BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangIndustri pertambangan merupakan salah satu
industri yang memanfaatkan sumberdaya mineral/bahan galian untuk
kesejahteraan masyarakat dan pengembangan suatu daerah. Agar usaha
pertambangan tersebut dapat berjalan dan memperoleh keuntungan,
maka potensi sumberdaya/bahan galian yang ada harus diketahui
dengan pasti, begitu juga terhadap resiko yang ada, yang dapat
dirinci sebagai resiko geologi, resiko ekonomi-teknologi, dan
resiko lingkungan harus dihilangkan atau paling tidak
diminimalkan.Dasar pengambilan keputusan apakah sumberdaya
mineral/bahan galian yang ada layak untuk ditambang atau tidak
dapat diperoleh data hasil kegiatan eksplorasi yang dilakukan
secara langsung dilapangan. Jadi kegiatan eksplorasi merupakan
suatu kegiatan yang harus dilakukan sebelum suatu usaha
pertambanagn dilaksanakan. Kegiatan Eksplorasi dalam dunia
pertambangan adalah kegiatan mencari dan mengetahui objek geologi
yang pada umumnya mengandung cebakan mineral, batubara maupun
minyak/gas. Sebelum melakukan kegiatan eksplorasi, seorang explorer
harus mempunyai konsep yang akan diterapkan dalam kegiatan
eksplorasi tersebut, karena metode-metode eksplorasi yang
diterapakan untuk setiap jenis endapan berbeda, contonya untuk
Logam metode yang cocok yaitu dengan metode Geolistrik atau
Geomagnet, sedangkan untuk batubara metode yang tepat yaitu Test
pit,Treching maupun Pemboran.
1.2 Maksud dan Tujuan Penyelidikana. MaksudMaksud diadakan
penyelidikan Teknik Eksplorasi adalah agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan/menerapakan teori yang diperoleh dibangku kuliah
untuk diterapkan atau dikolerasikan dilapangan, sehingga akan
terjadi sinkronisasi diantara keduanya.
b. TujuanAdapun tujuan dilakukannya penyelidikan adalah sebagai
berikut ; Mengetahui potensi-potensi sumber daya alam yang terdapat
padadaerah sekitar penyelidikan. Mengetahui dan mempelajari bahan
galian yang terdapat pada daerahsekitar penelitian. Untuk memahami
cara-cara pengambilan sampel dilapangan. Untuk mengetahui formasi
singkapan.
BAB IIGEOGRAFI DAN KEADAAN GEOLOGI
2.1 Geografi daerah penyelidikanKabupaten Maros terletak di
bagian barat Sulawesi selatan antara 400 40 500 07 Lintang selatan
dan 1090 205 1290 12 Bujur timur, merupakandaerah penyangga Ibu
Kota Provinsi Sulawesi selatan dengan jarak sekitar 30Km arah utara
Kota Makassar dengan kawasan pantai sepanjang 31 Km diSelat
Makassar.Sebelah Utara : Dengan Kabupaten Pangkep Sebelah Selatan :
Dengan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa Sebelah Timur : Dengan
Kabupaten BoneSebelah Barat : Dengan Selat Makassar Luas wilayah
Kabupaten Maros 1.619 Km atau sekitar 2,6 % wilayahSulawesi selatan
secara administratif yang terdiri atas 7 kecamatan,
75desa/kelurahan. Kegiatan eksplorasi yang kita lakukan bertempat
di desaUludaya terletak pada latitude -4.814444 , longitude
119.8806, dengankoordinat 4 48' 52 Lintang Selatan dan 119 52'
50Bujur Timur. Dapatditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua
maupun roda empatdengan jarak 90 Km dan lama perjalanan 3 4 jam
dari kota Makassar.Kondisi jalan yang di lewati masih dalam tahap
pengerasan yang kadangmenyulitkan perjalanan untuk mencapai desa
tersebut. Adapun luas daerahdesa Uludaya adalah 11,30 Km.
2.1.1 Kemiringan LerengLereng adalah derajat kemirinagn
permukaan tanah yang dihitung denganmelihat perbandingan antara
jarak vertikal dengan jarak horizontal dari duabuah titik
dipermukaan tanah dikali seratus persen. Di daerah Kabupaten Maros
memiliki keadaan lereng permukaan tanahdiklasifikasikan sebagai
berikut : (I) 0-2%, (II) 2-15%, (III) 15-40%,(IV)>40%. Pada
Kabupaten Maros dengan kemiringan lereng 0-2% merupakan daerahyang
dominan dengan luas wilayah 70.882 atau sebesar 44% sedangkandaerah
yang memiliki luas daerah yang sempit berada pada kemiringan
2-5%dengan luas wilayah 9.165 Km2 atau sebesar 6 % dari luas total
wilayahperencanaan . Untuk pengembangan wilayah dengan tingkat
kelerengan 02 % dominan berada pada sebelah Barat, dan pengembangan
wilayah dengantingkat kelerengan > 40 % berada pada sebelah
Timur wilayah perencanaan.Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada
tabel 3-1.
2.1.2 Ketinggian Muka Laut Ketinggian suatu tempat dari
permukaan laut terutama di daerah tropisdapat menentukan banyaknya
curah hujan dan suhu. Ketinggian jugaberhubungan erat dengan
konfigurasi lapangan, unsur-unsur curah hujan,suhu dan konfigurasi
lapangan mempengaruhi peluang pembudidayaankomoditas. Ketinggian
wilayah di Kabupaten Maros berkisar antara 02000 meterdari
permukaan laut. Di bagian Barat wilayah Kabupaten Maros
denganketinggian 025 meter dan di bagian Timur dengan ketinggian
100-1000meter lebih. Pada Kabupaten Maros dengan ketinggian 0 25 m
merupakandaerahyang dominan dengan luas wilayah 63.083 ha atau
sebesar 39 %sedangkan daerah yang memiliki luas daerah yang sempit
berada padaketinggian > 1000 m dengan luas wilayah 7.193 ha atau
sebesar 4 % dariluas total wilayah perencanaan. Untuk lebih
jelasnya sebagaimana padatabel 3-2.
Kabupaten Maros terletak dibagian barat Sulawesi Selatan antara
4045 - 5007 Lintang Selatan dan 109205 - 12912 Bujur Timur yang
berbatasan dengan Kabupaten Pangkep sebelah Utara, Kota Makassar
dan Kabupaten Gowa sebelah selatan, Kabupaten bone disebelah Barat.
Luas Wilayah Kabupaten Maros 1.619,12 km2 yang secara administrasi
pemerintahannya menjadi 14 kecamatan dan 102 Desa / Kelurahan.
Berdasarkan pencatatan kelurahan Badan stasiun Meteorologi suhu
udara di Kabupaten Maros minimum berkisar pada suhu 22,80C (terjadi
pada bulan Juli dan Agustus) dan suhu maksimum berkisar 33,70C
(terjadi pada bulan oktober).
2.3 Geologi Daerah Maros a. Geomorfologi Daerah penyelidikan
(Maros) berdasarkan keadaan bentang alam dapat dibagi atas 4 satuan
morfologi, yakni : daerah pedataran, daerah bergelombang, daerah
pebukitan, dan daerah karst. Daerah pedataran mempunyai sifat-sifat
relief topografi sangat rendah dan tekstur topografi halus, batuan
penyusunnya didominasi oleh endapan alluvium. sebarannya di daerah
pantai dan bagian utara.Daerah bergelombang mempunyai sifat-sifat
relief topografi rendah sampai sedang dan tekstur topografi halus
sanpai sedang. Batuan penyusunnya terutama terdiri dari batuan
Formasi Camba dan Formasi Mallawa. sebaran di bagian tengah dan
utara, setempat di bagian selatan.Daerah pebukitan mempunyai
sifat-sifat relief topografi sedang sampai tinggi dan tekstur
topografi sedang sampai kasar. Batuan penyusunnya didominasi oleh
batuan gunung api dan batuan beku. Sebarannya di daerah bagian
tengah dan selatan. Daerah karst mempunyai sifat-sifat relief dan
tekstur topografi ekstrim. Batuan penyusunnya batugamping. Sungai
utama yang mengalir, berpola aliran dentritik, memotong penyebaran
satuan batuan dan struktur geologi, bersifat mengerosi batuan
dasar. Bagian baratnya merupakan daerah yang tingkat erosinya
tinggi, sedangkan di bagian timurnya tingkat erosinya lebih rendah
disertai dengan sedimentasi dan abrasi pantai di beberapa tempat.
Pembagian morfologi Daerah Kabupaten Dati II Maros didasarkan
atasmorfogenesa, yaitu : Morfologi Pegunungan Gunung ApiMorfologi
pegunungan gunungapi ini terletak bagian utara, tengah dan timur
dengan puncak tertinggi B. Leke (1361 m), luas wilayah menempati
sekitar 30%. Ciri-cirinya adalah kenampakan topografi relatif
tinggi, kemiringan lereng terjal dengan tekstur topongrafi relatif
kasar, disusun oleh batuan gunungapi berupa breksi dan lava.
Morfologi Perbukitan IntrusiMorfologi perbukitan intrusi ini
menyebar setempat-setempat,menempati sekitar 5%, dicirikan oleh
bentuk bukit yang menonjol danrelatif tumpul, relatif terjal dan
kemiringan lereng sedangterjal, disusun oleh batuan beku basal
porfiritik, andesit, granodiorit, dioritdan monzonit. Morfologi
Perbukitan SedimenMorfologi perbukitan sedimen ini terletak di
bagian selatan, tengahdan timur, luas penyebaran sekitar 25%,
dicirikan oleh bentuk relief dantekstur topografi halus-sedang,
kemiringan lereng sedang-rendah, bentukbukit tumpul dengan lembah
yang melebar, disusun oleh batuan sedimenlaut Formasi Camba,
Formasi Mallawa, dan Formasi Balangbaru. Morfologi Perbukitan
KarstMorfologi perbukitab Karst ini terletak di bagian tengah
danutara, menyebar ke arah utara selatan, menempati sekitar 15%
dicirikanoleh bentuk topografi relief tinggi, kemiringan lereng
sangat terjal dansebagian berupa dataran, dan tersusun oleh
batugamping napal. Morfologi Pedataran Rendah Morfologi ini
terletak di bagian barat menyebar ke utara hingga selatan,
menempati sekitar 25%, dicirikan oleh bentuk topografi datar,
relief rendah dan tekstur topografi halus, disusun oleh batuan
sedimen Formasi Camba, Batugamping Formasi Tonasa dan endapan
sungai aluvium sungai pantai.
1.Geologi RegionalPengelompokan jenis batuan di dasarkan atas
ciri-ciri litologi dan dominasi dari setiap satuan batuan, berikut
uraian yang dimulai dari batuan tertua: Formasi Balangbaru
(kb):terdiri dari perselingan serpih dengan batu pasir, batu lanau
danbatulempung, dengan struktur batuan berlapis, menyerpih dan
turbidit,menyebar di bagian utara yaitu Kecamatan Watang Mallawa.
Satuanbatuan ini adalah batuan sedimen tipe flysch, terbentuk pada
KallaKapur Akhir dalam lingkungan laut dalam dengan ketebalan
mencapai2000 meter. Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv): terdiri
dari breksi dan lava, menyebar di bagian selatan yaitu Kecamatan
Tanralili. Breksi terdiri dari frakmen beraneka ragam, berukuran
kerikil kerakal, tersemen oleh tufa, struktur batuan sangat
terkersikkan (terprilitkan) dan terkekarkan dengan pengisian
mineral karbonat dan silikat. Lava umumnya bersifat andesitik,
sebagian trakit dan basal. Batuan gunungapi ini berumur Paleosen.
Formasi Mallawa (Tem): Terdiri atas batupasir kuarsa, batulanau,
batulempung, dan konglomerat, dengan sisipan atau lensa batubara.
Penyebaran formasi ini di Kecamatan Bantimurung. Batupasir kuarsa
umumnya bersifat rapuh dan kurang kompak, berlapis tipis. Batubara
pada satuan batuan ini mempunyai ketebalan antara 0,5 1,5 meter.
Formasi batuan ini diendapkan dalam lingkungan paralik sampai laut
dangkal pada Kala Paleogen Eosen, dengan ketebalan formasi tidak
kurang dari 400 meter. Formasi Tonasa (Temt) : terutama terdiri
dari batugamping pejal, bioklastik, kalkarenit, koral dan
kalsidurit bersisik. Di daerah Kecamatan Watang Mallawa batugamping
Formasi Tonasa ditemukan mengandung mineral glaukonit, dan napal
dengan sisipan breksi batugamping. Struktur batuan berlapis
khususnya pada batugamping pejal dan terkekarkan kuat.
Setempat-setempat formasi batuan ini diterobos oleh batuan
granodiorit, trakhit, andesit, diorit, dan basal piroksin. Formasi
batuan ini diendapkan dalam lingkungan laut dangkal hingga laut
dalam dan laguna dengan ketebalan formasi tidak kurang dari 3000
meter, diperkirakan berumur Eosen Awal -Miosen Tengah. Formasi
Camba (Tmc): terdiri dari perselingan batuan sedimen laut dan
batuan gunungapi, yaitu; batupasir tufaan berselingan dengan tufa,
batupasir, batulanau dan batulempung, dibeberapa tempat dijumpai
sisipan napal, batugamping dan batubara. Struktur dari perlapisan
batuan umumnya kurang padat, berlapis 0,4 1,0 meter, terlipat lemah
dengan kemiringan lapisan kurang dari 30. Formasi batuan ini
dibeberapa tempat diterobos oleh basal piroksin, andesit dan diorit
berupa retas, sill dan stok. Formasi batuan ini diperkirakan
terendapkan pada Kala Miosen Tengah Miosen Akhir. Batuan Gunungapi
Formasi Camba (Tmcv):terdiri dari breksi, lava dan konglomerat.
Breksi dan konglomeratterdiri dari fragmen andesit dan basal,
matriks dan semen dari tufa halushingga pasiran. Semua batuan dalam
formasi ini umumnya terkersikkandengan struktur perlapisan sebagian
amegdaloidal, dan vesikuler. Formasibatuan ini diperkirakan
terendapkan pada Kala Miosen Tengah MiosenAkhir. Batuan Gunungapi
Baturape-Cindako (Tpbl,Tpbv):terdiri dari lava (Tpbl) dan breksi
gunungapi (tpbv), bersisipan tufadan konglomerat. Breksi gunungapi
umumnya berkomponen kasar berupabasal dan sedikit andesit dengan
ukuran fragment 15 60 cm, tersusunoleh tufa berbutir kasar hingga
lapilli dan banyak mengandung piroksin.Lava bersusunan basal dengan
struktur batuannya sebagian berkekar tiangdan kekar lapis. Batuan
gunungapi ini diperkirakan berumur PliosenAkhir. Batuan Terobosan :
terdiri dari granodiorit, andesit, diorit, trakhit dan basal
piroksin. Batuan ini menyebar setempat-setempat dan menerobos
batuan yang lebih tua disekitarnya berupa retas, sill dan stok.
Endapan Alluvium (Qal): terdiri dari endapan alluvium pantai dan
sungai. Endapan alluvium pantai materialnya berupa pasir dan
lempung, sedang endapan sungai berupa bongkah, kerakal, pasir dan
lempung.
2.Struktur Geologi Struktur geologi yang teramati di daerah ini
berupa; kekar, perlipatan dan sesar. Struktur kekar umumnya
terdapat pada semua jenis batuan, kecuali endapan alluvium. Jenis
kekar buka dan kekar gerus dengan intensitas sangat tinggi.
Struktur perlipatan terdapat pada batugamping Formasi Tonasa,
batuan sedimen laut Formasi Camba ini berupa homoklin dan sinklin
menunjam. Struktur sesar yang berkembang di daerah ini berupa sesar
mendatar dan sesar normal yang terdapat disemua jenis batuan
kecuali endapan alluvium.
3.Sumber Daya Bahan Galian Potensi bahan galian daerah Kabupaten
Dati II Maros terdiri dari; Bahan galian golongan A, dan bahan
galian golongan C. Berikut uraian:
A.Bahan Galian Batubara Bahan galian golongan A yakni; batubara.
Endapan Batubara Formasi Mallawa dan Batubara Formasi Camba. 1)
Batubara Formasi Mallawa Endapan batubara Formasi Mallawa telah
mengalami proses deformasiberupa perlipatan, persesaran dan
penerobosan batuan beku granodiorit.Batubara tersebut terdapat pada
satuan batulempung dan batupasir kuarsa,dengan kedudukan jurus
perlapisan bervariasi antara N E hingga NE, kemiringan - .
Terbentuk pada Kala Eosen Bawah EosenTengah, tersingkap dengan baik
di daerah Mallawa, Uludaya,Tacceppa danBontoa Kecamatan Watang
Mallawa, dan daerah ini AmassangengKecamatan Bantimurung. Hasil
analisa contoh batubara menunjukkan kandungan; Sulfur = < 1
>3 %, Kalori = 7000 - 8000 K.Kal/kg. Batubara ini dapat
dimanfaatkanuntuk keperluan bahan bakar dan Batubara ini dijual ke
Kawasan IndusrtiMakassar (KIMA) . 2) Batubara Formasi Camba
Dijumpai di dalam perselingan batupasir tufaan, batupasir,
batulanau dan batulempung, tersingkap di daerah Bungoro dan Kamara
Kecamatan Camba; Lembang Kecamatan Bantimurung; dan daerah puncak,
Lekopancing dan S. Damak Kecamtan Tanralili. Lapisan tanah penutup
4 meter, tebal lapisan batubara anatara 23 - 35 cm dengan kedudukan
lapisan N E/. Hasil analisa contoh batubara Formasi Camba
menunjukkan kandungan; Air bebas = 2,80%, Air lembab = 4,20 7,20%,
Kadar abu = 36,10 52,20%, Zat terbang = 10,20 16,20%, Sulfur = 2,10
3,60% Karbon padat = 28,2 39,9%, Kalori = 3175 K.Kal/kg. Dari hasil
analisa tersebut menunjukkan bahwa batubara Formasi Camba tergolong
batubara berkualitas rendah.
B.Bahan Galian Industri Bahan galian golongan Industri di daerah
ini terdiri dari; bahan galian yang diunakan sebagai bahan dasar
pada industri dan bahan galian bangunan. Bahan galian industri
berupa; batugamping, lempung, marmer, oker, pasir kuarsa,
batusabak, dan batu setengah mulia. Bahan galian bangunan berupa;
basal, andesit, diorit, granodiorit, pasir, kerikil dan kerakal.
a.Bahan Galian Industri 1. LempungBahan galian lempung di daerah
ini menyebar cukup luas pada daerahpedataran dan setempat-setempat
di daerah Utara meliputi KecamatanMandai, Maros Baru dan sebagaian
Kecamatan Bantimurung, Tanralilidan Kecamatan Watang Mallawa.
Secara genetik lempung di daerah inidijumpai dalam tiga jenis
yaitu: lempung hitam, lempung merah danlempung abu-abu. Hasil
analisa contoh lempung hitam (lempung sedimenter) dari daerah
Panaikang /kabupaten Maros Utara, menunjukkan kandungan: = 53,99%;
= 3,05%; = 6,13%; O = 5,34%; O = 1,35%; MnO = 0,22%; MgO = 0,20%; O
= 9,54%; LOI = 19,11%. Dari hasil analisa kimai dan sifat fisik,
maka lempung hitam jenis ini dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk pembuatan batubata. Jumlah cadangan diperkirakan mencapai
227,5 juta meter kubik. Hasil analisa kimia contoh lempung merah
dari daerah Amarang Kabupaten Maros (1975) oleh Devisi Eksplorasi
Geological Survey of Indonesia, menunjukkan kandungan antara: =
25,885 - 46,34%; = 21,53 2,22%; = 88,38 19,76%; CaO = 0,47 0,96%;
MgO = 0,67 1,71%; O = 0,13 0,47%; O = 0,20 3,90%; LOI = 13,46
20,98%. Sedangkan hasil analisa kimia contoh lempung merah oleh
Kanwil DPE Prop.Sul-Sel, menunjukkan kandungan antara: = 33,96
81,37%; = 12,07 14,48%; = 3,36 18,63%; MnO = 0.12 0,42%; MgO =
nihil 8,46%; O = 0,16 0,47%; O = 0,18 1,55%; O = 2,09 5,89%; LOI =
8,00 20,73%. Dari hasil analisa kimia dan sifat fisik lempung merah
itu dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri semen dan
selain itu dapat pula digunakan sebagai bahan baku pembuatan batu
bata. Jumlah cadangan diperkirakan mencapai 589,5 juta meter kubik.
Hasil analisa kimia contoh lempung abu-abu jenis sedimenter Formasi
Mallawa dari Kecamatan Watang Mallawa dan setempat dari Amassangang
Kecamatan Bantimurung, menunjukkan kandungan: SiO = 77,42%; =
13,7%; = 5,01%; O = 1,79%; MgO = 0,81%; O = 0,12%; MnO = 0,05%; O =
8,34% LOI = 8,34%. Dari hasil analisa kimia dan sifat fisik
menunjukkan kandungan yang cukup tinggi dan di atas 10% dengan
demikian maka bahan galian jenis lempung abu-abu ini dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan keramik atau gerabah. Jumlah
cadangan ini diperkirakan mencapai 4,5 juta meter kubik.
2.BatugampingBahan galian batugamping di daerah ini merupakan
bagian dari batugamping Formasi Tonasa. Penyebarannya cukup luas
menempati wilayah morfologi karst Kecamatan Bantimurung dan
sebagian Kecamatan Tanralili, Camba dan Kecamatan Watang Mallawa.
Hasil analisa kimia contoh batugamping daerah Kabupten Maros,
menunjukkan kandungan antara: = 0,16 4,95%;= 0,66 2,13%. Dari hasil
analisa kimia dan sifat fisik batugamping menunjukkan rata-rata
kandungan CaO >50% dan MgO maksimum 1,56%, maka dengan demikian
bahan galian batugamping ini dapat digunakan sebagai bahan baku
batugamping ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri
semen portland, kapur putih, kapur ringan, karbid dan gas .
3.Marmer Bahan galian marmer di daerah ini berasal dari batugamping
Formasi Tonasa, secara umum terbentuk akibat pengaruh temperatur
dari terobosan batuan beku. Marmer tersebut mempunyai kekersan
antara 3 4 skala Mohs, kuat tekan antara 600 900 kg/dan berat jenis
2,9 berwarna putih abu-abu dan hitam. Penyebaran terdapat di
Kecamatan Bantimurung, Tanralili dan Kecamatan Camba. Jumlah
cadangan marmer di daerah ini sebagian besar termasuk kawasan hutan
lindung dan Cagar Alam Karaenta di Kecamatan Bantimurung.Struktur
geologi yang dijumpai di daerah penyelidikan terdiri dari
perlipatan dan sesar serta kekar. Perlipatan secara umum berarah
utara selatan, berupa perlipatan antiklin. Batuan yang terlipatkan
adalah batuan formasi Mallawa dan formasi camba. Perlipatan itu
diperkirakan terbentuk karena adanya gaya mendatar yang berarah
barat timur pada kala Pliosen akhir. Sesar secara umum berarah
utara selatan sampai barat laut tenggara, berupa sesar geser dan
sesar normal. Sesar itu terbentuk karena adanya gaya mendatar atau
erupsi gunung api pada kala Pliosen akhir. Kekar secara umum
berarah barat laut tenggara sampai Timur laut Baratdaya, berupa
kekar terbuka dan tertutup dengan intensitas rendah, terutama
dijumpai pada formasi Tonasa dan formasi Camba serta batuan
intrusi
BAB III KEGIATAN EKSPLORASI 3.1 Metode PenyelidikanPenyelidikan
yang kami lakukan dalam Praktik Lapangan Teknik Eksplorasi selama
dua hari adalah mengamati langsung kondisi yang ada dengan
melakukan kontak visual dan fisik secara langsung dengan kondisi
permukaan terhadap endapan yag dicari serta melakukan deskripsi
megaskopis, pengukuran dan sampling terhadap objek yang
dianalisis.Kegiatan eksplorasi mineral/bahan galian terutama
bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi resiko geologi. Untuk
itu kegiatan eksplorasi harus dapat menjawab pertanyaan mengenai:
Apa (mineral/bahan galian) yang dicari? Dimana (mineral/bahan
galian) tersebut terdapat ? Baik secara geografismaupun
letak/posisinya terhadap permukaan bumi. Berapa
(sumberdaya/cadangannya), dan bagaimana kadar, penyabaran,dan
kondisinya? Bagaimana kondisi lingkungannya (karakteristik
geoteknik danhidrogelogi)? Prosedur berikut merupakan prosedur umum
yang diterapkan dalam suatu program eksplorasi: 1.Melakukan
pengumpulan data awal mineral dan informasi-informasiyang
berhubungan dengan mineral target, dan melakukan analisa
terhadapinformasi-informasi tersebut untuk mendapatkan hubungan
antara ukuran(size), keterdapatan (sebaran), serta kadar endapan
tersebut dalam beberapakondisi geologi yang berbeda. 2.Melakukan
seleksi data serta membuat sintesis-sintesis untuk menyusunmodel
yang menggambarkan endapan pada beberapa kombinasi
lingkungangeologi. 3.Melakukan survei geologi pendahuluan dan
pengambilan beberapa contohuntuk dapat menghasilkan gambaran awal
bardasarkan kriteria seleksigeolgi yang telah ditetapkan pada
daerah terpilih. 4.Mencari informasi pada tambang-tambang endapan
sejenis yang telahditutup maupun yang sedang beroperasi, dan
mencoba menerapkannya jikamempunyai kondisi geologi yang mirip.
5.jika beberapa pendekatan memberikan hasil yang positif, maka
perludisiapkan suatu program sosialisasi dengan komunitas lokal.
6.menyusun program dan budget eksplorasi untuk
pekerjaan-pekerjaanlanjutan. Penyelidikan yang dilakukan dalam
Praktik Lapangan Teknik adalah dengan cara Eksplorasi langsung
yakni dengan melakukan kontak visual dan fisik secara langsung
terhadap bahan galian dicari (Batubara), serta melakukan deskripsi
megaskopis, pengukuran dan sampling terhadap objek yang dianalisis
dan Eksplorasi tak langsung yakni menggunakan alat geolistrik
dimana alat ini menyuntikkan arus listrik ke dalam tanah. Adapun
kegiatan-kegiatan yang kami lakukan yaitu Melakukan metode
geolistrik, tracing float (penjejakan), paritan (trenching), sumur
uji (test pit), serta melakukan sampling pada Batubara
3.2 Tahapan Penyelidikan 3.2.1 Studi literatur Kegiatan
Eksplorasi yang pertama dilakukan adalah melakukan pengumpulan data
awal dari berbagai literature mengenai mineral dan
informasi-informasi yang berhubungan dengan mineral target, dan
melakukan analisis terhadap informasi-informasi tersebut untuk
mendapat hubungan antara ukuran, keterdapatan, serta kadar endapan
tersebut. Data tersebut diperoleh dari : Peta topografi,Peta
geologi,Publikasi dari badan-badan pemerintah,termasuk berupa
pete-peta geologi dan geofisika,serta laporannya,Data hasil survai
geofisika udara.Laporan survei yang pernah dilakukan, dan
lain-lain.Pemetaan (topografi, geologi, dan singkapan). Pemetaan
adalah suatu pekerjaan pemindahan/pencatatan gejala/fakta geologi
dilapangan ke suatu peta,dengan skala tertentu.Pemetaan geologi
merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi
permukaan dan menhasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi
yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan
batuan, serta infomasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin
mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Data yang
perlu di plot ke dalam peta: Tipe batuan dan kontak batuan, Gejalah
geologi: patahan, kekar, dan lain-lain,Strike dan dip,Float, Lokasi
sampling.
3.3 Jadwal Penyelidikan Penyelidikan yang di rencanakan selama
dua hari yaitu pemetaan geologi melalui pengamatan singkapan
(Pengukuran strike/dip singkapan), penyusuran (pencarian) lokasi
endapan batubara yang di lakukan dengan pembuatan tracing float,
metode pengambilan sampel denga cara kuartring dan preparasi,
pendulangan di sungai. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut : 3.3.1 Kegiatan Hari Pertama a. Pengamatan Lokasi
TambangPada hari pertama tanggal 11 juli 2011 dengan memulai dari
base camp pada pukul 08.45 WITA, pada posisi S = 4048,969dan E =
119052,821dengan Elevasi 429 m Dpl, dengan berjalan kaki ke arah
timur selatan yakni ke daerah pasca tambang. Pada daerah pasca
tambang terdapat suatu lahan bekas penambangan yang ditinggalkan
tanpa dilakukan reklamasi, dimana pada daerah tersebut ditemukan
suatu kubangan besar yang berisi air
b. Pengamatan Pada Lokasi Penambangan Pengamatan pada lokasi
penambangan dilakukan pada areal penambangan batubara oleh CV.
Taman Indah pada posisi S 404847,8/ E 11905321,5 dengan elevasi 359
m Dpl. Penambangan tersebut dilakukan dengan system metode
penambangan open pit. Batubara tersebut mempunyai kalori 7000 8000
kilo kalori/kg. Sebenarnya penambangan tersebut tidak efisien
karena Over Burden yang harus dikupas adalah berkisar 20 meter.
Namun karena nilai kalorinya yang tinggi maka Batubara tersebut
masih prospek untuk ditambang.
c. Pengukuran tebal lapisan Batubara dan OB pada area
penambangan Pada koordinat S 404850/ E 11905330 dengan elevasi 359
mDplStrike/Dip : N 2250E/ 50 dilakukan pengukuran tebal Batubara
danOB dan hasil yang diperoleh Tebal Batubara pada Seam A = 25 cm,
SeamB = 3 cm dan Seam C = 1 m serta diperoleh tebal Top Soil Dan OB
setelahdilakukan pengukuran setebal 20 m - 25 m.
d. Pengukuran Statigrafi Sungai Setelah melakukan pengamatan
pada lokasi tambang selanjutnya kami melakukan pengukuran
statigrafi disekitar sungai pada koordinat koordinat S 4900,9/ E
5239,5 dengan elevasi 263m DPL . Strike/Dip N W/ . Adapun Panjang
Lapisan batuan yang ada di sekitar sungai tersebut adalah 9,6 m.
Dengan Statigrafi sebagai berikut.
e. Test Pit Dilakukan pembuatan test pit pada koordinat
S4900,3/E 5237,6 dengan elevasi 387 m DPL . Dengan ukuran 1x 1,5 m.
Setelah itu kami melakukan penjejakan yakni di sekitar wilayah
Persawahanmasyarakat. Dan setelah melakukan penjejakan kami
menemukanbeberapa pecahan (float) serta singkapan batubara.
Singkapan batubarayang kami temukan tersebut memiliki panjang 80 cm
1 m denganstrike/dip N E/ dan warna lapuk abu-abu/cokelat serta
warnasegar hitam
f. Pembuatan Sumur Uji (Test Pit) Tespit merupakan salah satu
cara dalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan
dalam arah vertical. Pembuatan test pit ini tepatnya berada pada
koordinat 4828/ E 5232,6. Ukuran test pit yang dibuat adalah
panjang 1 m, lebar 1,5 m.
3.3.2Kegiatan Hari Kedua a. Pengamatan Bekas Parit Uji dan Test
Pit Pengamatan bekas pembuatan Trenching dan Test pit di lakukan
Pada tanggal 12 Juli 2011 di sekitar hutan dengan posisi koordinat
S 4830/ E 5235,3, dengan elevasi 407 m DPl, dan didapatkan
singkapan batubara dengan ketebalan 38cm. Selain itu pengamatan
bekas test pit dan trenching juga dilakukan pada posisi koordinat S
4828/ E 5232,6.
b. Pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan pada daerah
bekas pembuatan test pit pada koordinat S 4828/ E 5232,6. dengan
elevasi 407 m DPl. Jarak sampel yang diambil harus rapat sehingga
dapat mewakili nilai kalori atau kualitas endapan Batubara yang ada
pada lokasi pengamatan untuk dilakukan preparasi contoh dan hasil
yang kita peroleh setelah preparasi contoh benar-benar mewakili
nilai kalori yang ada dilapangan. c. Tracing Float Sebelum
melakukan preparasi contoh dilakukan pencarian serpihan mineral
atau pecahan batubara yang terdapat di pinggir sungai dengan
menggunakan alat sederhana yaitu dulang. Hal ini penting dilakukan
dalam proses eksplorasi karena dengan menggunakan teknik tracing
Float yaitu penelusuran sungai untuk mencari pecahan-pecahan
maseral maka tentunya kita dapat menemukan tempat endapan batubara
yang terbawa oleh air sungai akibat terjadinya proses erosi yang
disebabkan oleh air hujan atau air sungai. Seperti pada sketsa
dibawah ini
d. Preparasi Contoh Kegiatan selanjutnya setelah melakukan
penyelidikan di lapangan pada hari pertama yaitu melakukan proses
preparasi conto Pasir Halus sebagai pengganti conto batubara, yang
dilaksanakan sekitar pukul 11.30. Adapun cara yang kami gunakan
dalam proses preparasi conto yaitu secara manual dengan menggunakan
alat- alat seperti bingkai yang terbuat dari kayu, Ember, Corong
Dan baki serta Klipboard untuk memudahkan dalam melakukan
splitting, metode yang digunakan dalam pemilihan sample untuk
dilakukan preparasi adalah metode matriks.
3.4 Uraian Pekerjaan yang dilakukan 3.4.1 Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan
informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk
laporan berupa peta geologi permukaan dan memberikan gambaran
mengenai penyebaran dan susunan btuan ( lapisan batuan ), serta
memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin
mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain
pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus
memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.
Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat
tergantung pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala
pengerjaan peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dan
kerapatan data singkapan yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta
geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan Eksplorasi yang
dilakukan. Pada tahap eksporasi awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin
sudah cukup memadai, namun ada tahap prospeksi sampai dengan
penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 sampai dengan 1 :
2.500. 3.4.2GeokimiaEksplorasi Geokimia khusus menginsentrasikan
pada pengukurankelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur-unsur
bijih atau unsur-unsuryang berhubungan erat dengan bijih, dengan
tujuan mendeteksi endapanbijih. Dalam pengertian lebih sempit
Eksplorasi geokimia adalahpengukuran secara sistematis satu atau
lebih unsur jejak dalam batuan,tanah, sedimen, sungai aktif,
vegetasi, air atau gas untuk mendapatkananomali geokimia yaitu
konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yangkontras terhadap
lingkungannya.Menurut Peters (1978), urutan kegiatan Eksplorasi
geokimia secara umumterdiri dari :a. Seleksi mode, elemen-elemen
yang di cari, sensitivitas, dan ketelitian yang di inginkan, serta
pola sampling. b. Kegiatan pendahuluan atau program sampling
lapangan dengan mengecek contoh-contoh secara umum dan kedalaman
contoh untuk menetukan level yang dapat diyakini dan untuk
mengevaluasi faktor bising ( noise ). c. Analisis contoh, di
lapangan dan laboratorium dengan analisa cek yang dibuat pada
beberapa metode. d. Melakukan statistik dan evaluasi geologi dari
data, sering berkaitan dengan ketrsediaan data geologi dan
geofisika. e. Konfirmasi anomali semu, sanpling lanjutan, serta
analisis dan evaluasi pada area yang lebih kecil, menggunakan
interval sampling yang lebih rapat dan penambahan metode geokimia.
f. Penyelidikan target dengan suatu ketentuan untuk sampling ulang
dan penambahan analisa dari contoh-contoh yang telah ada.
Dalam Eksplorasi geokimia tidak mengutarakan akurasi yang
tinggi, yang terpenting adalah dapat dilaksanakan dengan cepat,
semurah mungkin, dan sederhana. Interprestasi data geokimia
melibatkan kesimpulan statistik dan geologi. Perlu disadari bahwa
kesuksesan interprestasi data tergantung pada keberhasilan program
pengambiln contoh. Jika mungkin program pengambilan contoh dibuat
sefleksibel mungkin sehingga interprestasi dapat dilakukan secara
progresif, mulai dari interprestasi subjektif diteruskan dengan
prosedur yang lebih kompeks sampai kemungkinan anomalo ditemukan
atau sampai dapat dikenali tanpa ragu jika todak terdapat anomali.
Geokomia strategis dan analisis multiunsur dengan data yanga banyak
memerlukan pengolahan data dengan komputer. 3.4.3 Geofisika
Informasi geofisika diinterpretasikan berkaitan dengan pola-pola
geologi seperti jenis batuan, struktur, urutan statigrafi, dan
mineralisasi bijih. Metoda geofisika digunakan pada tahap
Eksplorasi pendahuluan biasanya dengan airborne untuk mencakup
kenampakan geologi pada area yang luas dan pada tahap detil
dilanjutkan dengan pengukuran geofisika dipermukaan, maupun pada
lubang bor ( logging ). Metode geofisika bekerja berdasarkan
kondisi atau sifat fisik bawah permukaan bumi. Beberapa metode yang
sering digunakan dalam kegiatan kegiatan Eksplorasi bahan galian
tambang adalah elektromagnetik, geolostrik, magnetik-gravitasi, dan
seismik. Metode-metode tersebut dipilih dan digunakan berdasarkan
target yang hendak diukur. Eksplorasi geofisika dilakukan
berdasarkan kontras atau perbadaan sifat fisik dari batuan,
mineral, dan bijih dari endapan yang di ukur. Secara umum metode
geofisika dibagi menjadi dua, yaitu : a. Metode aktif meliputi
metode geolistrik, elektromagnetik, danseismik yang dilakukan
dengan memberikan gangguan berupaarus listrik ataupun geteran
kebawah permukaan. b. Metode pasif meliputi metode magnetik, gaya
berat, danradioaktif yang dilakukan dengan mendeteksi
anomali-anomaliyang terdapat di alam. Sinyal yang diukur oleh
peralatan geofisika mungkin merefleksikan bising ( noise ) yang
disebabkan oleh alat atau faktor-faktor lingkungan luar, background
yang tipikal untuk lokasi wilayah tertentu, dan anomali yang
merefleksikan kehadiran dan distribusi konsentrasi batuan atau
mineral daei kontras sifat-sifat fisik. 3.4.4 Pemboran Salah satu
keputusan oeting didalam kegiatan Eksplorasi adalah menentukan
kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran
sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona
mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin,
namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat
mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah
permukaan secara menyeluruh. Dalam melakukan perencnaan pemboran,
hal-hal yang perlu diperhatikan dan direncanakann dengan baik
adalah : Kondisi geologi dan topografi Tipe pemboran yang akan
digunakan Spasi pemboran Waktu pemboran, dan Pelaksana ( Kontraktor
) pemboran Umumnya mekanise pemboran dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu rotaty drilling, percussive drilling, dan rotaty-percussive
drilling.Mata bor yang sering digunakan umumnya berupa tricone bit
untuk pemboran open hole ( non coring ) ataupun diamond bit untuk
pemboran inti ( coring ). Fuida bor yang sering digunakan sering
digunakan dalam suatu periode pemboran dapat berupa udara, air,
lumpur, atau campuran air dan lumpur. Fluida bor umumnya berfungsi
untuk : (a) pendingin mata bor (b) pelumas (c) mengangkat sludge ke
atas (d) melindungi dinding lubang bor dari runtuhan. Metode
pemboran yang akan digunakan bergantung kepada asumsi yang letak
dan ketebalan target yang akan dibor berdasarkan pada
informasi/data permukaan yang diperoleh. Dengan melakukan pemboran,
maka dapat dievaluasi kembali konsep dan geologi ( interprestasi )
yangtelah ada sebelumnya. Pemboran dilakukan untuk dapat menentukan
batas ( outline ) dari endapan dan juga kemenerusan dari endapan
tersebut yang berfungsi untuk perhitungan cadangan. Dengan pemboran
dapat diketahui control strukutur dan statigrafi dari suatu zona
mineralisasi. Metode pemboran yang akan digunakan bergantung pada
akses permukaan.Beberapa jenis pemboran : Pemboran Auger, biasanya
digunakan untuk endapan plaser Rotary Driling, biasanya digunakan
oleh industry Minyak Percussive Drilling Reserve Circulation 3.4.5
Parit uji, Sumur uji Selain pemetaan geologi melalui pengamatan (
pendeskripsian ) singkapan, penyusuran ( pencarian ) lokasi endapan
bijih dapat juga dilakukan dengan tracing float, paritan atau
sumuran ( test pit ). Secara teoritis, dengan melakukan kombinasi
kegiatan antara pemetaan geologi, tracing float, paritan, dan sumur
uji, dengan mengumpulkan petunjuk kearah bijih, maka lokasi endapan
dapat diketahui ( di temukan ). Adapun Pembuatan sumur uji
dilakukan dengan membuat ukuran 1x1,5 m. Akan tetapi pada batas
kedalaman yang digali belum ditemukan adanya singkapan
Batubara.
3.4.6Pengambilan ContohSampel (conto) merupakan suatu bagian
yang repsentatif atau satubagian dari keseluruhan yang bisa
menggambarkan berbaagai karakteristikuntuk tujuan inspeksi, dan
merupakan sebagian dari populasi statistikdimana sifat-sifatnya
telah dipelajari untuk mendapatkan informasikeseluruhan.Sampling
dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupuntahapan
pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi) Selama
fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable
thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja,
tetapi juga pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan
tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona
tersebut. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada
zonaendapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan
tujuanmemperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan
lerengdan pemilihan metode penambangan. Sedangkan selama fase
eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan\tujuan kontrol kadar
(quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front
kerja yang aktif, kadar pada bench open pit,atau kadar pada umpan
material).Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan
bijih (mineable thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona
mineralisasi saja, tetapi juga pada zona-zona low grade maupun
material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas
antara masing-masing zona tersebut. Selama fase evaluasi, sampling
dilakukan tidak hanya pada zonaendapan, tapi juga pada
daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuanmemperoleh informasi
lain yang berhubungan dengan kestabilan lerengdan pemilihan metode
penambangan. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap
dilakukan dengantujuan kontrol kadar (quality control) dan
monitoring front kerja (kadarpada front kerja yang aktif, kadar
pada bench open pit, atau kadar padaumpan material). Pemilihan
metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung pada
beberapa faktor, antara lain: Tipe endapan, pola penyebaran, serta
ukuran endapan. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi, Lokasi
pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),
Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan
kondisi batuan induk. Anggaran untuk sampling dan nilai dari
bijih.
3.4.7 Analisa Contoh Langkah-langkah pengerjaan preparasi conto
yaitu sebagai berikut : a. Menyiapkan conto/sample yang diambil
dari lapangan, kemudian contodihancurkan menggunakan palu b.
Setelah itu hancuran conto tersebut diayak untuk mendapatkan
ukuranbutir tertentu c. sample siap untuk diproses dengan cara
Quartering dan Splitting
BAB IVHASIL PENYELIDIKAN4.1 Keadaan Geologi Daerah Penyelidikan
Berdasarkan pengamatan di lapangan serta beberapa informasi yang
kami dapatkan dari beberapa refrensi dan literatur, keadaan geologi
di daerah ini adalah berupa geologi komplek yang ditandai dengan
banyaknya struktur geologi yang ada yakni perlipatan, patahan serta
rekahan. Pada daerah tersebut ditemukan banyak patahan, lipatan,
dan rekahan yang terjadi kerena Adanya pergerakan batuan atau
pernah terjadinya pergeseran, jugakegiatan gunung api. Batuan yang
ada di daerah tersebut adalah berupabatuan beku, batuan sedimen
seperti batugamping, serpih, lempung danbatupasir serta batuan
metamorf seperti skis. Selain itu, juga dijumpaibeberapa sungai
yang pada umumnya adalah stadia dewasa.
Gambar 15. Keadaan Geologi Daerah Penyelidikan
4.2 Keadaan Endapan/ Mineralisasi Berdasarkan pengamatan di
lapangan serta beberapa informasi yang kami dapatkan dari beberapa
refrensi dan literatur, kami dapat menarik kesimpulan bahwa endapan
batubara yang ada di daerah penyelidikan tersebut adalah terbentuk
dengan adanya proses endogen atau adanya cekungan rawa yang
kemudian terisi tumbuhan-tumbuhan kemudian mengendap dan terawetkan
serta mengalami proses penggambutan, dilanjutkan denga proses
pembatubaraan. Namun pada saat berlangsungnya proses pembatubaraan,
terjadi pula transgresi yaitu naiknya permukaan air laut menutupi
daratan sehingga kandungan air, markasit dan sulfur menjadi tinggi.
Kandungan kalori batubaranya sekitar 7000-8000 Kkal/kg.
BAB VK E S I M P U L A N
5.1 Keadaan Geologi yang Penting Keadaan geologi merupakan hal
yang sangat penting dalam melakukan kegiatan Eksplorasi karena
bahaya geologi bila tidak diperhitungkan dapat mempengaruhi
aktivitas manusia yang selanjutnya dapat berubah menjadi bencana
alam geologi seperti tanah longsor, banjir serta berupa resiko
kerugian perusahaan jika nantinya melakukan penambangan. Keadaan
geologi yang penting adalah berupa gerakan tanah, adanya patahan,
rekahan, termasuk kegempaan dan sedimentasi yang ada pada daerah
target.
5.2 Keadaan Endapan Bahan Galian ( Kadar dan Penyebaran) Kadar
Batubara yang ditemukan di Kabupaten Maros, kecamatan Mallawa Desa
Uludaya mempunyai nilai kalori sebesar 7000-8000 k.kal/kg. berwarna
hitam agak kompak bersifat tidak higroskopis. Zat pengotor yang
terdapat pada batubara dareah tersebut ialah sulfur. Pada endapan
batubara tersebut, sedangkan keadaan endapan berupa perlapisan
memanjang mengikuti arah perlapisan batuan dengan ketebalan seam 1
meter serta endapannya relative agak jauh dari permukaan yaitu
kedalaman over burden + 20 meter. Macam-macam endapan mineral yang
terdapat pada daerah penyelidikan adalah sebagai berikut : 1).
Batubara Endapan batubara Formasi Mallawa telah mengalami proses
deformasi berupa perlipatan, persesaran dan penerobosan batuan beku
granodiorit. Batubara tersebut terdapat pada satuan batu lempung
dan batupasir kuarsa, dengan kedudukan jurus perlapisan bervariasi
antara N E hingga N E, kemiringan- . Kandungan; Kadar air = 9,1
17,20%. Kadar abu = 6,60 11,09%, Zat terbang = 38,99 62,91%, Karbon
padat = 37,06% Sulfur = 3,41%, Kalori = 5620 6000 K.Kal/kg.
Batubara ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan bahan bakar. 2).
LempungBahan galian lempung di daerah ini menyebar cukup luaspada
daerah pedataran dan setempat-setempat di daerah Utara
meliputiKecamatanMandai, Maros Baru dan sebagaian Kecamatan
Bantimurung,Tanralili dan Kecamatan Watang Mallawa. Secara genetik
lempung didaerah ini dijumpai dalam tiga jenis yaitu: lempung
hitam, lempungmerah dan lempung abu-abu. Kandungan: = 53,99%; =
3,05%; = 6,13%; O = 5,34%; O = 1,35%; MnO = 0,22%; MgO = 0,20%; O =
9,54%; LOI = 19,11%.. Dari hasil analisa kimia dan sifat fisik,
maka lempung hitam jenis ini dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk pembuatan batubata. Jumlah cadangan diperkirakan mencapai
227,5 juta meter kubik. 2.BatugampingBahan galian batugamping di
daerah ini merupakan bagian dari batugamping Formasi Tonasa.
Penyebarannya cukup luas menempati wilayah morfologi karst
Kecamatan Bantimurung dan sebagian Kecamatan Tanralili, Camba dan
Kecamatan Watang Mallawa. Hasil analisa kimia contoh batugamping
daerah Kabupten Maros, menunjukkan kandungan antara: = 0,16 4,95%;=
0,66 2,13%. Dari hasil analisa kimia dan sifat fisik batugamping
menunjukkan rata-rata kandungan CaO >50% dan MgO maksimum 1,56%,
maka dengan demikian bahan galian batugamping ini dapat digunakan
sebagai bahan baku batugamping ini dapat digunakan sebagai bahan
baku dalam industri semen portland, kapur putih, kapur ringan,
karbid dan gas .
DAFTAR PUSTAKA
Harsolumakso, Agus Handoyo. 1995. Geologi Lapangan dan Teknik
Eksplorasi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.Notosiswoyo,
Sudarto; dkk. 2000. Teknik Eksplorasi. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
http://www.google.com
LAMPIRANLAMPIRAN 1
Peta Kabupaten Maros Dan Sekitarnya
Peta Geografi Sulawesi SelatanPeta Geologi Kab. Maros Teknik
Eksplorasi Tambang39