This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Apa rahasia kehebatan tauhid, sehingga mampu menghapus segala dosa, sebesar apapun? Seorang Umar bin
Khathab radhiyallahu anhu misalnya, tokoh yang sebelum masuk Islam terkenal paling menentang ajaran Islam dan
terkenal dengan kekafirannya serta pernah mengubur putrinya hidup-hidup. Namun dengan masuk Islam, mentauhidkanperibadatan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, maka terhapuslah segala dosa dan kesalahannya yang
menggunung. Bahkan menjadi tokoh paling mulia di sisi Allah sesudah Abu Bakar radhiyallahu anhu .
Apalagi jika kesalahan seseorang lebih kecil, tentu akan lebih mudah terhapus dengan tauhid. Bahkan jika kesalahan
serta kekufurannya lebih besar dari Umar radhiyallahu anhu sekalipun, tetap semua itu akan hapus dan sirna dengan
tauhid.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
…“ ”
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “…Dan barangsiapa menjumpai-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi dalam
keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Aku, maka Aku akan menjumpainya dengan ampunan yang
sepenuh bumi pula”. (HR. Muslim).
Dalam Sunan Tirmidzi, dari Anas radhiyallahu anhu , beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman :
Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika engkau datang menghadap kepada-Ku dengan membawa kesalahan-kesalahan
sepenuh bumi, kemudian engkau datang kepada-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Ku,
maka Aku akan datang kepadanya dengan membawa ampunah sepenuh bumi pula.
Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Aal asy-Syaikh (wafat th. 1285 H) menyebutkan bahwa al-Hafizh Ibnu Rajab al-
Hanbali rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang datang dengan membawa tauhid (kepada Allah), meskipun
memiliki kesalahan sepenuh bumi, niscaya Allah akan menemuinya dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula”.
Maksudnya, hadits di atas menegaskan bahwa siapa yang bertauhid dengan sempurna, maka bisa mendapat ampunan
dari dosa-dosanya meskipun dosa-dosa itu memenuhi bumi. Bukan hanya itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga menegaskan bahwa orang yang sempurna tauhidnya, tidak akan diadzab oleh Allah di akhirat.
Dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu tentang hak dan kewajiban hamba kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
:
: : .
.
Hak Allah yang menjadi kewajiban para hamba ialah agar mereka beribadah kepada Allah saja dan tidakmempersekutukan sesuatupun (syirik) dengan Allah. Sedangkan hak hamba yang akan diperoleh dari Allah ialah bahwa
Allah tidak akan mengadzab siapapun yang t idak mempersekutukan (syirik) sesuatu dengan Allah.” Aku (mu’adz)
berkata, ‘Wahai Rasulullah, tidakkah kabar gembira ini aku sampaikan kepada orang banyak ?’ Beliau menjawab,
“Jangan engkau kabarkan kepada mereka, sebab mereka akan bergantung (dengan mengatakan: yang penting tidak
syirik-pen) (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menunjukkan, orang yang sama sekali tidak berbuat syirik dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala , ia tidak akan di adzab.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula :
)
.( :
Siapa yang berkata: Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah saja, tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, juga bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan
anak hamba (perempuan) Allah, ia adalah manusia yang dicipta dengan kalimat-Nya, lalu dimasukkan ke dalam diri
Maryam, dan ia adalah ruh yang dicipta oleh Allah. Juga bersaksi bahwa sorga adalah benar adanya, dan nerakapun
benar adanya, maka Allah pasti akan memasukannya ke dalam sorga, melalui pintu mana saja yang dia kehendaki dari
pintu-pintunya yang delapan. (Dalam riwayat lain: maka Allah pasti akan memasukannya ke dalam sorga, sesuai
dengan amal perbuatan yang dilakukannya). (HR. Bukhari dan Muslim).
Masih banyak nash lain yang menceritakan kehebatan tauhid. Apa Rahasianya?
Di sini perlu dikaji beberapa hal di antaranya:
Pengertian Tauhid
Tauhid ialah meng-Esakan Allah ‘Azza wa Jalla dengan hanya memberikan peribadatan kepada-Nya saja.[6] Artinya,
agar orang beribadah (menyembah) hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla saja serta tidak mempersekutukan sesuatupun
dengan-Nya (tidak syirik kepada-Nya). Dia beribadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan mencurahkan
kecintaan, pengagungan, harapan dan rasa cemas.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa kata tauhid merupakan mashdar dari
wahhada, yuwahhidu, artinya menjadikan sesuatu menjadi satu-satunya. Dan ini tidak akan terjadi kecuali dengan
menggabungkan antara nafi (peniadaan) dan itsbat (penetapan). Meniadakan (peribadatan) dari selain yang di Esakan,serta menetapkan (peribadatan) hanya pada yang di Esakan.
Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tauhid yang di bawa Rasul Allah sebagai
ajarannya tidak lain berisi penetapan bahwa sifat Uluhiyah (berhak disembah) hanyalah milik Allah ‘Azza wa Jalla saja.
Yaitu, ikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah ‘Azza wa Jalla , tidak ada yang boleh
diibadahi kecuali Dia, tidak diserahkan sikap tawakal kecuali hanya kepada-Nya, tidak ada kecintaan kecuali karena-
Nya, tidak dilakukan permusuhan kecuali karena-Nya dan tidak dilakukan amal perbuatan kecuali dalam rangka ridha-
Nya. Dan itu semua mencakup penetapan nama-nama serta sifat-sifat-Nya sesuai dengan apa yang telah Dia
tetapkannya sendiri bagi diriNya”.
Selanjutnya beliau rahimahullah mengatakan, “Bukanlah tauhid yang dimaksud sekedar Tauhid Rububiyah. Yaitu
meyakini bahwa Allah adalah pencipta alam semesta satu-satunya”.
Itulah hakikat tauhid yang menjadi intisari dakwah serta ajaran setiap Rasul Allah, yaitu yang berisi dua hal pokok:
Pertama, penolakan terhadap setiap sesembahan selain Allah, dan kedua, penetapan bahwa sesembahan yang benar
hanyalah Allah ‘Azza wa Jalla saja.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada setiap umat untuk menyeru kepada umat masing-masing,
“Beribadahlah kalian kepada Allah saja, dan jauhilah thaghut. [an-Nahl/16:36]
Dan banyak firman Allah yang senada dengan ayat ini.
Tujuan Diciptakan Manusia
Adalah sangat naif dan dangkal jika orang berprasangka bahwa hidup di dunia ini hanyalah untuk tujuan dunia, untukmembangun dunia dengan segala gebyar serta teknologinya, dan untuk melakukan kebaikan-kebaikan duniawi hanya
demi kebaikan serta kesejahteraan dunia.
Orang hidup pasti akan mati dan meninggalkan dunia fana ini menuju kehidupan lain. Dan pasti akan ada pertanggung
jawaban dalam kehidupan lain itu. Karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, bahwa hidup di dunia ini
memiliki tujuan agung yang bukan sekedar hidup, kemudian mati, lalu selesai. Tujuan agung itu adalah peribadatan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu. [adz-Dzariyat/51:56]
Ibadah yang dimaksud adalah ibadah murni yang tidak terkotori dengan peribadatan kepada selain Allah ‘Azza waJalla . Jika seseorang dalam peribadatannya melakukan perbuatan syirik, mempersekutukan makhluk dengan Allah,
maka pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala akan murka dan tidak akan ridha.
Di antara dalilnya ialah, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersukutukan) kepadaNya, dan Dia mengampuni dosa
yang selain syirik itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia
telah mengadakan dosa yang sangat besar. [an-Nisa’/4:48]
Juga firman-Nya :
Sesungguhnya (dosa) syirik (mempersekutukan Allah), benar-benar merupakan kezaliman yang sangat besar.
[Luqman/31:13]
Demikian pula firman-Nya :
Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah, maka janganlah kamu memohon di dalamnya kepada
siapapun, di samping kepada Allah. [al-Jin/72:18]
Jadi, bagaimana mungkin Allah ‘Azza wa Jalla tidak murka jika Dia Yang Maha Perkasa dan Sempurna disejajarkan
dengan makhluk-Nya yang serba lemah dan kurang. Karena itulah, larangan terbesar dalam Islam adalah syirik.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun [An-Nisa/4:36]
Demikian juga maksud diturunkannya kitab-kitab Allah ‘Azza wa Jalla serta diutusnya para rasul ialah agar para manusia
beribadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla saja. Dalilnya sangat banyak, di antaranya firman Allah Subhanahu wa