I. PENDAHULUAN Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan terhadap nervus medianus yang disebabkan oleh peningkatan tekanan dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan. Sindrom terowongan karpal dapat terjadi pada satu tangan atau keduanya dan salah satu penyebabnya antara lain aktivitas kerja dan hobi yang membutuhkan gerak berulang dari pergelangan tangan dan jari, terlebih jika dikombinasi dengan gerakan menjepit kuat, menggenggam atau kegiatan yang melibatkan alat getar atau instrumen yang memberikan tekanan di dasar telapak tangan. Nyeri pada sindrom terowongan karpal merupakan jenis nyeri neuropatik dengan gejala klinis yaitu nyeri, kesemutan, pengecilan dan kelemahan otot eminensia tenar, serta hilangnya sensasi pada area yang dipersarafi oleh nervus medianus (Magee et al, 2009; Ginsberg, 2008; Davey, 2005). Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan, terapi haruslah meningkatkan angka kesembuhan dengan biaya yang masuk akal. Ono et al (2010) mengadakan review literature mengenai penatalaksanaan CTS seperti yang pernah dilakukan oleh The American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS) pada tahun 2007. Literatur terbaru menunjukkan tren pembedahan pada CTS yang dilakukan pada stadium awal CTS. Penggunaan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan terhadap nervus
medianus yang disebabkan oleh peningkatan tekanan dalam terowongan karpal
pada pergelangan tangan. Sindrom terowongan karpal dapat terjadi pada satu
tangan atau keduanya dan salah satu penyebabnya antara lain aktivitas kerja dan
hobi yang membutuhkan gerak berulang dari pergelangan tangan dan jari, terlebih
jika dikombinasi dengan gerakan menjepit kuat, menggenggam atau kegiatan
yang melibatkan alat getar atau instrumen yang memberikan tekanan di dasar
telapak tangan. Nyeri pada sindrom terowongan karpal merupakan jenis nyeri
neuropatik dengan gejala klinis yaitu nyeri, kesemutan, pengecilan dan kelemahan
otot eminensia tenar, serta hilangnya sensasi pada area yang dipersarafi oleh
nervus medianus (Magee et al, 2009; Ginsberg, 2008; Davey, 2005).
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan,
terapi haruslah meningkatkan angka kesembuhan dengan biaya yang masuk akal.
Ono et al (2010) mengadakan review literature mengenai penatalaksanaan CTS
seperti yang pernah dilakukan oleh The American Academy of Orthopaedic
Surgeons (AAOS) pada tahun 2007. Literatur terbaru menunjukkan tren
pembedahan pada CTS yang dilakukan pada stadium awal CTS. Penggunaan
steroid maupun tindakan pembidaian juga masih digunakan walaupun efeknya
hanya berlangsung sementara.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan terhadap
nervus medianus yang disebabkan oleh peningkatan tekanan dalam
terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor
retinakulum. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia,
median thenar neuritis atau partial thenar atrophy (Rambe, 2004; Magee et al,
2009; Campbell, 2012).
Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di
mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang
dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia
membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan
atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan
palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang
karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan
menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu
nervus medianus (Rambe, 2004; Campbell, 2012).
Gambar 2.1. Anatomi terowongan karpal dan nervus medianus (Davis et al,
2005).
Gambar 2.2. Distribusi sensorik nervus medianus (Davis et al, 2005).
B. EPIDEMIOLOGI
CTS adalah salah satu jenis gangguan pada tangan dan entrapment
neuropathy yang paling sering ditemukan. Insidensi yang tertinggi dialami
oleh orang-orang usia pertengahan dan wanita yang berusia lebih tua.
Insidensi CTS di Amerika diestimasikan mencapai 1-3 per 1000 orang per
tahun. Prevalensinya dapat mencapai 50 kasus per 1000 subjek pada populasi
umum (Ono, 2010).
Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum diketahui
karena sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja
yang dilaporkan karena berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis. Penelitian
pada pekerjaan dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan dan tangan
melaporkan prevalensi CTS antara 5,6% sampai dengan 15%. Penelitian yang
dilakukan pada pekerja garmen di Jakarta berkaitan dengan prevalensi
terjadinya CTS mencapai 20,3% (Tana, 2004).
Prevalensi CTS yang tinggi adalah sebuah isu penting terutama di tempat-
tempat bekerja karena secara langsung berkaitan dengan produktivitas yang
terganggu akibat disabilitas yang merupakan dampak dari CTS. Berdasarkan
laporan tahun 2008 dari Bureau of Labor Statistics, CTS merupakan jenis
penyakit yang membutuhkan cuti yang cukup lama, yakni bisa mencapai 28
hari, di semua jenis industri. Berdasarkan National Institutes of Health biaya
yang dibutuhkan oleh pekerja akibat CTS, termasuk biaya berobat dan
kerugian akibat hilangnya jam kerja mencapai 30.000 dolar untuk setiap
pekerja yang terkena (Latinovic et al, 2006; Ono, 2010).
C. PATOGENESIS
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis dari CTS. Sebagian besar
penulis berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular memegang peranan
penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara kronis di mana
terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap
nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan
peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler
melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler
lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini
akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural.
Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul
terutama pada malam/pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat
digerak-gerakkan atau diurut (mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara
pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis
epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan safar menjadi atrofi
dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus
terganggu secara menyeluruh (Rambe, 2004).
Pada CTS akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi
kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf.
Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler
yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi
vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu.
Akibatnya terjadi kerusakan pada saraf tersebut . Tekanan langsung pada safar
perifer dapat pula menimbulkan invaginasi Nodus Ranvier dan demielinisasi
lokal sehingga konduksi saraf terganggu (Rambe, 2004).
D. ETIOLOGI
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga
dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan
semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan
pada nervus medianus sehingga timbullah CTS. Pada sebagian kasus
etiologinya idiopatik, terutama pada penderita wanita dan lanjut usia.
Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada
pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada
pergelangan tangan termasuk CTS (Allan et al, 2014; Greenberg, 2010;
Evans, 2006).
Secara keseluruhan etiologi CTS sangat bervariasi yaitu (Gilroy, 2000;
Kotwal & Varshney, 2011) :
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN ( hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma : dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap
pergelangan tangan. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi