BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA JANUARI 2015 TUBERCULOSIS PARU Disusun oleh : Sri putriana 110 210 0014 Ayu Pratiwi Sarif 110 210 0083 Andi Dika Gustri 110 210 0116 Pembimbing : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor Dr Shofiyah Latief, Sp Rad, M.kes DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA JANUARI 2015
TUBERCULOSIS PARU
Disusun oleh :
Sri putriana 110 210 0014
Ayu Pratiwi Sarif 110 210 0083
Andi Dika Gustri 110 210 0116
Pembimbing :
dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka
Supervisor
Dr Shofiyah Latief, Sp Rad, M.kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
1
HALAMAN PENGESAHAN
Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini menyatakan bahwa :
Nama : Sri putriana (110 210 0014 )
Ayu Pratiwi Sarif ( 110 210 0083 )
Andi Dika Gustri ( 110 210 0116 )
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Muslim Indonesia
Judul Lapsus : Tuberculosis paru
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik dalam bagian Ilmu
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Makassar, Januari 2015
Mengetahui,
Residen Pembimbing Supervisor
dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka dr. Shofiyah Latief, Sp. Rad, Mkes
penguji
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
I. STATUS PASIEN ....................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
A. PENADAHULUAN ........................................................................... 5
- - TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis
yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis
c. Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan
tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
10
masa pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan yang baik
f. Kasus Bekas TB:
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila
ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang
tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang
menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih
mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang
tidak ada perubahan gambaran radiologi
Tuberkulosis Ekstra Paru6
Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak,
tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi
anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan
pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan
konsisten dengan TB ekstraparu aktif.
11
B. ANATOMI
Setiap paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura visceral melekat
langsung pada paru-paru, sedangkan pleura parietal yang membatasi
bagian dalam dinding dada, permukaan atas dari diafragma, dan organ
yang terletak dibagian tengah dari dada. Diantara pleura viseralis dan
pleura parietalis terdapat ruang potensial yang dikenal dengan kavum
pleura yang secara fisiologis berisi cairan serous yang berfungsi untuk
meminimalisasi gesekan saat proses pernapasan. Selain cairan serous,
potensial spase di kavum pleura juga dapat terisi oleh udara, darah dan
nanah (pus).7,8
Fungsi utama dari paru-paru adalah ventilasi dan perfusi dimana
terjadi pertukaran gas antara udara alveolar dan darah dalam kapiler
alveolar.1Paru-paru menempati dua per tiga bagian toraks, dibagian medial
dibatasi oleh tulang belakang, jantung, dan mediastinum dan dibagian
inferior oleh diagfragma. Paru-paru kanan memiliki 3 lobus yaitu lobus
atas, tengah dan bawah., sedangkan paru-paru kiri memiliki 2 lobus yaitu
lobus atas dan bawah.4,5,6
Gambar 1
12
Anatomi Saluran Pernafasan (Sumber: Wheather’s Functional Histology,
Respiratory System)9
Gambar 2
Segmen Pulmo Normal (Sumber : Anatomy of The Lung, Thomas W.
Rice)6
C. PATOGENESIS
Secara pathogenesis, kuman tuberculosis yang masuk melalui saluran
napas akan bersarang di jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu
sarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek primer. Akibat
penyebaran kuman secara hematogen dan limfogen, maka akan terjadi radang
saluran getah bening (limfangitis) dan diikuti oleh pembesaran kelenjar getah
bening di hilus (limfadenitis regional). afek primer bersama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini
akan mengalami beberapa kondisi sebagai berikut 10,14:
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
intergrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (sarang ghon, garis fibrotic,
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara perkontinuitatum, bronkogen, hematogen dan
limfogen.
13
Gambar 3. Respon imun terhadap M.tubercolosis (Sumber: Tuberculosis
(Mycobacterium Tuberculosis) in Nelson Textbook of Pediatrics 19th Editoin)3
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian
tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post
primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk
dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya.
Tuberculosis post-primer dimulai dengan sarang dini yang umumnya terletak
di segmen apical dari lobus superior maupun lobus inferior. Sarang ini dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan meninggalkan bekas berupa jaringan
fibrotic yang selanjutnya akan mengalami kalsifikasi yang dapat juga aktif
kembali membentuk jaringan keju dan menimbulkan kavitas, serta dapat
meluas dan membentuk kavitas sklerotik.Biasanya TB primer terjadi pada
anak-anak dan TB post primer terjadi pada orang dewasa.14,15
D. DIAGNOSTIK
ANAMNESIS
14
Keluhan yang dirasakan pasien tuberculosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak pasien TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
Demam, biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-
kadang panas badan dapat mencapi 40-41°C. serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya
hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah
bebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang
masuk15.
Batuk/batuk darah. Gejala ini banyak ditemukan. Bila terjadi karena adanya
iritasi bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin
saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan berkembang. Sifat
batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (sputum). Keadaan yang lebih lanjut adalah
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi
pada ulkus dinding bronchus15.
Sesak Napas. Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan
sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut
yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru15.
Nyeri Dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya15.
Malaise. Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan. Badan makin kurus
(Berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll.
15
Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara
teratur15.
PEMERIKSAAN FISIS15
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan keadaan umum pasien mungkin
ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam
subfebris, dan kurus atau berat badan menurun.
Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukan suatu kelainan
pasti terutama pada kasus-kasus dini atau sudah terinfiltrasi secara asimptomtik.
Demikian juga jika sarang penyakit terletak didalam akan sulit menemukan
kelaonan pada pemeriksaan fisis, karena hantaran getaran/suara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi, auskultasi. Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa.
Tempat kelainan TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
(puncak) paru. Bila dicurigai adanya infiltrate yang agak luas, maka didapatkan
perkusi yang redup dan auskultasi suara napas bronkhial. Akan didapatkan juga
suara napas tambahan berupa ronkhi basah kasar. Tetapi bila infiltrate ini diliputi
oleh penebalan pleura , suara napasnya menjadi vesikuler melemah bila terdapat
kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik.
Pada fibrosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan
atrofi dan retraksi otot-otot intercostalis. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan
menarik sisi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang sehat menjadi lebih
hiperinflasi. Bila jaringan fibrotic amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya kor pulmonal dan gagal jantung kanan. Disisn akan didapatkan tanda-
tand apulmonal dan gagal jantung kanan seperti takipneu, takikardi, sianosis, right
16
ventricular lift, right atrial gallop, murmur graham stell, bunyi P2 yang mengeras,
vena jugularis yang meningkat, hepatoegali. Asites dan udema.
Bila tuberculosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru
yang sakit terlihat tertinggal dalam pernapasan, perkusi memberikan suara pekak.
Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar suara
sama sekali.
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimptomatik dan penyakit paru
dicuriga dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah
Pemeriksaan ini hasilnya tidak sensitif dan tidak spesifik. Pada saat
tuberkulosis baru mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang
sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri, limfosit dalam
batas normal, dan laju endap darah mulai meningkat15.
b. Sputum
Pemeriksaan sputum adalah pemting dengan ditemukannya kuman
BTA.diagnosis tuberculosis sudah dapt dipastikan. Disamping itu
pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap
pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah
sehingga dapat dikerjakn dipuskesmas. Tetapi kadang-kadang tidak
mudah untuk mendapat sputum. Terutama pasien yang tidak batuk atau
batuk yang non produktif. Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum
pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak 2 liter dan
di ajarkan reflex batuk. BTA dari sputum juga bisa diapatkan pada anak-
anak dengan cara biasan lambung Karena pada anak sulit menegluarkan
dahak. Sputum diperiksa sesegera mungkin15.
Bila sputum sudah didapat, kuman BTA pun kadang-kadang sulit
ditemukan. Kuman baru ditemukan bila bronkus yag terlibat proses
17
penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum yang trelibat
prosespenyakit ini trebuka keluar. Sehingga sputum yang mengandung
kuman BTA mudah keluar. Diperkirakan di Indonesia terdapat 50%
pasien BTA positif tetapi kuman tersebut tidak ditemukan dalam sputum
mereka. Kriteria sputum BTA positif bila sekurang-kurangnya
ditemukan 3 batang kuman BTA dalam satu sediaan. Dengan kata lain
diperlukan 5000 kuman dalam 1 mL sputum15.
Pada pemeriksaan dengan biakan, setelah 4-6 minggu penanaman
sputum dalam medium biakan, koloni kuman tuberkuiosis mulai tampak.
Bila setelah 8 minggu penanaman koloni tidak juga tampak, biakan
dinyatakan negative.medium biakan yang sering dipakai yaitu
lowenslein Jensen, kudoh atau ogawa. Untuk pemerksaan BTA sediaan
mikroskopis biasa dan sediaan biakan. Bahan-bahan selain sputum dapat
juga diambil dari bilasan bronchus, jaringan paru, pleura, cairan pleura,
cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan serebrospinal, urin dan tinja15.
Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen ini dapat dilakukan dengan cara
mikroskopik maupun biakan3.
Interpretasi dari hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan
adalah :
o 2 kali positif, 1 kali negatif : mikroskopik positif
o 1 kali positif, 2 kali negatif : ulangi BTA 3 kali, kemudian
Bila 1 kali positif, 2 kali negatif : mikroskopik positif
Bila 3 kali negatif : mikroskopik negatif
c. Tes Tuberkulin15
pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai
tes mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc tuberkulin PPD. Tes
tuberculin hanya menyatakan apakah individu sedang atau pernah
mengalami infeksi M. tuberculosis, M bovis, vaksinasi BCG dan
18
M.ycobacteria pathogen lainnya. Dasar tes tuberculin ini adalah reaksi alergi
tipe lambat.
Bila pembentukan antibodi seuler cukup miasalnya pada penularan dengan
kuman yang sangat virulen dan jumlah kuman sangat besar atau pada
keadaan diman pembentukan antibodi humoral amat berkurang maka akan
mudah terjadi penyakit sesudah penularan.
Tes mantoux ini dibagi dalam : 1) indurasi 0-5 mm (diameternya):
mantoux negative = golongan non sensitivity. Di sini peran antibody
humoral paling menonjol: 2) indurasi 6-9 mm: hasil meragukan= golongan
low grade sensitivity. Disini peran antibody humoral masih menonjol: 3).
Indurasi 10-15mm: mantoux positif = golongan normal sensitivity: disini
peran kedua antibody seimbang: 4) indurasi lebih dari 15mm : mantoux
positif kuat = golongan hypersensitivity: disnin peran antibody seluler paling
menonjol.
Hal-hal yang memberikan reaksi tuberculin berkurang (negative palsu)
yakni :
pasien yang baru 2-10 minggu terpajan tuberculosis
Anergi, penyakit sistemik berat
Penyakit eksantematous dengan panas yang akut : morbili, cacar
air, polimielitis
Reaksi hipersensivitas menurun pada penyakit limforetikuler
(Hodgkin)
Pemberian kortikosteroid yang lama, pemberian obat-obat
imunosupresi lainnya
Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulis. Lokasi lesi tuberkulis umumnya didaerah apeks
19
paru (segmen apical lobus atas atau segmen
apical lobus bawah), tetapi juga mengenai
lobus bawah (bagian inferior) atau didaerah
hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada
tuberculosis endobronkhial)15.
Gambar 4 Foto Thorax Normal (Sumber : Principles of Chest
Roentgenology 4th Edition.)10
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-
sarang pneumoni, gambaran raadiologis berupa bercak-bercak
seperti awan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi
sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa
bulatan dengan batsa yang tegas15.
.
Gambar 5Tuberculosis Aktif dengan Cavitas di Pulmo Dextra (Sumber :Sutton D. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1 7th Ed)16
20
Gambar 6
Tuberculosis aktif dengan Bercak Berawan (Sumber : Sutton D. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1 7th Ed)16
Menurut American Thoracic Society and National Tuberculosis
Association luasnya proses yang tampak pada Foto Thoraks dapat dibagi
sebagai berikut.17
1. Lesi minimal, yaitu bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di
atas chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari
vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai
kavitas.
2. Lesi sedang, yaitu bila proses penyakit lebih luas dari lesi minimal dan dapat
menyebar dengan densitas sedang, tetapi luas proses tidak boleh lebih luas
dari satu paru atau jumlah dari seluruh proses yang ada paling banyak seluas
satu paru atau bila proses tuberkulosis tadi mempunyai densitas lebih padat,
lebih tebal maka proses tersebut tidak boleh lebih dari sepertiga pada satu
paru dan proses ini dapat atau tidak disertai kavitas. Bila disertai kavitas
maka luas (diameter) semua kavitas tidak boleh lebih 4 cm.
3. Lesi luas, yaitu bila proses lebih luas dari lesi sedang.
21
Gambar 7
Skema klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association (Sumber: Radiologi Diagnostik Edisi Kedua FKUI)17
Gambar 8
Gambaran Radiologi berdasarkan skema klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association (Sumber: Tuberculosis, Jerrold J. Ellner)4
Tuberkulosis primer muncul setelah terinfeksi oleh Mycobacterium
Tuberculosis melalui inhalasi basil tuberkel yang akan memunculkan respon
inflamasi akibat dari infeksi M. Tubeculosis dan bermanifestasi sebagai Ghon
focus atau Primary focus pada foto x-ray thorax dengan gambararn airspace
opacity. Selan itu dapat ditemukan juga pembesaran hilus atau pembesaran
paratracheal limfonodus. Gabungan antara ghon focus dan pembesaran hilus
disebut Primary Complex atau Ranke Complex18
22
Gambar 9Pada foto thoraks tampak airspace opacity (panah kecil) pada lobus inferior
dextra dan pembesaran hilus (panah besar). Ini adalah gambaran dari primary complex (Ghon focus dan pembesaran hilus ipsilateral) yang khas pada
tuberculosis primer pada anak. (Sumber: A Radiologic Review in RadioGraphic, 2007)19
Gambar 10
Pada foto thoraks diatas ditemukan gambaran opak berbentuk bulat pada apex paru kiri. (Sumber: Basic Chest Radiology on TB Clinican)19
23
Gambaran radiologic TB pada orang dewasa prosesnya berlokalisasi
dilapangan atas paru pada daerah apeks paru atau daerah subapikal; yang seperti
kita ketahui semuanya bahwa proses TB ini adalah proses post primer. Gambaran
radiologik dapat kita bedakan:
1. Tanda TB masih aktif20
Terlihat bercak-bercak halus atau kasar.
Diantara bercak-bercak tersebut masih terlihat banyak jaringan
paru yang masih sehat.
Gambaran berawan tipis atau padat
Sebagian besar paru lapangan atas tertutup dengan infiltrat,
tetapi masih terlihat lapangan atas paru-paru yang masih sehat.
Gambar 11
TB paru aktif tampak bercak halus pada lapangan atas paru (Sumber: Radiographic Manifestation of Tuberculosis in Curry National Tuberculosis Center)20
2. Tanda TB paru tenang20
Bintik-bintik kalsifikasi
24
Tampak densitasnya seperti densitas caput/ densitas tinggi/
radioopak putih, dengan macam-macam bentuk atau besarnya.
Garis fibrosis
Berupa garis-garis agak lurus, dengan kaliber yang sama, tidak
bercabang-cabang seperti pembuluh darah. Proses fibrosis ini dapat
menyebabkan retraksi dari hilus atau trakea ke sisi proses tersebut.
Gambar 12
TB paru tenang tampak garis fibrosis pada kedua lapangan paru. (Sumber: A
Radiologic Review in RadioGraphic )5
E. DIAGNOSIS BANDING
Faktor utama dan terpenting dalam mendiagnosis pasien dengan tuberculosis
adalah riwayat pengobatan sebelumnya. Riwayat keluarga juga harus ditanyakan
terutama kontak lansung dengan pasien yang terinfeksi.Orang-orang dengan asma,
bronchitis kronik harus disuspek dengan infeksi tuberculosis.
1. Bronkhitis kronik
25
Pasien dengan bronchitis kronik akan merasakan dingin. Pasien memiliki
riwayat batuk berlendir selama bertahun-tahun, tetapi gejela yang lain sangat
kurang. Pasien dengan tuberculosis biasanya memberikan onset gejala yang
pasti.Bronkitis kronik memiliki suara nafas yang keras dan terdengar hampir atau
seluruh lapangan paru akan tetapi pada tuberculosis perubahan suara nafas hanya
terdengar pada daerah lesi yang biasanya pada daerah apex pada satu atau kedua
paru21,22,23.
Gambar 13
Bronchitis kronik. Memberikan gambaran bercak pada kedua lapangan paru 25
2. Bronkiektasis
Bronkiektasis tidak begitu mudah untuk dibedakan.Banyak pasien dengan
bronkiektesis telah diobati dengan tuberculosis selama bertahun-tahun yang
sebenarnya mereka tidak menderita tuberculosis. Bronkiektasis biasanya
penyebab sekunder dari penyakit infeksi pernafasan akut maupun kronik.Batuk
dan dahak pada penderita bronkiektasis biasanya datatng pada saat serangan
disertai dengan remisi21,22,23..
26
Gambar 14
Bronkietaksis kistik, lesi opak berbentuk cincin pada daerah basal kanan (kiri), Bronkografi : menunjukan bronkietaksis simetris yang disertai dilatasi bronchus lobus
bawah (kanan)
3. AbsesPulmonal
Kebanyakan abses pulmonal diikuti dengan infeksi dari atau operasi saluran
pernafasan atas dan mulut. Batuk, sputum yang banyak, dan gejala sepsis adalah
karakteristik dari akut abses pulmonal. Gejala khas ini juga dapat ditemukan pada
bentuk kronis. Dalam pemeriksaan xray akan ditemukan kavitas abses dengan
gambaran fluid level, yang dimana tidak ditemukan pada
tuberculosis21,22,23..
27
Gambar 15
Abses paru lesi kavitas pada zona tengah kanan disertai bats cairan (air fluid level)
4. Pneumonia
Dalam hal dugaan adanya pneumonia, maka keterangan klinis, laboratorium,
seperti jumlah leukosit dan hitung jenis penting untuk diketahui. Hal tersebut
dapat membantu menegakkan diagnosis. Lebih dari 65% pneumonia pada
anak-anak yang terjadi karena infeksi virus21,22,23..
gambar 16
pneumonia lobus atas kanan terikat di bagian inferior oleh fisura horizontal. Penumpulan sudut kostophrenicus kanan oleh efusi pleura
5. Pneumonokoniosis
Kondisi ini dimana seseorang terpapar oleh partikel yang sangat halus dari debu,
pasir, batubara. Adanya riwayat terpapar, batuk yang awalnya kering dan menjadi
produktif, keringat malam, dan kelemahan23.
28
gambar 17 pneumoconiosis, terdapat bayangan nodular kasar
F. KOMPLIKASI
Pada pasien tuberculosis dapat terjadi beberapa komplikasi baik sebelum
pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah efusi pleura, meningitis TB,
pericarditis TB, Spondylitis TB, TB milier.6
Gambar 18 TB paru dengan efusi pleura tampak airspace opacity pada lobus kiri bawah disertai perselubungan homogen yang menutupi sinus costofrenikus kiri (Radiographic
Manifestation of Tuberculosis in Curry National Tuberculosis Center)20
29
Gambar 19
TB paru dengan
atelektasis 25
Gambar 20
CT-Scan Pericarditis TB (Sumber: A Radiologic Review in RadioGraphics)18
30
Gambar 21 Spondylitis TB
(Sumber: A Radiologic Review in RadioGraphics)18
Gambar 22. Meningitis TB (Sumber: A Radiologic Review in RadioGraphics)18
Tuberkulosis miliar
TB miliar lebih sering ditemukan pada pasien dengan usia sangat muda, sangat
tua dan pasien yang mengidap HIV. Ini terjadi karena reaktivasi dari kuman TB.
Pada gambaran radiologi thoraks terlihat gambaran miliar yang tersebar pada
kedua lapang paru dengan ukuran <2mm.18 Gejala yang ditemukan pada TB miliar
demam terus menerus, penurunan berat badan, keringat malam, serta tanda dan
gejala khasnya2,15
31
Gambar 23. TB Miliar25
Gambar 24. TB Miliar18
G. PENGOBATAN
Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan agar
dapat mencegah perkembangan resistensi obat. Oleh karena itu. WHO telah
meneraplan strategi DOTS dimana terdapat petugas kesahatan tambahan
yang berfungsi secara ketat mengawasi pasien minum obat untuk
emmastikan kepatuhannya. WHO juga telah mentapkan resimen pengobatan
yang membagi pasien 4 kategori berbeda menurut efiniso kasus tersebut15
1. Kategori 1 pasien tuberculosis paru dengan sputum BTA positif dan kasus
baru, TB lainnya dalam keadaan TB berat seperti meningitis Tuberculosis,
miliaris, perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral, spondilitis
dengan gangguan neurologic, sputum BTA negatef tetapi kelainan di paru
luas, TB usus dan saluran kemih. Pengobatan fase initialnya terdiri dari
32
2HRZEs (E), setiap hari selama 2 bulan obat H,R,Z dan S atau E. sputum
BTA awal yang positif setelah 2 bulan diharapkan menjadi negative dan
kemudian dilanjutkan ke fase lanjtan 4HR, R3 atau 6HE. Apabila sputum
BTA masuh tetap postif setelah 2 bulan, fase intensif diperpanjang dengan
4 minggu lagi tanpa melihat apakah sputum negative atau tidak15
2. Kategori 2. Pasien kambuh atau gagal dengan sputum BTA positif .
pengobatan fase initial terdiri dari 2HRZES/1HRZE, yaitu R dengan H, Z,
E setisp hsri selama 3 bulan ditambah dengan S selama 2 bulan pertama.
Apabila sputum BTA masih negative, fase lanjutan bisa segera dimulai.
Apabila sputum BTA postif pada minggu 12, fase initial dengan 4 obat
dilanjutkan 1 bulan lagi. Bila akhir bulan ke empat sputum BTA masih
positif, semua obat diberikan selama 2-3 hari dan dilakukan kultur sputum
untuk uji kepekaan. Obat dilanjutkan memakai resimen fase lanjutan yaitu