BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan uang untuk membeli barang dengan harga tertentu. Permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bersifat fluktuatif yang sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar. Syarat suatu tempat untuk dikatakan sebagai pasar adalah apabila terdapat tempat untuk berniaga, barang dan jasa yang akan diperdagangkan, penjual barang tertentu, pembeli barang dan adanya hubungan dalam transaksi jual beli. Oleh karena itu, pasar berfungsi sebagai sarana distribusi yaitu terjadinya hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya antara produsen kepada konsumen. Sebagai pembentuk harga, pasar berperan dalam proses terjadinya tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga terbentuklah harga dan sebagai sarana promosi, dengan berbagai macam cara para produsen memperkenalkan hasil produksi kepada konsumen sehingga para konsumen berniat membeli barang tersebut (anonim, 2010). Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki potensi pasar yang cukup besar. Baik pasar modal, pertanian, perikanan dan pasar barang dan jasa lainnya. Sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan, Yogyakarta memiliki beberapa pasar tradisional yang di dalamnya 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk
menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan uang untuk membeli barang dengan
harga tertentu. Permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bersifat fluktuatif yang
sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar. Syarat suatu tempat untuk dikatakan
sebagai pasar adalah apabila terdapat tempat untuk berniaga, barang dan jasa yang akan
diperdagangkan, penjual barang tertentu, pembeli barang dan adanya hubungan dalam
transaksi jual beli. Oleh karena itu, pasar berfungsi sebagai sarana distribusi yaitu
terjadinya hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan
hasil produksinya antara produsen kepada konsumen. Sebagai pembentuk harga, pasar
berperan dalam proses terjadinya tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga
terbentuklah harga dan sebagai sarana promosi, dengan berbagai macam cara para
produsen memperkenalkan hasil produksi kepada konsumen sehingga para konsumen
berniat membeli barang tersebut (anonim, 2010).
Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki potensi pasar yang cukup besar.
Baik pasar modal, pertanian, perikanan dan pasar barang dan jasa lainnya. Sebagai salah
satu daerah yang memiliki potensi perikanan, Yogyakarta memiliki beberapa pasar
tradisional yang di dalamnya memperjualbelikan produk-produk perikanan. Pasar
tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik yang
menerapkan sistem transaksi tawar menawar dimana fungsi utamanya adalah untuk
melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan atau daerah disekitarnya
( Sinaga, 2008). Pasar Patuk merupakan salah satu dari beberapa pasar tradisional yang
terdapat di Yogyakarta dan menyediakan tempat bagi para pedagang ikan untuk menjual
produk hasil perikanan baik yang berasal dari hasil budidaya maupun dari perikanan
tangkap. Karena letaknya yang berada di tengah kota, maka akses menuju pasar tersebut
sangatlah mudah.
Sifat atau kebiasaan hidup konsumen akan berpengaruh terhadap pasar.
Konsumen yang berpendapatan tinggi dan memiliki kebiasaan hidup yang sangat
konsumtif akan sangat menguntungkan penjual karena semakin memudahkan dalam
1
penjualan barang. Lokasi pasar yang mudah dijangkau adalah salah satu faktor yang
dapat mempengaruh banyak sedikitnya pembeli ataupun pemasok barang. Lokasi pasar
yang mudah dijangkau dengan alat transportasi akan semakin memudahkan para
pembeli untuk memperoleh barang pemuas kebutuhan mereka. Demikian pula pada
pemasok, adanya ketermudahan dalam mencapai lokasi pasar akan semakin
memudahkan para pemasok dalam mengirimkan barang yang dibutuhkan oleh pedagang
di pasar tersebut. Kemudahan transportasi ini juga akan semakin menurunkan biaya
operasional sehingga barang yang dijual memiliki harga yang tidak memberatkan
konsumen sebagai pihak ketiga.
Dilihat dari segi konsumen, pasar perikanan di Yogyakarta dipengaruhi oleh
tingkat konsumsi ikan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih sangat rendah,
mencapai sekitar 4 kg/kapita/tahun (Anonim, 2009). Pola konsumsi ikan juga tidak
merata di samping rendahnya konsumsi ikan. Rendahnya konsumsi ikan di Daerah
Istimewa Yogyakarta diduga antara lain disebabkan oleh rendahnya produksi perikanan,
sosial budaya, dan rendahnya pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan
pedagang ikan di pasar-pasar tradisional khususnya di Pasar Patuk merupakan salah satu
cara untuk mengatasi kurangnya ketersediaan produk perikanan budidaya maupun
produk perikanan tangkap.
Secara tidak langsung kondisi sosial ekonomi para pedagang ikan dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik faktor produsi maupun faktor konsumen. Kehidupan sosial
ekonomi sendiri adalah perilaku sosial masyarakat yang menyangkut interaksinya dan
perilaku ekonomi dari masyarakat yang berhubungan dengan pendapatan dan
pemanfaatannya (Sembiring,2009). Oleh karena itu, untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi para pedagang ikan di Pasar Patuk, maka
dilakukan pengamatan, observasi dan wawancara lapangan di Pasar Patuk Yogyakarta
yang telah terlaksana pada tanggal 13 Desember 2011.
2
B. Tujuan
1. Mengetahui Harga produk perikanan di Pasar Pathuk
2. Mengetahui permasalahan - permasalahan yang dihadapi pedagang ikan di
Pasar Patuk
3. Mengetahui Saluran Pemasaran produk perikanan di Pasar Pathuk
C. Manfaat
1. Mampu mengembangkan kemampuan dalam menganalisis permasalahan yang
dihadapi para pedagang ikan di Pasar Patuk
2. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan solusi-solusi yang sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi para pedagang ikan di Pasar Patuk
3. Mampu memberikan Informasi terhadap harga produk perikanan di Pasar
Pathuk
D. Waktu dan Tempat
Praktikum ini telah kami dilaksanakan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 13 Desember 2011
Waktu : 06.00 – 08.00 WIB
Tempat : Pasar Patuk Yogyakarta
3
BAB II
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
A. Observasi
a. Pengertian Observasi
Menurut Nawawi & Hadari (1992) observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-
gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan
sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Observasi barangkali menjadi metode yang paling dasar dan paling tua dari ilmu-
ilmu sosial, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati.
Observasi adalah suatu aktivitas dalam mengenal tingkah laku individu dan biasanya
diakhiri dengan mencatat hal-hal yang penting dan merupakan studi yang dilakukan
dengan sengaja dan secara sistematis melalui proses pengamatan atau gejala-gejala
spontan yang terjadi pada saat itu (Poerwandari, 2007).
Banister dkk (dalam Poerwandari, 2007) mengatakan bahwa observasi selalu
menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks
laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah. Sedangkan menurut
Patton (dalam Poerwandari, 2007) observasi merupakan metode pengumpulan data
esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif.
b. Tujuan Observasi
Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-
aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna
kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati
tersebut. Deskripsi harus akurat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai
4
catatan panjang lebar yang tidak relevan. Patton (dalam Poerwandari, 2007) mengatakan
data hasil observasi menjadi data penting karena:
1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dimana
suatu hal yang diteliti ada atau terjadi.
2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk
mendekati masalah secara induktif.
3. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh partisipan atau
subjek penelitian sendiri kurng disadari.
4. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang
karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka
dalam wawancara.
5. Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif
yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain.
6. Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap intospektif
terhadap penelitian yang dilakukannya.
Patton (dalam Poerwandari, 2007) menjelaskan bahwa data hasil penelitian
menjadi penting karena peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
konteks dimana hal itu terjadi. Peneliti akan dapat bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah
secara induktif.
c. Bentuk-bentuk Observasi
Menurut Moleong (1998), observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang-orang yang diamati, yaitu :
a. Observasi Partisipan
Suatu observasi dimana pengamat ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh subyek yang diteliti atau diamati seolah-olah pengamat
merupakan bagian dari mereka.
b. Observasi Non Partisipan
Observasi dimana pengamat berada di luar subjek yang diteliti dan tidak
ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
5
2. Cara pengamatan dibedakan atas :
a. Observasi Berstruktur
Observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya
menggunakan pedoman pengamatan.
b. Observasi Tidak Berstruktur
Observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya melakukan
pengamatan secara bebas.
Metode observasi yang dilakukan pada praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan
adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara survey langsung terhadap
sejumlah responden dari pedagang ikan di Pasar Demangan dan Pasar Patuk yang dapat
mewakili keseluruhan pedagang ikan di kedua pasar tersebut. Sebelum pelaksanaan
praktikum dilakukan, diadakan koordinasi dengan pengurus pasar dan para pedagang
ikan agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan lancar. Observasi dilakukan dengan
cara peninjauan dan pengamatan langsung ke lapangan menggunakan kuisioner berupa
wawancara (tanya jawab), pengambilan video dan pengambilan gambar(foto). Pengisian
kuisioner dilakukan oleh praktikan sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh
responden.
B. Wawancara
1. Pengertian Wawancara
Moleong (1998) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan
itu. Sedangkan menurut Poerwandari (2007) wawancara adalah percakapan dan tanya
jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara sendiri merupakan
suatu teknik dalam mengali informasi yang diinginkan dalam suatu proses tanya jawab
(Arismunandar, 2006).
2. Bentuk-bentuk Wawancara
Menurut Moleong (1998) metode wawancara dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
6
a. Wawancara berstruktur
Merupakan metode wawancara dimana pewawancara menggunakan
(mempersiapkan) daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai penuntun selama
proses wawancara.
b. Wawancara semi terstruktur
Proses wawancara yang menggunakan panduan wawancara yang berasal
dari pengembangan topik. Sistem yang digunakan dalam menggajukan pertanyaan
dan penggunaan terminology lebih fleksibel daripada wawancara terstruktur.
c. Wawancara tidak terstruktur
Merupakan metode wawancara dimana pewawancara tidak menggunakan
(mempersiapkan) daftar pertanyaan atau isian sebagai penuntun selama proses
wawancara. Sedangkan Patton (dalam Poerwandari, 2007) membedakan tiga
pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara, yaitu :
a. Wawancara Informal
Proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya
pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah. Tipe wawancara
demikian umumnya dilakukan peneliti yang melakukan observasi partisipatif.
Dalam situasi demikian, orang-orang yang diajak berbicara mungkin tidak
menyadari bahwa ia sedang diwawancarai secara sistematis untuk menggali data.
b. Wawancara dengan Pedoman Umum
Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi pedoman wawancara
yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa
menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan
eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai
aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist)
apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau dipertanyakan.
Wawancara dengan pedoman sangat umum ini dapat berbentuk wawancara
terfokus, yakni wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau
aspek-aspek tertentu dari kehidupan atau pengalaman subjek.
7
c. Wawancara dengan Pedoman Terstandar yang Terbuka
Dalam bentuk wawancara ini, pedoman wawancara ditulis secara rinci,
lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat. Peneliti
diharapkan dapat melaksanakan wawancara sesuai sekuensi yang tercantum, serta
menanyakannya dengan cara yang sama pada responden-responden yang berbeda.
Wawancara pada praktikum kali ini dilakukan selama satu hari yaitu tanggal 13
Desember 2011 di Pasar Patuk pukul 06.00 pagi hari. Wawancara dilakukan pada pagi
hari untuk menyesuaikan kegiatan para pedagang ikan di pasar agar informasi yang
didapatkan sesuai dengan kegiatan sehari-hari responden. Alat yang digunakan dalam
pengambilan data berupa alat tulis dan lembar kuisioner. Wawancara dan tanya jawab
dilakukan sesuai kesepakatan antara responden dengan pewawancara agar tidak
mengganggu kegiatan perdagangan para responden.
8
Gambar 3. Pasar Patuk Yogyakarta
BAB III
KEADAAN LOKASI & SISTEM PEMASARAN PRODUK
PERIKANAN DI PASAR PATUK YOGYAKARTA
A. Keadaan Lokasi
Pasar Patuk merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di Yogyakarta.
Lokasi Pasar Patuk cukup jauh dari sisi Barat Malioboro. Letaknya yang dekat daerah
pecinan kota Yogyakarta menyebabkan
banyak makanan khas warga keturunan
Cina dijual disini. Berdasarkan informasi
dari pengurus Pasar, Pasar patuk berdiri
tahun 1979, pada awalnya pasar tersebut
merupakan daerah perkampungan yang
dekat dengan Bioskop Samurai. Kemudian
setelah terjadi kebakaran, maka lahan
tersebut diambil alih oleh pemerintah dan dijadikan pasar yang sekarang dikenal dengan
Pasar Patuk.
Aktivitas di Pasar Patuk dimulai pukul 04.30 pagi hingga 17.00. Penataan kios
pedagang di pasar ini sudah cukup baik, di bagian kanan pasar terdapat para penjual
sayuran, pedagang makanan di bagian kiri dan los daging ayam serta ikan berada di
bagian belakang pasar, sedangkan kios penjual daging sapi berada di bagian depan
pasar. Jika dilihat dari kebersihan pasar, Pasar Patuk termasuk pasar tradisional yang
cukup bersih dan tertib. Karena pasar ini merupakan pasar di dekat daerah pecinan,
maka sebagian besar pembeli merupakan warga keturunan cina.
Pasar Patuk memiliki struktur organisasi resmi dari pemerintah (slampiran 2).
Organisasi pasar ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu; ketua, sekretaris, bendahara,
dan keamanan. Posisi ketua dijabat oleh Bapak Sugeng, beliau bertugas untuk
mengkoordinasikan serta memantau segala kegiatan yang berlangsung di pasar dan
menghadiri kegiatan-kegiatan di luar pasar yang berasal dari pemerintah yang
kemudian diinformasikan kepada para pedagang di pasar. Ibu Sri Lestari sebagai
sekretaris bertugas untuk mengurus segala jenis administrasi dan surat-menyurat yang
9
melibatkan pihak pasar. Sedangkan bendahara menangani keuangan yang keluar masuk
pasar baik dari biaya sewa kios, atau pengelolaan dana pemerintah untuk pembangunan
Pasar. Bendahara Pasar Patuk dijabat oleh Ibu Mini. Bagian keamanan berfungsi untuk
menjaga stabilitas kegiatan pasar, baik dari segi regulasi pasar ataupun kebersihan
pasar. Sehingga, keadaan pasar bisa kondusif dan nyaman bagi konsumen ataupun para
pedagang.
B. Sistem Pemasaran Produk Perikanan
a. Profil Responden
Teknik pengambilan data pengamatan praktikum pengantar ekonomi perikanan
dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan para pedagang ikan di
Pasar Patuk. Wawancara dengan enam responden diharapkan dapat mewakili data
pengamatan di pasar tersebut. Hasil wawancara terhadap enam responden adalah
sebagai berikut:
1. Nama : Partin
Umur : 57
Alamat : Jati Mulyo
Ibu Suti merupakan penjual komoditas perikanan yang unik. Beliau hanya
menjual daging kodok saja. Jenis kodok yang dijual adalah kodok hijau Pendapatan
yang didapatkan setiap harinya tidak menentu tergantung pada permintaan daging
kodok dari konsumen langganannya. Harga yang dipasang Bu Suti sekitar Rp.25.000,00
per kilo. Dalam satu hari dapat terjual sebanyak 20 kg. Sehingga dengan jumlah anggota
keluarga empat orang dari hasil berjualan sudah dapat mencukupi kebutuhan sehari-
hari.
2. Nama : Kong Lo
Umur : 26
Alamat : Gamping
Kong Lo merupakan pedagang muda yang belum berkeluarga. Beliau sudah
berjualan selama 3 tahun. Jenis ikan yang dijual adalah udang, cumi-cumi, gurame dan
bandeng. Pendapatan kotor yang didapatkan setiap harinya sekitar Rp 1.000.000,00 –
Rp 2.000.000,00 dengan pendapatan bersih sebesar Rp 200.000,00 – Rp 300.000,00.
10
Kong Lo sudah memiliki tempat yang paten dan cukup bersih untuk berjualan sehinga
ikan yang dijual cukup higienis. Penghasilan sebesar Rp 200.000,00 - Rp 300.000,00
sangat cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari untuk seorang yang masih
lajang.
3. Nama : Pak Sugianto
Umur : 34
Alamat : Jatimuyo, Yogyakarta
Pak Sugianto adalah pedagang asal Yogyakarta tepatnya daerah Jatimuyo.
Komoditas perikanan yang ditawarkan antara lain adalah cumi-cumi, udang, tengiri,
gurame dan tongkol. Dalam satu hari didapatkan Rp 350.000,00 untuk pendapatan
kotornya. Sedangkan pendapatan bersihnya sekitar Rp 200.000,00. Kios tempatnya
berjualan merupakan kios yang di sewa dengan biaya Rp 4000,00 per harinya.
4. Nama : Pak Joko
Umur : 43
Alamat : Jogonegaran
Keluarga Joko adalah salah satu pedagang ikan di Pasar Patuk. Bapak dan Ibu
Joko berjualan di dua tempat yang berbeda. Jenis ikan yang dijual adalah gurameh,
udang, cumi dan kakap. Sehari mereka reta-rata mendapatkan penghasilan kotor sekitar
Rp.2.000.000,00 – Rp.3.000.000,00. Setelah dipotong biaya lain-lain maka didapatkan
keuntungan sebanyak Rp 300.000,00 – Rp 600.000,00 per harinya.
5. Nama : Siswono
Umur : 33
Alamat : Samodaran
Pak Siswono berasal dari Samodaran Yogyakarta. Jenis ikan yang dijual antara
lain adalah tengiri, udang, kakap, gurameh, cumi-cumi dan barakuda. Beliau sudah
memiliki langganan yang membeli ikan-ikan yang dijualnya, sehingga hampir setiap
hari barang dagangannya laku terjual. Menurut beliau tidak ada kebijakan pemerintah
yang merugikan bagi pedagang. Kendala yang beliau hadapi adalah saat terang bulan
dan stok ikan sedikit, maka beliau harus mengurangi jatah pesanan para pelanggannya
11
Produsen dari Semarang
DistributorPedagang ikan
Pasar PatukKonsumen
Produsen dari Pati
Restoran/ rumah makan
Perorangan
dan membaginya secara merata agar tidak ada pelanggan yang kecewa karena tidak
mendapat barang pesanannya.
6. Nama : Pak Wanto
Umur : 45
Alamat : Gamping
Pak Wanto adalah pedagang asli Yogyakarta. Barang dagangannya adalah udang,
kakap, gurame, cumi setiap hari pasti habis, karena sudah dipesan oleh restoran yang
berlangganan. Pendapatan kotor dalam satu hari sekitar Rp 2.000.000,00 dengan
pendapatan bersih sekitar Rp 100.000,00. Biaya produksi biasanya dihabiskan untuk
biaya pembelian es, transportasi dan biaya-biaya lain yang mencapai sekitar Rp
500.000,00 – Rp.800.000,00. Dengan pendapatan yang didapatkan setiap hari, beliau
mampu menghidupi kehidupan sehari-harinya.
b. Aktivitas Perdagangan
Pasar Patuk mulai beraktivitas pukul 04.30 pagi. Pada jam tersebut keadaan pasar
masih sepi karena baru sedikit pedagang yang menjajakan dagangannya. Distributor
ikan Pasar Patuk berasal dari Semarang dan Pati yang diantarkan sekitar pukul 03.30
atau 04.00. Ikan yang disetorkan sesuai dengan pesanan pedagang. Pasar Patuk
merupakan pasar kelima yang didatangi distributor. Sebagian pedagang sudah memiliki
konsumen langganan baik restoran maupun perorangan, sehingga barang dagangan
mereka habis setiap hari. Para pedagang mulai menjual ikan pukul 05.30 hingga siang
sekitar pukul 12.30 wib karena konsumen mulai berdatangan pada jam-jam tersebut.
Sama seperti pedagang di Pasar Demangan, pedagang ikan disini juga mengambil
untung sekitar 5-10% dari harga yang di tetapkan distributor.
Alur aliran ikan yang terjadi di Pasar Patuk dapat digambarkan dengan flowchart
di bawah ini :
12
Produk Ikan Harga Beli/Kg (Rp.) Harga Jual/Kg (Rp.)