Page 1
PENDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa memahami
operasi pengilangan minyak bumi di Indonesia.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan asal-usul pengolahan minyak
bumi berdasarkan sejarah penemuan minyak.
2. Mahasiswa mampu membuat ringkasan kronologis sejarah
pengilangan minyak bumi semenjak abad 18 sampai dengan
sekarang.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali sejarah perminyakan
nasional dari zaman sebelum merdeka sampai dengan
sekarang.
1
KEGIATAN BELAJAR I Jurusan
Teknik Kimia
Page 2
Lembar Informasi I : Pendahuluan
1.1. Sejarah Pengilangan
Proses pengilangan minyak bumi telah dimulai
secara sederhana pada tahun 1890 dalam suatu alat yang
disebut batch still oleh Williams Barnsdall dan William E.Abbott
di Tutisville Pennsylvania. Walaupun demikian baru diketahui
kemudian bahwa proses distilasi minyak bumi telah dilakukan
jauh sebelumnya di Rusia yaitu pada tahun 1735.
Perkembangan kilang minyak berlangsung terus-
menerus dengan diikuti oleh penemuan beberapa proses baru.
Demikian juga dengan adanya penemuan produk-produk baru yang
lebih berharga, sampai terbentuknya suatu kilang minyak
modern yang terintegrasi penuh seperti sekarang ini.
Penemuan beberapa proses pengolahan dalam kilang minyak dapat
dilihat pada Tabel 1.1.
1.2 Perminyakan Nasional
2
KEGIATAN BELAJAR I Jurusan
Page 3
Minyak dan gas bumi sebagai kekayaan alam Indonesia
merupakan sumber daya energi yang sangat penting untuk
membangun perekonomian bangsa menuju cita-cita masyarakat
adil dan makmur. Oleh karena itu sesuai dengan UUD 1945 maka
kekayaan alam ini dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dan bangsa
Indonesia.
Pencarian minyak dan gas bumi dalam wilayah
Indonesia telah dimulai pada zaman Hindia Belanda tahun 1871
dengan dilakukannya pengeboran beberapa sumur di Jawa Barat,
namun belum menghasilkan sebagaimana yang diharapkan.
Secara kebetulan pada tahun 1883 oleh A.J. Zijlker
seorang administrator perkebunan tembakau menemukan tanda-
tanda adanya minyak di sekitar Telaga Tunggal/Telaga Said di
Langkat Sumatera Utara. Penemuan minyak yang pertama kali
oleh Zijlker terjadi pada tahun 1885.
Semenjak itu hingga sekarang minyak dan gas bumi
telah menjadi suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk
meningkatkan perekonomian, baik untuk perusahaan minyak,
untuk pemerintah Hindia Belanda, kemudian untuk pemerintah
dan rakyat Indonesia sendiri. Sejarah lengkap perminyakan di
Indonesia sampai dengan awal kemerdekaan dapat dilihat pada
Tabel 1.2.
Tabel 1.1 Daftar Perkembangan Proses dan KilangTahun Proses Penemu
3
Page 4
18601870190419111913
1914-1915
193019341936
1939
194019401941
194219491954
Batch StillContinuous StillSelective CondensationContinuous Pipe StillPressure Cracking StillContinuous ThermalCracking
Delayed CokingCatalytic PolimerizationCatalytic Cracking(continuous fixed bed)Alkylation (H2SO4)
Hydrogen ReformingButane IsomerizationContinuous CatalyticCracking: Moving bed & FCCUAlkylation (HF)Catalytic reforming, PtFluid Coking
Barnsdall & AbboutSamuel Van SyckleVan Dyke & IrishTrumbleBurton,csDubs, Cross & Cross,Holmes-ManleyStandard Oil CompanyUniversal OilProductHoudry
Anglo-Iranian/Humble/Shell/standardOil/TexasShell/Standard OilShell/UOP/PhlipsHoudry Process CorpStandard Oil DevUOP/PhilipsUniversal OilProductESSO
Tabel 1.2 Sejarah Perminyakan di Indonesia
No Tahun Peristiwa/Kegiatan
1
2
3
4
56
1871
1883 -1885
1889
1890
18911894
Pencarian minyak/pengeboran di MajalengkaJawa Barat oleh Jan Reerink dan Van Hoevel.Eksplorasi dan penemuan minyak yang pertamakali di Telaga tunggal/Telaga Said (Sumut)oleh A.J. Zijlker.1. Penemuan minyak di daerah Jawa Timur2. Pembangunan kilang Wonokkromo oleh DeDordtsche Petroleum Maatschappij
Konsesi Zijlker dialihkan ke perusahaanminyak De Konink lijk NederlandscheMaatschpij. Kilang Minyak Pangkalan Berandan mulaiberoperasi.1. Kilang minyak Balik Papan dibangun oleh
4
Page 5
7
8
9
10
11
12
13
14
1516
17
18
19
20
21
22
23
24
1897
1889
1901
1904
1907
1911
1912
1921
19221923
1925
1926
1930
1933
1935
1936
1939
Shell Transport and Trading Company.2. Kilang Cepu dibangun oleh De Dordtsche
Petroleum Maat Schappij.Pemasangan pipa minyak sepanjang 145 kmdari Cepu ke Surabaya.1. Penemuan lapangan minyak Tarakan olehShell.2. Undang-undang perminyakan HindiaBelanda.Pemasangan pipa sepanjang 130 km dari Perlakke Pangkalan Berandan.1. Kilang minyak Plaju mulai beroperasi.2. Perubahan Undang-undang perminyakan.Penggabungan De Koninklijke dan Shellmenjadi Royal Dutch Shell dengan 3 anakperusahaan yaitu :1. BPM, untuk eksploitasi, produksi danpengolahan.2. Asiatic Petroleum, utnuk pemasaran.3. Anglo saxon Petroleum Co, untukpegangkutan. 1. BPM mengambil alih konsesi De Dordtsche
di Jateng dan Jatim termasuk kilangCepu dan Wonokromo.
2. Lapangan Samboja (Kaltim) ditemukanoleh BPM.1. Lapangan Bunyu (Kaltim) ditemukanoleh BPM2. NKPM mendapat konsesi didaerah Sumbagsel.1. Lapangan Talang akar Pendopoditemukan oleh NKPM2. NIAM didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda dan BPM untuk daerah konsesiJambi.
Kilang minyak Sungai Gerong didirikan.Lapangan Jambi mulai berproduksi dan diolaholeh Kilang Plaju.Standard Oil of New Jersey, induk perusahaanNKPM mendapat konsesi di Jawa, Madura danTAP.Kilang minyak Sungai Gerong mulaidioperasikan oleh NKPM.NPPM didirikan oleh Standard Oil Company of
5
Page 6
25
26
27
28
293031
3233
34
35
36
37
1940
1941
1944
1945
1948
195719591961
19641965
1968
1969
1970
1971
California dengan Sumatera Tengah.Operasi NKPM dan Standard oil of New Jerseydi Hindia belanda digabung menjadi SPVM(STANVAC).1. NPPM mulai kontrak untuk blok RokanRiau.2. BPM dan STANVAC bersama Far Fasific
Invesment yang mewakili CALTEX membentukNNGPM untuk eksplorasi daerah Sorong(Irja).
1. NPPM dan Texas Oil Company (TEXACO)bergabung menjadi CALTEX.
2. NNGPM menemukan lapangan minyakKlamono.1. Lapangan minyak Sebanga (Riau)ditemukan CALTEX2. Lapangan minyak Wasian (Irja)ditemukan oleh NNGPM.3. Shell dan CALTEX menggunakan prosesAlkilasi H2SO4
1. Lapangan Sago dan Ukui ditemukan olehSTANVAC.2. Shell mengembangkan prosesIsomerisasi Butan1. Lapangan Andan Sungai Pulai dan
Sungai Keruh ditemukan oleh STANVAC2. Lapangan minyak Duri ditemukan olehCALTEX. Jepang melakukan eksplorasi menggunakanperalatan eks CALTEX.1. Didirikan PTMNRE-SU di SumateraUtara.2. Didirikan PERMIRI oleh para pejuangkemerdekaan.1. Karyawan minyak Cepu mendirikan PTMN,
kemudian diubah menjadi PTMRI-Cepu.2. PERMIRI membubarkan diri karena
wilayahnya diduduki oleh Belanda. Pembentukan PT.PERMINANV.NIAM berubah nama menjadi PT. PERMINDO1. PT. PERMINA berubah menjadi PN. PERMINA
dengan tugas utama bidang produksi.2. Didirikan PT.PERTAMIN dengan tugas utama
6
Page 7
bidang distribusi dan pemasaran.3. Berdirinya PN. PERMIGAN.PN.PERMINA membeli saham NNGPM di Sorong.1. Seluruh kekayaan PT. Sheel diambilalih PN. PERMINA.2. PN. PERMIGAN diambil alih PN.PERMINA.3. Perubahan proses Isomerisasi Butan
menjadi Fluid Coking1. Pengabungan PN.PERMINA dan PN. PERTAMIN
menjadi PN. PERTAMINA berdasarkan PP27/1968.
2. Usaha eksplorasi/produksidikembangkan dengan sistim kontak bagi hasil dan kontrakbantuan teknik.Ditemukan minyak lepas pantai Arjuna didekat Pamanukan dan lapangan Jatibarang diJawa Barat.1. PN. PERTAMINA menerima asset kilang
Sungai Gerong dari PTSI.2. Ditemukan lapangan minyak lepas pantai
Cinta dan ATAKA dilepai pantai Kaltim.PN.PERTAMINA berubah nama menjadi PERTAMINA.
Era perminyakan di Indonesia sesudah kemerdekaan
dikelompokkan menjadi :
1. Masa perjuangan 1945 – 1950
2. Masa penyusunan kebijaksanaan Nasional 1950 – 1960.
3. Masa awal kebijaksanaan Nasional 1960 – 1966.
4. Masa pelaksanaan kebijaksanaan Nasional 1966 – 1976
5. Masa pemantapan kebijaksanaan Nasional 1976 – 1985
6. Masa depan minyak dan gas bumi Indonesia 1985 – sekarang.
Dalam perjuangan pada awal kemerdekaan Indonesia,
minyak bumi mempunyai peranan yang cukup besar seperti :
1. Sebagai BBM untuk penerbangan bagi pesawat tempur
Indonesia dalam peperangan.
7
Page 8
2. Sebagai komoditi ekspor untuk menghasilkan devisa dalam
rangka menembus blokade ekonomi oleh Belanda.
3. Sebagai alat untuk memperlancar hubungan pemerintah
Republik Indonesia dengan negara tetangga.
Dengan berlakunya Undang-Undang Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi Nomor 44 tahun 1960, maka sejak, itu
kekuasaan negara atas kekayaan alam minyak dan gas bumi
memperoleh bentuk hukum yang pasti, sehingga usaha untuk
menerapkan kebijaksanaan Nasional dalam bidang pertambangan
minyak dan gas bumi dapat dilakukan sepenuhnya oleh bangsa
Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang Pertambangan tersebut maka
kebijaksanaan nasional tentang perminyakan dan gas bumi
meliputi :
1. Kegiatan eksplorasi dan produksi.
2. Kegiatan pemurnian dan pengolahan.
3. Pembekalan dalam negeri.
4. Pemasaran luar negeri.
5. Peningkatan usaha perkapalan dan telekomunikasi.
6. Usaha meningkatkan penelitian dan pengembangan.
7. Pengembangan jasa penunjang.
8. Keselamatan kerja dan lingkungan hidup.
1.2.1 Kontrak Karya.
Kontrak karya merupakan suatu perjanjian dengan
perusahaan asing bekas konsesi yang isinya mengatur tentang
pembagian hasil. Perjanjian ini menetapkan pembagian
keuntungan 60 % untuk pemerintah Indonesia dan sisanya 40 %
untuk perusahaan asing. Kecuali itu perusahaan minyak asing
8
Page 9
juga berkewajiban memenuhi kebutuhan BBM didalam negeri
menurut perbandingan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Disamping itu pula dalam rangka pengendalian ekspor minyak
ditetapkan pula bahwa harga ekspor minyak mentah dan hasil-
hasil pengolahannya harus mendapat persetujuan pemerintah.
Perusahaan asing yang menandatangani kontrak karya ini adalah
Shell, STANVAC dan CALTEX untuk jangka waktu selama 20 tahun.
1.2.2 Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing)
Dalam sistim kontrak bagi hasil, pembagian
keuntungan tidak lagi didasarkan atas hasil penjualan minyak
tetapi atas dasar produksi minyak yang dihasilkan. Seluruh
minyak mentah yang dihasilkan dibagi antara pemerintah dan
kontraktornya menurut perbandingan 65 % dan 35 %.
Dasar pemikiran kontrak bagi hasil adalah bahwa
manajemen minyak harus berada pada tangan bangsa Indonesia,
dengan demikian terjadi pengendalian operasi secara langsung
yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
bagi perusahaan negara (PERTAMINA) dalam operasi perminyakan
yang melibatkan modal besar dan penggunaan teknologi tinggi
tanpa harus ikut menanggung resiko investasi yang sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor.
9
Page 10
A. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Uraikan secara singkat tentang sejarah kilang minyak
pada dekade tahun 1871 s/d 1904 !
2. Jelaskan apa kepanjangan dari PERTAMINA !
3. Apakah manfaat kilang dalam memproduksi bahan bakar
minyak (BBM) ?
4. Sebutkan salah satu organisasi perminyakan yang
mengembangkan proses Batch Still & Continuos Still !
B. Berilah tanda huruf B bila pernyataan di bawah ini benardan berilah tanda huruf S bila salah di sebelah kananpertanyaan.
10
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 11
1 Yang pertama kali menemukan minyak di sekitarTelaga Said di Langkat Sumatera Utara adalahWilliams Barnsdall dan Williams E.Abott
…………
2 Penemuan lapangan minyak Tarakan oleh Shellpada tahun 1889 …………
3 Pada tahun 1922 didirikan kilang minyak diCepu dan Wonokromo …………
4 Sejarah perminyakan di Indonesia sesudahkemerdekaan mempunyai peranan sebagaikomoditi ekspor untuk menghasilkan devisadalam rangka menembus blokade ekonomi.
…………
5 Sejarah pengilangan minyak di Indonesia padadekade tahun 1964 - 1971 merupakan berdirinyaPERTAMINA.
………..
A. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jelas dan singkat
!
1. Tuliskan 3 bukti sejarah yang membuktikan adanya
penemuan minyak di Indonesia !
11
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 12
2. Apakah yang membedakan kilang minyak yang ada di unit
Plaju/Sungai Gerong dengan kilang minyak yang ada di
Balongan/Indramayu ?
3. Buatlah suatu daftar perbedaan antara proses batc still
dengan continuous still menurut table berikut ini , atau
berdasarkan table yang anda buat sendiri, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif !
No Uraian Batch Still Continuous
Still
1 Alat Utama …………………..…………………..…………………..
………………………………………………………
2 Produk Utama …………………..…………………..………………….
………………………………………………………
3 Kondisi Operasi …………………..…………………..…………………..
………………………………………………………
4. Jelaskan latar belakang mengapa minyak bumi dijadikan
sebagai alat revolusi pada awal kemerdekaan Indonesia !
5. Berikan contoh-contoh kilang minyak yang ada di
Indonesia !
B. Berilah tanda silang X pada satu jawaban yang anda anggappaling benar !
1. Minyak bumi di Indonesia pertama kali ditemukan oleh :
a. Williams Barndall c. Nelson
b. Williams E. Abbott d. A.J. Zijlker
2. Kilang minyak yang pertama kali beroperasi di Indonesia
pada tahun 1912 adalah :
12
Page 13
a. Lapangan minyak Kaltim c. Kilang minyak
Sungai Gerong
b. Lapangan minya Sebanga, Riau d. Lapangan Minyak
Wasian, Irja.
3. Era perminyakan di Indonesia sesudah Kemerdekaan yang
dikelompokkan ke dalam tahun 1976 - 1985 adalah :
a. Masa penyusunan kebijaksanaan Nasional
b. Masa pelaksanaan kebijaksanaan Nasional
c. Masa awal kebijaksanaan Nasional
d. Masa pemantapan kebijaksanaan Nasional
4. Perbedaan kilang minyak di Indonesia untuk
memproduksi bahan baku menjadi produk terletak pada :
a. Bahan baku c. Proses
b. Peralatan d. Diagram alir
5. Fungsi bahan bakar minyak dalam pengilangan pada
zaman peperangan bangsa Indonesia adalah :
a. Sebagai komoditi ekspor untuk menghasilkan
devisa dalam rangka menembus blokade ekonomi Belanda.
b. Bahan pengisi tangki pada kendaraan perang.
c. Membiayai perang.
d. Alat ekspor negara.
C. Lengkapilah pernyataan di bawah ini dengan menuliskan hurufdari sekumpulan jawaban pada kolom sebelah kanan yang andaanggap paling benar !
1………. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan minyak bumi
A. NKPM
2………. Yang pertama kali mengoperasikan KilangMinyak Sungai Gerong
B. CALTEX
3……… Yang mendirikan lapangan minyak Duri,Riau
C. A.J.
Zijlker
13
Page 14
4………. Eksplorasi dan penemuan minyak yangpertama kali di Telaga Said/TelagaTunggal
D.Pertamina
5……… Perusahaan Pertambangan Minyak dan GasBumi Negara
E. BPM
F. CrudeOilG. Stanvac
1. Ali Fasya Ismail, Ir. MEng., 1998. Minyak dan Gas Bumi sebagaiSumber Energi. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas TeknikUniversitas Sriwjaya. Palembang.
2. Pertamina, 1990. Perkembangan Industri Perminyakan di Indonesia.Jakarta.
3. Pertamina, 1998. 40 Tahun Perkembangan Usaha Pertambangan Minyakdan Gas Bumi, Jakarta.
14
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 15
PENGANTAR PENGILANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Memahami tentang seluk beluk pengilangan dan perminyakan
sebagai upaya untuk memahami lebih lanjut tentang peranan
bahan bakar minyak dan gas sebagai produk kilang.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan secara tertulis 3 fungsi utama
suatu kilang minyak.
15
KEGIATAN BELAJAR II Jurusan
Page 16
2. Mahasiswa mampu menggambarkan 3 tipe kilang minyak dalam
bentuk diagram alir berdasarkan proses pengolahan minyak.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tipe-tipe kilang minyak
Pertamina yang ada diseluruh Indonesia.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi minyak berdasarkan produk
dari suatu kilang minyak.
5. Mahasiswa mampu menyebutkan macam-macam produk kilang
berdasarkan fraksi-fraksinya.
Lembar Informasi II : Pengantar Pengilangan Minyak dan Gas
Bumi
2.1 Fungsi Kilang
Fungsi utama kilang minyak bumi adalah :
16
KEGIATAN BELAJAR II Jurusan
Page 17
1. Mengolah minyak mentah menjadi produk antara (intermediate)
atau fraksi-fraksi minyak, dan produk akhir kilang berupa
BBM dan non BBM.
2. Menyediakan BBM dan non BBM yang bernilai ekonomis dengan
persyaratan kualitas tertentu dan volume yang cukup besar
untuk dipasarkan.
3. Sebagai kekuatan social ekonomi bagi suatu negara yang
mempunyai sumber kekayaan alam berupa minyak bumi.
2.2 Macam-Macam Tipe Kilang
Berdasarkan proses pengolahan yang digunakan maka
kilang minyak bumi dapat diklasifikasikan menjadi suatu kilang
minyak yang :
1. Sederhana
2. Kompleks
3. Terintegrasi penuh
Suatu kilang minyak yang lengkap biasanya mempunyai
beberapa fasilitas pendukung berupa :
1. Instalasi tangki yang memadai untuk penyimpanan minyak
mentah, fraksi-fraksi dan produk akhir minyak
2. Pembangkit listrik
3. Peralatan angkutan material dan transportasi minyak
4. Unit perawatan dan pemeliharaan rutin selama 24 jam/hari
dan untuk 7 hari/minggu
5. Instalasi pengolahan air dan buangan
6. Unit untuk pencampuran produk akhir.
Suatu kilang sederhana biasanya terdiri dari :
1. Unit distilasi
2. Unit reforming dan
17
Page 18
3. Unit pemurnian (treating),
dan mempunyai produk antara lain seperti LPG, mogas (motor
gasoline) , kerosin, gas oil dan fuel oil. Contoh diagram alir
kilang sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Kilang yang lebih lengkap menghasilkan produk yang
lebih banyak dan beragam jenisnya, serta memerlukan proses-
proses seperti : distilasi hampa, perengkahan dengan katalis
polimerisasi, alkilasi dan oksidasi aspal. Kilang yang
terintegrasi penuh menghasilkan produk BBM yang lebih banyak
lagi dengan proses yang lebih lengkap sebagai suatu kilang
modern. Contoh diagram alir kilang yang lengkap dan
terintegrasi penuh dapat dilihat pada Gambar 2.2.
2.3 Macam-Macam Produk Kilang
Produk kilang secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi 6 kelompok besar yaitu :
1. Fraksi-fraksi gas.
Baik gas alam maupun gas-gas lain pada mulanya hanya
dipakai sebagai bahan bakar saja, tetapi sekarang dipakai
juga sebagai bahan baku pembuatan amoniak, pupuk dan
petrokimia lainnya.
Fraksi gas itu terdiri dari :
a. Gas Alam (LNG), terdiri dari 95 % CH4 dan lainnya
hidrokarbon ringan.
b. Gas ringan, utamanya mengandung C1 dan C2.
c. Gas buang (off gas), utamanya mengandung H2, H2S, SO2, C1
dan C2.
d. LPG, tediri dari campuran C3 dan C4.
2. Fraksi-fraksi ringan.
18
Page 19
Distilasi
i
Reforming
Treating
Fraksi-fraksi ringan dapat diperoleh dari ujung atas
kolom distilasi merupakan minyak yang mempunyai berat
molekul lebih kecil, terdiri dari :
a. Gasoline, terdiri dari mogas (motor gasoline), dan avgas
(aviation gasoline).
b. Pelarut nafta dan kerosene.
c. Minyak jet (avtur = aviation turbin).
d. Minyak pemanas ringan (light heating oil),
3. Distilat-distilat.
a. Minyak diesel, teridiri dari ADO (Automotive Diesel
Oil) dan IDO (Industrial Diesel Oil).
b. Gas Oil
LPG
Gasoline
Kerosine Minyak Gas Oil Mentah
Fuel Oil
19
Page 20
CDU
HVD
CC
TC
Reforming
Gambar 2.1 Diagram Alir Kilang Sederhana
Gas Fuel Gas L P G NaftaGasolin WWDKerosen Crude DewaxingLube/Wax ADOA D O
20
Page 21
I D O IDOLube/Wax
LVGO Poly/Alkyl Plant
HVGO
Fuel Oil Residu Tar Flux
Gambar 2.2 Diagram Alir Kilang Lengkap
4. Minyak pelumas terdiri dari :
a. Oli mesin untuk kendaraan bermotor.
b. Pelumas untuk roda gigi.
c. Oli silinder, untuk pelumasan silinder mesin-mesin uap.
d. Oli netral, viskositas rendah, untuk campuran oli
mesin.
e. Bright Stock, viskositas tinggi, untuk campuran oli
mesin.
5. Gemuk dan Lilin
a. Lilin parafin
b. Petrolatum
c. Minyak gemuk
21
Page 22
6. R e s i d u
a. Fuel oil
b. Kokas
c. Ter/Blankin
d. Aspal
e. Bubuk karbon (carbon black)
22
Page 23
A. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Apakah fungsi alat distilasi pada peralatan kilang
minyak sederhana ?
2. Apakah perbedaan kilang minyak sederhana dan kilang
minyak lengkap ?
3. Buatlah suatu diagram alir kilang minyak sederhana !
B. Lengkapilah pernyataan di bawah ini dengan memberikan hurufdari sekumpulan jawaban pada kolom sebelah kanan yang andaanggap paling benar !
1…….. Yang berfungsi memisahkan minyakmentah menjadi fraksi- fraksinya
A.Reforming
2…….. Yang dihasilkan dari proses reforming B. SO2
3…….. Gas alam yang merupakan bahan bakupembuatan amoniak
C. IDO
4…….. Bahan bakar yang sering digunakansebagai minyak diesel
D. Kokas
5…….. Pengubahan hasil intermediate menjadikerosin
E. LPG
6…….. Merupakan hasil residu padapengilangan minyak bumi
F. Treating
G.
23
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 24
DistilasiH. LNGI. H2
A. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Jelaskan apakah fungsi utama dari kilang minyak bumi !
2. Sebutkan macam-macam tipe kilang minyak bumi !
3. Buatlah diagram alir kilang minyak secara sederhana !
4. Sebutkan masing-masing produk dari kilang minyak !
5. Sebutkan macam produk kilang minyak berdasarkan
fraksinya !
B. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang andaanggap benar !
24
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 25
1. Salah satu fungsi utama kilang minyak di bawah ini
adalah :
a. Mengubah minyak mentah menjadi produk samping.
b. Sebagai alat transportasi fluida
c. Mengolah minyak mentah menjadi produk antara
(intermediate)
berdasarkan fraksinya dengan produk akhir BBM
dan non BBM.
d. Sebagai fasilitas pendukung.
2. Salah satu produk kilang yang dihasilkan dari proses
reforming adalah
a. Gas oil c. Kerosene
b. LPG d. Fuel oil
3. Dari diagram alir kilang sederhana treating merupakan
proses untuk menghasilkan :
a. Kerosene c. LPG
b. Gasoline d. Pelumas
4. Gas alam LNG merupakan macam produk kilang yang
mengandung :
a. CH4 c. CH2
b. H2 d. NO2
5. Produk kilang yang terdiri dari produk-produk ringan
yang diperoleh dari kolom distilasi adalah :
a. Gas oil c. Fuel oil
b. Gasoline d. Paraffin
6. Produk kilang yang merupakan hasil distilat adalah :
a. Petroleum c. Minyak diesel
b. Kokas d. Fuel oil
25
Page 26
7. Minyak diesel ADO yang dihasilkan dari produk kilang
pada diagram alir kilang diperoleh dari hasil :
a. Unit CDU c. Reforming
b. OCR d. Campuran C3 dan C4
8. Kandungan utama yang terdapat dalam LPG adalah :
a. CH4 c. N2 dan H2
b. C1 dan C2 d. Campuran C3 dan C4
26
Page 27
1. Bland, W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum ProcessingHandbook, Mc-Graw Hill Book Co. New York
2 Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. Mc Graw HillBook Co. Singapore.
27
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 28
KOMPOSISI MINYAK DAN GAS BUMI
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Memahami tentang senyawa dan komposisi minyak dan gas bumi
ditinjau dari segi ilmu kimia organik.
Tujuan Pembelajaran khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian struktur kimia
hidrokarbon sebagai komponen penyusun senyawa minyak dan
gas bumi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan komposisi minyak dan gas bumi
berdasarkan dasar penyusun minyak (oil base)
3. Mahasiswa dapat menjelaskan semua unsur dan senyawa
pengotor yang terkandung dalam minyak dan gas bumi.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan semua kemungkinan akibat yang
ditimbulkan oleh adanya senyawa pengotor didalam produk
BBM dan non BBM.
28
KEGIATAN BELAJAR III Jurusan
Teknik Kimia
Page 29
Lembar informasi III : Komposisi Minyak dan Gas Bumi
3.1 Struktur dan Komposisi Minyak
Kebanyakan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam
minyak dan gas bumi terdiri dari hidrogen dan karbon sebagai
unsur-unsur utamanya. Senyawa-senyawa tersebut disebut sebagai
senyawa hidrokarbon. Selain dari pada senyawa-senyawa tersebut
terdapat pula senyawa-senyawa lain dalam jumlah yang sedikit
yang mengandung unsur-unsur belerang atau sulfur, oksigen dan
nitrogen.
Komposisi minyak mentah dan gas bumi berdasarkan
unsur-unsur penyusunnya adalah sebagai berikut :
Karbon : 83,5 – 87,5 % berat
Hidrogen : 11,5 – 14,0 %
Sulfur : 0,1 – 3,0 %
29
KEGIATAN BELAJAR III Jurusan
Teknik Kimia
Page 30
Oksigen : 0,1 – 1,0 %
Nitrogen : 0,01 – 0,3 %
Selain unsur-unsur di atas terdapat juga unsur-unsur logam
seperti vanadium, besi, nikel, khrom, posfor dan logam-logam
lain yang jumlahnya kurang dari 0,03 % berat.
Operasi-operasi pengilangan minyak secara fisis
seperti penguapan, fraksionasi dan pendinginan dilaksanakan
oleh adanya sejumlah besar penyusun minyak dan gas bumi,
sedangkan operasi-operasi kimiawi seperti pemurnian (treating)
dan filtrasi dilaksanakan oleh adanya senyawa-senyawa sulfur,
oksigen dan nitrogen, juga dilakukan oleh adanya sejumlah
kecil senyawa hidrogen reaktif yang mungkin terikat dalam
minyak dan gas bumi.
Di dalam minyak mentah dan gas bumi terdapat beberapa
kelompok senyawa-senyawa hidrokarbon dan masih ada beberapa
kelompok senyawa hidrokarbon yang lain yang dihasilkan oleh
proses-proses pengolahan minyak seperti perengkahan dan
hidrogenasi. Di antara minyak dan gas bumi mempunyai rumus
molekul seperti alkana (CnH2n+2), alkena (CnH2n) dan alkuna (Cn
H2n-2 ).
3.1.1 Kelompok Senyawa Hidrokarbon
Kelompok senyawa hidrokarbon yang terkenal ada di
dalam minyak dan gas bumi ada 6 kelompok yaitu :
1. Parafin yang merupakan senyawa alkana.
2. Olefin yang terdiri dari gugus alkena dan sikloparafin.
3. Naftalena yang terdiri dari hidrokarbon cincin jenuh
4. Aromatik yang terdiri dari hidrokarbon cincin tak jenuh
5. Diolefin terdiri dari dua ikatan rangkap yang tak jenuh dan
6. Asetilen
30
Page 31
Kelompok senyawa parafin merupakan senyawa yang sangat
stabil dan mempunyai rantai lurus, seperti metan, etan,
propan, butan, pentan dan lain-lain. Kelompok senyawa olefin
atau juga disebut etilen terdiri dari senyawa rantai lurus
yang tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap menghubungkan dua
atom karbon. Kelompok senyawa olefin antara lain etena,
propena, butena dan lain-lain.
Kelompok senyawa naftalen mempunyai rumus molekul yang
sama dengan kelompok senyawa olefin, tetapi sangat besar
perbedaan sifat-sifatnya. Sernyawa naftalen adalah senyawa-
senyawa yang mempunyai cincin atau rantai melingkar yang
jenuh. Kelompok senyawa ini antara lain siklo propan, siklo
pentan, siklo heksan, siklo heptan dan lain-lain.
Kelompok senyawa aromatik yang sering disebut sebagai
kelompok senyawa benzen, merupakan senyawa kimia yang aktif.
Senyawa ini merupakan senyawa tak jenuh yang berbentuk cincin
atau rantai melingkar. Kelompok senyawa ini antara lain
benzen, naftalen, fenol, anilin dan lain-lain. Kelompok
senyawa diolefin hampir sama dengan senyawa-senyawa olefin
kecuali dua atom hidrogen yang hilang., atau dua ikatan
rangkap tedapat pada setiap molekulnya. Dua ikatan rangkap
tersebut menyebabkan senyawa ini aktif sekali. Senyawa
diolefin cenderung membentuk polimer atau berkombinasi dengan
molekul-molekul tak jenuh lainnya membentuk senyawa yang
mempunyai berat molekul yang lebih besar seperti getah minyak
(gum).
3.1.2 Klasifikasi Minyak dan Gas Bumi
31
Page 32
Dahulu minyak dan gas bumi sering dipertimbangkan
sebagai larutan hidrokarbon parafin, tetapi survei literatur
menunjukkan bahwa asumsi itu tidak benar. Sekitar 85 % dari
minyak mentah (crude oil) di dunia diklasifikasikan menjadi 3
golongan yaitu :
1. Minyak dasar aspal (asphaltic base)
2. Minyak dasar paraffin (paraffinic base)
3. Minyak dasar campuran (mixed base).
Minyak dasar aspal mengandung sedikit lilin
paraffin dengan aspal sebagai residu utama. Minyak dasar aspal
sangat dominan mengandung aromatik. Kandungan sulfur, oksigen
dan nitrogen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan minyak-
minyak dasar lainnya. Minyak mentah dengan dasar aspal sangat
cocok untuk memproduksi gasolin yang berkualitas tinggi,
minyak pelumas mesin dan aspal. Fraksi-fraksi ringan dan
menengah mengandung prosentase naftalen yang tinggi.
Minyak dasar parafin (paraffinic base) mengandung
sangat sedikit aspal, sehingga sangat baik sebagai sumber
untuk memproduksi lilin paraffin, minyak pelumas motor dan
kerosin dengan kualitas tinggi. Minyak dasar campuran (mixed
base) mengandung sejumlah lilin dan aspal secara bersamaan.
Produk yang dihasilkan minyak dasar ini lebih rendah
kualitasnya dibandingkan dengan dua tipe minyak di atas.
Disebabkan karena bervariasinya produk dan fraksi minyak di
dalam berbagai minyak mentah yang berbeda-beda, maka terdapat
perbedaan yang menyolok dari sifat-sifat minyak tersebut.
Sifat-sifat umum minyak mentah dengan dasar yang berbeda dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
32
Page 33
Disamping penggolongan minyak berdasarkan senyawa
hidrokarbon dan ikatan molekul atom-atomnya, pengklasifikasian
minyak dapat juga didasarkan pada sifat penguapan, kadar
sulfur, berat jenis dan faktor karakteristik.
1. Klasifikasi menurut sifat penguapan
a. Minyak ringan (light oil), mengandung komponen fraksi ringan
lebih dari 50 % berat.
b. Minyak sedang (medium oil) mengandung komponen ringan
20 - 50 % berat.
c. Minyak berat (heavy oil) mengandung komponen ringan
kurang dari 20 % berat.
2. Klasifikasi menurut kadar sulfur
a. Minyak bumi kadar sulfur tinggi (ligh sulfur oil)
mengandung sulfur lebih dari 2 % berat.
b. Minyak bumi kadar sulfur sedang (medium sulfur oil),
mengandung sekitar 0,1 sampai 2 % berat.
c. Minyak bumi kadar sulfur rendah (low sulfur oil),
mengandung kadar sulfur kurang dari 0,1 % berat.
3. Klasifikasi berdasarkan berat jenis
a. Minyak ringan : berat jenis < 0,835
b. Minyak sedang : berat jenis 0,835 s/d 0,865
c. Minyak berat : berat jenis > 0,86
4. Klasifikasi berdasarkan faktor karakteristik
a. Parafin : K = 12,1 – 13,0
b. Intermediate : K = 11,5 – 12,1
c. Naftenik : K = 10,5 – 11,5
d. Aromatik : K = 9,8 - 10,5
K adalah faktor karakteristik yang didefinisikan
sebagai :
33
Page 34
K = ,
Dimana TB adalah titik didih molar rata-rata (oF) dan
Spgr adalah berat jenis pada 60 oF.
Tabel 3.1 Sifat-Sifat Umum Minyak Mentah No Sifat-Sifat Minyak Dasar
ParafinMinyak Dasar
Aspal1.2.3.4.5.6.
7.8.9
Berat jenis, oAPIKandungan naftaBilangan Oktan naftaBau (odor) naftaKecenderungan asapkerosinKecendrungan ketukanminyak dieselTitik tuang pelumasKandungan minyak pelumasIndeks viskositaspelumas
TinggiTinggiRendahManisRendahRendah
TinggiTinggiTinggi
RendahRendahTinggiMasamTinggiTinggi
RendahRendahRendah
Fraksi-fraksi minyak seperti nafta secara umum
diklasifikasikan sebagai minyak ringan, kerosene dan gas oil
ringan (LGO=light Gas Oil) digolongkan sebagai distilat menengah,
gas oil hampa (VGO= Vaccum Gas Oil) bersama dengan residu
dinyatakan sebagai minyak yang tereduksi (reduced crude).
Tabel 3.2 menunjukkan indikasi yang berpengaruh terhadap
komposisi kimia fraksi utama yang dihasilkan oleh beberapa
minyak mentah.
Berdasarkan jarak titik didih tiap fraksi yang dihasilkan maka
susunan molekul menurut jumlah atom karbon dari fraksi dan
produk akhir kilang dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.2 Komposisi Kimia Fraksi Minyak
34
Page 35
Fraksi
50 %ASTM,
oF
Minyak DasarParafin,% berat
Minyak Dasar Aspal
Para
f
Naft
a
Aromati
k
Paraf Nafta Arom UnS
GasolineKerosenGasOilDistilatBerat
280450600750
65602520
30305565
5101515
3525--
35506555
10256555
--22
Table 3.3 Susunan Hidrokarbon Fraksi/Produk Minyak dan Gas
Bumi
Fraksi/Produk Jarak Didih, 0C Jumlah Atom Karbondalam Molekul Minyak
Gas-gasGasolinNaftaKerosen danAvturDiesel dan FueloilGas oilFuel oil beratAtm residuVac Residu
< 30 30 – 210100 – 200150 – 250160 – 400220 – 345315 – 540
> 450> 615
C1 – C4
C5 – C12
C8 - C12
C11 – C13
C13 – C17
C17 – C20
C20 – C45
> C30
> C60
3.2 Senyawa-Senyawa Pengotor
Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa
pengotor yang tidak diinginkan ada dalam minyak dan gas bumi
adalah senyawa sulfur atau belerang yang terkandung dalam
minyak mentah maupun dalam produk akhir dan fraksi-fraksinya.
Tipe senyawa-senyawa sulfur yang sering dijumpai dalam minyak
35
Page 36
bumi adalah hidrogen sulfida (H2S), merkaptan yang terdiri
dari metil dan benzil merkaptan, metil sulfida dan normal
butil sulfida, metil disulfida, sulfida-sulfida siklis, alkil
sulfat, asam sulfonat, sulfoksida, sulfon dan tiofen.
Senyawa-senyawa sulfur tersebut dianggap pengotor
dan pengganggu karena mempunyai sifat korosif, berbau tidak
enak atau merangsang, dan mempunyai karakter yang mudah
meledak. Korosif karena adanya sulfur dalam jumlah yang
sedikit pada produk akhir disebabkan karena produk tersebut
dipakai pada suhu rendah, dimana pada suhu tersebut terdapat
beberapa senyawa yang korosif terhadap logam-logam yang
komersil. Senyawa sulfur yang mempunyai titik didih rendah
cenderung terkonsentrasi di dalam gasolin pada waktu proses
pengolahannya, dan oleh karena itu sifat korosif jarang sekali
terdapat pada produk yang mempunyai titik didih tinggi. Bau
yang selalu menjengkelkan terdapat pada senyawa-senyawa yang
mempunyai titik didih rendah atau senyawa-senyawa sulfur dalam
bentuk gas seperti hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida
(SO2) yang keluar melalui cerobong asap, merkaptan yang
mempunyai atom karbon sampai 6 buah (titik didih sekitar 400oF), sulfide sampai dengan atom karbon (titik didih sekitar
350 oF) dan metal disulfide (titik didih sekitar 243 oF).
Prosentase sulfur di dalam minyak mentah bervariasi mulai dari
nol untuk minyak mentah yang mempunyai o API tinggi sampai
dengan 7,5 % dalam minyak mentah berat. Berarti bahwa pada
minyak yang mengandung prosentase sulfur sedemikian tinggi
maka separuh dari senyawa-senyawa yang dihasilkan dari minyak
mentah itu akan mengandung senyawa sulfur.
36
Page 37
Minyak mengandung oksigen dalam bentuk asam-asam
naftenat, fenol, asam karbonat, aspal dan resin. Kandungan
oksigen dalam minyak bumi tidak lebih dari 3 %. Dalam fraksi
yang mempunyai titik didih rendah akan dijumpai fenol dan asam
karbolik dalam jumlah yang sangat kecil. Minyak yang
mengandung hidrokarbon naftenik tinggi biasanya mengandung
asam naftenat yang tinggi. Jumlah asam naftenat yang ada dalam
fraksi gas oil berat adalah maksimum dengan berat jenis 0,96 –
1,0. Asam-asam tersebut larut dalam alkohol dan produk-produk
minyak dan tidak larut dalam air. Asam ini adalah suatu cairan
dengan bau yang tak sedap dan menyebabkan korosi terhadap
logam-logam, seng, timah putih, tembaga dan besi.
Nitrogen yang ada dalam minyak adalah dalam bentuk
senyawa-senyawa basa seperti piridin, piridin yang
terhidrogenasi, dan sebagainya. Komposisi minyak yang
mengandung senyawa nitrogen tidak diketahui, tetapi mempunyai
berat jenis sama dengan 1 dan mempunyai bau yang sangat tidak
sedap.
Senyawa lain yang terkandung dalam minyak adalah
aspalten dan resin yang terdiri dari resin netral, asam-asam
aspalten dan aspaltenat dan anhidridanya. Resin netral dapat
berbentuk cairan, setengah padat dan kadang-kadang berbentuk
padatan. Resin-resin tersebut membentuk komposisi kimia minyak
yang mengandung resin dan aspalten adalah hidrokarbon
aromatik, naften dan parafin.
37
Page 38
A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Sebutkan senyawa utama yang terkandung dalam minyak
dan gas bumi !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan crude oil,
asphaltic base dan mixed base !
38
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 39
3. Sebutkan unsur-unsur dan senyawa pengotor apa saja yang
terkandung dalam minyak !
B. Berilah tanda silang X pada salah satu jawaban yang andaanggap benar !
1. Unsur utama yang terdapat di dalam minyak dan gas bumi
adalah :
a. Nitrogen c. Hidrogen-Karbon
b. Oksigen d. Sulfur
2. Komposisi senyawa oksigen yang terdapat dalam minyak
mentah dan gas bumi adalah :
a. 0,5 - 14,0 % c. 11,5 - 14,0 %
b. 0,01 - 0,3 % d. 0,1 - 1,0 %
3. Kelompok senyawa hidrokarbon yang mempunyai molekul
yang sama dengan kelompok senyawa olefin adalah :
a. Naftalen c. Parafin
b. Asetilen d. Propen
4. Kelompok senyawa aromatik yang berbentuk cincin dan
merupakan senyawa kimia yang aktif adalah :
a. Olefin c. Diolefin
b. Benzen d. Asetilen
5. Minyak dasar yang digunakan untuk memproduksi atau
sebagai sumber untuk memproduksi minyak pelumas motor
adalah :
a. Aspal c. Parafin
b. Crude oil d. Campuran H2 dan N2
6. Minyak bumi dengan kadar sulfur sedang adalah :
a. < 0,1 % berat c. 0,1 - 0,2 % berat
b. 0,1 - 2 % berat d. > 0,2 % berat.
39
Page 40
7. Senyawa pengotor yang tidak diingini dalam minyak dan
gas bumi adalah :
a. Karbon dan hidrogen c. Oksigen
b. Sulfur dan belerang d. Naftalen
8. Senyawa pengotor yang terkandung dalam minyak bumi
mempunyai sifat :
a. Mudah meledak c. Reaktan
b. Katalis d. Korosif
9. Pengklasifikasian minyak dengan berat jenis > 0,86
tergolong :
a. Minyak ringan c. Minyak berat
b. Minyak sedang d. Minyak parafin
10. Untuk menghilangkan kandungan sulfur, oksigen dan
Nitrogen yang terdapat dalam minyak maka dlalkukan :
a. Reforming c. Treating
b. Cracking d. Distilasi
40
Page 41
A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Sebutkan peranan senyawa hidrokarbon sebagai penyusun
senyawa minyak dan gas bumi !
2. Sebutkan unsur penyusun minyak mentah dan gas bumi !
3. Kelompokkan senyawa hidrokarbon yang ada didalam minyak
dan gas bumi !
4. Sebutkan klasifikasi minyak dan gas bumi berdasarkan
komposisinya !
5. Uraikan senyawa pengotor yang sering dijumpai dalam
produk BBM dan non BBM !
B. Berilah tanda huruf B apabila pernyataan di bawah ini benardan berilah tanda huruf S bila salah.
1. Kelompok senyawa yang terkandung didalam minyak dan gas
bumi
terdiri dari sulfur, Hidrogen dan Nitrogen.
( ……...)
2. Komposisi sulfur yang terdapat pada minyak mentah dan
gas bumi
41
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 42
berdasarkan unsur penyusunnya adalah 11,5 - 14,0 %.
( ……...)
3. Salah satu kelompok senyawa hidrokarbon yang
terdapat dalam
minyak dan gas bumi adalah paraffin yang merupakan
senyawa alkana
(………)
4. Kelompok senyawa olefin merupakan dua ikatan rangkap
yang
terdapat dalam setiap molekulnya.
(………)
5. Minyak dasar aspal mengandung 85 % lilin, paraffin
dengan aspal
sebagai residu.
(………)
6. Minyak dasar paraffin merupakan bahan dasar untuk
memproduksi
lilin parafin.
(……..)
7. Minyak mentah dengan dasar aspal sangat cocok untuk
memproduksi gasolin yang berkualitas tinggi.
(……….)
8. Berdasarkan klasifikasi kadar sulfur, minyak bumi
dengan kadar sulfur
sedang adalah 0,1 - 5 % berat.
(………)
9. Kemungkinan yang ditimbulkan oleh adanya senyawa
pengotor yang
42
Page 43
terdapat didalam produk BBM dan non BBM adalh
berkurangnya
kualitas gasoline yang dihasilkan
(………)
10. Merkaptan dan H2S merupakan unsur dan senyawa pengotor
yang terkandung dalam minyak
(………)
43
Page 44
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum ProcessingHandbook, Mc-Graw Hill Book Co. New York.
2 Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering, Mc Graw HillBook Co. Singapore.
3. Pandey G.N., 1994. A Textbook of Chemical Technology. Volume II(Organic). Vikas Publishing House PVT Ltd. New Delhi.
44
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 45
ANALISIS MINYAK DAN FRAKSINYA
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Mengetahui cara-cara melakukan pemeriksaan terhadap minyak dan
produknya untuk menentukan spesifikasinya.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bermacam-macam metoda analisis
minyak dan fraksinya.
2. Mahasiswa mampu menggunakan alat untuk mengukur sifat-sifat
minyak dengan metoda pemeriksaan rutin di Laboratorium.
45
KEGIATAN BELAJAR IV Jurusan
Page 46
3. Mahasiswa mampu menguraikan persyaratan-persyaratan minimal
yang harus dipenuhi dalam spesifikasi produk kilang
minyak.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik yang dimiliki
oleh minyak yang menyatakan kualitas minyak tersebut.
Lembar Informasi IV : Analisis Minyak dan Fraksinya
4.1 Metoda dan Macam- Macam Pemeriksaan Lab.
Metoda yang banyak dipakai untuk melakukan pemeriksaan
terhadap minyak dan produknya adalah :
1. ASTM (American Standard for Testing Material).
2. API (American Petroleum Institute)
46
KEGIATAN BELAJAR IV Jurusan
Page 47
3. IP ( Institute du Petrol)
4. ISI ( Indian Specification Institute)
Macam-macam pemeriksaan rutin yang dilakukan di
laboratorium dimaksudkan untuk melakukan pengawasan dan
pengendalian pada proses dan operasi pengilangan terutama
menyangkut kualitas produk yang dihasilkan.
Pemeriksaan rutin tersebut antara lain meliputi :
1. a. API Gravity dan Berat Jenis (specific gravity)
Berat jenis dan oAPI gravity menyatakan densitas
atau berat persatuan volume sesuatu zat. oAPI dapat diukur
dengan Hidrometer (ASTM D 287), sedangkan berat jenis dapat
ditentukan dengan piknometer (ASTM D 941 dan D 1217).
Pengukuran o API gravity dengan hydrometer dinyatakan dengan
angka 0 s/d 100. Hubungan o API gravity dengan berat jenis
adalah sebagai berikut :
o API = atau BJ =
satuan berat jenis dapat dinyatakan dengan lb/gal atau
lb/barrel atau ton/m3. Tujuan dilaksanakan pemeriksaan
terhadap oAPI gravity dan berat jenis adalah untuk indikasi
mutu minyak dimana makin tinggi oAPI atau makin rendah
berat jenis maka minyak tersebut makin berharga karena
banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin rendah oAPI maka
mutu minyak makin rendah karena lebih banyak mengandung lilin.
Minyak yang mempunyai berat jenis tinggi berarti minyak
tersebut mempunyai kandungan panas (heating value ) yang rendah,
dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat jenis rendah
berarti memiliki kandungan panas yang tinggi.
47
Page 48
2. Tekanan Uap ( Reid Vapor Pressure)
Pemeriksaan tekanan uap RPV dilakukan dengan
metoda ASTM D 323 untuk produk-produk yang mudah menguap dan
tidak pekat seperti mogas (motor gasoline) dan bensin alam
(natural gasoline). Pemeriksaan dilakukan pada suhu 100 oF, dan
satuan tekanan uap ASTM dilaporkan sebagai lb/in2 atau psia.
Tekanan uap minyak yang sesungguhnya dilaporkan lebih tinggi
sekitar 5 – 9 % dari RVP.
Tekanan uap memberikan indikasi tekanan pada
minyak yang akan mengembang di dalam tempat tertutup, dan
tekanan ini sangat berarti bagi minyak yang mempunyai suhu
sedemikian rendah dan tidak dapat didistilasi pada tekanan
atmosfir. Pemeriksaan RVP sangat penting terutama :
a. Untuk keselamatan dalam transportasi minyak,
b. Untuk menghindari penyumbatan uap pada sistem umpan
gasoline,
c. Untuk perencanaan tangki penyimpanan minyak dan
d. Untuk menandai karakteristik mudah tidaknya start up pada
bahan bakar untuk motor yang menggunakan penyalaan dengan
busi.
RVP menggambarkan adanya kandungan komponen ringan berupa etan
dan propan.
3. Distilasi ASTM
Pemeriksaan distilasi laboratorium yang dilakukan
untuk gasoline, nafta, dan kerosene adalah dengan metoda ASTM-
D 86, untuk bensin alam dengan ASTM-D 216, dan untuk gas oil
dengan ASTM-D 158. Distilasi laboratorium dilakukan pada
48
Page 49
volume 100 ml dengan kecepatan tetesan yang keluar adalah
5 ml/menit. Suhu uap mula-mula menetes (setelah mengembun)
disebut IBP (Initial Boiling Point). Suhu uap dicatat pada setiap 10 ml
tetesan yang terkumpul. Maksimum suhu yang dicapai pada hasil
distilasi 95 % dicatat sebagai End Point atau FBP (Final Boiling
Point).
Distilasi ASTM merupakan informasi untuk operasi di
kilang bagaimana fraksi-fraksi seperti komponen gasolin, bahan
bakar jet, minyak diesel dapat diambil dari minyak mentah yang
disajikan melalui performance dan volatilitas dalam bentuk
persen penguapannya.
4. Titik Nyala dan Titik Api
Titik nyala (Flash Point) adalah suhu dimana uap yang
berada di atas minyak dapat menyala sementara atau akan
meledak seketika kalau ada api, sedangkan titik api (Fire Point)
adalah suhu dimana uap yang ada di atas minyak akan cepat
terbakar seluruhnya secara terus menerus.
Titik nyala dan titik api menunjukkan indikasi jarak titik
didih , dimana pada suhu tersebut minyak akan aman untuk
dibawa tanpa adanya bahaya terhadap api (tidak terjadi
kebakaran). Peralatan yang umum dipakai untuk pemeriksaan
titik nyala dan titik api adalah Open Cup (ASTM-D92) dan Pensky-
Marten (ASTM-D93) untuk pemeriksaan minyak-minyak berat.,
sedangkan peralatan Tag-tester (ASTM-D56) dipakai untuk
pemeriksaan minyak-minyak ringan.
Minyak-minyak berat yang akan diperiksa dipanaskan
pada kecepatan 10 oF per menit, sedangkan untuk minyak-minyak
ringan pada kecepatan 1,8 oF/menit. Pada tiap pemeriksaan,
49
Page 50
nyala api dimasukkan ke dalam uap selama interval waktu 30
detik, lalu suhu dicatat.
5. Warna (Color)
Warna minyak menunjukkan indikasi kesempurnaan
pada proses penyulingannya. Untuk minyak-minyak yang berbeda
jarak didihnya dan berbeda asal minyak mentahnya akan
mempunyai warna yang berbeda pula, akan tetapi hal-hal lain
dapat pula dibandingkan dimana warna menyatakan tingkat
kesempurnaan penyulingan. Produk-produk penyulingan yang
berwarna akan menunjukkan indikasi a) terjadinya peruraian
termis, b) masuknya material yang berwarna gelap seperti ter.
Perubahan warna oleh peruraian disebabkan karena suhu terlalu
tinggi, dan perubahan warna karena masuknya material gelap
biasanya disebabkan karena melubernya material itu kedalam
peralatan yang kapasitasnya telah maksimum.
Pemeriksaan yang dipakai pada pemeriksaan warna
gasoline dan minyak-minyak bakar adalah Saybolt Chromometer
(ASTM-D156) atau IP-87. Untuk pemeriksaan warna minyak-minyak
pelumas, minyak-minyak sekunder dan Petrolatum digunakan Union
Calorimeter(ASTM-D155). Secara visual minyak dapat dibedakan
seperti kuning untuk mogas, merah untuk premium , hijau untuk
avgas, biru untuk bensin 2 tak atau BB2L (bensin biru 2
langkah) dan jernih untuk minyak premix.
6. Viskositas
Viskositas suatu minyak adalah merupakan ukuran
ketahanan terhadap pengalirannya sendiri dan merupakan
indikasi adanya minyak pada permukaan bidang pelumasan.
50
Page 51
Viskositas dapat didefinisikan sebagai gaya hambatan dalam
satuan dyne yang diperlukan untuk menggerakkan suatu bidang
datar yang luasnya 1 cm2 sejauh 1 cm dalam waktu 1 detik.
Pengukuran viskositas dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan
minyak pada suhu tertentu sehingga minyak dapat dialirkan pada
suhu tersebut, terutama pada sistim pemipaan dan pemompaan
minyak diesel dan minyak pelumas. Pada umumnya makin ringan
minyak bumi maka makin kecil viskositasnya dan sebaliknya.
Peralatan yang dipakai untuk pemeriksaan
viskositas adalah Saybolt Universal Viscosity (ASTM-D88). Viskositas
yang dicatat adalah lamanya waktu pengaliran minyak dalam
suatu wadah dengan volume tertentu melalui suatu lubang
(orifice) tertentu pada suhu tertentu. Apabila t adalah
viskositas say bolt universal (dalam satuan detik), z adalah
viskositas dalam satuan centipoises dan s adalah berat jenis yang
diperoleh pada suhu yang sama, maka hubungannya adalah :
Viskositas kinematik, z/s = 0,219 t -
Pemeriksaan viskositas kinematik dilakukan dengan
ASTM-D445 atau IP-71 menggunakan viskometer kapiler, merupakan
suatu ukuran terhadap waktu pengaliran minyak yang melawan
gaya gravitasi dengan tekanan yang merata terhadap densitas
cairan. Angka viskositas dipakai sebagai dasar untuk
menentukan angka indeks viskositas, yaitu secara empiris
menggambarkan perubahan viskositas akibat perubahan suhu. Bila
indeks viskositas tinggi maka viskositasnya relatif tidak
berubah terhadap suhu, jika rendah berarti viskositasnya
sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu.
51
Page 52
7. Titik Kabut dan Titik Tuang.
Titik kabut (Cloud Point) dan titik tuang (Pour Point)
dimaksudkan untuk memperkirakan jumlah lilin yang terdapat
dalam minyak. Seperti diketahui bahwa semua minyak akan
membeku jika didinginkan sampai suhu yang cukup rendah, dan
oleh karena itu pemeriksaan ini tidak menunjukkan adanya
sejumlah lilin ataupun padatan lain di dalam minyak. Hal ini
berarti bahwa pada pemeriksaan tersebut terlihat bahwa
lilin akan meleleh di atas titik tuangnya sehingga
dapat dipisahkan dari minyak. Titik kabut ini sangat
diperlukan untuk minyak diesel HSD (High Speed Diesel) untuk
indikasi adanya penyumbatan lilin pada saringan minyak halus
(finer filter) sehingga mesin akan sulit beroperasi. Indikasi minyak
ini adalah makin rendah titik kabut maka makin banyak
kandungan lilin.
Titik kabut adalah suhu dimana terjadinya asap pada
dasar tabung reaksi (jar test) ketika minyak yang diperiksa
(sesudah dipanaskan) didinginkan tanpa pengadukan. Pemeriksaan
titik kabut ini dilakukan dengan metoda ASTM-D250 atau IP-219,
dimana minyak didinginkan minimum pada suhu 25 oF di atas
titik kabutnya.
Titik tuang adalah suhu dimana minyak tidak dapat
bergerak karena membeku selama 5 detik ketika dimiringkan atau
dituangkan setelah melalui pendinginan pada setiap interval 5oF. Pemeriksaan titik tuang dilakukan dengan metoda yang sama
dengan metoda titik kabut yaitu ASTM-D97 atau IP-15, dimana
minyak mula-mula dipanaskan sampai suhu 115 oF sehingga semua
lilin sudah terlarut, lalu didinginkan hingga suhu mula-mula
minyak sebelum dipanaskan (sekitar 90 oF). Titik tuang
52
Page 53
biasanya dicatat lebih rendah 5 oC (8 – 10 oF) di bawah titik
kabutnya. Indikasi minyak ini adalah bahwa pada suhu yang
rendah minyak bakar (fuel oil) masih dapat dipompakan.
8. Karakteristik Ketukan atau Angka Oktan
Satuan intensitas ketukan dikenal sebagai angka
oktan (Octane Number) didefinisikan sebagai persen volume dari
iso-oktan (2,2,4 tri metil pentane) yang harus dicampurkan
dengan normal heptan dalam rangka untuk memberikan intensitas
ketukan yang sama terhadap minyak selama pengujiannya. Pada
mesin yang memakai busi, karakteristik anti ketukan digunakan
untuk menentukan gejala fisik, gejala kimiawi, perancangan
mesin dan kondisi operasi. Bila angka oktan dari suatu
gasoline terlalu rendah dari spesifikasi yang diperlukan
mesin, maka akan terjadi ketukan yang berakibat akan
menurunkan performance (daya guna) mesin tersebut sehingga
akan menyebabkan kehilangan tenaga dan kerusakan pada mesin.
Standar angka oktan untuk Indonesia adalah 88 untuk premium,
95 untuk premix dan 98 untuk super.
Metoda-metoda yang dipakai untuk pengujian agka oktan
antara lain ASTM-D908 atau D-2699 (research method) dan ASTM-D357
(Motor method) dipakai untuk mogas (motor gasoline), ASTM-D614
atau D-2885 (Aviation method) dipakai untuk minyak kapal terbang
baling-baling (avgas = aviation gasoline), dan ASTM-D909
(Supercharge Method) dipakai untuk minyak kapal terbang turbo jet
(avtur = avation turbine).
Angka Oktan Riset (RON = Research Octane Number)
ditentukan dengan suatu metoda yang mengukur tingkat anti
53
Page 54
ketuk mogas dalam suatu mesin dengan silender tunggal pada
kondisi operasi ringan (ppm rendah).
Angka Oktan Motor (MON = Motor Octane Number) terdiri dari :
a. Angka oktan > 100 (ASTM-D909), disebut rich mixture performance.
b. Angka oktan <100 (ASTM-D2700), disebut weak micture performance.
Angka oktan dapat dinaikkan pada mulanya memakai
TEL (Tetra Ethyl Lead), sedangkan pada perkembangan sekarang TEL
sudah tidak diizinkan lagi karena mengganggu lingkungan, maka
formulasi gasoline menjadi :
a. Campuran-campuran komponen hidrokabon, eter alifatik,
alkohol alifatik, methanol maksimum 3% volume, dan aditif.
b. Mengandung oksigen tidak lebih dari 2 %.
c. Gasoline harus diolah dengan proses fisika dan kimia
sehingga menghasilkan bensin bebas timah hitam (timbal).
d. Komponen bahan aditif harus hanya mengandung karbon,
hidrogen dan salah satu dari elemen oksigen atau nitrogen.
Aditif yang dianjurkan oleh Shell pada tahun 1991 adalah
etanol maksimum 70% vol, MTBE (Metil Tersier Butil Eter),
ETBE (Etil Tersier Butil Eter), TAME (Tersier Amil Metil
Eter), DIPE (Di-Iso Propil Eter).
9. Uji Belerang (Sulfur)
Pemeriksaan terhadap kandungan sulfur di dalam
minyak dapat dilakukan dengan berbagai metoda antara lain :
a. ASTM-D90 untuk gasoline dan minyak-
minyak bakar, caranya adalah 10 gram minyak
dibakar pada sebuah lampu kecil dan hasil pembakarannya
ditarik melalui suatu larutan penyerap natrium karbonat.
Kandungan sulfur ditentukan dengan cara titrasi larutan
natrium karbonat tak terpakai.
54
Page 55
b. ASTM-D129 untuk pemeriksaan sulfur di
dalam minyak bakar residu dan minyak mentah, dengan cara
oxygen bomb method.
c. ASTM-D130 untuk pemeriksaan sulfur
bebas dan senyawa-senyawa sulfur yang bersifat
korosif.
10. Pemeriksaan untuk bahan-bahan Bituminous dansetengah padat.
Pemeriksaan yang lebih umum untuk bahan-bahan
yang mengandung aspal adalah kelenturan (ductility), penetrasi,
titik cincin dan bola ringan dan pemeriksaan berat jenis.
Pemeriksaan kelenturan untuk aspal dilakukan dengan metoda
ASTM-D113. Kelenturan aspal adalah suatu pengukuran kapasitas
pemanjangan atau peregangan yang menunjukkan kemampuan zat ini
untuk mengalir, sehingga akan memperbaiki keretakan pada
permukaannya.
Pemeriksaan penetrasi dilakukan dengan metoda
ASTM-D5. Penetrasi memungkinkan suatu jarum atau kerucut untuk
menembus suatu zat tanpa gesekan mekanik. Penetrasi untuk
minyak-minyak gemuk (grase) dan petrolatum dilakukan dengan
metoda ASTM-D217. Minyak–minyak residu diuji penetrasi,
kelenturan, dan kelarutannya dalam CCl4 dengan metoda ASTM-D4.
Tahi minyak atau ter merupakan minyak yang dilapiskan pada
jalan yang belum diberi aspal, ditentukan titik nyala,
viskositas, dan distilasinya dilakukan dengan menggunakan
metoda ASTM-D462.
11. Getah Minyak (Gum)
55
Page 56
Penentuan getah minyak didalam gasoline telah menjadi
suatu test yang menyulitkan. Metoda test yang digunakan adalah
ASTM-D381. Pengujian ini menunjukkan jumlah getah minyak yang
terdapat pada waktu pengujian dan jumlah deposit yang mungkin
terjadi pada pemakaiannya jika gasoline dipakai dengan segera.
Pemeriksaan untuk stabilitas getah (gum stability) dilakukan
dengan metoda ASTM-D525.
Pemeriksaan rutin laboratorium yang lain adalah :
a. Titik anilin (Aniline Point)
b. Bilangan setana (Cetane Number)
c. Indeks diesel
d. Titik asap (Smoke Point)
e. Bilangan cincin (Ring Number),
f. Indeks korelasi,
g. Nilai kalor,
h. Bilangan penetrasi,
i. Bilangan daya guna (Performance Number).
Titik anilin adalah suhu kesetimbangan yang minimum dimana
sejumlah volume anilin ditambahkan kedalam minyak sehingga
bercampur sempurna.
Bilangan Setana (cetane number) adalah % volume setana (C16H34)
dan metal naftalen yang equivalent dengan kualitas penyalaan
bahan bakar (minyak diesel) pada waktu pengujian.
Indeks Diesel (diesel index) didefisnisikan sebagai :
(titik anilin x oAPI gravity)/100
Bilangan setana atau indeks diesel menunjukkan
mudah tidaknya dilakukan start terhadap mesin pada suhu dan
tekanan mesin yang rendah pada operasi pembakaran sempurna.
Bahan bakar (diesel) yang mempunyai kualitas penyalaan yang
56
Page 57
jelek akan menyebabkan tidak terjadi pembakaran (terjadi
letupan), pelapisan piston oleh minyak, pengotoran mesin oleh
deposit dan operasi pembakaran tidak sempurna.
Titik asap (smoke point) adalah tinggi nyala yang dapat
dihasilkan oleh lampu standar tanpa terjadi langat (jelaga).
Titik asap ini diperlukan dalam spesifikasi kerosin dan
minyak-minyak bakar.
Bilangan cincin (ring number) adalah menyatakan karakteristik
penyalaan minyak pada lampu, didefinisikan sebagai :
RN =
Indeks korelasi untuk minyak mentah menyatakan hubungan antara
titik didih dan berat jenis.
4.2 Spesifikasi Produk Kilang
Persyaratan yang diperlukan untuk menentukan
spesifikasi minyak, fraksi serta produk-produk kilang dimana
produk kilang yang lain berbeda satu sama lainnya. Pada
pembahasan topik ini akan dibahas tiga produk utama kilang
yaitu mogas, kerosin dan minyak diesel.
1. Mogas (Motor Gasoline)
Persyaratan umum untuk gasoline (dapat dilihat
pada Tabel 4.1) antara lain : a) bebas air, getah minyak dan
sulfur korosif, b) mempunyai ketukan uap yang minimum c)
pemanasan dan akselarasinya lebih mudah, d) mempunyai kualitas
anti ketukan, e) dapat diencerkan sendiri dalam silinder
mesin.
57
Page 58
2. Bensin
Bensin sebagai bahan bakar pada motor bakar
haruslah berfungsi dengan memuaskan. Untuk maksud tersebut
maka gasoline harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a) dapat terbakar secara halus dan pelan di dalam silinder
tanpa terjadinya letupan, b) mudah menguap sehingga cukup
tersedia campuran uap bahan bakar dan udara dalam silinder
apabila mesin dihidupkan dalam keadaan dingin, c) tidak mudah
begitu menguap didalam pompa atau pipa ketika mesin dalam
keadaan panas yang akan menyebabkan penyumbatan saluran minyak
ke karburator, d) dalam kondisi normal dan mesin panas, minyak
harus lebih mudah menguap sehingga mengurangi pengaruh
terbentuknya cairan dalam manifold mesin.
Persyaratan teknis yang diperlukan oleh gasoline tergantung
pada bilangan oktan minyak yang dipasarkan. Secara umum
persyaratan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
3. Kerosin
Persyaratan kerosin sebagai bahan bakar dengan
kualitas standard dan kualitas industri dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.1 Persyaratan Teknis Mogas
No Karakteristik Premium, ON = 85 Super, ON = 98
1.2.3.4.5.6.7.
WarnaKorosiKestabilanOksidasiResidu penguapanTotal sulfurRVP, kg/cm2
Kandungan Timbal
Orange< No 1min 360 menitmaks 4 mg/100 mlmaks 0,25 %beratmaks 0,70maks 0,56 mg/l
Merah< No 1min 360 menitmaks 4 mg/100 ml maks 0,20 % beratmaks 0,70maks 0,80 mg/l
58
Page 59
Tabel 4.2. Persyaratan Gasoline secara Umum
No Karakteristik Kualitas Standar Kualitas
Industri1.2.
3.4.5.6.7.8.
Keasaman organikKualitas pembakarana.Nilai Arang, mg/kg minyakb.Lengas padasemprong gelasWarna (ATM)Warna (say bolt), minKorosi, copper stripTitik nyala, oCTitik asap, minTotal sulfur, % berat
Nol
Maks 20 tidaklebih
Gelap dari warnaabu-abu
-21
< No 135
20 cmmaks 0,26
---
Gelap dariwarna abu-abu
5,0-
< No 135--
Tabel 4.3 Persyaratan Kerosin sebagai Bahan Bakar
Sifat-Sifat
Batasan Metoda ASTM
Titik nyala, oF, minUji pembakaran, jam,minKandungan sulfur, %,maks Warna, say bolt chromWarna setelahpembakaranFBP, oF, maksTitik kabut, oF
115 16 0,13
+ 21+ 16 572 5
D-56D-187D-129D-156D-156D-86D-97
Persyaratan kerosin yang terdapat dalam ASTM sama dengan
pengujian sifat-sifat minyak secara umum seperti yang terlihat
pada tabel di atas.
Persyaratan kerosin sebagai minyak bakar dan untuk
keperluan penerangan tergantung pada permintaan konsumen
ataupun ditentukan oleh pemerintah. Persyaratan seperti yang
tertera dalam Tabel 4.2. di atas ditentukan oleh Pemerintah
59
Page 60
Federal India (ISI). ASTM tidak mempublikasikan spesifikasi
untuk kerosin. Kerosin yang banyak dipakai sebagai minyak
untuk keperluan rumah tangga tidak hanya harus mempunyai
kualitas pembakaran yang layak, tetapi harus juga aman untuk
dibawa dan dapat dipakai untuk keperluan lampu dan kompor.
Secara umum kerosin harus bebas dari air, zat aditif, getah
minyak dan zat-zat terlarut.
Kerosin yang lebih dikenal sebagai minyak pemanas
merupakan produk kilang yang murni mempunyai spesifikasi
standar yaitu :
oAPI gravity : 43 – 45
Jarak didih : 350 – 550 oF.
4. Minyak Diesel
Karakteristik yang utama dari minyak diesel adalah
kebersihannya, kualitas penyalaan, fluiditas, volatilitas dan
atomisasi. Kebersihan minyak diesel meliputi residu karbon dan
kandungan sulfur yang terdapat dalam minyak. Kualitas
penyalaan yang baik dinyatakan dengan pengukuran bilangan
setana (cetane number) atau indeks diesel yang ditunjukkan dengan
mudah tidaknya mesin di –start pada suhu rendah, tekanan mesin
yang rendah dan operasi mesin yang halus. Fluiditas dan
atomisasi minyak diesel ditandai dengan titik tuang (pour point)
dan viskositas minyak yang rendah, namun tidak sedemikian
rendah sehingga menyebabkan kesulitan pelumasan pada injektor,
kebocoran dan efisiensi yang rendah. Volatilitas minyak
ditandai dengan titik nyala, residu karbon, dan distilasi.
Secara komersil minyak diesel yang dijual di
Amerika Serikat dibagi dalam 4 kelas yaitu :
60
Page 61
a. Kelas 1, untuk mesin diesel bus kota dan sejenis.
b. Kelas 2, untuk mesin diesel truk, traktor dan mesin-mesin
sejenis.
c. Kelas 3, untuk mesin diesel kereta api.
d. Kelas 4, untuk mesin diesel kapal laut.
Di Indonesia minyak diesel dijual dalam 2 kategori
yaitu minyak diesel untuk kendaraan bermotor (ADO= Automotive
Diesel Oil), dan minyak diesel untuk keperluan industri (IDO =
Industrial Diesel Oil). Persyaratan minyak diesel untuk
berbagai keperluan dari 4 klas dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Spesifikasi Minyak Diesel.
Karakteristik Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
Gravity, oAPIViskositas pada 100OF Kinematik, cs Saybolt Univ, detKandungan Sufur, %beratTitik anilin, oFResidu Karbon, %Abu, %Bilangan setanaIBP, oFFBP, oF
41,9
1,84 32,1 0,142148,6 0,057 0,0005 51,1356542
37,3
2,54 34,6 0,223146,2 0,088 0,0009 50,0380600
34,8
2,74 35,2 0,287140,2 0,117 0,001 47,0388618
34,0
2,79 35,4 0,543 139,3 0,163 0,0023 46,7397622
61
Page 62
A.Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Sebutkan macam-macam metoda analisis minyak bumi dan
jelaskan !
2. Uraikan apa yang dimaksud dengan :
a. oAPI Gravity
b. Titik Nyala
c. Angka Oktan
62
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 63
d. Titik Kabut
3. Apakah perbedaan metoda distilasi ASTM-D86 dan ASTM-
D158
B. Lengkapilah pernyataan di bawah ini dengan menuliskan hurufdari sekumpulan jawaban pada kolom sebelah kanan yang andaanggap paling benar.
1………. Metoda yang digunakan untuk pengukuran kelenturan aspal
A ASTM-D381
2………. Penentuan getah minyak dalam gasoline
B. ASTM D-90
3………. Mudah tidaknya dilakukan start terhadap mesin pada suhu dan tekananmesin yang rendah
C. Titik Tuang
4………. Metoda yang digunakan untuk menentukan gasoline dalam minyak bakar
D. ASTM-D 909
5………. Pemeriksaaan distilasi laboratorium yang dilakukan terhadap kerosin E. ASTM D-113
6………. Suhu dimana minyak tidak dapat bergerak karena membeku F.Index
Diesel 7………. Metoda yang digunakan untuk
pengujian angka oktan pada minyak kapal terbang
G. Angka Oktan
8………. Pemeriksaan sulfur dalam minyak bakar residu dan minyak mentah
H. ASTM-D86
I. ASTM D-158J. Titik Beku
63
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 64
A.Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Jelaskan metoda analisis minyak dan fraksinya !
2. Apa tujuan dilakukannya pemeriksaan rutin di
Laboratorium ?
3. Sebutkan macam-macam metoda pemeriksaaan terhadap minyak
dan produknya !
4. Sebutkan karakteristik yang dimiliki oleh minyak dengan
adanya angka oktan!
B. Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini yang menurut anda paling benar !
1. Untuk mengetahui indikasi mutu minyak dimana minyak
tersebut banyak mengandung bensin, pemeriksaaan rutin
yang diperlukan adalah :
a. Warna c. Distilasi ASTM
b. Titik nyala d. oAPI
gravity dan berat jenis
2. Untuk menunjukkan adanya indikasi ukuran ketahanan
terhadap pengaliran minyak dan adanya minyak pada
permukaan bidang pelumasan maka pemeriksaan rutin yang
diperlukan adalah :
a. Titik kabut c. Warna
b. Viskositas d. o API
Gravity
3. Persen volume dari iso oktan yang harus dicampur
dengan normal heptan dalam rangka untuk memberikan
64
Page 65
intensitas ketukan yang sama terhadap minyak selama
pengujiannya dinamakan :
a. Titik kabut c. Uji
belerang
b. Iso oktan d. Angka
Oktan
4. Karakteristik minyak dengan angka oktan > 100 disebut
:
a. Weak mixture performancec. Rich mixture performance
b. Angka oktan riset d. ASTM-D 614
5. Standar angka oktan untuk premium adalah :
a. 88 c. 90
b. 98 d. 95
6. Metoda yang dipakai untuk pengujian agka oktan pada
mogas adalah :
a. ASTM D 614 c. ASTM D-357
b. ASTM D-2885 d. ASTM-D269
7. Bilangan yang menunjukkan mudah tidaknya dilakukan
start terhadap mesin pada suhu dan tekanan mesin yang
rendah pada operasi pembakaran sempurna dinamakan :
a. Titik asap c. Titik anilin
b. Indeks diesel d. Indeks korelasi
8. Salah satu karakterisasi yang harus dimiliki oleh
minyak gasolin adalah:
a. Dapat terbakar secara halus c. Indeks
korelasi > 0,1
b. Titik anilin tinggi d. Angka
oktan 98
65
Page 66
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum ProcessingHandbook. Mc-Graw Hill Book Co. New York.
66
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 67
2. Hancock, E.G., 1985. Critical Report on Applied Chemistry.Technology of Gasoline, Blackwell Scientific Publications.Oxford.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering, 4th ed, Mc GrawHill Book Co. Singapore.
4. Pandey G.N., 1994. A Textbook of Chemical Technology. Volume II(Organic). Vikas Publishing House PVT Ltd. New Delhi.
67
KEGIATAN BELAJAR V Jurusan
Teknik Kimia
Page 68
EVALUASI PERSEDIAAN MINYAK DAN PRODUKSINYA
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Mengetahui cara-cara mengevaluasi persediaan minyak dan
produknya yang ada dalam inventori melalui pengolahan
pendahuluan di dalam Pilot Plant berdasarkan karakteristik dan
sifat-sifat umum minyak.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu memperkirakan jenis minyak yang akan
diolah berdasarkan data yang ada.
2. Mahasiswa dapat menentukan jenis minyak yang akan diolah
berdasarkan basis penggolongan minyak.
3. Mahasiswa mampu memanipulasi besaran fisik dari produk
yang dievaluasi untuk memperbaiki kondisi operasi.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kerja alat pilot
plant.
68
Page 69
Lembar Informasi V : Evaluasi Persediaan Minyak dan Produknya
5.1 Karakteristik Minyak Mentah
Karakteristik fisik, dan kimiawi minyak mentah dan
sifat-sifat produk ataupun fraksi yang dihasilkannya sangat
dipertimbangkan dalam persiapan pengolahannya. Karakteristik
minyak-minyak tersebut (minyak mentah, fraksi-fraksi dan
produk akhir) tergantung pada jenis minyak yang diolah yang
meliputi konsentrasi hidrokarbon, tipe minyak serta adanya
senyawa-senyawa pengotor. Hasil ini dimaksudkan untuk
mendapatkan efisiensi kilang yang tinggi dalam pengolahannya
sehingga operasinya lebih ekonomis, dimana proses
pengolahannya tidak atau kurang memerlukan pengolahan khusus
(treating) terhadap senyawa-senyawa pengotor yang dikandungnya.
Untuk melakukan proses pengolahan maka suatu kilang
memerlukan beberapa informasi terhadap minyak mentah yang
akan diolah menjadi fraksi-fraksi atau produk akhirnya.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari data lab berupa
distilasi ASTM, maupun data crude oil dari Pilot Plant. Data yang
diperlukan terhadap analisis menyeluruh minyak mentah
meliputi bagaimana data diperoleh, bagaimana fungsi
69
KEGIATAN BELAJAR V Jurusan
Page 70
perhitungan dari data primer, bagaimana interpretasi data
serta bagaimana cara menggunakannya.
Informasi yang diperlukan oleh kilang minyak antara lain :
1. Sifat-sifat dasar dan umum suatu minyak mentah.
Informasi yang diperlukan adalah oAPI, kandungan sulfur,
viskositas, titik tuang, warna dan kandungan
nitrogen.
2. Prosentase senyawa sulfur (impurities) seperti sulfur, garam
dan emulsi yang menyebabkan kesulitan pada proses
pengolahan nantinya.
3. Data operasi dan perencanaan.
Data yang diperlukan berupa kurva hubungan antara suhu
dan gravity versus persen distilasi seperti :
a. Kurva fraksionasi atau TBP (true boiling point)
b. Kurva kesetimbangan atau flash vaporization
c. Kurva oAPI atau berat jenis tiap fraksi hasil distilasi
4. Kurva sifat-sifat fraksi versus persen distilasi (mid
percent) sifat rata-rata beberapa fraksi versus persen
hasil yang akan dicapai.
Beberapa kurva sifat umum tersebut adalah :
a. Kurva viskositas fraksi minyak pelumas
b. Kurva bilangan oktan fraksi gasolin
c. Kurva titik anilin dari fraksi minyak pelarut, kerosin,
atau minyak
d. Kurva penetrasi residu aspal
e. Kurva viskositas residu distilasi
5. Data produk-produk akhir.
Informasi produk akhir diperoleh dari Pilot Plant baik berupa
batch still maupun semi batch still. Informasi yang diperoleh
70
Page 71
meliputi sifat-sifat umum dan yield yang dihasilkan
melalui proses distilasi seperti kurva distilasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari informasi-informasi
tersebut di atas dapat diperkirakan jenis minyak yang akan
diolah. Untuk mengklasifikasikan minyak mentah dan
produk-produknya dapat dilakukan dengan mengetahui faktor
karakteristik, indeks viskositas, dll.
a. Faktor Karakteristik
Faktor karakteristik minyak dapat dihitung
berdasarkan definisi sebagai berikut :
K =
Dimana Tb adalah titik didih molal rata-rata, dan S adalah
berat jenis pada 60 oF. Faktor karakteristik sangat erat
hubungannya dengan viskositas, titik anilin, berat molekul,
suhu kritis, persen hidrokarbon, dll. Oleh karena itu hampir
semua data lab dapat dipakai memperkirakan faktor
karakteristik.
b. Indeks Viskositas
Indeks viskositas mempunyai skala 0 s/d 100 yang
menunjukkan kecepatan perubahan viskositas terhadap suhu.
Index viskositas 100 berarti minyak cenderung menjadi tidak
pekat pada suhu rendah atau menjadi encer pada kenaikan
suhu. Minyak-minyak dengan dasar parafin mempunyai indeks
viskositas hampir 100, sedangkan minyak-minyak dasar naften
mempunyai indeks viskositas sekitar 200, dimana proses
pemisahannya dapat menurunkan indeks viskositas minyak
71
Page 72
asalnya. Indeks viskositas dapat ditentukan dengan mengetahui
viskositas say bolt pada 100 dan 210 oF.
c. Konstanta Viscosity – Gravity
Konstanta ini meliputi viskositas dan juga berat jenis
seperti terlihat pada hubungan berikut ini :
KVG =
Dimana G adalah berat jenis pada suhu 60 oF, dan V dalah
viskositas pada suhu 100 oF, persamaan tersebut pada umumnya
dipakai untuk minyak-minyak pelumas.
d. Indeks Korelasi
Indeks korelasi sebagaimana juga faktor
karakteristik mempunyai hubungan dengan titik didih dan berat
jenis, seperti terlihat pada korelasi berikut ini :
IK =
Dimana TB adalah titik didih mutlak skala Kelvin (oK), G
adalah berat jenis pada 60/60 oF. Berdasarkan faktor
karakteristik dan index viskositas maka minyak mentah dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Group Faktor Karakteristik Indeks Viskositas
I II
IIIIV
V
12,1 – 12,611,9 – 12,211,7 – 12,011,5 – 11,811,3 – 11,6
80 –100 60 –80 40 –60 20 –40 0 -
72
Page 73
20
5.1.1 Tipe Minyak Mentah
Minyak bumi sangat bervariasi dalam komposisinya bila
dilihat dari berat jenisnya mulai dari bahan yang hampir
seperti gas dengan gravity 65 oAPI sampai ke bahan yang
setengah padat seperti aspal yang mempunyai gravity 10 oAPI.
Penggolongan minyak mentah dapat juga dilakukan dengan
melihat kandungan sulfur, yaitu 0,03 % pada minyak yang
mempunyai gravity sekitar 14 oAPI untuk minyak yang berasal
dari Irak.
Minyak mentah dapat pula digolongkan sebagai minyak
asam (sour) karena mengandung hidrogen sulfida. Minyak mentah
diklasifikasikan sebagai minyak masam jika mengandung
hidrogen sulfida terlarut lebih besar dari 0,05 ft3 per 100
galon minyak sebagai minyak masam, karena minyak tersebut
bersifat racun yang sangat membahayakan. Minyak-minyak yang
digolongkan masam berasal dari Amerika Serikat (Texas, New
Mexiko, Kansas, Wyoming, Arkansas) dan sebagian berasal dari
Timur Tengah. Minyak-minyak yang berasal dari California,
Venezuela dan Mexico mengandung sulfur tinggi, tetapi tidak
mengandung hidrogen sulfida sehingga tidak digolongkan
sebagai minyak masam. Bervariasinya karakteristik minyak
mentah menghasilkan produk yang beragam, dan bervariasinya
teknik pengolahan dan konversi yang digunakan pada kilang
yang berbeda, maka prosedur analisis comprehensive tidak
mungkin dipertimbangkan untuk dikembangkan dan distandarisasi
menjadi satu metoda. Prosedur dan cara perhitungan analsis
minyak mentah dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.
73
Page 74
5.2 Evaluasi Produk Kilang
Sifat sifat dasar produk kilang dapat ditentukan
dari faktor karakteristik dan titik didih produk tersebut.
Besaran-besaran fisik dan sifat-sifat umum yang diperlukan
untuk mengevaluasi produk kilang adalah :
1. Sulfur dalam produk
Jumlah rata-rata sulfur dalam produk awal (straight
run products) berkait dengan jumlah sulfur yang terdapat dalam
minyak mentah yang diolah.
2. Titik nyala (flash point)
Perkiraan hubungan antara titik nyala dengan persen
jarak didih (0 – 10 %) dikemukan oleh Nelson sebagai
berikut :
Untuk fraksi distilasi = 0,64 T – 100
Untuk minyak mentah = 0,57 T - 100
Jarak didih yang lebar mempunyai beberapa pengaruh terhadap
titik nyala atau pada suhu penyalaan. Pada titik nyala atau
suhu penyalaan tekanan uap beberapa material adalah sebagai
berikut :
Material sangat mudah menguap……… 20 mm
Gasoline ……………………………………..… 14 mm
Kerosine, distilat, residu ………………….. 5 mm
Minyak-minyak pelumas …………………. 1 mm
Ketinggian tekanan uap mempunyai pengaruh terhadap penurunan
titik nyala, dan sebaliknya tekanan menaikkan titik nyala
74
Page 75
Tabel 5.1 Kerangka Prosedur Analisis Rutin Minyak MentahNo Analisis Karakteristik
1. Penentuan minyak mentah Gravity, warna, kandungan Sdan N, viskositas, titiktuang.
2. Distilasi pada tekanan
Atm
1. Cut 10 fraksi distilatpada interval 25 oC dari50–275 oC.
2. Penentuan pada tiapfraksi, volume, gravity,indeks bias.
3. Distilasi pada tek 40
mm Hg
1. Cut 5 fraksi distilatyang diperoleh dariresidu distilasi atmpada interval 25 oC dari200 – 300 oC
2. Penentuan untuk tiapfraksi, volume,gravity, indeks bias,viskositas dan titikkabut.
4. Analisis residu Berat, gravity, residu
karbon
5. Perhitungan 1. Volume dan gravity :gasolin ringan, gasolindan nafta, distilatkerosin, gas oil,distilat pelumas danresidu.
2. Indeks korelasifraksi.
3. Spesifik dispersifraksi.
3. Tekanan Uap
Tekanan uap untuk gasoline pada jarak 8 – 14 RVP
kira-kira sama dengan persen butan di dalam gasoline dengan
75
Page 76
tekanan 8 psi mengandung kira-kira 6,6 % butan, dan 12 – 14
psi tekanan uap gasoline mengandung kira-kira 14 % butan.
Tabel 5.2. Prosedur Pengujian dan Analisis Minyak dan
Fraksinya
Materialyang
Dianalisis
Sifat-sifat yangDitentukan Prosedur Pengujian dan
Kondisi
Minyakmentah
Berat Jenis Piknometer botol pada60/60 oF.
Warna ASTM –D1500Kandungan Sulfur ASTM-D129Kandungan Nitrogen KjeldahlViskositas ASTM-D88 (Saybolt)
ASTM-D445 (Fenske)Jika vis ssu < 50 detiktidak ada vis lain yangditentukan. Jika vis ssu50-99 detik pada 100 oFmaka vis juga ditentukanpada 77 oF. Jika vis ssu >100 detik pada 100 oF makavis juga ditentukan pada130 oF.
Titik Tuang ASTM-D97Fraksidistilatpada tekAtm
Berat Jenis Neraca Westphal pada 60/60oF.
Indeks Bias ASTM-D1218 pada 20 oC
Fraksidistilatpada tek40 mm Hg
Berat Jenis Piknometer pipet pada100/60 oF.
Indeks Bias ASTM-D1218 pada 20 oCViskositas ASTM-D445Titik Kabut ASTM-D97
Residu Berat Jenis Piknometer botol pada60/60 oC
Residu Karbon ASTM-D524 (ramsbottom)
4. Gravity
76
Page 77
o API gravity atau berat jenis biasanya
dilaporkan sebagai bagian dari analisis minyak mentah atau
produk-produknya, dan karena itu tidak ada metoda perkiraan
secara cepat yang dapat digunakan. Bila faktor karakteristik
diketahui maka berat jenis atau oAPI gravity dapat dihitung
dengan persamaan :
bj =
5. Titik tuang dan titik beku
Suhu pembekuan tidak dapat diestimasi secara
teliti karena tidak ada cara umum untuk mengklasifikasi
minyak selain faktor karakteristik, indeks korelasi, titik
aniline dan sebagainya. Titik tuang biasanya lebih rendah
dari titik beku.
6. Viskositas
Jarak harga viskositas yang umum beberapa produk
kilang minyak ditentukan berdasarkan suhu minyak yang diukur.
Viskositas bukanlah sifat aditif. Apabila campuran 1% vol
minyak dengan viskositas 500 dan 1% vol minyak dengan
viskositas 100 pada suhu yang sama, secara resultan
viskositas campuran minyak tersebut bukanlah 300 tetapi
mendekati harga rata-rata sekitar 200 pada masing-masing 50 %
campuran.
5.3 Peralatan Evaluasi
77
Page 78
Peralatan untuk mengevaluasi minyak mentah,
fraksi dan produk-produknya yang dilakukan dalam laboratorium
adalah distilasi TBP, distilasi ASTM, dan distilasi EFP.
Evaluasi minyak mentah dalam lab yang dilakukan dalam suatu
operasi yang mirip dengan kilang yang sesungguhnya disebut
Pilot Plant, sedangkan analisis minyak yang menyeluruh dan
definitif disebut dengan Crude Essay.
Pilot Plant pada prinsipnya adalah peralatan distilasi
yang disebut true boiling point distillation (distilasi TBP). Menara
distilasinya menggunakan 15 s/d 60 tray dengan ratio refluk
5/1. Distilasi TBP beroperasi secara batch pada tekanan
atmosfir atau pada tekanan hampa.
Distilasi ASTM dilakukan untuk produk minyak maupun
fraksinya secara batch tanpa tray dan refluks, serta
beroperasi pada tekanan atmosfir ataupun hampa, sedangkan
distilasi EFV (equilibrium flash vaporization) jarang dilakukan karena
mahal dan memakan waktu yang lama serta beroperasi pada
tekanan di atas atmosfir.
Macam-macam distilasi di Laboratorium :
1. Distilasi Engler (ASTM-D 86)
Percobaan dilakukan dengan 100 cc minyak pada
kecepatan pemanasan untuk tetesan pertama adalah 5 – 10 menit
dan selanjutnya dengan 4 – 5 cc per menit. Suhu uap yang
dicatat pada tetesan pertama disebut IBP (Initial Boiling Point) ,
selanjutnya suhu dicatat pada 5 cc, 10 cc dan seterusnya
setiap kenaikan 10%. Suhu uap maksimum pada tetesan hasil
akhir disebut FBP (Final Boiling Point).
Kekurangan distilasi ini adalah :
78
Page 79
a. Labu godok tidak diisolasi dari udara sekeliling sehingga
refluks selalu berubah
b. Terdapat hidrokarbon yang mempunyai titik didih lebih
kecil dari IBP sehingga sulit menentukan persen
penguapannya
c. Tekanan operasinya rendah (1 atm) sehingga produk sedikit
karena belum terjadi perengkahan, proses perengkahan
terjadi pada suhu maksimum 700 oF
d. Angka hasil bukan angka pasti karena termometer tidak
sepenuhnya kena panas yang merata sehingga perlu dikoreksi
dengan stem thermometer.
2. Distilasi hampa (ASTM-D 1160)
Distilasi ini sama dengan ASTM-D 86, hanya
percobaan dilakukan pada tekanan hampa 10 mm Hg dan suhu
tinggi sampai dengan 1000 oF setelah dikoreksi terhadap
tekanan atmosfir. Kekurangan distilasi ini sama dengan
distilasi atmosfir, kecuali alat pengukur panasnya
menggunakan Thermo Couple dan stem koreksi tidak diadakan.
3. Distilasi TBP (distilasi 15/5)
Percobaan dilakukan pada menara fraksionasi dalam
pilot plant dengan 15 pelat dan ratio refluks 5 : 1. Kondisi
operasi adalah 600 oF dan tekanan 1 atm.
Diperolehnya informasi yang benar dari fraksi-
fraksi minyak yang dikumpulkan maka dari distilasi-distilasi
tersebut dapat dibuat grafik distilasi sebagai berikut :
a. Kurva % vol hasil distilasi terhadap suhu penguapan (true
boiling point), gravity dan viskositas.
79
Page 80
b. Kurva % vol hasil crude terhadap gravity, angka oktan, dan
FBP dari beberapa fraksi gasoline.
c. Kurva % vol hasil crude terhadap gravity, viskositas, titik
tuang, titik aniline, dan kandungan sulfur dari
gasoline.
d. Kurva hasil dari crude terhadap gravity, viskositas, titik
tuang dari hasil bottom (produk bawah) atau crude yang
tidak menguap.
A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelasdan singkat !
1. Tuliskan informasi (data) apa saja yang diperlukan oleh
kilang untuk melakukan suatu proses pengolahan minyak
mentah sebelum minyak diolah menjadi produk-produknya !
Besaran fisik apa saja yang diperlukan untuk
mengevaluasi produk kilang ?
2. Jelaskan salah satu prinsip kerja alat Pilot Plant yang
ada di Lab saudara !
B. Pilihlah salah satu jawaban dari soal-soal di bawah inimenurut anda paling benar !
80
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 81
1. Informasi yang diperlukan oleh kilang minyak untuk
mengetahui sifat-sifat dasar dan umum suatu minyak
adalah :
a. oAPI c. Titik nyala
b. Berat jenis d. Density
2. Untuk mengklasifikasikan minyak mentah dan produk-
produknya dapat dilakukan dengan mengetahui :
a. Indeks bias c. Indeks viskositas
b. Titik tuang d. Gravity
3. Metoda yang digunakan untuk pengujian dan analisis
minyak dalam menentukan titik tuang adalah :
a. ASTM D-86 c. ASTM D-128
b. ASTM D-97 d. ASTM D-129
4. Peralatan kilang yang sering dipergunakan sebagai alat
penukar panas adalah :
a. Distilasi c. Evaporator
b. Reaktor d. Heat Exchanger
5. Peralatan yang sering digunakan untuk memisahkan
fraksi-fraksi minyak berdasarkan perbedaan titik didih
adalah :
a. Distilasi c. Tangki pemisah
b. Heat Exchanger d. Reaktor
6. Peralatan distilasi yang menggunakan tray 15 s/d 60
dengan refluk ratio 5/1 disebut :
a. Distilasi ASTM c. Distilasi TBP
b. Distilasi biner d. Distilasi multi komponen
7. Pada percobaan distilasi, suhu uap yang dicatat pada
tetesan pertama disebut :
a. FBP c. ASTM D-86
81
Page 82
b. IBP d. TBP
8. Salah satu persyaratan yang diperlukan untuk
mengklasfikasikan minyak mentah dan produk-produknya
adalah :
a. Indeks viskositas c. Titik tuang
b. Titik didih d. Titik nyala
82
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 83
A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan
singkat !
1. Besaran fisik apa saja yang diperlukan untuk
mengevaluasi produk kilang ?
2. Informasi apa saja yang diperlukan untuk mengolah
minyak mentah ?
B. Berilah tanda huruf B bila pernyataan dari soal-soal dibawah ini adalah benar dan berilah tanda huruf S bilasalah !
1.
Karakteristik fisik dan kimiawi minyak mentahdan sifat-sifat produk atau fraksi yangdihasilkan sangat dipertimbangkan dalampengolahannya.
……….
2.
Data operasi perencanaan dan besaran fisikdiperlukan oleh kilang minyak.
……….
3.
Karakteristik yang diperlukan untukmenganalisis penentuan minyak mentah adalahberat jenis, gravity dan volume.
………
4.
Suhu uap yang dicatat pada tetesan pertamadisebut Final Boiling Point (FBP) ……….
5.
Distilasi TBP adalah distilasi yangdipergunakan untuk menunjukkan nisbah refluk 5: 1
……….
83
Page 84
1. Bland W.F. and Davidson, R.l., 1987. Petroleum ProcessingHandbook. Mc-Graw Hill Book Co. New York.
2. Maxwell, J.B., 1980. Data Book on Hydrocarbon : Application toProcess Engineering. The ESSO Series. D.Van Nostrand Company.New York.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed.McGraw Hill Book Co. Singapore.
4. Watskin, R.N., 1983. Petroleum Refinery Distillation. GulfPublishing Co. Houston Texas.
84
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 85
SIFAT FISIK MINYAK DAN PRODUKNYA
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Memahami pengertian tentang sifat-sifat fisik minyak dan
produknya sebagai dasar untuk dapat melakukan perhitungan
tentang operasi pengilangan minyak bumi.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan peranan
kandungan panas yang dimiliki oleh minyak dan produknya.
2. Mahasiswa mampu menghitung soal sederhana yang berhubungan
dengan panas yang dikandung oleh minyak dan produknya.
85
KEGIATAN BELAJAR VI Jurusan
Page 86
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan peranan
densitas, viskositas dan tegangan muka minyak dan
produknya.
4. Mahasiswa mampu menghitung soal sederhana yang berhubungan
dengan densitas, viskositas dan tegangan muka.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan peranan titik
didih, titik kritis dan tekanan uap minyak dan produknya.
6. Mahasiswa mampu menghitung soal sederhana yang berhubungan
dengan titik didih, titik kritis dan tekanan uap yang
dimiliki oleh minyak dan produknya.
Lembar Informasi VI : Sifat Fisik Minyak dan Produknya
6.1 Kandungan Panas
6.1.1 Panas Laten
86
KEGIATAN BELAJAR VI Jurusan
Page 87
Panas jenis minyak/produknya didefinisikan sebagai
jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 derajat
dari sejumlah berat minyak/produknya. Berat jenis minyak atau
fraksi merupakan fungsi yang berbanding lurus dengan suhu,
dan juga tergantung pada berat jenis (specific gravity). Untuk uap
minyak yang mempunyai tekanan 0 – 1 atm maka panas jenisnya
dapat diperoleh dari Grafik 5-1 dan 5-2 Nelson atau Maxwell
halaman 88 – 91, sebagai fungsi dari oAPI gravity dan suhu
atau titik didih volume rata-rata (VABP = Volume Average
Boiling Point ). Untuk minyak yang mempunyai tekanan lebih dari 1
atm maka panas jenis dihitung dari diagram entalpi dengan
menentukan kemiringan garis (slope) hubungan antara entalpi dan
suhu pada tekanan dan suhu tertentu. Data panas jenis
tersebut dapat dilihat pada Section 7 Maxwell halaman 93 –
97.
6.1.2 E n t a l p i
Kandungan panas atau entalpi cairan dan gas-gas minyak
dapat diperoleh secara memuaskan dari Grafik 5-3 Nelson.
Untuk hidrokarbon ringan (parafin dengan titik didih rendah,
olefin dan aromatik) dapat diperoleh dari Section 7 Maxwell
halaman 98 – 113 berdasarkan entalpi sama dengan nol untuk
cairan pada – 200 o F. Untuk fraksi minyak berat dimana
komposisi hidrokarbon tidak diketahui, tetapi o API dan data
distilasi tersedia, maka entalpinya dapat diperoleh dari
Section 7 Maxwell halaman 114 - 127 berdasarkan entalpi sama
dengan nol dengan MnABP 200 o F - 800 oF.
Total panas pada tekanan atmosfir dapat dihitung
dengan menentukan panas yang dibutuhkan untuk pemanasan 1 lb
87
Page 88
minyak cair sampai mencapai titik didih atmosfirnya,
penguapan cairan pada titik didih tersebut, dan pemanasan uap
sampai suhu tertinggi terakhir menggunakan panas jenis uap,
tetapi cara ini tidak dapat digunakan untuk tekanan hampa
atau kelewat tinggi (super atm).
6.1.3 Panas Laten Penguapan.
Panas laten penguapan yang lazim disebut panas
laten didefinisikan sebagai panas yang dibutuhkan untuk
menguapkan 1 lb cairan pada titik didihnya pada tekanan
atmosfir. Penguapan dapat terjadi pada tekanan lain atau suhu
lain. Panas laten berubah dengan berubahnya suhu atau tekanan
dimana terjadi penguapan. Panas laten pada tekanan atmosfir
untuk fraksi minyak bumi dapat dilihat pada Grafik 5-5 s/d 5-
9 Nelson.
Panas laten penguapan suatu senyawa adalah perbedaan
entalpi antara uap jenuhnya dengan cairan jenuh pada suhu
konstan dan dapat dinyatakan kedua-duanya sebagai fungsi suhu
atau tekanan uap.
Panas laten pada suhu tertentu dapat ditentukan berdasarkan
titik didih normalnya sebagai berikut :
= B T/TB
Dimana = Panas penguapan pada suhu T
B = Panas penguapan pada titik didih normal pada
TB
= factor koreksi yang diperoleh dari grafik 5-6
Buku Nelson.
6.2 Densitas, Viskositas, dan Tegangan Muka
88
Page 89
6.2.1 Densitas dan Berat Jenis
Densitas didefinisikan sebagai berat persatuan volume,
dan pada industri perminyakan biasa dinyatakan dalam lb/gal.
Hubungan oAPI gravity dengan berat jenis adalah :
o API =
Perkiraan densitas produk-produk minyak bumi pada beberapa
suhu dapat diperoleh dari Grafik 5-14 Nelson. Densitas untuk
beberapa senyawa hidrokarbon jenuh dapat dilihat pada
Section 8 Maxwell halaman 138 – 142. Densitas untuk gas dapat
diperoleh dari sifat-sifat gas ideal atau gas sejati melalui
hubungan P-V-T.
6.2.2 V i s k o s i t a s
Hubungan antara viskositas dengan titik didih, oAPI
gravity dan faktor karakteristik dapat dilihat pada Grafik 5–
10 dan 5–11 Nelson. Perubahan viskositas karena tekanan dan
suhu dapat dilihat pada Grafik 4-43 dan 4-45 Nelson.
Penggunaan grafik-grafik tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui viskositas pada dua buah suhu, atau untuk
mengetahui satu viskositas dan satu indeks viskositas.
Viskositas kinematik atau dalam satuan centipoise dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai
berikut :
v = / = 0,219 t -
dimana t adalah viskositas Saybolt Universal dalam satuan detik,
adalah viskositas dalam satuan centipoise dan adalah
89
Page 90
berat jenis, dimana semua besaran tersebut berada dalam suhu
yang sama.
Untuk viskositas uap kritis dan hidrokarbon ringan dapat
diperoleh dari Grafik 5-16 Nelson atau melalui persamaan
sebagai berikut :
c = 7,7
dimana M adalah berat molekul, Tc adalah suhu kritis dalam o
K, dan Pc tekanan kritis dalam satuan atm.
Viskositas untuk fraksi-fraksi minyak tertentu dapat dilihat
pada Grafik 5–17 s/d 5–20 Nelson.
6.3 Titik Didih, Titik Kritis dan Tekanan Uap
6.3.1 Titik Didih
Sifat-sifat fisik minyak mentah maupun produknya
mempunyai hubungan yang erat dengan titik didih rata-rata
seperti terlihat pada Tabel 6.1. Titik didih rata-rata (MABP
= Molal Average Boiling Point) lebih memuaskan dibandingkan
dengan data distilasi dalam persen cairan hasil penguapan
yang dialurkan dengan suhu penguapan. Hubungan titik didih
rata-rata dapat dilihat pada Grafik 5-4 dan 5-5 Nelson.
Titik didih rata-rata volumetrik (VABP = Volume
Average Boiling Point) langsung dapat dihitung dari data
distilasi dalam bentuk persen volume distilasi terhadap suhu
penguapan, baik pada distilasi TBP maupun distilasi ASTM
seperti terlihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.1 Hubungan Titik Didih dan Sifat Fisik
90
Page 91
No Macam Titik Didih Sifat-Sifat Fisik
1
23
4
Titik didih rata-ratavolume (VABP)
Titik didih rata-rataberat (WABP)Titik didih rata-ratamolal (MABP)
Titik didih rata-rata(MeABP)
Viskositas dan panasjenis ( dan Cp)Suhu kritis nyata (Tc)Suhu kritis pseudo (T/Tc)dan ekspansi termis (kt)Berat molekul (M),faktor karakteristik(K), berat jenis (),tekanan kritis pseudo(P/Pc) dan panaspembakaran (Hc).
Tabel 6.2 VABP berbagai Minyak
JenisMinyak
Grafik DistilasiTBP ASTM
Minyakmentah
tv = tv =
Fraksi-
fraksi
tv = tv =
Titik didih rata-rata yang lain dapat dihitung
dengan menggunakan VABP serta sudut garis miring (slope) dari
grafik 5-4 dan 5-5 Nelson. Slope dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
S =
Hubungan antara titik didih rata-rata molal (MABP) dan titik
didih rata-rata volumetric (VABP) terhadap sifat- sifat fisik
lain seperti oAPI gravity, berat molekul, faktor
karateristik, suhu kritis dan tekanan kritis, dapat dilihat
pada Grafik 5-9 s/d 5-12 Nelson.
91
Page 92
Faktor karakteristik yang ditentukan dari titik didih
rata-rata (mean average boiling point) dan oAPI gravity merupakan
petunjuk yang dapat dihubungkan dengan sifat-sifat lain
minyak bumi.
Harga K untuk bermacam-macam minyak adalah sebagai berikut:
1. Minyak Mentah
a. Minyak dasar parafin : 12,6 - 13,2
b. Minyak dasar olefin : 12,3 - 12,8
c. Minyak dasar diolefin : 11,6 - 12,1
d. Minyak dasar naften : 11,0 - 11,7
e. Minyak dasar aromatik : 9,8 - 11,0
2. Fraksi-Fraksi
a. Gasolin rengkahan : 11,5 – 11,8
b. Umpan perengkahan : 10,5 – 11,5
c. Stock recycle : 10,0 – 11,0
d. Residu rengkahan : 9,8 – 11,0
6.3.2 Tekanan Uap
Tekanan uap atau kecenderungan cairan untuk menguap
diikuti oleh proses–proses kondensasi, penguapan fraksionasi,
dan lain-lain diperlukan untuk menghitung koreksi titik didih
pada suatu tekanan yang berubah ke tekanan yang lain. Tekanan
uap campuran merupakan tekanan terendah yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya penguapan pada suatu suhu tertentu.
Secara kualitatif pada tekanan yang rendah maka
tekanan uap merupakan petunjuk untuk menentukan kesetimbangan
antara uap dan cairannya. Hubungan tekanan uap dan suhu
penguapan senyawa hidrokarbon dapat dilihat pada Grafik 5-25
s/d 5-27 Nelson, atau pada Maxwell halaman 27 - 44 untuk
92
Page 93
mengubah grafik distilasi pada tekanan rendah menjadi tekanan
basis 1 atm.
Apabila jarak antara tekanan uap sangat besar maka
diperlukan koreksi terhadap titik didih minyak berdasarkan
hubungannya dengan faktor karakteristik. Mekanisme koreksi
untuk faktor karakteristik tersebut adalah 10 oF pada tekanan
penguapan antara 0,1 mm sampai tekanan atmosfir.
Koreksi tersebut mempunyai hubungan sebagai berikut :
dt = - 2,5 (k-12) log P2/P1
dimana dt adalah koreksi suhu penguapan dalam oF, K adalah
faktor karakteristik dan P2/P1 adalah tekanan uap tertinggi
dan terendah dalam satuan mmHg.
6.3.3 Titik Kritis
Suhu dan tekanan kritis nyata (true critical temperature &
pressure) adalah titik dimana semua perbedaan antara fasa cairan
dan fasa uap tidak ada lagi. Pada titik tersebut komposisi
tersebut menguap sempurna pada suhu konstan, meskipun
tekanannya dinaikkan. Apabila tekanan dinaikkan, maka
komponen tersebut mengembun seluruhnya dan tidak dapat
diuapkan lagi meskipun suhunya dinaikkan. Mekanisme ini
merupakan fungsi sampai pada suatu titik tertinggi (baik
tekanan maupun suhu) dimana diperoleh komponennya tidak dapat
mengembun walaupun tekanannya diperbesar. Titik ini disebut
dengan Titik Kritis, dimana suhu dan tekanan pada titik itu
disebut suhu dan tekanan kritis. Tidak ada perubahan volume
yang terjadi jika suatu cairan diuapkan pada titik kritisnya,
dan tidak ada panas yang diperlukan untuk menguapkan cairan
tersebut.
93
Page 94
Hubungan titik kritis dengan sifat-sifat fisik minyak
dapat dilihat pada Grafik 5-9 s/d 5-12 Nelson. Dalam kasus
kurangnya informasi terhadap sifat-sifat campuran minyak maka
diperlukan titik kritis pseudo yang didefinisikan sebagai
titik kritis rata-rata molekuler, yang digunakan untuk
menghitung suhu dan tekanan reduksi dalam campuran tersebut.
Suhu reduksi : Tr = T/Tc
Tekanan reduksi : Pc = P/Pc
Suhu dan tekanan pseudo tersebut digunakan untuk
mengetahui penyimpangan terhadap hukum-hukum gas ideal.
Sifat-sifat kritis ini dapat digunakan untuk mengetahui
sifat-sifat lainnya seperti terlihat pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3 Hubungan Titik Kritis dengan Sifat Fisik
SifatKritis
BM Minyak GrafikMaxwell
AbsisGrafik
Parameter
True, Tc
Pseudo,Tc
Pseudo,Pc
True, Tc
> 100< 100> 100< 100
< 80
> 100semua
6-726-716-726-706-716-736-69
WABPWABPMABPMABPBM
MnABP-
GravityGravityGravityGravityKurvadasar
Gravity-
Pendekatan terhadap tekanan kritis nyata (TCP = True Critikal
Presure) merupakan ukuran yang baik terhadap dapat tidaknya
suatu menara distilasi melakukan fungsinya. Apabila kondisi
dasar (bagian bawah) suatu menara distilasi berada pada titik
kritisnya, maka tidak akan diperoleh fraksi-fraksi minyak
yang dapat ditarik dari menara distilasi tersebut.
Kondisi bawah menara distilasi harus ditahan
sekurang-kurangnya 50 oF di bawah titik kritisnya dan entalpi
94
Page 95
dalam reboiler harus lebih besar dari 60 Btu/Lb. Data titik
didih dapat dicari dengan menggunakan Section 2 Maxwell
halaman 14 - 15. Untuk campuran hidrokarbon ringan yang
diketahui komposisinya maka titik didih rata-rata dihitung
secara aritmatik dari tabel sifat-sifat fisik, yaitu melalui
Section 1 Maxwell halaman 2 - 5.
95
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 96
A. Jawablah soal -soal di bawah ini dengan benar !
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kandungan panas dari
suatu minyak bumi !
2. Apakah perbedaan antara panas laten, titik didih dan
titik kritis ?
3. Apakah peranan dari sifat-sifat di atas ?
4. Suatu minyak mentah pada suhu 70 oF, bila diketahui
massa minyak yang berpindah 140 gal/menit dengan entalpi
minyak 429 BTU.
Hitung panas laten dan densitas di atas !
5. Minyak bensin yang mempunyai titik didih sangat rendah
dengan density 56 oAPI, dipanaskan dan dipanaskan lagi
sampai lewat jenuh pada 500 oF pada tekanan 200 psia.
Apabila faktor karakteristik minyak 11,4 ; tentukanlah
beda entalpi dari minyak tersebut !
6. Tentukan beda entalpi antara cairan minyak pada 100 oF
dengan uapnya pada 500 oF, 20 atm suatu minyak yang
mempunyai komposisi sebagai berikut :
Komponen Fraksi Mol
C2H6 0,10
C3H8 0,50
C4H10 0,10
C2H4 0,05
C3H6 0,25
96
Page 97
B. Lengkapilah pernyataan di bawah ini dengan menuliskanhuruf dari sekumpulan jawaban pada kolom sebelah kananyang anda anggap paling benar !
1………. Volume rata-rata yang dihitungberdasarkan titik didih
A.Viskositas
2………. Total panas yang dihitung denganmenentukan panas yang dibutuhkanuntuk pemanasan 1 lb minyaksampai mencapai titik didih
B. Panas Laten
3………. Berat minyak per satuan volume C. MABP4. ……… Titik didih rata-rata dari suatu
cairan minyak hasil TBPD. Titikdidih
5. ……… Suatu titik dimana semua perbedaanantara fasa cairan tidak ada lagi.
E. VABP
F. DensitasG. Titikkritis
97
Page 98
A. Berilah tanda huruf B apabila pernyataan di bawah inibenar dan berilah tanda huruf S bila salah !
1 Jumlah panas yang diperlukan untukmenaikkan suhu 1 derajat dari sejumlahberat minyak/produknya dinamakan panaslaten
…………..
2 Panas yang dikeluarkan untuk menguapkan 1lb mol cairan pada titik didihnya disebutpanas penguapan
…………..
3 Panas laten adalah = B TB /T ………….4 Hubungan antara oAPI gravity dengan berat
jenis adalah oAPI = 141,5/Bj - 131,5 ……………5 Suatu titik tertinggi (baik tekanan
maupun suhu) jika komposisinya tidakdapat mengembun walaupun tekanandiperbesar dinamakan titik kritis.
…………..
6 Suatu minyak bumi mempunyai titik didihrendah dan densitas 56 oAPI dipanaskansampai temperatur 100 oF, tekanan 100psia, bila K = 11,4 maka beda entalpidari soal di atas adalah 100,2 BTU
…………..
7 Densitas minyak yang mempunyai gravity
98
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 99
29,3 oAPI pada 60 oF dan pada 600 oFadalah 45,3 oAPI.
………….
1. Maxwell, J.B., 1980. Data Book on Hydrocarbon : Application toProcess Engineering. The ESSO Series, D. Van Nostrand Company.New York,
2. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. McGraw Hill Book Co. Singapore.
99
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 100
PENGANTAR PROSES PENGILANGAN
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
100
KEGIATAN BELAJAR VII Jurusan
Page 101
Memahami proses-proses secara umum tentang pengolahan minyak
mentah menjadi produk-produknya berdasarkan diagram alir yang
ada.
Tujuan pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses-proses dasar pengolahan
minyak mentah menjadi produk dan fraksinya.
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data menjadi diagram
alir suatu proses pengolahan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan 3 macam proses utama tentang
pemurnian produk dari senyawa-senyawa atau zat-zat
pengotornya.
4. Mahasiswa mampu membuat diagram alir salah satu proses
pemurnian berdasarkan uraian proses yang ada.
101
KEGIATAN BELAJAR VII Jurusan
Page 102
Lembar Informasi VII : Pengantar Proses Pengolahan
7.1 Pendahuluan
Proses pengolahan minyak bumi sangat berbeda antara
satu kilang dengan kilang yang lain disebabkan karena
perbedaan jenis dan sumber minyak mentahnya. Walaupun cara
pengolahannya tersebut prosesnya sama namun metodanya
tergantung pada :
1. Jenis minyak yang diolah
2. Permintaan produk dan daerah pemasaran
3. Peralatan yang tersedia
4. Faktor-faktor pertimbangan ekonomis lainnya.
Produk-produk yang diharapkan dari suatu kilang dapat
berupa bahan bakar minyak (BBM) dan non BBM yang menunjukkan
perbedaan pemakaian metoda untuk memprosesnya.
Produk-produk tersebut antara lain :
1. Gas Kilang dan LPG, untuk bahan bakar industri dan rumah
tangga
2. Bensin atau gasolin (mogas), untuk bahan bakar motor.
3. Nafta dan Benzen, untuk pelarut/pembersih, pengencer
cat, dan untuk pencampur bahan bakar motor.
4. Minyak Jet, untuk bahan bakar pesawat jet atau mesin
turbin gas, dan untuk bahan bakar roket.
5. Kerosin, untuk minyak lampu, dan untuk keperluan rumah
tangga.
102
Page 103
6. Distilat, minyak diesel, dan gas-oil, untuk bahan bakar
furnace (dapur industri), sebagai penyerap gas hidrokarbon,
dan untuk bahan bakar mesin/motor diesel.
7. Minyak pelumas (neutral oil, bright stock, cylinder oil), untuk
pelumas mesin-mesin.
8. Lilin (paraffin wax) untuk pembuatan kertas lilin, isolasi,
pak anti kebocoran, dan lain-lain.
9. Petrolatum, bahan dasar untuk pembuatan minyak gemuk.
10. Minyak bakar (Fuel oil), untuk bahan bakar industri.
11. Tar dan Aspal, untuk pembuatan jalan, pelapisan bahan-
bahan anti rayap.
12. Kokas, sebagai bahan bakar padat untuk keperluan
industri.
7.2 Proses Pengolahan Dasar
Proses pengolahan dasar sebagai proses utama untuk
mengolah minyak mentah menjadi produk dan fraksi-fraksinya
terdiri atas :
1. Pengolahan secara fisik, yaitu distilasi terdiri dari :
a. Distilasi Atmosferik
b. Distilasi Hampa
c. Distilasi Bertekanan
2. Pengolahan secara kimia, disebut juga sebagai proses
konversi atau reforming terdiri dari :
a. Proses Perengkahan (Cracking) terdiri dari :
Perengkahan Termis (Thermal Cracking)
Perengkahan Katalis (Catalytic Cracking)
Perengkahan Hidro (Hydrocracking)
b. Proses Pembentukan Kembali (Reforming) terdiri dari :
103
Page 104
Reformasi Termis (Thermal Reforming)
Reformasi Katalis (Catalytic Reforming)
c. Proses Penggabungan molekul, terdiri dari :
Polimerisasi Katalis, yakni :
Polimerisasi Selektif dan Polimerisasi tidak
Selektif
Alkilasi Katalis, yang terdiri dari :
Alkilasi H2SO4 dan Alkilasi HF
7.2.1 Pengolahan secara Fisik
Proses distilasi dalam kilang minyak merupakan proses
pengolahan secara fisik yang primer yang mengawali semua
proses-proses yang diperlukan untuk memproduksi BBM dan non
BBM.
Proses distilasi/fraksionasi adalah proses untuk memisahkan
campuran yang terdapat dalam minyak mentah (crude oil) menjadi
komponen-komponennya atas dasar fraksi atau pemotongan (cut)
yang dibatasi oleh jarak titik didih tertentu, bukan atas
dasar titik didih masing-masing komponen. Proses distilasi
ini dapat menggunakan satu kolom atau lebih menara fraksinya,
misalnya residu dari menara distilasi atmosferik dialirkan ke
menara distilasi hampa, atau salah satu fraksi dari menara
distilasi atmosferik dialirkan ke menara distilasi
bertekanan. Fraksi-fraksi yang dapat ditarik dari kolom
distilasi/menara fraksionasi antara lain adalah sebagai
berikut :
Fraksi Jarak Didih, oF
Gas < 80
Nafta ringan 80 – 220
104
Page 105
Nafta berat 180 – 520
Gas oil ringan 420 – 650
Gas oil berat 610 – 800
Residu > 800
Secara fundamental semua proses-proses distilasi
dalam kilang minyak bumi adalah sama. Semua proses distilasi
memerlukan beberapa unit peralatan penting seperti :
1. Pipe Still
2. Menara Fraksionasi
3. Kolom Stream Stripping
4. Penukar Panas (Heat Exchanger)
5. Pengembunan dan Pendinginan (Condenser dan Cooler)
6. Pompa dan Jaringan Pipa
7. Tangki Penampung dan Pengumpul
8. Instrumentasi
Untuk menghasilkan stok yang khusus diperlukan beberapa
pertimbangan seperti :
1. Jarak didih stok minyak yang
diinginkan.
Beberapa stok minyak mendidih pada suhu yang tinggi
dimana minyak tersebut tidak dapat diuapkan pada tekanan
atmosfir tanpa menguraikannya, sementara ada minyak yang
ditahan pada tekanan di atas atmosfir atau minyak tersebut
diuapkan pada suhu kamar.
2. Stabilitas minyak terhadap panas.
Meskipun jarak didih merupakan faktor yang sangat
penting, namun kepekaan terhadap panas atau suhu tinggi
harus dipertimbangkan.
3. Spesifikasi produk yang dihasilkan.
105
Page 106
Contoh proses distilasi/fraksionasi di PERTAMINA UP III
Distilasi Atmosferik : 1. Crude Batterry (CB)
2. Crude Distiller (CD)
Distilasi Hampa : 1. High Vacuum Unit (HVU)
2. Vacuum Distillation Unit (VDU)
Distilasi Bertekanan : Stabilizer
7.2.2 Proses Konversi atau Transforming
Proses Konversi atau Transforming merupakan suatu
proses untuk mengubah fraksi tertentu menjadi produk-produk
lain yang mempunyai harga yang lebih tinggi yang terjadi
secara kimiawi.
Dasar proses konversi atau Transforming adalah terjadinya
perubahan susunan molekul hidrokarbon seperti yang terjadi
pada :
1. Proses Perengkahan, yaitu memotong rantai lurus dan
panjang menjadi rantai pendek dengan bantuan panas atau
katalis.
2. Proses Reforming dan Isomerisasi, yaitu merubah rantai lurus
menjadi rantai cincin atau rantai bercabang.
3. Proses Polimerisasi dan Alkilasi, yaitu penggabungan
beberapa molekul kecil menjadi suatu molekul yang lebih
besar.
1. Proses Perengkahan (Cracking)
Proses perengkahan (Cracking) adalah suatu proses
perubahan molekul hidrokarbon yang panjang dan lurus
dipotong-potong menjadi beberapa rantai yang lebih pendek.
Proses perengkahan merupakan dekomposisi molekul minyak berat
106
Page 107
atau minyak yang mempunyai titik didih tinggi menjadi
komponen yang lebih ringan yang mempunyai titik didih rendah.
Pada suhu sekitar 680 oF, bahan-bahan umpan seperti gas oil,
fuel oil, dan ter apabila direngkah akan terurai menjadi gas,
bahan-bahan yang mudah menguap yang mempunyai jarak didih
seperti bensin (gasoline), dan residu atau kokas.
Perengkahan termis terdiri dari 2 macam proses yaitu :
a. Proses pembentukan kokas ((coking)
b. Proses pemecahan viskositas (visbreaking)
Perengkahan katalis dibedakan dari perengkahan termis
terutama pada pemakaian katalisnya yang dapat menahan produk-
produk aspal atau ter pada permukaan katalis dalam bentuk
kokas. Katalis yang digunakan adalah campuran silika (SiO2)
dan alumina (Al2O3).
Perengkahan katalis terdiri dari proses :
a. Fluidisasi
b. Termofor
c. Houdry
d. Houdry Flow
e. Sikloversi, yang tergantung pada cara penanganan
katalisnya.
Di antara proses-proses tersebut yang paling
banyak digunakan adalah proses FCCU (Fluidized Catalytic Cracking
Unit). Pada proses fluidisasi ini, umpan minyak dan katalis
saling terfluidisasi dan bersirkulasi antara reaktor dan
regenerator dimana katalis diregenerasi secara terus-menerus.
Perengkahan hidro merupakan proses gabungan antara
perengkahan dan hidrogenasi. Suhu reaksi lebih dari 350 oC
dan tekanan tinggi sampai dengan 200 atm. Katalis yang
107
Page 108
digunakan untuk proses ini adalah nikel, platina, palladium,
kobal dan besi.
2. Reforming
Tujuan proses reforming adalah untuk merubah
senyawa hidrokarbon menjadi aromatik sehingga diperoleh
bensin dengan bilangan oktan yang lebih tinggi.
Contoh reaksi reforming adalah dehidrogenasi naftena sebagai
berikut :
CH3 – (CH2)4 – CH3 C6 H6 + 4 H2
Proses reforming terdiri dari Thermal Reforming dan
Catalytic Reforming.
Pada Catalytic Reforming, gasoline dan nafta umpan dipanaskan
sampai 500 oF dan dialirkan kedalam reaktor yang berisi
katalis secara seri. Karena reaksi adalah endotermis, maka
diperlukan penambahan panas melalui Heater di antara reaktor
untuk memenuhi suhu reaksi. Katalis yang digunakan adalah
logam platina yang dibalut dengan alumina (Al2O3).
3. Isomerisasi
Tujuan proses isomerisasi adalah untuk membentuk
hidrokarbon rantai cabang dengan bilangan oktan yang lebih
tinggi.
4. Polimerisasi
Tujuan proses polimerisasi adalah untuk membuat
bensin mobil (mogas) dengan katalis asam sulfat atau asam
fosfat.
Polimerisasi dapat dilakukan dengan satu macam umpan
(Polimerisasi Selektif) yaitu isobutan (iC4) atau butan (C4)
108
Page 109
saja. Polimerisasi dengan umpan campuran disebut dengan
Polimerisasi tidak Selektif.
5. A l k i l a s i
Tujuan proses alkilasi adalah untuk memasukkan
gugus radikal alkil ke dalam suatu molekul, yaitu antara
olefin dengan iso parafin, menghasilkan bensin pesawat
terbang (avgas).
Reaksi yang terjadi adalah : CH3
│
│
CH3 – CH = CH -- CH3 + CH3 – CH – CH3 CH3 – C --
CH2 – CH -- CH3
CH3 CH3
CH3
butena iso butena2,2,4 trimetil pentana
(iso oktan, ON =
100)
Reaksi tersebut di atas dapat berlangsung dengan bantuan
katalis asam sulfat (H2SO4) atau asam flourida (HF) pada suhu
rendah (< 40 oC) dan tekanan rendah (1 - 10 atm).
Kebanyakan kilang-kilang minyak yang besar
memiliki proses-proses yang lengkap yang dikelompokkan dalam
urutan proses sebagai berikut :
109
Page 110
1. Proses fraksionasi minyak mentah dalam proses topping (Unit
Distilasi Atmosfir) lalu diikuti dengan proses pelepasan
material yang mudah menguap dari produk-produk berupa gas,
kerosin, diesel, gas oil, dan residu (reduced crude).
2. Proses-proses dekomposisi dalam unit-unit perengkahan
termis, perengkahan katalis dan catalytic reforming.
3. Proses fraksionasi lanjutan dari produk-produk perengkahan
untuk menghasilkan gas, gasoline, LCGO (light cycle gas
oil), HCGO (heavy cycle gas oil), distilat perengkahan,
dan minyak bakar (fuel oil).
4. Proses stabilisasi produk-produk dari ketiga proses di
atas untuk menghasilkan gas, propan/butan/pentan, nafta
ringan, buten/butilen, alkilat, bensin rengkahan, poli
gasolin, gas oil dan ter.
5. Proses alkilasi dan polimerisasi dari produk-produk yang
sudah distabilkan seperti alkilat dan poli gasolin.
6. Proses absorpsi terhadap produk-produk gas hasil proses
stabilisasi untuk mendapatkan produk gas kilang, dan
minyak yang lebih bersih.
7. Proses blending atau pencampuran untuk mendapatkan produk-
produk akhir yang memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan
oleh pasar atau konsumen.
7.3 Proses Pemurnian
Proses pemurnian adalah proses kimiawi yang
dimaksudkan untuk memisahkan atau mengurangi kotoran-kotoran
yang tidak diingini dalam produk yang akan dipasarkan.
Pengolahan tersebut meliputi perbaikan warna minyak,
stabilitas terhadap cahaya, bau, kandungan sulfur, jumlah
110
Page 111
material padat seperti getah minyak (gum), korosi dan
komposisi.
Secara garis besar proses pemurnian terdiri dari :
1. Pengolahan dengan asam sulfat merupakan proses yang paling
banyak digunakan untuk memisahkan sulfur, mengendapkan
aspal dan getah minyak (gum), memperbaiki warna dan
stabilitas, dan untuk menghilangkan bau
2. Pengolahan sweetening, dimaksudkan untuk memisahkan merkaptan
dalam distilat-distilat yang masam (sour)
3. Proses desulfurisasi, dimaksudkan untuk menghilangkan
sulfur menjadi gas hidrogen sulfida (H2S)
7.3.1 Pengolahan dengan Asam Sulfat
Senyawa hidrokarbon jenis parafin dan naftenat dapat
bereaksi dengan asam sulfat 93 % pada suhu kamar. Pada suhu
dan konsentrasi asam yang tinggi akan menyebabkan kerusakan
pada isomer yang mempunyai rantai samping. Benzen sedikit
dapat bereaksi dengan asam sulfat 93 %, sedangkan toluen dan
silen lebih mudah bereaksi. Asam sulfat dapat dipakai untuk
memisahkan aromatik, yang ada dalam kerosin yang akan
menyebabkan nyala asap. Senyawa-senyawa olefin, diolefin dan
asetilen dapat bereaksi dengan asam sulfat 75 %. Pada suhu
dan konsentrasi asam sulfat yang tinggi akan menyebabkan
terjadinya polimerisasi pada olefin, dan pada suhu dan
konsentrasi asam yang rendah menyebabkan terbentuknya alkil
asam sulfat, ester dan alkohol sekunder maupun tersier.
111
Page 112
Alkohol suku tinggi, dipolimer dan alkil asam
sulfat larut dalam distilat rengkahan, dan jika didistilasi
kembali maka alkil asam sulfat akan terurai menjadi alkohol,
sulfur dioksida (SO2) dan senyawa-senyawa berwarna. Senyawa-
senyawa sulfat tersebut larut dalam soda kostik, tetapi ester
tidak larut, dan pada suhu lebih besar dari 285 oF senyawa-
senyawa tersebut terurai menyebabkan kehilangan warna dan
terbentuk distilat. Asam sulfat juga dapat memisahkan atau
melarutkan bahan-bahan resin atau aspal yang mungkin terdapat
dalam hasil fraksionasi maupun hasil perengkahan yang jelek.
Senyawa-senyawa tersebut cenderung menghalangi pengkristalan
lilin dan pengolahannya dengan asam akan menaikkan titik
tuang (pour point). Senyawa-senyawa oksigen seperti asam naftenik
dan keton, dan senyawa-senyawa lain seperti alkohol dan
aldehid yang terbentuk pada proses oksidasi suhu tinggi dapat
dilarutkan oleh asam sulfat, tetapi apabila senyawa-senyawa
tersebut diencerkan dengan minyak maka pemisahannya tidak
akan sempurna. Senyawa-senyawa dengan basis nitrogen seperti
quinon atau piridin yang dihasilkan dalam jumlah sedikit pada
proses distilasi, mudah larut dalam asam sulfat encer.
Asam kuat (H2SO4 93 % atau lebih) diperlukan untuk memisahkan
merkaptan, demikian pula senyawa-senyawa alkil sulfida,
disulfida, dan senyawa-senyawa sulfat larut dalam asam
kuat. Alkil asam sulfat dapat larut dalam sejumlah minyak
tertentu.
Kecepatan pelarutan oleh asam sulfat terhadap
berbagai senyawa-senyawa pengotor dalam minyak bumi mempunyai
tingkatan sebagai berikut :
112
Page 113
1. Senyawa-senyawa nitrogen seperti amina, amida dan asam-
asam amino,
2. Senyawa-senyawa alifatik,
3. Olefin,
4. Aromatik,
5. asam-asam naftenik.
Persyaratan atau kualitas asam sulfat yang dipakai untuk
melarutkan senyawa-senyawa pengotor dalam minyak bumi adalah
sebagai berikut :
1. Konsentrasi asam
Untuk pengolahan yang umum dipakai 60 oBe atau asam 93 %,
sedangkan pengolahan-pengolahan warna minyak ringan lebih
disukai konsentrasi asam yang encer. Untuk pengolahan
minyak pelumas digunakan asam sulfat 98 %. Asam kuat (93 –
100 %) dipakai pada suhu rendah (25 – 50 oF) untuk
memisahkan sulfur dalam gasolin dan senyawa hidrokarbon
aromatik dari minyak-minyak bakar. Untuk memperbaiki warna
sebaiknya digunakan asam dengan konsentrasi 93 %, tetapi
bila kandungan sulfurnya rendah akan lebih menguntungkan
bila menggunakan asam dengan konsentrasi 85 %. Asam lemah
juga berguna untuk memisahkan senyawa-senyawa dengan basis
nitrogen, dan untuk memperbaiki tanpa memisahkan senyawa-
senyawa tak jenuh.
2. Jumlah dosis asam
Jumlah (dosis) asam yang banyak akan menghasilkan warna
yang tidak baik dan akan menghilangkan senyawa-senyawa
aromatik dan hidrokarbon tak jenuh. Apabila asam dipakai
dalam jumlah atau dosis yang demikian besar pada minyak
pelumas akan menyebabkan kehilangan warna karena terbakar.
113
Page 114
Dosis asam yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :
a. Untuk gasolin alam, 2 lb/bbl
b. Untuk memisahkan sulfur dalam straight gasoline, 5 lb/bbl
c. Untuk distilat hasil distilasi bertekanan yang
mengandung sulfur yang tinggi dan minyak-minyak hasil
dari minyak mentah basis naftenik, 8 lb/bbl.
d. Untuk memisahkan kandungan sulfur yang tinggi dalam
minyak-minyak pelarut (solvent) , 0 – 5 lb/bbl.
e. Untuk pengolahan kerosin yang berasal dari minyak
mentah basis naftenik, 75 lb/bbl.
f. Untuk pengolahan minyak pelumas, 0 – 60 lb/bbl.
3. Suhu pengolahan
Suhu yang biasa dipakai pada berbagai operasi pengolahan
adalah sebagai berikut :
a. Untuk bensin ringan , 70 – 90 oF. Apabila dosis asam
digunakan dalam jumlah besar maka lebih baik dilakukan
pada suhu yang lebih rendah lagi.
b. Untuk bensin rengkahan (cracked gasoline) , 60 – 90 oF.
Apabila dilakukan pengolahan minyak berat maka suhu
yang diizinkan adalah 25 – 30 oF, meskipun suhu 40 - 50oF lebih ekonomis.
c. Untuk minyak-minyak pelumas (lube oil), 110 – 180 oF.
d. Untuk minyak-minyak silinder (cylinder oil), 130 – 170 oF dan
150 – 180 oF, apabila pengolahannya dilakukan sebelum
pengambilan lilin (dewaxing process).
4. Waktu kontak
Faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan waktu kontak
adalah :
114
Page 115
a. Kontak yang lama antara asam dan minyak akan
menghasilkan warna yang tidak baik dan kurang stabil.
b. Kontak yang sangat singkat dapat mencegah pendayagunaan
asam yang tidak sempurna.
Untuk pengolahan bensin straight run gasoline maupun cracked
gasoline maka waktu kontak dengan asam tidak lebih dari satu
menit dalam sistem yang sinambung. Untuk distilat ringan
maka waktu kontak dengan asam yang memakai pengadukan
udara adalah 15 - 40 menit. Kerosin memerlukan waktu
kontak dengan asam adalah 30 – 40 menit, sedangkan minyak
pelumas memerlukan waktu kontak 90 menit.
7.3.2. Pengolahan dengan Sweetening
Proses pengolahan dengan cara sweetening adalah proses
untuk memisahkan atau untuk merubah merkaptan, hidrogen
sulfida dan sulfur elementer yang terdapat dalam distilat-
distilat ringan. Adanya merkaptan memberikan bau yang busuk
dan menunjukkan penurunan angka oktan dengan mereduksi
kerentanan terhadap TEL (tetra ethyl lead) sebagai senyawa
pengungkit oktan. Sulfur elementer yang terdapat dalam
merkaptan akan menyebabkan korosi.
Ada tiga cara untuk mencapai sweetening yaitu :
1. Proses oksidasi untuk merubah merkaptan menjadi disulfida
2. Proses yang memisahkan merkaptan
3. Proses yang menghancurkan dan merubah senyawa-senyawa
sulfur lain yang menyertai merkaptan, hidrogen sulfida,
dan sulfur bebas.
1. Proses Oksidasi
115
Page 116
Proses oksidasi adalah proses untuk merubah
merkaptan menjadi senyawa-senyawa disulfida yang berbau besi
sedikit. Prosesnya meliputi proses tembaga khlorida, proses
hipokhlorit, dan proses timbal sulfida. Sejak diketahui
senyawa disulfida merusak kerentanan timbal dalam gasolin
(TEL), dan keperluan untuk menurunkan merkaptan dengan proses
sweetening dipertanyakan, maka proses tersebut lambat laun
ditinggalkan.
Adanya katalis atau inhibitor tipe para-penilen-
diamin yang terdapat di udara dapat merubah merkaptan dalam
gasolin yang dicuci dengan larutan kaustik selama beberapa
hari menjadi disulfida maka proses ini dipakai terus karena
lebih murah, dan disebut sebagai proses Inhibitor Sweetening.
Sejumlah kecil logam seperti timbal, bismut, talium, dan
sebagainya terdapat dalam larutan kaustik yang dipakai dalam
proses inhibitor akan mempercepat reaksi sweetening dan
membantu dalam mereduksi peroksida atau mengurangi
pembentukan getah minyak (gum).
2. Proses Pelarutan Merkaptan
Proses–proses pelarutan merkaptan meliputi proses
pencucian soda, proses pelarutan shell (Shell Solutizer), proses
Atlantic Unisol, proses Pure Oil Mercapsol, dan proses Tannin Solutizer.
Semua proses-proses tersebut kecuali proses pencucian soda
menggunakan promotor pelarut seperti garam-garam dari asam
iso butirat yang terikut dalam soda kostik.
116
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 117
A. Selesaikan soal-soal di bawah ini dengan jelas dan singkat
!
1. Jelaskan proses-proses dasar pengolahan minyak mentah
menjadi produknya !
2. Jelaskan 3 macam proses utama tentang pemurnian produk
dari senyawa-senyawa pengotornya !
3. Buat diagram alir sederhana salah satu proses
pengolahan minyak mentah menjadi produk !
B. Pilihlah salah satu jawaban dari soal-soal di bawah inimenurut anda paling benar !
1. Yang membedakan proses pengolahan minyak mentah menjadi
produknya antara satu kilang dengan kilang yang lain
adalah :
a. Komposisi hidrokarbonnya c. Jenis minyak
yang diolah
b. Sumber daya manusianya d. Kekayaan
alamnya
2. Salah satu proses pengolahan dasar minyak mentah
menjadi produknya secara fisik adalah :
a. Distilasi atmosfir c. Perengkahan
termis
b. Polimerisasi d. Alkilasi.
3. Salah satu produk kilang yang sering dipergunakan
untuk bahan bakar industri dan rumah tangga
adalah :
117
Page 118
a. Kerosin c. Bensin
b. LPG d. LNG
4. Suatu proses untuk mengubah suatu fraksi tertentu
menjadi produk- produk lain yang mempunyai harga yang
lebih tinggi yang terjadi secara kimiawi dinamakan :
a. Proses perengkahan c. Isomerisasi
b. Polimerisasi d. Transforming .
5. Proses pengabungan beberapa molekul kecil menjadi
suatu molekul yang lebih besar dinamakan :
a. Isomerisasi c. Polimerisasi
b. Cracking d. Reforming
6. Suatu proses perubahan molekul hidrokarbon yang
panjang dan lurus dipotong-potong menjadi beberapa
rantai yang lebih pendek dinamakan :
a. Isomerisasi c. Alkilasi
b. Cracking d. Reforming
7. Suatu proses perubahan senyawa hidrokarbon lain
menjadi aromatik sehingga diperoleh bensin dengan
bilangna oktan yang tinggi dinamakan :
a. Reforming c. Cracking
b. Isomerisasi d. Alkilasi
8. Senyawa kimia yang sering digunakan untuk melarutkan
senyawa pengotor dalam minyak bumi adalah :
a. H2SO4 c. Merkaptan
b. Sulfur oksida d. A i r
9. Proses untuk merubah merkaptan yang ada di dalam
mogas menjadi senyawa disulfida dinamakan :
a. Treating c. Transforming
b. Dewaxing d. Sweetening
118
Page 119
10. Jenis produk BBM yang dipergunakan untuk bahan bakar
motor adalah :
a. Kerosin c. L N G
b. Gasolin d. Nafta
Berilah tanda huruf B apabila pernyataan di bawah ini benardan berilah tanda huruf S bila salah !
1. Perbedaan proses pengolahan minyak bumiantara satu kilang dengan kilang lainnyadisebabkan karena perbedaan jenis dan sumberminyak.
………
2. Produk kilang yang sering dipergunakan untukpembuatan minyak gemuk adalah ter ………
3. Produk kilang yang sering dipergunakansebagai bahan bakar motor adalah kerosin ………
4. Proses distilasi dalam kilang minyakberfungsi memisahkan campuran yang terdapat ………
119
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 120
dalam minyak mentah menjadi komponen-komponen atau fraksinya
5. Terjadinya suatu perubahan susunan molekulhidrokarbon disebabkan adanya prosesCracking
……….
6. Untuk mengubah suatu senyawa hidrokarbonlain menjadi aromatik sehingga bensin yangdiperoleh memiliki angka oktan tinggidiperlukan proses Reforming
……….
7. Pengolahan sweetening dimaksudkan untukmemisahkan merkaptan dalam distilat ……….
8. Penggabungan beberapa molekul kecil menjadisuatu molekul yang lebih besar dinamakanIsomerisasi
……….
9. Pemotongan rantai lurus dan panjang menjadirantai pendek dengan bantuan katalisdinamakan Thermal Cracking
……….
10. Proses alkilasi dan polimerisasi menggunakanproduk-produk yang sudah distabilkan sepertialkilat dan poli gasolin.
……….
120
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 121
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum ProcessingHandbook. Mc-Graw Hill Book Co. New York.
2. Maxwell, J.B., 1980. Data Book on Hydrocarbon : Application toProcess Engineering,” The ESSO Sries, D.Van Nostrand Company.New York.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. McGraw Hill Book Co. Singapore.
121
KEGIATAN BELAJAR VIII Jurusan
Teknik Kimia
Page 122
PROSES PERENGKAHAN
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) adalah :
Memahami proses perengkahan sebagai proses lanjutan dalam
pengolahan
minyak bumi.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) adalah :
1. Mahasiswa mampu membuat mekanisme reaksi perengkahan
termis dan dapat menuliskan reasi yang terjadi.
2. Mahasiswa mampu membuat diagram alir sederhana berdasarkan
uraian proses dari perengkahan termis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan uraian proses pada perengkahan
katalis.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan peranan katalis pada
perengkahan dengan katalisator.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme proses pada
perengkahan dengan menggunakan hidrogen.
6. Mahasiswa mampu mengindentifikasi gas-gas ringan hasil
perengkahan hidro untuk komponen gasoline.
122
Page 123
Lembar Informasi VIII : Proses Perengkahan
8.1 Perengkahan Termis
Perengkahan termis adalah salah satu proses
perengkahan sekunder pada salah satu kilang minyak bumi
dimana fraksi berat minyak didekomposisi secara termis pada
tekanan tinggi dengan menggunakan panas pada suhu 450 – 550oF. Proses perengkahan termis merupakan suatu proses
pemecahan molekul-molekul hidrokarbon besar atau hidrokarbon
rantai lurus dan panjang menjadi molekul-molekul kecil yang
mempunyai titik didih rendah. Proses perengkahan termis
dirancang untuk menaikkan yield gasoline yang diperoleh dari
minyak, baik secara langsung melalui produksi komponen termis
gasoline yang berasal dari minyak berat, atau secara tidak
langsung melalui produksi olefin ringan yang cocok untuk
umpan polimerisasi. Proses perengkahan termis dapat
diklasifikasikan dalam keadaan fisik yaitu fasa campuran,
fasa cairan dan fasa uap, dimana mekanisme perengkahan
berlansung dalam fasa tersebut.
123
KEGIATAN BELAJAR VIII Jurusan
Teknik Kimia
Page 124
Reaksi perengkahan termis dapat berlangsung dalam
fasa uap atau campuran tergantung pada sifat dasar campuran
minyak dan kondisi operasinya yaitu suhu dan tekanan.
Keuntungan proses perengkahan dengan fasa uap adalah :
1. Minyak motor mempunyai kualitas anti ketukan tinggi karena
banyak mengandung olefin
2. Ongkos instalasi relatif lebih murah
3. Dapat mengurangi tekanan sehingga menjamin keselamatan
4. Cocok untuk distilat yang mempunyai jarak didih rendah
yang tak dapat direngkah secara ekonomis melalui fasa
cairan
Keuntungan proses perengkahan dalam fasa cairan adalah :
1. Produksi gas lebih sedikit
2. Pengolahan lanjutan produk gasolin lebih mudah karena
banyak mengandung parafin
3. Pemakaian bahan bakar relatif lebih rendah
Perengkahan temis pada masa sekarang tidak lazim
lagi dipakai karena memerlukan energi yang tinggi, dimana
pada awalnya proses ini dilakukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan mogas (motor gasoline) dan fuel oil.
8.1.1 Mekanisme Reaksi Perengkahan Termis
Perengkahan adalah suatu fenomena dimana minyak
dengan molekul besar dipecah menjadi molekul-molekul kecil
yang mempunyai titik didih rendah. Pada waktu yang bersamaan
beberapa dari molekul-molekul tersebut yang bersifat reaktif
bergabung satu sama lain membentuk molekul yang jauh lebih
besar dari molekul asalnya. Molekul-molekul yang lebih stabil
keluar dari sistem sebagai bensin rengkahan, dan reaktif
124
Page 125
berpolimerisasi membentuk minyak bakar rengkahan (cracked fuel oil)
dan juga kokas. Meskipun gasoline adalah produk akhir yang
utama dari unit rengkahan, namun diproduksi juga minyak-
minyak yang mempunyai jarak didih antara minyak bakar dan
gasoline yang disebut Recycle Stock. Recycle stock ini dapat
ditahan dalam sistem perengkahan sampai mereka dipecah dengan
cara mendaur-ulangnya secara terus menerus atau dengan sistem
operasi batch pada tekanan tinggi.
Apabila tekanan operasi relatif rendah dimana uap
murni dihasilkan pada suhu perengkahannya maka proses
digolongkan sebagai proses fasa uap. Proses fasa uap tidak
akan berhasil kecuali kalau sudah terbentuk uap yang bebas
dari cairannya, sebab kokas banyak menempel/menumpuk dalam
pipa (tube heater). Fasa campuran dapat berlangsung pada tekanan
tinggi dan suhu perengkahan yang rendah.
Secara umum ada 2 tipe reaksi yang terjadi yaitu :
1. Reaksi primer, dimana terjadi peruraian molekul besar
menjadi molekul kecil
2. Reaksi sekunder, dimana produk-produk reaktif
berpolimerisasi membentuk senyawa-senyawa dengan molekul
yang perlahan-lahan membesar. Selanjutnya pada waktu yang
bersamaan hasil polimerisasi tersebut terurai lagi menjadi
molekul-molekul kecil.
Langkah-langkah reaksi dan produk yang dihasilkan adalah :
Umpan ……………………………………..........C7H15–C15H30—C7H15
Heavy Gas Oil
125
Page 126
(Heavy gas oil)
Direngkah ………………………........C7H16 + C14 H28 :CH2 + C6H12 :CH2
Gasoline RecycleStock Gasoline
Gasoline recycle stockgasoline
Direngkah lagi C2H6 + (C4H8 :CH2 + C8H18 + C6H12 :CH2) + gas
gasolin
CH2:CH.CHCH:CH.CH3 + C2H4
Gas G a s o l i n e CH2 :CH.CH:CH.CH3 + C2H4
Material Pembentuk Gum Gas
Polimerisasi …………………......C2H6 + (C4H8 :CH2 + C8H18) + C12H22
+ C2H4
Gas GasolineRengkahan Ter/Recycle Gas
Macam-macam proses Perengkahan Termis :
1. Pemecahan viskositas (viscosity breaking)
2. Perengkahan fasa campuran
3. Perengkahan fasa uap
4. Perengkahan Nafta
1. Proses Pemecahan Viskositas (Visbreaking)
126
Page 127
Visbreaking merupakan proses perengkahan termis yang
sekaligus untuk menurunkan viskositas jarak didih dan titik
tuang dari pada umpan residu berat (heavy straight run residu).
Proses ini dapat juga memakai distilat ringan sebagai umpan.
Yield gasoline yang diproduksi dipengaruhi sekali oleh
gravity umpan, jumlah dan karakteristik fuel oil yang dapat
dipisahkan serta gravity dan FBP produk gasoline. Kondisi
operasi untuk pengolahan reduced crude sebagai umpan adalah pada
suhu 925 – 975 oF dan tekanan 50 – 100 psig pada furnace. Suhu
keluar kolom reaktor (reaction chamber) adalah 830 – 850 oF dengan
menginjeksikan LGO (light gas oil). Secara garis besar Proses
Visbreaking tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.1.
2. Perengkahan Fasa Campuran
Perengkahahn ini merupakan proses dekomposisi termis
secara terus-menerus untuk merubah produk-produk berat
menjadi komponen-komponen yang mempunyai titik didih seperti
gasolin. Secara umum proses perengkahan fasa campuran disebut
juga fasa cairan menggunakan pemanasan cepat terhadap
umpannya (kerosin, gas oil, reduced crude atau semua jenis
minyak mentah), dimana setelah itu dimasukkan ke dalam
digester atau ruang reaksi, dan selanjutnya dimasukkan ke
dalam menara pemisah uap, dimana uapnya didinginkan. Proses
perengkahan ini dapat dilihat pada Gambar 8.2.
Reaction ChamberFractionator Gasoline Flash Chamber
127
Page 128
Umpan LGO HGO
Heater
LGO
Ter
Vacuum Fractionator
Gambar 8.1 Diagram Alir Proses Vibreaking
Gas dan Reaction Chamber Flash ChamberGasoline
ke Stabilizer Heater
Umpan
Fractionator
Recycle
Residu
Gambar 8.2 Diagram Alir Proses Perengkahan Fasa Campuran
128
Page 129
Tekanan operasi pada perengkahan fasa campuran
biasanya diset pada 350 psig atau lebih besar untuk menjaga
kehomogenan fasa dan dengan demikian dapat mengurangi
pembentukan kokas didalam Tube Heater. Suhu operasi adalah 750 –
900 oF tergantung pda keadaan umpan masuk.
3. Proses Perengkahan Fasa Uap
Pada awalnya proses perengkahan fasa uap diinstalasi
untuk memproduksi gasolin, tetapi akhir-akhir ini sudah
ditinggalkan dengan pertimbangan faktor ekonomis. Karbon
padat seperti kokas sering menumpuk dalam tube heater sehingga
menyebabkan kegagalan pada proses fasa uap. Pada proses ini
diperlukan reaktor yang relatif lebih besar dibandingkan
dengan reaktor pada perengkahan fasa campuran.
Perengkahan fasa uap seperti yang terlihat pada Gambar
8.3, proses konversi termis berlangsung pada suhu tinggi
sekitar 1000 - 1100 oF dan pada tekanan rendah (< 50 psig)
dengan waktu reaksi perengkahan yang singkat sekitar 1 detik.
Pada kondisi tersebut reaksi dehidrogenasi meningkat dengan
menghasilkan olefin dan aromatik yang lebih banyak sebagai
bahan baku industri-industri petrokimia. Umpan yang dapat
direngkah bervariasi mulai dari gas-gas hidrokarbon sampai ke
gas oil.
4. Perengkahan Termis Nafta
Pada proses konversi termis ini dipilih fraksi
nafta dengan bilangan oktan rendah untuk ditingkatkan melalui
dekomposisi termis menjadi bahan bakar yang memiliki kualitas
tinggi. Proses ini dirancang untuk memperbaiki kualitas umpan
129
Page 130
yang berasal dari minyak berat dari Catalytic Nafta dan juga
minyak-minyak yang tidak terengkah dari menara fraksionasi
minyak mentah. Proses perengkahan termis dari Catalytic Naphta
ini dapat memisahkan naftalen dan parafin sehingga
menghasilkan aromatik berat melalui reaksi kondensasi dan
menghasilkan juga sejumlah besar olefin.
8.2 Perengkahan Katalis
Perengkahan katalis adalah suatu proses pengilangan
minyak yang merubah hidrokarbon bukan gasolin yang mempunyai
titik didih tinggi menjadi komponen-komponen gasolin yang
mempunyai titik didih rendah. Katalis yang digunakan dapat
berupa katalis buatan atau yang aktif secara alami, utamanya
mengandung silika atau magnesia silika dalam bentuk butir,
pelet atau mikro sperikal yang halus seperti bubuk. Katalis
dapat ditempatkan pada unggun tetap (fixed bed), unggun bergerak
(moving bed) atau unggun terfluidisasi (fluidized bed). Untuk
komposisi katalis yang sejenis dan kondisi perengkahan yang
sama, maka katalis alam menghasilkan gasoline yang mempunyai
kualitas anti ketukan rendah yang lebih banyak dibandingkan
dengan katalis buatan.
Gas Heater
Gas Flash Drum Gas dan
GasolinekeStabilisator
130
Page 131
Umpan
Heater Super HeaterMinyak
Berat
RecycleFractionator ReactionChamber
Gambar 8.3 Diagram Alir Proses Perengkahan Fasa Uap
Umpan minyak dapat bervariasi dari naphta cut dan gas
oil termasuk umpan berat dalam keadaan normal yang akan
diperbaiki kualitasnya sampai ke reduced crude dari berbagai
jenis minyak seperti parafin, naftalen dan aromatik. Namun
pada tahun 1970-an terdapat kecenderungan untuk dapat
memanfaatkan residu minyak berat yang mengandung sulfur dan
logam tinggi yang selama ini tidak dilakukan dengan
menggunakan katalis zeolit aktif melalui perbaikan teknik
fluidisasi. Biasanya umpan tersebut disiapkan terlebih dahulu
untuk memisahkan garam-garam dan aspal berat dengan beberapa
cara seperti proses kokas, propane deasphalting, ekstraksi
furfural, distilasi hampa, visbreaking, perengkahan termis,
hidrodesulfurisasi.
Variabel-variabel utama dalam proses perengkahan
katalis adalah suhu, tekanan, nisbah katalis-minyak (rasio
antara berat katalis masuk reaktor per jam dengan berat
minyak yang diumpankan per jam), dan space velocity (yaitu berat
131
Page 132
atau volume minyak yang diumpankan per jam per berat atau
volume katalis dalam zone reaksi).
Kenaikan konversi reaksi dapat dicapai dengan cara :
1. Suhu tinggi
2. Tekanan tinggi
3. Space velocity rendah
4. Nisbah katalis-minyak tinggi
8.2.1 Mekanisme Reaksi Perengkahan Katalis
Reaksi pada proses perengkahan katalis diperkirakan
berlangsung dipermukaan katalis dengan pertimbangan sebagai
berikut :
1. Parafin direngkah secara istimewa pada ikatannya dimana
pecahan-pecahan yang diproduksi mengandung 3 atau 4 atom
karbon. Normal parafin cenderung direngkah pada ikatan
gamma C-C atau tetap dekat pusat molekul yang menghasilkan
metana dan gas-gas dengan 2 atom karbon atau lebih kecil.
Rantai panjang cenderung direngkah serentak pada beberapa
tempat.
2. Naftena juga cenderung menghasilkan pecahan-pecahan yang
terdiri dari 3 atau 4 atom karbon dan pecah baik
pada cincin maupun pada rantai, khusus apabila rantai
mengandung lebih dari 3 atom karbon.
3. Pada aromatik yang disubstitusi, ikatan pada cincin secara
selektif diserang, tinggal cincin aromatik yang kosong.
Reaksi seperti ini diperluas jika gugus yang disubstitusi
tersebut mengandung lebih dari 3 atom karbon.
4. Olefin bereaksi seperti parafin, terbentuk reaksi sekunder
dan reaksi samping. Reaksi perengkahan ini sangat cepat
132
Page 133
sekitar 1000 kali lebih cepat dari perengkahan termis,
jika naftene direngkah pada suhu 500 oC.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
mekanisme reaksi secara keseluruhan sedikitnya mempunjyai 4
tipe reaksi yaitu :
1. Dekomposisi termis
2. Reaksi katalis primer yang berlangsung pada permukaan
katalis
3. Reaksi katalis sekunder berlangsung di antara produk-
produknya
4. Pemisahan produk hasil polimerisasi dari reaksi
terdahulu seperti kokas dengan cara penyerapan pada
permukaan katalis (adsorpsi).
8.2.2 Macam-Macam Proses Perengkahan Katalis
Berdasarkan cara penanganan katalis maka proses
perengkahan katalis terdiri dari :
1. Unggun tetap (fixed bed) terdiri dari :
Proses Houdry dan Cycloversion Catalytic Cracking
2. Unggun bergerak (moving bed) terdiri dari :
a. Proses Airlift Thermofor Catalytic Cracking (TCC)
b. Proses Houdryflow Catalytic Cracking
c. Proses Houdresid catalytic Cracking
3. Unggun terfluidisasi (fludized bed) terdiri dari :
Proses Fluidized catalytic Cracking
4. Proses Sekali Jalan (Once Through), terdiri dari satu
proses yaitu Suspensoid Catalytic Cracking.
8.2.3 Katalis Perengkahan
133
Page 134
Perbedaan prinsip di antara proses-proses
perengkahan katalis adalah metoda penanganan katalis daripada
pemilihan katalis.
Metoda penanganan dan pemilihan katalis akan menentukan
karakteristik katalis apakah dipakai untuk proses unggun
terfluidisasi, proses unggun bergerak atau proses unggun
mantap.
Untuk proses unggun terfluidisasi maka katalisnya
berbentuk bubuk halus dengan ukuran 5 - 100 mesh yang stabil
pada suhu 875 - 975oF dan tekanan 8 - 10 psig. Nisbah volume
katalis / minyak bervariasi untuk berbagai macam proses,
adalah 5/1 sampai 30/1. Namun untuk proses yang umum
beroperasi pada rasio 10/1. Untuk proses unggun bergerak
digunakan katalis berbentuk butir dengan ukuran 1/8 inci
dengan rasio volume katalis / minyak 4/1, sedangkan untuk
proses unggun mantap dipakai katalis berbentuk pelet.
Semua katalis perengkahan yang komersil memakai
pembungkus katalis (insulator catalyst) yang memiliki sifat-sifat
asam protonik yang kuat. Mereka berfungsi sebagai katalis
dengan cara merubah mekanisme proses perengkahan melalui
suatu mekanisme alternatif yang meliputi :
1. Chemisorpsi dengan donor proton pada harga Kp yang tinggi
2. Desorpsi yang dihasilkan dalam perengkahan minyak dan
secara teoritis akan memulihkan kembali aktifitas katalis.
Semua katalis perengkahan diracuni oleh proton
yang berasal dari logam vanadium. Dasar ini diaplikasikan
pada katalis perengkahan apakah menggunakan katalis alam atau
katalis buatan. Katalis alam dipakai kadang-kadang dicampur
dengan katalis buatan, karena katalis buatan proses
134
Page 135
regenerasinya terlalu cepat sehingga akan menutupi pori-
porinya dan menangkap deposit karbon di dalamnya. Setelah
proses perengkahan berlangsung maka katalis lama-kelamaan
akan kehilangan aktifitasnya karena diselimuti oleh sulfur.
Oleh karena itu diperlukan proses pengolahan lebih lanjut di
dalam generator bagi katalis tersebut untuk dapat digunakan
kembali. Tabel 8.1 memperlihatkan katalis perengkahan yang
umum dipakai dan faktor-faktor kinerjanya.
1. Perengkahan Katalis Unggun Terfluidisasi
Pada proses sistem unggun terfluidisasi (fluidized bed),
katalis berbentuk bubuk halus diangkat ke dalam zone reaksi
oleh minyak yang masuk dan menguap pelan-pelan karena kontak
dengan katalis yang panas. Setelah reaksi berlangsung
sempurna, katalis diangkat ke dalam zona regenerasi oleh
udara, dan atau steam. Pada zona-zona reaksi generasi katalis
dijaga dalam keadaan tersuspensi dengan mengalirkan gas-gas
melalui debu katalis, dan sejumlah kecil katalis dialirkan
dari reaktor ke regenerator dan sebaliknya.
Produk yang dihasilkan dari perengkahan ini adalah
gasolin, distilat menengah, olefin ringan, isoparafin, kokas,
fuel oil dan gas. Distribusi dan kualitas produk merupakan
fungsi dari komposisi minyak yang masuk dan jarak titik
didihnya, jumlah daur-ulang, tipe katalis, aktifitas katalis,
tingkatan konversi, dan sebagainya. Kondisi normal dalam
reaktor adalah pda 880 – 980 oF, tekanan 10 – 16 psig, space
velocity 1,0 – 3,0 dan rasio katalis-minyak adalah 8,0 – 12,0
berbanding 1,0. Suhu dan tekanan regenerasi adalah 1050 –
135
Page 136
1100 oF dan 8 – 10 psig. Umpan untuk FCC ini adalah
campuran gas oil dan reduced crude atau long residu.
Tabel 8.1 Faktor Kinerja Katalis Perengkahan
Katalis KinerjaHasil yang diperoleh
pada Perengkahan 900 oF
RasioCO2/COdalamFlueGas
% VolGasoli
n
Kokas ONGasoli
nBuatan :SilikaAlumina SilikaMagnesia
Alam : TanahBentonit Tanah Kaolin
Menghasilkan gasolin ON >>>Menghasilkan gasolin lebihbanyak
Stabilitas tinggi
Sama dengan silika alumina,kecuali stabilitas tinggi
43
49
46,5
---
4,2
4,1
4,4
---
95,8
92,8
94,7
---
1,0 –1,2
1,6 –2,0
1,7 –2,2
---
a. FCCU Model IV
Proses ini dilisensi oleh ESSO Research And
Engineering Co sebagai modifikasi dari proses sebelumnya.
Katalis ditransfer di antara reaktor dan generator dalam
saluran berbentuk U dengan bantuan udara dan steam. Unit
komersil model IV ini pertama dipasang pada kilang Pan-AM
Southern Co pada tahun 1952. Model IV dirancang dengan
elevasi rendah, sedangkan model III yang dirancang pda tahun
1947 dengan tekanan berimbang. Model II pada tahun 1944
136
Page 137
dirancang dengan aliran ke bawah (downflow), dan model I
dirancang dengan aliran ke atas (upflow) pada tahun 1941.
b. Proses Orthoflow
Proses ini dilisensi oleh M.W. Kellogg Co, dirancang
menggunakan satu vessel (reactor-regenerator) yang memberi
kemungkinan aliran katalis lurus sehingga mengurangi erosi
karena aliran dalam pipa bengkok. Proses orthoflow yang
komersil dirancang dalam tiga tipe ; Model A dan C dengan
regenerator di bawah reactor, dan model B dengan regenerator
di atas reaktor. Pada semua tipe seksi stripping katalis
terletak antara reaktor dan generator. Kondisi operasi pada
umumnya adalah sebagai berikut : pada reaktor 885 – 950 oF,
8 – 20 psig dan pada regenerator 1050 – 1200 oF, 15 – 30
psig. Ratio katalis–minyak adalah 6 – 20 berbanding 1.
Kecepatan aliran (space velocity) (1 – 16) : 1,0.
c. Proses UOP
Proses ini dilisensi oleh Universal Oil Product
Co, dirancang dengan satu vessel dimana reaktor berada di
atas regenerator. Keistimewaan proses ini adalah:
Menghapuskan tempat udara naik (air-riser) dengan adanya
expansion joint
Menghapuskan penopang baja struktur terhadap vessel
Mengurangi ukuran saluran udara dalam regenerator karena
memakai tekanan operasi 15 – 18 psig.
Unit pertama dipasang pada kilang Aurora Gasoline Co di Detroit
pada tahun 1947.
137
Page 138
d. Proses Shell 2 Tingkat
Proses dua tingkat ini ditemukan oleh Shell
Development Co untuk memperbesar distribusi produk. Mula-mula
umpan dikontakkan dengan katalis pada reaktor tingkat
pertama, dimana fluidisasi katalis dan uap mengalir
berlawanan arah. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada
Gambar 8.4.
1st Stage Fractionator Produk Ringan
Tk. 1
1st Stage Tk. 2 Reactor
Distilat
Flue Stripper Gas
Steam Udara UmpanRegenerator 2nd Stage 2nd Stage Reactor Fractionator
138
Page 139
Gambar 8.4 Diagram Air Proses Shell 2 Tingkat
2. Proses Perengkahan Katalis Unggun Bergerak
Pada proses-proses unggun bergerak, katalis mengalir
pada zona minyak sehingga terjadi reaksi, dan kemudian terus
ke zona regenerasi dimana udara secara terus-menerus membakar
kokas yang menempel pada katalis. Katalis dalam bentuk butir
ataupun pelet diangkat oleh udara ke posisi yang lebih tinggi
lalu mengalir ke bawah secara gravitasi melalui zona-zona
reaksi dan regenerasi.
a. Proses Airlift Thermofor
Proses ini dilisensi oleh Mobil Oil Co, merupakan
proses kontinyu unggun bergerak dari reaktor ke regenerator
untuk konversi gas oil berat menjadi gas oil ringan
berkualitas tinggi dan distilat sedang untuk fuel oil. Kondisi
operasi pada reaktor yaitu suhu sekitar 840 – 920 oF, tekanan
10 – 15 psig, space velocity 1,0 – 2,5 v/hr/v, rasio katalis
minyak 3,0 – 6,0 berbanding 1. Unit Airlift Thermofor yang
sekarang ini merupakan penyederhanaan dari unit TCC yang
pertama diperkenalkan pada tahun 1943. Instalasi komersil
pertama proses Airlift Thermofor dibangun pada kilang Mobil Oil
pada tahun 1950.
b. Proses Houdresid
Proses ini menggunakan variasi unggun katalis bergerak
yang kontinyu dirancang untuk mendapatkan produk yang banyak
dari gasoline beroktan tinggi dan distilat ringan berasal
dari umpan reduced crude. Proses ini asalnya dilisensi oleh
139
Page 140
Houdry Process and Chemical Co, tetapi tidak lama
dilisensikan. Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar
8.5. Instalasi komersil pertama dipasang pada kilang Sun Oil
Co di Ontario pada tahun 1954.
3. Perengkahan Katalis Unggun Tetap
Pada proses unggun tetap digunakan sejumlah Chamber
yang berisi katalis yang dipasang secara seri yang digunakan
bergantian untuk reaksi dan untuk regenerasi.
a. Proses Houdry
Proses ini adalah proses siklus katalis pada unggun
tetap yang dapat diregenerasi untuk mengubah umpan distilat
menjadi gasolin, distilat-distilat ringan dan berat, kokas,
butan-butilen, dan fuel gas. Kondisi operasi pada reaktor
adalah suhu 840 – 875 oF, tekanan 7 – 30 psig, dan space velocity
1,0 – 2,0 v/hr/v.
Siklus pada proses ini terdiri dari :
On stream 10 menit
Purging 5 menit
Regenerasi 10 menit
Steam purging 5 menit
Pada awalnya proses ini adalah yang pertama dari perengkahan
katalis yang ada sekarang. Instalasi komersil pertama
dipasang pada kilang Socony Vacuum Oil Co (sekarang Mobil Oil
Co) di New Jersey pada tahun 1936. Diagram alir dapat dilihat
pada Gambar 8.6.
Crude Tower RecyleProduk
140
Page 141
KatalisRingan Distilat Menengah
Umpan
Furnace Houdresid Furnace Fuel Oil Reactor Crude Synthesis Tower Gambar 8.5 Diagram Alir Proses Houdresid
b. Proses Suspensoid
Proses ini adalah proses katalis sekali jalan (once
through) non regeneratif, dimana katalis mengalir melalui dapur
perengkahan bersama-sama dengan minyak lalu dipisahkan dari
produk fuel oil dengan filler. Kondisi operasi pada keluaran
dapur adalah 450 psia dan 1050 oF pada kondisi regular,
sedangkan pada kondisi super adalah 250 psi dan 1090 oF.
Instalasi komersil pertama dipasang pada kilang Imperial Oil
Co di Ontario pada tahun 1960, yang diagram alirnya dapat
dilihat pada Gambar 8.7.
Produkke Fraksionator Flue Gas
141
Page 142
Umpan dari Heater Udara
Gambar 8.6 Diagram Alir Proses Perengkahan Katalis Unggun
Tetap
Proses ini dikembangkan dan dilisensi bersama
antara Cities Service Research and Development Co dan
Hydrcarbon Research Inc. Proses ini pada dasarnya merupakan
teknik hidrogenasi katalis. Proses ini digunakan untuk meng-
upgrade minyak mentah berat masam (sour) dan residu menjadi
distilat-distilat berkualitas tinggi (sweet) sehingga
mengurangi produksi gas- oil.
Hopper Katalis Produk Furnace
Fractionator Umpan
Fuel Oil Berat dan
142
Page 143
Katalis ke Filter
Gambar 8.7 Diagram Alir Proses Suspensoid
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas dansingkat!
1. Jelaskan karakteristik katalis yang dipakai pada proses
perengkahan katalis dan uraikanlah masing-masing
keuntungan dan kerugiannya !
2. Apakah perbedaan sirkulasi katalis yang ada pada proses
ortho flow dan yang ada pada proses UOP pada perengkahan
katalis terfluidisasi ?
3. Jelaskan mekanisme proses hydrocraking berdasarkan umpan
yang diolah !
4. Sebutkan macam-macam proses perengkahan yang terdapat di
kilang minyak Pertamina !
5. Sebutkan macam-macam proses coking dan jelaskan
perbedaannya !
143
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 144
Pilihlah salah satu jawaban yang benar menurut anda daribeberapa soal di bawah ini dan berilah tanda silang X !
1. Proses perengkahan yang sekaligus menurunkan viskositas
dan jarak didih serta titik tuang dinamakan :
a. Perengkahan termis d. Vibreaking
b. Perengkahan katalis e. Semua
salah
c. Perengkahan fasa uap
144
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 145
2. Proses perengkahan yang bertujuan untuk memisahkan nafta
dengan bilangan oktan rendah untuk ditingkatkan melalui
dekomposisi termis dinamakan :
a. Perengkahan selektif d. Perengkahan
fasa campuran
b. Perengkahan nafta e. Perengkahan
termis
c. Perengkahan termis nafta
3. Produk yang dihasilkan dari suatu proses perengkahan
katalis dengan menggunakan unggun terfluidisasi adalah :
a. Gasoline d. Gas
oil
b. Kerosene e. Tar
c. Nafta
4. Proses dengan katalis unggun tetap dengan aktifitas yang
tinggi dan dapat diregenarasi adalah merupakan salah satu
keuntungan dari proses:
a. Proses Gulf-HDS d. Proses
Unicracking-JHC
b. Proses Hy-C e. Proses
H-G
c. Proses Katalis unggun terfluidisasi
145
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 146
1. Anonim, Buletin 1982. The Kelogg – Phillips HOCProcess : Greater Yields and Profit From Heavy Oil Cracking. M.W.Kellog Co.
2. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum ProcessingHandbook. Mc-Graw Hill Book Co. New York.
3. Maxwell, J.B., 1980. Data Book on Hydrocarbon : Application toProcess Engineering. The ESSO Series. D.Van Nostrand Company.New York.
4. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. McGraw Hill Book Co. Singapore.
5. Lambrix, J.R., Morris, C.S, and Rosenfeld, H.J., Nopember1979. The Implications of Heavy Oil Cracking. Chem. Eng. Prog.
146
Page 147
PROSES ALKILASI, POLIMERISASI DAN ISOMERISASI
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Mahasiswa memahami mekanisme proses pembuatan komponen dasar
untuk bensin kapal terbang (avgas = aviation gasoline).
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme reaksi alkilasi
dengan katalis berdasarkan persyaratan alkilat yang
dihasilkan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menggambarkan diagram alir
proses-proses alkilasi katalis.
3. Mahasiswa mampu menguraikan mekanisme reaksi alkilasi
termis.
4. Mahasiswa mampu membuat diagram alir proses-proses
alkilasi termis.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme dan menggambarkan
diagram alir tiap-tiap proses polimerisasi katalis.
147
KEGIATAN BELAJAR IX Jurusan
Page 148
6. Mahasiswa mampu menjelaskan peranan katalis dalam proses
polimerisasi katalis, baik yang selektif maupun yang tidak
selektif.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kerja tiap unit yang
ada pada proses polimerisasi termis dengan bantuan diagram
alir.
8. Mahasiswa mampu menguraikan proses-proses isomerisasi dan
menguraikan unit-unitnya melalui diagram alir.
Lembar Informasi IX : Proses Alkilasi, Polimerisasi danIsomerisasi
9.1 P e n d a h u l u a n
Terminologi alkilasi, apabila dipakai dalam
pengertian yang tepat pada kimia organik, akan berhubungan
dengan penambahan suatu gugus radikal alkil ke dalam suatu
molekul. Kebanyakan reaksi-reaksi alkilasi dalam kimia
organik mencakup reaksi antara hidrokarbon olefin dengan
hidrokarbon aromatik. Senyawa olefin-olefin tersebut akan
membentuk gugus alkil di dalam molekul aromatik.
148
KEGIATAN BELAJAR IX Jurusan
Page 149
Di dalam industri minyak bumi sejumlah reaksi-
reaksi alkilasi ini berlangsung secara komersil. Salah satu
operasi dalam skala besar selama perang dunia adalah
pembuatan kumen atau isopropil benzena dengan katalis pada
reaksi antara benzena dan propilena. Produk ini merupakan
komponen blending yang berharga untuk pembuatan bensin pesawat
terbang. Sejumlah reaksi alkilasi yang lain juga dilakukan
lebih banyak untuk membuat produk-produk dalam skala kecil
seperti gasoline inhibitor, aditif minyak pelumas dan deterjen
sintetis. Referensi terhadap alkilasi di dalam industri
minyak bumi secara umum menyinggung tentang proses khusus
dimana isobutana direaksikan dengan olefin-olefin. Produk
reaksi ini adalah suatu campuran yang terutama terdiri dari
isomer oktan yang disebut sebagai Alkilat. Produk alkilat ini
adalah komponen pencampuran (blending) penting yang mempunyai
angka oktan tinggi, yang dipakai dalam pembuatan bensin
pesawat terbang. Tanpa menggunakan proses ini, maka pembuatan
avgas dalam skala besar selama Perang Dunia II sangat sulit
dilakukan. Jadi tugas unit alkilasi adalah memproduksi
alkilat, yang dipakai sebagai komponen dasar untuk proses
pencampuran dalam pembuatan bensin pesawat terbang. Meskipun
demikian alkilasi isobutana dengan olefin secara teoritis
lebih baik daripada polimerisasi, dalam arti mendaya-gunakan
gas-gas hasil perengkahan, karena alkilasi hanya mengkonsumsi
satu molekul olefin yang berharga untuk memproduksi suatu
molekul gasoline. Butilena adalah olefin yang lebih disukai,
tetapi isobutilena dan propilena lebih baik karena dapat
bereaksi semuanya membentuk alkilat dari isobutana yang
tersedia dalam kilang. Proses ini kadang-kadang dilengkapi
149
Page 150
dengan polimerisasi pada suhu rendah dan space velocity yang
tinggi untuk mengkonsumsi lebih banyak propilena dan
isobutilena. Hal ini juga akan menyebabkan isomerisasi
butena-1 menjadi butena-2..
Secara kimia reaksi alkilasi dapat dilakukan,
baik secara termis maupun dengan bantuan katalis. Reaksi
termis memerlukan tekanan yang sangat tinggi (sekitar 200 –
300 kg/cm2) dan suhu relatif tinggi untuk konversi kebutuhan
komersil. Proses alkilasi termis yang komersil telah dibangun
oleh Phillips Petroleum Co. Proses alkilasi termis ini tidak
diterima secara luas oleh industri minyak bumi karena :
● etilena adalah olefin yang paling sedikit tersedia dan
● prosesnya memerlukan tekanan yang lebih tinggi,
karena alasan tersebut proses alkilasi termis sudah
ditinggalkan atau jarang dilakukan di dalam industri minyak
bumi modern.
Sebaliknya alkilasi katalis menawarkan kemungkinan-
kemungkinan pelaksanaan reaksi pada kondisi sedang dan dengan
variasi olefin yang luas dibandingkan dengan alkilasi termis.
Suhu reaksi berkisar antara 30 – 105 oF dan tekanan 1 atm -
150 psig. Katalis yang banyak digunakan secara komersil untuk
proses alkilasi ini adalah aluminium khlorida (AlCl3), asam
sulfat (H2SO4) dan asam flluorida (HF). Keunggulan proses
dengan katalis HF dibandingkan dengan katalis-katalis yang
lain adalah karena asam bekas dapat diregenerasi secara
ekonomis dan suhu reaksi dapat lebih tinggi dari pada proses
asam sulfat.
9.2 Alkilasi Katalis
150
Page 151
Proses alkilasi katalis asam sulfat telah dimulai
di Amerika Serikat pada tahun 1938 oleh Shell Oil Company.
Proses alkilasi asam fluorida diperkenalkan oleh Phillips
Petroleum Company pada tahun 1942, sedangkan proses alkilasi
aluminium khlorida dioperasikan oleh Phillip selama Perang
Dunia.
9.2.1 Alkilasi Asam Sulfat
Pada proses alkilasi asam sulfat, komponen
gasolin dengan angka oktan tinggi dibuat melalui reaksi
isobutana dengan olefin. Butilena merupakan senyawa yang
paling umum dipakai, karena produk yang dihasilkan mempunyai
kualitas tinggi dan dapat diperoleh hanya dengan sedikit asam
sulfat dibandingkan dengan olefin lainnya, jika diproses pada
kondisi operasi yang sama.
Di dalam industri minyak bumi, umpan isobutana
dan butilena sebagian besar berasal dari hasil perengkahan
berkatalis. Isobutana sebagian kecil juga terdapat dalam
minyak mentah bersama-sama dengan normal butana.
Reaksi yang terjadi pada alkilasi dengan asam sulfat sebagai
katalis adalah :
CH3 CH3
CH3 CH3 │ │ H2SO4
│ │ H3C─CH─CH3 + H2C═C─CH3 ────→ H3C─C─CH2─CH─CH3
│ CH3
Isobutana Isobutilena2,2,4 Trimetil Pentana
151
Page 152
Umpan butana-butilena (BB) yang berasal dari berbagai operasi
perengkahan adalah suatu campuran isobutilena, butilena-1,
butilena-2, isobutana dan normal butana dengan sedikit
butadiena. Semua olefin-olefin ini masuk ke dalam reaksi akan
menghasilkan alkilat. Alkilat tersebut esensinya merupakan
campuran 2,2,4 trimetil pentana ; 2,2,3 trimetil pentana
dan 2,3,4 trimetil pentana.
Diagram alir sederhana proses alkilasi asam sulfat dapat
dilihat pada Gambar 9.1.
ReactorC3 C4 Alkilat Refrigerasi Soda Umpan BB Pencuci
Chiller Asam Bekas Acid Separator Asam Segar Recycle Isobutana Alkilat
Soda Bekas Deisopropanizer Berat Deiso Butanizer Debutanizer Rerun CoulumGambar 9.1 Diagram Alir Proses Alkilasi Asam Sulfat
Secara garis besar unit alkilasi tersebut terdiri dari 3
bagian, yaitu :
152
Page 153
1. Bagian Reaktor dan Treating
2. Bagian Pendinginan
3. Bagian Fraksionasi
Umpan masuk reaktor adalah fraksi isobutana yang
konsentrasinya tinggi dengan kemurnian 85 – 90 % (berat), dan
stok olefin yang biasanya campuran fraksi BB dari berbagai
hasil operasi perengkahan dan reforming. Kedua jenis umpan
tersebut bila diperlukan dipanaskan dengan larutan soda untuk
memisahkan H2S dan merkaptan yang terdapat dalam umpan. Kadar
soda dalam larutan dicuci. Pencucian soda (soda settler)
dijaga 5 – 6 oBe atau 2 % NaOH. Untuk menekan terjadinya
reaksi samping, terutama reaksi polimerisasi, maka dipakai
umpan isobutana dalam jumlah yang besar, sekitar 4 – 5 kali
jumlah olefin. Di dalam reaktor terjadi daur-ulang antara
isobutana dan asam sulfat jenuh dengan isobutana yang akan
menaikkan nisbah isobutana/olefin di dalam reaktor menjadi
400 – 500.
Jika menggunakan asam sulfat sebagai katalis, maka reaksi
harus terjadi pada suhu rendah untuk menekan reaksi
berkelanjutan atau polimerisasi. Suhu reaktor biasanya dijaga
sekitar 7 oC atau 45 oF, dimana suhu operasi beragam antara 0
– 20 oC atau 32 – 68 oF. Operasi pada suhu di bawah 0 oC tidak
menarik karena dapat menaikkan viskositas emulsi campuran
asam/hidrokarbon dan memberi kemungkinan terjadinya pembekuan
asam sehingga menyulitkan dalam operasinya. Sebaliknya suhu
di atas 20 oC juga tidak menarik karena sangat cenderung
mempercepat reaksi polimerisasi yang akan menyebabkan
kenaikan konsumsi asam dan menurunkan yield alkilat. Tekanan
operasi tidak begitu berpengaruh terhadap efisiensi alkilasi.
153
Page 154
Tekanan sistem harus tinggi untuk menjaga hidrokarbon berada
dalam fasa cairan dan perbedaan hidraulik cukup untuk
mengatur fluida mengalir dalam sistem reaktor. Untuk maksud
tersebut biasanya reaktor beroperasi pada tekanan sekitar 7
kg/cm2.
Katalis asam sulfat dengan konsentrasi 98 %
(berat) dimasukkan secara terus menerus atau dengan cara
injeksi asam dari belakang. Nisbah asam dan hidrokarbon di
dalam reaktor adalah 1 : 1. Penambahan asam segar ke dalam
reaktor dilakukan apabila konsentrasinya kurang dari 88 %
(berat). Kualitas alkilat, yield alkilat dan umur katalis asam
merupakan fungsi daripada komposisi umpan masuk dan kondisi
operasi dalam reaktor.
Tabel 9.1 memperlihatkan beberapa data yield yang diperoleh
apabila alkilasi isobutana dilaksanakan dengan berbagai
olefin yang berbeda. Yield tersebut secara luas dipengaruhi
oleh kondisi operasi, tetapi mudah terlihat bahwa perbedaan
yang sangat besar dalam yield alkilat terjadi karena
menggunakan umpan olefin yang berbeda. Umur katalis
dipertimbangkan dipengaruhi oleh umpan olefin. Berbagai umur
katalis yang dapat diharapkan terlihat pada Tabel 9.1.
Pengaruh umpan olefin terhadap kualitas alkilat dapat dilihat
pada Tabel 9.2. Harga-harga hanya diberikan untuk propilena,
butilena dan amilena saja, karena produk yang diperoleh dari
alkilasi polimer butilena adalah sama dengan yang diperoleh
langsung dari butilena.
Tabel 9.1 Umur Katalis untuk Berbagai Umpan Olefin
O l e f i nUmur Asam (bbl alkilat/bbl asam)Tinggi Rendah Rata-Rata
154
Page 155
B u t i l e n aA m i l e n a P r o p i l e n aPolimer ButilenselektifPolimer Butilen takselektif
30 16 9 22 15
10 5 5 10 1,5
18 9 7 16 6
Tabel 9.2 Kualitas Berbagai Alkilat
UmpanOlefin
Kinerja Alkilat F-3 Kinerja Alkilat F-4Rendah
Tinggi
Tipikal
Rendah
Tinggi
Tipikal
PropilenaButilenaAmilena
110,5115,8113,3
120,2128,8122,2
113,3122,2118,5
128,8136,3132,9
142,8158,4145,1
135,2146,6138,4
Proses lain yang juga merupakan modifikasi proses
alkilasi asam sulfat adalah alkilasi keluaran refrigerasi
(Effluent Refrigeration Alkylation) dimana dijaga nisbah umpan yang
tinggi antara isobutana dan olefin-olefin seperti
propilena, butilena dan amilena untuk mendapatkan alkilat
yang lebih banyak untuk digunakan sebagai komponen avgas dan
bahan bakar motor. Proses ini dikembangkan oleh Stratford
Engineering Corp. Keluaran reaktor dipakai sebagai refrigeran
untuk mengendalikan suhu reaktor (45 – 50 oF) dan pada waktu
yang sama memisahkan isobutana sebagai daur ulang.
9.2.2 Alkilasi Asam Fluorida
Alkilasi menggunakan asam fluorida sebagai
katalis telah dijumpai dalam 2 kelompok operasi pengilangan
minyak.
155
Page 156
Pemakaian pertama adalah dalam pembuatan komponen dasar untuk
deterjen sintetis. Komponen ini diperoleh dari alkilasi
benzena dengan olefin yang sesuai, seperti propilena
tetramer, olefin yang diturunkan dari perengkahan lilin, dan
lain-lain. Alkilasi ini banyak dijumpai dalam bidang
petrokimia.
Pemakaian kedua adalah dalam pembuatan komponen blending untuk
avgas yang berkualitas tinggi melalui alkilasi isobutana
dengan propilena, butilena dan pentilena (amilena).
Proses alkilasi asam fluorida untuk pembuatan
komponen dasar avgas ini telah dikembangkan oleh Phillips
Petroleum Company dan oleh UOP Company. Operasi proses ini
sangat sama dengan proses alkilasi asam sulfat. Perbedaannya
yang sangat penting adalah terletak pada pengolahan asam
bekas yang siap dan terus menerus dapat diregenerasi sehingga
konsumsi asam fluorida sangat sedikit. Regenerasi asam bekas
ini dipengaruhi oleh cara distilasi yang sederhana, dimana
asam dapat dipisahkan dari campuran azeotrop H2O-HF dan
polimer yang terbentuk dalam proses alkilasi. Titik didih HF
pada tekanan 1 atm adalah 19,4 oC dan berat jenisnya 0,988.
Tanpa proses regenerasi, baik air maupun polimer akan
terakumulasi di dalam asam dan akan berpengaruh buruk
terhadap yield dan kualitas produk. Asam yang sudah
diregenerasi didaur ulang ke dalam reaktor.
Pada alkilasi isobutana dengan butilena, proses
alkilasi HF memproduksi suatu alkilat yang mengandung 2,2,4
trimetil pentana yang prosentasenya lebih besar daripada
proses alkilasi asam sulfat.
156
Page 157
Angka oktan alkilat yang dihasilkan sangat tergatung pada
jenis olefin sebagai berikut :
i-C4H10 + i-C4H8 ───→ Iso oktana (ON =
92 – 94)
i-C4H10 + i-C5H10 ───→ Iso nonana (ON = 90
– 92)
i-C4H10 + i-C3H6 ───→ Iso heptana (ON =
89 – 91)
9.2.3 Alkilasi Asam Posfat
Alkilasi menggunakan katalis asam posfat
dimaksudkan untuk memproduksi isopropil benzena atau kumen
dengan mereaksikan propilena dengan benzena. Katalis asam
posfat berbentuk padatan dapat mengandung campuran kieselguhr,
tepung, magnesia, alumina, seng khlorida, seng oksida dan
lain-lain yang dikalsinasi pada suhu 180 – 250 oC. Nisbah
benzena dan propilena dijaga pada 6/1 atau lebih besar, dan
yield yang diperoleh sekitar 96 % (v) kumen dan 4 % (v) adalah
alkilat aromatik berat.
9.3 Alkilasi Termis
Alkilasi termis adalah alkilasi yang mengolah
etilena yang diikuti oleh propilena, butena dan isobutilena
dengan bantuan panas. Kondisi operasi proses ini tinggi, suhu
sekitar 950 oF dan tekanan sekitar 3000 – 5000 psia. Umpan
olefin yang diperkaya seperti tersebut di atas dapat
diproduksi dari proses dekomposisi hidrokarbon yang
beroperasi pada suhu 1200 – 1425 oF dan tekanan 1 atm.
Kondisi demikian sangat memungkinkan untuk pembentukan
157
Page 158
etilena. Etilena diserap di dalam isobutana untuk dimasukkan
ke unit alkilasi. Dapur alkilasi mengolah aliran daur ulang
isobutana dan cairan yang terdiri dari campuran etilena dan
isobutana yang dimasukkan ke dalam dapur melalui zona
perendaman. Sedikit ter atau material yang mempunyai titik
didih di atas gasolin dapat dihasilkan karena konsentrasi
etilennya rendah dalam zona reaksi. Diperlukan waktu 2 – 7
detik untuk mencapai suhu 950 oF, tergantung pada jumlah
hidrokarbon yang diolah dan jumlah isobutilena yang didaur
ulang. Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 9.2.
Alkilasi khusus untuk membuat neoheksana telah
dikembangkan oleh Phillips petrleum Co. Alkilasi ini menggunakan
etilena dan isobutana sebagai reaktan untuk membuat
neoheksana. Namun proses ini sudah tidak dipakai lagi
semenjak Perang Dunia II. Proses ini tidak terbatas hanya
untuk membuat neoheksana saja.
Campuran etana dan propana direngkah pada suhu
sekitar 1400 oF dan tekanan 6 – 8 psig untuk pembentukan
propilena yang optimum. Gas-gas yang terbentuk dibebaskan
dari material yang lebih besar dari C2 melalui scrubber, lalu
diikuti dengan kompresi dan pendinginan. Etilena kemudian
diserap oleh cairan isobutana pada suhu -30 oF, sedangkan gas
hidrogen dan metana dipisahkan dari sistem. Campuran etilena
dan isobutana dikompresi sampai menjadi 4000 – 5000 psig
dan ditambahkan isobutana pada dapur alkilasi melalui preheater
pada suhu 950 oF. Nisbah isobutana dan etilena dijaga pada
9/1 atau lebih pada zona reaksi. Yield dikirim ke menara
depropanizer berupa cairan pada bagian bawah yang menghabiskan
70 % (berat) etana, propana dan isobutana yang mengandung
158
Page 159
kira-kira 30 – 40 % neoheksana. Neoheksana dikarakterisasi
sebagai bahan campuran avgas dengan sifat-sifat yang sempurna
dan sangat mudah menerima TEL. Senyawa ini mempunyai RVP 9,5
psi ; titik didih 121 oF dan angka oktan 95.
H2 & CH4
Umpan i C4 Segar i C4
Gas + Etileni C4 & C2H4 CompressorGasoline
Etana/PropanaPompa Campuran Umpan etana propana butana
Recycle i C4
Dapur AlkilasiGasoline
NeoheksanaGambar 9.2 Diagram Alir Alkilasi Termis
9.4 Proses Polimerisasi
9.4.1 Polimerisasi Termis
Meskipun tidak seefektif polimerisasi katalis,
polimerisasi termis telah banyak dipakai pada beberapa kilang
159
Page 160
minyak dan secara khusus dapat memberdayakan gas-gas jenuh
yang tak dapat dipolimerisasi langsung dengan katalis. Proses
polimerisasi termis terdiri dari perengkahan fasa uap senyawa
propana dan butana diikuti dengan memperpanjang waktu reaksi
polimerisasi pada suhu 950 – 1100 oF, selanjutnya diikuti
dengan reaksi-reaksi dekomposisi, depolimerisasi dan
sebagainya. Reaksi perengkahan mula-mula sangat endotermis,
tetapi reaksi pada zona polimerisasi adalah eksotermis.
Propana sangat jarang dipakai sebagai umpan
karena harus dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi meskipun
gas ini biasa terikut dalam aliran daur ulang. Data kecepatan
reaksi sangat langka, tetapi dapat dihitung berdasarkan
Persamaan 20-12 Nelson sebagai berikut :
K2 1 x ---- = ---------------- P t P a (1– x)
Dimana :K2 = tetapan kecepatan reaksi t = waktu, menit P = tekanan, psix = fraksi olefin yang bereaksi selama waktu t menita = fraksi olefin yang terkandung dalam umpan
Polimerisasi termis mengubah C4 dan gas-gas kilang yang lebih
ringan menjadi produk-produk cair hasil kondensasi. Proses
ini dapat dipakai terutama untuk mengolah bensin alam (natural
gasoline) yang mengandung propena dan butena yang berlimpah
ruah. Olefin-olefin tersebut diperoleh dengan cara
dekomposisi termis dan polimerisasi dengan panas dan
bertekanan. Umpan cair dengan tekanan 1200 – 2000 psig
160
Page 161
dipompakan ke dalam dapur dan dipanaskan menjadi 975 – 1100oF. Keluaran dari dapur didinginkan dan distabilisasi,
polimer gasolin dipisahkan dengan cara fraksionasi. Gas yang
keluar dari stabilizer dikembalikan ke pemisah uap untuk
dipisahkan C3 dan C4 sebagai daur ulang. Diagram alir proses
ini secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 9.3.
Recycle GasPoligasoline Ringan Poligasoline Berat
UmpanOlefinFractionator
Dapur Polimerisasi Quench Stabilizer Polimer Berat
Gambar 9.3 Diagram Alir Proses Polimerisasi Termis Proses
Kellog
Umpan olefin sebelum masuk ke dapur polimerisasi
biasanya dipersiapkan lebih dahulu melalui pemurnian (feed
preparation). Hal ini dilakukan mengingat gas-gas tersebut
mungkin mengandung sulfur atau asam sulfida, mempunyai
tekanan rendah, konsentrasinya kurang atau tidak stabil.
161
Page 162
9.4.2 Polimerisasi Katalis
Polimerisasi ini adalah proses sinambung dimana
gas-gas olefin dikonversi dengan katalis menjadi produk-
produk cair hasil kondensasi. Proses polmerisasi katalis
dapat dibagi menjadi :
1 Polimerisasi tak selektif.
2. Polimerisasi selektif.
Polimerisasi tak Selektif adalah polimerisasi campuran
propilena-propilena dan butilena-butilena, sedangkan
polimerisasi antara propilena-propilena saja atau antara
butilena-butilena saja disebut Polimerisasi Selektif.
Gasolin yang dihasilkan sebagai hasil reaksi adalah 2,2,4
trimetil pentana atau kodimer yang mempunyai angka oktan
tinggi. Kodimer bila dihidrogenasi dapat menjadi isooktan.
Katalis yang digunakan pada polimerisasi katalis
adalah asam sulfat dan asam posfat dalam berbagai bentuk.
Demikian juga silika alumina, aluminium khlorida, boron
trifluorida dan bauksit aktif telah banyak digunakan sebagai
katalis polimerisasi.
Polimerisasi tak Selektif
Polimerisasi tak selektif adalah suatu proses
polimerisasi yang terjadi pada suhu dan tekanan tinggi dengan
umpan berupa campuran hidrokarbon C3 dan C4 menggunakan
katalis asam posfat.
Ada tiga modifikasi penggunaan asam posfat sebagai katalis
yang banyak dipakai, adalah :
162
Page 163
1. Kuarsa yang dibasahi dengan larutan asam
2. Pelet yang diresapi asam (asam posfat padat) yang diisikan
di dalam chamber
3. Katalis padat berbentuk pelet yang dimuat dalam tube yang
dikelilingi oleh air pendingin di dalam reaktor.
Reaktor polimerisasi ini dijaga pada suhu 190 – 230 oC
dan tekanan sekitar 500 psia. Sebagai tambahan, tembaga piro
posfat juga digunakan secara luas sebagai katalis
menghasilkan produk yang hampir sama dengan asam posfat
dengan suhu reaksi yang lebih rendah.
1. Polimerisasi UOP
Polimerisasi katalis proses UOP adalah proses
polimerisasi tak selektif menggunakan katalis asam posfat
yang dijenuhkan di dalam kieselguhr dan berbentuk pelet.
Katalis ditempatkan di dalam tube, sedangkan air pendingin
berada di dalam shell. Diagram alir sederhana dari proses UOP
ini dapat dilihat pada Gambar 9.4.
Proses polimerisasi UOP terdiri dari 3 seksi pengolahan yaitu
:
a. Seksi pembersihan/pemurnian umpan.
Pada seksi ini kotoran yang terdapat dalam umpan
dipisahkan dengan larutan soda dan air karena merupakan
racun bagi katalis. Kotoran utama yang harus dipisahkan
adalah senyawa-senyawa nitrogen asam ataupun basa, lalu
senyawa-senyawa belerang dalam bentuk gas/larutan H2S
maupun merkaptan. Senyawa nitrogen yang bersifat asam
(HCN, HOCN dan sebagainya) bila dibiarkan dalam sistem
akan berubah menjadi amoniak dan kemudian amonium posfat
163
Page 164
yang akan merusak daya rangsang katalisator (menurunkan
aktifitas katalis) menurut reaksi berikut :
RCN + 2 H2O ───→ RCOOH +
NH3
3 NH3 + H3PO4 ───→ (NH4)3PO4
Senyawa nitrogen asam ini dapat dihilangkan dengan
larutan soda, sedangkan senyawa nitrogen basa (NH3 dan
amina-amina) dapat dihilangkan dengan mencucinya
menggunakan air.
Senyawa-senyawa sulfur (H2S dan merkaptan-merkaptan)
bila tidak dibuang akan berubah menjadi senyawa-senyawa
yang sulit dihilangkan dari polimer gasolin dan akan
menyebabkan turunnya angka oktan. Senyawa-senyawa sulfur
ini bersifat asam dan dapat dihilangkan dengan larutan
soda.
b. Seksi reaktor.
Umpan hidrokarbon (campuran propilena/butilena) yang
sudah dibersihkan dan dipanaskan secukupnya direaksikan
dalam reaktor. Tipe reaktor UOP ada 2 macam, yaitu
tipe shell & tube heat exchanger dan chamber. Reaksi polimerisasi
adalah reaksi eksotermis sehingga diperlukan air untuk
menyerap panas yang terjadi dan juga berfungsi sebagai
pengatur suhu reaktor yang dikendalikan oleh tekanan kukus
(steam) dari steam drum.
Variabel proses yang mempengaruhi reaksi di dalam
reaktor adalah suhu sekitar 430 oF, tekanan operasi 1000 –
1100 psig, kadar olefin di dalam umpan 35 – 45 % dan
kecepatan aliran olefin pada permukaan katalis (space velocity)
dirancang 0,28 galon umpan/jam per lb katalis.
164
Page 165
Propana Butana Pencucian Air
Pencucian Soda
Umpan C3/C4
Polimer ReactorDepropanizer
Debutanizer
Gambar 9.4 Diagram Alir Polimerisasi tak Selektif Proses UOP
c. Seksi pemisahan hasil-hasil reaksi.
Campuran hasil reaksi yang keluar dari dasar reaktor
didinginkan dan tekanannya diturunkan menjadi 300 psig
sebelum masuk ke seksi pemisahan. Campuran hasil reaksi
pertama kali dimasukkan ke dalam menara depropanizer untuk
memisahkan propana dan gas-gas lain yang lebih ringan.
Senyawa yang lebih berat dari propana akan keluar dari
dasar menara dan selanjutnya dikirim ke menara butanizer
untuk memisahkan fraksi butana yang lebih ringan. Fraksi
yang lebih berat dari butana adalah polimer gasolin dengan
RVP 8 psi dan FBP 400 – 420 oF.
165
Page 166
Polimerisasi Selektif
Polimerisasi selektif adalah proses polimerisasi
yang menggunakan umpan hanya fraksi C4 saja atau fraksi C3
saja yang berlangsung pada suhu yang lebih rendah
dibandingkan dengan polimerisasi tak selektif.
9.5 Proses Isomerisasi
Dewasa ini penggunaan proses isomerisasi dalam
kilang minyak bumi dimaksudkan untuk menyediakan tambahan
umpan untuk alkilasi atau fraksi dengan angka oktan tinggi
untuk blending gasolin. Proses isomerisasi adalah proses dimana
parafin rantai lurus dikonversi menjadi senyawa-senyawa
rantai cabang secara sinambung dengan menggunakan
katalis.Aluminium khlorida adalah katalis yang tidak dapat
diregenerasi dipakai dengan berbagai atau logam lain adalah
katalis padat yang dapat diregenerasi berada dalam unggun
tetap. Kondisi operasi beragam tergantung pada prosesnya
sendiri dan umpan masuk, yaitu 100 – 950 oF dan tekanan 150 –
1000 psig.
Perkembangan proses isomerisasi dalam dunia
industri berlangsung sangat lambat. Hal ini disebabkan karena
tingginya biaya penanganan katalis yang korosif dan biaya
pemisahan isomer-isomer hidrokarbon yang mengandung 5 atau
lebih atom karbon. Namun karena adanya peningkatan kebutuhan
terhadap bahan bakar yang mempunyai angka oktan tinggi, maka
proses isomerisasi ini terus dikembangkan.
Macam-macam proses isomerisasi adalah :
166
Page 167
1. Isomerisasi dengan katalis aluminium khlorida.
2. Isomerisasi dengan katalis logam mulia.
9.5.1 Isomerisasi dengan Katalis Aluminium
Khlorida
Proses yang biasa dilakukan adalah isomerisasi
butana menjadi isobutana, pentana menjadi isopentana, nafta
atau fraksi n-heksana menjadi isoheksana.
Pada proses-proses tersebut aluminium khlorida digunakan
dalam beberapa cara yaitu :
a. Bersama dengan asam khlorida anhidrat membentuk slurry atau
cairan kompleks.
b. Berada dalam butiran alumina atau bauksit.
c. Dilarutkan dalam PbCl3 cair.
Katalis aluminium khlorida adalah katalis yang tidak dapat
diregenerasi, tetapi dapat diperoleh kembali dalam sistem
cairan. Salah satu proses isomerisasi dengan katalis
aluminium khlorida dapat dilihat pada Gambar 9.5.
Make-up HCl Make-up H2
Recycle Gas Vent
Acid Stripper
Umpan SeparatorIso SegarParafin
167
Page 168
Catalyst Recovery AlCl3
Recycle n-Parafin
Super Fractionator
Sludge
Gambar 9.5 Diagram Allir Proses Isomerisasi Aluminium
Khlorida
Kondisi operasi 240 – 250 oF, tekanan 200 – 300
psig dan space velocity adalah 1 – 2 /jam. Waktu tinggal di dalam
reaktor adalah 10 – 40 menit, sehingga dicapai konversi 50 %
untuk butana, 55 – 60 % untuk pentana.
9.5.2 Isomerisasi dengan Katalis Logam Mulia
Katalis yang digunakan adalah platina atau logam-
logam lain berada dalam unggun tetap dan dapat diregenerasi.
Kondisi operasi bervariasi tergantung pada proses dan umpan
yang dipakai, yaitu suhu 100 – 900 oF dan tekanan 150 – 1000
psig. Proses ini dikenal dengan nama Isomerisasi Penex.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 9.6.
Produk Isoparafin Recycle H2
H2 Segar
168
Page 169
C4<
Umpan Vent Segar Degasser Heater Separator Reactor
Recycle Product
Gambar 9.6 Diagram Alir Proses Isomerisasi Logam Mulia
169
Page 170
A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelasdan singkat !
1. Buat suatu reaksi proses alkilasi dengan menggunakan
katalis dari suatu kilang minyak !
2. Buat suatu reaksi sederhana alkilasi termis !
3. Buatlah suatu diagram alir sederhana proses
polimerisasi katalis dari kilang minyak !
B. Lengkapilah pernyataan di bawah ini dengan memberikanhuruf dari sekumpulan jawaban pada kolom sebelah kananyang anda anggap paling benar !
1…… Penambahan suatu gugus radikal alkilke dalam suatu molekul
A.Polimerisasi
2…… Yang pertama kali mengembangkan proseskatalis asam sulfat
B. Platina
3.….
Yang pertama kali mengembangkan proseskatalis asam fluorida
C. Alkilasi
4…… Produk yang dihasilkan dari prosesalkilasi asam sulfat
D. Shell Oil
5.….
Proses alkilasi yang dikembangkan olehKellog
E.Polimerisasi Termis
6……. Alkilasi yang mengubah etilen yangdiikuti oleh propilen, buten danisobutene dengan bantuan panas.
F. Cascade SulfuricAcid
7.…..
Proses pengubahan C4 dan gas-gas kilangyang lebih ringan mejadi produk cairhasil kondensasi
G. 2,2,4 Iso Butan
170
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 171
8…… Polimerisasi antara propilena-propilena saja butilena-biutilena sajatanpa menggunakan katalis
H.Isomerisasi.
9…… Proses dimana parafin rantai lurusdikonversikan menjadi senyawa-senyawarantai cabang
I. Alkilasi Termis
10..….
Katalis logam mulia yang seringdipergunakan pada proses isomerisasi
J.Polimerisasi AktifK. Philips
A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dansingkat !
1. Apakah yang dimaksud dengan alkilasi, polimerisasi dan
isomerisasi, jelaskan !
2. Untuk apa diperlukannya katalis pada proses alkilasi
dan polimerisasi?
3. Apakah perbedaan isomerisasi dengan katalis Al2O3 dan
isomerisasi dengan katalis logam mulia ?
4. Akibat apakah yang ditimbulkan oleh senyawa-senyawa
pengotor terhadap aktifitas katalis ?
B. Berilah tanda huruf B apabila pernyataan di bawah inibenar dan berilah tanda huruf S bila salah !
1. Penambahan suatu gugus radikal alkil kedalam suatu molekul dinamakan alkilasi ………
2. Pada proses alkilasi termis tidak
171
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 172
memerlukan tekanan dalam memproduksietilennya.
……….
3. Suhu reaktor yang diizinkan pada prosesalkilasi katalis dengan menggunakan asamsulfat adalah 70 oC ………
4. Reaktor pada proses alkilasi asam sulfatberbentuk horizontal, sedangkan padaproses Kellog adalah vertikal. ………
5. Yang mengembangkan proses alkilasialuminium khlorida adalah Philips ………
6. Alkilasi menggunakan katalis asam posfatdimaksudkan untuk memproduksi isopropilbenzena.
………
7. Polimerisasi termis merupakan perengkahanfasa uap dimana senyawa propena dan butenadireaksikan secara endotermis. ………
8. Polimerisasi termis adalah menubah C4 dangas-gas kilang yang lebih ringan menjadiproduk cair hasil kondensasi. ………
9. Pada proses polimerisasi UOP senyawanitrogen yang dihasilkan dapat diprosesmenghasilkan asam.
………
10. Sebelum dipergunakan sebagai katalisAluminium Khlorida dilarutkan terlebihdahulu dalam PbCl3 cair.
………
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum ProcessingHandbook. Mc-Graw Hill Book Co. New York.
2. Maxwell, J.B., 1980. Data Book on Hydrocarbon : Application toProcess Engineering. The ESSO Series. D.Van Nostrand Company.New York.
172
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 173
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. McGraw Hill Book Co. Singapore.
4. Graham, W,A., 1982. Alkylation Integrated Acid Plant. HydrocarbonProcessing.
5. Pandey, G.N., 1994. A Texbook of Chemical Technology. Volume II(Organic). Vikas Publishing House PVT Ltd. New Delhi.
PROSES REFORMING
173
KEGIATAN BELAJAR X Jurusan
Page 174
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Mahasiswa memahami fungsi dan operasi unit reforming untuk
pengolahan komponen blending gasolin yang mempunyai oktan
tinggi.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme dan prinsip kerja
unit reforming termis berdasarkan diagram alirnya.
2. Mahasiswa mampu menguraikan bagian-bagian operasi dari
diagram alir pada pengolahan reforming termis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme reaksi dan peranan
katalis pada pengolahan reforming.
4. Mahasiswa mampu membuat diagram alir salah satu proses
pada pengolahan reforming katalis berdasarkan skema uraian
proses dan kondisi operasinya.
174
Page 175
Lembar Informasi X : Proses Reforming
10.1 Pendahuluan
Reforming adalah suatu proses untuk merubah struktur
senyawa hidrokarbon dalam fraksi minyak menjadi komponen
blending gasolin yang mempunyai oktan tinggi. Perubahan
susunan struktur molekul yang terjadi paling dominan dalam
reaksi tersebut adalah dehidrogenasi naftena membentuk
aromatik menurut reaksi berikut :
CH / \\ HC CH H3C – (CH2)4 – CH3 ───→ ║ │+ 4 H2
HC CH \ //
CH
Macam-macam proses reforming :
1. Reforming Termis, terdiri dari :
Proses polyforming
2. Reforming Katalis, terdiri dari :
175
KEGIATAN BELAJAR X Jurusan
Page 176
a. Katalis Unggun Diam
● reaktor tanpa swing, terdiri dari :
Proses Catforming
Proses Houdriforming
Proses Platforming
Proses Sinclair-Baker
Proses Platinum
● reaktor dengan swing, terdiri dari :
Proses Hydroforming
Proses Powerforming
Proses Ultraforming
b. Katalis Unggun Bergerak, terdiri dari :
● Proses hyperforming
● Proses thermofor (TCR)
c. Katalis Unggun Terfluidisasi, terdiri dari :
● Proses Fluid Hydroforming
d. Reforming dengan daur ulang, terdiri dari :
● Proses Iso-Plus Houdriforming
● Proses Reforming
10.2 Reforming Termis
Proses secara termis yang sinambung digunakan
untuk mengubah molekul melalui penyusunan kembali nafta dan
gasolin berkualitas anti ketuk yang rendah menjadi komponen
gasolin yang mempunyai angka oktan tinggi. Produk sekunder
dari proses ini meliputi gas-gas olefin untuk umpan
polimerisasi dan tar yang digunakan untuk minyak bakar berat.
Peralatan reforming termis mirip dengan peralatan
perengkahan termis, dengan sedikit modifikasi para ahli
176
Page 177
kilang menggunakan peralatan yang sama untuk kedua proses
tersebut. Diagram alir sederhana proses reforming termis dapart
dilihat pada Gambar 10.1. Sama dengan umpan reforming katalis,
tipe umpan reforming adalah nafta ringan (virgin nafta) yang
mempunyai IBP 200 – 250 oF dan FBP 300 – 400 oF. Gasolin alam
dan fraksi perengkahan dapat digunakan sebagai umpan. Suhu
keluar seksi pemanas adalah 950 – 1100 oF pada tekanan 400 –
1000 psig. Nafta dari aliran samping fraksionator ditambahkan
ke effluent heater untuk menahan reaksi dekomposisi yang sangat
ekstensif. Proses reforming termis masuk ke dalam kilang secara
komersil pada tahun 1930. Proses ini dirancang oleh UOP Co.
10.2.1 Proses Polyforming
Proses ini merupakan proses termis yang sinambung
merubah nafta ringan (straight run) dan/atau gas oil bersama-sama
dengan gas-gas hidrokarbon sangat ringan (dominan C3 dan C4)
menjadi mogas yang mempunyai oktan tinggi dan fuel oil. Diagram
alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 10.2.
Gas dan Gasoline ke Stabilizer
Heater Flash Chamber& Fractionator Umpan Nafta
QuenchPolimer Berat ke Stripper Stream
177
Page 178
Gambar 10.1 Diagram Alir Proses Reforming Termis
Stabilizer Gas Evaporator & Bubble Tower
GasUmpan Nafta FlashAbsorber Tower Heater Umpan QuenchGas Cair Fuel Oil Gasoline
Gambar 10.2 Diagram Alir Proses Polyforming
Operasi dari proses ini meliputi pemasukan umpan
nafta (virgin) ke dalam absorber untuk mengambil propana
(recovery C3 80 – 90 %) dan gas-gas berat. Tekanan pada aliran
campuran umpan adalah 1000 – 1500 psig. Aliran quench di
bagian bawah evaporator adalah 1020 – 1120 oF turun menjadi
650 – 700 oF. Tekanan evaporator sekitar 400 psig. Bagian
lain dari bawah evaporator di-flash untuk mendapatkan fuel oil dan
gas, sedangkan overhead evaporator dikirim ke stabilizer dimana
gas-gas yang dapat dikondensasi dipisahkan dari produk
178
Page 179
gasolin untuk dipakai kembali di absorber bersama dengan
umpan gas cair. Proses polyforming ini dikembangkan oleh Gulf Oil
Corp pada tahun 1940. Proses ini sudah tidak digunakan lagi
dan diganti oleh reforming katalis.
10.3 Reforming Katalis
Reforming katalis merupakan suatu proses untuk
meningkatkan kualitas berbagai macam nafta (virgin, thermal dan
catalytic cracking) yang mempunyai oktan rendah menjadi komponen-
komponen yang mempunyai oktan tinggi untuk blending mogas atau
avgas, atau digunakan untuk bahan baku petrokimia yaitu
pengolahan aromatik untuk memproduksi BTX (benzene-toluene-xylene).
Pada proses reforming ini volatility minyak dinaikkan dan kandungan
sulfurnya dikurangi. Perbaikan bilangan oktan virgin naphta
adalah dari 20 menjadi 50 RON tanpa menggunakan pengungkit
timbal. Proses reforming katalis yang komersil dapat
diklasifikasikan sebagai proses sinambung, semi regeneratif
dan siklus tergantung pada metoda dan frekuensi regenerasi
katalis, yang secara luas dikelompokkan menjadi :
1. Proses katalis unggun bergerak.
2. Proses katalis unggun diam.
3. Proses katalis unggun terfluidisasi.
Proses unggun bergerak dan terfluidisasi
menggunakan katalis tipe logam oksida yang tidak murni
(katalis platina dan molibdenum), dilengkapi dengan unit
regenerasi terpisah, sedangkan proses unggun diam menggunakan
katalis tipe platina dalam unit yang dilengkapi untuk
sirkulasi, tanpa regenerasi atau kadang-kadang dengan
179
Page 180
regenerasi. Pada kenyataannya hampir 95 % kilang minyak
menggunakan unggun diam.
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah :
1. Dehidrogenasi naftena
C6H12 ===== C6H6 + 3H2
Sikloheksana Benzena
2. Dehidrosiklisasi parafin
H3C - (CH2)4 - CH3 ===== C6H6 + 4 H2 Heksana Benzena
3. Isomerisasi parafin
H3C – (CH2)5 – CH3 ===== H3C – CH – (CH2)3
– CH3 Heptana │ CH3
2-Metil Heksana
4. Dehidro-isomerisasi naftena
H3C – C5H8 – CH3 ===== H11C6 – CH3 ===== H5C6 – CH3 +3 H2
1,2-Dimetil Siklopentana Metil SikloheksanaToluena
5.Hydrocracking parafin CH3
│ C10H22 + H2 ==== H3C – (CH2)3 – CH3 + H3C – CH2 – CH– CH3
n-Dekana PentanaIsopentana
180
Page 181
6.Desulfurisasi H4C4S + 4 H2 ===== C4H10 + H2S TiofenButana
7.Penjenuhan olefin (hidrogenasi olefin)
C5H10 + H2 ===== C5H12
Pentena Pentana
Reaksi dehidrogenasi naftena terjadi sangat cepat
dan reaksi isomerisasi parafin dan dehidro-isomerisasi
naftena juga berlangsung cepat, dengan demikian reaksi-reaksi
tersebut sangat menonjol, sedangkan reaksi-reaksi yang lambat
seperti siklisasi dan hydrocracking menjadi penting terutama
pada kondisi-kondisi yang keras seperti space velocity yang
rendah, tekanan tinggi dan suhu tinggi. Reaksi hydrocracking
sebagaimana juga reaksi-reaksi dehidrogenasi dan isomerisasi
biasanya tidak diinginkan karena akan menyebabkan deposit
karbon (kokas), penurunan produk hidrogen dan yield produk cair
rendah, dengan umpan yang kaya parafin dapat dilakukan
hydrocracking secara besar-besaran. Tekanan yang rendah dapat
mendorong reaksi-reaksi dehidrogenasi dan siklisasi, tetapi
pada kondisi yang sedang dapat menekan terjadinya reaksi
hydrocracking. Operasi pada 900 psi akan menyebabkan sekitar
dua kali lebih banyak terjadi hydrocracking seperti terjadi pada
tekanan 500 psi.
Meskipun hidrogen lebih banyak dihasilkan pada
tekanan rendah (200 psig), tekanan parsiel hidrogen
relatif lebih rendah yang memberi kemungkinan kecenderungan
terjadinya reaksi hydrocracking yang menghasilkan kokas.
Ditinjau dari cara meregenerasi katalis maka reforming katalis
181
Page 182
diklasifikasikan menjadi proses sinambung, semi regeneratif
dan siklus. Pertumbuhan yang cepat terhadap pemakaian
reforming katalis dalam industri minyak bumi terjadi pada
kurun waktu 1953 - 1959. Namun mulai tahun 1970-an seiring
dengan perbaikan terhadap angka oktan bensin menjadi RON 98,
maka katalispun mengalami perubahan tidak lagi hanya berbasis
platina tetapi juga mengandung renium (katalis UOP R-16 dan
R-20). Pada saat ini kenaikan yang pesat dari produksi
reforming katalis disebabkan karena adanya pemakaian umpan
baru selain daripada virgin naphta, yaitu light naphta dari Timur
Tengah.
10.3.1 Proses Reforming Unggun Bergerak
Proses unggun bergerak ini menggunakan reaktor tunggal
yang berisi katalis yang dapat diregenerasi secara sinambung.
Katalis yang dipakai adalah campuran oksida logam berbentuk
butir atau pelet yang dapat dipindahkan dari reaktor ke
regenerator atau sebaliknya. Umpan yang dapat diolah
tergantung pada jenis katalis yang digunakan, yaitu mempunyai
jarak didih (IBP) sekitar 150 – 175 oF dan FBP 400 – 500oF. Proses pendahuluan terhadap umpan biasanya tidak menjadi
faktor yang dipertimbangkan kecuali kalau mengandung air yang
akan menurunkan aktifitas katalis. Diagram alir sederhana
proses ini dapat dilihat pada Gambar 10.3.
Reactor
182
Page 183
KilnProduk
Udara Recycle Gas Umpan Nafta Elevator Katalis
Gambar 10.3 Diagram Alir Proses Reforming Unggun Bergerak
10.3.2 Proses Reforming Unggun Terfluidisasi
Proses reforming katalis menggunakan unggun
terfluidisasi dari katalis padat, merupakan suatu proses
regenerasi yang sinambung dengan reaktor terpisah ataupun
terintegrasi untuk menjaga aktifitas katalis dengan cara
memisahkan kokas dan sulfur. Sebagai umpan adalah nafta
ringan hasil perengkahan atau nafta ringan dicampur dengan
gas daur ulang yang kaya hidrogen. Katalis yang digunakan
adalah molibdat 10 % dalam alumina yang secara material tidak
dipengaruhi oleh arsen, besi, nitrogen atau sulfur dalam
jumlah yang normal. Kondisi operasi dalam reaktor sekitar 200
– 300 psig dan suhu 900 – 950 oF pada space velocity 0,3 –
0,8/jam. Kecepatan gas daur ulang adalah 4000 – 6000
scf/barel umpan dengan nisbah berat antara katalis dan minyak
adalah 0,5 – 1,5. Kondisi regenerasi yang digunakan adalah
210 – 310 psig dan suhu 1000 – 1100 oF. Pengolahan
pendahuluan terhadap umpan biasanya tidak dilakukan kecuali
183
Page 184
untuk menyesuaikan jarak didih dalam memproduksi aromatik.
Keunggulan proses reforming ini, dapat menghasilkan yield
reformat sekitar 70 – 80 % (v) dengan RON 93 – 98. Diagram
alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 10.4.
FlueGas Produk
RegeneratorReactor
Recycle Gas Udara
Umpan Nafta
Gambar 10.4 Diagram Alir Proses Unggun Terfluidisasi
A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dansingkat !
1. Jelaskan prinsip kerja unit reforming termis
berdasarkan diagram alir yang ada pada buku saudara !
184
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 185
2. Apakah perbedaan proses reforming katalis dan reforming
termis ?
3. Buatlah suatu mekanisme reaksi pada proses pengolahan
reforming !
B. Pilihlah salah satu jawaban dari soal-soal di bawah inimenurut anda paling benar !
1. Suatu proses untuk merubah suatu struktur senyawa
hidrokarbon dalam fraksi minyak menjadi komponen
blending gasoline yang mempunyai oktan tinggi dinamakan
:
a. Sweetening c.
Polimerisasi
b. Reforming d.
Hydroreforming.
2. Pengubahan molekul melalui penyusunan kembali nafta
dan gasoline berkualitas anti ketuk yang rendah menjadi
komponen gasoline yang mempunyai angka oktan tinggi
adalah :
a. Reforming Katalis c. Reforming
Thermis
b. Polyforming d.
Hydroforming
3. Pengubahan Nafta ringan atau gas oil bersama-sama
dengan gas hidrokarbon sangat ringan (dominant C4 )
menjadi mogas yang mempunyai angka oktan tinggi dan
fuel oil dinamakan :
a. Reforming Katalis c.
Hydroforming
185
Page 186
b. Reforming d.
Polyforming.
4. C5H10 + H2 adalah :
a. C5H12 c. C6H14
b. C7H16 d.
C7H14
5. Salah satu keunggulan proses reforming adalah :
a. Diperolehnya senyawa hidrokarbon dengan RON tinggi.
b. Diperolehnya nafta dengan angka oktan tinggi.
c. Diperolehnya hasil reformat antara 70 - 80 %
(v) dengan RON 93 - 98.
d. Diperolehnya nafta ringan 100 %
186
Page 187
A. Selesaikan soal-soal di bawah ini dan jawablah dengansingkat !
1. Buatlah suatu diagram alir sederhana Reforming Termis
!
2. Sebutkan macam-macam peralatan yang sering digunakan
untuk proses Reforming Termis !
3. Klasifikasikan juga jenis peralatan operasi prosesReforming !
187
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 188
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum ProcessingHandbook. Mc-Graw Hill Book Co. New York.
2. Maxwell, J.B., 1980. Data Book on Hydrocarbon : Application toProcess Engineering. The ESSO Series, D.Van Nostrand Company.New York.
188
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 189
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering, 4th ed. McGraw Hill Book Co. Singapore.
4. Pandey, G.N., 1994. A Texbook of Chemical Technology. Volume II(Organic). Vikas Publishing House PVT Ltd. New Delhi.
PROSES-PROSES MENGGUNAKAN PELARUT
189
KEGIATAN BELAJAR XI Jurusan
Page 190
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Mahasiswa memahami proses pengolahan minyak dengan pelarut
untuk menarik aspal dan lilin dari fraksi dan produk-produk
minyak pelumas.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaaan 4 dari 6
macam proses penarikan aspal melalui ekstraksi menggunakan
pelarut.
2. Mahasiswa mampu menguraikan salah satu proses
penarikan aspal berdasarkan diagram alir prosesnya.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan proses dewaxing dan
deoiling pada penarikan lilin dari minyak-minyak dasar
pelumas.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan proses penarikan lilin
menggunakan pelarut berdasarkan diagram alir masing-masing
proses.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan proses-proses
penyulingan minyak pelumas berdasarkan diagram alirnya.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pemilihan pelarut
pada proses ekstraksi aromatik.
190
Page 191
Lembar Informasi XI : Proses-Proses Menggunakan Pelarut
11.1 Pendahuluan
Proses-proses penyulingan dengan pelarut
merupakan pengolahan fisik saja, baik untuk menghilangkan
senyawa-senyawa pengotor yang ada maupun yang tidak diingini
ada dalam minyak yang akan dipulihkan (recovery). Umpan untuk
proses-proses ini dapat berupa minyak yang mempunyai titik
didih tinggi maupun rendah. Umpan yang mempunyai titik didih
tinggi untuk proses ini terdiri dari minyak dan gas-oil atau
minyak-minyak rengkahan katalis. Secara umum dasar proses
yang dipakai sekarang untuk umpan minyak berat dan distilat
menengah diklasifikasikan sebagai :
1. Pengolahan (treating) atau deasphalting, dipakai pada minyak
dengan titik didih penuh seperti gas-oil, dimana pemotongan
minyak pelumas dilakukan. Pelarut adalah pengendap yang
membagi umpan minyak menjadi konstituen- konstituen
berdasarkan ukuran molekul.
2. Operasi dewaxing, dipakai pada komponen minyak-minyak
pelumas atau material dengan titik didih penuh, lalu
diolah dengan lempung (clay). Operasi dewaxing sering
berkombinasi dengan pembuatan lilin.
191
KEGIATAN BELAJAR XI Jurusan
Page 192
3. Pengolahan (treating) atau penyulingan (refining), dipakai pada
minyak-minyak dengan jarak didih yang sesuai dengan minyak
pelumas sebagai umpan untuk memisahkan aromatik, naftenik
dan material lain dengan ekstraksi selektif yang
berpengaruh terbalik terhadap indeks viskositas.
Dasar-dasar proses ekstraksi menggunakan pelarut
dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Proses penarikan aspal (deasphalting & treating).
2. Proses penarikan lilin (dewaxing).
3. Proses penyulingan minyak pelumas (lube refining) dan
ekstraksi aromatik.
11. 2 Proses Penarikan Aspal
Minyak-minyak pelumas, gas-oil atau distilat
menengah yang direduksi melalui proses ekstraksi ataupun
pengendapan pelarut dalam aspal dan material resin yang
terdapat baik dalan larutan maupun dalam bentuk koloid
cenderung dapat membentuk residu karbon dan kokas. Pada
proses tersebut dapat dipisahkan sulfur dan logam berat dan
juga terjadi perbaikan warna minyak. Pelarut yang dipakai
untuk proses penarikan aspal dapat dibagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu :
1. Hidrokarbon-hidrokarbon yang mempunyai berat molekul
rendah, terutama propan.
2. Senyawa-senyawa yang dapat dioksidasi seperti alkohol dan
ester.
Banyak proses-proses yang mampu memisahkan aspal
dari hidrokarbon telah dilakukan dalam industri minyak dan
192
Page 193
gas bumi, sebelum metoda penggunaan pelarut dikembangkan.
Distilasi, penyulingan dengan tanah liat ataupun asam sulfat
dan pengolahan dengan logam khlorida merupakan contoh proses
yang telah dikenal. Penyulingan dengan pelarut, jika
dilakukan untuk pengolahan pendahuluan umpan perengkahan
katalis dapat dipertimbangkan pemakaiannya berkompetisi
dengan distilasi hampa, proses cooking dan visbreaking.
Macam-macam proses penarikan aspal dan lube treating dengan
pelarut :
1. Ekstraksi furfural ( pengolahan gas-oil dan lube oil)
2. Propane Deasphalting.
3. Propane Decarbonizing.
4. Fraksionasi Propana.
5. Ekstraksi HF.
6. Ekstraksi SO2.
11.2.1 Ekstraksi Furfural (pengolahan gas-oil dan
lube-oil)
Ekstraksi dengan furfural proses kontinyu untuk
memisahkan aromatik, nitrogen, sulfur, dan logam-logam
organik, senyawa-senyawa bersifat asam dan tidak stabil dari
dalam minyak yang akan berpengaruh terhadap kualitas
pembakaran, kebersihan mesin, dan bilangan setana. Umpan yang
diolah terdiri dari minyak diesel, gas-oil rengkahan katalis,
dan minyak bakar.
Suhu ekstraksi dan rasio pelarut biasanya rendah untuk
pengolahan gas-oil bila dibandingkan dengan pengolahan minyak
pelumas (lube-oil).
193
Page 194
Diagram alir sederhana proses ini dapat dilihat pada Gambar
11.1.
Gambar 11.1 Diagram Alir Ekstraksi Furfural untuk Gas-Oil
Yield dari produk rafinat tergantung pada tipe dan
karakteristik minyak yang diolah dan kualitas yang diingini
perbaikannya. Misalnya yield 82 % diperoleh dari suatu gas-oil
yang sulfurnya turun dari 1,12 % menjadi 0,49 % dan bilangan
setana diperbaiki dari 53,2 menjadi 62,9. Proses ini dilisensi
oleh Texaco Development Corp dimana unit komersil pertama yang
dibangun pada tahun 1964.
11.2.2 Propane Deasphalting
Proses ini adalah suatu proses ekstraksi dimana minyak
yang diinginkan dilarutkan dalam pelarut propan dan material
yang mengandung aspal dapat dipisahkan.
194
Page 195
Umumnya yang dipakai sebagai umpan adalah minyak mentah
yang telah direduksi dari distilasi hampa (Vacuum Reduced Crude)
dengan berbagai jarak didih untuk di-finishing menjadi aspal dan
minyak-minyak pelumas. Kelarutan minyak dalam propan menurun
dengan naiknya suhu dan sangat dipengaruhi oleh tekanan.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 11.2.
Kondisi operasi di menara kontaktor tergantung pada
jarak didih umpan dan sifat-sifat produk yang diingini. Suhu
puncak menara biasanya 130 - 180 oF dan tekanan 400 - 550
psig. Rasio propan-umpan minyak adalah 6 : 1 sampai 10 : 1.
Proses ini dilisensi oleh M.W Kellogg Co. Unit komersil
pertama dibangun pada tahun 1934.
Gambar 11.2 Diagram Alir Proses Propane Deasphalting
11.2.3 Propane Decarbonizing
Proses ini adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut
yang bertujuan untuk memulihkan kembali umpan perengkahan
katalis dari residu berat. Sejak butan secara sendiri-sendiri
195
Page 196
atau bersama dengan propan dapat digunakan sebagai pelarut,
maka proses ini sering dirujuk sebagai proses dekarbonisasi
pelarut. Minyak yang telah mengalami proses dekarbonisasi dan
demetalisasi dapat di-recovery dari umpan yang berasal dari
topped crude atau vacuum reduced crude. Aliran proses dan peralatan
yang penting sama dengan pengolahan aspal dari minyak pelumas.
Suhu ekstraksi biasanya 150 – 250 oF dengan tekanan 400 - 600
psi. Yield minyak yang didekarbonasi mencapai 40 – 75 %
berasal dari umpan reduced crude. Umpan yang mengandung karbon
(conradson) 12 – 22 % berat diubah menjadi 2 - 5,5 % berat.
Proses ini dilisensi oleh M.W. Kellog.
11.2.4 Fraksionasi Propan
Proses ini adalah proses ekstraksi kontinyu untuk
pemisahan residu hasil dari distilasi hampa menjadi 2 macam
atau lebih minyak pelumas. Proses ini menggunakan propan
sebagai pelarut dan merupakan pengembangan dari proses propane
deasphalting. Produk dari proses ini adalah minyak-minyak yang
bersesuaian dengan distilat netral yang berat, dan pelumas
jernih (bright stock) yang mempunyai warna lebih baik, residu
karbon dan indeks viskositas lebih baik dari fraksi-fraksi
distilasi hampa. Pada proses ini dihasilkan juga aspal.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 11.3.
Fraksionator Evaporator Propan
Umpan
196
Page 197
Aspal Lube Low Dapur Oil Vis Oil
Tanki Propan Flash Drum Oil Stripper
Gambar 11.3 Diagram Alir Fraksionasi Propan untuk Lube Oil
11.2.5 Ekstraksi HF
Ekstraksi ini adalah proses ekstrasi cair-cair untuk
memisahkan sulfur dan kokas yang terbentuk dari nafta
rengkahan, nafta murni (virgin naphtha), distilat menengah, dan
gas oil. Umpan minyak setelah melalui suatu absorber seperti
terlihat pada Gambar 11.4 dikontakkan secara berlawanan arah
dengan cairan HF di dalam menara ekstraksi. Produk atas berupa
rafinat dikirm ke menara stripper untuk pemisahan HF. Pelarut
HF diambil kembali (recovery) dari ekstrak dengan penguapan dan
stripping.
Proses ini relatif tidak sensitif terhadap suhu dan
tekanan. Biasanya suhu yang dipakai adalah 100 – 125 oF dan
tekanan di bawah 100 psi. Nisbah pelarut terhadap minyak
adalah rendah berkisar antara 0,15 - 0,3 berbanding 1.
Pengolahan kerosin, gas-oil dan recycle-oil dengan HF akan
menghasilkan produk rafinat dengan yield 85 – 95 % pada
pengambilan sulfur 60 – 90 %.
197
Page 198
Gambar 11.4 Diagram Alir Proses Ekstrasi HF
11.2.6 Ekstrasi SO2
Proses ini adalah proses ekstraksi cair-cair secara
kontinyu, dipakai untuk pemisahan aromatik dan senyawa-senyawa
yang menahan sulfur dari minyak-minyak dasar naftenik dan
parafinik. Umpan yang dipakai meliputi nafta ringan, kerosen,
gas-oil, cycle-oil dari proses katalis, dan minyak pelumas berat
dan menengah. Aplikasi-aplikasi lain dari proses ini dapat
dilihat pada seksi penyulingan minyak pelumas seperti proses
Edeleanu SO2..
Apabila proses digunakan untuk mengolah kerosin maka
suhu operasi dipakai pada 60oF. Yield 65 – 90 % diperoleh pada
reduksi sulfur 10 – 70 % dan perbaikan diesel index pada rasio
berat solven-minyak antara 0,25 - 1,0 berbanding 1,0.
Pengolahan cycle-oil dari proses menggunakan katalis dapat
menurunkan kokas hasil perengkahan sebesar 50 % atau lebih.
198
Page 199
11.3 Proses Penarikan Lilin
Proses penarikan lilin dirancang untuk memisahkan
lilin dari minyak-minyak pelumas agar supaya produk
memperlihatkan karakteristik fluiditas yang baik pada suhu
rendah (titik tuang rendah). Mekanisme penarikan lilin oleh
pelarut dapat dilakukan, baik pada pemisahan lilin sebagai
padatan yang mengkristal dari larutan minyak pada suhu rendah
maupun pada pemisahan lilin sebagai cairan yang diekstraksi
pada suhu di atas titik leleh lilin melalui pemilihan pelarut
yang istimewa. Metoda yang terakhir tidak dapat berkembang
pada unit komersil. Metoda yang pertama merupakan basis yang
sangat penting dari semua proses penarikan lilin yang ada
secara komersil.
Pelarut untuk proses dewaxing haruslah :
● mempunyai aksi pelarutan sempurna yang kokoh terhadap
ikatan hubungan lilin-minyak antara suhu 100 oF dan suhu
pendinginan minimum (chilling) daripada campuran minyak-
pelarut
● mempunyai aksi pelarutan sempurna terhadap komponen cairan
normal yang ada pada minyak yang mengandung lilin, tetapi
tidak mempunyai daya pelarutan yang kuat untuk pengendapan
lilin pada suhu pendinginan minimum
● kemudahan memperolehnya dengan harga yang murah
● mempunyai ikatan kimia yang stabil, tidak korosif dan
tidak beracun
● mempunyai titik didih yang memenuhi kriteria pemulihannya
dari minyak dan lilin secara distilasi
● tidak dipengaruhi dan mudah dipisahkan dari air
199
Page 200
● mempunyai panas laten dan panas jenis karkteristik yang
menyebabkan refrigerasi secara ekonomis
Semua proses dewaxing mempunyai langkah-langkah umum sebagai
berikut :
1. Umpan dikontakkan dengan pelarut
2. Campuran umpan-pelarut didinginkan dan endapan lilin
dipisahkan
3. Pelarut dipulihkan dari lilin dan minyak yang sudah
ditarik lilinnya, dapat dipakai kembali
4. Menggunakan refrigerasi dari luar atau dari dalam
tergantung pada tipe proses.
5. Pemisahan lilin dilakukan secara filtrasi atau
sentrifugasi.
Proses penarikan lilin (dewaxing) dengan pelarut
sering dilakukan bersama dengan proses penarikan minyak dari
dalam lilin (deoiling). Proses pelarut modern telah menggantikan
metoda lama yang dimulai dengan pengolahan secara komersil
pada pertengahan tahun 1930. Proses ini meliputi pengendapan
(settling) dalam suasana dingin, saringan tekan (filter press)
dan pemusingan (sentrifugasi) menggunakan nafta.
Macam-macam proses penarikan lilin (dewaxing) adalah :
1. Solvent Dewaxing.
2. Propane Dewaxing.
3. Liquid SO2-Benzene Dewaxing.
4. Separator- Nobel Dewaxing
5. Proses Bari-Sol.
6. Urea Dewaxing.
7. Benzene-Acetone Dewaxing
200
Page 201
11.3.1 Solvent Dewaxing
Proses ini sering keliru dengan proses benzol-aseton,
yang menggunakan pelarut tunggal atau campuran kecuali pelarut
hidrokarbon yang mempunyai atom karbon kurang dari 5, yang
paling dipakai sekarang adalah campuran MEK (metil etil keton)
dan toluol. Senyawa-senyawa keton yang lain yang juga dapat
dipakai baik secara sendirian maupun bercampur dengan pelarut
aromatik. Contoh pelarut tunggal yang banyak digunakan adalah
metal isobutil keton dan metil butil normal keton. Komposisi
campuran pelarut tergantung pada tipe umpan yang akan ditarik
lilinnya.
Untuk umpan yang lebuh banyak mengandung parafin dapat
ditarik lilinnya dengan pelarut yang mengandung sedikit keton
yang biasanya dipakai untuk penarikan lilin dari umpan yang
berasal dari minyak dasar naftenik dan aspaltik. Penggunaan
campuran pelarut ini adalah suatu contoh dari dua teori yang
berlawanan pada solven dewaxing baik minyak maupun lilin
relatif tidak larut dalam satu pelarut (MEK), sementara itu
baik minyak maupun lilin dapat larut dalam semua perbandingan
pelarut lain (benzol dan toluol). Jadi dengan perbandingan
yang tepat dari dua pelarut yang mempunyai aksi berlawanan
dapat memberi kemungkinan pengaturan terhadap kelarutan lilin.
Diagram alir proses ini dapat dapat dilihat pada Gambar 11.5.
Proses ini dilisensi oleh Texaco Development Corp. Unit
pertama telah dibangun pada tahun 1927.
201
Page 202
Gambar 11.5 Diagram Alir Solvent Dewaxing.
11.3.2 Propane Dewaxing
Melalui proses ini, minyak-minyak pelumas dan komponen
blending pelumas dapat diambil lilinnya. Umpan yang diolah
berjarak antara distilasi parafin (viskositas 70 SSU pada 100oF) sampai ke minyak-minyak silinder (viskositas 250 SSU
pada 210 oF) menghasilkan produk dengan titik tuang yang
rendah sekali. Seperti halnya proses-proses menggunakan
pelarut, propan sebagai proses tunggal yang dapat digunakan
untuk menarik minyak dari lilin (deoiling wax). Minyak yang
ditarik lilinnya menghasilkan yield 60 - 85 % (tergantung
kandungan lilin dalam minyak) dengan nisbah pelarut-minyak
berkisar antara 2,5 - 3,0 berbanding 1,0. Suhu filtrasi
202
Page 203
berkisar antara 14 sampai -41 oF. Tekanan operasi 180 - 200
psi. proses ini dilisensi oleh M.W. Kellog Co.
11.3.3 Liquid SO2-Benzene Dewaxing
Proses ini bertujuan untuk menarik lilin dari minyak
pelumas dengan cara memisahkan komponen yang mempunyai indeks
viskositas rendah. Nisbah SO2 cair dan benzene lebih rendah
jika dibandingkan dengan proses yang sama pada penyulingan
minyak pelumas. Jumlah SO2 cair yang dipakai bervariasi antara
15 – 30 %, dibandingkan dengan 50 % pada penyulingan minyak
pelumas. Proses ini akan menguntungkan jika diikuti dengan
ekstraksi dengan pelarut SO2 cair-benzene pada penyulingan
minyak pelumas untuk memperbaiki indeks viskositas melalui
pengaturan komposisi pelarut. Penarikan minyak (deoiling) dari
slack wax menjadi lilin dengan titik didih tinggi dapat juga
dilakukan bersama dengan mengatur aliran proses dan variable-
variabel lainnya.
11.3.4 Separator-Nobel Dewaxing
Proses ini dirujuk sebagai proses S-N dewaxing atau
proses trikhloroetilen. Pelarut yang digunakan adalah tri
khloro etilen merupakan hidrokarbon yang dikhlorinasi dimana
aliran proses sama dengan diagram alir pada Gambar 12.5.
kebanyakan pelarut tersebut mempunyai berat jenis yang tinggi
(>1), sehingga untuk pemisahan lilin dilakukan dengan
sentrifugal (tidak dengan filtrasi). Pada prakteknya nisbah
pelarut-minyak bervariasi 0,67 - 1,5 berbanding 1. Umpan
minyak dan pelarut dikontakkan pada suhu 110 – 120 oF,
kemudian campuran ini didinginkan (chilling) menjadi 5 – 20 oF
di bawah titik tuang produk yang diinginkan. Kecepatan
203
Page 204
pendinginan bervariasi 8 - 15 oF/jam. Pelarut tri khloro
etilen dipisahkan dari minyak dan lilin dengan distilasi pada
suhu 230 oF lalu diikuti dengan steam stripping.
11.3.5 Proses Bari-Sol
Proses penarikan lilin ini sebagaimana proses S-N,
memakai pelarut yang lebih berat, baik dengan minyak yang
diolah maupun dengan lilin yang akan dipisahkan sehingga
operasi penarikan lilin menggunakan sentrifugal. Pelarut yang
digunakan adalah secara komersial, yaitu campuran etilen
dikhloro (78 %) dan benzol (22 %). Benzol dapat digunakan
karena mempunyai daya pelarutan yang rendah terhadap kandungan
minyak pada suhu rendah. Nisbah pelarut-minyak yang digunakan
sekitar 3 berbanding 1. campuran dipanaskan menjadi 110 oF
lalu didinginkan sampai –12 oF dan yang kedua adalah –5 sampai
(1 – 20) oF. Pelarut dipisahkan dari fasa minyak dan lilin
pada suhu 290 oF.
11.3.6 Urea Dewaxing
Proses ini adalah proses yang sangat selektif, dan
berbeda dengan proses-proses yang lain, yaitu tanpa
menggunakan refrigerasi (chiller). Aliran proses sama seperi
diagram alir pada Gambar 11.5. Umpan dan pelarut urea
bercampur secara kontinyu di dalam tangki berpengaduk. Pada
proses ini digunakan aktivator pelarut yang dapat berupa cair,
ester, keton, atau alkohol seperti metanol. Urea dan aktivator
dalam waktu yang singkat akan membentuk suatu gumpalan dengan
lilin parafin dari umpan minyak. Eflfuent dari kontraktor
disaring, minyak yang sudah diambil lilin dipisahkan dari
204
Page 205
pelarut dengan penguapan. Urea dan lilin didekomposisi dalam
sistem urea recovery.
11.3.7 Benzene-Acetone Dewaxing
Proses ini adalah salah satu pelopor dari proses-proses
tipe benzol-keton seperti MEK-benzol, MEK-toluol yang banyak
dipakai dalam industri pengilangan minyak. Aliran proses
umumnya sama dengan diagram alir pada Gambar 11.5. Uraian
proses sama dengan proses solven dewaxing menggunakan MEK.
Proses ini biasanya menggunakan campuran pelarut aseton dan
MEK yang mudah diganti-ganti jika digunakan dengan benzen.
Jumlah aseton yang dibutuhkan untuk menekan kelarutan lilin di
dalam campuran pelarut pada proses dewaxing dan untuk
mendapatkan kecepatan penyaringan yang memuaskan adalah lebih
kecil dibandingkan dengan kebutuhan MEK, tetapi MEK kurang
mampu memisahkan minyak dibandingkan aseton. Demikian juga
titik didih MEK lebih tinggi dari aseton yang cenderung
bertambah besar, sehingga penguapan akan menyebabkan
kehilangan pelarut aseton.
Lingkungan yang mendukung penggunaan benzen-
asetat sebagai proses komersial pada penarikan lilin dari
minyak pelumas (lube dewaxing) adalah :
1. Langkanya kebutuhan untuk minyak pelumas dengan titik tuang
yang rendah. Konsekuensinya iklim sedang tidak memerlukan
titik tuang pelumas lebih rendah dari 0 oF.
2. Pengolahan yang ekonomis pada operasi pengilangan di daerah
iklim sedang. Unit pabrik seperti itu dapat merecover dalam
jumlah besar.
3. Persediaan dan tersedianya benzen dan aseton.
205
Page 206
Proses ini telah beroperasi secara komersial pada kilang Elbyn
di Moshaton Yunani pada tahun 1950.
11.4 Produksi Lilin
Proses-proses yang dilakukan untuk memproduksi
lilin ditujukan pada penarikan minyak dari petroleum wax yang
pekat (slack wax) yang merupakan suatu produk dari proses
dewaxing. Operasi penarikan minyak dari lilin ini adalah
peristiwa fisik alamiah, yang sama dengan yang dipakai pada
minyak-minyak yang diambil lilinnya dan sering diubah hanya
pada pemilihan kondisi pengolahannya. Minyak yang dikenal
sebagai lilin yang mempunyai titik leleh rendah dipisahkan
dari umpan yang mengandung lilin pekat untuk mendapatkan
produk dengan spesifikasi yang diinginkan. Operasi penarikan
minyak dari dalam lilin kadang-kadang digabungkan dengan
operasi penarikan lilin dari dalam minyak. Slack wax dapat
mengandung minyak sekitar 10 – 50 % yang akan dipisahkan
dengan sweating atau penyulingan dengan pelarut.
Penarikan lilin dari umpan residu menghasilkan
konsentrat lilin yang mengandung lilin dengan kristal halus
(petrolatum). Penarikan minyaknya disempurnakan hanya dengan
proses yang menggunakan pelarut, akan menghasilkan produk
dengan titik leleh 140 – 200 oF. Pelarut yang digunakan pada
pengkristalan dan produksi lilin sama dengan proses oil
dewaxing, yaitu nafta, benzena-aseton, metil butil keton, SO2
cair dan kerosin, propana cair, heksana dan butil asetat.
Nafta biasanya tidak digunakan pada penarikan minyak dari
lilin yang mempunyai kristal halus.
206
Page 207
Prosedur produksi lilin dan penarikan minyak dari dalam
lilin, terdiri dari :
1. Wax Fractionation.
2. Wax Manufacturing.
3. Continuous Wax Moulding.
11.4.1 Wax Fractionation
Proses ini adalah proses fisik yang beroperasi
untuk memproduksi lilin dengan kandungan minyak rendah.
Produk lilin dapat dikristalkan dengan berbagai titik leleh,
tergantung pada umpan yang diolah. Lilin kristal dapat
diproduksi dengan kandungan minyak kurang dari 0,5 %. Proses
ini sering digabung dengan oil dewaxing dengan dosis pelarut
keseluruhan bervariasi 3,5 – 9,0 berbanding 1. Diagram alir
proses dapat dilihat pada Gambar 11.6. Proses ini dilisensi
oleh Texaco Development Corp.
207
Page 208
Gambar 11.6 Diagram Alir Proses Wax Fractionation & Manufacturing
11.4.2 Wax Manufacturing
Proses tipe fisik ini memakai umpan yang
mengandung lilin dengan kadar minyak tinggi untuk memproduksi
lilin tanpa minyak. Tergantung pada keadaan umpan konsentrat,
maka produk-produk kristal dengan berbagai titik leleh dapat
mempunyai kandungan minyak di bawah 0,1 – 0,3 %. Pelarut
yang dipakai adalah MEK-Benzol dengan nisbah pelarut-minyak
2,5 – 7,5 berbanding 1.
Pada mulanya proses ini dikembangkan oleh Texaco
Development Corp. dan Union Oil Co, dan dilisensi oleh Texaco. Aliran
proses hampir sama dengan diagram alir pada Gambar 11.6. Pada
tahun 1954, Union Oil Co. mulai mengoperasikan fasilitas wax
manufacturing pada kilang Oleun menggunakan air dan MIBK jenuh
(metil iso butil keton) sebagai pelarut deoiling. Pelarut
dipakai dalam kondisi jenuh dengan air dan ditambahkan ke
dalam peleleh slack wax yang diinginkan sebagai umpan yang
diperlukan pada pengkristalan yang optimum.
11.4.3 Continuous Wax Moulding
Unit ini adalah suatu operasi otomatis yang
sinambung untuk memproses lilin cair menjadi padat berbentuk
slab. Kristal halus atau lilin parafin dalam bentuk cair
didinginkan atau dipanaskan pada suhu pencetakan yang telah
disiapkan terlebih dahulu, lalu dialirkan ke dalam hopper dan
selanjutnya dikirimkan ke cetakan.
Unit pertama telah dipasang pada tahun 1950 di kilang Magnolia
Petroleum (sekarang Mobil Oil Co) di Beaumont, Texas.
208
Page 209
11. 5 Proses Ekstraksi Minyak Pelumas
Pengolahan dengan pelarut adalah metoda yang
banyak dipakai untuk distilasi minyak-minyak pelumas. Proses-
proses ini menghasilkan produk yang diperlukan pada pelumasan
modern dengan cara pemisahan komponen-komponen yang tidak
diinginkan ada dalam material umpan seperti senyawa-senyawa
aromatik, naftena dan senyawa-senyawa tak jenuh. Minyak-
minyak pelumas yang diolah dengan pelarut mempunyai indeks
viskositas tinggi, Ketahanan yang tinggi terhadap pembentuk
getah minyak (gum) dan lumpur (sludge) karena oksidasi dan
menaikkan kerentanan terhadap perbaikan lanjutan karena
penambahan aditif yang selektif. Kebanyakan proses-proses
komersil dari operasi penarikan minyak pelumas ini adalah
proses yang menggunakan pelarut tunggal, seperti terlihat
pada Gambar 11.7. Beberapa proses campuran atau pelarut ganda
dapat juga dipakai.
Langkah-langkah umum pada proses ekstraksi menggunakan
pelarut :
1. Pengeringan ataupun deaerasi umpan.
Air menghalangi aksi penyerapan oleh fenol dan udara
menyebabkan kesulitan menggunakan pelarut gas, seperti SO2.
2. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut.
Metoda kontak berlawanan arah dipakai secara umum
kecuali untuk kasus khusus, digunakan kontak tunggal.
3. Pemisahan pelarut dari minyak.
Proses ini disempurnakan dengan panas dan fraksionasi
atau penguapan. Proses ini adalah operasi sederhana karena
minyak dan pelarut mempunyai titik didih yang jauh
209
Page 210
berbeda, kecuali pemisahan gasolin dengan SO2. Untuk
pelarut dengan titik didih tinggi digunakan tekanan hampa.
4. Pemurnian minyak.
Minyak dibebaskan dari pelarut dengan steam stripping atau
jika ada air yang menyebabkan kesulitan, maka pemisahan
dilakukan dengan vacuum flashing.
5. Pemurnian pelarut.
Proses ini meliputi pemisahan air seperti dijumpai dalam
pelarut furfural, ataupun pemisahan ter (blankin) dan
sebagainya dalam proses Duo-Sol.
Distillation Rafinat
PelarutKering Pelarut Basah Feed Preparation UmpanAir Extractor Pelarut Basah Ekstrak Distillation
Daur UlangEkstrak
Gambar 11.7 Diagram Alir Proses Ekstraksi Pelarut Tunggal
210
Page 211
Macam-macam proses distilasi minyak pelumas adalah :
1. Distilasi Furfural.
2. Ekstraksi Fenol.
3. Proses SO2 Edeleanu.
4. Ekstraksi Chlorex.
5. Ekstraksi Nitrobenzena.
6. Ekstraksi Duo-Sol.
7. Proses SO2 Cair-Benzena.
11.5.1 Penyulingan Furfural
Penyulingan furfural adalah proses pelarut tunggal
untuk memisahkan senyawa aromatik, senyawa naftenik, senyawa
olefenik, dan senyawa-senyawa hidrokarbon tak stabil dari
minyak-minyak dasar pelumas. Dengan demikian berarti
memperbaiki indeks viskositas dan karakteristik kestabilannya.
Pelarut yang dipakai adalah furfural yang merupakan senyawa
aldehid yang dibuat dari sampah tumbuh-tumbuhan. Pengolahan
berlangsung pada menara (memakai packing ataupun pengadukan)
dengan aliran yang berlawanan arah pada suhu 100 - 250 0F .
Beda suhu yang tinggi pada seksi treating dimungkinkan untuk
memperoleh yield yang tinggi dengan kualitas minyak rafinat
pada dosis pelarut tertentu. Pelarut furfural mempunyai
stabilitas yang tinggi dan dapat dipulihkan kembali
menggunakan distilasi pada suhu 400 - 550 0F. Kehilangan
pelarut hanya 0,03 - 0,06 % vol dari pelarut yang
bersirkulasi. Proses ini dilisensi dan dikembangkan oleh
Texaco Development Corp. Unit komersial utama dipakai pada
tahun 1933.
211
Page 212
11.5.2 Ekstraksi Fenol
Proses ini adalah proses ekstraksi cair-cair untuk
memisahkan senyawa aromatik dari minyak-minyak pelumas,
sehingga memperbaiki indeks viskositas, kestabilan karena
oksidasi, dan ketahanan terhadap pembentukan lumpur, karbon
dan pengendapan pernis. Semua jenis minyak termasuk gas-oil
dan produk lain yang sama dengan proses ini. Pelarut fenol
yang dipakai dapat berupa anhidrat ataupun berbentuk larutan.
Unit modern menggunakan ekstraktor sentrifugal atau kontaktor
berpengaduk, unit lain yang biasanya menggunakan menara dengan
piring. Suhu pengolahan bervariasi dengan jenis umpan yang
masuk.
Untuk minyak-minyak pelumas maka suhu menara treating
dijaga pada 130 - 200 0F. Salah satu keistimewaan proses ini
adalah penggunaan air untuk menurunkan kelarutan minyak dalam
fenol pada bagian bawah menara (dalam sistem ekstraktor
sentrifugal, air yang mengandung fenol dari drum diinjeksikan
terlebih dahulu ke dalam umpan sebelum masuk ekstraktor). Air
merangsang kelarutan minyak dalam larutan ekstrak, dengan
demikian meningkatkan refluks dengan cara membuang komponen-
komponen yang dapat larut dari fasa ekstrak sebelum dipisahkan
dari sistem. Pengolahan minyak pelumas dengan SAE 40 (28,3oAPI). Viskositas 77,4 SSU pada 210 0F, dan 0,16 kandungan
karbon conradson), dengan nisbah pelarut-minyak 2,1 berbanding
1,0 akan menghasilkan 88 % vol rafinat ( 30,2 0API, viskositas
72,3 SSU pada 210 0F ; 0,04 karbon conradson, dan indeks
viskositas lilin 93).
11.5.3 Proses SO2 Edeleanu
212
Page 213
Proses ini adalah untuk mengekstraksi aromatik dari
umpan minyak kerosene dan gas oil. Proses ini meskipun masih
banyak dipakai, tetapi dapat juga dipakai untuk pengolahan
minyak-minyak pelumas. Proses ini digunakan untuk memperbaiki
kestabilan karena oksidasi daripada minyak-minyak pelumas
seperti oli turbin dan oli yang sangat encer. Disebabkan
karena daya pelarutan SO2 sangat rendah tanpa adanya pelarut
pembantu, maka proses ini sedikit berguna dalam pengolahan
pendahuluan oli motor yang mempunyai indeks viskositas tinggi.
Suhu operasi berjarak dari -20 0F untuk nafta dan kerosene
sampai +60 0F untuk minyak–minyak yang mempunyai titik tuang
(pour point) tinggi. Nisbah pelarut terhadap minyak adalah 0,5
– 3,0 berbanding 1,0 sedangkan untuk minyak-minyak berat
memerlukan nisbah pelarut-minyak yang lebih besar.
11.5.4 Ekstraksi Chlorex
Proses ini adalah proses pelarut tunggal yang
memperlihatkan selektivitas yang baik dan daya pelarutan
solven yang tinggi pada suhu ekstraksi yang rendah. Tipe umpan
yang diolah adalah minyak-minyak dasar parafinik yang tinggi
(minyak-minyak yang berasal dari kontinental timur dan
Pensylvania), untuk memperbaiki indeks viskositas dan
menaikkan yield-nya. Stabilitas chlorex diperoleh dari produk
komersil yang diperbaiki dengan pemisahan sejumlah kecil asam
khlorida (HCl) yang ada.
Minyak-minyak dasar parafinik yang mengandung
resin tetap dan hampir bebas dari aspal dapat dilakukan
pengolahannya memakai pelarut tunggal tanpa menarik aspal.
Suhu ekstraksi berkisar antara 100 - 120 oF. Distilat-distilat
213
Page 214
minyak dasar parafin ataupun residu tanpa aspal dapat
diekstraksi pada suhu 30 - 80 oF tanpa memisahkan lilin.
Chlorex yang menpunyai berat jenis besar dapat memungkinkan
pemisahan dua fasa. Meskipun efisiensi ekstraksi naik
berbanding lurus dengan kenaikan nisbah pelarut-minyak dan
berbanding terbalik dengan suhu, namun umpan minyak yang
mengandung lilin tinggi harus memerlukan proses penarikan
lilin terlebih dahulu apabila diinginkan recovery tinggi dan
kecepatan korosi yang rendah pada kondisi pengolahannya.
Ekstraktor banyak tingkat (4 - 7 tingkat) dengan aliran
berlawanan arah dipakai pada proses ini. Fasa rafinat
mengandung 15 - 25 % pelarut. Chlorex diperoleh kembali pada
suhu 300 - 325 oF pada tekanan hampa 26 - 28 inHg menggunakan
steam.
Proses ini dikembangkan oleh Standard Oil Co pada tahun
1930 dan dipakai secara luas sampai tahun 1940 - 1950 untuk
memproduksi minyak pelumas berkualitas tinggi. Sekarang proses
ini telah dimodifikasi dengan proses yang lebih modern lagi.
11.5.5 Ekstraksi Nitrobenzena
Proses ini adalah proses ekstraksi solven tunggal
dengan daya pelarutan tinggi dipakai untuk minyak–minyak
pelumas atau residu dari minyak mentah tertentu. Umpan masuk
bervariasi antara distilat ringan (150 SSU pada 100 0F) dan
residu berat (950 SSU pada 210 0F). Lilin di dalam umpan tidak
akan mengganggu proses pengolahan, ataupun tidak memerlukan
penarikan aspal sebagai prasyarat operasi. Pengolahan dengan
lempung (clay) biasanya dilakukan untuk memperbaiki warna dan
kandungan karbon residu. Pelarutan yang tinggi oleh
214
Page 215
nitrobenzene memungkinkan penggunaan suhu ekstraksi rendah
yaitu 30 – 100 0F dan nisbah pelarut-minyak 0,5 - 2,5
berbanding 1,0. Diperlukan pula peralatan refrigerasi.
Recovery nitrobenzen dari minyak terjadi pada suhu 350 0F
dengan steam pada tekanan hampa. Sistem pengolahan menggunakan
kontraktor 5 tingkat dipasang secara cascade dengan aliran
yang berlawanan arah antara minyak dan solven. Untuk umpan
minyak distilat pelumas SAE 30 berasal dari kontinental timur
yang mengandung lilin (25,5 0API ; viskositas 75 SSU pada 2100F) diolah dengan nisbah pelarut-minyak 1 : 1 pada 50 0F akan
menghasilkan produk rafinat dengan yield 75 % (30,2 0API ;
viskositas 63 SSU pada 210 0F). Proses ini dikembangkan dan
dioperasikan oleh Atlantic Refining Co.
11.5.6 Ekstraksi Duo-Sol
Proses ini adalah proses pengolahan menggunakan pelarut
ganda untuk menarik aspal secara simultan dari minyak-minyak
pelumas atau suatu residu atau minyak–minyak distilat. Propana
digunakan sebagai pelarut parafinik untuk operasi penarikan
aspal (yaitu melarutkan minyak sebagai rafinat dan
mengendapkan aspal).
Asam kresilat (biasanya mengandung 20 – 40 % fenol)
adalah pelarut naftenik, melarutkan endapan aspal dan senyawa–
senyawa yang tidak diinginkan seperti aromatik, naftena,
pembentuk warna dan senyawa yang indeks viskositasnya rendah.
Dapat juga dipakai fenol murni sebagai pelarut. Campuran asam
kresilat-fenol dirujuk sebagai pelarut terbaik disebut sebagai
selecto, karena pengenceran minyak oleh propan maka viskositas
fasa rafinat menjadi rendah, sehingga relatif lebih mudah
215
Page 216
dipisahkan dari fasa ekstrak. Pada suhu pengolahan yang
normal, kelarutan lilin dalam propan cukup tinggi sehingga
memungkinkan ekstraksi menggunakan pelarut terhadap minyak–
minyak dapat dilakukan tanpa menarik lilin. Unit komersil
proses ini menggunakan 7 – 9 buah kontraktor yang berlawanan
arah seperti terlihat pada Gambar 11.8.
Gambar 11.8 Ekstraksi Duo Sol
Umpan minyak segar dimasukkan ke dalam sistem
ekstraksi pada ekstraktor kedua atau ketiga dari ujung
pengeluaran ekstrak. Pelarut propana dan selecto dimasukkan
masing-masing ke dalam outlet rafinat dan outlet ekstrak.
Kondisi operasi pada suhu ekstrasi 120 – 150 oF
meskipun ada beberapa umpan yang dapat diolah pada suhu 90 oF.
Nisbah pelarut-minyak adalah 4 : 1 atau lebih besar (% berat
untuk propana dan % vol untuk selecto). Kandungan fenol dalam
selecto adalah 35 – 40 % vol atau lebih besar. Kandungan air
dalam selecto dijaga lebih kecil dari 0,15 %. Variabel-
variabel di dalam ekstraksi Duo-Sol yang umum dipakai adalah
216
Page 217
sebagai berikut : a) pada nisbah propana-selecto yang konstan,
kenaikan rasio total solven-minyak akan memperbaiki indeks
viskositas dan karbon residu rafinat, b) pada nisbah selecto-
minyak yang konstan, kenaikan propana akan menurunkan indeks
viskositas dan juga dapat menurunkan atau menaikkan karbon
residu, c) pada nisbah propana-minyak yang konstan, kenaikan
selecto akan memperbaiki indeks viskositas dan karbon residu.
11.5.7 Proses SO2 Cair Benzena
Proses ini menggunakan pelarut campuran untuk mengolah
minyak-minyak pelumas yang akan diperbaiki indek
viskositasnya. SO2 cair adalah pelarut yang sangat selektif
terhadap senyawa-senyawa hidrokarbon aromatik dan non-
parafinik lainnya, tetapi mempunyai kapasitas pelarut yang
rendah. Campuran SO2 cair dan benzena akan menaikkan kapasitas
pelarutan dengan tetap memelihara selektivitas. Variasi persen
benzena didalam campuran pelarut dimungkinkan untuk memilih
kondisi operasi yang menguntungkan bagi suatu umpan supaya
spesifikasi produk yang diingini dapat diperoleh.
Pada suatu suhu ekstrasi tertentu, kenaikan dalam
persen benzena akan menaikkan daya pelarutan solven (pelarut)
dalam campurannya. Perancangan pabrik sama dengan proses
menggunakan pelarut tunggal, tetapi sistem recovery pelarut
lebih rumit untuk pemisahan pelarut yang diambil kembali. Suhu
ekstrasi sekitar 25 oF, nisbah campuran pelarut-minyak adalah
2 : 1. Produk akhir minyak pelumas mempunyai indeks viskositas
90 - 100, dengan perbaikan karbon residu dan stabilitas
oksidasi. Pengolahan minyak-minyak pelumas dari pantai teluk
(20o API ; viskositas 66 SSU pada 210 oF ; indeks viskositas
217
Page 218
23 ; 0,24 % berat karbon residu) dengan pelarut 25 % vol
bexena dan 75 % vol SO2 menghasilkan produk rafinat 74 % (25,3oAPI ; viskositas 60,5 SSU pada 210 oC ; indeks viskositas
63 ; dan 0,66 % berat karbon residu).
11.6 Proses Ekstraksi Aromatik
Proses ekstraksi aromatik adalah proses sinambung
yang menggunakan satuan-satuan operasi, yaitu distilasi,
ekstraksi dan absorpsi, masing-masing ataupun secara bersama
untuk memisahkan aromatik dari campuran hidrokarbon. Produk
yang diinginkan dari semua proses tersebut secara normal
adalah aromatik, untuk penggunaan petrokimia atau komponen
blending yang mempunyai angka oktan tinggi, akan tetapi produk
utama dari rafinat yang telah ditarik aromatiknya ini adalah
kerosin atau parafin ringan tak berbau yang digunakan untuk
minyak bakar jet (avtur) atau pelarut khusus non-aromatik .
Umpan yang diolah dapat berupa hampir semua
hasil-hasil kilang seperti naphta straight-run, naphta cracking dan,
naphta reforming yang mempunyai jarak didih antara 150 – 700 oF.
Selama dilakukan mekanisme proses-proses ekstraksi cair-cair,
adsorpsi selektif dan distilasi ekstraktif yang sederhana
untuk memisahkan aromatik, maka distilasi azeotrop kadang-
kadang digunakan secara komersil dalam pemulihan pelarut dari
proses-proses tersebut.
Macam-macam proses ekstraksi aromatik adalah :
1. Distilasi Ekstraktif.
2. Ekstraksi Udex.
3. Ekstraksi Modifikasi SO2.
4. Proses Arosorb.
218
Page 219
5. Adsorpsi Siklik.
6. Ekstraksi Sulfolan.
11.6.1 Distilasi Ekstraktif
Proses ini adalah proses sinambung fasa uap-cair
untuk mengambil aromatik basis nitrogen (benzena, toluena
atau silena) masing-masing dari fraksi minyak (biasanya
reformat katalis). Pelarut yang digunakan untuk menaikkan
beda tekanan uap di antara komponen-komponennya.
Apabila terdapat olefin di dalam umpan, maka
dilakukan pengolahan pendahuluan secara kimia dengan asam
sulfat, asam fosfat atau tanah liat. Pelarut-pelarut yang
digunakan adalah fenol untuk benzena dan toluena, campuran
asam kresilat untuk silena. Proses ini dilisensi oleh Shell
Development Co. Unit komersil pertama beroperasi pada tahun
1940.
11.6.2 Ekstraksi Udex
Proses ini adalah proses pemulihan fasa cair-cair
untuk ekstraksi selektif dari aromatik dengan kemurnian
tinggi dari campuran hidrokarbon menggunakan campuran pelarut
dietil glikol dan air (8 – 10 %). Keunggulan proses ini
adalah dapat mengolah umpan dengan jarak didih yang luas
untuk menghasilkan campuran aromatik dengan kemurnian tinggi
yang dapat dimurnikan dengan tanah liat dan difraksionasi
menjadi benzena dan toluena, dan konsentrat silena dan etil
benzena yang murni. Apabila umpan dengan jarak didih yang
219
Page 220
cukup maka dihasilkan juga produk bawah fraksionator berupa
campuran aromatik seperti silena, yatu C8, C10 dan C11.
Proses ini menggunakan kolom ekstraktor banyak
tingkat dengan aliran sinambung yang berlawanan arah. Umpan
yang akan diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan senyawa
aromatik alkenil, naik ke atas berlawanan arah dengan pelarut
yang turun ke bawah sehingga menarik semua aromatik yang ada.
Tekanan cukup tinggi untuk menjaga fasa cairan dengan suhu
relatif rendah.
Proses ini dilisensi oleh UOP. Unit komersil pertama
beroperasi pada kilang Eastern States Petroleum Co di Houston-Texas
pada tahun 1952.
11.6.3 Ekstraksi Modifikasi SO2
Proses ini adalah proses fasa cair-cair untuk
ekstraksi selektif aromatik dari campuran hidrokarbon dalam
nafta murni, reformat katalis atau distilat-distilat berat.
Campuran ekstrak pelarut dengan SO2 cair dan aromatik
dipekatkan dalam fasa ekstrak yang turun kontak dengan minyak
pencuci (suatu fraksi kerosin yang ada dalam reformat
katalis) untuk pemisahan non-aromatik yang mempunyai titik
didih rendah dari ekstrak menjadi fasa rafinat.
Sejarahnya, proses ini merupakan modifikasi yang
diusulkan oleh Edeleanu pada tahun 1907 untuk memisahkan
aromatik dari kerosin dengan ekstraksi SO2. Instalasi
komersil pertama dari proses ini dibuat oleh Baytown Ordinance
and Works (sekarang milik Humble Oil and Refining Co) selama Perang
Dunia II di Baytown-Texas.
220
Page 221
11.6.4 Proses Arosorb
Proses ini pertama kali digunakan untuk
memisahkan aromatik dari berbagai fraksi kilang (jarak didih
150 – 700 oF) melalui fasa cair-padat. Proses ini meliputi
adsorpsi-desorpsi siklik yang selektif dalam unggun diam
berisi silika-gel. Senyawa-senyawa olefin dan cairan non-
hidrokarbon dapat juga dipisahkan.
Untuk umpan yang mempunyai titik didih rendah
dipakai desorben yang titik didihnya lebih tinggi dari umpan,
sedangkan untuk umpan yang mempunyai titik didih tinggi
digunakan desorben yang titik didihnya lebih rendah. Desorben
yang banyak dipakai adalah silena (65 %). Kondisi operasi
kira-kira 130 oF dan 150 psi.
Untuk tipe umpan reformat katalis dengan jarak
didih 250 – 400 oF (63 % aromatik), yield konsentrat aromatik
adalah 59 % (93 % aromatik). Konsentrat jenuh mengandung 19 %
(v) aromatik. Untuk operasi yang istimewa ini, digunakan
desorben benzena (60 % vol) dan fraksi jenuh (160 – 190 oF)
yang akan keluar dari puncak menara fraksionasi. Proses ini
mula-mula dikembangkan oleh Sun Oil Co, tetapi sekarang hak
patennya dipegang oleh UOP. Unit komersil pertama telah
beroperasi pada kilang Petrocarbon Chemicals Inc di Irving-Texas
pada tahun 1951.
11.6.5 Adsorpsi Siklik
Adsorpsi siklik dipakai untuk pemisahan aromatik
dari hidrokarbon minyak dengan operasi siklik adsorpsi-
221
Page 222
desorpsi yang selektif dalam unggun diam berisi silika-gel.
Seperti halnya proses arosorb, proses fasa cair-padat ini
muncul dengan kebutuhan akan utilitas yang besar pada
aromatik kelompok nitrogen yang dipulihkan dengan yield 99 %
dan kemurnian 99 %. Proses ini juga dapat dilakukan untuk
dearomatisasi umpan untuk memproduksi rafinat murni seperti
tiner cat yang tak berbau atau kerosin berkualitas tinggi.
Langkah-langkah proses siklik meliputi :
1. Ekstraksi material yang dapat diserap dari umpan (proses
refining).
2. Pemekatan fasa yang telah diserap (proses enriching).
3. Stripping (pelucutan) untuk pengambilan ekstrak dan
regenerasi silika-gel.
Apabila digunakan umpan reformat katalis maka
waktu untuk proses refining adalah 30 menit. Jika umpan kerosin
akan memerlukan waktu 2 jam. Senyawa yang digunakan untuk
pelucutan adalah kerosin atau fraksi pentana jika umpannya
reformat katalis, sedangkan untuk pengolahan umpan kerosin
maka dapat digunakan gasolin ringan (straight-run) sebagai
senyawa pelucut.
11.6.6 Ekstraksi Sulfolan
Proses ini merupakan gabungan antara ekstraksi
fasa cair-cair dengan distilasi ekstraktif. Pelarut yang
digunakan adalah sulfolan [(CH2)4SO2] yang dibuat dengan
mereaksikan SO2 dengan butadiena dan reaksi hidrogenasi
sulfolena menjadi sulfolan. Unit-unit yang sekarang
menggunakan dietil glikol sebagai pelarut ekstraktif yang
222
Page 223
dapat diubah dengan sedikit modifikasi terhadap pemakaian
sulfolan.
Keuntungan unit-unit tersebut adalah :
1. Selektifitas yang lebih besar untuk aromatik.
2. Menurunkan kebutuhan panas sekitar 50 % per-barel umpan.
3. Menaikkan kapasitas unit sekitar 50 %.
Proses sulfolan dikembangkan oleh Shell Development
Co pertama kali untuk membuat benzena murni, toluena dan
silena dari reformat katalis. Proses ini dilisensi oleh UOP,
sedangkan katalis sulfolan dibuat secara komersil oleh Shell.
223
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 224
Selesaikan soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Uraikan hal-hal apa saja yang dianggap sebagai faktor yang
mempengaruhi umur katalis asam sulfat !
2. Jelaskan dan uraikan mekanisme pemilihan pelarut untuk
ekstraksi !
3. Sebutkan macam-macam proses penarikan minyak dari dalam
lilin !
4. Apakah yang dimaksud dengan proses dewaxing, deoiling
pada pengolahan lilin!
5. Jelaskan mekanisme pembentukan kristal lilin sehingga dapat
dipisahkan dari dalam minyak dengan urea sebagai pelarut ?
224
Page 225
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Sebutkan macam-macam cara penarikan aspal dengan
menggunakan pelarut !
2. Apakah perbedaan proses penarikan aspal dengan menggunaan
metoda Ekstraksi Furfural dan proses deasphalting ?
3. Pada penarikan aspal dengan solven propan, jelaskan
kriteria jenis umpan yang dapat diolah sehingga diperoleh
yield yang tinggi !
4. Jelaskan kerugian memakai solven MEK (metil etil keton)
pada pembuatan lilin apabila proses deoiling tidak diikuti
dengan proses dewaxing !
225
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 226
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum ProcessingHandbook. Mc-Graw Hill Book Co. New York.
2. Maxwell, J.B., 1980. Data Book on Hydrocarbon : Application toProcess Engineering. The ESSO Series. D.Van Nostrand Company.New York,
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. McGraw Hill Book Co. Singapore.
4. Pandey, G.N., 1994. A Texbook of Chemical Technology. Volume II(Organic). Vikas Publishing House PVT Ltd. New Delhi.
226
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 227
PROSES-PROSES PEMURNIAN
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Mahasiswa memahami proses-proses pemurnian minyak dari
senyawa-senyawa pengotor yang terdapat di dalamnya.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan 2 macam
proses pengolahan dengan soda, yaitu regeneratif dan non-
regeneratif.
2. Mahasiswa mampu menguraikan pokok-pokok diagram
alir proses pengolahan soda secara umum.
227
KEGIATAN BELAJAR XII Jurusan
Teknik Kimia
Page 228
3. Mahasiswa mampu menjelaskan uraian proses
pengolahan dengan asam sulfat.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme
penyerapan kotoran minyak dengan adsorben lempung.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan proses oksidasi
pada pengolahan sweetening untuk membersihkan minyak.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan uraian proses
pemurnian minyak dengan copper sweetening.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan salah satu
mekanisme reaksi untuk penyisihan hidrogen sulfida dari
dalam minyak.
Lembar Informasi XII : Proses-Proses Pemurnian
12.1 Pendahuluan
Zat-zat pengotor yang terdapat dalam minyak mentah
bervariasi dalam jumlah dan jenisnya. Zat-zat tersebut terdiri
dari senyawa-senyawa organik yang mengandung sulfur, nitrogen,
228
KEGIATAN BELAJAR XII Jurusan
Teknik Kimia
Page 229
dan oksigen; logam-logam terlarut dan garam-garam anorganik;
garam-garam yang terlarut yang larut dalam air yang terbawa
minyak membentuk emulsi. Zat-zat pengotor yang tidak diingini,
biasanya dipisahkan atau dirubah ke dalam bentuk yang tidak
berbahaya.
Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk menjaga : a)
korosi peralatan, b) kerusakan katalis, c) menurunkan mutu
produk akhir seperti warna yang jelek, ketidak stabilan
terhadap cahaya, korosif, bau yang tidak enak, dan lain-lain.
Beberapa pengolahan secara kimiawi dan gabungan
beberapa cara dapat dipakai, dan kebanyakan memilih satu atau
lebih dari klasifikasi pengolahan sebagai berikut: 1) dengan
asam, 2) dengan alkali (soda), 3) dengan pelarut, 4) dengan
oksidasi, 5) dengan adsorpsi lempung.
Pemilihan proses pengolahan untuk situasi kilang
tertentu tergantung pada keadaan alam fraksi minyak yang
diolah dan spesifikasi yang diingini untuk produk akhir atau
produk menengah. Pada pengolahan produk-produk rigan (straight-
run), metoda pengolahan kimiawi telah menjadi hal yang tidak
menarik semenjak perkembangan proses hidrogen yang menjadi
praktis sebagai suatu hasil dari produk samping dari reforming
katalis. Seiring dengan hal tersebut adalah meningkatnya
kebutuhan dan perkembangan lebih lanjut tentang proses
pemisahan gas-gas asam (H2S) untuk pembuatan sulfur.
Sebaliknya fraksi-fraksi perengkahan katalis tetap memakai
pengolahan kimiawi, umumnya dengan variasi pencucian soda.
229
Page 230
12.2 Pengolahan dengan Soda Kaustik
Pengolahan produk-produk minyak bumi dengan soda adalah
setua industri minyak itu sendiri. Bau dan warna produk
diperbaiki dengan memisahkan asam-asam organik dan senyawa-
senyawa sulfur seperti asam naftenik, merkaptan sulfur,
hidrogen sulfida, dan senyawa-senyawa fenol.
Salah satu contoh diagram alir proses soda dapat dilihat pada
Gambar 12.1.
Gambar 12.1 Diagram Alir Pemurnian dengan Soda
Larutan soda bervariasi antara 5 – 20 % (berat),
dipakai pada suhu 70 - 110 oF dan tekanan 5 - 40 psig. Suhu
dan konsentrasi soda yang tinggi biasanya dihindari, sebab
akan membahayakan warna minyak dan kehilangan kestabilan pada
beberapa distilat. Nisbah soda terhadap produk pengolahan
adalah 1 : 1 sampai 1 : 10. Proses-proses yang disertai dengan
regenerasi soda sudah sedemikian populer. Soda pencuci sangat
sering dipakai sebagai pengolah pendahuluan dari beberapa
proses yang lain dengan maksud menghemat pemakaian bahan kimia
230
Page 231
dan perlindungan katalis. Paten Amerika untuk pengolahan
minyak dengan soda telah lama dikeluarkan semenjak tahun 1863
dan perbaikan-perbaikannya telah banyak dilakukan sampai hari
ini.
Macam-macam proses pengolahan menggunakan soda adalah :
1. Pengolahan Tidak Regeneratif
a. Pengolahan Sederhana dengan Soda
b. Pengolahan Polisulfida
2. Pengolahan Regeneratif
a. Proses Distilat Dua Lapis
b. Elektrolisa Merkaptan
c. Proses Gasolin Dua Lapis
d. Proses Ferosianida
e. Proses Mercapsol
f. Regeneratif Steam-Solutizer
g. Regenaratif udara-Solutizer
h. Regenaratif Tanin-Solutizer
i. Ekstraksi Merkaptan Unisol
Penggunaan soda kaustik dapat juga dipakai untuk
pemurnian gas yang mengandung senyawa-senyawa belerang
dioksida (SO2) dan partikulat-partikulat yang dilakukan dengan
scrubber. Proses ini diaplikasikan pada unit pembakaran bahan
bakar cair (fuel oil) dan padat (batubara) pada ketel (boiler)
untuk pembuatan steam, seperti terlihat pada Gambar 12.2.
231
Page 232
Gambar 12.2 Sistem Scrubbing Gas SO2
12.2.1 Pengolahan Tidak Regeneratif
a. Pengolahan Sederhana dengan Soda
Pengolahan dengan soda yang tidak regeneratif umumnya
ekonomis dipakai apabila kotoran-kotoran minyak berada dalam
konsentrasi yang rendah dan lumpur limbah tidak jadi masalah.
H2S dalam jumlah yang sangat sedikit (trace) dapat dipisahkan
dari gas cair dan gasolin ringan pada berbagai cara memakai
kalsium, amonium, atau larutan NaOH. Cara praktis yang umum
dipakai adalah menggunakan NaOH pada sistem pengolahan
tunggal, dengan kontak yang baik maka H2S dapat direduksi
menjadi kurang dari 0,0001 % (berat) disertai dengan pemisahan
sebagian merkaptan. Gasolin rengkahan sering diolah untuk
memisahkan fenol dan merkaptan di dalam sistem dua atau tiga
tingkat dengan penyerap soda.
b. Pengolahan dengan Polisulfida
Proses ini adalah pengolahan kimia non-regeneratif
untuk memisahkan sulfur erlementer dari produk kilang cair.
232
Page 233
Larutan soda-polisulfida disiapkan dengan cara melarutkan 1 lb
Na2S dan 0,1 lb S2 ke dalam masing-masing satu galon NaOH 15oBe. Sulfur harus larut sempurna untuk menghindari kontaminasi
pada waktu pengolahan. Di dalam kilang, Na2S dapat disiapkan
dengan melewatkan H2S melalui larutan soda. Untuk pengolahan
polisulfida biasanya digunakan peralatan pencucian soda dengan
suhu dijaga sekitar 120 oF. Peralatan yang diperlukan antara
lain pompa pencampur sentrifugal-pemasukan ganda (double
suction). Keluaran pompa dengan 60 % minyak dan 40 %
polisulfida akan menghasilkan efisiensi penarikan sulfur yang
maksimum.
12.2.2 Pengolahan Regeneratif
Pengolahan soda dengan steam-regenerative dimaksudkan untuk
pemisahan secara langsung merkaptan dari gasolin ringan
(straight run) seperti terlihat pada Gambar 12.3.
Soda diregenerasi dengan menghembuskan steam ke dalam
menara stripping. Keadaan alamiah dan konsentrasi merkaptan yang
dipisahkan dapat mengatur jumlah dan suhu pengolahan. Soda
secara perlahan-lahan akan menjadi jelek karena akumulasi
material yang tidak dapat dipisahkan dengan stripping. Kualitas
soda dijaga secara terus menerus dengan membuangnya dan
menggantinya dengan sejumlah kecil larutan soda baru.
233
Page 234
Gambar 12.3 Diagram Alir Pengolahan Soda Regeneratif
a. Proses Distilat Dua Lapis
Proses ini dilisensi oleh Mobil Oil Corp yang
mengekstrak bahan-bahan yang mengandung asam-asam organik
(termasuk merkaptan) dari bahan bakar distilat-distilat murni
atau rengkahan menggunakan reagensia dua lapis. Bagan alir
proses ini dapat dilihat pada Gambar 12.4.
Pada proses ini, diperbaiki stabilitas residu karbon,
dan kompatibilitas minyak-minyak distilat. Reagenesia secara
terus menerus disiapkan di dalam settler, yang dapat memisah
menjadi campuran soda dan asam kresilat dengan kondisi yang
diawasi. Lapisan bawah adalah 42 – 50 % soda jenuh dengan
garam kresilat, dipakai untuk mengolah distilat. Settler juga
melakukan pemisahan distilat (lapisan atas) dan memisahkan
kelebihan garam kresilat dan kotoran-kotoran (lapis tengah).
Proses ini beroperasi pada suhu 130 oF dimana distilat dan
reagenesia bercampur dan mengalir ke dalam settler sehingga
terjadi 3 lapis cairan yang dipisahkan dengan bantuan
koagulasi elektrik.
234
Page 235
b. Proses Gasolin Dua Lapis
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Mobil Oil
Corp, merupakan proses yang regeneratif. Proses ini dipakai
untuk mengekstrak merkaptan sulfur dari LPG, gasolin dan nafta
menggunakan reagensia dua lapis. Diagram alir proses dapat
dilihat pada Gambar 12.5.
Proses ini memperbaiki stabilitas, warna, dan
kerentanan TEL dari bahan bakar yang diolah. Reagensia
disiapkan di dalam settler di bawah kondisi yang dikontrol untuk
dapat dipisah menjadi dua fasa yaitu campuran soda dan garam
asam kresilat. Fasa/lapisan atas adalah kalium atau natrium
kresilat yang digunakan sebagai pengolah gasolin. Gasolin yang
bebas H2S dikontakkan dengan larutan dua lapis (4 – 6 %) pada
suhu 120 oF pada pengolahan dua tingkat. Proses ini memerlukan
10 lb steam untuk setiap barel gasolin.
235
Page 236
Gambar 12.4 Diagram Alir Proses Distilat Dua Lapis
Gambar 12.5 Diagram Alir Proses Gasolin Dua Lapis
c. Elektrolisa Merkaptan
Proses ini dikembangkan oleh American Development Corp
memakai larutan soda (biasanya NaOH atau KOH) untuk
236
Page 237
mengekstrak merkaptan dari produk-produk kilang. Suatu proses
elektrolisa digunakan untuk meregenarasi larutan. Pada
pengolahan ini persoalan limbah diminimalkan dan penggunaan
reagensia dimaksimalkan.
Umpan minyak dicuci dengan soda untuk memisahkan
H2S dan mengkontakkannya secara berlawanan arah dengan larutan
yang sudah diolah di dalam Menara Ekstraksi Merkaptan. Gasolin
olahan keluar dari puncak menara. Regensia bekas dari bawah
menara dicampur dengan sedikit larutan yang telah diregenerasi
bersama dengan produk samping oksigen dari sel ADC. Campuran
ini disaring dan dipompakan ke dalam sel ADC untuk
dielektrolisa. Aliran masuk sel ADC dibagi dua, sebagian besar
masuk ke anoda untuk memecah merkaptan menjadi oksigen dan
disulfida, dan sebagian lagi masuk ke katoda yang menghasilkan
hidrogen.
d. Proses Ferosianida
Proses ini adalah pengolahan kimiawi yang
regeneratif untuk memisahkan merkaptan dari nafta ringan
(straight-run), LPG, dan gasolin memakai reagensia soda-natrium
ferosianida. Natrium ferosianida ditambahkan ke dalam larutan
soda konsentrasi rendah, yang apabila dikonversi menjadi
ferisianida dapat berfungsi sebagai oksidator baik dalam
operasi ekstraksi maupun dalam regenerasi. Operasi diatur
sedemikian rupa sehingga gasolin bertemu dengan soda dan
ferosianida selama estraksi dan soda dengan ferisianida selama
sweetening. Larutan bekas (mengandung merkaptan dan ferosianida)
dicampur dengan larutan segar (mengandung ferisianida) dalam
tanki pencampur. Larutan bebas sulfur keluar dari menara
237
Page 238
dibagi menjadi dua aliran dimana salah satunya dikembalikan ke
dalam menara ekstraksi. Aliran lainnya dimasukkan kedalam
elektrolizer untuk merubah ferosianida menjadi ferisianida.
Efluen dari elektrolizer sebagian dikirim ke sweetening pada
menara ekstraksi dan sebagian lagi bergabung dengan larutan
bekas.
e. Proses Mercapsol
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Purse Oil Co
adalah suatu proses pengolahan kimiawi yang regeneratif untuk
mengekstrak merkaptan sulfur (93 – 95 %) menggunakan larutan
NaOH yang mengandung campuran kresol, asam-asam, dan fenol
sebagai promotor stabilisasi. Melalui pengolahan ini maka
minyak akan diperbaiki stabilitasnya, bau, dan kerentanannya
terhadap TEL.
f. Regeneratif Steam–Solutizer
Proses pengolahan kimia ini dikembangkan oleh Shell
Development Co untuk ekstraksi merkaptan dari gasolin atau
nafta dalam rangka spesifikasi bau yang sedap (sweet)
menggunakan “solutizer” (kalium isobutirat, kalium alkil
penolat, dsb.) dalam larutan basa kuat KOH. Suhu pengolahan
adalah 100 oF. Regenerasi dilakukan dengan steam pada suhu 270oF pada kolom stripping. Steam dan merkaptan dikondensasi dan
dipisahkan, sedangkan laurtan solutizer yang telah diregenerasi
dikembalikan kedalam ekstraktor. Konsumsi larutan ini adalah
10 - 30 lb per barel gasolin yang diolah. Proses ini mula-
mula dikembangkan pada tahun 1939, unit pertama beroperasi di
kilang Shell Oil Co di Wood River-Illinois pada 1940.
238
Page 239
g. Regeneratif Udara – Solutizer
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Shell
Development Co, digunakan untuk pemisahan merkaptan dari
gasolin berat. Proses ini identik dengan Regeneratif Steam-
Solutizer kecuali pada langkah regenerasi yang menggunakan udara
bebas CO2. Larutan solutizer bekas yang bebas gasolin dikontakkan
dengan udara dalam kolom aerator pada suhu 160 oF dan tekanan
40 - 100 psig selama 10 - 20 menit. Disulfida yang terbentuk
karena oksidasi merkaptan diekstraksi dengan nafta pencuci.
Larutan solutizer yang telah diregenerasi ini dilewatkan melalui
filter untuk memisahkan sisa produk oksidasi (trace) sebelum
di-recycle ke menara ekstraktor.
h. Regeneratif Solutizer–Tannin
Proses ini merupakan variasi dari regeneratif udara–
solutizer untuk mengekstrak merkaptan dari gasolin menggunakan
tanin sebagai katalis oksidasi pada langkah regenerasinya.
Langkah ekstraksi dilakukan pada suhu 110 - 130 oF dan
dimasukkan ke dalam kolom regenerasi. Melalui hembusan udara
maka merkaptan dioksidasi menjadi disulfida karena adanya
tanin sebagai katalis. Adanya tannin dalam larutan solutizer juga
akan membantu konversi merkaptan di dalam gasolin menjadi
disulfida. Proses ini dikembangkan oleh Mobil Oil Corp bekerja
sama dengan Shell Development Co. Larutan solutizer dbuat oleh
Shell, sedangkan teknik regenerasi udara dengan katalis tanin
dikembangkan oleh Socony.
239
Page 240
i. Ekstraksi Merkaptan Unisol
Proses ini dikembangkan oleh Atlantic Refining Co dan
dilisensi oleh UOP Co. Unisol adalah proses kimia regeneratif
untuk ekstraksi merkaptan sulfur dan beberapa senyawa nitrogen
yang ada dalam gasolin masam atau distilat-distilat. Pada
proses ini digunakan larutan NaOH atau KOH yang mengandung
metanol sebagai pelarut. Pemisahan merkaptan dari gasolin
hampir sempurna (99 %+) disertai dengan perbaikan kerentanan
TEL dan stabilitas produk. Distilat-distilat (minyak pemanas,
dsb) diperbaiki bau dan stabilitasnya dengan pemisahan
merkaptan 95 %+.
Langkah ekstraksi pada suhu 100 oF dimana soda
masuk dari atas menara dan metanol dari tengah-tengah menara.
Soda bekas diregenerasi dalam menara stripping pada suhu 290 -
300 oF dimana metanol, air, dan merkaptan dipisahkan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12.6.
240
Page 241
Gambar 12.6 Diagram Alir Ekstraksi Unisol
12.3 Pengolahan dengan Asam dan Lempung
12.3.1 Pengolahan dengan Asam
Minyak mentah dan distilat-distilat menengah lainnya
diolah dengan senyawa kimia tertentu untuk memperbaiki sifat-
sifatnya seperti stabilitas terhadap cahaya, bau, kandungan
sulfur, dan jumlah bahan-bahan aspaltik. Pemurnian dengan
menggunakan asam, sama halnya dengan pemurnian menggunakan
soda kaustik merupakan cara pemurnian yang telah digunakan
semenjak industri perminyakan ada. Bermacam-macam asam dapat
digunakan seperti HF, HCl, HNO3, H3PO4, tetapi yang lebih umum
digunakan adalah asam sulfat (H2SO4) karena mempunyai
kelebihan yaitu dapat menyerap sulfur, mengendapkan aspal dan
menghilangkan bau yang tidak enak.
Pemurnian dengan asam sulfat merupakan pemurnian secara
kimia, baik secara kontinyu maupun secara batch. Reaksi antara
241
Page 242
asam dengan hidrokarbon sangat kompleks, umumnya membentuk
ester dan polimer, sebagai berikut :
RSH – CH2 + H2SO4 RCH2CH2SO4H
RSH – CH2 R[ -CH.CH2 -]n
Ester-ester yang terbentuk larut dalam asam, tetapi ia hanya
sedikit larut dan sulit dihidrolisis dengan air, dan pada
akhirnya produk yang dihasilkan masih mengandung sulfur.
Macam-macam proses pengolahan dengan asam adalah :
1. Pengolahan dengan Asam Sulfat
2. Proses Nalfining
a. Pengolahan dengan Asam Sulfat
Pengolahan dengan asam sulfat adalah proses pengolahan
secara kimia baik dengan cara batch ataupun kontinyu dipakai
untuk memisahkan sulfur, mengendapkan bahan-bahan yang
mengandung aspal, dan memperbaiki stabilitas, warna, dan bau
dari sejumlah produk-produk kilang. Kebutuhan/jumlah asam
sulfat yang dipakai dan kondisi operasi serta umpan yang
diolah dapat dilihat pada Tabel 12.1.
Tabel 12.1 Kualitas dan Kondisi Pemurnian dengan AsamKonsent(%)
Dosis(lb /barrel
)
Fraksi yangDiolah
Suhu(oF)
Kotoranyang
Disisihkan
WaktuKontak(men)
9393 –98 93 – 103
1 – 150 – 60
2
maks 8
KerosinPelumas GasolinMin. BakarMin. TransportDistilat
90 -135110 - 180 65 -60
Gab.SulfurTerSulfur
Dist.
30 – 4010< 1
242
Page 243
80 (tekan) Sulfur
Konsentrasi asam bervariasi antara 80 – 100 %, dan yang
umumnya dipakai adalah 93 %. Asam-asam lemah dipakai untuk
pengolahan masing-masing situasi untuk menurunkan sludge yang
terbentuk karena reaksi kimia dengan aromatik, dan/atau
hidrokarbon olefin. Suhu dijaga rendah pada 25 - 50 oF untuk
asam kuat, tetapi suhu tinggi 70 – 130 oF dapat dipakai secara
ekonomis. Metoda standar pengolahan distilat bertekanan yang
digunakan bertahun-tahun yang lalu adalah pengolahan dengan
asam, lalu diikuti oleh distilasi dengan steam dan diikuti lagi
pengolahan dengan doctor sweetening.
Pengolahan dari proses ini memerlukan biaya mahal,
kehilangan hasil proses tinggi, dan membutuhkan penyulingan
ulang (redistillation) pada beberapa hasil pengolahan. Pemakaian
sekarang adalah pada pengolahan kerosin dan pelarut-pelarut
khusus. Proses pengolahan dengan asam sulfat ini telah lama
dilakukan semenjak awal industri minyak tetapi proses ini
telah diganti dengan proses pencucian dengan soda secara
regeneratif, dan pada akhir-akhir ini diganti lagi dengan cara
hidrogenasi.
b. Proses Nalfining
Proses ini adalah suatu pengolahan kimiawi yang
kontinyu menggunakan asam asetat anhidrid diikuti dengan
pembilasan dengan soda pekat, untuk mengolah nafta ringan dan
distilat-distilat. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada
Gambar 12.7.
243
Page 244
Pada proses ini dapat diperbaiki warna,
stabilitas, dan bau. Langkah pencucian dengan soda akan
menetralisir pembentukan asam asetat yang korosif, dan pada
keseluruhan proses tidak terjadi kehilangan produk yang lebih
banyak.
Gambar 12.7 Diagram Alir Proses Nalfining
12.3.2 Pengolahan dengan Lempung
Pada pengolahan ini dipakai lempung alam dan sintesis
sebagai adsorben untuk mengolah produk-produk kilang dalam
rangka : a) untuk memperbaiki warna dan bau, b) untuk
mengurangi kandungan air, kotoran yang terendap, bahan-bahan
yang mengandung aspal dan resin, senyawa-senyawa nitrogen,
senyawa-senyawa teroksidasi, dan beberapa senyawa sulfur; dan
c) untuk menyerap secara khusus senyawa hidrokarbon olefin.
Secara umum terdapat 3 pendekatan metoda yang dilakukan dalam
pengolahan dengan lempung, yaitu : 1) perkolasi melalui
lempung kasar (khusus untuk minyak-minyak pelumas, dan lilin),
244
Page 245
2) kontak dengan lempung berbentuk bubuk (untuk distilat-
distiliat ringan dan berat), dan 3) kontak fasa uap melalui
unggun onggokan yang longgar (untuk gasolin dan distilat-
distilat ringan).
Saringan perkolasi tingginya 15 - 30 ft dan dapat memuat 100
ton lempung. Minyak mengalir baik secara gravitasi maupun
dengan dipompakan ke dalam unggun tersebut. Lempung bekas
dicuci dengan pelarut dan di-steam secara in-situ, kemudian
dipisahkan dan diregenerasi dengan pembakaran.
Pengolahan dengan lempung dipakai secara luas pada
awal tahun 1940-an. Semenjak itu karena perkembangan proses-
proses treating, penemuan inhibitor getah minyak (gum), dan
kemajuan teknologi perengkahan, maka pengolahan dengan lempung
untuk gasolin dan distilat-distilat pemakaiannya menurun.
Adsorpsi dengan lempung masih dipakai untuk memperbaiki warna
minyak pelumas, tetapi dalam prakteknya proses ekstraksi
menggunakan pelarut merupakan standar pengolahan. Pengolahan
dengan lempung sering kali dipakai sebagai proses akhir
setelah ekstraksi menggunakan pelarut.
Macam-macam proses pengolahan dengan lempung :
a. Filtrasi Kontak Kontinyu
b. Perkolasi Thermofor Kontinyu
c. Filtrasi Perkolasi
d. Pengolahan Efluen Alkilasi
e. Pengolahan Lempung Gray
a. Filtrasi Kontak Kontinyu
245
Page 246
Proses ini dikembangkan oleh Filtrol Corp, adalah suatu
proses pengolahan lempung secara kontinyu untuk produk akhir
pelumas, lilin, atau minyak-minyak khusus setelah melalui
proses pengolahan dengan asam, ekstraksi menggunakan pelarut,
atau distilasi. Adsorben lempung halus dicampur dengan umpan
dan dipanaskan pada 200 - 300 oF membentuk slurry. Slurry kemudian
dimasukkan ke dalam menara steam stripping. Setelah dikeluarkan
dari menara slurry lalu didinginkan dan disaring hampa, kemudian
di-strip secara hampa untuk mengontrol spesifikasi produk (titik
nyala, bau, dll). Minyak kemudian didinginkan, dan dipres
kering (blotter-press), lalu di bawa ke tanki penyimpanan. Yield
biasanya diperoleh lebih dari 98 %.
b. Perkolasi Thermofor Kontinyu
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Mobil Oil
Corp, adalah suatu proses pengolahan dengan lempung secara
kontinyu dan regeneratif, untuk menstabilkan dan memperbaiki
warna pelumas-pelumas atau lilin yang telah didistilasi,
disuling menggunakan pelarut, atau diolah dengan asam. Umpan
dipanaskan pada 125 - 350 oF dimasukkan ke dalam menara
perkolator melalui distributor banyak lubang (multi nozzle) pada
dasar menara. Setelah perkolasi secara berlawanan arah melalui
unggun lempung maka umpan ditarik dari atas menara dan
dilewatkan ke dalam blotter-press, kemudian dimasukkan ke dalam
tanki penyimpanan. Unit pertama proses ini telah diinstalasi
pada tahun 1953 pada kilang Mobil Oil Co di Coryton-Inggris.
c. Filtrasi Perkolasi
246
Page 247
Proses ini dikembangkan oleh Mineral & Chemicals
Phillips Corp, adalah suatu proses pengolahan dengan lempung
secara kontinyu, regeneratif siklik, fasa uap, untuk
memperbaiki warna, bau, dan stabilitas minyak-minyak pelumas
dan lilin. Minyak disaring melalui unggun yang mengandung 10 -
50 ton tanah pemucat atau bauksit aktif. Dua atau lebih unggun
dipakai secara bergantian dalam operasi dan regenerasi.
Lempung bekas dicuci sehingga bebas minyak dengan nafta
kemudian di-steam untuk memisahkan nafta. Setelah di-steaming,
lempung dibawa ke kiln dan bahan-bahan karbon dipisahkan dengan
pembakaran.
d. Pengolahan Efluen Alkilasi
Proses ini dikembangkan secara bersama oleh D.X. Sunray
Oil Co dan M.W. Kellog Co, merupakan suatu proses perkolasi
cair secara kontinyu dan regeneratif untuk memisahkan 90 %
asam-asam dan ester netral, dan memindahkan asam dari efluen
alkilasi katalis asam sulfat. Umpan yang berupa efluen dari
alkilasi katalis di-koalesi di dalam vesel yang berisi glass-
wool dan steel mesh, kemudian dimasukkan secara bergantian ke
dalam dua menara berisi bauksit dimana yang diserap mula-mula
adalah kotoran-kotoran. Setelah kontak mencapai sekitar ¾
bbd/lb adsorben, lalu perkolasi dijalankan, kemudian
diregenerasi dimana regenerasinya dipengaruhi oleh campuran
steam dan gas. Umur katalis diperkirakan sekitar 150 bbl/lb.
Proses ini dituntut lebih efektif dari proses kaustik yang
konvensional, dan dari proses pencucian dengan air.
e. Pengolahan Lempung Gray
247
Page 248
Proses ini dilisensi oleh Pure Oil Co yang semula
dikembangkan dan dilisensi oleh Gray Processes Corp, merupakan
suatu proses pengolahan lempung fasa uap secara kontinyu yang
dapat diregenerasi maupun non-regeneratif, dipakai untuk
polimerisasi selektif diolefin dan untuk memisahkan bahan-
bahan pembentuk gum yang terdapat dalam gasolin-gasolin
termis. Untuk operasi yang kontinyu dipakai dua atau lebih
menara perkolator Gray secara paralel (diameter 10 ft, tinggi
30 ft). tanah pemucat bekas (30/60 mesh) dapat dibuang atau
diregenerasi di dalam kiln. Uap-uap hidrokarbon dilewatkan
melalui unggun pada suhu 250 - 475 oF sedikit di atas titik
kondensasinya. Waktu kontak 20 - 400 detik. Uap hidrokarbon
masuk langsung ke menara Gray dari unit perengkahan setelah
pemisahan gas-gas yang tidak dapat dikondensasikan. Polimer
diolefin bersama larutan yang lain dikeluarkan (di-drain) dari
dasar menara dan ditampung dalam akumulator polimer. Polimer
yang tertinggal dalam menara perkolator Gray dipisahkan dari
gasolin dengan cara fraksionasi sebelum produk tersebut
dikondensasi dan dikirim ke tanki penyimpanan.
Pengolahan lempung Gray (menara 8 ton) pertama kali
diinstalasi secara komersil pada tahun 1924 untuk mengolah
motor fuel pada kilang Barnsdall Refining Co di Oklahoma. Proses
ini secara luas diterima pada tahun 1930 s/d 1940-an. Sejak
proses ini erat kaitannya dengan proses-proses termal maka
proses ini lambat laun ditinggallkan.
12.4 Pengolahan Sweetening
Proses sweteening adalah suatu proses untuk memisahkan
merkaptan, hidrogen sulfida, sulfur elementer dari dalam
248
Page 249
distilat-distilat ringan. Merkaptan memberikan bau yang kotor,
dan secara serius menurunkan angka oktan karena turunnya
kerentanan terhadap TEL. Sulfur erlementer (sendiri-sendiri
maupun yang terikut dengan merkaptan) akan menyebabkan korosi.
Macam-macam cara untuk mencapai kondisi sweetening adalah :
1. Oksidasi Merkaptan menjadi Disulfida
2. Pemisahan Merkaptan
3. Desulfurisasi, yaitu penghancuran dan pemisahan senyawa
sulfur lain yang terikut dengan merkaptan, hidrogen
sulfida, dan sulfur.
12.4.1 Oksidasi Merkaptan Menjadi Disulfida
Proses oksidasi ini merubah merkaptan menjadi disulfida
yang berbau besi sedikit. Untuk maksud tersebut sejumlah
kelompok proses sweetening telah dikembangkan. Pemilihan proses
tergantung pada situasi kilang tersebut.
Persamaan umum proses oksidasi ini adalah :
4 RSH + O2 2 RSSR + 2 H2O
Disulfida dapat menurunkan kerentanan terhadap TEL
dari aliran gasolin, maka proses ini lambat laun ditinggalkan.
Kecenderungan sekarang adalah memakai proses untuk memisahkan
merkaptan secara menyeluruh.
Macam-macam proses oksidasi adalah :
1. Oksidasi Sweetening, terdiri dari :
a. Doctor Sweetening.
b. Inhibitor sweetening.
c. Hypochlorite Sweetening.
d. Proses Bender
e. Proses Merox.
249
Page 250
2. Cooper Sweetening, terdiri dari :
a. Philips Cooper Sweetening.
b. UOP Cooper sweetening.
c. Linde Coper Sweetening.
1. Proses Oksidasi Sweetening
a. Sweetening dengan Larutan Doktor
Proses Doctor Sweetening adalah suatu proses pengolahan
kimia secara kontinyu ataupun batch untuk merubah merkaptan
yang ada dalam produk kilang yang masam (sour) menjadi
disulfida menggunakan larutan doktor (natrium plumbit,
Na2PbO2) dan sulfur bebas.
Reaksi yang terjadi adalah :
2 RSH + Na2PbO2 (RS)2Pb + 2 NaOH
(RS)2Pb + S
RSSR + PbS
Reagensia disiapkan dengan melarutkan timbal oksida dalam
larutan 5 – 20 % (berat) NaOH. Jumlah timbal oksida yang
dilarutkan (1 – 3 %) tergantung pada suhu dan konsentrasi
soda. Pada pengolahan kontinyu, umpan masam dicuci pendahuluan
dengan soda kaustik untuk memisahkan H2S dan komponen-komponen
asam lainnya. Sebagian aliran mengambil sejumlah sulfur, lalu
bergabung kembali dengan aliran utama, yang kemudian secara
intim bercampur dengan larutan doktor yang telah diregenerasi
pada suhu 85 - 120 oF. Campuran diendapkan dan dipisahkan di
dalam settler, dimana gasolinnya lalu disimpan. Reagensia bekas
dipanaskan dan di-skim didalam settler dan dihembusi udara pada
suhu 150 - 175 oF untuk menyempurnakan regenerasinya,
sedangkan reagensia segar secara periodik ditambahkan ke dalam
250
Page 251
sistem. Proses pemurnian doctor sweetening masih tetap dipakai
meskipun proses ini sudah tua di dalam industri minyak.
Perkembangan akhir-akhr ini di dalam hydrogen treating telah
mengurangi peranan doctor treating dalam mengolah distilat-
distilat. Kecenderungan pengolahan gasolin sekarang
menghindari pemakaian doctor treating disebabkan karena pengaruh
yang merusak oleh disulfida terhadap angka oktan bensin yang
mengandung timbal.
b. Sweetening dengan Inhibitor
Proses ini adalah suatu proses pemurnian kimia yang
kontinyu untuk memperbaiki gasolin yang mengandung sedikit
merkaptan dengan menggunakan inhibitor penilen-diamin, udara,
dan soda kaustik. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada
Gambar 12.8.
Gasolin rengkahan yang mengandung sulfur merkaptan
rendah dapat di sweetening dengan inhibitor tanpa adanya soda
kaustik, tetapi reaksinya akan disertai dengan pembentukan
peroksida yang berlebihan. Sweetening dengan inhibitor telah
digunakan secara luas dengan berbagai variasi sejak ditemukan
pada tahun 1946, tetapi secara umum berkaitan dengan pencucian
soda untuk mengurangi disulfida dan pembentukan peroksida.
Peroksida merupakan penyumbang terjadinya keburukan terhadap
stabilitas bensin bertimbal sehingga menyebabkan mesin-mesin
menjadi kotor. Inhibitor tipe penilen-diamin dipasarkan oleh
UOP Co, Tennes see Eastman Co, E.I.du Pont de Nomours & Co,
Ethyl Corp, dan lain-lain.
251
Page 252
Gambar 12.8 Sweetening dengan Inhibitor
c. Sweetening dengan Hipokhlorit
Proses ini adalah suatu proses kimia untuk merubah
merkaptan yang terdapat dalam gasolin alam atau gasolin ringan
(straight-run) menjadi senyawa-senyawa sulfur yang kurang
berbahaya. Prinsip reaksi adalah menghasilkan disulfida dengan
pembentukan terbatas sulfon dan asam-asam sulfonik, tergantung
pada konsentrasi reagensia. Reagensia yang dipakai berupa
natrium ataupun hipokhlorit. Reagensia yang dipakai berupa
natrium ataupun kalium hipokhlorit. Reagensia dapat disiapkan
dikilang dengan melewatkan gas khlor melalui larutan soda 10 %
pada suhu 95 oF, dapat juga disiapkan tepung pemucat (kalsium
hipokhlorit) yang mengandung 65 % khlor. Apabila terdapat trace
hidrogen sulfida lebih banyak, maka pencucian pendahuluan
dilakukan dengan alkali akan menurunkan biaya bahan kimia dan
mencegah pembentukan sulfur bebas. Setelah dipakai untuk
pencucian, alkali sering kali dipakai untuk memisahkan produk-
produk hasil khlorinasi yang tidak dikehendaki. Suhu
pengolahan adalah 95 - 110 oF.
Proses ini berkembang baik pada tahun 1930-an,
tetapi sekarang terbatas hanya untuk mengolah gasolin alam dan
252
Page 253
pelarut-pelarut tertentu. Keuntungan proses ini adalah
kesederhanaannya, meskipun tidak ekonomis karena biaya khlor
yang tinggi.
d. Proses Bender
Proses ini dikembangkan oleh Sinclair Refining Co pada
tahun 1940 dan dilisensi oleh Petreco Division of Petrolite
Corp, adalah suatu proses pengolahan dengan katalis unggun
tetap yang kontinyu untuk memurnikan (sweetening) kerosin,
minyak-minyak jet menggunakan katalis timbal sulfida. Proses
sweetening dipengaruhi oleh perubahan merkaptan menjadi
disulfida. Sejumlah sulfur, alkali, dan udara yang dikontrol
ditambahkan ke dalam aliran umpan dan dilewatkan ke dalam
unggun katalis timbal disulfida. Pengaturan yang tepat
terhadap timbal akan menghasilkan produk-produk yang tidak
korosif. Unggun katalis diregenerasi secara kontinyu. Diagram
Alir proses dapat dilihat pada Gambar 12.9.
e. Proses Merox
Proses ini dilisensi dan dikembangkan oleh UOP Co
adalah suatu proses gabungan untuk ekstraksi merkaptan dan
memurnikan (sweetening) gasolin dan minyak-minyak yang
mempunyai jarak didih rendah. Proses Merox dapat juga
beroperasi secara terpisah yaitu sebagai ekstraktor merkaptan
atau sebagai pemurni (sweetener) merkaptan, tergantung pada
keperluannya dan ekonomis produk. Apabila dipakai untuk
sweetening saja maka proses lebih cocok untuk minyak-minyak jet,
kerosin, dan distilat-distilat menengah. Katalis merox pada
dasarnya adalah suatu garam kobal yang tidak larut dalam
253
Page 254
minyak, tidak korosif, dan dapat dilarutkan dalam larutan
soda, atau dalam support zat padat tertentu. Ongkos katalis
lebih murah jika dipakai katalis dengan support zat padat.
Pada langkah regenerasi, soda kaustik dipompakan dari bawah
ekstraktor dan dicampur dengan udara di dalam oxidizer
(regenerator). Disulfida dan udara berlebih dipisahkan dari
reagensia di dalam separator. Kaustik yang sudah diregenerasi
disirkulasikan kembali ke puncak ekstraktor. Diagram alir tipe
proses gabungan yang komersil dapat dilihat pada Gambar 12.10.
Gambar 12.9 Diagram Alir Proses
254
Page 255
Gambar 12.10 Diagram Alir Proses Merox
Keuntungan utama proses Merox adalah dapat
melakukan dua fungsi ekstraksi, yaitu memisahkan merkaptan
dengan mudah, dan merubah merkaptan yang tersisa menjadi
disulfida. Desulfurisasi yang lebih efektif dapat dilakukan
semenjak proses regenerasi lebih sempurna dapat dijalankan
dengan ikutnya katalis di dalam kaustik.
2. Sweetening dengan Tembaga
Pemurnian menggunakan tembaga terhadap hidrokarbon
terdiri dari perubahan merkaptan menjadi disulfida secara
kontak dengan oksigen oleh adanya tembaga khlorida (CuCl).
Selama proses konversi merkaptan terjadi perubahan kupri
khlorida menjadi kupro khlorida. Kupro khlorida diregenerasi
dengan oksigen menjadi kupri khlorida. Kupro khlorida
diregenerasi dengan oksigen menjadi kupri khlorida kembali.
Reaksi yang terjadi adalah :
255
Page 256
4 RSH + 4 CuCl2 2 RSSR + 4 CuCl + 4
HCl
4 CuCl + 4 HCl + O2 4 CuCl2 + H2O
Sweetening dengan tembaga dipakai secara komersil sebagai
operasi pengolahan kontinyu yang terdiri dari tiga variasi,
yaitu padat, slurry, dan larutan. Diagram alir proses kombinasi
ini dapat dilihat pada Gambar 12.11.
Pada umumnya proses padatan dipakai untuk gasolin
ringan (straight-run), sedangkan proses basah dipakai untuk
berbagai minyak termasuk distilat-distilat rengkahan. Produk-
produk kilang diolah untuk memisahkan senyawa-senyawa nitrogen
yang reaktif dan senyawa-senyawa sulfur (H2S dan S) yang
terkandung di dalamnya. Oksigen atau udara diinjeksikan ke
dalam aliran minyak dan dikontakkan dengan katalis tembaga
khlorida pada suhu 80 - 120 oF.
Pada proses larutan (solution), katalis
diregenerasi dengan hembusan udara di dalam tanki pemisah.
Proses sweetening tembaga adalah sederhana tetapi katalisnya
korosif, dan tidak ada pengurangan sulfur total. Proses
sweetening tembaga ini masih tetap dipakai tetapi telah diganti
dengan proses yang dapat memisahkan sulfur. Instalasi pertama
dibangun pada awal tahun 1931 yang menawarkan alternatif lain
dari pemurnian dengan larutan doktor.
256
Page 257
Gambar 12.11 Diagram Alir Proses Oksidasi Cooper Sweetening
a. Phillips Cooper Sweetening
Proses ini dikembangkan oleh Phillips Petroleum Co dan
dilisensi sampai dengan tahun 1954, adalah suatu proses
solution-solid-slurry yang sampai sekarang masih komersil. Gasolin
distabilkan terhadap warna dan pembentukan gum oleh adanya
udara yang bercampur dan disaring melalui unggun adsorben
padat yang diresapi dengan reagensia tembaga. Umpan yang
sensitif terhadap udara dikontakkan dengan larutan tembaga
tanpa mengandung udara, dan larutan tembaga diregenerasi dalam
suatu tanki separator. Gasolin dicuci dengan natrium sulfida
untuk memisahkan trace tembaga. Pada proses cairan, reagensia
dibuat dari tembaga sulfat dan natrium khlorida.
b. UOP Copper Sweetening
Proses ini didapat dari UOP Co merupakan proses unggun
tetap untuk memurnikan gasolin yang menggantikan proses Merox.
Umpan gasolin dicuci dengan kaustik kemudian dicuci lagi
257
Page 258
dengan asam HCl untuk menetralkan alkali dan memisahkan
senyawa-senyawa basa organik. Kontak dengan reagensia tembaga
dilakukan pada suhu 100 oF di dalam unggun batu apung. Suhu
tergantung pada berat molekul merkaptan. Sisa tembaga (trace)
dipisahkan dengan mengontakkannya dengan seng sulfida atau
batu apung. Reagensia terdiri dari senyawa amonium khlorida
dan tembaga sulfat.
c. Linde Copper Sweetening
Proses ini dilisensi oleh Linde Division of Union
Carbide Corp yang dikomersilkan sejak tahun 1935 merupakan
proses slurry untuk memurnikan gasolin dan distilat-distilat
ringan (straight-run) dan rengkahan. Regensia dibuat dari
lempung 200 mesh dan kupri khlorida. Umpan minyak mula-mula
dipanaskan lalu ditambahkan oksigen dan dikontakkan dengan
slurry lempung-kupri khlorida pada suhu 80 - 100 oF. Campuran
diendapkan dan dipisahkan dimana umpan olahan dikeluarkan dan
dicuci dengan natrium sulfida untuk memisahkan trace tembaga.
12.4.2 Proses Desulfurisasi
Proses ini adalah proses pemurnian gas alam maupun gas-
gas kilang yang mengandung hidrogen sulfida dan senyawa-
senyawa asam lainnya. Proses yang paling populer adalah proses
yang menggunakan reagensia yang dapat diregenerasi dan recover
H2S. Pada operasinya dan prinsip operasinya adalah sama dengan
skema umum seperti terlihat pada Gambar 12.12.
Material yang ada dalam gas seperti karbon
dioksida, hidrogen sianida, merkaptan, karbonil sulfida,
karbon disulfida, dan uap air akan mempengaruhi pemilihan
258
Page 259
proses pemurnian tersebut. Proses-proses yang menggunakan
hembusan udara untuk regenerasi reagensia adalah penyumbang
terhadap pengotoran udara apakah langsung keluar ke atmosfir
ataukah untuk umpan dapur industri. Proses-proses pemisahan
H2S dapat dilihat pada Tabel 12.2.
Gambar 12.12 Diagram Alir Pemisahan H2S
Tabel 12.2 Macam-Macam Proses Desulfurisasi
Nama Proses R e a k s i RegenerasiSodaKaustik
2 NaOH + H2S NasS + 2 H2O Tidak perlu
Kapur Ca(OH)2 + H2S CaS + 2 H2O Tidak perluOksida Besi FeO + H2S FeS + H2O Sebagian
dengan udaraSeaboard Na2CO3 + H2S NaHCO3 + NaHS Hembusan
udaraThylox Na2AS2S5O2 + H2S Na4AS2S6O + H2O
Na4AS2S6O + ½ O2 Na4AS2S5O2 + SHembusanudara
Girbotol 2 RNH2 + H2S [RNH3]2S SteamingFosfat K3PO4 + H2S KHS + K2HPO4 SteamingPenolat NaOC6H5 + H2S NaHS + C6H5OH SteamingKarbonat Na2CO3 + H2S NaHCO3 + NaHS Steaming
259
Page 260
Proses-proses terbaru untuk memisahkan hidrogen
sulfida dari dari produk-produk kilang juga disempurnakan
dengan oksidasi sulfida menjadi sulfur bebas sebagai bagian
dari langkah regenerasi. Sulfur diendapkan sebagai zat padat
halus dan selanjutnya dipisahkan dengan settling atau filtrasi.
Macam-macam proses pengolahan terdiri dari :
1. Proses Girbotol
2. Proses Glikol-Amin
3. Proses Desulfurisasi Fosfat
4. Proses Alkazid
5. Proses Kalium Karbonat Panas
6. Proses Giammarco-Vetrocoke
1. Proses Girbotol
Proses ini dilisensi oleh Girdler Corp, merupakan suatu
proses kontinyu yang regeneratif untuk memisahkan H2S, CO2,
kotoran-kotoran asam lainnya dari gas alam dan gas-gas kilang.
Proses ini menggunakan reagensia amina organik seperti MEA,
DEA, dan TEA. Etanol amin adalah basa kuat yang larut dalam
air mempunyai afinitas terhadap H2S pada suhu 160 - 180 oF.
Gas yang akan dibersihkan dikontakkan dengan larutan amin
secara berlawanan arah dalam absorber berupa menara onggok
(packed tower) yang berisi raschig-ring pada suhu 100 - 150 oF.
Regenerasi berlangsung pada suhu 200 oF. Unit pertama pada
pemisahan H2S dari gas alam dipakai pada pabrik gas alam Shell
Oil di North Maryland. Sampai dengan tahun 1938, dimulai
pemisahan H2S dari gas kilang menggunakan proses Girbotol pada
kilang minyak Atlantic Refining Co di Port Arthur-Texas.
260
Page 261
2. Proses Glikol-Amin
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Fluor Corp.
merupakan proses kontinyu yang regeneratif untuk menarik air
dan memisahkan gas-gas asam secara simultan dari gas alam atau
gas-gas kilang. Campuran larutan amin dengan di- atau tri-
etilen-glikol dipakai sebagai reagensia pengolahan. Tipe
larutan ini mengandung 20 % amin, 70 % glikol, dan 10 % air.
Gas yang akan dibersihkan dikontakkan secara berlawanan arah
dengan reagensia di dalam menara dulang gelembung (bubble tray)
pada suhu sekitar 100 oF. Regenerasi berlangsung pada suhu 300oF.
3. Proses Desulfurisasi Fosfat
Proses ini dikembangkan oleh Shell Development Co
merupakan suatu proses kontinyu yang regeneratif untuk
memisahkan H2S dari gas alam, gas kilang, atau larutan
hidrokarbon menggunakan larutan K3PO4. Tipe larutan reagensia
mengandung 30 % K3PO4 dalam air, yang selektif menyerap H2S
dalam gas yang mengandung CO2. Gas yang akan dibersihkan
dikontakkan berlawanan arah dengan reagensia di dalam
ekstraktor pelat gelembung (bubble plate) pada suhu sekitar 100oF. Regenerasi berlangsung pada suhu 240 oF. Untuk mengekstrak
H2S dari dalam hidrokarbon cair dipakai menara onggok (packed
tower).
4. Proses Alkazid
Proses ini untuk memisahkan H2S dan CO2 dari gas alam
atau gas-gas kilang menggunakan larutan pekat asam-asam amina.
Proses ini diperkenalkan dalam industri di Eropa oleh Badische
261
Page 262
Anilin & Soda Fabrik AG of Ludwigshafen am Rhein pada tahun
1959. Operasinya terdiri dari proses recycle kontinyu, dan
absorpsi gas-gas dengan pemanasan dan dikembalikan ke dalam
absorber melalui penukar panas dan pendingin. Garam-garam
alkazid (alkazid-M dan alkazid-DIK) tidak mudah menguap dan
larutannya adalah cairan-cairan alkali yang reaktif dan
stabil. Kapasitas penyerapan untuk H2S dan CO2 sangat tinggi,
tetapi sangat rendah untuk hidrokarbon. Alkazid-DIK memberikan
hasil yang sangat memuaskan untuk pemisahan selektif H2S
mengandung CO2 dan untuk pemurnian hidrokarbon cair. Larutan
alkazid-M dipakai untuk memisahkan H2S dan CO2 dari gas
disertai dengan efisiensi penyerapan yang sangat tinggi (98,6
%+).
5. Proses Kalium Karbonat Panas
Pemakaian proses ini lebih praktis untuk memisahkan gas
alam pada tekanan di atas 250 psi mengandung gas asam 5 - 50
%. Gas asam dapat dikurangi menjadi 0,5 %. Sejumlah proses
karbonat dengan variasi lain telah dirancang oleh Petrocon
Engineering Co, yaitu :
1. Sistem Karbonat split-stream
2. Proses Air-Karbonat
3. Proses Karbonat Dingin sebagian
4. Proses Karbonat-Amin
Keuntungan yangs sangat besar dari proses karbonat
adalah biaya operasi yang sangat rendah. Unitnya fleksibel
mudah dirubah menjadi sistem amina.
6. Proses Giammarco-Vetrocoke
262
Page 263
Proses ini dikembangkan oleh G. Giammarco of SPA
Vetrocoke Italia, untuk memisahkan H2S dan CO2.
Macam-macam prosesnya adalah : 1) Proses pemisahan CO2 dari
gas-gas yang bebas H2S dengan regenerasi menggunakan steam; 2)
Proses pemisahan selektif H2S dan merubahnya menjadi sulfur
bebas dengan regenerasi menggunakan udara; 3) Proses kombinasi
dari kedua proses di atas untuk pemisahan HsS dan CO2.
Kedua proses pemisahan tersebut adalah berdasarkan pada
absorpsi gas-gas asam dengan larutan alkali yang mengandung
aditif untuk mempercepat absorpsi dan desorpsi. Larutan
pengolahan tidak korosif, dan suhu operasi berkisar 75 - 300oF. Pada proses pemisahan H2S larutan reagensia terdiri dari
natrium atau kalium karbonat yang mengandung campuran arsenit
dan arsenat. Gas-gas yang diolah berasal dari sumur dirancang
dapat membersihkan H2S kurang dari 1 ppm. H2S mula-mula
diserap dengan mereaksikannya dengan arsenit, senyawa hasil
reaksi kemudian dirubah menjadi monotioarsenat melalui reaksi
dengan arsenat. Dekomposisi menjadi sulfur elementer dan
konversi arsen bervalensi 3 menjadi valensi 5 dapat dilakukan
dengan hembusan udara atau suatu kombinasi asidifikasi dengan
CO2 dan hembusan udara. Pemilihannya tergantung pada
persyaratan-persyaratan proses. Sulfur dapat dipisahkan dengan
filtrasi atau flotasi. Diagram alir proses kombinasi dapat
dilihat pada Gambar 12.13.
263
Page 264
Gambar 12.13 Diagram Alir Proses Kombinasi Giammarco-Vetrocoke
Pada tahun 1971 telah dikemukakan suatu proses baru
dengan efisiensi pemisahan sulfur sampai dengan 98 % yang
dikenal sebagai proses Claus dengan dua tingkat pemisahan.
Setelah itu proses Claus dikembangkan lagi oleh Beavon dan
Vaeli untuk pemisahan sulfur sampai 99,9 % yang dikenal
sebagai proses Beavon. Reaksi yang terjadi pada suhu 2000 –
3000 oF adalah :
2 H2S + 3 O2 2 SO2 + 2 H2O
2 H2S + SO2 3 S + 2 H2O
Diagram alir proses Claus dan proses Beavon dapat dilihat pada
Gambar 12.14 dan Gambar 12.15.
264
Page 265
Gambar 12.14 Diagram Alir Proses Claus
Gambar 12.15 Diagram Alir Proses Beavon
265
Page 266
Selesaikan soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengolahan tidak
regeneratif pada pemurnian produk/fraksi minyak dari
kotorannya !
2. Uraikan perbedaan 2 proses pengolahan tidak regeneratif
berdasarkan tabel berikut ini atau tabel yang anda buat
sendiri !
Proses Sederhana Proses
PolisulfidaJenis Umpan
??????
266
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 267
Senyawa yangdipisahkan
3. Perkirakanlah gas-gas hasil pembakaran fuel-oil dan buat
diagram alir sederhana proses penyerapan senyawa sulfur
dari gas hasil pembakaran tersebut !
4. Jelaskan mekanisme regenerasi pada pengolahan soda dengan
proses Steam-Solutizer. Lengkapi jawaban saudara dengan diagram
alir !
5. Berikan perbedaan pengolahan-pengolahan dengan solutizer pada
pengolahan dengan soda menurut tabel berikut atau tabel
yang anda buat sendiri.
Solutizer-Steam Solutizer-Tanin????????????????????
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
267
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 268
1. Jelaskan keuntungan dan kerugian proses-proses merkapsol
dan unisol pada pengolahan dengan soda !
2. Jelaskan keuntungan-keuntungan proses pengolahan dengan
asam sulfat!
3. Mengapa pada proses Nalfining, asam asetat anhidrid
diinjeksikan pada aliran minyak sesudah drier, bukan dicampur
dulu baru dipanaskan. Jelaskan jawaban saudara !
4. Jelaskan perbandingan antara proses asam sulfat dan asam
asetat pada pemurnian minyak !
5. Uraikan dan jelaskan mekanisme serta syarat-syarat
terjadinya penyerapan dengan adsorben lempung !
6. Buatlah perbandingan proses-proses pengolahan dengan
lempung berdasarkan tabel berikut atau tabel yang dibuat
sendiri !
Perkolasi Thermofor
Filtrasi Perkolasi
Efluen Alkilasi
Lempung Gray
Tipe Lempung Suhu Solven RegenerasiMinyak Umpan
7. Jelaskan dan uraikan perbedaan proses pemurnian antara
doctor sweetening dengan cooper sweetening !
8. Jelaskan keuntungan memakai inhibitor pada proses pemurnian
oksidasi sweetening !
268
Page 269
1. Bland, W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum ProcessingHandbook. Mc-Graw Hill Book Co. New York.
2. Brady, J.D., June 1982. Particulate and SO2 Removal with WetScrubbers. Chem. Eng. Progress. Hal. 73 – 77.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc
Graw Hill Book Co. Singapore.
4. Pandey, G.N., 1994. A Texbook of Chemical Technology. Volume II(Organic). Vikas Publishing House PVT Ltd. New Delhi.
269
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 270
GAS-GAS KILANG
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Mahasiswa memahami proses-proses pembuatan dan pemurnian gas-
gas kilang sebagai produk ringan BBM.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menguraikan komponen-komponen pembentuk
gas kilang sebagai bahan bakar gas.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan sistem recovery pengambilan
gas kilang dari unit utama kilang minyak.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme proses pencairan
gas kilang sehingga dihasilkan elpiji.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan uraian proses pembuatan gas
elpiji berdasarkan diagram alirnya.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme penarikan dan
pembuatan gas hidrogen sebagai produk samping kilang
minyak.
270
KEGIATAN BELAJAR XIII Jurusan
Teknik Kimia
Page 271
6. Mahasiswa mampu menjelaskan salah satu proses pembuatan
hidrogen dalam kilang minyak berdasarkan diagram alirnya.
Lembar Informasi XIII : Gas-Gas Kilang
13.1 Pendahuluan
Metoda pemisahan ataupun pemekatan gas dari
produk-produk kilang yang umum dilakukan adalah : 1) absorpsi
gas menjadi cairan bertekanan rendah, 2) adsorpsi dalam
lempung atau karbon aktif, dan 3) fraksionasi tekanan tinggi
suhu rendah.
Dalam prakteknya, gabungan beberapa operasi tersebut dilakukan
untuk efisiensi dan pertimbangan ekonomi seperti absorpsi dan
fraksionasi.
Gas-gas yang dihasilkan dari proses pengilangan
terdiri dari :
271
KEGIATAN BELAJAR XIII Jurusan
Teknik Kimia
Page 272
1. Gas ringan yang mengandung C1 dan C2 yang dikelompokkan
menjadi gas bakar kilang (refinery fuel gas),
2. Propan dan butan yang dapat dicairkan menjadi elpiji (LPG),
3. Gas-gas non-hidrokarbon seperti H2S, CO2, H2, SO2, S2 dan
sedikit C1/C2 yang dikelompokkan menjadi gas-gas buang (off-
gas atau tail-gas).
Unit-unit penghasil gas di dalam kilang adalah :
1. Gas Bertekanan Rendah yang berasal dari :
a. Unit-Unit Distilasi, baik distilasi atmosfir maupun
distilasi hampa.
b. Unit-Unit Perengkahan Katalis
2. Gas Bertekanan Tinggi berasal dari :
a. Unit-Unit Perengkahan Termis
b. Polimerisasi
Gas-gas yang bertekanan rendah dimasukkan ke dalam
kompresor sehingga tekanannya menjadi tinggi dan selanjutnya
diolah dalam unit stabilizer dan absorber. Proses-proses
tersebut dimaksudkan untuk memisahkan gas ringan C1 – C2
sebagai bahan bakar gas kilang (refinery fuel gas), dan komponen-
komponen propan dan butan sebagai bahan pembuatan gas cair
elpiji (LPG).
13.2 Gas Bakar Kilang
Bahan bakar gas yang biasa disebut dalam kilang
sebagai refinery fuel gas adalah gas ringan yang terdiri dari C1 –
C2 merupakan produk atas yang tidak terkondensasi dari unit-
unit distilasi dan perengkahan.
272
Page 273
Sumber-sumber gas kilang (refinery fuel gas) yang tidak
terkondensasi berasal dari unit-unit 1) Distilasi atmosfir dan
distilasi hampa, 2) Perengkahan Termis, 3) Perengkahan
Katalis, 4) Polimerisasi, dan 5) Berasal dari puncak menara
absorber berupa gas-gas yang tidak terserap.
Umumnya gas-gas tersebut bertekanan rendah sekitar 1 - 5 psig.
Gas-gas yang bertekanan sedang selain untuk refinery
fuel gas, dikumpulkan dan dikirim ke unit kompresi gas untuk
menaikkan tekanannya menjadi 85 - 90 psig. Gas yang bertekanan
tinggi lalu dikirim ke unit-unit stabilizer dan absorber untuk
menyerap komponen propan dan butan sebagai bahan baku untuk
elpiji.
13.3 Gas Elpiji
Gas elpiji (LPG = Liquified Petroleum Gas) adalah gas
kilang yang dicairkan, mempunyai komposisi C3 dan C4 baik
secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Jadi elpiji
adalah campuran propan dan butan yang berupa gas pada tekanan
atmosfir, tetapi menjadi cair pada tekanan tinggi dan diatur
tetap berupa cair pada waktu pengangkutan, pemasaran, dan
penggunaannya pada tekanan sedang.
Penggunaan yang utama elpiji adalah untuk pemanasan baik di
rumah tangga maupun di industri dan pertanian, untuk pembuatan
zat-zat kimia dan bahan baku petrokimia, dan untuk bahan bakar
kendaraan bermotor.
Secara terperinci keperluan elpiji untuk masing-
masing kelompok adalah sebagai berikut :
1. Untuk keperluan domestik dan pertanian, yaitu untuk :
a. Pemanasan / pendiangan rumah h. Sterilisasi
273
Page 274
b. Memasak i. Pasteurisasi
c. Pemanasan j. Penyejuk hawa
(AC)
d. Refrigerasi k. Pemanasan kolam
renang
e. Insinerator l. Pengeringan
hasil panen
f. Pengeringan pakaian m.
Pengawetan tembakau
g. Pembakaran rumput liar n. Bahan bakar
truk/traktor
2. Untuk keperluan komersil, yaitu untuk :
a. Pemanggang roti e. Belanga timbal
b. Tungku meja (Hot plate) f. Pemanas kertas dinding
c. Ketel uap g. Pemanas ruangan
d. Penggorengan lemak-lemak gemuk.
3. Untuk keperluan industri, yaitu untuk :
a. Tungku batubara d. Pembangkit steam
b. Tungku porselen/keramik e. Pengecoran logam
c. Memproses tekstil f. Pabrik gelas
4. Untuk keperluan bahan baku Petrokimia, yaitu untuk
pembuatan :
a. Alkohol g. Komponen karet tiruan
b. Aldehida h. Asetat
c. Etilen dan etilen oksida i. Nitroparafin
d. Asam-asam organik j. Plastik
e. Deterjen k. Keton
f. Etilen glikol
5. Untuk pemakaian langsung sebagai zat kimia, yaitu :
274
Page 275
a. Penarikan aspal dan lilin dalam industri minyak bumi
b. Menghilangkan lemak/gemuk dari produk makanan
c. Ekstraksi pelarut pada minyak tumbuh-tumbuhan
d. Pengontrol warna sabun
6. Untuk keperluan transportasi sebagai bahan bakar gas, untuk
mobil sedan, bus, truk, traktor, mobil boks.
7. Untuk keperluan utilitas, yaitu :
a. Pengkayaan kandungan panas (menaikkan Btu)
b. Standby gas
c. Distributor gas
13.3.1 Spesifikasi
Kebanyakan elpiji dipasarkan di bawah definisi dan
spesifikasi dari NGPA (Natural Gas Processors Association).
Menurut NGPA elpiji dipasarkan dalam 4 macam LPG komersil,
yaitu : 1) Propan Komersil, 2) Butan Komersil, 3) Campuran
Propan-Butan, 4) Propan HD-5.
Spesifikasi dan persyaratan elpiji tersebut dapat dilihat pada
Tabel 13.1, sedangkan menurut NGAA (Natural Gas Association of
America) persyaratan yang diperlukan/ spesifikasi untuk propan
komersil (elpiji C3) dan butan komersil (elpiji C4) adalah :
1. Mengandung propan/propilen atau butan/butilen minimum 95 %.
2. Tidak mengandung H2S,
3. Mempunyai hasil test negatif terhadap korosi
(copper strip) selama 3 jam pada suhu 122 oF,
4. Tidak mengandung air, dan
5. Diperkenankan mengandung total sulfur
maksimum 15 grain/100 cuft.
13.3.2 Propan Komersil
275
Page 276
Propan ini merupakan produk hidrokarbon yang
dominan dengan propan dan / atau propilen dengan spesifikasi
sebagai berikut :
1. Tekanan uap tidak melebihi 210 psig pada 100 oF.
2. Titik didih 95 % tidak melebihi –37 oF pada tekanan 760
mmHg.
3. Residu harus melewati test terhadap bahan yang tidak mudah
menguap.
4. Kandungan sulfur mudah meguap tidak melebihi 15 grain/100
ft3 gas.
5. Senyawa korosif, tidak menimbulkan warna yang terpoles pada
test copper strip.
Tabel 13.1 Persyaratan Spesifikasi untuk LPG
Karakteristik PropanKomersil
ButanKomersil
CampuranC3/C4
PropanHD-5
Tekanan Uap, pada 100 oF,psig
210 70 200 200
Suhu Penguapan95 %, 1 atm, oF
-37 +36 +36 -37
Total sulfurmudahmenguap, %berat
0,02 0,02 0,02 0,015
Korosi, Custrip
< 1 < 1 < 1 < 1
Kekeringan Tidak adaair
Tidak adaair
Tidak adaair
Tidak adaair
Bau Level 2 Level 2 Level 2 Level 2Komposisi, %vol
C3 / C3= C4 / C4= C3 / C3= &C4 / C4=
90 % C3 5 % C3=
Dalam rangka membedakan bau gas elpiji dengan gas-
gas lain dan udara untuk keperluan pengangkutan maka gas
276
Page 277
elpiji diberi bau dengan salah satu senyawa berikut : 1) etil
merkaptan 1 lb/10000 gal gas; 2) tiofena 1 lb/10000 gal gas :
atau 3) amil merkaptan 1,4 lb/10000 gal gas elpiji.
13.3.3 Penanganan Gas Elpiji
Gas elpiji disimpan dan dikirim pada tekanan sedang
sebagai cairan, yang digunakan pada suhu dan tekanan kamar
sebagai gas. Untuk maksud tersebut diperlukan tempat
penyimpanan khusus dan peralatan pengiriman (handling) dari
tempat pembuatan sampai ke konsumen. Meskipun demikian butan
dengan tekanan uapnya yang rendah ditangani secara tersendiri
(eksklusif) memerlukan tanki dengan tekanan design 250 psig.
Tanki-tanki yang demikian sangat cocok untuk propan komersil
ataupun butan komersil dan juga semua campuran propan-butan.
Tempat penyimpanan untuk skala besar bagi gas elpiji adalah di
bawah tanah di dalam rongga-rongga garam terlarut atau gua-gua
tambang, ataupun di atas permukaan tanah dalam tanki-tanki
bulat, atau horizontal, ataupun vertikal. Sistem pemipaan pada
pabrik besar dirancang untuk dapat menahan tekanan maksimum
yang menyertai gas elpiji.
Beberapa gas elpiji diangkut dalam pipa dari
tempat pembuatannya sebagai produk akhir, atau sebagai bahan
baku, atau sebagai campuran dengan minyak mentah atau gas
alam. Gas elpiji juga ditransportasikan dengan kapal tanker,
kapal tongkang, mobil tanki, tanki kontainer portabel, dalam
silinder kecil dengan berat 20 lb yang disebut kontainer
swalayan.
13.3.4 Proses Pembuatan Elpiji
277
Page 278
Proses pembuatan elpiji dengan menggunakan bahan
baku gas-gas kilang atau gas alam yang berasal dari minyak
bumi (petroleum) secara komersil ada tiga macam, yaitu 1)
Proses Kompresi, 2) Proses Adsorpsi, dan 3) Proses Absorpsi.
1. Proses Kompresi
Proses kompresi jarang digunakan karena kurang
efektif dan merupakan proses tersederhana dibanding dengan
proses-proses lainnya. Proses ini dipergunakan untuk me-
recovery senyawa hidrokarbon cair dari gasnya. Pada proses ini
gas dari sumbernya didinginkan melalui cooler dan HE sehingga
terbentuk cairan.
Kondensat yang terbentuk dipisahkan dari gas yang
tak terkondensasi, lalu dikirim ke tank flash, sedangkan gasnya
diekspansi untuk digunakan sebagai pendingin pada HE.
Kondensat dari tanki flash dialirkan ke depropanizer dan
debutanizer untuk memisahkan C3 dan C4 dengan cara distilasi.
Dari puncak depropanizer keluar LPG-propan dan dari puncak
debutanizer keluar LPG-butan, sedangkan gasolin sebagai hasil
samping dikeluarkan dari bawah menara.
2. Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi dipakai untuk me-recovery senyawa
hidrokarbon yang lebih berat dari etan dari gas-gas kilang
atau gas alam. Proses terdiri dari tiga step yaitu regenerasi,
pendinginan, dan adsorpsi. Pada proses ini, gas dari sumbernya
dibagi menjadi dua aliran, sebagian dialirkan ke adsorpsion cycle
dimana gas diadsorpsi dengan karbon aktif (dapat juga dipakai
silika gel, atau alumina gel) dan gas yang tidak terserap
278
Page 279
digunakan sebagai media pendingin HE. Sebagian lagi gas dari
sumbernya dialirkan ke dalam cooling cycle untuk seterusnya masuk
ke dapur regenerasi dan ke tangki siklus regenerasi. Kemudian
gas didinginkan kembali dalam cooler dan HE. Kondensat yang
terbentuk dipisahkan dari gasnya di separator bertekanan
tinggi dan rendah. Gas yang berat dari etana di-recovery dan
bergabung dengan umpan segar gas. Kondensat yang terdiri dari
hidrokarbon cair, LPG gas, gasolin didistilasi di deproponizer
dan debutanizer sehingga didapatkan LPG propan dan LPG butan.
3. Proses Absorpsi
Proses ini adalah proses penyerapan hidrokarbon
yang lebih berat dari etan dengan penyerap minyak. Gas yang
terserap dipisahkan dari minyak di menara stripper untuk
selanjutnya didistilasi di menara depropanizer dengan produk
atas LPG propan dan di debutanizer dengan produk atas LPG
butan. Sebagai hasil samping proses ini adalah gasolin.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 13.1.
13.4 Gas Hidrogen
Keuntungan dalam pemurnian fraksi-fraksi minyak
bumi melalui proses pengolahan hidrogen telah dikenal semenjak
tahun 1930-an. Disebabkan karena kekurangan-kekurangan seperti
harga yang murah dan membutuhkan tekanan operasi yang tinggi
maka proses secara komersil tidak berkembang sampai dengan
pertengahan tahun 1950. Pada akhir-akhir ini kecenderungan
pengolahan ataupun pembuatan hidrogen dari hasil-hasil kilang
telah mengalami kenaikan, tidak hanya untuk meningkatkan
279
Page 280
kualitasnya sebagai gas H2 tetapi juga untuk feedstock (bahan
baku) proses-proses perengkahan, reforming dan isomerisasi.
Stripper DepropanizerDrbutanizer
Lean Oil
LPG
C3 LPGC4
Gambar 13.1 Diagram Alir Pembuatan Gas Elpiji
13.4.1 Proses Pemurnian Hidrogen
Proses pemurnian hidrogen dipakai secara luas
untuk menyiapkan umpan reformer dan juga pada pengolahan
pendahuluan umpan perengkahan katalis. Diagram alir proses
dapat dilihat pada Gambar 13.2.
Pemurnian hidrogen sering dibenarkan untuk alasan-alasan
selain dari pembuatan bahan bakar yang unggul. Pada pengolahan
ini yield diperbaiki ; masalah limbah yang disebabkan oleh
merkaptan, fenol, dan tiofen hampir semuanya dihilangkan ;
280
Absorber
Um panGas
Gasolin
Page 281
masalah korosi oleh sulfur, sianida dan asam-asam organik
dapat dikurangi. Katalis yang umum dipakai ialah kobal
molibdat dalam carrier alumina. Regenerasi katalis dilakukan
pada suhu 700 – 1200 oF menggunakan udara dengan steam atau flue-
gas. Umur katalis sekitar 2 - 5 tahun. Suhu masuk reaktor 400
- 850 oF pada tekanan 50 – 1500 psig. Space velocity 0,5 – 20
v/hr/v. Konsumsi hidrogen untuk pengolahan ini biasanya di
bawah 200 scf per barel umpan.
Unit pemurnian hidrogen komersil pada awalnya
diinstalasi oleh Esso Standard Oil Co pada tahun 1930-an. Pada
perang dunia kedua pembangunan unit ini disponsori oleh Humble
Oil & Refining Co, dan Shell Development Co. Pertumbuhan yang
pesat pemurnian hidrogen ini dimulai pada pertengahan tahun
1950-an dan telah menyebar ke seluruh industri pengilangan
minyak bumi.
Recycle Gas Vent-Gas
Off-Gas dari Reformer (50 - 90 % H2)
Reaktor
UmpanStripper Minyak Heater
Steam
Separator Treated Product
281
Page 282
Gambar 13.2 Diagram Alir Proses Pemurnian Hidrogen
Macam-macam proses pemurnian hidrogen :
1. Proses Unifining 11. Proses
Hidrogen-Diolefin
2. Proses Hydrofining 12. Proses
Persiapan Umpan Phillips
3. Proses Ultrafining 13. Proses
Platreating
4. Proses Hirodesulfurisasi Fasa Uap 14. Proses
Hydrodesulfurisasi Kellogg
5. Proses Hidrodesulfurisasi Trickle 15. Proses Hydrobon
6. Proses Hidrodesulfurisasi Sinclair 16. Proses
Desulfurisasi Kobal-Molibdat
7. Proses Diesulforming 17. Proses CHD
8. Proses Hydropretreating Houdry 18. Proses
Hydrotreating Texaco
9. Proses Autofining 19. Proses
Gulfining
10. Proses Hydrofingin BP 20. Proses
Ferrofining
1. Proses Unifining
Proses ini dilisensi bersama-sama oleh Union Oil of
California dan UOP Co adalah suatu proses katalis unggun tetap
yang regeneratif untuk menarik sulfur dan hidrogenat dari
minyak-minyak distilat dengan jarak didih tertentu.
Kontaminasi logam-logam, senyawa-senyawa nitrogen, dan
senyawa-senyawa oksigen dihilangkan bersama dengan sulfur.
282
Page 283
Katalis yang digunakan adalah kobal-molibdat-alumina yang
dapat diregenerasi secara in-situ dengan steam dan udara.
Kondisi operasi 500 - 800 oF dan 300 - 800 psig. Unit pertama
telah dipasang pada kilang United Refining Co di Pennsylvania
(Lisensi Union) dan pada kilang Standard Oil Co di Ohio
(lisensi UOP) pada tahun 1954.
2. Proses Hydrofining
Proses ini dilisensi oleh Esso Research and
Engineering Co merupakan suatu proses katalis unggun tetap
yang regeneratif, untuk menarik sulfur dan hidrogenat, serta
memperbaiki katalis umum produk-produk kilang dari gas sampai
lilin. Katalis yang dipakai adalah kobal dan molidenum oksida
dalam alumina sebagai support yang dapat diregenerasi in-situ
dengan campuran udara dan steam atau flue-gas pada 650 - 750oF. Regenerasi memerlukan waktu sekitar 1 - 4 hari. Umur
katalis sekitar 2 tahun. Kondisi operasi 400 - 800 oF dan 50 -
800 psig. Konsentrasi hidrogen dijaga di atas 50 % dan bebas
CO untuk menjaga aktifitas katalis. Unit pertama hydrofiner
dioperasikan pada kilang Esso Standard Oil Co di New Jersey
pada tahun 1950 untuk mengolah lilin.
3. Proses Ultrafining
Proses ini dilisensi oleh Standard Oil Co
merupakan suatu proses katalis unggun tetap yang regeneratif
untuk menarik sulfur dan hidrogenat dalam produk kilang dari
nafta sampai ke minyak pelumas. Katalis yang digunakan adalah
kobal-molibdat dalam alumina yang dapat diregenerasi in-situ
menggunakan campuran udara dan steam. Regenerasi memerlukan
283
Page 284
waktu 10 - 20 hari dan dapat diulangi lagi sebanyak 50 - 100
kali untuk satu batch katalis. Umur katalis 2 - 5 tahun
tergantung dengan umpan minyak. Kondisi operasi sekitar 600 -
800 oF dan 200 - 1500 psig. Proses ini menggunakan umpan gas
buang reformer mengandung 70 % mol H2 pada kecepatan 500 -
4000 scf/bbl. Proses ini pertama kali dilisensi untuk
perusahaan Great Northern Oil Co untuk dipakai pada kilangnya
yaitu Pine Bend Refinery di St. Paul–Minnesota pada tahun
1955.
4. Proses Hidrodesulfurisasi Fasa Uap
Proses ini adalah proses katalis unggun tetap yang
regeneratif untuk menarik sulfur dan hidrogenat dari produk
nafta dengan titik didih maksimum 500 oF. Olefin dapat
dijenuhkan tanpa hidrogenasi aromatik. Proses ini tidak lama
digunakan secara komersil. Katalisnya adalah wolfram-nikel
sulfida yang dapat diregenerasi dengan udara dan steam lalu
diikuti oleh sulfidasi dengan H2S untuk memulihkan aktifitas
katalis menjadi sempurna. Kondisi operasi 450 – 700 oF dan 500
- 750 psig. Kecepatan gas adalah 6000 scf H2 per barel minyak.
Unit ini pertama kali di instalasi pada kilang Shell Oil Co di
Dominiquez-California pada tahun 1944.
5. Proses Hidrodesulfurisasi Trickle.
Proses ini dilisensi oleh Shell Development Co
merupakan suatu proses hidrogenasi katalis unggun tetap untuk
memisahkan sulfur, nitrogen, dan kontaminan logam dari
distilat menengah, umpan perengkahan katalis, dan sebagainya.
Katalis yang dipakai umumnya kobal-molibdat atau nikel-
284
Page 285
molibdat dalam alumina yang kedua-duanya dapat diregenerasi
in-situ dengan campuran steam dan udara. Kondisi operasinya
600 - 800 oF dan tekanan berjarak antara ratusan sampai 1500
psig. Kilang minyak Shell Refining and Marketing Co Ltd di
Stanlaw-Inggris pertama kali memakai proses ini pada tahun
1955.
6. Proses Hidrodesulfurisasi Sinclair
Proses ini merupakan suatu proses katalis unggun
tetap yang regeneratif menggunakan katalis yang dikembangkan
oleh Sinclair Research Laboratories untuk memisahkan sulfur,
nitrogen, oksigen, dan kontaminan logam dari produk-produk
kilang. Katalisnya adalah kobal-molibdat dalam alumina.
Regenerasi katalis hingga mencapai aktifitas semula memerlukan
waktu 24 - 72 jam dengan campuran udara dan steam. Kondisi
operasinya 580 - 750 oF dan tekanan 200 - 800 psig. Kecepatan
minimum untuk recycle hidrogen adalah 500 - 5000 scf per barel
umpan. Proses ini menggunakan gas buang dari reformer yang
mengandung hidrogen 65 %. Unit pertama beroperasi pada kilang
Sinclair Refining Co di Marcus Hook-Pennsylvania pada tahun
1955.
7. Proses Diesulforming
Proses ini adalah proses katalis unggun tetap yang
regeneratif untuk menarik sulfur dan meningkatkan kualitas
produk kilang nafta, distilat menengah dan gas-oil. Katalis
yang digunakan adalah molibdenum berbentuk pelet yang dapat
diregenrasi in-situ dengan campuran udara dan steam. Aktifitas
dipulihkan kembali dalam waktu 2 - 3 hari. Kondisi operasinya
285
Page 286
650 – 800 oF dan tekanan 450 - 550 psig. Kecepatan
minimum daur ulang hidrogen adalah 5000 scf per barel umpan.
Untuk proses yang efektif maka konsentrasi hidrogen dalam
aliran gas adalah 50 % mol, apabila lebih rendah akan
menyebabkan turunnya aktifitas desulfurisasi. Proses ini
pertama kali dipakai dalam operasi pada kilang Husky Oil Co di
Wyoming pada tahun 1953.
8. Proses Hydropreating
Proses ini dilisensi oleh Houdry Process and
Chemical Co dimana proses ini disebut juga sebagai proses
Houdry Guard Case (biasanya bergabung dengan unit
Houdriformer). Proses ini adalah proses katalis unggun tetap
yang tidak regeneratif untuk menarik sulfur dan hidrogenat
dari stok minyak yang berasal dari reforming katalis. Katalis
yang dipakai semuanya buatan Houdry, apakah katalis
Houdriforming yang mengandung platina atau kobal molibdenum
dalam alumina. Kondisi operasinya 700 – 755 oF dengan space
velocity tinggi 5 - 10 v/hr/v. Hidrogen yang diproduksi dalam
Houdriforming (600 - 1000 cuft/bbl) cukup memuaskan untuk
proses ini. Unit pertama Hydropretreating untuk membersihkan
umpan Hydroformer telah diinstalasi pada kilang The Crown
Central Petroleum Corp di Houston–Texas pada tahun 1955.
9. Proses Autofining
Proses ini dilisensi oleh British Petroleum Co Ltd
merupakan suatu proses desulfurisasi katalis unggun tetap
untuk mengolah stok minyak yang mengandung sulfur tinggi dari
286
Page 287
gasolin sampai gas-oil. Katalis yang digunakan adalah kobal-
oksida molibdat dalam alumina yang dapat diregenerasi in-situ
pada 800 oF dengan steam-udara atau campuran gas inert dan
udara. Lamanya katalis beroperasi tergantung pada jenis umpan
yaitu bervariasi dari 200 sampai 1000 jam. Umur katalis
diperkirakan sampai 4 tahun. Suhu operasi 700 – 800 oF dan
tekanan 50 - 200 psig dikontrol untuk memberikan hidrogen yang
cukup dengan cara dehidrogenasi umpan naften untuk meng-
konversi sulfur menjadi H2S. Proses ini tidak memerlukan
hidrogen dari luar. Hidrogen berlebih dalam gas (mengandung H2
80 %) didaur ulang ke dalam zona desulfurisasi. Unit
Autofining komersil yang pertama diinstalasi pada kilang
Llandarcy Refinery of National Oil Refineries Ltd di Wales-
Inggris pada tahun 1952 dan pada kilang BP yang lain di Aden
(Jazirah Arab) pada tahun 1954.
10. Proses Hydrofining
Proses ini dikembangkan oleh British Petroleum Co
Ltd merupakan suatu proses hidrogen unggun tetap yang
regeneratif dirancang untuk menarik sulfur dari virgin gas-oil
atau blending antara virgin gas-oil dan cycle-oil hasil
perengkahan katalis dengan sedikit atau tanpa pemecahan
molekul. Katalisnya adalah kobal-molibdenum oksida dalam
alumina berbentuk pelet yang dapat diregenerasi dalam 24 jam
dengan campuran steam-udara pada suhu 800 - 1100 oF. Kondisi
operasi 760 - 790 oF dan 500 - 1000 psig. Proses pertama
beroperasi pada kilang Australia Petroleum Refinery Ltd di
Kwinana Australia Timur pada tahun 1955.
287
Page 288
11. Proses Hidrogenasi Diolefin
Proses ini merupakan proses katalis unggun tetap
yang dapat diregenerasi untuk hidrogenasi diolefin menjadi
mono-olefin dalam umpan alkilasi. Katalisnya berupa pelet
nikel sulfida dalam alumina dan dapat diregenerasi in-situ
pada 750 oF dengan campuran udara dan steam, diikuti oleh
proses sulfidasi dengan H2S untuk memulihkan aktifitas
katallis menjadi sempurna kembali. Kondisi operasinya 480 –
660 oF pada 15 - 150 psig menggunakan nisbah hidrogen-minyak 1
: 1 dan space velocity 2 - 8 v/hr/v. Gas buang dari reformer
merupakan sumber gas hidrogen. Proses ini dilisensi oleh Shell
Development Co tetapi belum diaktifkan. Unit pertama
beroperasi pada kilang Shell Refining & Marketing Co di
Stanlaw-Inggris pada tahun 1949.
12. Proses Persiapan Umpan Phillips
Proses ini dilisensi oleh Phillips Petroleum Co
merupakan proses pemurnian hidrogen untuk menarik sulfur,
menjenuhkan olefin, dan memperbaiki stabilitas warna minyak
nafta dan kerosin. Katalis yang digunakan adalah tipe
molibdenum.
13. Proses Platreating
Proses ini dilisensi oleh UOP Co merupakan
hidrogenasi untuk menyuling konsentrat aromatik sehingga
benzen murni dan toluen dapat di-recover. Operasi proses ini
bergabung dengan proses Platforming dan Udex. Unit pertama
telah diinstalasi pada kilang Roosevelt Oil & Refining Corp di
Mt. Pleasant-Michigan pada tahun 1953.
288
Page 289
14. Proses Hidrodesulfurisasi Kellogg
Proses ini dilengkapi oleh M.W. Kellogg Co
merupakan proses pemurnian hidrogen yang pada mulanya
dirancang untuk menarik sulfur dan membersihkan umpan
reforming katalis. Pada saat ini umpan yang dapat diolah
berupa nafta virgin maupun nafta rengkahan, kerosin, stok
diesel, furnace-oil dan vacuum gas-oil. Sulfur, nitrogen,
oksigen, dan senyawa-senyawa logam dipisahkan, dan olefin
dijenuhkan untuk memperbaiki warna dan stabilitasnya. Katalis
yang dipakai adalah kobal-molibdat dalam alumina. Umpan minyak
dan hidrogen masuk reaktor pada suhu 650 – 800 oF dan tekanan
350 - 1000 psig. Kecepatan gas recycle adalah 400 - 3000 scf
per barel minyak. Unit pertama beroperasi dalam kilang Pure
Oil Co di Newark-Illinois pada tahun 1956 untuk mengolah umpan
reformer.
15. Proses Hydrobon
Nama hydrobon diberikan kepada proses hidrogenasi
katalis UOP sebelum pengaturan proses ini dibuat bersama
dengan Union Oil Co of California untuk dilisensi di bawah
nama Unifining. Unit yang dilisensi oleh UOP di bawah nama
Hydrobon adalah untuk kilang Standard Oil Co of Ohio di Lima-
Ohio yang beroperasi pada tahun 1954.
16. Proses Desulfurisasi Kobal-Molibdat
Proses ini dikembangkan oleh Union Oil of
California dan menjadi bagian dari paten yang disusun UOP Co
untuk dilisensi bersama menjadi Unifining. Katalis yang
289
Page 290
dipakai oleh Union untuk Unifining berbeda dimana katalis ini
mengandung silika. Unit pertama proses hidrogen di bawah
lisensi Union untuk kilang United Refining Co beroperasi mulai
tahun 1954.
17. Proses CHD
Proses ini dikembangkan dan dipakai oleh Mobil Oil
Co pada kilangnya sendiri. Proses ini meliputi pengolahan
pendahuluan baik terhadap nafta (straight-run dan thermal)
untuk umpan reformer maupun untuk desulfurisasi dan
stabilisasi komponen-komponen sour untuk kerosin, minyak
diesel, dan minyak bakar. Akhir-akhir ini proses ini
diidentifikasi sebagai proses Sovafining.
18. Proses Hydrotreating Texaco
Proses ini dikembangkan oleh Texaco Inc dan
diinstalasi pada 2 buah perusahaan
pengilangan untuk desulfurisasi distilat hasil perengkahan
katalis dan gasolin rengkahan berat.
19. Proses Gulfining
Proses ini merupakan proses pemurnian hidrogen
yang dikembangkan dan dipakai sendiri oleh Gulf Research &
Development Co untuk meningkatkan kualitas distilat-distilat
(straight-run dan rengkahan) dan minyak-minyak bakar dengan
cara mereduksi kandungan sulfur dan memperbaiki residu karbon,
warna, dan stabilitas, diikuti dengan menaikkan sedikit oAPI.
Proses ini meliputi reaksi antara hidrogen dengan distilat
minyak bakar (fuel-oil) pada 600 – 800 oF pada 600 psig karena
290
Page 291
adanya suatu katalis yang tidak diidentifikasi. Dua unit
pertama dibangun oleh Gulf Oil Co beroperasi pada kilangnya di
Port Arthur Texas pada tahun 1957.
20. Proses Ferrofining
Proses ini dikembangkan oleh British Petroleum Co
Ltd merupakan suatu proses pengolahan hidrogen menengah untuk
mengolah minyak-minyak distilat dan pelumas. Katalisnya
terdiri dari 3 komponen berbasis alumina dengan umur
diharapkan lebih dari 2 tahun. Konsumsi hidrogen rendah rata-
rata 25 scf per barel umpan. Proses ini tidak memerlukan
recycle gas karena hidrogen dari reformer cukup memuaskan.
Unit komersil pertama beroperasi pada kilang SFBP di Dunkirk
Perancis pada tahun 1961.
13.4.2 Proses Pembuatan Hidrogen
Pada tahun-tahun terakhir ini terdapat
kecenderungan untuk meningkatkan proses hydrotreating terhadap
produk kilang tidak hanya untuk meningkatkan kualitas produk
tersebut tetapi juga untuk pemurnian umpan suatu proses.
Kebanyakan hidrogen untuk proses-proses tersebut di-recovery
dari gas buang reforming katalis yang merupakan sumber
utamanya dalam kilang minyak bumi. Apabila hidrogen dari
reforming nafta tidak mencukupi, maka proses pembuatan
hidrogen yang tidak tergantung pada kilang minyak harus
digunakan. Banyak hidrogen dari luar kilang dibuat baik dengan
proses reforming metan ataupun dengan proses oksidasi parsial.
291
Page 292
Perkembangan yang terahir juga memungkinkan orang-
orang kilang mengolah gas-gas buang (vent-gas dan off-gas) dan
gas-gas recycle untuk mengambil hidrogen yang selama ini
dibuang atau dibakar pada furnace dan flare. Metoda purifikasi
hidrogen dirancang untuk membersihkan hidrogen dengan
kemurnian 95 %. Cara ini dapat dilakukan dengan proses gas
sintesis melalui shift converter dan penyerapan CO2. Proses
purifikasi yang mutakhir meliputi penyerapan (scrubbling)
dengan larutan amin, amoniak cair, atau larutan kaustik.
Demikian juga purifikasi dan absorpsi fraksi-fraksi minyak
pada suhu rendah dan dipelajari secara intensif untuk dipakai
pada pembersihan gas hidrogen.
Macam-macam proses pembuatan hidrogen :
1. Proses Reforming Steam-Metan.
2. Proses Reforming Steam-Nafta.
3. Proses Gas Sintesa Texaco.
4. Proses Gasifikasi Shell.
5. Proses Hypro.
1. Proses Reforming Steam-Metan
Proses ini merupakan proses katalis kontinyu yang
telah digunakan selama beberapa dekade untuk membuat hidrogen.
Pada awalnya paten proses ini diberikan kepada Mittasch and
Schneider pada tahun 1915 dan kemudian diberikan kepada BASF
(Badische Anilin & Soda Fabrik). Proses kontinyu secara
komersil yang pertama diinstalasi pada tahun 1930-1931 pada
kilang Standard Oil Co di Bayway-New Jersey. Umpan yang
dipakai adalah gas alam, gas kilang, dan hidrokarbon cair
dengan reaksi sebagai berikut :
292
Page 293
CH4 + H2O CO + 3 H2
Gas hidrokarbon berat bereaksi sebagai berikut :
CnHm + n H2O n CO + (0,5 m + n) H2
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 13.3. Kondisi
operasi pada suhu tinggi 1350 - 1550 oF, tekanan keluar
umumnya lebih dari 400 psig.
Gambar 13.3. Diagram Alir Pembuatan H2 Proses Steam-Metan
2. Proses Reforming Steam-Nafta
Proses ini adalah proses katalis kontiyu untuk
membuat hidrogen sama dengan proses reforming steam-metan yang
menggunakan hidrokarbon cair sebagai umpan. Berbagai macam
nafta dalam gasolin berjarak didih lebar telah berhasil
digunakan, termasuk umpan yang mengandung aromatik 35 %.
Diagram alir sederhana dapat dilihat pada Gambar 13.4.
Dapur
293
Page 294
Desulfurisasi H2 Reforming Fasa Cair
ke Unit Converter dan
Vaporizer Steam Absorber
Umpan Desulfurisasi Nafta Fasa Uap
Gambar 13.4 Diagram Alir Reforming Steam-Nafta
3. Proses Gas Sintesis Texaco
Proses ini merupakan proses kontinyu tanpa katalis
untuk membuat hidrogen melalui oksidasi parsial hidrokarbon
gas atau cair (fuel-oil, gas alam). Diagram alir proses ini
dapat dilihat pada Gambar 13.5. Suhu reaktor berkisar antara
2000 - 2700 oF, tekanan dari 1 atm sampai lebih dari 1500
psig. Suhu preheater sekitar 1200 oF tergantung pada komposisi
umpan. Kebutuhan oksigen adalah 250 - 270 cuft per mcf gas
sintesis. Yield hidrogen di dalam crude-gas dari reaktor
dengan umpan gas alam adalah sekitar 60 %, sedangkan dari
umpan fuel-oil berat sekitar 45 %. Kandungan hidrogen didalam
gas sintesa dinaikkan menjadi 92 – 98 % dengan shift
converter.
4. Proses Gasifikasi Shell
Proses ini merupakan proses kontinyu non-katalis
untuk merubah umpan hidrokarbon menjadi suatu campuran gas
yang kaya hidrogen dengan oksidasi parsial dalam suatu reaktor
yang dirancang khusus. Umpan hidrokarbon dan oksidan
294
Page 295
dipanaskan secara terpisah dan dicampur dalam ruang pembakaran
dimana sebagian umpan terbakar dan sisanya direngkah secara
termis oleh panas pembakaran. Produk rengkahan kemudian
bergabung dengan produk pembakaran membentuk campuran gas
akhir. Suhu reaktor berkisar 2000 – 2700 oF tergantung pada
oksidan yang dipakai (udara atau oksigen) dan produk gas yang
diingini. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar
13.6.
Saturator/
Preheater AirScrubber
Gas Alam/ Fuel-Oil
Shift
Converter Oksigen
Ke Unit Pemurnian
Steam Steam Generator
Ke SistemQuench Water
Pemisah Karbon
295
text
text
text
Page 296
Gambar 13.5. Diagram Alir Proses Gas Sintesis Texaco
Steam Penangkap
Steam Karbon Gas Sintesis
Umpan WHB
Gas Cooler Scrubber
Udara atau O2 ReaktorKarbon
Air Slurry A i r
Separator Karbon
Gambar 13.6.Diagram Alir Proses Gasifikasi Shell.
5. Proses Hypro
Proses ini merupakan proses kontinyu menggunakan
katalis untuk memproduksi hidrogen dari gas buang kilang atau
gas alam. Proses ini dilisensi oleh UOP Co. Proses ini
dirancang baik untuk me-recovery hidrogen dalam gas buang
kilang maupun untuk meng-konversi gas alam menjadi hidrogen
mengikuti reaksi dekomposisi sebagai berikut :
CH4 C + 2H2
Hidrogen dilepaskan dari karbon padat dengan pemisahan fasa
pada kemurnian sekitar 93 % vol atau lebih. Diagram alir
proses ini secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 13.7.
Kebutuhan panas pada proses ini sangat rendah hanya untuk
296
text
Page 297
konversi, karena karbon yang terbakar hasil dari reaksi akan
memasok energi masuk yang diperlukan, sehingga steam tidak
diperlukan untuk mengontrol reaksi.
Hidrogen
Gas Alam atau Reaktor Gas Kilang CO & CO2
Udara
Katalis Regenerator
Gambar 13.7. Diagram Alir Proses Hypro
13.4.3 Proses Dehidrogenasi
Proses dehidrogenasi merupakan suatu proses untuk
membagi hidrogen dari suatu hidrokarbon atau campuran
hidrokarbon, baik dengan cara termis maupun dengan katalis.
Dehidrogenasi termis telah digunakan secara luas dengan umpan
gas-gas etan, isobutan, dan sebaganya untuk situasi kilang
yang khusus. Proses ini kurang selektif dibandingkan dengan
dehidrogenasi katalis dan cenderung membentuk molekul-molekul
ringan yang lebih disukai dalam bentuk olefin. Kondisi operasi
berjarak dari 1400 - 2200 oF dan 5 - 50 psig. Dehidrogenasi
katalis telah berkembang pada akhir-akhir ini dalam
memproduksi bahan dasar (dalam hal ini butadien) untuk karet
297
Page 298
sintetis, resin, dan produk petrokimia lainnya. Proses ini
adalah selektif dengan katalis yang terdiri dari oksida logam
dengan support keramik atau basis alumina. Suhu operasi
berjarak antara 932 – 1380 oF dengan tekanan sekitar 1 atm.
Siklus operasinya singkat dan katalis harus seringkali
diregenerasi dengan udara pada suhu 1100 – 1400 oF.
Aplikasi utama proses ini selama perang dunia
kedua adalah untuk memproduksi tambahan umpan olefin bagi
proses alkilasi. Disebabkan karena pembaharuan interes
terhadap alkilasi bensin motor maka perhatian ditujukan
kembali kepada proses dehidrogenasi untuk menyiapkan umpan
olefin dari gas-gas jenuh. Kenyataan lain yang penting adalah
hidrogen dapat diperoleh sebagai produk samping pada kemurnian
sekitar 80 %.
Macam-macam proses dehidrogenasi yang penting adalah :
1. Proses Catadiene.
2. Proses Dehidrogenasi UOP.
1. Proses Catadiene
Proses ini dilisensi oleh Houdry Process Corp,
merupakan suatu proses katalis yang kontinyu untuk
dehidrogenasi hidrokarbon ringan menjadi mono olefin atau di-
olefin. Untuk memproduksi mono-olefin digunakan suhu operasi
sekitar 1050 – 1100 oF pada tekanan 1 atm, sedangkan untuk
membuat di-olefin digunakan suhu yang lebih tinggi dan tekanan
yang lebih rendah dari atmosfir. Katalis yang digunakan tipe
khrom oksida–alumina (Cr2O3 - Al2O3). Proses bersifat
endotermis dan perpindahan panas dihapuskan dalam reaktor.
Kapasitas panas pada unggun katalis dikontrol dengan
298
Page 299
menggunakan material inert berbentuk granular yang menyertai
katalis aktif. Apabila proses beroperasi untuk memproduksi
butadien maka butadien diekstrak dari efluen reaktor,
sedangkan yang tinggal dalam potongan butan-butadien di-
recycle. Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 13.8.
Pabrik komersil pertama dioperasikan selama perang dunia kedua
oleh Sun Oil Co pada kilang Toledo & Standard Oil Co of
California di El Segundo.
Gambar 13.8 Diagram Alir Proses Catadiene
2. Proses Dehidrogenasi UOP
Proses ini merupakan proses katalis yang kontinyu
untuk mengubah C2 - C5 menjadi olefin. Katalisnya adalah khrom
oksida dalam alumina. Umpan berupa butan dipanaskan dari 930 –
1380 oF lalu dilewatkan ke dalam catalyst chamber pada tekanan
10 - 50 psi dengan recycle dan kondisi optimum maka olefin
diperoleh pada konversi 90 – 95 %, karena reaksi eksotermis
299
Page 300
maka suhu katalis harus dikontrol secara hati-hati. Dua buah
atau lebih rekator dipakai untuk siklus reaksi dan regenerasi.
Efluen dari reaktor didinginkan dan dikompresi sebelum gas-gas
ringan (C1 - C3 & H2) dipisahkan dari butan-butadien.
Fraksionasi digunakan untuk memisahkan recycle butan. Diagram
alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 13.9.
Siklus operasi proses ini singkat sekitar 1 jam.
Kontaminan katalis utamanya adalah kokas (coke). Senyawa-
senyawa sulfur dan CO secara material tidak mempengaruhi
katalis. Katalis dapat diregenerasi sebanyak 2000 kali.
Gas Regenerator
C1-C3
&H2
Reaktor & Regenerator
Umpan Separator
CoolerProduk
300
Page 301
Gas Regenerator Kompresor
Recycle Butan dari Fraksionator
Gambar 13.9 Diagram Alir Proses Dehidrogenasi UOP
Selesaikan soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Jelaskan dan uraikan cara-cara pengambilan gas kilang yang
dihasilkan dari puncak suatu unit pengolah minyak sehingga
dapat dimanfaatkan untuk keperluan kilang !
301
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 302
2. Jelaskan dan uraikan unit pembuat elpiji yang ada pada
salah satu kilang Pertamina. Lengkapi jawaban saudara
dengan diagram alir sederhana proses tersebut !
3. Uraikan perbedaan prinsip elpiji di Indonesia dengan elpiji
yang ada di pasar Internasional !
4. Jelaskan dan uraikan persyaratan yang diperlukan dalam
penanganan (handling) gas elpiji !
302
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 303
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Jelaskan dan uraikan perbedaan ketiga proses pembuatan
elpiji. Lengkapi jawaban saudara dengan keuntungan dan
kerugian masing-masing proses beserta alasan-alasannya !
2. Jelaskan dan uraikan tujuan mengapa dilakukan proses
hydrotreating untuk umpan reforming !
3. Identifikasi perbedaan antara proses unifining dan proses
ultrafining berdasarkan tabel berikut ini atau tabel yang
anda buat sendiri !
Unifining UltrafiningKondisi Operasi : T &PTipe KatalisUmur KatalisRegenerasi Katalis
4. Jelaskan peranan gas hidrogen bagi suatu kilang minyak
bumi !
5. Jelaskan perbedaan antara proses reforming steam–metan
dengan proses reforming steam-nafta pada pembuatan gas
hidrogen !
Reforming Steam-Metan
Reforming Steam-Nafta
Kondisi Operasi(p,T)Tipe KatalisFasa Raksi
??????
6.a. Jelaskan maksud dan tujuan proses dehidrogenasi !
303
Page 304
b. Uraikan perbedaan antara proses dehidrogenasi katalis
dan proses dehidrogenasi termis ditinjau dari keuntungan
dan kerugian masing-masing proses.
1. Anonim, April 1970. 90 lbs Gas Compression Plant. PTSI FlowPlant. Sei Gerong. Sumatera Selatan.
2. Bland, W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum ProcessingHandbook. Mc-Graw Hill Book Co. New York.
3. Kirk, RE. and Othmer, DF. 2000. Encyclopedia of ChemicalTechnology. John-Wiley and Sons Corp. New York.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc
Graw Hill Book Co. Singapore.
4. Pandey, G.N., 1994. A Texbook of Chemical Technology. Volume II(Organic). Vikas Publishing House PVT Ltd. New Delhi.
304
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 305
G A S A L A M
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Mahasiswa memahami dua macam gas alam yang terdapat bersama
minyak bumi maupun yang terdapat tanpa adanya minyak bumi.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Mahasiswa mampu menguraikan langkah-langkah pencairan gas
alam dari reservoir yang tidak mengandung minyak.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan diagram alir proses pencairan
gas alam berdasarkan sumber asalnya.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan proses pembuatan gas alam
sintesis dari fraksi nafta.
305
KEGIATAN BELAJAR XIV Jurusan
Teknik Kimia
Page 306
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme reaksi pembentukan
gas alam sintesis berdasarkan pemecahan molekul hidrokarbon
yang berasal dari minyak mentah.
Lembar Informasi XIV : G a s A l a m
14.1 PENDAHULUAN
Tujuan pokok dari perusahaan penambangan minyak adalah
mencari dan memproduksi minyak bumi, sedangkan gas alam yang
didapat bersama dengan minyak ataupun yang terdapat sendiri-
sendiri pada awalnya belum mendapatkan perhatian. Kemajuan
teknologi dan meningkatnya kebutuhan akan penggunaan gas untuk
keperluan yang beragam, maka gas alam menjadi barang tambang
yang diminati untuk diolah, apalagi setelah makin menipisnya
306
KEGIATAN BELAJAR XIV Jurusan
Teknik Kimia
Page 307
persediaan minyak bumi dan harganya yang makin tinggi. Karena
semakin pesatnya kebutuhan dan usaha untuk mengatasi krisis
energi maka pengadaan gas alam tidak hanya melalui hasil
tambang, tetapi juga pemanfaatan gas gas kilang maupun fraksi-
fraksi nafta dan minyak mentah yang diolah menjadi gas-gas
yang menyerupai gas alam disebut sebagai SNG (Substitute Natural
Gas atau Synthetic Natural Gas)
Pemanfaatan gas alam dapat dikelompokkan
berdasarkan produk akhirnya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan energi
2. Sebagai bahan baku, bagi keperluan industri petrokimia
3. Sebagai bahan pembantu, pada industri semen dan baja
4. sebagai sarana produksi pada lapangan penambangan minyak
dan gas bumi, untuk gas pengangkat (Gas Lift) dan untuk
pembangkit tenaga listrik.
14.2 GAS ALAM CAIR (LNG & NGL)
Secara garis besar gas alam yang ditambang dari
dalam perut bumi ditemukan dalam tiga bentuk yaitu :
1. Gas terlarut (dissolved gas) yaitu fraksi ringan dari senyawa-
senyawa hidrokarbon yang terlarut dalam minyak
2. Gas ikutan (associated gas) adalah gas yang berasal dari
reservoir minyak, termasuk kondensat (natural gasoline) dan
solution gas
3. Gas dalam bentuk non-associated gas, yaitu gas yang berasal
dari reservoir gas yang tidak mengandung minyak
Dari ketiga gas tersebut, non-associated gas merupakan
konstituen utama dan bisa terdapat dalam jumlah yang besar
sekali.
307
Page 308
Gas alam adalah merupakan campuran dari fraksi-fraksi
hidrokarbon dan komposisinya berbeda-beda. Analisis dua jenis
gas alam tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.1 yang
menunjukkan perbedaan kadar C3 (propan komponen berat)
Table 14.1 Contoh Analisis Gas Alam
Komponen Associated Gas, % mol
Non-associated Gas, % molBertekanan
RendahBertekananTinggi
C1 27,52 71,01 91,25C2 16,34 13,09 3,63C3 29,18 7,91 1,37
i-C4 5,37 1,68 0,31n-C4 17,18 2,09 0,44i-C5 2,18 1,17 0,16n-C5 1,72 1,22 0,17C6
+ 0,51 1,83 2,69Sumber : Makalah Konvensi ke-1 BKK-PII,1987
Gas alam di daerah Sumatera Selatan mempunyai komposisi
hidrokarbon seperti terlihat pada Tabel 14.2 dan Tabel 14.3.
Tabel 14.2 Komposisi Hidrokarbon dari Sumur PTSIKomponen Minyak Bumi,
% molGas Kondensat,
% molGas Kering,
% molC1 48,83 87,07 95,85C2 2,75 4,39 2,67C3 1,93 2,29 0,34C4 1,60 1,74 0,52C5 1,15 0,83 0,08C6 1,59 0,60 0,12C7 42,15 3,80 0,42C6
+ 34,30 60,80 54,70
308
Page 309
Sumber : Makalah Konvensi ke-2 BKK-PII, 1991
Tabel 14.3 Komposisi Gas Alam Sumatera Selatan eks PTSI
Komponen, % mol Associated
Gas
Non-associated
GasCO2 7,00 2,4CH4 72,81 86,1C2H6 7,07 7,3C3H8 10,14 2,6
i-C4H10 1,18 0,6n-C4H10 1,30 0,7i-C5H12 0,25 0,2n-C5H12 0,15 0,1C6
+ 0,10 -Nilai kalor,Btu/scf
12,25 11,24
Specific gravity 0,80 0,66Sumber : Makalah Konvensi ke-2 BKK.PII,1991
Gas alam yang biasa disebut LNG adalah gas alam yang
berasal dari reservoir gas yang tidak mengandung minyak (non-
associated gas) setelah dipisahkan dari fraksi berat dan
kotorannya dicairkan pada suhu di bawah titik cair gas metan.
Fraksi berat yang dipisahkan dari gas, setelah
dimantapkan/distabilkan (sesuai dengan persyaratan fasilitas
penampungan dan pengangkutan) dapat ditampung sebagai
kondensat atau dicampur ke dalam minyak bumi. Instalasi LNG di
Indonesia antara lain adalah LNG Bontang (Kaltim) dan LNG Arun
(Aceh). Gas alam yang lazim disebut NGL adalah gas
alam ikutan (associated gas) yang berasal dari reservoir minyak
lalu dicairkan. Cairan gas alam ini (NGL) banyak mengandung
C3+, setelah diolah akan menghasilkan :
1. Pentan dan fraksi berat
309
Page 310
2. Propan, butan (campuran atau sendiri–sendiri) dan
3. Gas buang (tail gas)
Instalasi NGL di Indonesia adalah NGL Arjuna di Laut Jawa dan
NGL Lex di Tanjung Santan (Kaltim).
14.2.1 Proses pembuatan LNG/NGL
LNG yang merupakan singkatan dari Liquefied Natural
Gas, adalah gas alam yang dicairkan melalui kompresi,
pendinginan, dan ekspansi dari tekanan tinggi dan suhu 127 0C
menjadi cairan dengan viskositas rendah dengan titik didih –
160 0C pada tekanan 1 atm dan berat jenis sekitar 0,45. LNG
adalah bahan bakar bersih, tidak berwarna dan tidak berbau,
dapat disimpan di bawah tanah ataupun pada tanki di atas
permukaan tanah.
Tujuan dari pencairan ini adalah untuk meningkatkan
efisiensi pengangkutan dan penyimpanan, karena volume gas
sebelum dan sesudah dicairkan berbanding 600 : 1, artinya
sebanyak 600 m3 gas alam pada tekanan 1 atm akan menjadi
1 m3 jika dikondensasikan menjadi cairan.
14.2.2 Proses LNG Arun
Gas alam yang berasal dari sumur-sumur di
lapangan/ladang gas dikumpulkan dalam cluster atau stasiun
pengumpul yang bertugas untuk memisahkan komponen gas dengan
kondensat. Komponen gas dan kondensat masing-masing dialirkan
dalam pipa dari stasiun pengumpul ke unit pemrosesan.
Komposisi gas dan kondensat yang dialirkan dari stasiun
pengumpul dapat dilihat pada Tabel 14.4.
310
Page 311
Tabel 14.4 Komposisi Gas Alam PT. Arun NGL
Komposisi Gas, %
vol
Kondensat, %
volCO2
N2
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
C6H14
14,87 0,3774,29 5,65 2,43 1,23 1,16
-
9,20 0,0525,67 6,66 6,58 6,55 5,1640,13
Gas akan mengalir dari reservoir pada tekanan 499 kg/cm2
dan suhu 177 oC ke kepala sumur melalui chrismast tree pada
tekanan turun menjadi 254 kg/cm2 suhu 150 oC. Setelah melalui
Xmast tree tekanan turun menjadi 240 kg/cm2 dan 143 oC, lalu
turun lagi setelah melalui keran pengatur menjadi 141 kg/cm2
dan 132 oC. Selanjutnya setelah melalui pendinginan suhu 54oC terjadi pemisahan antara gas dan kondensat.
Mekanisme pemisahan gas alam dan kondensat dapat dilihat pada
Gambar 14.1.
Umpan berupa gas yang belum stabil dialirkan dari
stasiun pengumpul ke unit pemrosesan sepanjang 30 km yang
dilengkapi dengan scraper laucher dan scraper receiver untuk
menghindari penumpukan cairan dalam pipa gas. Sebagian dari
gas tersebut dialirkan ke unit pengolah LPG, sedangkan umpan
berupa kondensat yang belum stabil berbentuk cair dialirkan
dari stasiun pengumpul melalui pipa sepanjang 30 km ke unit
pemrosesan. Untuk menghindari penumpukan air dan lumpur maka
dipasang scraper laucher dan scraper receiver pada awal aliran
bersama dengan strainer (saringan) untuk menghindari benda-benda
padat yang agak besar.
311
Page 312
Gambar 14.1 Unit Pemisahan Gas dan Kondensat
Selanjutnya aliran gas dan kondensat disatukan kembali
dalam satu pipa untuk seterusnya masuk ke puncak drum pemisah
(flash drum), dimana gas keluar dari puncak drum untuk
selanjutnya diolah di dalam unit pencairan gas, sedangkan
kondensat dialirkan ke flash drum kedua pada tekanan 29 kg/cm2
untuk memisahkan kandungan gas yang masih terikut. Kondensat
selanjutnya dikirim ke menara stabilizer untuk memisahkan
propan dan menstabilkannya sehingga memenuhi spesifikasi yaitu
RPV maksimum 8 psi pada 100 oF, lalu dijual/dikapalkan.
Gas-gas yang keluar dari flash drum kedua dan menara
stabilizer lalu dikompresi dan digabungkan dengan gas yang
keluar flash drum pertama untuk selanjutnya dipisahkan dari
senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki dalam proses pencairan
gas. Setelah pembersihan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki seperti minyak berat, merkuri, CO2 dan H2S, air
dan gas-gas berat maka gas siap dicairkan.
312
Page 313
Pada unit pencairan, gas mula-mula dikeringkan dan
didinginkan sampai 20 oC. Selanjutnya gas dimasukkan ke
dalam menara scrubbing untuk memisahkan fraksi ringan dan
fraksi berat secara distilasi. Produk atas yang sebagian besar
berupa metan dimasukkan ke dalam separator untuk memisahkan
cairannya. Gas keluar dari puncak separator selanjutnya dibagi
menjadi a) aliran untuk LNG (LNG mode), dan b) aliran untuk
LPG (LPG mode). Gas ini bersama-sama dengan gas residu dari
LPG plant dimasukkan ke dalam main HE (cryogenic exchanger) untuk
didinginkan menjadi –145 oC dimana pada suhu tersebut gas
mulai mencair.
Setelah keluar dari main exchanger pada suhu –145 oC, gas
ini dimasukkan ke dalam drum-drum produk yang tekanannya
diatur sedikit di atas 1 atm. Akibat penurunan tekanan
maka terjadi juga penurunan suhu sehingga gas alam tersebut
mempunyai suhu –160 oC lalu dialirkan ke tanki penyimpanan.
Komposisi LNG yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 14.5,
sedangkan diagram alir keseluruhan proses dapat dilihat pada
Gambar 14.2.
Tabel 14.5 Komposisi LNG Arun
Komposisi % molN2 0,7 (max)
CH4 86,0 (min)
C2H6 8,1
C3H8 3,6
C4+ 1,7
Nilai
kalor
1157
Btu/scf
313
Page 314
14.3 GAS ALAM BUATAN
Gas alam buatan yang lazim disebut SNG (Subtitute
Natural Gas atau Synthetic Natural Gas) adalah gas-gas yang dibuat
dari salah satu proses yaitu a) gasifikasi nafta, b)
gasifikasi minyak bumi, c) hidrogasifikasi distilat dan gas-
oil, d) gasifikasi batubara, yang hasilnya menyerupai gas alam
dengan metan sebagai komponen utama.
Sebelum proses gasifikasi biasanya dilakukan dulu
pembersihan terhadap umpan dari kotoran-kotorannya seperti
senyawa sulfur dengan proses desulfurisasi. Mekanisme proses
gasifikasi untuk pembuatan SNG adalah reaksi 14 langkah
seperti terlihat pada Tabel 14.6.
Dari Tabel 14.6 terlihat bahwa reaksi berlangsung dalam
beberapa proses seperti hidrolisis atau steam reforming,
oksidasi, hidrogenasi, pirolisis, dan metanasi dan perengkahan
(cracking).
314
Page 315
Gambar 14.2 Diagram Alir Proses Pembuatan LNG
Tabel 14.6 Reaksi Gasifikasi dalam Kesetimbangan
No R e a k s iPanas Reaksi
(kkal/kmol) pada25 0C
1 C + O2 CO2 - 94,045 2 C + CO2 2 CO + 41,203 3 C + H2O H2 +CO + 31,356 4 CO + H2O H2 + CO2 -
9,847 5 CO + 3 H2 CH4 + H2O - 49,243 6 C + 2 H2 CH4 - 17,889 7 CO2 + 4 H2 CH4 + 2 H2O - 39,410 8 C + 2 H2O 2 H2 + CO2 + 21,510 9 CH4 + CO2 2 CO + 2 H2 + 59,09310 2 C + H2 C2H2 + 54,16311 2 CH4 C2H2 + 3 H2 + 89,91812 2 CH4 C2H4 + 2 H2 + 48,24613 C2 H6 C2H4 + H2 + 32,71014 CH4 + H2O CO + 3 H2 + 49,242
14.3.1 Gasifikasi Nafta
Proses pembuatan SNG menggunakan nafta sebagai
umpan dengan steam, mempunyai dua metoda yang tergantung pada
suhu pengolahan yaitu :
1. Mencampurkan CO dan H2 pada suhu tinggi (high temperature
reforming)
2. Melarutkan CO2 dan H2 pada suhu rendah kira-kira 470 0C (low
temperature reforming)
Proses suhu tinggi menggunakan banyak langkah
metanasi yang kompleks (enrichment step) dimana gas-gas yang
dihasilkan mempunyai nilai kalor yang rendah sehingga tidak
315
Page 316
sesuai untuk menggantikan gas alam, dengan demikian proses ini
sudah lama ditinggalkan.
Pada proses suhu rendah yang komersil terhadap tiga tipe yang
beroperasi yaitu:
1. Proses CRG (Catalytic Rich Gas) dari British Gas Corp
2. Proses Gasynthan dari German-Lurgi Co
3. Proses MRG (Methane Rich Gas) dari Japan Gasoline Co
1. Proses CRG British
Proses ini dikembangkan pada tahun 1960 pada
pabrik gas kota Eropa yang memproduksi campuran metan,
hidrogen, dan gas inert dengan nilai kalor sekitar 4500
kcal/m3. Proses ini merupakan proses reforming pada suhu
rendah dengan katalis nikel yang sangat aktif untuk merubah
sulfur bebas. Proses pemurnian SNG dengan sistem desulfurasi
adalah merubah senyawa sulfur organik menjadi H2S yang
kemudian dihilangkan dari aliran gas dengan absorpsi kimia
melalui katalis NIMOX (nikel molibdat) atau COMOX (kobal
molibdat).
Diagram alir proses CRG dapat dilihat pada Gambar 14.3.
Umpan nafta bercampur dengan recycle H2 dipanaskan
sampai 350 0C, lalu campuran dilewatkan ke dalam katalis
hydrofining yang dipecah menjadi uap nafta dan H2S. Analisis
gas hasil dapat dilihat pada Tabel 14.7.
316
Page 317
Gambar 14.3 Diagram Alir Proses CRG
Tabel 14.7 Komposisi Gas SNG Hasil Proses CRG
Komposisi,% vol
OutletReaktor
(Gas Kering)
OutletMetanato
r I
OutletMetanator
II
Eks CO2
Absorber
CH4 65,5 75,6 76,7 98,5H2 11,8 6,2 0,6 0,9CO 0,8 0,1 0,1 0,1CO2 21,9 22,1 22,6 0,5
Nilai KalorBtu/scf, 15oC
691 739 781 1000
Berat jenis 0,706
0,734
0,771
0,557
2. Proses Gasynthan Lurgi
Proses ini dikembangkan untuk mereduksi gas 4500
kcal/m3 menggantikan gas dari batubara dan gas kota yang
dipakai di Jerman, sebagian Eropa, Jepang dan beberapa daerah
lainnya. Proses ini dimaksudkan untuk merubah hidrokarbon
ringan yang mengandung nafta menajadi gas SNG yang serupa
317
Page 318
dengan proses CRG menggunakan katalis dengan daya aktif
tinggi. Katalis sangant sensitive terhadap kontaminasi oleh
senyawa sulfur, halogen, oksigen, timbal (dari TEL dalam
gasoline) dan lain-lain. Oleh karena aktivitas yang tinggi
dari katalis maka campuran steam dan nafta masuk diatur pada
suhu 400 oC, sehingga menuntut penggunaan nisbah steam/nafta
yang minimum yaitu 2 : 1. Langkah desulfurisasi proses
Gasynthan identik dengan proses CRG yang dipertahankan pada
suhu 330 - 360 oC.
Diagram alir proses Gasynthan Lurgi dapat dilihat pada Gbr
14.4. Analisis gas SNG proses Gasynthan Lurgi dapat dilihat
pada Tabel 14.8.
Gambar 14.4 Diagram Alir Proses Gasynthan Lurgi
Tabel 14.8 Komposisi Gas SNG Proses Lurgi
Komposisi, %
vol.
Eks Metanator Produk Kering
CH4
H2
76,81
0,56
98,08
0,72
318
Page 319
CO
CO2
Nilai kalor,
kcal/m3
Berat jenis
0,08
22,5
780,9
0,77
1
0,10
1,10
998,2
0,5
6
3. Proses MRG
Proses ini dikembangkan oleh Japan gasoline Co melalui
empat tahapan proses yaitu hidrodesulfurisasi, gasifikasi,
pengkayaan (enrichment), dan penyerapan CO2. Katalis yang
digunakan tipe N-185 merupakan campuran nikel, tembaga, dan
khrom yang sensitif terhadap sulfur.
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 14.5. Analisis
produk SNG hasil proses MRG dapat dilihat pada Tabel 14.9.
Gambar 14.5 Diagram Alir Proses MRG
Tabel 14.9 Komposisi Gas SNG Hasil Proses MRG
Komposisi % vo
319
Page 320
CH4
H2
CO
CO2
98,00
1,50
0,01
0,49
Nilai Kalor, Btu/
Scf
Berat jenis
995
0,553
14.3.2 Gasifikasi Minyak Bumi
Proses gasifikasi minyak mentah (minyak berat)
memerlukan hidrogen dan oksigen sebagai perantara proses.
Tujuan utama proses ini adalah untuk merubah keseluruhan
minyak mentah cair menjadi SNG dengan produk samping berupa
kokas atau aspal.
Langkah-langkah gasifikasi umumnya diikuti juga dengan proses-
proses pengolahan yang lain seperti :
perengkahan hidro (hydrocracking )
oksidasi parsial
pembentukan kokas (coking )
Untuk merubah seluruh minyak mentah menjadi gas SNG
maka gabungan proses proses hydrocracking dan oksida parsial
akan membuat pabrik menjadi lebih efisien, karena hydrocracking
sendiri merupakan proses yang sulit dikendalikan karena
katalis cepat menjadi tidak aktif yang disebabkan karena
dekomposisi metal pada permukaannya. Katalis yang digunakan
biasanya tipe platina dan paladium dengan zeolit sebagai
support. Katalis tersebut harus tahan terhadap sulfur, nitrogen
dan kontaminan-kontaminan lain dalam minyak. Selain itu dapat
320
Page 321
juga digunakan wolfram, kobal dan molibdenum oksida sebagai
katalis.
Perencanaan yang kompleks dari pengolahan ini
meliputi daur ulang internal dan eksternal, selain masalah
perpindahan panas yang intensif antara aliran masuk dan aliran
keluar dari reaktor hydrocracking. Kemurnian hasil gas SNG dan
sifat-sifatnya tergantung pada kondisi operasi pengolahan.
Proses gasifikasi yang lengkap berdasarkan proses
hydrocracking dan oksidasi parsial dapat dilihat pada Gambar
14.6 dan Gambar 14.7. Kedua proses tersebut melalui proses
oksidasi parsial yang membutuhkan oksigen, sehingga
menyebabkan proses-proses tersebut menjadi mahal.
Proses gasifikasi yang lain adalah flexicoking yang
dikembangkan oleh Exxon Research and Engineering. Proses ini
mengolah minyak berat (residu) tanpa menggunakan oksigen.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 14.8.
SNG
Nafta
Crude Gas Oil
Sulfur
Residu Syngas
321
Hidrode- Reformin
gMetanato
r
Hidrocracking
Topping
Vac.Dist
Oksidasi
H2
Plant
Page 322
Gambar 14.6 Diagram Alir Proses SNG melalui Distilasi
Di Distilat
Crude Residu
SNG Sulfur
Gambar 14.7 Diagram Alir Proses SNG melalui Fraksionasi
Gambar 14.8 Diagram Alir Gasifikasi Proses Exxon
322
Fraksionasi
Hydrocracking
Hidrogasifikasi
PemisahMinyak & H2S
H2 Plant Oksidasi Metanas
i
Page 323
Selesaikan soal di bawah ini dengan jelas dan singkat !
1. Jelaskan perbedaan antara gas alam cair (LNG) dan cairan
gas alam (NGL) berdasarkan kondisi hasil penambangan,
hasil pengolahan dan pencairan pada kilang minyak bumi !
2. Uraikan perbedaan tempat penyimpanan LNG di atas dan di
bawah permukaan tanah, berikan alasan masing-masing !
3. Bagaimana cara menaikkan nilai kalor gas SNG hasil
gasifikasi nafta termasuk cara-cara pembersihan senyawa-
senyawa yang tidak dikehendaki ?
323
LEMBAR EVALUASI Jurusan PRE-TEST
Page 324
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Uraikan dan jelaskan masing-masing proses berdasarkan
diagram alir seperti terlihat pada Gambar 14.6 – Gambar
14.8 !
2. Jelaskan perbedaan prinsip antara proses gasifikasi dengan
oksidasi parsial dan gasifikasi coking !
3. Uraikan perbedaan ketiga proses gasifikasi minyak mentah
berdasarkan diagram alir yang ditampilkan !
324
LEMBAR EVALUASI Jurusan POST-TEST
Page 325
1. Aagaard, V. and Ladegaard, B.H., 1983. Liquefied Natural GasStorage. Bulletin t-39. Preload. Barcelona.
2. Bland, W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing
Handbook. Mc-Graw Hill Book Co. New York.
3. Hertanto, Ir., 25 – 26 Oktober 1987. Pemanfaatan Gas Bumi bagiIndustri dan Energi di Indonesia. Makalah Konvensi Pertama BKK-PII.Jakarta.
4. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc
Graw Hill Book Co. Singapore.
325
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Page 326
5. Tedjo Widjojo, Ir., 16 – 17 Juni 1991. Merintis kearahPendayagunaan Gas Alam untuk Industri Kimia. Prosiding KonvensiKedua BKK-PII. Jakarta.
326