukrosa, fruktosa) oleh enzim selulase yang dikeluarkan oleh sel.

Page 11: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

11

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Degradasi BO seperti seresah daun dan sisa-sisa tanaman pengandung

selulosa dan lignin dapat berlangsung lelalui fermentasi atau pengomposan

anaerob. Biochar juga dapat difermentasi walaupun lebih stabil dari BO melalui

proses pengomposan anaerob. Tujuan dari fermentasi pada Biochar adalah untuk

menyediakan habitat yang baik bagi mikroba sebelum diaplikasikan ke tanah

(Fischer dan Glaser, 2012).

Fermentasi pada Biochar dapat meningkatkan luas permukaan, sebagai

atraktan bagi mikroba, memperpanjang masa hidup mikroba pada BO. Fermentasi

pada Biochar membawa efek aditif terhadap keseburan tanah dan pertumbuhan

tanaman. Melalui aktivitas mikroba dan daya serap Biochar, secara biologi unsur

hara akan diurai dan dikonversi menjadi bentuk yang sederhana yang tersedia bagi

tanaman. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk fermentasi Biochar antara

lain Wet Method, Dry Method, Chemical Input dan Natural Input (McGrath,

2015).

Aplikasi Biochar untuk meningkatkan kesuburan tanah idealnya di bawah

permukaan tanah yang dekat dengan zona perakaran, di mana siklus dan serapan

unsur hara oleh tanaman berlangsung. Biochar dapat diberikan bersamaan dengan

pengolahan tanah, dibenamkan di antara larikan tanaman (sufsurface) atau ditabur

di atas permukaan tanah (surface) (Major, 2010).

Page 12: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

12

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

METODE

Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif yakni

pengumpulan data dengan teknik kajian pustaka atau literatur dengan

mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan topik yang dibahas dari

berbagai sumber kemudian dianalisa, disusun, diinterpretasikan dan dibahas untuk

mendapatkan kesimpulan.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder, yakni data

yang diperoleh dari pustaka atau literatur dari hasil penelitian dan sumber

informasi yang berhubungan dengan obyek kajian. Sumber data diperoleh dari

buku, jurnal dan internet.

Konsep Metodologi

Konsep metodologi disajikan dalam bentuk skema krangka metodologi

sebagaimana di Gambar 1.

Gambar 1. Skema metodologi alur pemikiran

Biochar

Cara Fermentasi Teknik Fermentasi

Masa Fermentasi

Cara Aplikasi Mixing

Ditabur

Larikan

Lubang tanam

Respon Pertumbuhan dan

Hasil Tanaman Kedelai

Page 13: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

13

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara Fermentasi Biochar

Teknik Fermentasi

Prinsip dari fermentasi adalah respirasi anaerob sel yang mengurai gula

sederhana menjadi ATP (energi), CO2 dan etanol atau bahan lain. Pada proses

pengomposan, sel-sel yang bekerja adalah sel-sel dari kelompok mikroba seperti

bakteri dan fungi. Pada BO dedaunan dan sisa-sisa tanaman pengandung selulosa

dan lignin, proses ini diawali dengan hidrolisis senyawa kompleks. Pada tahap ini,

sel-sel anaerob mengeluarkan enzim seperti selulase untuk menghidrolisis

senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Hal ini lah

yang dipentingkan dalam proses pengomposan, yaitu penguraian bahan-bahan

komplek organik menjadi senyawa-senyawa organik yang lebih sederhana seperti

glukosa, fruktosa, as.amino dan asam organik lainnya.

Fermentasi pada Biochar umumnya sama dengan fermentasi pada BO

dengan pengomposan anaerob. Namun, fermentasi pada Biochar lebih kepada

upaya untuk penyiapan untuk penyedia habitat yang baik bagi pertumbuhan

mikroba sebelum diaplikasikan ke tanah. Biochar yang telah melalui fase pirolisis

kemudian difermentasi, dilakukan dengan cara menciptakan suasana anaerob pada

bahan sehingga fungi dan bakteri baik yang bersifat saprofit, obligat maupun

fakultatif dapat tumbuh dan menguasai permukaan dan ruang pori Biochar.

Teknik fermentasi dilakukan dengan penyiapan bahan Biochar tempurung

kelapa, substrat, dan stater yang digunakan. Substrat dapat menggunakan

campuran gula tebu dan dedak (Sanuriza, Sudantha dan Fauzi, 2016), sedangkan

bahan stater dari kelompok bakteri (bakteri asam laktat), fungi (Aspergillus niger

atau Trichoderma spp.) atau bahan stater yang telah diformulasi seperti EM4.

Biochar dan substrat dicampur (mixing) kemudian disiram atau dipercik-percikan

dengan larutan bahan stater yang sebelumnya telah disiapkan sampai dengan

kondisi fisik bahan seperti adonan (tidak terlalu remah dan tidak terlalu becek).

Setalah semua bahan tercampur kemudian ditutup rapat-rapat kedap udara (tanpa

oksigen), dapat menggunakan karung, terpal, plastik atau bahan ditempatkan di

dalam wadah tertutup.

Suwardji dan Sudantha (2016) mengatakan bahwa biochar yang

difermentasi dengan jamur Trichoderma spp. menyebabkan terjadinya

peningkatan pH dengan bahan baku biochar yang di gunakan yaitu tempurung

kelapa yang memiliki tingkat alkalin yang tinggi. Peningkatan kadar C-Organik

pada tanah setelah aplikasi biochar disebabkan oleh kandungan karbon yang

tinggi pada biochar. Terjadi peningkatan KTK tanah setelah panen pada perlakuan

biochar. KTK suatu tanah mempunyai kaitan erat dengan tingkat kesuburan tanah.

Peningkatan kadar N pada tanah setelah aplikasi biochar berkaitan erat dengan

peningkatan C-Organik didalam tanah karena salah satu sumber utama nitrogen di

dalam tanah adalah bahan organik. Kadar P Tersedia dan K Tertukar di dalam

tanah pada perlakuan biochar lebih tinggi jika di bandingkan dengan perlakuan

Page 14: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

14

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

tanpa biochar. Peningkatan kadar P Tersedia dan K Tertukar ini berkaitan dengan

peningkatan pH dan KTK didalam tanah setelah aplikasi biochar.

Hal ini diperlihatkan pada tanaman kedelai yang diaplikasikan dengan

bioaktivator dan biochar yang mengandung jamur Trichoderma spp. dapat

menekan perkembangan jamur F. oxysporum, akibatnya tanaman kedelai tidak

menunjukkan penyakit layu (Suwardji dan Sudantha, 2016). Lebih lanjut

Sudantha dan Abadi (2011) mengatakan bahwa jamur endofit Trichoderma spp.

(isolat Endo-02 dan Endo-04) dan jamur saprofit Trichoderma spp. (isolat Sapro-

07 dan Sapro-09) yang diaplikasikan dalam bentuk bioaktivator dapat

meningkatkan ketahanan induksi bibit vanili terhadap penyakit busuk batang

Fusarium. Menurut Sudantha (2014) dan Sudantha (2015), beberapa patogen tular

tanah seperti jamur Sclerotium rolfsii, Rhizoctonia sp., Phytium sp., Phytophthora

sp., dan Verticilium sp. dapat ditekan perkembangannya dalam tanah

menggunakan jamur Trichoderma spp. Bahkan menurut Sudantha dan Suwardji

(2015 a), Sudantha dan Suwardji (2015 b), penggunaan bioaktivator formulasi

butiran dan cairan pada lahan kering dapat meningkatkan hasil kedelai. Demikian

pula menurut Sudantha dan Suwardji (2016), Sudantha, Fauzi dan Suwardji

(2016) bahwa penggunaan bioaktivator dapat meningkatkan hasil umbi bawang

merah.

Masa Fermentasi

Masa fermentasi dipengaruhi multifaktor, namun dalam proses fermentasi

buatan untuk melihat waktu optimum yang dibutuhkan selama proses

pengomposan anaerob hal-hal yang diperhatikan antara lain: struktur kimia

polimer bahan yang difrementasi, konsentrasi bahan stater yang diinokulasi, suhu

proses, ukuran substrat dan konsentrasi bahan gula sebagai substrat awal untuk

memulai pertumbuhan dan pembiakan bagi mikroba.

Laju fermentasi bahan diindikasikan dengan penurunan nilai Rasio C:N

(Gambar 1). Semakin sederhana dan struktur persenyawaan polimer bahan

terfermentasi, laju penurunan Ratio C:N semakin cepat. Semakin besar

konsentrasi stater yang diberikan, maka semakin cepat penurunan Rasio C:N.

Semakin besar suhu yang diberikan, maka penurunan Rasio C:N semakin cepat

sampai dengan suhu 400C, suhu di atas 400C memperlambat laju penurunan Rasio

C:N (Yuniwati et al., 2012). Hal ini karena suhu di atas 400C menyebabkan

denaturasi enzim katalitik yang berperan selama proses degradasi dan penguraian

bahan. Semakin tinggi konsentrasi gula sebagai substrat awal, penurunan Rasio

C:N semakin cepat sampai dengan batas konsentrasi tertentu. Semakin kecil

ukuran bahan butir substar, maka laju penurunan Rasio C:N juga semakin

meningkat.

Dalam penelitian yang dilakukan Yuniwati et.al. (2012) melihat penurunan

Rasio C:N pada proses pembuatan kompos dari sampah organik secara anaerob

dengan stater EM4 selama hari pengomposan. Hasil dari penelitian tersebut

ditujukkan pada Tabel 2.

Page 15: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

15

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Tabel 2. Pengaruh waktu proses fermentasi terhadap Rasio C:N pada berbagai

konsentrasi EM4

Konsentrasi (g/L) Rasio C:N pada hari ke-n

1 2 3 4 5 6 7

0,1 117,91 44,70 40,27 22,89 21,96 16,59 11,50

0,4 65,18 37,75 30,23 20,08 19,22 16,25 14,63

0,8 94,88 35,38 25,66 19,18 18,22 16,10 10,94

Sumber: Yuniwati et al., 2012

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Rasio C:N menurun drastis pada

phase hari ke-1 sampai hari ke-2, selanjutnya dari hari ke-2 sampai hari ke-7

secara perlahan seiring dengan berjalannya waktu menurun perlahan dan

kemungkinan hari selanjutnya, namu penurunan berkencenderungan mendekati

flat. Sebagai ilustrasi disajikan dalam bentuk gambar grafik (Gambar 2).

Gambar 2. Pengaruh waktu proses fermentasi terhadap Rasio C:N pada berbagai

konsentrasi EM4

Sumber: Yuniwati et al., 2012 (Data diolah).

C:N

Rat

io

Waktu (hari)

Lama Fermentasi dan Konsentrasi EM4 terhadap Penurunan C:N Ratio

0,1

0,4

0,8

Page 16: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

16

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Pada studi lain tentang fermentasi Biochar dan BO, Biochar terfermentasi

mampu memperlambat laju kehilangan C-organik. Senyawa C-organik sebagai

indicator kesuburan tanah. Terjadi interaksi antara taraf Biochar dan lama

pengomposan pada taraf kepercayaan 5% (p<5; n=3; Student’s t-test). Persentase

kehilangan C-organik pada bahan selama antara 1-29 hari dan 29-85 hari

pengomposan anaerob BO yang dikombinasikan dengan Biochar pada taraf 0, 50

dan 100 kg/ton BO menunjukkan perbedaan yang signifikan (Gambar 3).

Gambar 3. Pengaruh dosis dan Lama pengomposan Biochar yang diberikan

EM4 dan tanpa EM4 terhadap laju kehilangan C-organik (D0=BO

tanpa Biochar; D50= BO + 50 kg/ton BO; D100=BO+100kg/ton BO;

DEM0= BO+EM4+tanpa Biochar; DEM50= BO+EM4+50 kg/ton

BO; DEM100=BO+EM4+100kg/ton BO.

Sumber: Erben (2011) dalam Fischer dan Glaser (2012)

Persentase kehilangan C-organik secara nyata lebih tinggi pada tanpa

Biochar (taraf 0 kg/ton BO) dibandingkan dengan perlakuan Biochar 50 dan 100

kg/ton BO pada masa 1-29 hari fermentasi, sedangkan pada masa 29-85 hari

fermentasi secara nyata lebih tinggi pada perlakuan penambahan Biochar 50 dan

100 kg/ton BO dibandingkan dengan tanpa Biochar. Keberadaan Biochar

memperlambat laju kehilangan C-organik pada BO di tahap awal fermentasi.

Biochar mampu mempertahankan C-organik diduga berlangsung secara fisik

melalui pengisian stuktur ruang pori Biochar dan gaya adhesi yang kuat antar

kedua jenis bahan, melalui ikatan kimia senyawa organik dan gugus aktif dari

Biochar yang bersifat polar dan atau efisiensi pemanfaatan substrat oleh mikroba.

Page 17: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

17

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Cara Aplikasi Biochar pada Tanaman Budidaya

Larikan

Cara larikan yaitu dengan membuat parit kecil diantara barisan tanaman

sedalam 6-10cm. Biochar ditempatkan di dalam larikan tersebut, kemudian

ditutup atau tanpa ditutup kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu atau kedua

sisi barisan tanaman. Sebagai lustrasi disajikan dalam bentuk gambar (Gambar 4.).

Gambar 4. Aplikasi Biochar dengan cara larikan untuk tanaman pohon di Jepang.

Sumber: Photo oleh Sugiura dalam Major, 2010

Di atas permukaan tanah (Surface soil)

Cara ini dilakukan sebelum penanaman, namun tidak sesuai untuk

pemberian di atas permukaan tanah pada pertanaman System Tanpa Olah Tanah

(TOT), karena bahan dapat hilang oleh erosi permukaan pada lahan miring

(kemiringan:<00<) atau hanyut terbawa limpasan permukan (run off) pada lahan

datar (kemiringan:=00). Setelah penebaran Biochar dilanjutkan dengan

pengolahan tanah (mixing matter), cara ini memungkinkan distribusi bahan

pembenah tanah dapat merata sehingga perkembangan akar pun lebih seimbang.

Sebagai ilustrasi disajikan dalam bentuk gambar (Gambar 5.).

Page 18: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

18

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Gambar 5. Aplikasi Biochar dengan cara penaburan di atas permukaan tanah.

Sumber: Photo oleh Julie Major, B. Husk dan Josiah Hunt dalam Major, 2010

Pop Up

Cara Pop Up yaitu dengan dimasukkan Biochar ke dalam lubang tanam

pada saat penanaman benih atau biji. Bahan Biochar tidak disarankan untuk

dicampur dengan bahan yang memiliki indeks garam tinggi karena dapat

menyebabkan kerusakan pada benih atau biji. Sebagai ilustrasi disajikan dalam

bentuk gambar (Gambar 6.).

Gambar 6. Aplikasi Biochar dengan cara Pop Up untuk persiapan lubang bibit

sawit di Costa Rica.

Sumber: Photo oleh T. Benjamin dalam Major, 2010.

Page 19: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

19

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Penugalan

Penugalan dengan menempatkan Biochar ke dalam lubang di samping

tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah

Biochar dimasukkan dapat ditutup atau tanpa ditutup kembali dengan tanah.

Respon Biochar terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai

Serapan hara tanaman

Aplikasi Biochar pada tanaman kedelai dapat meningkatkan serapan hara N

sampai 20% (Purnama, 2014), P sampai 19,08% dan K meningkat 17,76% (Tabel

3) (Hartatik et al., 2015). Serapan unsur hara berkorelasi positif terhadap hasil

tanaman. Indeks panen N berkorelasi kuat terhadap hasil panenan tanaman

kedelai. Serapan P tanaman kedelai berkorelasi positif (+0,74) terhadap

pembentukan protein di dalam biji (Jeppson et al., 1978; Harper, 1979;

Schweitzer dan Harper,1985; Raboy et al., 1984 dalam Caradus, 1990).

Tabel 3. Pengaruh Aplikasi Biochar terhadap serapan hara P dan K tanaman

kedelai

Parameter Perlakuan

Kontrol Biochar (2,5 ton/ha)

Serapan Unsur Hara (kg/ha)

P 11,45a 14,15b

K 45,69a 55,56b

Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5% uji LSD.

Sumber: Hartatik et al., 2015

Sebagai bahan pembenah tanah Biochar memperbaiki sifat fisika, kimia dan

biologi tanah secara bersama-sama yang saling terkait satu sama lain. Sifat-sifat

tanah yang baik dapat meningkatkan potensi serapan unsur hara tanaman melalui

tanah. Baiknya serapan tanaman terhadap unsur hara meningkatkan kesehatan

tumbuh tanaman. Tanaman yang tumbuh dengan baik meningkatkan sifat

fisiologis tanaman terhadap serapan unsur hara (Baligar et al., 1990). Pada

akhirnya meningkatkan bobot organ-organ vegetatif dan generatif tanaman seperti

berangkasan (biomassa), buah dan biji.

Komponen Parameter Pertumbuhan

Biochar hasil fermentasi dapat memacu pertumbuhan tanaman kedelai. Hal

ini dapat dilihat pada parameter tinggi tanaman yang meningkat 12,56% pada

Page 20: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

20

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

aplikasi Biochar 10 ton/ha dibandingkan dengan tanpa aplikasi Biochar (Sanuriza,

2015). Tinggi tanaman sebagai salah satu indicator reproduksi, pemanjangan dan

pembesaran sel serta laju pertumbuhan tanaman.

Bobot kering bintil akar juga meningkat signifikan. Hasil berbeda nyata

antara perlakuan kontrol dibandingkan dengan aplikasi Biochar. Pada perlakuan

kontrol sebesar 0,40 g/tanaman sedangkan pada perlakuan aplikasi Biochar

sebesar 0,56 g/tanaman (Hartatik et al., 2015). Bintil akar sebagai organ penting

pada tanaman legume, dimana tempat berlangsungnya fiksasi N oleh Rhizobium

sp., sehingga N tersedia di dalam tanaman. Bobot bintil akar yang meningkat

memungkinkan tanaman legume (termasuk kedelai) menyediakan ruang tumbuh

yang lebih besar bagi bakteri sehingga daya fiksasi populasi bakteri di dalam akar

per satuan unit tanaman menjadi lebih tinggi, serapan N menjadi lebih besar.

Komponen Parameter Hasil

Aplikasi Biochar menunjukkan pengaruh signifikan terhadap komponen

hasil tanaman kedelai, secara nyata dapat meningkatkan pembentukan polong,

biomassa dan produktivitas tanaman (Tabel 4).

Tabel 4. Pengaruh Aplikasi Biochar terhadap komponen hasil tanaman kedelai

Parameter

Perlakuan

Kontrol

Biochar

(10

ton/ha)

Biochar

(20

ton/ha)

Biochar

(30

ton/ha)

Biochar

(40

ton/ha)

Polong terbentuk (polong) 399a 420ab 460b 442b 454b

Polong berisi (polong) 379a 402ab 444b 425b 434b

Berangkasan kering per

tanaman/biomassa (g)

310,51a 384,61b 420,92b 448,24b 451,61c

Produktivitas hasil biji (ton/ha) 1,91a 2,09b 2,11b 2,16b 2,22b

Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5% uji BNJ.

Sumber: Purnama, 2014

Pada perlakuan dosis Biochar 20 ton/ha secara nyata meningkatkan jumlah

polong terbentuk dan polong berisi dibandingkan dengan perlakuan dosis Biochar

10 ton/ha, namun berpengaruh tidak nyata pada dosis 20, 30 dan 40 ton/ha.

Biomassa tanaman berbeda nyata pada perlakuan antara tanpa aplikasi Biochar

dibandingkan dengan aplikasi Biochar, namun pada aplikasi Biochar

menunjukkan perbedaan tidak nyata pada dosis Biochar 10, 20, dan 30 ton/ha.

Biomassa tanaman meningkat secara nyata pada aplikasi dosis Biochar 40 ton/ha.

Page 21: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

21

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Pada analisis trend menunjukan bahwa Biochar yang ditambahkan akan

diikuti dengan biomassa tanaman yang semakin meningkat (Gambar 7), hingga

(berdasarkan persamaan) hasil maksimum dicapai 453,05 g pada aplikasi dosis

Biochar 36 ton/ha.

Gambar 7. Trend pengaruh dosis Biochar terhadap berat kering (biomassa)

tanaman kedelai.

Sumber: Purnama, 2014 (diolah kembali)

Produktivitas tanaman secara nyata meningkat dengan perlakuan aplikasi

Biochar, namun dosis Biochar yang berbeda antara 10, 20, 30 dan 40 ton/ha

menunjukkan perbedaan tidak nyata. Pada analisis trend pengaruh dosis Biochar

terhadap produktivitas hasil panenan tanaman kedelai menunjukkan model dan

pola yang sama dengan hasil berat kering (biomassa) tanaman, bahwa semakin

tinggi pemberian Biochar, maka produktivitas tanaman semakin tinggi hingga

batas aplikasi Biochar 43 ton/ha dengan nilai produktivitas hasil biji maksimum

dicapai 2,21 ton/ha (Gambar 8). Hal ini karena Biochar sebagai pembenah tanah

mampu meningkatkan serapan unsur hara dan air terutama P dan K sebagaimana

hasil penelitian Hartatik et al. (2015).

Biomassa (g), 0, 310.51

Biomassa (g), 10, 384.61

Biomassa (g), 20, 420.92

Biomassa (g), 30, 448.24Biomassa (g), 40, 451.61

y = -0.107x2 + 7.756x + 312.5R² = 0.996

Bio

mas

sa (

g)

Dosis Biochar (ton/ha)

Berangkasan kering per tanaman/biomassa

Biomassa (g)

Poly. (Biomassa(g))

Page 22: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

22

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Gambar 8. Trend pengaruh dosis Biochar terhadap produktivitas hasil biji

tanaman kedelai.

Sumber: Purnama, 2014 (diolah kembali)

Suwardji dan Sudantha (2016) mengatakan bahwa perlakuan biochar baik

yang di fermentasi maupun tanpa fermentasi berbeda nyata dengan perlakuan

tanpa biochar, sementara perlakuan biochar yang di fermentasi jamur

Trichoderma spp. tidak berbeda nyata dengan perlakuan biochar tanpa fermentasi.

Peningkatan tinggi tanaman pada perlakuan biochar disebabkan oleh tersedianya

unsur hara pada tanah setelah aplikasi biochar. Hasil analisis tanah setelah panen

pada perlakuan tersebut menunjukkan terjadi peningkatan kadar hara di dalam

tanah jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa biochar. Salah satunya dengan

peningkatan nitrogen didalam tanah, peningkatan nitrogen akan berdampak baik

pada pertumbuhan tanaman jagung, sebagaimana menurut Sutedjo (2008)

nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada

umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian

vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Secara umum perlakuan biochar

yang di fermentasi jamur Trichoderma spp. lebih baik dalam memperbaiki sifat

tanah jika dilihat dari hasil analisis tanah setelah panen. Namun, perlakuan

biochar yang di fermentasi jamur Trichoderma spp. tidak berbeda nyata dengan

perlakuan biochar tanpa fermentasi terhadap peningkatan tinggi tanaman jagung.

Hal ini di duga biochar yang di fermentasi belum optimal dalam memperbaiki

sifat tanah saat pertumbuhan tinggi tanaman jagung.

Lebih lanjut Suwardji dan Sudantha (2016) mengatakan bahwa Perlakuan

biochar yang difermentasi jamur T. harzianum isolat SAPRO-07 dan T. koningii

isolat ENDO-02 lebih berpotensi dalam meniingkatkan pertumbuhan dan hasil

jagung dibandingkan dengan perlakuan biochar tanpa fermentasi dan perlakuan

tanpa biochar di tanah Entisol. Produktivitas hasil jagung pada perlakuan biochar

Produktivitas hasil biji (ton/ha), 0, 1.91

Produktivitas hasil biji (ton/ha), 10, 2.09

Produktivitas hasil biji (ton/ha), 20, 2.11

Produktivitas hasil biji (ton/ha), 30, 2.16

Produktivitas hasil biji (ton/ha), 40, 2.22y = -0.0002x2 + 0.0129x + 1.93

R² = 0.9352

y = -0.00015x2 + 0.01290x + 1.93000R² = 0.93515

Pro

du

ktiv

itas

(to

n/h

a)

Dosis Biochar (ton/ha)

Produktivitas hasil biji

Produktivitashasil biji(ton/ha)

Page 23: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

23

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

yang di fermentasi dengan jamur Trichoderma spp. adalah 8,28 ton/ha, sedangkan

perlakuan biochar tanpa fermentasi adalah 4,85 ton/ha, dan tanpa biochar adalah

2,62 ton/ha.

Sudantha dan Suwardji (2016) mengatakan bahwa jamur saprofit T.

harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 yang

digunakan untuk fermentasi biochar dapat berkolonisasi dengan baik dalam biochar yang

kemudian diberikan ke dalam tanah. Pada penelitian ini ditemukan populasi jamur

Trichoderma spp. di biochar dan di daerah perakaaran tanaman kedelai 6,0 x 106

propagul/g tanah. Hal ini berarti biochar merupkan host yang baik untuk jamur

Trichoderma spp. Menurut Sudantha (2007) bahwa kedua species jamur ini mempunyai

karakter yang berbeda, yaitu jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 berkolonisasi

di rhizosfer tanaman kedelai dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 masuk ke

dalam jaringan tanaman kedelai. Lebih lanjut Sudantha (2010b) mengatakan bahwa jamur

endofit dalam jaringan tanaman kedelai lebih berperan dalam memacu pertumbuhan

vegetatif dibandingkan dengan generatif, dan sebaliknya jamur saprofit lebih berperan

dalam memacu pertumbuhan generatif dibandingkan dengan vegetatif. Dalam hal peran

jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 di dalam jaringan tanaman kedelai

menstimulir etilen dalam memacu pemanjangan sel sehingga bertambahnya tinggi

tanaman, sedangkan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 di rhizosfer atau

daerah perakaran tanaman kedelai mengeluarkan etilen yang didifusikan ke tubuh

tanaman melalui silem yang berperan memacu pertumbuhan generatif. Lebih lanjut Sudantha dan Suwardji (2016) mengatakan bahwa biochar yang

telah difermentasi dengan kedua species jamur ini berpengaruh langsung dalam

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan demikian sifat fisik, kimia dan

biologi tanah yang baik dapat meningktkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.

Pada penelitian ini analisis tanah setelah pemberian biochar menunjukkan bahwa pH

tanah meningkat dari 6,0 menjadi 6,2; terjadi peningkatan C organik dari 1,93%

menjadi 2,09%; terjadi peningkatan N total dari 0,16% menjadi 0,44%; terjadi

peningkatan P tersedia dari 0,46 ppm menjadi 43,86 ppm, terjadi peningkatan K tertukar dari 1,28 M% menjadi 2,68 M%; dan terjadi peningkatan KTK dari 11,25 Me% menjadi

17,67 Me%. Menurut Sukartono dan Utumo (2012) bahwa peningkatan pH tanah pada

perlakuan biochar berkaitan dengan bahan baku biochar yang di gunakan yaitu

tempurung kelapa yang memiliki tingkat alkalin yang tinggi. Lebih lanjut Priyono

(2005) mengatakan bahwa pH tanah berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara

karena merupakan salah satu sifat kimia tanah yang penting yang dapat menentukan

kualitas tanah sebagai media tumbuh tanaman. Lehman et al. (2006) mengatakan bahwa

peningkatan C-Organik pada perlakuan biochar disebabkan oleh kandungan C-organik

pada biochar memiliki struktur C aromatik yang lebih tahan terhadap dekomposisi,

sehingga keberadaan C-Organik pada tanah meningkat bahkan bertahan lama. Menurut

Islami (2012) bahwa peningkatan C-Organik tanah berimplikasi terhadap peningkatan

kandungan bahan organik didalam tanah dan selanjutnya akan berpengaruh juga

terhadap perbaikan kualitas tanah dan keberadaan unsur hara di dalam tanah karena

bahan organik tanah merupakan salah satu kunci yang menentukan kesuburan dan

produktivitas tanah. Bahan organik merupakan sumber utama beberapa unsur hara

tanaman terutama N, P, S dan sebagian besar K. Selanjutnya Priyono (2005)

berpendapat bahwa peningkatan nilai KTK pada perlakuan biochar menunjukkan terjadi

perbaikan sifat tanah setelah aplikasi karena nilai KTK suatu tanah mempunyai kaitan

erat dengan tingkat kesuburan tanah. Selanjutnya Islami (2012) menyatakan

peningkatan efisiensi pemupukan terjadi sebagai akibat adanya KTK yang tinggi pada

Page 24: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

24

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

perlakuan biochar sehingga mampu menyerap hara pada pupuk dan selanjutnya

memperkecil kehilangan hara karena pencucian. Sukartono (2011) mengatakan bahwa

peningkatan kadar N Total pada tanah setelah aplikasi biochar berkaitan erat dengan

peningkatan C-Organik didalam tanah. Peningkatan C-Organik didalam tanah tersebut

selanjutnya dapat meningkatkan kandungan bahan organik sehingga akan berdampak

juga terhadap peningkatan nitrogen di dalam tanah karena salah satu sumber utama

nitrogen di dalam tanah adalah bahan organik. Nurida dan Rachman (2012) mengatakan

bahwa peningkatan kadar P Tersedia dan K Tertukar ini berkaitan dengan peningkatan

pH dan KTK didalam tanah setelah aplikasi biochar tersebut. Nilai KTK tanah dapat

menjadi indikator kesuburan tanah dalam hal ini mampu menyediakan unsur hara P dan

K didalam tanah bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Lebih lanjut Sudantha dan Suwardji (2016) mengatakan bahwa pemberian

biochar yang difermentasi dengan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan

jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 sebanyak 10 kg/petak setara 20 ton/ha

dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di lahan kering. Terjadi

peningkatan hasil bobot biji kering panen mencapai 57% yaitu dari 1,26 ton/ha menjadi

2,96 ton/ha. Pemberian

Sukartono dan Sudantha (2016) mengatakan bahwa aplikasi biokompos

mulai dosis 10 ton/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman, sedang aplikasi biochar

sampai dosis 40 ton/ha belum dapat meningkatkan tinggi tanaman kedelai.

Aplikasi biokompos mulai dosis 10 ton/ha dapat meningkatkan hasil panen

kedelai yakni 563,24 g/petak (2,25 ton/ha). Aplikasi biochar mulai dosis 10 ton/ha

dapat meningkatkan hasil panen kedelai yakni 521,84 g/petak (2,09 ton/ha).

Aplikasi biokompos dan biochar secara bersamaan mampu meningkatkan jumlah

bintil akar sekitar 67,22%. Bintil akar tertinggi terdapat pada perlakuan kombinasi

perlakuan biokompos dosis 10 ton/ha dengan biochar dosis 20 ton/ha yakni 119

buah. Serapan N tanaman kedelai meningkat seiring dengan meningkatnya dosis

biokompos dan biochar yang diberikan pada tanaman. Pada perlakuan kontrol

(tanpa pemberian biokompos dan biochar) nilai N-jaringan adalah 4,4%, pada

perlakuan kombinasi biokompos dosis 10 ton/ha dengan biochar dosis 20 ton/ha

nilai N-jaringannya adalah 4,45%, dan pada kombinasi perlakuan biokompos

dosis 15 ton/ha dengan biochar dosis 40 ton/ha nilai N-jaringannya adalah 4,65 %.

Biokompos dan biochar mempunyai kontribusi positif terhadap peningkatan

kesuburan tanah yang ditunjukan dengan terjadinya peningkatan kandungan C, N,

dan KTK tanah. Kandungan C organik meningkat dari 1, 48 % menjadi 2,26 %,

Kandungan N mengalami peningkatan dari 0,15 % menjadi 0,20 %, dan nilai

KTK tanah mengalami peningkatan dari 18,91 menjadi 22,67.

Page 25: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

25

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi pustaka dan pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Masa optimum fermentasi Biochar dipengaruhi oleh struktur polimer bahan

substrat, suhu, konsentrasi bahan stater dan ukuran fisik substrat yang

teridentifikasi melalui laju dan kadar penurunan Rasio C:N.

2. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk aplikasi Biochar

fermentasi antara lain: metode larikan, mixing dengan media tanah, Pop Up

dan penugalan;

3. Biochar dapat meningkatkan daya serap unsur hara esensial makro primer

(N, P, K), pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di lahan kering. Apabila

difermentasi dengan mikroba dan diaplikasikan di lahan kering, maka patut

diduga akan berpotensi lebih baik lagi dalam meningkatkan pertumbuhan

dan hasil tanaman kedelai karena perannya sebagai penyedia habitat yang

baik bagi mikroba.

4. Aplikasi biochar fermentasi dengan jamur Trichoderma spp. pada tanaman

jagung dan kedelai dapat meningkatkan pertumbuhan (tinggi tanaman) dan

hasil (bobot biji kering).

Saran

Perlu dilakukan penelitian eksperimental tentang pengaruh lama fermentasi

Biochar dan cara aplikasinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di

lahan kering.

Page 26: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

26

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

DAFTAR PUSTAKA

Aimon Hasdi dan Alpon Satrianto. 2014. Prospek Konsumsi dan Impor Kedelai di

Indonesia Tahun 2015-2020. Jurnal: Jurnal Kajian Ekonomi. Padang.

Vol. III no.5, Juli 2014.

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ekonomi/issue/view/490 (Diunduh

pada tanggal 27 Januari 2016)

Aldillah Rizma. 2014. Analisis Produksi dan Konsumsi Kedelai Nasional. Thesis:

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345. (Diunduh pada

tanggal 22 Januari 2016)

Anischan, G. 2010. Multiguna Arang Hayati Biochar. Balai Besar Penelitian

Tanaman Padi, Sinar Tani Edisi 13–19, Oktober 2010.

http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/inovasi/kl10102.pdf (Diunduh

tanggal 10 September 2013)

Anonim. 2012. Kinerja Produksi dan Harga Kedelai serta Implementasinya untuk

Perumusan Kebijakan Percepatan Pencapaian Target Sukses

Kementerian Pertanian. Analisis Kebijakan: Analisis Kebijakan Tahun

2012. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Balitbangtan

Kementan. http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/analisis-

kebijakan/analisis-kebijakan-tahun-2012 (Diunduh pada tanggal 27

Januari 2016)

Apzani, W. dan I.. M. Sudantha. 2014. Pemanfaatan Biokompos Stimulator

Trichoderma spp. dan Biochar Tempurung Kelapa Untuk Pertumbuhan

Dan Produksi Jagung (Zea Mays, L) di Lahan Kering NTB. Topik

Khusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering

Unram. 38 hal.

Apzani, W.; I. M. Sudantha; M. T. Fauzi. 2014. Aplikasi Biokompos Stimulator

Trichoderma spp. dan Biochar Tempurung Kelapa Untuk Pertumbuhan

dan Hasil Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering. Jurnal Agroteknologi,

2015 - jurnal.unej.ac.id

Balitbangtan. 2007. Kedelai: Teknik, Produksi dan Pengembangan. Puslitbang

Tanaman Pangan. Kementan. Bogor

Page 27: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

27

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Baligar V.C., R.R. Duncan dan N.K. Fageria. 1990. Soil-Plant Interaction on

Nutrient Use Efficiency in Plants: An Overview dalam Crops as

Enhancers of Nutrient Use. Buku: Academic Press, Inc. California.

pp351-374

BPS. 2015. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor September 2015.

Buletin: BPS. Jakarta-Indonesia. (Diunduh pada tanggal 22 Januari

2016)

_______. 2016. Tabel Dinamik Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Kedelai.

www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/871. (Diakses pada tanggal 22

Januari 2016)

Caradus J.R. 1990. Mechanisms Improving Nuntrient Use by Crop and Herbage

Legumes dalam Crops as Enhancers of Nutrient Use. Buku: Academic

Press, Inc. California. pp253-312

Dariah Ai. 2007. Bahan Pembenah Tanah: Prospek dan Kendala Pemanfaatannya.

Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 16 Mei 2007.

http://litbang.pertanian.go.id (Diunduh pada tanggal 26 Januari 2016)

Dariah Ai, I G.M. Subiska dan Sutono. 2013. Sistem Pengelolaan Tanah Pada

Lahan Kering Beriklim Kering. IAARD Press. Jakarta.

http://balittanah.litbang.pertanian.go.id (Diunduh pada tanggal 22

Januari 2016)

Dariah Ai dan Nani Heryani. 2014. Pemberdayaan Lahan Kering Suboptimal

untuk Mendukung Kebijakan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan.

Jurnal: Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol.9. Juli 2015.

http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id (Diunduh pada tanggal 27 Januari

2016)

FAO. 2016. Crops Production Map in FAOstat-online.

http://faostat3.fao.org/download/Q/QC/E. (Diakses pada tanggal 22

Januari 2016)

Fischer Daniel dan Bruno Glaser. 2012. Synergisms between Compost and

Biochar for Sustainable Soil Amelioration dalam Management of

Organic Waste. InTech. p167-198. www.intechopen.com/publish-with-

intech.html (Diunduh pada tanggal 28 Januari 2016)

Ginting Simon P. dan Rantan Krisnan.2006. Pengaruh Fermentasi Menggunakan

Beberapa Strain Trichoderma dan Masa Inkubasi Berbeda terhadap

Komposisi Kimiawi dan Bungkil Inti Sawit dalam Cakrawala Baru Iptek

Menuju Revitalisasi Peternakan Prosiding Seminar Nasional Teknologi

Page 28: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

28

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Peternakan dan Veternier 2006. Buku: Puslitbang Peternakan Kementan.

Bogor. p939-944.

http://digilib.litbang.pertanian.go.id/repository/artikel/1/1/2009/0/6691

(Diunduh 25 Januari 2016)

Gisi Sabino De, Luigi Petta dan Claudia Wendland. History and Techology of

Terra Preta Sanitation. Jurnal: Sustainability. Vol.6. p1328-1425.

www.mpdpi.com/journal/sustainability (Diunduh pada tanggal 31

Januari 2016)

Hadi Rustan. 2011. Sosialisasi Teknik Pembuatan Arang Tempurung Kelapa

dengan Pembakaran Sistem Suplai Udara Terkendali. Buletin: Buletin

Teknik Pertanian. Pustaka Balitbang Kementan. Vol.16 no.2. 2011. p77-

80. http://digilib.litbang.pertanian.go.id/v2/katalog/majalah/all/buletin-

teknik-pertanian/16/2/2011 (Diakses pada tanggal 29 Januari 2016).

Hartatik Wiwik, Heri Wibowo dan Jati Purwani. 2015. Aplikasi Biochar dan

Tithoganic dalam Peningkatan Produktivitas Kedelai (Glycine max L.)

pada Typic Kanhapludults di Lampung Timur. Jurnal: Jurnal Tanah dan

Iklim Vol.39. No.1. Juli 2015. pp51-62.

http://balittanah.litbang.pertanian.go.id (Diunduh 25 Januari 2016).

Irawan, Ai Dariah dan Achmad Rachman. 2015. Pengembangan dan Diseminasi

Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Optimalisasi Pengelolaan

Lahan Kering Masam. Jurnal: Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Lahan.

Vol.9 no.1. Juli 2015. p37-50.

http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id/index.php/ (Diunduh 28 Januari

2016).

Juniati. 2005. Si Hitam Pembawa Rizki. Berita: AgriCultures Network.

www.agriculturesnetwork.org/megazines/indonesia/11-energi-dari-

lahan/si-hitam-pembawa-rizki (Diunduh 28 Januari 2016).

Kementan. 2015. Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia

tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019.

Kementan. Jakarta. www.pertanian.go.id (Diunduh pada tanggal 22

Januari 2016)

Maftu’ah Eni dan Dedi Nursyamsi. 2015. Potensi Berbagai Bahan Organik Rawa

sebagai Sumber Biochar. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indo. 1 (4): Juli

2015. p776-781. http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/M/M0104 (Diunduh

pada tanggal 25 Januari 2015)

Page 29: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

29

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Major Julie. 2010. Guidlines no Practical Aspects of Biochar Application to Field

Soil in Various Soil Management System. IBI. www.biochar-

international.org (Diunduh pada tanggal 5 Februari 2015)

Mateus Rupa. 2014. Peran Legum Penutup Tanah Tropis dalam Meningkatkan

Simpanan Karbon Organik dan Kualitas tanah serta Hasil Jagung (Zea

mays L.) di Lahan Kering. Disertasi: Program Doktor Universitas

Udayana Denpasar. Denpasar. www.pps.unud.ac.id (Diunduh pada

tanggal 26 Januari 2015)

Maulana Adi Ginanjar dan Hedi Ardhia. 2015. Ketergantungan Sangat Tinggi,

Pengampusan Impor Kedelai Sulit. Berita: Bisnis.com. Dimuat pada

tanggal 15 Januari 2015. http://m.bisnis.com (Diakses pada tanggal 29

Januari 2015)

McGrath Bryan. 2015. Fermented Biochar. Prokasih. www.prokasih.com

(Diunduh pada tanggal 22 Januari 2016)

Murtilaksono Kukuh dan Syaiful Anwar. 2014. Potensi, Kendala dan Strategi

Pemanfaatan Lahan Kering dan Kering Masam untuk Pertanian

(Kedelai, Jagung, Kedelai), Peternakan, dan Perkebunan dengan

Menggunakan Teknologi Tepat Guna dan Spesifik Lokasi dalam

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014. Article: PUR-

PLSO Universitas Sriwijaya. Palembang, 26-27 September 2014. p1-7

http://www.pur-plso-unsri.org/dokumen/4_keynote_speaker. (Diunduh

pada tanggal 22 Januari 2016)

Multazam. 2012. Uji Dosis Biochar dan Pupuk Nitrogen terhadap Efisiensi

Pengunaan Air dan Perbaikan Sifat Fisika Tanah serta Pertumbuhan

Jagung pada Tanah Pasiran Lombok Utara. Tesis Program Studi

Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering, Program Pascasarjana

Universitas Mataram. Mataram

Mulyani Anny dan Muhrizal Sarwani. 2013. Karatkteristik dan Potensi Lahan Sub

Optimal untuk Pengembangan Pertanian di Indonesia. Jurnal: Jurnal

Sumberdaya Lahan Balai Besar Litbang Sumberdaya Pertanian. Bogor.

Vol.7. Juli 2013. http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id (Diunduh pada

tanggal 27 Januari 2016)

Nurida Neneng Laela. 2014. Potensi Pemanfaatan Biochar untuk Rehabilitasi

Lahan Kering di Indonesia. Jurnal: Jurnal Sumberdaya Lahan Balai

Besar Litbang Sumberdaya Pertanian. Bogor. Vol.9. Juli 2015.

http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id (Diunduh pada tanggal 27 Januari

2016)

Page 30: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

30

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Nurida Neneng Laela, A. Dariah, A. Rachman. 2008a. Kualitas Limbah Pertanian

sebagai Bahan Baku Pembenah Tanah berupa Biochar untuk Rehabilitasi

Lahan dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian.

Buku: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Pp211-

218. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id (Diunduh pada tanggal 27

Januari 2016)

Nurdin, Maspeke, P., Ilahude, Z., dan Zakaria, F. 2008b. Pertumbuhan dan Hasil

Jagung yang Dipupuk N, P, dan K pada Tanah Vertisol Isimu Utara

Kabupaten Gorontalo. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. Jurnal Ilmu Tanah Trop 14(1):

49-56. http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/14/pertumbuhan-dan-

hasil-jagung-yang-dipupuk-n-p-dan-k-pada-tanah-vertisol-isimu-utara-

kabupaten-gorontalo.pdf. (Diunduh pada tanggal 4 maret 2015).

Nurida dan Rachman. 2009. Alternatif Pemulihan Lahan Kering Masam

Terdegradasi dengan Formula Pembenah Tanah Biochar di Typic

KanhapludultsnLampung. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ind/doku

mentasi/lainnya/59%20terdegradasi.pdf.

Nurida Neneng Laela, A. Dariah dan S. Sutono. 2015. Pembenah Tanah Alternatif

untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah dan Tanaman Kedelai di

Lahan Kering Masam. Jurnal: Jurnal Tanah dan Iklim Balai Besar

Litbang Sumberdaya Pertanian. Bogor. Vol.39 no.2. Desember 2015.

http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id (Diunduh pada tanggal 27 Januari

2016)

Prasetyo Yusup, Herru Djatmiko, Niken Sulistyaningsih. 2014. Pengaruh

Kombinasi Bahan Baku dan Dosis Biochar terhadap Perubahan Sifat

Fisik Tanah Pasiran pada Tanaman Jagung (Zea mays L.). Artikel:

UNEJ Repository. Jember. http://dspace.unej.ac.id (Diunduh pada

tanggal 29 Januari 2016)

Prihatman K. 2000. Tentang Budidaya Pertanian: Kedelai. Deputi Menegristik

Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan dan Pemasyarakatan

IPTEK.

Purnama Mega. 2014. Uji Dosis Biokompos dan Biochar untuk Meningkatkan

Pertumbuhan dan Hasil Kedelai pada Tanah Entisol. Thesis: Program

Pascasarjana Universitas Mataram. Mataram

Roniri Aminudin Al. 2015. Peran Berbagai Dosis Bioaktivator Trichoderma sp.

dan Biochar terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Kering.

Thesis Program Pascasarjana Universitas Mataram. Mataram

Page 31: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

31

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Sanuriza Irna Il. 2015. Aplikasi Biokompos dengan Beberapa Suplemen dan

Biochar Tempurung Kelapa Hasil Fermentasi Jamur Trichoderma sp.

Untuk Memacu Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.)

Merr.) di Lahan Kering. Thesis: Program Pascasarjana Universitas

Mataram. Mataram

Sanuriza, I I.; I.M. Sudantha; Fauzi, M.T. 2016. Aplikasi Biokompos dengan

Beberapa Suplemen dan Biochar Hasil Fermentasi Jamur Trichoderma

spp. Untuk Memacu Pertumbuhan Kedelai di Lahan Kering.

Biowallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi, 2 (1). PP. 6-12. ISSN: 2442-

2622

Santi dan Goenadi. 2010. Pemanfaatan Biochar Sebagai Pembawa Mikroba untuk

Pemantap Agregat Tanah Ultisol dari Taman Bogo-Lampung. Balai

Penelitian Bioteknologi Perkebunan. 52 Menara Perkebunan 2010, 78

(2): 52-60.

http://www.ibriec.org/menara_perkebunan/download.php?id=89.

Saraswati Rinianti, Salyo Sutrisno dan T. Adisarwanto. 2011. Analisis Daya Saing

Kedelai terhadap Tanaman Padi dan Jagung. Jurnal: Buana Sains.

Malang. Vol 2 no.1. p97-102. http://jurnal.unitri.ac.id (Diunduh pada

tanggal 27 Januari 2016)

Schmidt Hans-Peter. 2011a. Terra Preta: Model of Cultural Technique. Jurnal:

Ithaka. 17 Desember 2011. www.ithaka-journal.net ((Diakses pada

tanggal 28 Januari 2016)

_______. 2011b. Ways of Making Terra Preta: Biochar Activation. Jurnal:

Ithaka.19 Maret 2011. www.ithaka-journal.net (Diakses pada tanggal 28

Januari 2016)

Setyorini Diah, Rasti Saraswati dan Ea Kosman Anwar. 2006. Kompos dalam

Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Buku: Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. p11-40.

http://balittanah.litbang.pertanian.go.id (Diunduh pada tanggal 28

Januari 2016)

Subiksa IGM., Sukarman, Ai Dariah. 3013. Prioritas Pemanfaatan Lahan Kering

untuk Pengembangan Tanaman Pangan dalam Prospek Pertanian Lahan

Kering dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Balitbangtan Kementan.

Jakarta. p329-349 www.litbang.pertanian.go.id (Diunduh pada tanggal

22 Januari 2016)

Page 32: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

32

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Sudantha, I. M. 1997. Pemanfaatan Jamur Trichoderma harzianum Sebagai

Biofungisida Untuk Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman

Kedelai dan Tanaman Semusim Lainnya di NTB. Laporan Penelitian

Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Direktorat

Pembinaan Penelitian dan pengabdian Pada Masyarakat Dirjen Dikti.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2006. Biodiversitas Jamur endofit Pada Vanili

(Vanilla planifolia Andrews) dan Potensinya Untuk Meningkatkan

Ketahanan Vanili Terhadap Penyakit Busuk Batang. Laporan Penelitian

Fundamenatal DP3M DIKTI. Fakultas Pertanian Universitas Mataram,

Mataram 107 hal.

Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit

Antagonistik Sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium

oxysporum f. sp. vanillae Pada Tanaman Vanili di Nusa Tenggara Barat.

Disertasi Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. 337 hal.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2007. Identifikasi Jamur Endofit dan

Mekanisme Antagonismenya terhadap Jamur Fusarium oxysporum f. sp.

vanillae pada Tanaman Vanili. Agroteksos, 17 (1). PP. 23-38.

(http://eprints.unram.ac.id/4637/)

Sudantha, I. M. 2008. Aplikasi Jamur Trichoderma spp. (Isolat ENDO-02 dan 04

serta SAPRO-07 dan 09) sebagai Biofungisida, Dekomposer dan

Bioaktivator Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Vanili dan

Pengembangannya pada Tanaman Hortikultura dan Pangan Lainnya di

NTB. Laporan Penelitian Hibah Kompetensi DP2M - Fakultas Pertanian

Universitas Mataram, Mataram. 117 hal.

Sudantha, I. M. 2009. Karakterisasi Jamur Saprofit dan Potensinya untuk

Pengendalian Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman

Vanili. Agroteksos, 19 (3). PP. 89-100. ISSN 0852-8286

(http://eprints.unram.ac.id/4638/)

Sudantha, I. M.; I. G. M. Kusnarta, M. Rahayu; I. N. Sudana. 2009. Karakterisasi

dan Potensi Jamur Saprofit dan Endofit Antagonistik Untuk Meningkatkan

Ketahanan Induksi Tanaman Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium di

Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian Kerjasama Kemitraan

Pertanian Perguruan Tinggi (KKP3T) Badan Litbang Deptan, Mataram.

109 hal.

Sudantha, I. M. (2010). Pengujian Beberpa Jenis Jamur Endofit dan Saprofit

Trichoderma spp. terhadap Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman

Kedelai. Agroteksos, 20 (2-3). Pp. 90-102. Issn 0852-8286

Page 33: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

33

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Sudantha, I. M. 2010 a. Buku Teknologi Tepat Guna: Penerapan Biofungisida dan

Biokompos pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas

Mataram, Mataram.

Sudantha, I. M. 2010 b. Pengujian beberapa jenis jamur endofit dan saprofit

Trichoderma spp. terhadap penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai.

Jurnal Ilmu Pertanian Agroteksos, Fakultas Pertanian Universitas

Mataram, Mataram. Vol. 20 No. 2 Desember 2010.

Sudantha, I M. dan A. L. Abadi. 2011. Uji aplikasi jamur endofit Trichoderma

spp. (isolat Endo-02 dan Endo-04) dan jamur saprofit Trichoderma spp.

(isolat Sapro-07 dan Sapro-09) dalam meningkatkan ketahanan induksi

bibit vanili terhadap penyakit busuk batang Fusarium. Jurnal Ilmiah

Budidaya Pertanian CROPAGRO, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Mataram, Mataram. Vol. 4 No. 2.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2011. Uji efektivitas beberapa jenis jamur

endofit Trichoderma spp. isolat lokal NTB terhadap jamur Fusarium

oxysporum f. sp. vanillae penyebab penyakit busuk batang pada bibit

vanili. Jurnal Crop Agro Pertanian. Vol 4 No 2 (2011). 57 - 63.

https://cropagro.unram.ac.id/index.php/caj/article/view/103

Sudantha, I. M. 2014. Buku Patogen Tumbuhan Tular Tanah dan

Pengendaliannya. Percetakan Arga Puji Press. Mataram. ISBN: 978-979-

1025-56-0. 250 hal.

Sudantha, I. M. 2015. Kiat Mendapatkan Vanili Bebas Penyakit Busuk Batang

Menggunakan Jamur Endofit Antagonis. Percetakan Arga Puji Press.

Mataram. ISBN: 978-979-1025-55-3. 128 hal.

Sudantha, I. M. and Suwardji. 2015 a. The Use of Biocompost and Bioactivator in

A Granule Formulation Containing Trichoderma spp. to Enhance

Growth and Yield of Soybean in Tropopsamnet of North Lombok. In:

International Seminar on the Tropical Natural Resources 2015, 10-13 June

2015, Mataram.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2015 b. Pengaruh Pemberian Beberapa Formulasi

Bioaktivator Dari Bahan Dasar Jamur Antagonis Trichoderma

Harzianum Isolat Sapro-07 Dan Trichoderma Polysporom Isolat Endo-04

Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Kedelai. In:

Seminar Nasional Biologi Wallacea FMIPA UNRAM, 19 Agustus 2015,

Mataram. 13 hal.

Page 34: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

34

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Sudantha, I. M. and Suwardji. 2016. Growth and Yield of Onion (Allium Cepa Var.

Ascalonicum) as CA Result of Addition of Biocompost and Boactivity

Fermented with Trichoderma spp. In: The 1st International Conference on

Science and Technology (ICST) 2016, 1-2 Desember 2016, Universitas

Mataram.

Sudantha, I. M.; M. T. Fauzi; Suwardji. 2016. Uji aplikasi fungi mikoriza

arbuskular (fma) dan dosis bioaktivator (mengandung jamur Trichoderma

spp.) Dalam mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman

bawang merah (Allium ascalonicum L.). In: Pengembangan Pertanian

Berkelanjutan yang Adaptif terhadap Perubahan Iklim Menuju Ketahanan

Pangan dan Energi, 12 November 2016, Universitas Mataram. 700 – 707.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2016. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman

kedelai terhadap pemberian biochar dan berbagai dosis bioaktivator yang

difermentasi dengan jamur trichoderma spp. di lahan kering. Seminar

Nasional Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lahan Sub-Optimal

Untuk Mendukung Terwujudnya Ketahanan dan Kedaulatan Pangan

Nasional Universitas Panca Bhakti Pontianak, 2–3 Mei 2015. 8 hal.

Sudantha dan Suwardji. 2013. Pemanfaatan Biokompos, Bioaktivator Dan

Biochar Untuk Meningkatkan Hasil Jagung Dan Berangkasan Segar

Pada Lahan Kering Pasiran Dengan Sistem Irigasi Sprinkler Big Gun .

Laporan penelitian unggulan strategis tema: ketahanan dan keamanan

pangan (food safety & security) fakultas pertanian universitas mataram

desember, 2013. Laporan Penelitian Strategis Nasional. 109 halaman

Sudantha. 2013. Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Trichoderma spp. Untuk

Pembuatan Biofungisida, Bioaktivator, Biodekomposer Dan Biochar

Dan Perannya Dalam Meningkatkan Kesehatan Dan Ketahanan Pangan.

Dalam Buku Buah Fikiran Sang Profesor. Fakultas Pertanian Universitas

Mataram. 215 – 246.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2016. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman

kedelai terhadap pemberian biochar dan berbagai dosis bioaktivator yang

difermentasi dengan jamur Trichoderma spp. di Lahan Kering. Seminar

Nasional Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lahan Sub-Optimal

Untuk Mendukung Terwujudnya Ketahanan dan Kedaulatan Pangan

Nasional Universitas Panca Bhakti Pontianak, 2–3 Mei 2015. 97 – 105.

Page 35: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

35

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Sudirman, dan I. M. Sudantha. 2013. Pemanfaatan MOL gula aren dan ekstrak

daun legundi yang mengandung jamur Trichoderma harzianum untuk

mengendalikan jamur Sclerotium rolfsii dan ulat spodoptera pada

tanaman kedelai.. Working Paper. Program Magister Pengelolaan

Sumberdaya Lahan Kering, Mataram. 23 hal.

Sukarman, IGM. Subiksa dan Sofyan Ritung. 2013. Identifikasi Lahan Kering

Potensial untuk Pengembangan Tanaman Pangan dalam Prospek

Pertanian Lahan Kering dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Balai

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. p316-328

Sumarno dan M. Muchlish Adie. 2010. Strategi Pengembangan Produksi Menuju

Swasembada Kedelai Berkelanjutan. Jurnal: Buletin Iptek Tanaman

Pangan Badan Litbang Pertanian Kementan. Jakarta. Vol.5 no.1 (2010).

http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/ippan/issue/view/556

((Diunduh pada tanggal 27 Januari 2016)

Sukartono. 2011. Pemanfaatan Biochar sebagai Bahan Amandemen Tanah untuk

Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Air dan Nitrogen Tanaman Jagung

(Zea mays) di Lahan Kering Lombok Utara. Laporan: Laporan Hasil

Penelitian Disertasi Doktor TA.2011. Universitas Brawijaya. Malang.

http://lppm.ub.ac.id (diunduh pada tanggal 24 Januari 2016)

Sukartono and I. M. Sudantha. 2016. Agronomic Response of Soybeans and Soil

Fertility Status under Application of Biocompost and Biochar on Entisols

Lombok, Eastern Indonesia. IOSR Journal of Environmental Science,

Toxicology and Food Technology (IOSR-JESTFT), 10 (11). pp. 6-11.

ISSN e-ISSN: 2319-2402,p- ISSN: 2319-2399

Surianingsun B.I. 2012. Kajian Biochar Tempurung Kelapa dalam Meningkatkan

Hasildan Efisiensi Penggunaan Pupuk Nitrogen pada Tanaman Jagung

(Zea mays L.) serta Perbaikan Sifat Tanah Berpasir Kabupaten Lombok

Utara. Tesis Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan

Kering. Program Pascasarjana Universitas Mataram. Mataram

Suwardji, S. Tejowulan, A. Rakhman, dan B. Munir (2003) Rencana Strategis

Pengembangan Lahan Kering Provinsi NTB. Bappeda NTB. 157 halaman.

Suwardji, 2009. Diktat Pengelolaan Sumber Daya Lahan Kering. Program Pasca

Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Mataram;

Page 36: TEKNIK FERMENTASI BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN …eprints.unram.ac.id/5814/1/SAIPUL KAMAL DAN I MADE SUDANTHA-TOPIK... · yang relatif lama, meningkatkan KTK yang dapat mengurangi

36

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 15 Desember 2016

Suwardji, Sukartono, Muliatiningsih dan Olivia. 2012. Soil Management of Sandy

Soils Based on Biochar for Improving Water Use and Nutrients Use

Efficiency as well as Maize Production of Dryland Farming in Nothern

Lombok Indonesia. www.prof-suwardji.com (diakses pada tanggal 30

Januari 2016)

Suwardji dan I. M. Sudantha. 2016. Potensi Biochar yang Difermentasi Jamur

Trichoderma spp. Sebagai Bahan Pembenah Tanah untuk Meningkatkan

Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Genotipe Jagung di Tanah Entisol.

Seminar Nasional Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lahan Sub-

Optimal Untuk Mendukung Terwujudnya Ketahanan dan Kedaulatan

Pangan Nasional Universitas Panca Bhakti Pontianak, 2–3 Mei 2015. 153

– 160.

Yuniwati Murni, Frendy Iskarima dan Adiningsih Padulemba. 2012. Optimasi

Kondisi Proses Pembuataan Kompos dari Sampah Organik dengan Cara

Fermentasi Menggunakan EM4. Jurnal: Jurnal Teknologi Institut Sains

dan Teknologi Akprindo Yogyakarta. Vol.5 no.2. Desember. 2012.

pp172-181. http://journal.akprindo.ac.id (Diunduh pada tanggal 31

Januari 2016)