BAB IPENGERTIAN TAUHID
Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari
fiilwahhada-yuwahhidu(dengan huruf ha di tasydid), yang artinya
menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin berkata: Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan
penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita
jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya.Secara istilahsyari,
makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya Dari makna ini
sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan
sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi,
orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun
seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan saja.Kedudukan tauhid dalam ajaran Islam adalah paling
sentral dan paling esensial. Secara etimologis, tauhid berarti
mengesakan, yaitu mengesakan Allah. Formulasi paling pendek dari
tauhid itu ialah kalimat thayyibah: la ilaha illa Allah, yang
artinya tidak ada Tuhan selain Allah. Dengan mengatakan "tidak ada
Tuhan selain Allah", seorang manusia-tauhid memutlakkan Allah Yang
Maha Esa sebagai Khaliq atau Maha Pencipta, dan menisbikan
selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya. Karena itu, hubungan
manusia dengan Allah tak setara dibandingkan hubungannya dengan
sesama makhluk.Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai
fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur, dan sebagai
satu-satunya sumber nilai. Apa yang dikehendaki oleh Allah akan
menjadi nilai (value) bagi manusia-tauhid, dan ia tidak akan mau
menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk
Allah. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan
kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan
(kepada Tuhan), serta kemauan keras untuk menjalankan
kehendak-kehendak-Nya.
BAB IIPEMBAGIAN TAUHID
Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan
para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa
ada tauhid terbagi menjadi tiga: TauhidRububiyah, TauhidUluhiyahdan
TauhidAl Asma Was Shifat.
1. TauhidRububiyahYang dimaksud denganTauhid Rububiyyahadalah
mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa
dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah
Taala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah
yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. Meyakini rububiyah yaitu
meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta,
misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh
Allah, Allahlah yang memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan
badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di
nyatakan dalam Al Quran:
Artinya : [Semua] pujian [karena] kepada Allah, yang menciptakan
langit dan bumi dan membuat kegelapan dan cahaya. Kemudian
orang-orang kafir menyamarkan [lain] dengan Tuhan mereka. (QS. Al
Anam: 1)
Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini
semua orang baik mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga
sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal
ini dikhabarkan dalam Al Quran:
Artinya : Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang
kafir jahiliyah), Siapa yang telah menciptakan mereka?, niscaya
mereka akan menjawab Allah. (QS. Az Zukhruf: 87)
Artinya : Jika kamubertanya kepada mereka,"Siapakah yang
menciptakan langitdan bumi danmenundukkanmatahari danbulan?"mereka
pastiakan berkata,"Allah."Lalubagaimana merekatertipu? (QS. Al
Ankabut 61)
Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari
Rasulullahshallallahualaihi wasallambernama Abdullah, yang artinya
hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian,
Rasulullahshallallahualaihi wasallam tentunya belum lahir. Adapun
yang tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: Orang-orang komunis tidak
mengakui adanya Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian,
berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir
jahiliyahPertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah
dan beribadah kepada Allah sejak dahulu, lalu apa yang
diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka
berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan
dari kaum kafirin? Jawabannya, meski orang kafir jahilyyah
beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada
Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para
sahabat.2. Tauhid UluhiyyahTauhid Uluhiyyahadalah mentauhidkan
Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun batin
. Dalilnya:
Artinya : Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah Kami meminta pertolongan (Al Fatihah: 5)
Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah
baik berupa perkataan maupun perbuatan. Apa maksud yang dicintai
Allah? Yaitu segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan
Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila
melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh,
menyembelih.Termasuk ibadah juga berdoa, cinta,
bertawakkal,istighotsahdanistianah. Maka seorang yang
bertauhiduluhiyahhanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah
semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir
jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon,
berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang
diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul
seluruhnya, mendakwahkantauhiduluhiyyah. Allah Taala berfirman:
Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan
untuk mengatakan: Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut (QS. An
Nahl: 36)
Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: Dari tiga bagian tauhid ini
yang paling ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah
misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci,
dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah
agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada
selainNya ditinggalkanPerhatikanlah, sungguh aneh jika ada
sekelompok ummat Islam yang sangat bersemangat menegakkan syariat,
berjihad dan memerangi orang kafir, namun mereka tidak memiliki
perhatian serius terhadap tauhid uluhiyyah. Padahal tujuan
ditegakkan syariat, jihad adalah untuk ditegakkan tauhid
uluhiyyah.
3. Tauhid Al Asma was SifatTauhid Al Asma was Sifatadalah
mentauhidkan AllahTaaladalam penetapan nama dan sifat Allah, yaitu
sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Quran dan
Hadits Rasulullah shallallahualaihi wasallam. Cara bertauhidasma wa
sifatAllah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang
Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah
nafikan dari diriNya, dengan tanpatahrif, tanpatathildan
tanpatakyif. AllahTaalaberfirman yang artinya:Hanya milik Allah
nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut
nama-nama-Nya (QS. Al Araf: 180)Tahrifadalah memalingkan makna ayat
atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari maknazhahir-nya
menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata istiwa yang
artinya bersemayam dipalingkan menjadi menguasai.Tathiladalah
mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana
sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan
mereka berkata Allah berada di mana-mana.Takyifadalah menggambarkan
hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan
makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan
hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan
bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.Adapun
penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah
adalahtasybihdantafwidh. Tasybihadalah menyerupakan sifat-sifat
Allah dengan sifat makhluk-Nya. Padahal Allah berfirman yang
artinya:
Artinya : [Dia adalah]Pencipta langitdan bumi.Dia telahdibuat
untuk kamudari dirimu,pasangan,dan di
antara,pasangansapi;Diamengalikankamudemikian.Tidak ada yangserupa
dengan Dia,dan DiaadalahMaha Mendengar lagiMelihat. (QS. Asy Syura:
11)Kemudiantafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun
enggan menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata
Allah Taala memang ber-istiwa di atas Arsy namun kita tidak tahu
maknanya. Maknaistiwakita serahkan kepada Allah. Pemahaman ini
tidak benar karena Allah Taala telah mengabarkan sifat-sifatNya
dalam Quran dan Sunnah agar hamba-hambaNya mengetahui. Dan Allah
telah mengabarkannya dengan bahasa Arab yang jelas dipahami. Maka
jika kita berpemahamantafwidhmaka sama dengan menganggap perbuatan
Allah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Al Quran adalah sia-sia
karena tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya.
III. Rukun Rukun TauhidInti ajaran islam adalah Laa ilaaha
illallaah yang bermakna Laa ma'buda bihaqqin illallaah = tiada yang
diibadahi di segala langit dan bumi dengan haq kecuali hanya
Allah.Kalimat Tauhid Laa ilaaha illallaah memiliki dua rukun yaitu
(An-Nafiyu = menafikan/meniadakan) dan (Al-Itsbat = menetapkan),1.
An-Nafy (pada kalimat:Laa ilaaha), yaitu menafikan segala bentuk
sesembahan yang ada.2. Al-Itsbat (pada kalimat:Illallaah), dan
menetapkan penyembahan hanya kepada Allah Azza wa Jalla.1.
An-NafiyuAn-Nafiyu mencakup empat perkara, yaitu An-Nafy
(meniadakan) Al-Alihah, Ath-Thaghut, Al-Andad (tandingan-tandingan)
dan Al-Arbab.a)Al-AlihahAlihah adalah jamak daripada ilah, yaitu
apa yang dituju dengan sesuatu hal (dengan tindakan atau perbuatan)
dalam rangka mencari manfaat atau menolak bala
(bencana).Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada
mereka: Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah
melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata:
Apakah Sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami
Karena seorang penyair gila?(QS. As Shaffat 37: 35-36)Apakah dengan
menjadikan kebohongan kamu menghendaki sembahan-selain Allah. (QS
Ash-Shaffat 37:86).Dan mereka (orang-orang kafir) heran bahwa telah
datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari mereka. Dan
telah berkata orang-orang kafir ini adalah penyihir pendusta.
Apakah dia telah menjadikan sembahan-sembahan menjadi sembahan yang
satu. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang mengherankan. (QS.
Shad :4-5)Contoh dari sesuatu hal yang dianggap ibadah disini
misalnya memberikan sesajian-sesajian pada batu atau pohon keramat,
melemparkan makanan ke laut untuk persembahan, menyembelih tumbal
untuk jin penunggu, meminta doa kepada penghuni kubur, dan yang
semacamnya dengan maksud menolak bala ataupun meminta manfaat
dengan perbuatan tersebut.Meskipun batu, pohon, atau kuburan
keramat itu tidak disebut tuhan, akan tetapi hakikat perbuatan
mereka itu adalah mempertuhankan selain Allah. Maka orang-orang
yang melakukan hal itu adalah musyrik, meski mereka mengaku
muslim.Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad rahimahullah
berkata: Ulama berijma, baik ulama salaf maupun khalaf dari
kalangan para shahabat dan tabiin, para imam dan semua Ahlus Sunnah
bahwa orang tidak dianggap muslim kecuali dengan cara mengosongkan
diri dari syirik akbar dan melepaskan diri darinya [Ad Durar As
Saniyyah: 2/545]. Beliau juga berkata: Siapa yang berbuat syirik,
maka dia telah meninggalkan Tauhid [Syarah Ashli Dienil Islam,
Majmuah tauhid].b)Al-ArbabArbab adalah bentuk jamak daripada Rabb,
yang artinya tuhan yang mengatur dan menentukan hukum. Allah
disebut Rabbul alamin karena Allah yang mengatur alam ini baik
secara kauniy (hukum alam) maupun secara syariy (syariat).
Sedangkan jika ada orang yang mengaku atau mengklaim bahwa dia
berhak mengatur, berarti dia memposisikan dirinya sebagai
Rabb.Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mendefinisikan rabb itu
adalah: Yang memberikan fatwa kepada engkau dengan fatwa yang
menyelisihi kebenaran, dan kamu mengikutinya seraya
membenarkan.Ketika orang mengikuti apa yang bertentangan dengan
hukum Allah maka dia disebut mempertuhankan, sedangkan yang
diikutinya yang mana ia mengetahui bahwa hal itu pembuatan aturan,
maka dia memposisikan dirinya sebagai Rabb.Allah Subhanahu Wa Taala
berfirman:Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib
mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan)
Al masih putera Maryam, padahal mereka Hanya disuruh menyembah
Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At Taubah
9:31)Di dalam atsar yang hasan dari Adiy Ibnu Hatim (dia asalnya
Nashrani kemudian masuk Islam) Rasulullah Shalallahu alaihi
wassalam membacakan ayat itu dihadapan Adiy Ibnu Hatim, maka dia
berkata: Wahai Rasulullah, kami dahulu tidak pernah ibadah dan
sujud kepada mereka (ahli ilmu dan para rahib) maka Rasulullah
berkata, Bukankah mereka itu menghalalkan apa yang telah Allah
haramkan dan kalian ikut-ikutan menghalalkannya? Bukankah mereka
mengharamkan apa yang telah Allah halalkan lalu kalian ikut-ikutan
mengharamkannya? lalu Adiy Ibnu Hatim berkata, Ya, betul lalu
Rasulullah berkata lagi, Itulah bentuk peribadatan orang-orang
Nashrani kepada mereka itu [HR. At Tirmidzi]Jadi, ketika alim ulama
memposisikan dirinya sebagai pembuat hukum mengklaim memiliki
kewenangan untuk membuat hukum/undang-undang, maka dia mengkalim
bahwa dirinya sebagai Rabb. Sedangkan orang yang mengikuti atau
menjalankan hukum-hukum yang mereka buat itu, maka Allah
memvonisnya sebagai orang yang telah mempertuhankan, yang beribadah
kepada si pembuat hukum itu dan melanggar Laa ilaaha illallaah lagi
musyrik.Menentukan hukum itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Yusuf
12:40)Dalam ayat ini, Allah Subhanahu Wa Taala menjelaskan bahwa
hak menentukan hukum itu hanyalah milik Allah, hak membuat hukum,
aturan, undang-undang hanyalah milik Allah. Dan Allah memerintahkan
agar tidak menyandarkan hukum kecuali kepada Allah. Dalam ayat ini
penyandaran hukum disebut ibadah. Jika disandarkannya kepada Allah
berarti ibadah kepada Allah, sedangkan jika disandarkan kepada
selain Allah berarti ibadah kepada selain Allah, itulah dien yang
lurus, akan tetapi mayoritas manusia tidak mengetahui.Firaun ketika
mengatakan Akulah tuhan kalian tertinggi adalah bukan dimaksudkan
bahwa dia itu pencipta manusia atau yang menyediakan berbagai
sarana kehidupan buat manusia, akan tetapi dia maksudkan Sayalah
pembuat hukum bagi kalian yang hukumnya harus kalian ikuti!.Syaikh
Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah ketika menjelaskan
surat Al Anam: 121 dan At Taubah: 31, mengatakan: Sesungguhnya
setiap orang yang mengikuti aturan, hukum, dan undang-undang yang
menyelisihi apa yang Allah syriatkan lewat lisan Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam, maka dia musyrik terhadap Allah, kafir
lagi menjadikan yang diikutinya itu sebagai Rabb (Tuhan). [Al
Hakimiyyah: 56]Jadi, kesimpulannya bahwa Arbab adalah orang yang
mengaku bahwa dirinya berhak membuat hukum/aturan/undang-undang,
dengan kata lain Arbab adalah orang-orang yang mempertuhankan diri,
sedangkan orang yang mengikuti hukum buatan para Arbab itu disebut
dengan orang musyrik, dan peribadatan kepada Arbab ini adalah bukan
dengan shalat, sujud, doa, nadzar atau istighatsah, akan tetapi
dengan mengikuti, mentaati, dan loyalitas terhadapnya. Sehingga
pada saat Firaun mencela Nabi Musa dan Harun, dia mengatakan:Dan
mereka berkata: Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang
manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil)
adalah orang-orang yang beribadah kepada kita? (QS. Al Muminun
23:47)Maksud beribadah di atas adalah ketaatan, oleh karena itu
ketaatan kepada Firaun disebut beribadah kepada Firaun. Dan begitu
juga orang sekarang yang taat kepada hukum buatan para Arbab itu
adalah disebut orang yang beribadah kepada Arbab tersebut. Inilah
penjelasan tentang Arbab yang menjadi bagian kedua yang harus
dinafikan oleh Laa ilaaha illallaah.c)Al-AndadAndad adalah jamak
dari kata nidd, yang artinya tandingan, maksudnya adalah tandingan
bagi Allah Subhanahu Wa Taala. Allah memerintahkan agar kita hanya
menghadapkan dan menjadikan-Nya sebagai tujuan satu-satunya. Tidak
boleh seseorang mengedepankan yang lain terhadap Allah Subhanahu Wa
Taala. Allah berfirman tentang nidd ini atau tentang Andad
ini:Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah
sedang kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah 2: 22)Andad adalah sesuatu
yang memalingkan kamu daripada Al Islam, atau sesuatu yang
memalingkan kamu daripada Al Islam atau Tauhid, baik itu anak,
isteri, jabatan, harta, atau apa saja yang mana jika hal itu
memalingkan seseorang daripada Tauhid atau memalingkan seseorang
dari pada Al Islam atau menjerumuskan seseorang kepada kekafiran
atau ke dalam kemusyrikan, maka sesuatu hal itu sudah menjadi
Andad, tandingan bagi Allah Subhanahuwataala.Dan dari sebagian
manusia menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan, mereka
mencintai tandingan-tandingan itu seperti mencintai Allah. (QS.
Al-Baqarah 2:165).Singkatnya, segala sesuatu yang memalingkan
seseorang daripada Tauhid dan Al Islam disebut
Andad.d)Ath-ThaghutThagut adalah yang disembah dan diminta dari
selain Allah, dan dia (yang diminta dan disembah) ridlo terhadap
yang demikian itu.Thagut itu banyak macamnya, tokoh-tokohnya ada
lima :1] Iblis, yang telah dilaknat oleh Allah.2] Orang yang
disembah, sedang dia sendiri rela.3] Orang yang mengajak manusia
untuk menyembah dirinya.4] Orang yang mengaku tahu sesuatu yang
ghaib, dan5] Orang yang memutuskan sesuatu tanpa berdasarkan hukum
yang telahditurunkan oleh Allah.Sesungguhnya kewajiban pertama yang
Allah fardhukan atas anak Adam adalah kufur terhadap thaghut dan
iman kepada Alah Subhanahu Wa Taala sebagaimana yang Dia
firmankan:Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat itu
seorang rasul (mereka mengatakan kepada kaumnya): Ibadahlah kepada
Allah dan jauhi thaghut (QS. An Nahl 16:36)Perintah kufur terhadap
thaghut dan iman kepada Allah adalah inti dari ajaran semua Rasul
dan pokok dari Islam. Dua hal ini adalah landasan utama diterimanya
amal shalih, dan keduanyalah yang menentukan status seseorang
apakah dia itu muslim atau musyrik, Allah taala berfirman:Siapa
yang kufur terhadap thaghut dan beriman kepada Allah, maka dia itu
telah berpegang teguh kepada buhul tali yang sangat kokoh (QS. Al
Baqarah 2:256)Bila seseorang beribadah shalat, zakat, shaum, haji
dan sebagainya, akan tetapi dia tidak kufur terhadap thaghut maka
dia itu bukan muslim dan amal ibadahnya tidak diterima.Sayyidina
Umar ibn al-Khattab mengatakan, Thogut adalah syaitanJabir bin
Abdullah berkata: Thaghut adalah para dukun yang setan turun kepada
mereka di suatu daerah.Menurut Mujahid, Thagut adalah setan yang
berbentuk manusia, dia dijadikan sebagai hakim pemutus perkara dan
dialah orang yang mengendalikan urusan merekaImam Malik mengatakan,
thagut adalah semua hal selan Allah yang disembah manusia. Semisal,
berhala, pendeta, ahli sihir, atau semua hal yang menyebabkan
syirik.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan orang yang
dijadikan pemutus perkara seperti hakim yan memutuskan perkara
dengan selain Kitabullah (Al-Quran) adalah toghut [Majmu Fatawa :
XXVIII/201]Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah berkata,Thaghut adalah segala
sesuatu yang melampaui batas yang berupa mabud (yang diibadahi)
atau matbu (yang diikuti) atau mutha (yang ditaati). Sehingga
toghut adalah semua orang yang dijadikan pemutus perkara, selain
Alloh dan Rasul-Nya didalam suatu kaum, atau mereka yang dibadahi
selain Alloh, atau yang mereka ikuti tanpa dasar keterangan dari
Alloh, atau yang mereka taati pada perkaraperkara yang mereka tidak
mengetahui bahwa taat kepadanya merupakan taat pada Alloh (lamul
Muwaqqiin An Rabbil Alamin :I/50]Menurut Sayid Qutb, Thagut adalah
segala sesuatu yang menentang kebenaran dan melanggar batas yang
telah digariskan oleh Allah swt untuk hamba-Nya. Thagut bisa
berbentuk pandangan hidup, peradaban, dan lain-lain yang tidak
berlandaskan ajaran Allah [Fi Zhilalil Quran I/292]Menurut Syaikh
Muhammad Qutb, Thogut adalah seseorang, organisasi atau institusi,
jamaah, pemerintahan tradisi atau kekuatan yang menjadi panutan
atau aturan manusia, dimana manusia tidak dapat membebaskan diri
dari perintahnya dan larangannya.Adapun tata cara kufur kepada
thaghut adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab rahimahullah:1. Engkau meyakini bathilnya ibadah
kepada selain Allah,2. Engkau meninggalkannya,3. Engkau
membencinya,4. Engkau mengkafirkan pelakunya,5. Dan engkau memusuhi
para pelakunya.Ini sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa
Taala:Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik pada Ibrahim
dan orang-orang yang bersamanya tatkala mereka mengatakan kepada
kaumnya: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa
yang kalian ibadati selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian
dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja (QS. Al
Mumtahanah 60: 4)Jadi Laa ilaaha illallaah menuntut kita untuk
berlepas diri, menjauhi, dan meninggalkan empat hal tadi: Alihah
(sembahan-sembahan), Arbab (tuhan-tuhan pengatur), Andad
(tandingan-tandingan), dan Thaghut.
2. Al-ItsbatAl-Itsbat mencakup empat perkara, yaitu Al-Qashdu,
At-Tazhim dan Al-Mahabbah, Al-Khauf dan Ar-Raja, dan
At-Taqwa.a)Al-Qashdu, adalah tidaklah ibadah itu ditujukan
melainkan hanya kepada Allah.b)At-Tazhimadalah pengagungan hanya
untuk Allah. DanAl-Mahabbah, adalah cinta hanya untuk dan karena
Allah.Dan orang-orang yang beriman lebih dahsyat/hebat cintanya
kepada Allah. (QS. Al-Baqarah 2:165).c)Al-Khaufadalah rasa
takut/khawatir mendapat kemurkaan dan siksa/adzab Allah (neraka).
DanAr-Raja, adalah berharap mendapat rahmat dan nimat dari Allah
(surga). Ayat yang berkenaan dengan berharap nimat Allah dan takut
terhadap siksa Allah.Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan baik dan
mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (QS. An-Anbiya
21:90)Sesungguhnya demikianlah syetan beserta pengikut-pengikutnya
menakut-nakuti (orang-orang beriman). Maka janganlah kalian takut
kepada mereka (setan dan wali-wali syetan), namun takutlah
kepada-Ku, jika kalian orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imran
3:175)Maka barangsiapa berharap berjumpa Rabbnya (Allah), hendaklah
beramal dengan amalan Shalih, dan tidak menyekutukan dalam
beribadah kepada Rabbnya (Allah) dengan seseorangpun. (QS. Al-Kahfi
18:110)d)At-Taqwa, adalah takut mendapat kemurkaan dan siksa Allah
dengan meninggalkan amalan syirik dan maksiat, ikhlas beribadah
kepada Allah, mengikuti perintah Allah dan Syariat Allah.Maka
berbekallah kalian (untuk menjumpai kematian dan alam akhirat),
maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah Taqwa. (QS. Al-Baqarah
2:197)berkata Abdullah bin Masud tentang Taqwa :Sesungguhnya kamu
beramal taat kepada Allah, di atas cahaya (petunjuk) dari Allah,
kamu berharap pahala Allah, dan bahwa kamu meninggalkan
maksiat/durhaka kepada Allah di atas cahaya (petunjuk) dari Allah,
kamu takut (khawatir,cemas) siksa Allah.
IV. Syarat Syarat Kalimat Tauhid
Syarat () secara bahasa artinya tanda atau alamat. Secara
istilah, makna syarat adalahsesuatu yang apabila tidak ada
menjadikan tidak adanya hukum, namun adanya tidak mengharuskan
pasti adanya hukum.Wahab bin Munabbihrahimahullahberkata kepada
orang yang bertanya kepadanya: Bukankah La Ilaha Illallah kunci
surga? Ia menjawab: Betul. Tetapi, tiada satu kunci-pun kecuali ia
memiliki gigi-gigi, jika kamu membawa kunci yang memiliki
gigi-gigi, pasti engkau dapat membuka pintu, namun jika engkau
membawa kunci yang tidak ada gigi-giginya pasti pintu itu tak akan
terbuka. (HR. Bukhari dalam taliq).Dan gigi-gigi kunci La Ilaha
Illallah adalah syarat La Ilaha Illallah. Yaitu sebagai berikut:1.
Al Ilmufirman Allah taala :
Maka ketahuilah, [Muhammad] bahwa tidak ada Tuhan selain
Allahdan mntalah ampunan untuk dosamu bagi orang-orang percaya dan
wanita yang beriman. Dan Allah mengetahui gerakanmu dan tempat
istirahatmu. (QS. Muhammad: 19)Maksudnya kita harus mengetahui
betul makna dan segala konsekwensi ketika kita sudah mengucapkan
kalimat laa ilaha illallah. Memahami makna kalimat tersebut, baik
dari sisi penafian (peniadaan) maupun dari sisi penetapan. Paham
bahwa kita harus menjauhi dan meningglakan segala macam bentuk
sesembahan dan peribatadan kepada selain Allah, bara darinya dan
para pelakunya dan hanya beribadah kepada Allah semata dalam segala
bentuk ibadah dalam arti yang luas, sebagaimana telah berlalu
penjelasan makna ibadah dan sifatnya. Sehingga tidak terjadi
kontradiksi antara amaliyah dan ucapan. Sebagaimana Orang-orang
kafir quraisy jaman dahulu, mereka konsisten dengan kemusyrikannya
dan mereka paham betul makna laa ilaha illallah, makanya mereka
ketika diseru untuk mengucapkan laa ilaha illallah, mereka tidak
mau dan menjawab dengan konsekwensi dari kalimat tersebut. Allah
berfirman:Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada
mereka: Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah
melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, Dan mereka berkata:
Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami
karena seorang penyair gila? (ash-shaffat :35-36)
Jadi sekedar pengucapan saja tanpa mengetahui maknanya dan
segala konsekwesinya adalah sia-sia dan belum bisa mengantarkan
pelakunya ke surga. Rosulullah bersabda:Barangsiapa yang meninggal
sedangkan dia mengetahui makna La Ilaha Illallah pasti masuk surga.
(HR. Muslim)
2. Al- YaqinLawan yakin adalah keragu-raguan (syak). Yakin
merupakan kekuatan dan kesempurnaan ilmu. Seorang yang mengatakan
kalimat ini haruslah benar-benar meyakini pengertian dan kandungan
kalimat tersebut tanpa adanya keraguan dan kebimbangan sedikitpun.
Karena iman itu butuh keyakinan, tidak cukup dengan prasangka.Allah
berfirman :
Sesungguhnya orang orang yang beriman hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian merekatidak
ragu-ragudan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan
Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat:
15)
Apabila seseorang ragu-ragu dalam keimanannya, maka termasuklah
dia dalam orang-orang munafik. Allah Taala mengatakan kepada
orang-orang munafik tersebut, Sesungguhnya yang akan meminta izin
kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian, dan hatimereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu
bimbang dalam keraguannya.(QS. At Taubah : 45)
Dalam beberapa hadits, Allah mengatakan bahwa orang yang
mengucapkan laa ilaha illallah akan masuk surga dengan syarat yakin
dan tanpa ada keraguan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau
berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Aku
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan
aku adalah utusan Allah. Tidak ada seorang hamba pun yang bertemu
Allah (baca: meninggal dunia) dengan membawa keduanya dalam keadaan
tidak ragu-ragu kecuali Allah akan memasukkannya ke surga (HR.
Muslim)
Dari Abu Hurairah juga, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar
kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Seorang hamba yang
bertemu Allah dengan keduanya dalam keadaan tidak ragu-ragu, Allah
tidak akan menghalanginya untuk masuk surga. (HR. Muslim) Supaya
orang yang mengucapkannya bisa masuk surga, Rasulullah shallallaahu
alaihi wasallam menjadikan syarat agar dalam mengucapkannya tidak
ragu terhadapnya dan hatinya meyakininya dengan penuh.3. Al
IkhlasLawannya adalah syirik. keikhlasan disini bermakna
memurnikan, maka apabila ibadahnya diberikan pula kepada selain
Allah, maka hilanglah keikhlasan dan jatuh ke dalam kesyirikan.
Maka keikhlasan harus meniadakan bentuk amalan kesyirikan,
kemunafiqan, riya dan sumah.Allah swt berfirman:Maka beribadahlah
kepada Allah dengan memurnikan agama kepada-Nya.(az-Zumar: 2)
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan ikhlas (memurnikan) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus. (QS. Al Bayyinah [98] : 5)
Dalam shahih Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, dari
Nabi shallallaahu alaihi wasallam bersabda,Orang yang paling
berbahagia mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah dia yang
mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah ikhlash dari hatinya atau
dirinya.
4. Ash shidquLawannya adalah mendustakan. Seorang yang telah
mengucapkan kalimat tauhid, maka orang tersebut harus
membenarkannya di dalam hatinya, di mana hatinya selalu sejalan
dengan lisannya. Tidaklah cukup bagi kita mengucapkan kalimat saja,
namun ucapan ini juga harus dibarengi dengan adanya pembenaran di
dalam hati. Adapun orang yang hanya menampakkan lahirnya saja
dengan mengucapkan kalimat tersebut, akan tetapi dia tidak
membenarkan dalam hatinya, maka dia adalah seorang munafik. Allah
Taala berfirman:
Mereka yangtetap tinggaldariBaduiakan
mengatakankepadamu,"propertikami dankeluarga
kamididudukikita,sehingga memintapengampunanbagi kita."
Merekamengucapkan dengan lidahnyaapa yang tidakdi dalam
hatimereka.Katakanlah, "Lalu siapa yangbisa mencegahAllahsama
sekali jikaDiaditujukan untukAnda membahayakanatau ditujukan
untukkamu mendapatkan keuntungan?Sebaliknya,yang pernahadalah
Allah,dengan apa yang kamulakukan,Mengenal. (QS. Al-Fath: 11)Begitu
juga pada firman-Nya,Apabila orang-orang munafik datang kepadamu,
mereka berkata: Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya
orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. Al
Munafiqun [63] : 1)
Untuk mendapatkan keselamatan dari api neraka tidak hanya cukup
dengan mengucapkan kalimat tauhid tersebut, tetapi juga harus
disertai dengan pembenaran (kejujuran) dalam hati. Maka semata-mata
diucapkan tanpa disertai dengan kejujuran dalam hati, tidaklah
bermanfaat.Lihatlah hadits dari Muadz bin Jabal, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam,Tidaklah seseorang bersaksi bahwa
tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya dengan kejujuran dari dalam hatinya,
kecuali Allah akan mengharamkan neraka baginya. (HR. Bukhari)
5. Al mahabbahYaitu mencintai kalimat ini serta makna yang
terkandung di dalamnya dan apa saja yang ditunjukkannya,
dituntutnya, dan orang-orang yang menggucapkannya, mengamalkan dan
berpegang teguh dengannya, serta membenci semua hal yang
bertentangan dengannya. dan merasa bahagia dengannya. Bahkan cinta
merupakan salah satu unsur pokok dalam ibadah di samping rasa takut
dan harap. Barangsiapa mencintai Allah ia akan mencintai agama-Nya,
barangsiapa yang tidak mencintainya maka jangan diharap ia akan
mencintai agama-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman,Dan di antara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Alloh; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. (Al
Baqoroh: 165)
Dalam ayat ini, Allah mengabarkan bahwa orang-orang mukmin
sangat cinta kepada Allah. Hal ini dikarenakan mereka tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu pun dalam cinta ibadah. Sedangkan
orang-orang musyrik mencintai sesembahan-sesembahan mereka
sebagaimana mereka mencintai Allah. Tanda kecintaan seseorang
kepada Allah adalah mendahulukan kecintaan kepada-Nya walaupun
menyelisihi hawa nafsunya dan juga membenci apa yang dibenci Allah
walaupun dia condong padanya. Sebagai bentuk cinta pada Allah
adalah mencintai wali Allah dan Rasul-Nya serta membenci musuhnya,
juga mengikuti Rasul shallallahu alaihi wa sallam, mencocoki jalan
hidupnya dan menerima petunjuknya.Dari Anas bin Malik radhiyallaahu
anhu berkata, Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda
:Tiga hal, apabila ketiganya ada pada diri seseorang maka ia akan
bisa merasakan manisnya Iman; Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih
dia cintai daripada selain keduanya, dia mencintai seseorang hanya
karena Allah, dia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana
bencinya dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
6. Al inqiyad (tunduk dan patuh) terhadap tuntutannya.Yaitu
seorang yang mengucapkan laa ilaha illallah haruslah patuh terhadap
syariat Allah serta tunduk dan berserah diri kepada-Nya. Serta
tunduk terhadap konsekwensi kalimat . Lawan sikap tunduk adalah
al-iradh (cuek). Artinya, sama sekali tidak mau melaksanakan
konsekwensi kalimat tauhid tersebut.Allah Taala berfirman,Dan
siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan
kebaikan. . . (QS. Al-Nisa: 125)
Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang
dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang kokoh. (QS. Luqman: 22)
Makna Yuslim Wahjahu: dia menyerahkan diri dan tunduk dengan
banyak berbuat baik dan bertauhid. Sedangkan orang yang tidak
menyerahkan diri dan tidak tunduk kepada Allah, maka dia tidak
termasuk berpegang teguh dengan tali yang kuat (Laa Ilaaha
Illallaah).Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam; Tiada
beriman salah seorang kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa
yang aku bawa. (HR. al Baihaqi)
7. Al Qabul (menerima)Artinya, menerima dengan sepenuh hati
setiap konsekwensi kalimat tauhid. Lawan dari sikap menerima adalah
menolak. Seorang muslim yang mengaku dirinya beriman sudah
seharusnya menerima kalimat ini dengan hati dan lisannya. Karena
ada sebagian manusia yang mengucapkannya dengan mengetahui maknanya
tapi ia tidak menerima seruan orang yang mengajaknya. Hal ini bisa
disebabkan karena kesombongan, dengki atau sebab-sebab yang lain.
Maka barangsiapa yang tidak mau menerima kalimat ini, menolaknya,
bahkan menyombongkan diri darinya, maka dia telah kafir. Karena
sikap menolak kalimat tauhid ini, serupa dengan yang terjadi di
kalangan kaum kafir Quraisy di mana mereka melawan dan bersikap
sombong serta tidak mau menerima kalimat tauhid tersebut. Allah
berfirman:Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada
mereka: Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah
melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, Dan mereka berkata:
Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami
karena seorang penyair gila? (ash-shaffat :35-36)
Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa dari Allah adalah
seperti air hujan lebat yang turun ke tanah. Di antara tanah itu
ada yang subur yang dapat menyimpan air dan menumbuhkan rerumputan.
Juga ada tanah yang tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman), namun
dapat menahan air. Lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia
(melalui tanah tadi, pen); mereka bisa meminumnya, memberikan minum
(pada hewan ternaknya, pen) dan bisa memanfaatkannya untuk bercocok
tanam. Tanah lainnya yang mendapatkan hujan adalah tanah kosong,
tidak dapat menahan air dan tidak bisa menumbuhkan rumput
(tanaman). Itulah permisalan orang yang memahami agama Allah dan
apa yang aku bawa (petunjuk dan ilmu, pen) bermanfaat baginya yaitu
dia belajar dan mengajarkannya. Permisalan lainnya adalahpermisalah
orang yang menolak (petunjuk dan ilmu tadi, pen) dan tidak menerima
petunjuk Allahyang aku bawa. (HR. Bukhari dan Muslim)