Oleh: Prof. Dr.Yusrizal, M.Pd SYIAH KUALAUNIVERSITY PRESS TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI PENDIDIKAN
Oleh: Prof. Dr.Yusrizal, M.Pd
SYIAH KUALAUNIVERSITY PRESS
TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI PENDIDIKAN
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang keras memperbanyak, memfotocopy sebagian
Atau seluruh isi buku ini, serta memperjual belikannya
Tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit.
Diterbitkan oleh Syiah Kuala University Press
Darussalam – Banda Aceh, 23111
©2016, Penerbit Syiah Kuala University Press, Banda Aceh
ii 232 hlm. 15 cm x 23 cm
Judul Buku : Tanya Jawab Seputar Pengukuran, Penilaian, dan
Evaluasi Pendidikan
Penulis : Prof. Dr. Yusrizal, M.Pd
Editor Bahasa : Dr. Ramli, M.Pd
Penerbit: Syiah Kuala University Press
Telp (0651) 801222.
Email : [email protected]
Cetakan kesatu: 2015
ISBN :
Anggota IkatanPenerbit Indonesia (IKAPI)
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat
rahmad, taufik, serta hidayah-NYA penulisan buku “Tanya
Jawab Seputar Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Pendidikan”
ini dapat diselesaikan. Selawat dan salam semoga dilimpahkan
oleh Allah SWT kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
yang senantiasa kita jadikan contoh dan suru teladan dalam
kehidupan kita.
Berdasarkan pengalaman mengajar mata kuliah Evaluasi
Pendidikan pada berbagai program studi magister pendidikan
PPs Unsyiah menunjukkan bahwa hampir semua mahasiswa
yang umumnya guru, pengetahuan tentang evaluasinya belum
memuaskan, pada hal dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007
tentang Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Guru
dinyatakan bahwa salah satu kompetensi inti guru adalah
menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar. Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang diajukan semisal
apa pengertian dari pengukuran, penilaian dan evaluasi, apa
perbedaan antara ketiga istilah tersebut; apa beda antara skor dan
nilai; apa yang dimaksud dengan penilaian acuan norma dan
acuan patokan; jawaban mereka belum benar. Untuk alasan-
alasan inilah buku ini diterbitkan dalam bentuk tanya jawab..
Buku tanya jawab ini dikelompokkan urutan tanya jawabnya
dalam 11 BAB yaitu: BAB I. Konsep-Konsep Dasar Evaluasi,
BAB 2. Taksonomi Tujuan Pendidikan, BAB 3. Alat Ukur Tes,
BAB 4.Penyusunan dan Penulisan Soal, BAB 5.Analisis Butir
Soal, BAB 6.Validitas Alat Ukur, BAB 7. Reliabilitas Alat Ukur,
BAB 8. Penilaian (Asesmen) BAB 9. Alat Ukur Nontes. BAB
10 Pengukuran dan Penilaian Sikap, dan BAB 11. Pengolahan
Tes Hasil.Belajar.
Sebagai suatu usaha awal, penulis berharap buku ini dapat
bermanfaat dalam membantu para guru dan calon guru
memahami dan menggunakannya dalam proses pengajaran.
Tiada gading yang tak retak, demikian juga buku ini mengandung
banyak kekurangan dan kekurangsempurnaan. Karenaya, penulis
menerima dengan hati terbuka berbagai saran dan kritik-kritik
konstruktif yang dapat dijadikan dasar perbaikan dalam
penerbitan berikutnya,
Banda Aceh, Agustus 2015
DAFTAR ISI
PRAKATA............................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................... ii
BAB 1. Konsep Dasar Evaluasi ...................................................... 1
1. Pendahuluan.......................................................................... 1
2. Evaluasi ................................................................................ 5
3. Penilaian ............................................................................... 24
4. Pengukuran ........................................................................... 38
BAB 2. Taksonomi Tujuan Pendidikan ................................. 49
1. Pengertian ............................................................................. 49
2. Ranah Kognitif ..................................................................... 50
3. Ranah Afektif ....................................................................... 58
4. Ranah Psikomotor.................................................................63
BAB 3. Alat Ukur Tes ........................................................... 69
1. Pendahuluan.......................................................................... 69
2. Klasifikasi Tes ...................................................................... 75
3. Bentuk Tes ............................................................................ 84
BAB 4. Penyusunan dan Penulisan Soal................................111
1. Pendahuluan..........................................................................111
2. Kaedah Penulisan Soal .........................................................115
BAB 5. Analisis Butir Soal ....................................................129
1. Pengertian .............................................................................129
2. Tingkat Kesukaran Butir.......................................................139
3. Daya Beda Butir ................................................................... 142
4. Keefektifan Pengecoh ........................................................... 150
BAB 6. Validitas Alat Ukur Tes ............................................ 159
1. Konsep Dasar........................................................................ 159
2. Jenis-Jenis Validitas.............................................................. 160
BAB 7 . Reliabilitas Alat Ukur Tes ....................................... 181
1. Konsep Dasar........................................................................ 181
2. Jenis-Jenis Reliabilitas.......................................................... 182
BAB 8 .Penilaian (Asesmen) ................................................. 207
1. Penilaian Berbasis Kelas....................................................... 208
2. Penilaian Autentik ................................................................ 241
BAB 9 Alat Ukur Nontes ...................................................... 247
1. Konsep Dasar Nontes ........................................................... 247
2. Observasi .............................................................................. 248
3. Wawancara ........................................................................... 253
4. Kuesioner (Angket) .............................................................. 256
5. Sosiometri ............................................................................. 259
BAB 10.Pengukuran dan Penilaian Sikap ............................. 261
1. Konsep Dasar........................................................................ 261
2. Skala Likert........................................................................... 271
3. Skala Guttman ...................................................................... 276
4. Skala Thrustone .................................................................... 279
5. Skala Semantik Diferensial................................................... 281
BAB 11. Pengolahan Tes Hasil Belajar ................................. 291
1. Pengertian dan Konsep ......................................................... 291
2. Penskoran.............................................................................. 295
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 315
1
BAB 1. KONSEP – KONSEP
DASAR EVALUASI,
1 PENDAHULUAN 1. Mengapa seorang guru harus mampu menilai hasil
belajar siswa?
Jawab:
Seorang guru harus mampu menilai hasil belajar siswa
karena:
1) Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tiga
kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru
yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan
kegiatan belajar-mengajar, kemampuan melaksanakan
dan mengelola kegiatan belajar-mengajar, serta
menilai hasil belajar siswa (Gagne, 1974)
2) Dalam Standar Nasional Pendidikan meliputi 8
standar yaitu: (1) standar isi, (2) standar proses, (3)
standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan
tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana,
(6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan
(8) standar penilaian. Setiap pendidik harus
memahami landasan yuridis maupun filosofis yang
melatarbelakangi munculnya standar penilaian,
mekanisme, dan prosedur evaluasi.
1) Dalam Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang
Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Guru
dinyatakan bahwa salah satu kompetensi inti guru
adalah menyelenggarakan penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar
2
2. Apa yang dimaksud dengan standar penilaian
pendidikan?
Jawab:
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
3. Jelaskan tiga jenis penilaian yang diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005!
Jawab:
Adapun tiga jenis penilaian yang diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2005 yaitu; (1)
penilaian oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil pembelajaran, (2) penilaian oleh
satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian
standar kompetensi lulusan untuk semua mata
pelajaran sesuai programnya sebagai bentuk
transparansi, profesional, dan akuntabel lembaga, (3)
penilaian oleh pemerintah bertujuan menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu.
4. Bagaimana teknik penilaian untuk memperoleh data
proses dan hasil belajar menurut Pedoman Umum
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ?
Jawab:
Teknik penilaian yang dapat digunakan untuk memperoleh
data proses dan hasil belajar menurut pedoman umum
BSNP, digunakan antara lain yaitu:
a. Tes Kinerja
Tes Kinerja dalam hal ini adalah berbagai jenis tes
yang dapat berbentuk tes keterampilan tertulis, tes
identifikasi, tes simulasi, uji petik kerja, dan
sebagainya.
3
b. Demonstrasi
Teknik demonstrasi dapat dilakukan dengan cara
mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif sesuai
dengan kompetensi yang dinilai.
c. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan
hasil belajar dapat dilakukan secara formal, yaitu
observasi dengan menggunakan instrumen yang
sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan
kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi
informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa
menggunakan instrumen.
d. Penugasan
Penugasan adalah bentuk evaluasi yang dapat
dilakukan dengan model proyek yang berupa sejumlah
kegiatan yang dirancang, dilakukan dan diselesaikan
oleh peserta didik di luar kegiatan kelas dan harus
dilaporkan, baik secara tertulis maupun lisan.
e. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya
peserta didik dalam karya tertentu yang
diorganisasikan untuk mengetahui minat,
perkembangan belajar dan prestasi siswa.
f. Tes tertulis
Tes tertulis merupakan teknik penilaian yang paling
banyak digunakan oleh pendidik, adalah tes yang bisa
berupa tes dengan jawaban pilihan atau isian, baik
pilihan ganda benar-salah ataupun menjodohkan, serta
tes yang jawabannya berupa isian ataupun uraian
g. Tes Lisan
Tes dapat pula berupa tes lisan, yaitu tes yang
dilaksanakan melalui komunikasi langsung dengan
bertatap muka antara peserta didik dengan satu atau
beberapa penguji.
h. Jurnal
Jurnal pada dasarnya merupakan catatan siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran, sehingga jurnal
4
berisi deskripsi proses pembelajaran dengan kekuatan
dan kelemahan siswa terkait dengan kinerja ataupun
sikap.
i. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi
mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan,
tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian
peserta didik.
j. Inventori
Inventori adalah skala psikologis yang digunakan
untuk mengungkap
sikap, minat dan persepsi peserta didik terhadap obyek
psikologis,
ataupun fenomena yang terjadi, antara lain berupa
skala Likert dan sebagainya.
k. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang
digunakan agar peserta didik dapat mengemukakan
kelebihan dan kekurangan diri dalam berbagai hal.
l. Penilaian antar teman (penilaian sejawat).
Penilaian antar teman ini dilakukan dengan meminta
siswa mengemukakan kelebihan dan kekurangan
teman dalam berbagai hal.
5. Sebutkan kompetensi guru mata pelajaran yang
berkaitan dengan penilaian dan evaluasi sebagai
bagian dari kompetensi pedagogik!
Jawab:
Adapun kompetensi guru mata pelajaran yang berkaitan
dengan penilaian dan evaluasi sebagai bagian dari
kompetensi pedagogik yaitu:
1) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran yang diampu.
2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar
yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu
5
3) Menentukan prosedur penilaian dan evalusi proses
dan hasil belajar
4) Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar
5) Mengadminstrasikan penilaian proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan dengan menggunakan
berbagai instrumen
6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar
untuk berbagai tujuan
7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar
6. Mengapa seorang guru perlu memiliki pengetahuan
dan pemahaman tentang pencapaian hasil belajar
siswa ?
Jawab:
Seorang guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang pencapaian hasil belajar siswa karena dapat
membantu guru untuk mengadakan refleksi guna
memperbaiki kinerjanya pada masa pembelajaran
selanjutnya, sebab informasi tersebut sangat penting untuk
direncanakan
2. EVALUASI
7. Apa yang dimaksud dengan Evaluasi ?
Jawab:
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation
yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan nilai
sesuatu.
1) Evaluation refer to the act or process to determining
the value of something. Evaluasi mengacu pada suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
dari sesuatu (Wandt dan Brown, 1957)
2) Evaluation is “the systematic process of collecting,
analyzing, and interpreting information to determine
the extent to which pupils are achieving instructional
objectives. (Answers the question “How
6
good?”).Evaluasi adalah proses untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan
informasi untuk menentukan sejauh mana siswa
mencapai tujuan instruksional. (untuk menjawab
pertanyaan bagaimana baik? ) (Gronlund & Linn,
1995)
3) Evaluation is a complex term that often is misused by
both teachers and students. It involves making
decicions or judgements about students based on the
extent to which instructional objectives are achieved
by them, evaluasi adalah suatu istilah kompleks yang
sering disalahgunakan oleh para guru dan para siswa.
Evaluasi melibatkan pembuatan keputusan tentang
para siswa didasarkan pada tingkat sasaran hasil yang
dicapai oleh mereka (Philips,1979)
4) Evaluation is process of delineating, obtaining, and
providing descriptive and judgmental information
about the worth and merit of some object’s goals,
design, implementation, and impact in order to guide
decision, serve needs for accountability, and promote
understanding of the insolved phenimena. Evaluasi
merupakan proses menyediakan, memperoleh, dan
menyajikan informasi tentang harga dan jasa dari
beberapa tujuan, desain implementasi, dan dampak
untuk membantu membuat keputusan
pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman
terhadap fenomena (Stufflebeam and Shienkfield,
1985) .
Jadi:
(1) Evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan
oleh seseorang (evaluator) untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan suatu program telah tercapai yang
dilakukan secara berkesinambungan.
(2) Evaluasi adalah proses mengukur dan menilai
terhadap suatu objek dengan menampilkan hubungan
sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi
objek tersebut. Juga dapat dinyatakan sebagai suatu
7
proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan
instrumen tes maupun non tes.
(3) Evaluasi adalah kegiatan mengidentifikasi untuk
melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau
tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan
keputusan nilai (value judgement).
8. Jelaskan ruang lingkup evaluasi itu!
Jawab:
Secara umum, ruang lingkup dari evaluasi dalam bidang
pendidikan di sekolah mencakup 3 komponen utama,
yaitu:
1) Evaluasi program pengajaran
Evaluasi terhadap program pengajaran akan mencakup
3 hal, yaitu: evaluasi terhadap tujuan pengajaran,
evaluasi terhadap isi program pengajaran, dan evaluasi
terhadap strategi belajar-mengajar
2) Evaluasi proses pelaksanaan pengajaran
Evaluasi mengenai proses pelaksanaan pengajaran
akan mencakup: kesesuaian antara pembelajaran yang
berlangsung dengan program pembelajaran yang telah
ditentukan, kesiapan guru dalam melaksanakan
program pembelajaran, kesiapan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran, minat atau perhatian
siswa di dalam mengikuti pembelajaran, keaktifan atau
partisipasi siswa selama pembelajaran berlangsung,
peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa
yang memerlukannya, komunikasi dua arah antara
guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung,
pemberian dorongan atau motivasi terhadap siswa,
pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka
penerapan teori-teori yang diperoleh di dalam kelas,
8
dan upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul
sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukan di sekolah.
3) Evaluasi hasil belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan langkah untuk
mengetahui seberapa jauh target pembelajaran dapat
dicapai. Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik
ini mencakup: evaluasi mengenai tingkat penguasaan
peserta didik terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai
dalam unit-unit program pembelajaran yang bersifat
terbatas, dan evaluasi mengenai tingkat pencapaian
peserta didik terhadap tujuan-tujuan umum
pembelajaran.
Menurut Stuffebeam (1974), ruang lingkup evaluasi
pendidikan adalah::
1) Evaluasi masukan (input)
Evaluasi masukan atau input adalah evaluasi berkaitan
dengan kualitas masukan yang berupa calon siswa,
baik menyangkut faktor kemampuan intelektual
maupun aspek kepribadiannya
2) Evaluasi Proses
Evaluasi Proses adalah evaluasi yang sasarannya
adalah proses belajar mengajar
3) Evaluasi Produk
Evaluasi produk adalah evaluasi yang sasarannya hasil
akhir suatu proses pendidikan
4) Evaluasi Konteks
Evaluasi Konteks adalah evaluasi yang berkaitan
dengan masalah-masalah kompleks yang melibatkan
hal-hal di luar proses pendidikan, tetapi secara
langsung mempengaruhi proses maupun hasil
pendidikan
9. Jelaskan bagaimana kaitan antara Evaluasi dan
Proses Belajar Mengajar?
Evaluasi yang baik mempersyaratkan adanya keterkaitan
langsung dengan aktivitas proses belajar mengajar
9
(PBM). Demikian pula, PBM akan berjalan efektif apabila
didukung oleh evaluasi yang efektif yang dilakukan oleh
guru. Evaluasi merupakan bagian integral dari proses
belajar mengajar. Kegiatan evaluasi harus dipahami
sebagai kegiatan untuk mengefektifkan proses belajar
mengajar agar sesuai dengan yang diharapkan.
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan objek Evaluasi
Pendidikan ?
Yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi
pendidikan ialah segala sesuatu yang bertalian dengan
kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik
pusat perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai
ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses
pendidikan tersebut.
11. Bagaimana cara mengenal objek evaluasi pendidikan?
Jawab:
Salah satu cara untuk mengenal objek dari evaluasi
pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga
segi, yaitu dari segi input, transformasi dan output
(Sudijono, 2006). Adapun dari segi output, yang menjadi
sasaran evaluasi pendidikan adalah tingkat pencapaian
atau prestasi belajar yang berhasil diraih oleh masing-
masing peserta didik, setelah mereka terlibat dalam proses
pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan.
Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian atau
prestasi belajar yang diraih oleh peserta didik itu,
dipergunakan alat berupa Tes Hasil Belajar, yang dikenal
dengan istilah tes pencapaian (achievement test).
12. Jelaskan apa saja prinsip-prinsip evaluasi!
Jawab:
Evaluasi harus selalu dipandang sebagai suatu proses yang
dituntun oleh prinsip-prinsipnya. Menurut Asaad dan
Hailaya (2004) ada 7 (tujuh) prinsip yang mengatur proses
evaluasi, masing-masing adalah sebagai berikut.
10
1) Evaluasi harus berdasarkan tujuan pengajaran
yang jelas.
Evaluasi kemampuan dan karakter siswa serta aspek-
aspek situasi belajar-mengajar lain dari harus
didasarkan pada tujuan-tujuan yang ditetapkan, sesuai
dengan tujuan sekolah dan Negara. Aspek-aspek
proses pendidikan harus menjadi baik dan
pertumbuhan siswa serta kemajuan harus menjadi
perioritas paling awal.
2) Prosedur dan teknik evaluasi harus terpilih
ditinjau dari sudut
tujuan.
Evaluasi harus selalu mempertimbangkan aspek-aspek
khusus kinerja siswa sebagaimana tercantum dalam
tujuan-tujuan dan sebagai dasar untuk pemilihan
langkah-langkah evaluasi harus relevan dan tjuan-
tujuan yang tepat.
3) Evaluasi harus komprehensif.
Evaluasi harus mencakup aspek-aspek luas tentang
pertumbuhan siswa. Evaluasi harus menilai
kemajuan-kemajuan siswa dalam semua hasil
pengajaran yang diinginkan. Evaluasi tidak hanya
didasarkan pada pengembangan kognitif seperti
pengetahuan, pemahaman atau memikir keterampilan
saja, tetapi juga pada pengembangan afektif dan
psikomotor, seperti perubahan-perubahan pada sikap,
perilaku-perilaku atau kinerja nyata.
4) Evaluasi harus kontinu.
Evaluasi harus secara terus menerus dilakukan untuk
memantau kemajuan siswa. Evaluasi harus selalu
sejajar dengan proses pendidikan, dimana sisva-siswa
dipertahankan dalam proses pertumbuhan dan
perubahan kontinu.
5) Evaluasi harus mendiagnosis dan fungsional.
Proses evaluasi harus mampu mengetahui jenis situasi
belajar mengajar dan juga penyebab timbulnya
11
persoalan-persoalan yang mengacau proses
pembelajaran serta pertumbuhan siswa yang
semestinya di dalam kelas. Evaluasi harus menggali
beberapa informasi bernilai tinggi yang berguna dalam
perbaikan kondisi mengajar belajar dan aspek-aspek
lainnya yang menyangkut suasana ruang kelas.
Walaupun demikian, informasi yang dikumpulkan
melalui proses evaluasi tidak hanya digunakan untuk
merekam tujuan-tujuan belaka. Evaluasi haris
digunakan, diterapkan, atau ditindak lanjuti untuk
memperbaiki gaya-gaya belajar, model-model
mengajar, dan semua kondisi lain yang akan
mempengaruhi pembelajaran dan pengajaran dalam
ruang kelas.
6) Evaluasi harus berusaha menjadi kooperatif.
Evaluasi jangan menjadi beban seseorang atau
sebagian orang. Evaluasi harus menjadi kooperatif
pada semua orang yang terkait dalam program
pengajaran-pembelajaran sekolah. Agar evaluasi
menjadi efisien, efektif, dan berhasil, pelaksana, guru,
orang tua, siswa sendiri, dan bahkan masyarakat
umum, jika perlu, harus bekerja secara haromis dan
secara kooperatif untuk mengevaluasi lebih baik
kemajuan dan pertumbuhan siswa.
7) Evaluasi harus digunakan secara bijaksana.
Harus diakui sangat sulit untuk mendapatkan hasil-
hasil evaluasi yang sempurna dan lengkap.Hasil-hasil
evaluasi tidak selalu menghasilkan informasi tepat
karena instrument-instrumen evaluasi sungguh-
sunguh tidak akurat atau tepat setiap saat. Oleh karena
itu, dalam mengevaluasi suatu keputusan yang hati-
hati dan teliti harus selalu diperhatikan.
12
13. Apakah tujuan evaluasi dalam bidang pengajaran ?
Jawab:
Tujuan evaluasi dalam bidang pengajaran, yaitu:
a) Menetapkan kompetensi isi pengajaran spesifik yang
dimiliki oleh siswa
b) Memperbaiki proses belajar-mengajar
14. Apakah tujuan evaluasi dalam bidang hasil belajar ?
Jawab:
Tujuan evaluasi dalam bidang hasil belajar, yaitu:
a) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan siswa
b) Untuk mengukur keberhasilan siswa, baik secara
individual maupun kelompok
c) Untuk melakukan diagnosis terhadap kesulitan belajar
siswa
15. Apakah fungsi evaluasi pendidikan bagi guru ?
Jawab:
Adapun fungsi evaluasi pendidikan bagi guru adalah:
a) Mengetahui kemajuan belajar siswa
b) Mengetahui kedudukan masing-masing individu siswa
dalam kelompoknya
c) Mengetahui kelemahan-kelemahan dalam cara belajar
mengajar dalam Proses Belajar Mengajar
d) Memperbaiki proses belajar mengajar
e) Menentukan kelulusan siswa
16. Apakah fungsi evaluasi pendidikan bagi siswa ?
Jawab:
Fungsi evaluasi pendidikan bagi siswa adalah:
a) Mengetahui kemampuan dan hasil belajar
b) Memperbaiki cara belajar
c) Menumbuhkan motivasi dalam belajar
13
17. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi formatif ?
Jawab:
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada
setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topik, yang
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu proses
pembelajarantelah berjalan sebagaimana yang
direncanakan.
18. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi sumatif?
Jawab:
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada
setiap akhir satu satuan waktu yang di dalamnya tercakup
lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksud- kan untuk
mengetahui sejauhmana siswa telah dapat berpindah dari
suatu unit ke unit berikutnya.
19. Sebutkan langkah-langkah pokok dalam evaluasi
pendidikan!
Jawab:
Langkah-langkah pokok dalam evaluasi pendidikan
meliputi:
1) Perencanaan dan perumusan kriterium
2) Pengumpulan data
3) Persifikasi data
4) Pengolahan data
5) Penafsiran data (Buchori, 1980)
20. Untuk apa hasil evaluasi digunakan?
Jawab:
Hasil evaluasi harus dapat digunakan untuk:
1) Memperjelas tingkat kemampuan siswa dalam belajar
2) Dapat memberikan informasi guna menyiapkan
pengalaman belajar siswa berikutnya
3) Memberikan informasi sebagai umpan balik guna
perbaikan proses belajar mengajar
4) Memberikan informasi tentang kesulitan-kesulitan
belajar yang dialami siswa
14
5) Untuk pertanggungan jawab sekolah kepada orang tua
siswa
6) Untuk kenaikan kelas
7) Sertifikasi dan sebagainya
21. Apa yang dimaksud dengan hasil evaluasi sebagai
umpan balik dalam proses belajar mengajar ?
Jawab:
Yang dimaksud hasil evaluasi sebagai umpan balik dalam
proses belajar mengajar adalah pemberian informasi yang
diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa
untuk memperbaiki atau meningkatklan pencapaian/hasil
belajarnya (Silverius, 1991)
22. Apa saja fungsi umpan balik itu ?
Jawab:
Adapun fungsi umpan balik di antaranya yaitu
a) Fungsi Informasional
Hasil tes memberi informasi tentang sejauh mana
siswa telah menguasai materi yang diterimanya dalam
proses belajar mengajar.
b) Fungsi Motivasional
Manfaat penyampaian hasil belajar, misalnya melalui
papan pengumuman tentu mempunyai dampak positif
dan negartif
c) Fungsi Komunikasional
Guru menyampaikan hasil evaluasi kepada siswa, dan
bersama siswa membicarakan upaya peningkatan atau
perbaikannya (Buis dalam Slameto, 2001)
23. Apa kelanjutan dari umpan balik itu ?
Jawab:
Adapun kelanjutan dari umpan balik adalah: (a) bagi
siswa yang sudah memperoleh nilai yang baik dalam
evaluasi diharapkan dapat berusaha (sendiri atau
bersama guru) meningkatkan pengetahuannya
15
mengenai materi yang dievaluasi, Upaya ini dikenal
dengan istilah pengayaan (enrichment). Bagi Siswa
yang memperoleh nilai kurang/tidak baik diharapkan
dapat berusaha (sendiri atau bersama guru)
memperbaiki materi yang dievaluasi. Upaya ini
dikenal dengan istilah perbaikan (remedial)
24. Apa yang dimaksud dengan evaluasi program ?
Jawab:
Evaluasi Program adalah suatu kegiatan yang
menyediakan informasi untuk pembuat keputusan.
(Cronbach, l980).
Evaluasi program adalah proses pengumpulan dan
penelaahan data secara berencana, sistematis dan
dengan menggunakan metode dan alat tertentu untuk
mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian
tujuan program dengan menggunakan tolok ukur
yang telah ditentukan (Depdiknas, 2002)
Evaluasi Program adalah suatu kegiatan
pengumpulan dan pemberian data atau informasi baik
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang
dipergunakan oleh para pengambil keputusan untuk
mempertimbangkan apakah suatu program/ proyek
perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan.
(Gronlund, l982)
Evaluasi Program adalah suatu kegiatan yang
merinci apakah ada selisih/kesenjangan antara apa
yang direncanakan dengan suatu standar yang ada.
(Alkin, l979)
Evaluasi Program adalah suatu proses yang
memperlihatkan manfaat atau kegunaan suatu
proyek/program. (Stufflebeam, l974)
16
Evaluasi program adalah “upaya untuk mengetahui
tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat
dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing
komponennya(Arikunto dan Cepi, 2004).
Jadi evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan
kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi
tentang realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu
organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna
pengambilan keputusan.
25. Sebutkan tujuan umum dari evaluasi program itu !
Jawab:
Adapun tujuan evaluasi program adalah agar dapat
diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan
dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program
dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan
program dimasa yang akan datang.
26. Apa saja tujuan khusus evaluasi program ?
Jawab:
Adapun tujuan khusus Evaluasi Program terdapat 6
(enam) hal, yaitu untuk :
1) Memberikan masukan bagi perencanaan program;
2) Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang
berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau
penghentian program;
3) Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan
tentang modifikasi atau perbaikan program
4) Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor
pendukung dan penghambat program;
5) Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan
pembinaan (pengawasan, supervisi dan monitoring)
17
bagi penyelenggara, pengelola dan pelaksana program
dan.
6) Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi
evaluasi program pendidikan luar sekolah (Sudjana,
2006)
27. Apa manfaat evaluasi program itu ?
Jawab:
Manfaat dari evaluasi program yaitu
a) Memberikan masukan apakah suatu program
dihentikan atau diteruskan.
b) Memberikan masukan apakah suatu program
dihentikan atau diteruskan.
c) Memberitahukan prosedur mana yang perlu
diperbaiki.
d) Memberikan masukan apakah program yang sama
dapat diterapkan di tempat lain.
e) Memberikan masukan ke arah mana dana harus
dialokasikan.
f) Memberikan masukan apakah teori/ pendekatan
tentang program dapat diterima/ditolak.
28. Sebutkan macam-macam model evaluasi program!
Jawab
Adapun jumlah model evaluasi program adalah 8 macam,
yaitu:
. 1. Goal Oriented Evaluation Model dikembangkan oleh
Tyler.
. 2. Goal Free Evaluation Model dikembangkan oleh
Scriven.
. 3. Formative SumativeEvaluation Model dikembangkan
oleh Scriven.
. 4. Countinance Evaluation Model dikembangkan oleh
Stake.
. 5. Responsive Evaluation Model dikembangkan oleh
Stake.
18
. 6. CSE-UCLA Evaluation Model menekankan pada kapan
evaluasi dilakukan.
. 7. CIPP Evaluation Model dikembangkan oleh
Stufflebeam.
. 8. Discrepancy Evaluation Model yang dikembangkan
oleh Provus. (Kaufman and Thomas, 1980)
29. Berikan penjelasan singkat masing-masing model
evaluasi program!
Jawab:
Adapun penjelasan singkat dari masing-masing model
evaluasi program adalah sebagai berikut:
1. Goal Oriented Eavaluation Model
Merupakan model yang paling awal muncul. Yang
menjadi objek pengamatan model ini adalah tujuan dari
program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program
dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan,
terus menerus, mencek sejauhmana tujuan tersebut sudah
terlaksana di dalam proses pelaksanaan program.
2.Goal Free Evaluation Model
Dikembangkan oleh Michel Scriven. Model ini disebut
juga dengan evaluasi lepas dari tujuan khusus
program.Model ini hanya mempertimbangkan tujuan
umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci
atau perkomponen.
3.Formatif Summatif Evaluation Model
Model evaluasi ini dilaksanakan ketika program masih
berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah
selesai (evaluasi sumatif). Tujuan evaluasi formatif
tersebut ialah untuk mengeathui sejauh mana program
yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus
mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahuinya
hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak
lancar, pengambil keputusan secara dini dapat
19
mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran
pencapaian tujuan program. Evaluasi sumatik dilakukan
setelah program berakhir. Tujuannya adalah mengukur
ketercapaian program.
4. Countenance Evaluation Model (Model Stake)
Dikembangkan oleh Stake. Model ini juga disebut model
evaluasi pertimbangan. Model ini menekankan pada
adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu (1) deskripsi dan
(2) pertimbangan, serta membedakan adanya tiga tahap
dalam evaluasi program, yaitu: (1) anteseden
(antecedent/context), (2) transaksi (transaction/process),
(3) keluaran (out put-outcame).
5.Responsif Evaluation Model
Model ini kurang populer, tidak dijelaskan
6. CSE-UCLA Evaluation Model
Model evaluasi CSE-UCLA ini terdiri atas empat tahap,
yaitu a. Needs assessment, memusatkan pada penentuan
masalah hal-hal yang perlu dipetimbangkan dalam
program, kebutuhan uang dibutuhkan oleh program, dan
tujuan yang dapat dicapai. b.. Program planning,
perencanaan program dievaluasi untuk mengetahui
program disusun sesuai analisis kebutuhan atau tidak.
c. Formative evaluation, evaluasi dilakukan pada saat
program berjalan .d. Summative program, evaluasi untuk
mengetahui hasil dan dampak dari program serta untuk
mengetahui ketercapaian program.
7. CIPP Evaluation Model (Context Input Process
Product)
Model evaluasi ini adalah model yang paling banyak
dikenal, dikembangkan oleh Stufflebeam. CIPP
merupakan singkatan 4 buah kata, yaitu:
a. Contect evaluation to serve planning decision. Seorang
evaluator harus cermat dan tajam memahami konteks
20
evaluasi yang berkaitan dengan merencanakan keputusan,
mengidentifikasi kebutuhan, dan merumuskan tujuan
program
b. Input Evaluation structuring decision. Segala sesuatu
yang berpengaruh terhadap proses pelaksanaan evaluasi
harus disiapkan dengan benar. Input evaluasi ini akan
memberikan bantuan agar dapat menata keputusan,
menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan, mencari
berbagai alternatif yang akan dilakukan, menentukan
rencana yang matang, membuat strategi yang akan
dilakukan dan memperhatikan prosedur kerja dalam
mencapainya.
c. Process evaluation to serve implementing decision.
Pada evaluasi proses ini berkaitan dengan implementasi
suatu program. Ada sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Misalnya,
apakah rencana yang telah dibuat sesuai dengan
pelaksanaan di lapangan? Dalam proses pelaksanaan
program adakah yang harus diperbaiki? Dengan demikian
proses pelaksanaan program dapat dimonitor, diawasi,
atau bahkan diperbaiki.
d. Product evaluation to serve recycling decision. Evaluasi
hasil digunakan untuk menentukan keputusan apa yang
akan dikerjakan berikutnya. Apa manfaat yang dirasakan
oleh masyarakat berkaitan dengan program yang
digulirkan. Apakah memiliki pengaruh dan dampak
dengan adanya Evaluasi hasil berkaitan dengan manfaat
dan dampak suatu program setelah dilakukan evaluasi
secara seksama. Manfaat model ini untuk pengambilan
keputusan (decision making) dan bukti pertanggung
jawaban (accountability) suatu program kepada
masyarakat. Tahapan evaluasi dalam model ini yakni
penggambaran (delineating), perolehan atau temuan
(obtaining), dan penyediakan (providing) bagi para
pembuat keputusan.
21
8. Discrepancy Model
Model ini ditekankan untuk mengetahui kesenjangan yang
terjadi pada setiap komponen program. Evaluasi
kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kesesuaian antara standar yang sudah ditentukan dalam
program dengan penampilan aktual dari program tersebut.
30. Apa kelebihan Model Context Input Process
Product (CIPP)?
Jawab:
Adapun kelebihan Model Context Input Process
Product (CIPP) adalah karena model evaluasi CIPP lebih
komprehensif diantara model evaluasi lainnya, karena
objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga
mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil
(Widoyoko, 2009).
31. Berapa macam pendekatan dalam evaluasi program!
Jawab:
Terdapat enam pendekatan yang digunakan dalam
mengevaluasi program (Tayibnapis, 2008) yaitu:
1. Pendekatan Eksperimental
Tujuan dari pendekatan ini adalah memperoleh
kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu
program dengan menciptakan situasi yang dikontrol,
seperti membandingkan kelompok yang menerima
program dan yang tidak. Pendekatan ini membuat
evaluator sebagai orang ketiga yang objektif dalam
menarik kesimpulan.
2. Pendekatan yang berorientasi pada pencapaian
tujuan
Pada pendekatan ini evaluator mencoba mengukur
sampai dimana pencapaian tujuan telah dicapai.
Evaluator juga dapat membantu klien menerangkan
rencana penerapan dan melihat proses pencapaian
22
tujuan yang memperlihatkan kemampuan program
menjalankan kegiatan sesuai rencana.
3. Pendekatan yang berfokus kepada keputusan
Pendekatan ini menekankan peranan informasi yang
sistematik untuk pengelola program dalam
menjalankan tugasnya. Pada pendekatan ini evaluator
memerlukan dua macam informasi dari klien. Pertama
ia harus mengetahui butir-butir keputusan penting
pada setiap periode selama program berjalan. Kedua ia
perlu mengetahui macam informasi yang mungkin
akan sangat berpengaruh untuk setiap keputusan.
4. Pendekatan yang berorientasi kepada pemakai
Pada pendekatan ini evaluator lebih terlibat dalam
kegiatan program, mereka lebih bertindak sebagai
orang dalam daripada sebagai konsultan luar.
Pendekatan ini dilakukan dengan bersahabat, evaluator
mencari pengetahuan tentang fungsi program dan
keperluan orangorang yang mempengaruhi keputusan.
Pendekatan ini membuat evaluator dapat memberikan
ide kepada kelompok pemakai, menerima saran
mereka dan mengadaptasikan evaluasi sesuia dengan
kebutuhan pemakai atau klien. Evaluator harus
seorang yang komunikatif, karena interaksi dengan
orang-orang program dan klien mempengaruhi
kegunaan hasil evaluasi
.
5. Pendekatan yang responsif
Pendekatan ini berusaha mencari pengertian suatu isu
dari berbagai sudut pandang dari semua orang yang
terlibat, berminat, dan yang berkepentingan dengan
program. Evaluator bertujuan berusaha mengerti
urusan program melalui berbagai sudut pandang yang
berbeda. Evaluasi responsif memiliki ciri-ciri
penelitian yang kualitatif apa adanya. Evaluator harus
dilatih teknik-teknik penelitian kualitatif. Kelebihan
23
dari Pendekatan ini adalah memiliki kepekaan
terhadap berbagai titik pandang.
6. Goal Free Evaluation (Evaluasi bebas tujuan)
Ciri-ciri evaluasi ini adalah: evaluator sengaja
menghindar untuk mengetahui tujuan program, tujuan
yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak
menyempitkan fokus evaluasi, berfokus pada hasil
yang sebenarnya dan bukan pada hasil yang telah
direncanakan, hubungan dengan orang-orang program
dibuat seminimal mungkin dan evaluasi dimungkinkan
akan ditemukannya dampak yang tidak diramalkan.
32. Komponen-komponen apa yang yang harus
diperhatikan dalam menyusun rencana evaluasi
program agar evaluasi itu layak dipakai ?
Jawab:
Adapun komponen-komponen yang harus diperhatikan
menyusun rencana evaluasi program agar evaluasi itu
layak dipakai adalah:
a) Kegunaan (Utility) : Mengarahkan evaluasi menjadi
jelas, tepat waktu, serta berpengaruh.
b) Kelayakan (Feasibility) : Mempertanyakan apakah
evaluasi dilaksana- kan dalam setting yang alami atau
di laboratorium.
c) Kepatutan (Apropriety: Illegacy & Ethically): Apakah
evaluasi berpengaruh pada orang dalam pelbagai cara
? ; Meyakinkan bahwa hak-hak manusia yang
dievaluasi dilindungi; Kebebasan pribadi, kebebasan
informasi terjamin; Tidak melanggar hukum: legal dan
etis.
d) Ketepatan (Accuracy) : Mempertanyakan apakah
Evaluasi Program/ Proyek menghasilkan informasi
yang rasional, dan komprehensif ?
24
3. PENILAIAN
33. Apa yang dimaksud dengan penilaian?
Jawab:
Beberapa pengertian penilaian (assessment) yang
dikemukakan beberpa pakar, yaitu:
1) Penilaian adalah salah satu prosedur yang digunakan
untuk memperoleh informasi mengenai kinerja siswa
(Miller, Linn & Gronlund, 2009).
2) Penilaian adalah salah satu prosedur sistematik untuk
mengumpulkan informasi yang dapat digunakan
untuk membuat kesimpulan mengenai karakteristik
orang atau objek (Reynolds, at all, 2009).
3) Penilaian adalah proses yang memberikan informasi
tentang individu siswa, kurikulum atau program,
institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan
sistem institusi (Stark dan Thomas, 1994).
4) Penilaian adalah suatu proses mengumpulkan data
dengan tujuan agar dapat dilakukan keputusan
mengenai suatu objek (Salvia dan Ysseldike,1996).
5) Penilaian adalah suatu pertimbangan profesional atau
proses yang memungkinkan seseorang untuk
membuat suatu pertimbangan mengenai nilai sesuatu
(Mehrens and Lehmann, 1984).
6) Penilaian merupakan proses kegiatan untuk
mengambil keputusan berdasarkan informasi yang
diperoleh dari pengukuran hasil belajar baik melalui
instrumen tes maupun non tes (Suryabrata, 2000).
Jadi Penilaian (assessment) adalah:
1) penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian
kompetensi siswa. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
siswa.
25
2) proses menentukan nilai, sifatnya kualitatif misalnya
lulus, tidak lulus; terpuji, memuaskan, cukup; atau A,
B, C, D, dll)
3) suatu kegiatan menafsirkan atau memaknai data hasil
pengukuran berdasarkan kriteria atau standar atau
tujuan penilaian.
34. Berikan contoh penilaian yang menafsirkan atau
memaknai hasil pengukuran !
Jawab:
Beberapa contoh penilaian yang menafsirkan atau
memaknai hasil pengukuran yaitu:
a) Kalau penilaian bertujuan untuk menentukan
kelulusan, maka berdasarkan skor hasil pengukuran
dapat diputuskan “lulus atau tidak lulus”
b) Kalau penilaian bertujuan untuk seleksi penerimaan,
maka berdasarkan hasil skor pengukuran dapat
diputuskan “dterima atau ditolak”
c) Kalau penilaian bertujuan untuk kualitas, maka
berdasarkan skor pengukuran dapat dimaknai “sangat
baik, baik, cukup, kurang, atau sangat kurang”
d) Kalau penilaian bertujuan untuk menentukan kualitas
kedisiplinan, berdasarkan skor pemgukuran dapat
ditafsirkan “sangat disiplin, disiplin, kurang disiplin,
sampai tidak disiplin” (Widoyoko, 2014):
35. Jelaskan apa saja prinsip-prinsip dari penilaian?
Jawab:
Adapun prinsip-prinsip penilaian adalah:
1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar
(prosedur dan criteria yang jelas) dan tidak
dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik
dilakukan secara terencana, menyatu dengan
kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan
efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.
26
4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria
penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diakses oleh semua pihak.
5) Akuntabel, berarti penilaian dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,
prosedur, dan hasilnya.
6) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara
berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku
7) Edukatif, berarti penilaian bersifat mendidik dan
memotivasi peserta didik dan guru.
36. Apa perbedaan antara penilaian dan evaluasi ?
Jawab:
Adapun perbedaan antara penilaian dan evaluasi adalah
sebgai berikut.
No Dimensi
Perbedaan Penilaian Evaluasi
1 Fokus Kepada luaran
yang diinginkan
oleh siswa/
mahasiswa (yang
dinilai) dan pada
pertumbuhan
Kepada luaran
yang diinginkan
oleh guru/dosen
((evaluator) dan
pada kualitas
2 Pihak yang
memerlukan
Diperlukan,
diminta oleh
siswa.mahasiswa
Diperlukan,
diminta oleh
evaluator
3 Konten, timing
dan tujuan
pokok
Formatif,
berlangsung terus
untuk memper-
baiki pembelajaran
Sumatif: final
untuk
memperbaiki
kualitas
4 Konsekuensi Tidak memiliki
konsekuensi/resiko
Sering
mengandung
konsekuensi/resi
ko
5 Perbandingan
terhadap
kualitas
Tidak pernah
membandingkan
kualitas
Sering
membandingkan
kualitas
27
No Dimensi
Perbedaan Penilaian Evaluasi
6 Pengembangan
standar
kualitas
Memiliki standar
kualitas yang
dikembangkan
oleh para
siswa/mahasiswa
dengan bekerja
sama dengan
penilai
Memiliki
standar kualitas
yang
dikembangkan
oleh evaluator
7 Orientasi
fokus dari
pengukuran
Berorientasi
proses: bagaimana
pembelajaran
berlangsung
Berorientasi
produk: apa saja
yang telah
dipelajari
8 Temuan dan
penggunaanya
Diagnostik,
mengidentifikasi
hal-hal yang perlu
perbaikan
Pertimbangan
sampai kepada
seluruh
nilai/angka
9 Standar
pengukuran
Mutlak
(individual0
komparatif
10 Hubungan
antara objek
dengan
penilaian/
evaluasi
Kooperatif Kompetitif
Baehr dalam Basuki & Hariyanto, 2014)
37. Bagaimana hubungan antara evaluasi dan penilaian?
Jawab:
Adapun hubungan antara evaluasi dan penilaian adalah
“bahwa evaluasi merupakan proses pemberian penilaian
terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui asesmen”
(Gabel, 1993)
28
38. Berkaitan dengan penilaian, kompetensi apa saja
yang harus dikuasai oleh seorang guru ?
Jawab:
Adapun kompetesi yang harus dikuasi oleh seorang guru
berkaitan penilaian adalah:
1) Guru harus mampu memilih prosedur-prosedur
penilaian yang tepat untuk membuat keputusan
pembelajaran
2) Guru perlu memiliki kemampuan mengembangkan
prosedur penilaian yang tepat guna membuat
keputusan pembelajaran
3) Guru harus memiliki kemampuan dalam
melaksanakan, melakukan penskoran, serta
menafsirkan hasil penilaian yang telah dibuat
4) Guru harus memiliki kemampuan menggunakan hasil-
hasil penilaian untuk membuat keputusan-keputusan
di bidang pendidikan
5) Guru harus memiliki kemampuan mengembangkan
prosedur penilaian yang valid dan menggunakan
informasi penilaian
6) Guru harus memiliki kemampuan
mengkomunikasikan hasil-hasil penilaian (Kusaeri
dan Suprananto, 2012)
39. Apa prinsip-prinsip yang harus dipenuhi agar
penilaian itu berkualitas ?
Jawab:
Suatu penilaian (asesmen) yang berkualitas harus
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut
a) Berfokus kepada perbaikan, bukan pertimbangan
b) Berfokus kepada kinerja , bukan yang mengerjakan
c) Suatu proses yang dapat memperbaiki setiap tataran
kinerja siswa
d) Umpan baliknya bergantung kepada kedua belah
pihak, baik kepada asesor maupun kepada siswa yang
dinilai
29
e) Perbaikan yang dilandasi oleh umpan balik dari
asesmen adalah lebih efektif jika siswa yang dinilai
memerlukan penilaian tersebut
f) Memerlukan kesepakatan mengenai kriteria penilaian
g) Memerlukan analisis dari hasil observasi
h) Umpan balik asesmen hanya diterima jika ada saling
percaya dan saling menghargai antara asesor dan
siswa yang dinilai
i) Hanya digunakan jika ada kesempatan yang baik bagi
adanya perbaikan
j) Hanya efektif jika siswa yang dinilai menggunakan
umpan balik dari siswa (Baehr dan Beyerlein dalam
Basuki & Hariyanto, 2014)
40. Apa tujuan utama penilaian ?
Jawab:
Tujuan dari asesmen atau penilaian pada dasarnya adalah
untuk
(1) membantu belajar siswa;
(2) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa;
(3) menilai efektivitas strategi pengajaran
(4) menilai dan meningkatkan efektivitas program
kurikulum;
(5) menilai dan meningkatkan efektivitas pengajaran;
(6) menyediakan data yang membantu dalam membuat
keputusan
(7) komunikasi dan melibatkan orang tua siswa (Weeden,
Winter & Broadfoot, 2002)
41. Jelaskan keterkaitan antara pengukuran, penilaian
dan alat ukur ?
Jawab:
Adapun keterkaitan antara pengukuran, penilaian dan tes
yaitu: Melakukan penilaian selalu diawali dengan
menyusun tes atau nontes sebagai alat ukur, hasil
pengukuran berupa angka bersifat kuantitatif belum
bermakna bila tidak dilanjutkan dengan proses penilaian
30
dengan membandingkan hasil pengukuran dengan kriteria
tertentu sebagai landasan pengambilan keputusan dalam
pembelajaran. Sebaliknya, penilaian penentuan kualitas)
tidak dapat dilakukan tanpa didahului dengan proses
pengukuran
42. Apa yang dimaksud dengan penilaian Formatif ?
Jawab:
Penilaian formatif merupakan penilaian yang
menyediakan informasi kepada siswa dan guru untuk
digunakan dalam memperbaiki kegiatan belajar dan
mengajar. Penilaian formatif berguna untuk memperbaiki
metodologi mengajar dan pemberian masukan untuk
murid pada saat proses belajar mengajar. Hasil dari
berbagai Penilaian formatif digunakan untuk mengubah
dan memberikan validasi kepada proses pengajaran.
43. Apa yang dimaksud dengan penilaian Sumatif ?
Jawab:
Penilaian sumatif merupakan jenis penilaian yang
orientasinya adalah pengumpulan informasi tentang
pembelajaran yang dilakukan pada rentang waktu tertentu
atau pada akhir suatu unit pelajaran. Tujuan dari berbagai
Penilaian sumatif adalah untuk menilai kompetensi murid
pada saat satu tahap pengajaran telah selesai. Penilaian
sumatif digunakan untuk menentukan jika murid telah
menguasai kompetensi khusus dan mengidentifkasi bidang
ajar yang memerlukan perhatian lebih.
44. Bagaimana perbedaan antara penilaian formatif dann
penilaian sumatif ?
Jawab:
Adapun perbedaan antara penilaian formatif dena
penilaian sumatif adalah sebagai berikut.
31
Karakteristik Penilaian
formatif
Penilaian
sumatif
Fungsi Untuk
memperbaiki
proses belajar
mengajar ke arah
yang lebih baik
Untuk
menentukan
posisi siswa ,
misalnya lulus
atau tidak lulus
Pelaksanaan Setelah selesainya
satu unit
pembelajaran
Pada akhir
semester atau
akhir tahun
Bentuk Informal Formal
Aspek yang
diukur
penguasaan
kemampuan
peserta didik
setelah selesai satu
unit pembelajaran,
perbandingkan
kemampuan
sebelum dan
sesudah mengikuti
pelajaran
mengukur
kempetensi dasar
yang telah
ditetapkan dalam
kurikulum
sebagai dasar
penetapan
kenaikan ke
jenjang keahlian
yang lebih tinggi
atau kelulusan
Teknik
Penilaian
tes lisan/tes
tertulis, observasi,
portofolio dan
sebagainya
seluruh teknik
penilaian yang
ada
Tujuan untuk memantau
kegiatan dan
kemajuan belajar
peserta didik
selama proses
pembelajaran
berlangsung
untuk
menetapkan
tingkat
keberhasilan
peserta didik
setelah mengikuti
pembelajaran
dalam kurun
waktu tertentu
45. Apakah keterbatasan pelaksanaan penilaian
pembelajaran ?
Jawab:
Keterbatasan -keterbatasan penilaian dalam pembelajaran
anatara lain yaitu:
32
1. Untuk pengukuran konstruk psikologis termasuk
pembelajaran yang bersifat abstrak tidak ada
pendekatan tunggal yang dapat diberlakukan dan
diterima secara universal, sehingga harus digunakan
bermacam pendekatan dan dalam berbagai
kesempatan sepanjang rentang waktu berlangsungnya
proses pembelajaran.
2. Proses dan hasil pembelajaran pada umumnya
dikembangkan berdasarkan atas sampel tingkah laku
yang terbatas, sehingga untuk dapat menjadi sumber
informasi yang akurat, penilaian dilakukan dengan
perencanaan yang matang dan dilakukan dengan
cermat, dengan memperhatikan perolehan sampel
yang memadai dari domain tingkah laku dalam
pengembangan prosedur dan alat ukur yang baik.
3. Pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam prnilaian
proses dan hasil belajar mengandung kekeliruan.
Angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran
(dengan menggunakan tes ataupun nontes) berupa:
Thrue score + Error, untuk itu kegiatan pengukuran
dalam prosedur asesmen yang baik harus dipersiapkan
sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil
kekeliruan (error).
4. Hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman
siswa terhadap materi, sedang tes pengukuran hasil
belajar, pengajar diharuskan memberikan kuantitas
yang berupa angka-angka pada kualitas dari suatu
gejala yang bersifat abstrak.
5. Konstruk psikhologis termasuk proses dan hasil
pembelajaran tidak dapat didifinisikan secara tunggal,
tetapi selalu berhubungan dengan konstrukyang lain
46. Apa yang dimaksud dengan teknik penilaian ?
Jawab:
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk
memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang
dihasilkan dari pembelajaran yang dilakukan siswa. Ada
33
beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka
penilaian ini, secara garis besar dapat dikategorikan
sebagai teknik tes & nontes.
47. Jelaskan ruang lingkup penilaian hasil belajar ?
Jawab:
Adapun ruang lingkup penilaian hasil belajar peserta didik
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan secara berimbang.
48. Apa yang menjadi target pencapaian hasil belajar ?
Jawab:
Adapun target pencapaian hasil belajar adalah
Pengetahuan, penalaran, produk, keterampilan dan afektif
(Stiggin, 1994)
1) Pengetahuan berhubungan dengan penguasaan materi
melalui ingatan. Pada target belajar ini, siswa diminta
menguasai fakta-fakta, informasi, prosedur, dan
hubungan antara konsep.
2) Penalaran berhubungan dengan cara-cara untuk
menggunakan pengetahuan dalam memecahkan
masalah.
3) Keterampilan berhubungan dengan kemampuan yang
harus dikuasai siswa untuk mengerjakan sesuatu
sebagai hasil penguasaan yang telah disajikan.
4) Produk, berhubungan dengan sesuatu yang harus
ditampilkan siswa
5) Afektif berhungan dengan perasaan yang dialami
siswa sebagai hasil belajar dan penerapannya tehadap
materi yang telah dikuasainya
49. Apa yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
teknik penilaian ?
Jawab:
Dalam memilih teknik penilaian perlu mempertimbangkan
ciri indikator, Misalnya. Jika tuntutan indikator melakukan
sesuatu, maka teknik penilaiannya adalah unjuk kerja. Jika
34
tunturtan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep,
maka teknik penilaiannya adalah tertulis Jika tuntutan
indikator memuat unsur penyelidikan, maka teknik
penilaiannya adalah proyek.
50. Bagaimana sistem penilaian menurut Kurikulum
2013?
Jawab:
Sistem penilaian menurut Kurikulum 2013 dilakukan
dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),
kecakapan (skill), dan sikap (attitude).
(1) Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang
mencakup seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan
dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah
semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
(2) Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian.
(3) Penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada
penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi
dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim,
dan kehadiran dalam pembelajaran.
51. Apa karakteristik penguatan proses penilaian yang
dikehendaki Kurikulum 2013?
Jawab:
Adapun karakteristik penguatan proses penilaian yang
dikehendaki kurikulum 2013 yaitu:
a) Mengukur tingkat berpikir siswa mulai dari rendah
sampai tinggi.
b) Menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan
pemikiran mendalam (bukan sekedar hafalan)
c) Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja
siswa
d) Menggunakan portofolio pembelajaran siswa
35
52. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Acuan Patokan
(PAP) ?
Jawab:
Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Penilaian Acuan
Kriteria adalah pendekatan yang membandingkan proses
dan hasil belajar siswa dengan suatu patokan atau kriteria
tertentu yang biasanya telah ditetapkan sebelumnya.
Apabila siswa berhasil mencapai atau melewati patokan
tersebut, maka ia dianggap berhasil atau lulus.
53. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Acuan Norma
(PAN) ?
Jawab:
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah pendekatan yang
membandingkan skor siswa dengan rerata skor
kelompoknya sebagai norma. Pendekatan ini pada
dasarnya bertitik tolak dari penggunaan kurva normal,
rerata (Mean) kelompok dan simpangan baku yang
menjadi acuannya.
54. Apa tujuan Penilaian Acuan Norma ?
Jawab:
Tujuan penilaian acuan norma adalah untuk mengetahui
kedudukan peserta didik dalam kelompoknya (dalam
kelas). Oleh karena itu, butir-butir soal yang dipakai dalam
ujian tidak boleh terlalu sukar atau terlalu mudah, sehingga
kisaran indeks kesukarannya 0,3 sampai 0,7. Di samping
itu, harus dapat membedakan mana peserta didik yang
pandai dan yang tidak pandai. (Mardapi, 2008)
55. Apa konsekuensi dari acuan kriteria (patokan) ?
Jawab:
Konsekuensi dari acuan kriteria adalah adanya program
remidi, program pengayaan, dan program percepatan.
Penafsiran hasil tes selalu dibandingkan dengan standar
atau kriteria yang telah ditetapkan dulu (Mardapi, 2004).
36
56. Apakah karakteristik Acuan Norma ?
Jawab:
Adapun karakteristik peniaian acuan norma yaitu :
1) Terdapat unsur kompetitif
2) Sangat baik untuk penilaian afektif dan kognitif
3) Tidak dapat untuk menilai kemampuan skill atau materi
tertentu
4) Tidak dapat memberi interpretasi secara langsung pada
suatu skala
5) Nilai tidak mencerminkan kemampuan yang rinci
57. Apakah karakteristik Acuan Kriteria (Patokan) ?
Jawab:
Adapun karakteristik penilaian acuan kriteria (patokan)
yaitu:
1) Terdapat kemampuan kognitif minimal yang harus
dimiliki oleh peserta didik
2) Adanya kemampuan psikomotorik dan sikap mental
minimal sebagai prasyarat
3) Meletakkan perbedaan latar belakang peserta didik
sebagai unsur individual
4) Sebagai alat diagnosis kesulitan siswa
5) Dapat difungsikan sebagai embrio tes baku
6) Tidak komparatif terhadap kelompok sehingga dapat
melemahkan semangat kompetisi
58. Apa kelebihan Penilaian Acuan Norma (PAN) ?
Jawab:
Adapun kelebihan PAN adalah:
1. Dapat digunakan untuk menetapkan nilai secara
maksimal
2. Dapat membedakan kemampuan peserta didik yang
pintar dan kurang pintar. Membedakan kelompok
atas dan bawah.
3. Fleksibel, dapat menyesuaikan dengan kondisi yang
berbeda-beda
4. Mudah menilai karena tdk ada patokan
37
5. Dapat digunakan untuk menilai ranah kognitif,
afektif dan psikomotor
59. Apa kelebihan Penilaian Acua Patokan (PAP) ?
Jawab:
Kelebihan PAP adalah:
1. Dapat membantu guru merancang program remidi
2. Tidak membutuhkan perhitungan statistic yang
rumit=7
3. Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
4. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik
atau untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran
sudah tercapai atau belum.
5. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik
atau untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran
sudah tercapai atau belum.
6. Banyak digunakan untuk kelas dengan materi
pembelajaran berupa konsep.
7. Mudah menilai karena ada patokan
60. Apa perbedaan antara PAP dan PAN dari segi
pengembangan tes ?
Jawab:
Adapun Perbedaan antara PAP dan PAN dari segi
pengembangan tes adalah sebagai berikut: No PAP No PAN
1 PAP hanya terdiri dari
soal-soal tes yang
didasarkan pada tujuan
khusus pembelajaran
1 Soal tes tidak hanya
berdasarkan pelajaran yang
diterima siswa
2 Setiap tes mempunyai
prasarat agar siswa
menunjukkan
“performance” seperti
yang tercantum dalam
Tujuan Pembelajaran
2 Tidak perlu terlebih dahulu
menentukan secara pasti
performance yang diharapkan
sebelum tes disusun
3 Dasar pertimbangan
untuk diterimanya
performance tertentu
3 Dasar pertimbangan
diterimanya performance
38
harus berdasarkan pada
kriteria tertentu
berdasarkan hasil perolehan
nilai yang didapat oleh siswa
4 Mementingkan butir tes
sesuai dengan perilaku
(tujuan pembelajaran)
4 Membuat tes dalam kategori
sedang
4. PENGUKURAN
61. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran ?
Jawab:
Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai
kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan
angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda,
sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses atau
sistem yang digunakan untuk menentukan nilai kuantitatif
sesuatu hal, benda atau keadaan. Untuk memahami
pengertian pengukuran, berikut ini kita melihat beberapa
pendapat para ahli evaluasi.
1) Measurement is the act of process of measuring,
maksudnya suatu tindakan dari proses mengukur
(Wolf,1984)
2) Measurement is the assignment of numerals to objects
or events according to rules that give numeral
quantitative meaning”, yakni secara teknis,
pengukuran adalah pengalihan dari angka ke objek
atau peristiwa sesuai dengan aturan yang memberikan
makna angka secara kuantitatif (Wiersma dan Jurs,
1990)
3) Pengukuran adalah prosedur pemberian angka (biasa
disebut skor) untuk suatu atribut tertentu atau
karakteristik orang-orang sedemikian rupa untuk
menjaga hubungan dunia nyata antara orang-orang
berkaitan dengan atribut yang diukur (Lord and
Novick, 1974).
39
4) Pengukuran adalah pemberian angka pada hasil suatu
tes atau jenis penilaian lain menurut aturan tertentu
(Gronlund dan Linn, 1995).
5) Pengukuran didefinisikan sebagai proses penetapan
bilangan-bilangan pada objek menurut aturan (Dizney,
1971)
Jadi pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau
upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka
pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil
pengukuran akan selalu berupa angka, jadi, sifatnya
kuantitatif (misalnya 100; 90; 80; dll). Pada proses
pengukuran, fenomena dari objek ditransfer ke dalam
suatu angka, agar para guru dapat memberikan makna
yang relevan.
62. Apa saja yang diukur dalam pengukuran
pendidikan?
Jawab:
Dalam bidang pendidikan, pengukuran dilakukan untuk
mengukur atribut atau karakteristik peserta didik atau
siswa, misalnya pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.
63. Apa yang menjadi objek dalam pengukuran
pendidikan ?
Jawab:
Objek-objek dalam pengukuran pendidikan adalah: (a)
Prestasi atau hasil belajar, (b) Sikap, (c) Motivasi, (d)
Inteligensi, (e) Bakat, (f) Kecerdasan emosional, (g)
Minat, dan (h) Kepribadian
64. Ada berapa macam kategori pengukuran ?
Jawab:
Ada dua macam kategori pengukuran, yaitu
1) Pengukuran Kuantitatif: menghasilkan data kuantitaif
2) Pengukuran Kualitatif : menghasilkan deskripsi atau
narasi label atau kategori
40
65. Apa saja karakteristik pengukuran ?
Jawab:
Karakteristik dari pengukuran yaitu:
1) Perbandingan antara atribut yang di ukur dengan alat
ukurnya, maksudnya apa yang di ukur adalah atribut
atau dimensi dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri;
2) Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif artinya, hasil
pengukuran berwujud angka;
3) hasilnya bersifat deskriptif, maksudnya hanya sebatas
memberikan angka yang tidak diinterpretasikan lebih
jauh.
66. Apa yang dimaksud dengan pengukuran pendidikan
berbasis
kompetensi
Jawab:
Yang dimaksud dengan pengukuran pendidikan berbasis
kompetensi: pengukuran berdasarkan pada klasifikasi
observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik
dengan menggunakan suatu standar, melalui tes dan non-
tes, yang dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif.
67. Untuk apa digunakan informasi dari pengukuran ?
Jawab:
informasi dari pengukuran dapat digunakan untuk: 1)
memantau kemajuan peserta didik; 2) membantu peserta
didik dengan rencana masa depannya (karir); 3)
mengklasifikasikan dan menempatkan peserta didik
berdasarkan kepentingan, bakat, dan kesiapan; 4) menilai
program pendidikan; 5) memperbaiki kurikulum; dan 6)
menentukan pengajaran yang efisien. Pengukuran dalam
bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes (Miller,
2008)
41
68. Apa kegunaan dan tujuan pengukuran dan penilaian
dalam pendidikan?
Jawab:
Adapun Kegunaan dan tujuan pengukuran dan penilaian
dalam pendidikan, yaitu: (1) mengukur hasil perbuatan
mengajar, (2) mengadakan evaluasi terhadap perbuatan
belajar, (3) sebagai alat menimbulkan motivasi, (4)
menyadarkan anak pada kemampuannya, (5) sebagai
petunjuk usaha belajar, dan (6) dapat dijadikan dasar
dalam memberikan penghargaan (Masrun dan Martaniah,
1973)
69. Apa yang dimaksud dengan skala ?
Jawab:
Skala adalah seperangkat lambang atau angka yang dibuat
sehingga melalui aturan, lambang atau angka itu dapat
ditempatkan pada individu yang menjadi sasaran
penggunaan skala itu
70. Apa yang dimaksud dengan skala pengukuran ?
Jawab:
Skala pengukuran adalah seperangkat aturan yang
diperlukan untuk mengkuantitatifkan data dari pengukuran
suatu variabel.
71. Ada berapa macam jenis skala pengukuran ?
Jawab:
Ada empat macam skala pengukuran, yaitu: skala nominal,
skala ordinal, skala interval, dan skala rasio (Agung,
1992).
Skala nominal adalah pengukuran yang semata-mata
hanya membedakan satu atau lebih kategori dengan
kategori lainnya. Kategori-kategori tersebut bersifat
terpisah dan masing-masing kategori diberi nomor untuk
membedakannya
42
Contoh: Pekerjaan:
PNS
TNI/POLRI
Pedagang
Petani
Wiraswata
5
4
3
2
1
Skala ordinal adalah skala yang disamping membedakan
antara satu kategori dengan kategori lainnya, juga
mempunyai ranking atau tingkatan kategorinya. Data
dapat disusun dari yang terendah ke yang tertinggi
Contoh: Tingkat kecantikan wanita
Sangat Cantik
Cantik
Cukup Cantik
Kurang Cantik
4
3
2
1
Skala interval memiliki ciri yang sama dengan skala
ordinal. Bedanya pada skala interval mempunyai jarak
yang sama antara satu data dengan data yang lain. Pada
skala interval hubungan urutan dan jarak antara angka-
angka itu mempunyai arti
Contoh: pada temperatur, nilai 0 derajat celcius tidak
berarti bahwa tidak ada temperatur, nol derajat celsius
berarti titik beku air dan merupaka suatu nilai. Pada skala
interval ini kita juga dapat mengatakan bahwa suhu 100
derajat celsius berati lebih panas dua kali lipat dari suhu 50
derajat celsius.
Skala rasio adalah skala pengukuran yang memiliki nilai
nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Menurut
Singarimbun dan Effendi (1989) skala rasio adalah suatu
bentuk interval yang jaraknya (interval) tidak dinyatakan
sebagai perbedaan nilai antar responden, tetapi antara
seorang responden dengan nilai nol absolut
43
Contoh data jumlah persediaan barang menunjukkan
angka 0 (nol) ini berarti pada tidak terdapat barang
persediaan sama sekali.
72. Jelaskan bagaimana ciri-ciri pengukuran dalam
Pendidikan?
Jawab:
Adapun ciri pengukuran dalam pendidikan adalah: (a)
meniru model pengukuran dalam ilmu alam, (b)bersifat
tidak langsung, (c) menggunakan ukuran kuantitatif dan
(d) mengandung kesalahan.
a.Meniru model pengukuran dalam ilmu alam.
Pengukuran adalah cara yang digunakan dalam ilmu alam
untuk pengumpulan data. Cara ini kemudian diadaptasi ke
dalam ilmu sosial dan pendidikan untuk tujuan yang
sama.
b.Bersifat tidak langsung. Pengukuran dalam pendidikan
bersifat tidak langsung. sebab perubahan perilaku yang
menjadi hasil pendidikan tidak dapat secara langsung
diukur. Berbeda dengan pengukuran benda-benda fisik
dalam ilmu alam seperti berat, tinggi, suhu dan sebagainya
dapat dilakukan secara langsung karena sifat yang diukur
dapat secara langsung dibandingkan dengan alat ukur
c.Menggunakan ukuran kuantitatif. Pengukuran dalam
pendidikan – sebagaimana pengukuran dalam ilmu alam
adalah menggunakan ukuran kuantitatif. Dalam proses
kuantifikasi, sifat kualitatif data pendidikan diubah dalam
bentuknya yang kuantitatif dengan aturan pengukuran
tertentu
d.Mengandung kesalahan. pengukuran dalam
pendidikan dilakukan atas kejiwaan manusia yang dapat
berubah-ubah. Misalnya : siswa yang diukur hasil
belajarnya dengan tes yang sama pada kondisi sehat,
gembira, ruang nyaman, pengawasan baik dan sebagainya
44
akan berbeda apabila siswa diuji dalam kondisi sakit,
sedih, ruang tidak nyaman, pengawasan yang
menegangkan, dan sebagainya. Selain itu, kondisi di luar
tes hasil belajar juga dapat mempengaruhi hasil tes
sehingga hasil ukurnya mengandung kesalahan.
73. Bagaimana cara melakukan pengukuran ?
Jawab:
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan tes dan
non-tes.Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki
jawaban benar atau salah. Non-tes berisi pertanyaan atau
pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah
74. Bagaimana hubungan antara pengukuran, penilaian
dan evaluasi ?
Jawab:
Hubungan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi
adalah hirarki. Pengukuran membandingkan hasil
pengamatan dengan kriteria, penilaian menjelaskan dan
menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah
penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku (Griffin &
Nix (1991). Jadi kegiatan evaluasi didahului dengan
penilaian, sedang penilaian pada umumnya didahului
dengan kegiatan pengukuran.
75. Bagaimana contoh hubungan antara pengukuran,
penilaian dan evaluasi yang dikaitkan dengan hasil
belajar ?
Jawab:
Contoh hubungan antara pengukuran, penilaian dan
evaluasi dikaitkan dengan hasil belajar adalah sebagai
berikut.
No Nama
siswa Skor Nilai Keputusan
1 Abubakar 80 B Lulus baik
2 Dian 90 A Lulus sangat baik
3 Firdaus 75 B Lulus baik
45
4 Nazar 85 B+ Lulus amat baik
5 Sari 88 A- Lulus paling baik
6 Siska 65 C Lulus cukup
7 Zakaria 89 A- Lulus paling baik
Adopsi dari Djaali dan Muljono (2008)
Keterangan:
1.Skor 80, 90, 75, 65 merupakan hasil pengukuran
(measurement)
2.Nilai B, A, C, B+ , A- merupakan hasil
penilaian(assessment)
3.Keputusan lulus baik, lulus sangat baik, lulus
sedang, dan sebagainya merupakan hasil evaluasi
(evaluation).
76. Apa perbedaan nntara pengukuran dan evaluasi ?
Jawab:
Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu
ukuran tertenu, dan karena itu pengukuran bersifat
kuantitatif, sedangkan evaluasi adalah pengambilan
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-bukuk,
dan karenanya evaluasi bersifat kualitatif
77. Apa saja fungsi dari pengukuran dan evaluasi ?
Jawab: Melalui pengukuran dan evaluasi, prestasi, minat,
kesulitan dan bahkan pengajaran dapat dinilai secara
benar. Berikut ini adalah fungsi-fungsi pengukuran dan
evaluasi.
1.Mengukur prestasi siswa.
Dengan menggunakan pengukuran dan evaluasi, prestasi
siswa dalam kelas dapat ditentukan. Selain itu, gambaran
mengenai apakan siswa telah mencapai tujuan-tujuan
pokok materi atau tidak dapat diperkirakan melalui
pengukuran dan evaluasi.
46
2.Memotivasi siswa belajar.
Pengukuran dan evaluasi dapat memberi semangat atau
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Minat siswa
untuk mempelajari materi tertentu juga akan muncul.
3.Meramalkan keberhasilan siswa,
Keberhasilan dan kegagalan siswa dalam kelas pada tahun
atau di kelas berikutnya dapat diramalkan melalui
pengukuran dan evaluasi. Mendiagnosis kesulitan siswa,
Melalui pengukuran dan evaluasi juga, kelemahan-
kelemahan siswa dalam kelas dapat diidentifikasi dan
diremedial.Hasil-hasil pengukuran dan evaluasi dapat
digunakan untuk memperbaiki pembelajaran dan kinerja
siswa di kelas
4.Mengevaluasi pengajaran,
Pengukuran dan evaluasi dapat juga menilai pengajaran.
Melalui pengukuran dan evaluasi yang tak terpisahkan dari
proses, umpan balik tentang pengajaran, dapat bertindak
sebagai dasar penting untuk perbaikan dan peningkatan di
kelas.
78. Bagaimana kedudukan penilaian dan pengukuran
dalam evaluasi ?
Jawab:
Evaluasi merupakan suatu proses penetapan untuk
menyatakan baik atau buruk, berhasil atau gagal, sukses
atau tidaknya sesuatu. Agar dapat dilakukan proses
tersebut, maka harus ada data yang benar-benar dapat
dipercaya/akurat dijadikan dasar untuk penetapannya. Jika
salah datanya salah pula hasil penilaiannya dan akibatnya
salah pula keputusannya. Data yang diolah untuk penilaian
dan yang selajutnya untuk dasar evaluasi guna menetapkan
apakah berhasil atau gagal atau apakah baik atau buruk itu
harus data kuantitatif yang diperoleh melalui proses
pengukuran. Berdasarkan uraian di atas, terdapat istilah
pengukuran dan penilaian sebagai bagian dari evaluasi.
47
Evaluasi merupakan proses pemberian penilaian terhadap
data atau hasil yang diperoleh melalui asesmen. Jadi,
asesmen merupakan bagian dari evaluasi, jika
membicarakan evaluasi maka asesmen sudah termasuk
didalamnya. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat
bertahap (hierarkis), maksudnya kegiatan dilakukan secara
berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian
penilaian, dan terakhir (Gabel, 1993)
79. Apa persamaan antara pengukuran acuan norma dan
pengukuran acuan patokan ?
Jawab:
1) Kedua pengukuran acuan norma dan acuan patokan
memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik untuk
menentukan fokus item yang diperlukan
2) Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relevan
yang digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan
sasaran evaluasi
3) Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan
tentang siswa, kedua pengukuran sama-sama
memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes
dengan menggunakan aturan dasar penulisan
instrumen
4) Kedua pengukuran memerlukan persyaratan pokok,
yaitu validitas dan reliabilitas
5) Kedua pengukuran sama manfaatnya, yaitu alat
pengumpul data siswa yang dievaluasi (Sukardi, 2008)
80. Apa perbedaan pengukuran acuan norma dan
pengukuran acuan patokan ?
Jawab:
Pengukuran acuan normatif di antaranya sebagai berikut:
a) Merupakan tes yang mencakup domain tugas
pembelajaran dengan item pengukuran yang spesifik
b) Menekankan pembedaan antara individual siswa satu
dengan siswa lain dalam kelompok/kelas
c) Item-item yang memiliki tingkat kesulitan tinggi
cenderung menghilangkan item yang memiliki tingkat
kesulitan rendah
48
d) Lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang
memiliki kelompok-kelompok dengan pembedaan
antara siswa pandai, di atas rerata, di bawah rerata, dan
bodoh
e) Interpretasi evaluasi memerlukan adanya
pengelompokan atas kelompok-kelompok tertentu
secara jelas
Pengukuran acuan patokan di antaranya sebagai berikut:
a) Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada
penentuan domain tugas belajar dengan tingkat
kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas
pembelajaran
b) Menekankan penggambaran tugas apa yang telah
dipelajari oleh para siswa
c) Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran,
tanpa menghilangkan item atau soal yang memiliki
tingkat kesulitan rendah
d) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas
dengan tugas pembelajaran dengan konsep atau
penguasaan materi belajar
49
BAB 2. TAKSONOMI
TUJUAN PENDIDIKAN
1. PENGERTIAN
81. Apa yang dimaksud dengan Taksonomi Tujuan
Pendidikan?
Jawab:
Taksonomi tujuan pendidikan (the taxonomy of
educational objective) adalah suatu kerangka untuk
mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan yang
digunakan untuk mempredikasi kemampuan peserta didik
dalam belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.
82. Apa yang dimaksud dengan Taksonomi Tujuan
Pendidikan Bloom ?
Jawab:
Taksonomi tujuan pendidikan Bloom adalah struktur
hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari
tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Taksonomi tujuan
pendidikan ini merupakan kerangka konsep kemampuan
berpikir yang dicetuskan oleh Bloom pada tahun 1956, dan
dinamakan Taxonomy Bloom. Taksonomi tujuan
pendidikan Bloom dibagi menjadi beberapa domain
(ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi
kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan
hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga
domain, yaitu: Ranah Kognitif berisi perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan
keterampilan berpikir. Ranah afektif berisi perilaku terkait
dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi,
dan sikap. Ranah Psikomotorik berisi perilaku yang
menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan
motorik/kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan
mesin
50
83. Bagaimana klasifikasi hasil belajar menurut Bloom ?
Jawab:
Menurut Bloom, klasifikasi hasil belajar peserta didik
dapat dikelompok kan ke dalam 3 (tiga) aspek/ranah,
yaitu:
1. Hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan
kognitif (pengetahuan).
2. Hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan
afektif (sikap dan nilai-nilai).
3. Hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan
keterampilan (psikomotorik).
(Ketiga aspek di atas dapat juga dikelompokkan
dengan istilah 3H: head, hand, and heart).
2. RANAH KOGNITIF
84. Bagaimana struktur ranah kognitif original
Taksonomi Bloom ?
Jawab:
Adapun struktur ranah kognitif original taksonomi Bloom
adalah:
1) Knowledge
(a) Knowledge of spesifics
Knowledge of terminology
Knowledge of spesific fact
(b) Knowledge of ways and means of dealing with
spesifics
Knowledge of conventions
Knowledge of trends and sequences
Knowledge of classifications and categories
Knowledge of criteria
Knowledge of methodology
(c) Knowledge of universals and abstraction in a field
Knowledge of principles and generalizations
Knowledge of theories and structures
51
2) Comprehension
(a) Translation
(b) Interpretation
(c) Extrapolation
3) Application
4) Analysis
(a) Analysis of elements
(b) Analysis of relationship
(c) Analysis of organizational principles
5) Synthesis
(a) Production of a unique communication
(b) Production of a plan, or proposed set of operations
(c) Derivation of a set of abstract relation
6) Evaluation
(a) Evaluation in terms of internal evidence
(b) Judgments in terms of external criteria
Menurut taksonomi Bloom, keterampilan manusia
dalam berpikir diklasifikasikan dalam enam kategori.
1) Knowledge:
remembering or recalling appropriate, previously
learned information to draw out factual (usually
right or wrong) answers. Use words and phrases
such as: how many, when, where, list, define, tell,
describe, identify, etc., to draw out factual
answers, testing students' recall and recognition.
2) Comprehension:
grasping or understanding the meaning of
informational materials. Use words such as:
describe, explain, estimate, predict, identify,
differentiate, etc., to encourage students to
translate, interpret, and extrapolate.
3) Application:
applying previously learned information (or
knowledge) to new and unfamiliar situations. Use
words such as: demonstrate, apply, illustrate,
show, solve, examine, classify, experiment, etc., to
52
encourage students to apply knowledge to
situations that are new and unfamiliar.
4) Analysis:
breaking down information into parts, or
examining (and trying to understand the
organizational structure of) information. Use
words and phrases such as: what are the
differences, analyze, explain, compare, separate,
classify, arrange, etc., to encourage students to
break information down into parts.
5) Synthesis:
applying prior knowledge and skills to combine
elements into a pattern not clearly there before.
Use words and phrases such as: combine,
rearrange, substitute, create, design, invent, what
if, etc., to encourage students to combine elements
into a pattern that's new.
6) Evaluation:
judging or deciding according to some set of
criteria, without real right or wrong answers. Use
words such as: assess, decide, measure, select,
explain, conclude, compare, summarize, etc., to
encourage students to make judgements according
to a set of criteria.
85. Jelaskan bagaimana jenjang hasil belajar ranah
Kognitif original Bloom ?
Jawab:
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar ranah kognitif adalah mencakup kegiatan
mental (otak). Dalam ranah kognitif itu terdapat enam
jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah
sampai jenjang yang tertinggi.yang meliputi 6 tingkatan:
1. Pengetahuan (Knowledge), yang disebut C1
Menekan pada proses mental dalam mengingat dan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah
53
siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah
mereka peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud
berkaitan dengan simbol-simbol matematika, terminologi
dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-
prinsip
Contoh kegiatan belajar: mengemukakan arti,
menamakan, membuat daftar, menentukan lokasi,
mendeskripsikan sesuatu, menceritakan apa yang terjadi,
menguraikan apa yang terjadi
2. Pemahaman (Comprehension), yang disebut C2
Tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang
berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang
sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu
memahami ide-ide matematika bila mereka dapat
menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu
menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala
implikasinya.
Contoh kegiatan belajar: mengungkapkan
gagasan/pendapat dengan kata-kata sendiri, membedakan,
membandingkan, mengintepretasi data, mendiskripsikan
dengan kata-kata sendiri, menjelaskan gagasan pokok,
menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
3. Penerapan (Aplication), yang disebut C3
Kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu
mendemonstrasikan pemahaman mereka berkenaan
dengan sebuah abstraksi matematika melalui
penggunaannya secara tepat ketika mereka diminta untuk
itu.
Contoh kegiatan belajar: menghitung kebutuhan,
melakukan percobaan, membuat peta, membuat model,
merancang strategi
4. Analisis (Analysis), yang disebut C4
Kemampuan untuk memilah sebuah informasi ke dalam
komponen-komponen sedemikan hingga hirarki dan
keterkaitan anta ride dalam informasi tersebut menjadi
tampak dan jelas.
54
Contoh kegiatan belajar: mengidentifikasi faktor
penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan
untuk memperoleh informasi, membuat grafik, mengkaji
ulang
5. Sintesis (Synthesis) , yang disebut C5
Kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen
untuk membentuk sebuah struktur yang unik dan system.
Dalam matematika, sintesis melibatkan pengkombinasian
dan pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip
matematika untuk mengkreasikannya menjadi struktur
matematika yang lain dan berbeda dari yang sebelumnya.
Contoh kegiatan belajar: membuat desain, mengarang
komposisi lagu, menemukan solusi masalah,
memprediksi, merancang model mobil-mobilan, pesawat
sederhana, menciptakan produk baru
6. Evaluasi (Evaluation), yang disebut C6
Kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan nilai
sebuah ide, kreasi, cara, atau metode. Evaluasi dapat
memandu seseorang untuk mendapatkan pengetahuan
baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru dan
cara baru yang unik dalam analisis atau sisntesis.
Contoh kegiatan belajar: mempertahankan pendapat,
beradu argumentasi, memilih solusi yang lebih baik,
menyusun kriteria penilaian, menyarankan perubahan,
menulis laporan, membahas suatu kasus, menyarankan
strategi baru
55
Adapun Indikator penilaian level atau jenjang kognitif
menurut kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
No Jenis Hasil
Belajar
Indikator
Penilaian
Cara
Penilaian
1 Pengetahuan Dapat menyebutkan/
menunjukkan lagi
Pertanyaan/
tugas/tes
2 Pemahaman Dapat menjelaskan/
mendefifisikan
Pertanyaan/
tugas/tes
3 Penerapan Dapat memberi
contoh/ memecahkan
masalah
Tugas/permasalah
an/ tes
4 Analisis Dapat menguraikan/
mengklasifikasikan
Tugas/ analisis/
masalah
5 Sintesis Dapat menyimpulkan
kembali atau
menggeneralisasi
Tugas/
permasalahan
6 Evaluasi Dapat
menginterpretasi/
memberikan
pertimbangan/
penilaian
Tugas/
permasalahan
87. Jelakan bagaimana jenjang hasil belajar Ranah
Kognitif Bloom revisi ?
Jawab:
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Krathwohl,
dkk memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan
kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut dipublikasikan
pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom.
Menurut Anderson dan Krathwohl (2001) dimensi proses
kognitif terdiri atas beberapa tingkat yaitu:
1) Remember (Mengingat)
Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali
pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
86. Jelaskan bagaimana indikator penilaian jenjang
kognitif menurut Kurikulum 2013 ?
Jawab:
56
Kategori Remember terdiri dari proses kognitif
Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling
(mengingat). Untuk menilai Remember, siswa diberi soal
yang berkaitan dengan proses kognitif Recognizing
(mengenal kembali) dan Recalling (mengingat).
2) Understand (Memahami)
Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari
pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya
dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Siswa
mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan
antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan
pengetahuan mereka yang lalu. Kategori Understand
terdiri dari proses kognitif Interpreting
(menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh),
Classifying (mengklasifikasikan), Summarizing
(menyimpulkan), Inferring (menduga), Comparing
(membandingkan), dan Explaining (menjelaskan).
3) Apply (Menerapkan)
Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur
untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan
soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur
apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal.
Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses kognitif
kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan
menerapkan (Implementing).
4) Analyze (Menganalisis)
Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu
kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan
bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu
dengan yang lain atau bagian tersebut dengan
keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan
merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan
melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat
analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi
57
yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan
informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali
serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yang rumit. Kategori Apply terdiri kemampuan
membedakan (Differentiating), mengorganisasi
(Organizing) dan memberi simbol (Attributing)
5) Evaluate (Menilai)
Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan
judgement berdasar pada kriteria dan standar tertentu.
Kriteria sering digunakan adalah menentukan kualitas,
efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar
digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas.
Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama
dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar
kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori
menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing
(mengkritik).
6) Create (Berkreasi)
Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru,
produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian.
Create di sini diartikan sebagai meletakkan beberapa
elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga
terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau
fungsional. Siswa dikatakan mampu create jika dapat
membuat produk baru dengan merombak beberapa
elemen atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang
belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses
create umumnya berhubungan dengan pengalaman
belajar siswa yang sebelumnya.
58
Jawab:
Adapun perubahan jenjang taksonomi Bloom asli ke
taksonomi Bloom revisi adalah sebagai berikut:
Taksonomi Bloom
asli
→ Taksonomi Bloom
Revisi
1. Knowledge
(Pengetahuan) → Remembering
(Mengingat)
2. Comprehension
(Pemahaman) → Understanding
(Memahami)
3. Aplication
(Penerapan) → Applying
(Mengaplikasikan)
4. Analysis
(Analisis) → Analyzing
(Menganalisa)
5. Synthesis
(Sintesis)
Evaluating
(Mengevaluasi)
6. Evaluation
(Evaluasi)
Creating
(Membuat)
3. RANAH AFEKTIF
89. Jelaskan bagaimana jenjang hasil belajar ranah
afektif?
Jawab:
Ranah hasil belajar afektif adalah ranah yang berhubungan
dengan emosi seperti perasaan, nilai, apresiasi, motivasi
dan sikap. Menurut Krathwohl, et.all, 1964) ada lima
jenjang atau kategori dalam ranah afektif sebagai hasil
belajar; yaitu (a) Receiving/attending/menerima/
memperhatikan (b) Responding/menanggapi (c) Valuing/
penilaian (d) Organization/ Organisasi (e)
Characterization by a value or value complex/
karakteristik nilai atau internalisasi nilai
1) .Receiving (Menerima)
Merupakan tingkat afektif yang terendah, meliputi
penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi,
88. Jelaskan bagaimana perubahan jenjang taksonomi
Bloom asli ke jenjang taksonomi Bloom revisi ?
59
gejala, nilai dan keyakinan. Pada tingkat receiving atau
attending, peserta didik memiliki keinginan
memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus,
Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama
seseorang
1) Responding (Menanggapi)
Merupakan bagian afektif yang meliputi keinginan dan
kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu
sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Tingkat
responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu
sebagai bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta
didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia
juga bereaksi.
Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas.
2) Valuing (Penilaian)
Mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus tertentu. Reaksi-reaksi yang dapat muncul seperti
menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Valuing
melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang
menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat
rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya
keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada
tingkat komitmen.
Contoh: mengapresiasi seni, menghargai peran,
menunjukkan keprihatinan, menunjukkan alasan perasaan
jengkel.
3) Organization (Organisasi)
Meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi satu sistem
nilai. Sikap-sikap yang membuat lebih konsisten dapat
menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk
suatu sistem nilai internal. Pada tingkat organization, nilai
satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai
diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal
yang konsisten.
60
Contoh: bertanggung jawab terhadap perilaku, menerima
kelebihan dan kekurangan pribadi, merenungkan makna
ayat kitab suci bagi kehidupan.
4) Characterization (Karakteristik)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya. Misalnya bersedia mengubah
pendapat jika ditunjukkan bukti-bukti yang tidak
mendukung pendapatnya. Characterization nilai
merupakan tingkat ranah afektif tertinggi. Pada tingkat ini
peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan
perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya
hidup.
Contoh: menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja
sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok
90. Bagaimana contoh kata kerja kategori afektif
menurut Krathwohl ? Jawab:
Kategori Afektif Menurut Bloom & Krathwohl beserta
contoh kata lerja operasionalnya adalah sebagai berikut:
No Kategori
Afektif
Kata Kerja Operasional
1 Penerimaan
terhadap
fenomena
bertanya, memilih,
mengidentifikasi,
menentukan, menunjukkan
2 Tanggapan
terhadap
fenomena
menjawab, membantu,
memenuhi, mendiskusikan,
membantu, menunjukkan,
berlatih, mempresentasikan
3 Penilaian
membedakan, menjelaskan,
memulai, membenarkan,
mengusulkan, berbagi
4 Organisasi
mengatur,
mengkombinasikan,
membandingkan,
menggeneralisasikan,
menggabungkan,
61
memodifikasi,
mengorganisasi, menyusun
5 Internalisasi
nilai-nilai
(karakterisasi)
menampilkan kepercayaan
diri, menjaga, bekerjasama
91. Apa saja jenis karakteristik afektif yang penting ?
Jawab:
Terdapat 5 (lima) jenis karakteristik afektif yang penting,
yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
92. Apa yang dimaksud dengan Sikap ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan sikap adalah suatu predisposisi
yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif
terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang (Fishbein
& Ajzen dalam Mardapi 2008). Sikap adalah afeksi untuk
atau melawan, penilaian tentang, suka atau tidak suka,
tanggapan positif/negatif terhadap suatu objek psikologis
(Thurstone dalam Mueller, 1986). Sikap adalah
kecenderungan untuk bertindak ke arah atau melawan
suatu faktor lingkungan (Bogardus dalam Mueller, 1986).
Jadi sikap adalah suatu kencendrungan untuk bertindak
secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek.
93. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi sikap ?
Jawab:
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:
a. Pengalaman pribadi
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
c. Pengaruh kebudayaan
d. Media massa
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
f. Faktor emosional (Azwar, 2011)
62
Yang dimaksud dengan minat adalah suatu disposisi yang
terorganisir melalui pengalaman yang mendorong
seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau
pencapaian (Getzel, 1966). Minat adalah keingintahuan
seseorang terhadap keadaan suatu objek yang terorganisasi
melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
memperoleh objek, pemahaman, dan keterampilan untuk
tujuan perhatian atau pencapaian (Sunarti & Rahmawati,
2013)
95. Apa yang dimaksud dengan konsep diri ?
Jawab:
Yang dimaksud denan konsep diri adalah kepercayaan
individu tantang dirinya termasuk atribut personal tentang
siapa dan dirinya (Baumeister, 1999). Konsep diri
merupakan evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya.
96. Apa yang dimaksud dengan Nilai ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan nilai adalah suatu keyakinan
tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap
baik dan yang dianggap buruk (Rokeach, 1968).
97. Apa yang dimaksud dengan Moral ?
Jawab:
Moral adalah berkaitan dengan perasaan salah atau benar
terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap
tindakan yang dilakukan diri sendiri (Basuki &
Hariyanto,2914). Moral berkaitan dengan prinsip, nilai,
dan keyakinan seseorang.
94. Apa yang dimaksud dengan Minat ?
Jawab:
63
Untuk menilai ranah afektif dapat dilakukan dengan
menggunakan skala, yaitu alat untuk mengukur nilai,
sikap, minat dan perhatian dan lain-lain yang disusun
dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan
hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan
kriteria yang ditentukan (Sudjana, 2004)
99. Bagaimana langkah-langkah dalam pengukuran
ranah afektif ?
Jawab:
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam
pengukuran ranah afektif adalah (1) penentuan komponen
afeksi apa yang akan diiventori, misalnya apakah unsur
sikap, minat, motivasi, watak perilaku, perasaan, atau yang
lain, (2) penentuan cara inventori data afektif yang akan
dipilih, misalnya apakah lewat pengamatan, wawancara,
atau pemberian angket, dan misalnya kita memilih cara
pemberian angket, (3) pembuatan kisi-kisi pengujian dan
indikator (pertanyaan) tiap komponen afektif. (4)
pembuatan daftar pertanyaan angket yang sesuai dengan
kisi-kisi. Selain itu, juga ditentukan rentangan skala
penilaian (skala Likert), misalnya 1-5, 5 (sangat tinggi)
dan 1 (sangat rendah), (5) pelaksanaan pengisian angket
oleh peserta didik dan diikuti penskoran. Misalnya, jika
ada 10 buah pertanyaan, skor tertinggi 50 dan terendah 10,
dan (6) pembuatan pedoman posisi afektif siswa,
misalnya; 41-ke atas; tinggi, 26-40; sedang, 10-25; rendah
(Nurgiyantoro, 2010)
4. RANAH PSIKOMOTOR
Bloom tidak sempat merumuskan kategori/tingkatan
untuk ranah psikomotorik. Yang mengembangkan
kategori psikomotorik, adalah ahli psikologi lainnya,
yakni Dave (1967), Simpson (1972), dan Harrow (1972).
98. Bagaimana cara menilai ranah Afektif ?
Jawab:
64
Jawab:
Dave (1967) mengemukakan bahwa hasil belajar ranah
psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu:
imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatankegiatan
sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau
diperhatikan sebelumnya. Manipulasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum
pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau
petunjuk saja, Presisi adalah kemampuan melakukan
kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu
menghasilkan produk kerja yang tepat.
Artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang
komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan
sesuatu yang utuh.
Naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan
secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja
sehingga efektivitas kerja tinggi
101. Jelaskan bagaimana jenjang hasil belajar ranah
psikomotor menurut Simpson?
Jawab:
Menurut Simpson (1972) hasil belajar ranah psikomotor
:terdiri atasPersepsi (Perception), Kesiapan/Set, Respon
terpimpin (Guided respons), Mekanisme (Mechanism),
Complex Overt Respons, dan Originasi (Origination)
Persepsi (Perception)
Persepsi (Perception), adalah berhubungan dengan
penggunaan indera untuk mengarahkan kegiatan motorik.
Mulai dari kesadaran ada stimulus sampai kepada memilih
tugas yang relevan untuk menterjemahkannya ke dalam
suatu kegiatan (performance) tertentu. Contoh:
menurunkan suhu AC saat merasa suhu ruangan panas
100. Bagaimana jenjang hasil belajar ranah psikomotor
menurut Dave?
65
Kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental,
fisik, dan emosi, dalam menghadapi sesuatu. Contoh:
melakukan pekerjaan sesuai urutan, menerima kelebihan
dan kekurangan seseorang
Respon terpimpin (Guided respons)
Respon terpimpin (Guided respons), adalah langkah
permulaan dalam mempelajari keterampilan yang
kompleks, meliputi: menirukan, trial and error. Ketetapan
dari performance ditentukan oleh instruktur atau oleh
kriteria yang sesuai. Contoh: Mengikuti arahan dari
instruktur.
Mekanisme (Mechanism)
Mekanisme (Mechanism), merupakan performance yang
menunjukkan bahwa respons yang dipelajari telah
menjadi kebiasaan dan gerakangerakan dapat dilakukan
dengan penuh kepercayaan dan kemahiran. Ini merupakan
performance dari bermacam-macam keterampilan.
Contoh: menggunakan computer.
Complex Overt Respons
Complex Overt Respons, yaitu performance yang sangat
terampil dan gerakan motorik yang memerlukan pula
gerakan kompleks. Kemahiranya ditunjukkan dengan
cepat, lancar, dan tepat dengan energi minimum, tanpa
ragu-ragu dan otomatis (dilakukan dengan mudah dan
terkontrol baik). Contoh: Keahlian bermain piano
Originasi (Origination)
Originasi (Origination), yaitu penciptaan pola-pola
gerakan yang baru untuk menyesuaikan dengan
situasi/masalah yang khusus. Hasil belajarnya ditekankan
pada kreativitas yang didasarkan pada keterampilan
tingkat tinggi.
Kesiapan/Set,
66
Jawab:
Harrow (1972) mengemukakan bahwa ranah hasil belajar
psikomotot terdiri atas: Gerakan reflex, Gerakan-gerakan
fundamental, Kemampuan perceptual, Kemampuan fisis,
Gerakan keterampilan, dan Komunikasi tanpa kata-kata
Gerakan refleks, yaitu gerakan yang dilakukan tanpa
disadari yang tertuju kepada suatu rangsang tertentu,
(mengedipkan mata, menggeliat, menguap, ,
membegkokkan badan, dan meyesuaikan sikap badan).
Gerakan-gerakan fundamental. Merupakan pola-pola
gerakan yang terbentuk dari gabungan gerakan-gerakan
refleks dan menjadi dasar gerakan keterampilan yang
kompleks (berjalan, lari, melompat, meluncur,
membungkuk, melengkung, berputar, memegang,
menggerakan jari, dsb)
Kemampuan perseptual. Kemampuan menafsirkan
rangsangan dari berbagai cara untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya (‘mendengarkan’ mengikuti
perintah verbal, ‘gerakan terkoordinasi’, loncat tali,
menangkap, kinestetik discrimination, visual, auditory,
dan tactile discrimination).
Kemampuan fisis. Karakteristik organik yang esensial
untuk mengembangkan gerakan keterampilan tinggi,
termasuk ketahanan, kekuatan, fleksibilitas, dan
ketangkasan (lari jarak jauh, berenang, angkat berat, gulat,
ballet, membengkokkan/melengkungkan punggung,
menyentuh jari kaki, mengetik).
Gerakan keterampilan. Adanya tingkatan efisiensi pada
saat melakukan tugas-tugas gerakan kompleks secara utuh,
meliputi semua gerakan keterampilan yang terbentuk atas
pola-pola gerakan locomotor dan manipulatif, termasuk
keterampilan adaptif sederhana, adaptif majemuk, dan
adaptif kompleks
Komunikasi tanpa kata-kata. Komunikasi yang
dilakukan dengan cara gerakan-gerakan tubuh sampai
dengan koreografis yang canggih (sikap badan, gerak
tangan, ekspresi raut muka, gerakan dansa, gerakan tari)
102. Jelaskan bagaimana jenjang hasil belajar ranah
psikomotor menurut Harrow?
67
Adapun bentuk tes untuk ranah psikomotor dapat berupa
tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes
unjuk kerja (Lunerta dalam Jihad & Haris, 2008).
1. Tes paper and pencil : meskipun berupa tes tulis,
namun sasarannya adalah kemampuan siswa dalam
menampilkan karya, se[erti desain alat, desain grafis,
atau lainnya
2. Tes identifikasi; tes ini dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi sesuatu
hal, misalnya menemukan bagian yang rusak dari
suatu alat, dan sebagainya
3. Tes simulasi: tes ini dilakukan jika tidak ada alat
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk
memperagakan penampilan siswa, sehingga melalui
simulasi dapat dinilai apakah siswa sudah menguasai
keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan ini
4. Tes unjuk kerja: tes ini dilakukan dengan alat yang
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui
apakah siswa sudah menguasai/terampil
menggunakan alat tersebu
Untuk mendapat data melalui tes tersebut dapat
digunakan daftar cek (check list) atau skala
penilaian/kiraan (rating scale).
104. Bagaimana langkah mengembangkan tes
psikomotor?
Jawab:
Adapun langkah mengembangkan tes psikomotor yaitu :
(1) Menyusun soal dengan mencermati kisi-kisi instrumen
psikomotor yang telah dibuat, menjabarkan indikator
dengan memperhatikan materi pokok dan pengalaman
belajar. (2) Menyusun Lembar Observasi dan Lembar
Penilaian yang mengacu pada soal
103. Jelaskan bagaimana bentuk tes untuk psikomotor ?
Jawab:
68
105. Bagaimana contoh alat ukur yang digunakan untuk
mengukur keterampilan ?
Jawab:
Misalnya ingin diukur keterampilan siswa menggunakan
termometer badan, maka bentuk alat ukurnya adalah
Lingkari angka 5 jika sangat tepat, angka 4 jika tepat,
angka 3 jika agak tepat, angka 2 jika tidak teopat dan
angka 1 jika santa tidak tepat
5 4 3 2 1 Cara mengeluarkan termometer
dari tempatnya
5 4 3 2 1 Cara menurunkan posisi air raksa
serendah-rendahnya
5 4 3 2 1 Cara memasang termometer pada
tubuh orang yang diukur suhunya
5 4 3 2 1
Lama waktu pemasangan
termometer pada orang yang
diukur suhunya
5 4 3 2 1 Cara mengambil termometer dari
tubuh orang yang diukur suhunya
5 4 3 2 1 Cara membaca tinggi air raksa
dalam pipa kapiler termometer
69
BAB 3. ALAT UKUR TES
1. PENDAHULUAN
105. Bagaimana klasifikasi alat ukur pendidikan?
Jawab:
Alat ukur pendidikan dapat diklasifikasikan antara lain
sebagai berikut: (a) isian inventori (biasanya berbentuk
isian atau kuesioner), (b) tes (tes hasil belajar, tes kinerja,
tes inteligensi, tes bakat, tes kepribadian), (c) kuesioner
berisikan sejumlah butir yang ditanyakan kepada
responden), (d) wawancara (interviu atau wawancara
dilakukan oleh pewawancara kepada responden), (e)
observasi (pengamatan), (f) daftar cocok (chek list), (g)
skala (alat ukur kiraan atau rating), (h) studi kasus, (i)
riwayat hidup, (j) sosiometri, dan (k) asesmen portofolio
(Koyan, 2012)
106. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tes, testing,
testee dan tester ?
Jawab:
Secara harfiah kata “test” berasal dari kata bahasa dari
bahasa latin “testum’ yaitu alat untuk mengukur tanah
(Fresch and Wheaton: 2002). Dalam bahasa Prancis kuno,
kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk
membedakan emas dan perak dari logam-logam yang lain.
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan tes yang
berarti ujian atau percobaan
Dari segi istilah:
1) A test Ia a systematic prosedure for observing a
person’s behavior and describing it with the aid of
numerical scale or catogory system (Tes adalah suatu
prosedur sistematik untuk mengamati tingkah laku
seseorang dan mendeskripsikannya dengan
menggunakan skala numerik atau sistem kategori
(Cronbach, 1970).
70
2) Tes adalah suatu proses baku untuk memperoleh
sampel tingkah laku dari suatu ranah tertentu
(Crocker dan Algina, 1986).
3) Tes adalah suatu prosedur dimana suatu sampel
perilaku induvidu diperoleh, dievaluasi, dan diskor
dengan menggunakan prosedur standar (Reynold,
et.all, 2009).
4) Tes didefinisikan sebagai suatu instrumen prosedur
sistematis untuk mengamati dan menggambarkan
satu atau lebih karakteristik siswa yang
menggunakan skala numerik atau skema klasifikasi
(Nitko & Brookhart, 2007).
5) Tes adalah prosedur yang sistematik guna mengukur
sampel perilaku seseorang. Sistematik juga memiliki
pengertian obyektif, standart dan syarat-syarat
kualitas lainnya ( Brown, 1976).
Jadi tes adalah:
1) Suatu instrumen atau prosedur yang sistematis
untuk mengukur tingkah laku, yang dirancang
dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu
dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang
memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
2) Seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau
sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh
peserta didik untuk mengukur tingkat
pemahaman dan penguasaannya terhadap
cakupan materi yang dipersyaratkan dan
sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.
Testing adalah saat pada waktu tes itu sedang
dilaksanakan atau berlangsung atau saat
pengambilan tes
Testee adalah responden yang sedang mengerjakan
tes. Jadi orang-orang inilah yang sedang dinilai,
diukur baik kemampuan, minat, pencapaian prestasi.
Tester adalah orang yang diserahi untuk
melaksanakan pengambilan tes terhadap para
responden atau testee.
71
107. Apa fungsi tes dalam pendidikan ?
Jawab:
Fungsi tes dalam pendidikan adalah:
b) Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa.
c) Sebagai motivator dalam pembelajaran.
d) Sebagai upaya perbaikan kualitas pembelajaran.
e) Sebagai penentu berhasil atau tidaknya siswa
sebagaisyarat untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi (Djaali dan Muljono,
2008)
108. Apa kegunaan tes itu ?
Jawab:
Kegunaan dari tes adalah:
a) Memperoleh umpan balik terhadap hasil
pembelajaran
b) Memperbaiki kurikulum dan program pendidikan
c) Meningkatkan motivasi siswa
d) Melaksasnakan diagnoosis dan remedial
e) Melakukan penempatan
f) Melakukan seleksi
g) Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan
109. Bagaimana cakupan tujuan tes?
Jawab:
Adapun cakupan tujuan tes adalah (1) atribut psikologis
yang hendak diukur, (2) populasi subjek yang akan
dikenai tes, dan (3) jenis skor dalam arti cara skor hasil
tes akan digunakan (Friendenberg dalamSupratiknya,
2014)
110. Bagaimana kriteria tes yang baik ?
Jawab:
Suatu tes dapat dikatakan baik bilamana tes tersebut
memiliki kriteria sebagai alat ukur yang baik.
Kriterianya antara lain :
72
a) Memiliki Validitas (kesahihan) yang cukup tinggi
Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut mengukur
tujuan atau salah satu aspek tujuan yang peneliti
ukur. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang
validitas, dapat dibaca pada bahagian Bab 6
b) Memiliki Reliabilitas (keajegan / kestabilan) yang
baik Tes dikatakan reliabel jika mengukur secara
konsisten. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang
reliabilitas, dapat dibaca pada Bab 7
c) Memiliki Nilai Objektivitas
Objektivitas suatu tes ditentukan oleh tingkat atau
kualitas kesamaan skor-skor yang diperoleh dengan
tes tersebut meskipun hasil tes itu dinilai oleh
beberapa orang penilai.
d) Memiliki nilai Kepraktisan
Suatu tes dikatakan mempunyai kepraktisan yang
baik jika kemungkinan untuk menggunakan tes itu
besar
111. Bagaimana tingkatan kualitas objektivitas tes itu ?
Jawab:
Adapun tingkatan kualitas objektivitas suatu tes dapat
dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1) Tinggi, yaitu jika hasil-hasil tes itu menunjukkan
tingkat kesamaan yang tinggi.
2) Sedang, yaitu seperti tes yang sudah distandarisasi,
tetapi pandangan subjektif skor masih mungkin
muncul dalam penilaian dan interpretasinya.
3) Fleksibel, yaitu seperti beberapa jenis tes yang
digunakan oleh LBP (lembaga Bimbingan dan
Penyuluhan) untuk keperluan konseling (Thoha,
2001)
112. Apa yang dimaksud dengan model tes klasik?
Jawab:
Model tes klasik adalah sebuah model linear sederhana
yang mempostulatkan bahwa skor tampak (X) yang
dicapai oleh seorang peserta tes dapat diuraikan kedalam
73
dua variabel yang tak teramati, yaitu skor murni (T)
dan skor kesalahan (E), sehingga diperoleh rumus:
X = T + E
Dalam pelaksanaan tes, kita hanya memiliki informasi
tentang skor tampak (X) saja dari peserta tes, sedang dua
macam skor lainnya tidak diketahui karena bersifat
laten.
113. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan tes ?
Jawab:
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tes
adalah: (1) pengambilan sampel dan pemilihan butir
soal, (2) tipe tes yang akan digunakan, (3) aspek yang
akan diuji, (4) format butir soal, (5) jumlah butir soal,
dan (6) distribusi tingkat kesukaran butir soal (Asmawi
Z. dan Noehi Nasution, 2005)
114. Bagaimana kriteria mengukur praktis tidaknya
suatu tes ?
Jawab:
Adapun kriteria untuk mengukur praktis tidaknya suatu
tes dapat dilihat dari :
1) Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes
itu.
2) Waktu yang diperlukan untuk menyusun tes itu.
3) Sukar- mudahnya menyusun tes itu.
4) Sukar-mudahnya menilai tes itu.
5) Sulit-tidaknya menginterpretasikan (mengolah)
hasil tes itu.
6) Lamanya waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan tes itu (Thoha, 2001)
74
115. Agar suatu tes hasil belajar dapat dikategorikan
baik, apa yang perlu diperhatikan oleh
guru/penulis soal tes ?
Jawab:
Agar soal tes yang ditulis guru dapat diktegorikan baik,
maka perlu diperhatikan adalah: kejujuran,
keseimbangan dan kejelasan tes.
1) Kejujuran
a. Bahan tes atau tugas sama dengan bahan yang diajarkan
(validitas bahan);
b. Bahan tes atau tugas sama dengan tujuan
pembelajaran/kopetensi;
c. Tingkat kesulitan test atau tugas sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta test;
d. Tidak ada test atau tugas yang mencurangi atau menipu;
e. Bobot test atau tugas ditetapkan atau dinyatakan.
2) Keseimbangan
a. Bobot atau banyaknya test atau tugas berbanding
dengan waktu yang digunakan untuk mengajar;
b. Jumlah test atau tugas sesuai dengan waktu yang
tersedia untuk penyelesaian;
c. Kesulitan test atau tugas berurutan dari yang mudah
hingga yang sulit;
d. Urutan tingkat kognisi dan afeksi test atau tugas
berurutan dari yang rendah sampai yang tinggi;
e. Tipe tes atau tugas bervariasi.
3) Kejelasan
a. Perintah dan instruksi tes atau tugas jelas;
b. Urutan tes atau tugas sama dengan urutan bahan ajar;
c. Lay-out tes atau tugas jelas;
d. Jarak spasi dan margin tes atau tugas jelas;
e. Tampilan tes atau tugas profesional.
75
2. KLASIFIKASI TES
116. Jelaskan bagaimana klasifikasi tes ?
Jawab:
1. Berdasarkan cakupan sasaran yang diukur
Tes diklasifikasikan atas dua kelompok besar yaitu tes
yang kinerja maksimum dan tes yang mengukur kinerja
tipikal (Fernandes, 1984)
a. Tes Kinerja Maksimum (Maximum
Perfoormance Test) adalah jenis tes yang
dirancang untuk mengungkap apa yang mampu
dilakukan oleh seseorang dan seberapa baik ia
mampu melakukannya (Azwar, 2010). Peserta tes
selalu didorong untuk berusaha sebaik-baiknya
agar memperoleh skor setinggi mungkin. Contoh
tes jenis ini yaitu: tes intelegensi, tes bakat, tes
prestasi belajar, dan sebagainya
b. Tes Kinerja Tipikal (Typical Performance Test)
adalah jenis tes yang dirancang untuk mengungkap
kecenderungan reaksi atau perilaku individu ketika
berada dalam situasi-situasi tertentu (Azwar, 2010).
Peserta tes didorong untuk memberi jawaban
sejujur-jujurnya. Contoh tes jenis ini misalnya: tes
minat, tes sikap, skala kepribadian, dan sebagainya.
2) Berdasarkan Tujuan Penyelenggaraannya,
Tes dibedakan atas :
a. Tes Seleksi (Selection Test) adalah tes yang
digunakan untuk memilih atau menyeleksi siswa
yang terbaik dari semua peserta tes, materinya
berupa materi prasyarat untuk mengikuti program
pendidikan yang akan diikuti oleh calon siswa.
b. Tes Penempatan (Placement Test) adalah tes untuk
mengukur kemampuan dasar yang dimiliki oleh
anak didik; kemampuan tersebut dapat dipakai
untuk meramalkan kemampuan peserta didik pada
masa mendatang, sehingga kepadanya dapat
76
dibimbing, diarahkan atau ditempatkan pada jurusan
yang sesuai dengan kemampuan dasarnya.
c. Tes Hasil Belajar (Achievement Test) adalah tes
yang diujikan setelah peserta didik memperoleh
sejumlah materi sebelumnya dan pengujian
dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta
didik atas materi tersebut.
d. Tes Kemampuan (Proficiency Test) adalah tes
yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap tingkat kemampuan atau ketrampilan
seseorang tanpa mengaitkannya dengan suatu
program pembelajaran tertentu
3) Berdasarkan fungsi dalam pembelajaran,
Tes dibedakan atas
a. Tes Formatif (Formative Test) adalah tes yang
dilakukan pada saat proses belajar mengajar
sedang berlangsung, digunakan untuk mencari
umpan balik guna memperbaiki proses belajar
mengajar bagi guru dan murid.
c. Tes Sumatif (Summative Test) adalah tes yang
dilaksanakan pada akhir program pembelajarn
atau semester digunakan untuk mengukur atau
menilai sampai dimana pencapaian peserta didik
terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan,
dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan
tingkat atau kelulusan peserta didik yang
bersangkutan.
d. Tes diagnostik (Diagnostic Test) adalah tes yang
dilaksanakan untuk menentukan secara tepat,
jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta
didik dalam suatu mata pelajaran tertentu
77
4) Berdasarkan pelaksanaannya
Tes dibedakan atas:
a. Tes awal (Pre-Test)
Tes awal merupakan tes yang dilaksanakan sebelum
bahan pelajaran diberikan kepada siswa dengan
tujuan unyk mengetahui sejauh manakah materi atau
bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat
dikuasai oleh siswa.
b. Tes akhir (Post-Test)
Tes akhir merupakan tes yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah semua materi
pelajaran yang tergolong penting sudah dikuasi
dengan sebaik-baiknya oleh siswa. Pada dasarnya
materi pre-test sama dengan materi post-test.
5) Berdasarkan cara menafsir skor,
Tes dibedakan atas:
a. Tes Acuan Norma
Tes Acuan Norma adalah skor seorang siswa
peserta tes ditafsirkan dengan cara
membandingkannya dengan skor-skor yang
diperoleh semua peserta yang lain yang telah
mengerjakan tes yang sama
b. Tes Acuan Kriteria
Tes Acuan Kriteria adalah penafsiran skor tes
yang mengacu kepada suatu criteria, yaitu
tingkat kemampuan minimum yang telah
ditetapkan sebelumnya.
1) Berdasarkan Cara Penyusunan,
Tes dibedakan atas:
e. Tes Terstandar (Standartzed Test) adalah tes
yang telah mengalami proses standarisasi, yakni
proses validasi dan keandalan sehingga tes
tersebut benar - benar valid dan andal untuk suatu
tujuan dan bagi suatu kelompok tertentu.
78
f. Tes Tak Terstandar (Unstandarized Test)
adalah tes yang dibuat oleh pengajar atau guru
yang belum memiliki keahlian profesional dalam
penyusunan tes, atau mereka yang memiliki
keahlian tetapi tidak sempat menyusun tes secara
baik, mengujicobakan melakukan analisis
sehingga validitas dan reliabilitasnya belum dapat
dipertanggungjawabkan
2) Berdasarlan cara mengerjakan
Tes dibedakan atas:
a. Tes Tertulis (Written Test) adalah tes yang terdiri
dari serangkaian soal, pertanyaan (item) atau
tugas secara tertulis dan jawaban yang diberikan
juga secara tertulis
b. Tes Lisan (Oral Test) adalah tes dimana tester
dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau
soalnya dilakukan secara tidak tertulis (lisan) dan
testee memberikan jawabannya juga tidak tertulis.
c. Tes Tidakan (Performance Test) adalah suatu
bentuk tes yang peserta didiknya diminta untuk
melakukan kegiatan khusus dibawah pengawasan
penguji yang akan mengobservasi penampilannya
dan membuat keputusan tentang jaudah hasil
belajar (Stiggins (1994)
117. Apa yang dimaksud dengan tes prestasi belajar?
Jawab:
Tes prestasi belajar adalah suatu bentuk tes untuk
mendapatkan data, yang merupakan informasi untuk
melihat seberapa banyak pengetahuan yang telah
dimiliki dan dikuasai oleh seseorang sebagai akibat dari
pendidikan dan pelatihan (Anastasi dan Urbina, 1997).
Tes prestasi adalah tes yang mengukur tingkat mana
seseorang telah mencapai sesuatu dengan mempelajari
informasi tertentu atau menguasai kemampuan tertentu
79
biasanya sebagai akibat dari petunjuk / perintah khusus
(Thoha, 2001).
118. Bagaimana prinsip-prinsip dasar tes hasil belajat?
Jawab:
Adapun prinsip-prinsip dasar tes hasil belajar yaitu:
1. Mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara
jelas sesuai dengan tujuan instruksional.
2. Mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil
belajar dan dari materi yang dicakup oleh tujuan
instruksional.
3. Harus berisi item-item/tugas dengan tipe yang paling
cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan.
4. Dirancang agar sesuai dengan tujuan penggunaan
hasilnya. (Gronlund, 1982).
119. Apa perbedaan antara tes terstandar dan tes tak
terstandar ?
Jawab:
Adapun perbedaan antara ter terstandar dengan tes tak
terstandar (tes buatan guru adalah sebagai berikut
(Sax, 1980).
Karakteristik Tes Terstandar Tes Tak Terstandar
1) Spesifikasi
tujuan
Tujuan tes
berlaku umum
untuk siswa
lintas kelas atau
sekolah
Tujuan tes spesifik
untuk keperluan
penilaian siswa
suatu kelas
2) Isi
Butir-butir soal
tetap dan tidak
dapat
dimodifikasi,
dan hany
mencakup suatu
muatan tertentu
dari kurikulum
Isi dapat diambil
dari dari berbagai
muatan kurikulum.
Butir-butir tes dapat
ditambah, dikurangi
dan dimodifikasi
sesuai
pertimbangan guru
3) Aturan
pengelolaan
dan penskoran
Aturan
bergantung
kepada pihak
yang membuat
Aturan bergantung
kepada guru.
Mereka dapat
melakukan tes
80
Karakteristik Tes Terstandar Tes Tak Terstandar
tes (publisher),
mereka
menyajikan
aturan dan
petunjuk dalam
sebuah manual
secara seragam
untuk seluruh
siswa, tetapi dapat
juga diadaptasi
sesuai dengan
kondisi siswa
4) Norma
Norma
dikembangkan
oleh pembuat
tes (publisher)
untuk seluruh
guru untuk
membandingkan
kinerja suatu
kelas
berdasarkan usia
dan tingkatan
siswa
Tidak ada norma
yang menjadi
acuan, tetapi norma
itu dapat
dikembangkan
sendiri oleh guru
5) Penilaian tes
Data yang
berupa kualitas
dari suatu hasil
tes dikeluarkan
oleh pembuat
tes (publisher)
Kualitas dari tes
dapat dinilai sendiri
oleh guru
120. Bagaimana hubungan antara butir tes dengan tes hasil
belajar ?
Jawab:
Adapun hubungan antara butir dengan tes hasil belajar
adalah sebagai suatu totalitas, artinya semakin banyak
butir-butir tes yang dapat dijawab dengan betul oleh siswa,
maka skor-skor hasil tes tersebut akan semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin sedikit butir-butir tes yang dapat
dijawab dengan betul oleh siswa, maka skor-skor total
hasil tes itu akan semakin rendah.
81
121. Apa saja kelebihan tes tertulis ?
Jawab:
Kelebihan tes tertulis antara lain:
a) Kemampuan memilih kata-kata, kekayaan
informasi, kemampuan berbahasa, kemampuan
memilih ataupun memadukan ide-ide, dan proses
berpikir peserta tes dapat dilihat dengan nyata.
b) Kemampuan-kemampuan seperti disebutkan pada
butir a di atas dapat dibandingkan antara yang satu
dengan yang lain
c) Dalam waktu yang relatif terbatas dapat
dilaksanakan tes yang terdiri atas sejumlah besar
peserta tes sehingga ekonomis.
d) Memungkinkan dikoreksi oleh lebih dari seorang
korektor (jika bentuk tesnya esai) sehingga lebih
objektif.
122. Apa saja keterbatasan tes tertulis ?
Jawab:
Keterbatsan tes tertulis antara lain, yaitu:
a) Khusus untuk tes bentuk esai, tes tertulis itu menurut
peserta tes merupakan tugas yang terlalu berat.
b) Dalam hal tes bentuk esai khususnya, maka
ketunabahasaan akan merugikan peserta tes yang
bersangkutan apabila masalah bahasa
diperhitungkan di dalam memberi nilai.
c) Yang bersifat masal itu biasanya kurang baik
dibandingkan dengan yang individual.
d) Peserta tes cenderung menuliskan jawabannya
panjang-panjang, sehingga jawaban tersebut malah
menyimpang dari persoalannya, hal ini tak dapat
dikontrol oleh dosen/guru. Di samping itu karena
asyiknya terpaku pada salah satu butir, akhirnya
peserta tes lupa waktu sehingga pada waktu tes
habis peserta tes yang bersangkutan belum beranjak
ke butir tes yang lain
82
123. Apa yang dimaksud tes lisan?
Jawab:
Tes lisan adalah tes yang berupa pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan guru secara ucap (oral) sehingga siswa
merespons pertanyaann tersebut secara ucap (kata, frase,
kalimat maupun paragraf) juga.
124. Apa saja kelebihan tes lisan ?
Jawab:
Adapun kelebihan tes lisan antara lain:
a) Dapat dilaksanakan secara individual sehingga lebih
cermat sehingga penguji dapat mengetahui persis di
mana posisi hasil belajar peserta didik yang
bersangkutan.
b) Kemampuan-kemampuan seperti yang ada pada tes
tertulis dapat dipantau secara langsung oleh
dosen/guru yang mengujinya.
c) Dengan tes lisan memungkinkan terjadinya
komunikasi dua arah dan dialog aktif. Ini
mendorong peserta didik menyiapkan diri sebaik-
baiknya.
d) Peserta didik (mahasiswa/siswa) dapat
mengemukakan argumentasi-argumentasinya
secara lebih bebas sehingga dosen/guru yang
menguji mengetahui persis jalan pikiran peserta tes
125. Apa saja kelemahan tes lisan
Jawab:
Kelemahan tes lisan antara lain:
a) Tidak ekonomis.
b) Jika yang melaksanakannya hanya seorang, jadi satu
lawan satu maka dapat terjadi subyektivitas yang
sukar dikontrol.
c) Memungkinkan dosen/guru “main hakim sendiri”;
bahkan dendam pribadi dapat dilampiaskan di situ.
d) Bagi peserta tes yang “gagap” atau “grogi”
dirugikan oleh sistem ujian lisan ini
126. Apa kelebihan tes tindakan ?
83
Jawab:
Kelebihan tes tindakan antara lain:
a) Terjadinya pengecekan terhadap terbentuk atau
tidaknya ketrampilan yang dirumuskan di dalam
tujuan pembelajaran
b) Membuat pergantian suasana sehingga kejenuhan
dapat dikurangi atau dihilangkan.
127. Apa kelemahan tes tindakan ?
Jawab:
Kelematan tes tindakan antara lain:
a) Tidak semua bahan dapat dapat diujipraktekkan.
b) Mahal dan dosen/guru dituntut lebih mampu dari
mahasiswa /siswanya yang hal ini mungkin tidak
dapat dipenuhi, terutama dalam bidang olah raga.
c) Jika prakteknya tidak dalam keadaan yang
sesungguhnya maka mahasiswa/siswa cenderung
main-main, atau kalau mereka juga sungguh-
sungguh maka kurang manfaatnya karena dalam
praktek di dalam kehidupan sehari-hari tidak sama
dengan situasi praktek “tiruan”. Dalam praktek
tiruan ini mahasiswa/siswa umumnya justru kikuk,
jadi tidak berlangsung wajar
128. Bagaimana contoh tes standar ?
Jawab:
Beberapa jenis tes standar yaitu tes inetelegensi, tes
bakat, tes prestasi akademik, tes minat dan sikap serta
tes kepribadian (Sax, 1980)
a. Tes Intelegensi (Intelligence Test): Tes intelegensi
adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkapkan atau memprediksi kecerdasan
seseorang.
b. Tes Bakat (Aptitude Test) :Tes bakat adalah
pengukuran kognitif yang dirancang untuk
memprediksikan sejauh mana individu akan
mencapai kesuksesan sebelum mereke dilatih,
84
dipilih dan di ditempatkan. Tes bakat yang
digunakan untuk memprediksi kesuksesan dalam
suatu program khusus disebut tes bakat khusus
c. Tes Prestasi Akademik (Achievment Test): Tes
yang mengukur kemampuan saat itu Tes prestasi
akademik disajikan memuat ukuran prestasi dalam
persentil, usia, tingkat, dan skor standar. Tes prestasi
akademik standar dapat digunakan untuk keperluan:
Seleksi dan penempatan , Diagnosis , Feedback, dan
Evaluasi program
b. Tes sikap (Attitude Test): Tes sikap merupakan tes
yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap predisposisi atau kecenderungan
seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu
terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-
individu maupun objek-objek tertentu
c. Tes kepribadian (Personality Test): Tes
kepribadian merupakan tes yang dilaksanakan
dengan tujuan mengungkapkan dengan ciri-ciri khas
dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat
lahiriyah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada
suara, hobi, bentuk tubuh, cara bergaul, cara
mengatasi masalah, kesenangan, dan lain
sebagainya.
3. BENTUK TES 129. Ada berapa macam bentuk tes ?
Jawab:
Secara umum bentuk tes hasil belajar dapat dibedakan
atas a).Tes Subjektif dan b).Tes objektif (Gronlund,
1982).
a. Tes Subjektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya
banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif
b. Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya
dapat dilakukan secara objektif
85
Jawab:
Tes subjektif adalah tes apabila penskoran hasil tes
peserta didik tidak mungkin dilakukan secara objektif
dan hanya dapat dilakukan secara subjektif
(Djiwandono, 2008). Butir-butir tes subjektif biasanya
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan terbuka seperti:
apa, bagaimana, mengapa, siapa, kapan dan sebagainya.
Contoh tes subjektif yaitu tes Esei atau uraian, yang
penskorannya hanya dapat dilakukan scara subjektif
131. Apa yang dimaksud dengan tes esai ?
Jawab:
Tes esai adalah sebuah tes yang memerlukan jawaban
yang disusun oleh peserta tes, biasanya dalam bentuk
satu kalimat atau lebih, bersifat yang bukan respon
tunggal atau pola respon dapat terdaftar sebagai benar,
dan akurat serta kualitas yang dapat dinilai
subjektifhanya hanya oleh orang trampil atau informan
subjek (Stalnaker, 1951).
132. Apa saja kelebihan tes esai ?
Jawab:
a. Tes esai mengukur hasil belajar yang kompleks yang
tidak dapat diukur dengan cara-cara lain
b. Tes esai memungkinkan pengukuran keterampilan
berpikir divergen dan terorganisir dengan penekanan
pada integrasi dan penerapan berpikir serta
keterampilan memecah masalah, kreativitas dan
orisinilitas.
c. Tes esai dapat dipakai untuk mengukur hasil-hasil
pembelajaran ranah kognitif pada tingkat-timgkat
tujuan pendidikan yang lebih tinggi seperti
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
d. Tes esai sangat mudah dan ekonomis untuk
dilaksanakan.
e. Tes esai mudah dikonstruksi (dikembangkan) dan
tidak memerlukan banyak waktu.
130. Apa yang dimaksud dengan tes subjektif ?
86
f. Tes esai dapat digunakan untuk mengukur
pengetahuan yang mendalam terutama dalam pokok
materi sempit
g. Tes esai tidak mendorong siswa untuk menebak dan
melakukan kecurangan selama testing atau pengujian
133. Apa saja keterbatasa tes esai ?
Jawab:
Keterbatasan tes esai adalah sebagai berikut.
(1) Tidak konsistennya pembaca (reader reliability),
(2) Adanya efek dari kecenderungan menilai yang
dipengaruhi oleh keadaan lain (halo effect),
(3) akibat yang timbul karena adanya pengaruh pada
jawaban butir soal sebelumnya (item-to-item
carryover effects),
(4) Akibat yang timbul karena pengaruh hasil tes
sebelumnya (test-to-test carryover effects),
(5) Akibat yang timbul karena urutan penilaian (order
effects), dan
(6) Akibat yang timbul karena bentuk tulisan atau
bahasa (language mechanics effects) (Hopkins dan
Stanley, 1981)
134. Bagaimana klasifikasi tes esai ?
Jawab:
Tes esei atau tes uraian dikelompokkan menjadi dua
bentuk, yaitu tes uraian terbatas (restricted response
items) dan tes uraian bebas (extended respons items).
(Gronlund & Linn ,1995)
135. Jelaskan apa pengertian tes uraian terbatas
(restricted response items)?
Jawab:
Tes esai terbatas atau terstruktur yaitu peserta tes lebih
dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup jawabannya,
karena secara khusus dinyatakan konteks jawaban yang
harus diberikan oleh peserta tes Hal ini membatasi
87
kebebasan peserta tes untuk memilih, mengingat, dan
mensintesis semua yang diketahui dan menyajikannya
secara logis sebagaimana yang diinginkan (Mehrens dan
Lehmann, 1984)
136. Apa pengertian tes uraian bebas (extended respons
items)?
Jawab:
Tes esai bebas atau terbuka yaitu tes yang mengijinkan
peserta tes untuk mendemonstrasikan kecakapannya,
yaitu: (1) menyebutkan atas pengetahuan faktual, (2)
menilai pengetahuan faktualnya, (3) menyusun ide-
idenya, dan (4) mengemukakan idenya secara logis dan
koheren (Mehrens dan Lehmann, 1984)
137. Kemampuan-kemampuan apa yang tepat diukur
dengan tes esei terbatas?
Jawab:
Kemampuan-kemampuan yang tepat diukur dengan tes
esei terbatas antara lain adalah:
a. menjelaskan hubungan sebab akibat
b. melukiskan pengaplikasian prinsip-prinsip
c. mengajukan argumentasi-argumentasi yang relevan
d. merumuskan hipotesis-hipotesis dengan tepat
e. merumuskan asumsi-asumsi yang tepat
f. melukiskan keterbatasan-keterbatasan data
g. merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara tepat
h. menjelaskan metoda dan prosedur
i. dan hal-hal sejenis yang menuntut kemampuan siswa
untuk melengkapi jawabannya.
138. Ada juga yang membagi tes esei itu menjadi tes
uraian objektif dan tes uraian non-objektif, apa
perbedaannya?
Jawab:
Perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dengan
uraian non-objektif terletak pada kepastian pemberian
skornya. Pada soal bentuk uraian objektif, kunci
jawaban dan pedoman penskorannya lebih pasti.
88
Sedangkan pada soal uraian non-objektif pedoman
penskoran dinyatakan dalam rentangan (0 – 4 atau 0 –
10), sehingga pemberian skor sedikit banyak akan
dipengaruhi oleh unsur subjektif si pemberi skor
139. Jelaskan bagaimana cara mengurangi subjektivitas
tes esai ?
Jawab:
Cara mengurangi subjektivitas tes esei dengan
mengikuti langkah-langkah sederhana berikut:
a) Menghindari pertanyaan-pertanyaan terbuka
b) Membiarkan siswa menjawab pertanyaan yang
sama, untuk menghindari pilihan
c) Menggunakan nomor siswa, bukan nama mereka,
untuk menyembunyikan identitas mereka
d) Menskor semua jawaban untuk setiap pertanyaan
untuk semua siswa pada suatu waktu
e) Jangan biarkan skor pada suatu pertanyaan
mempengaruhi
kita saat menskor berikutnya. Selalu mengatur ulang
kertas sebelum kita mengoreksi
f) Jangan biarkan perasaan atau emosi kita sehingga
mempengaruhi penskoran kita
g) Menghindari dari gangguan-gangguan ketika
mengoreksi
140. Bagaimana petunjuk praktis untuk menyusun tes
esai ?
Jawab:
Petunjuk praktis untuk menyusun tes esai yang baik
perlu memperhatikan langkah-langkah berikut.
(1) Siapkan secara pasti perlengkapan yang diperlukan
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengikuti
ujian dengan tes esai.
(2) Yakinkan bahwa pertanyaan-pertanyaan telah
terfokus dan disiapkan secara hati-hati.
(3) Isi dan panjang pertanyaan perlu disusun
sedemikian rupa.
89
(4) Gunakan teman-teman sejawat untuk memberi
masukan terhadap tes yang disusun.
(5) Hindari penggunaan pertanyaan pilihan.
(6) Kecuali untuk kemampuan menulis, batasi
penggunaan tes esai pada tujuan pembelajaran
yang sesuai.
(7) Pada umumnya beberapa pertanyaan singkat lebih
baik disiapkan untuk mengurangi pertanyaan-
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
prestasi secara umum (Hopkins dan Stanley, 1981)
141. Apa yang dimaksud dengan“hallo effect” dalam
evaluasi pendidikan?
Jawab:
Yang dimaksud dengan “hallo effect” dalam evaluasi
pendidikan adalah kesan guru atau penilai terhadap
siswa, bisa berasal dari guru lain, pengaruh hasil yang
terdahulu, atau kekeliruan menjumlahkan angka
142. Yang mana contoh“hallo effect” dalam evaluasi
pendidikan?
Jawab:
Adapun contoh halo effect dalam evaluasi pendidikan
yaitu jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat
skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya
lebih jelek padahal jawaban tersebut sama.
143. Bagaimana cara mengatasi halo effect dalam
penilaian tes esai ?
Jawab:
Cara mengatasi halo effect (pengaruh faktor-faktor
subjaktif) dalam penilaian tes esei yaitu:
(a) Sebelum diperiksa, nama-nama siswa pada kertas
jawaban dipotong dan diganti dengan kode
(b) Hindari pengaruh faktor luar, seperti tulisan,
kebersihan kertas jawaban, dan lain-lain
90
144. Kapan guru menggunakan tes esai ?
Jawab:
Lazimnya guru akan menggunakan tes esei jika:
a) Guru ingin menguji kemampuan siswa dalam
pemikiran kritis dan kreatif.
b) Guru ingin mengevaluasi kecakapan komunikasi
tertulis
c) Guru memiliki waktu yang lebih leluasa dalam
memberikan skor suatu hasil ujian daripada waktu
untuk mengembangkan tes
d) Guru ingin meyakini bahwa para siswa tidak
sekadar membuat dugaan
e) Guru ingin tahu seberapa dalam pemahaman yang
dimiliki siswa
f) Guru ingin mengevaluasi seberapa baik para siswa
mengorganisasikan pemikirannya (Basuki &
Hariyanto, 2014)
145. Apa yang harus dilakukan guru dalam menyiapkan
tes esai , agar tesnya baik?
Jawab:
Hal yang harus dilakukan guru adalah:
a) Menjamin bahwa petunjuk pengerjaannya jelas
sehingga para siswa dapat berfokus kepada jawaban
tertulisnya
b) Mencocokkan pertanyaan yang disusun dengan
tujuan pembelajaran
c) Menentukan kriteria bagi evaluasi
d) Menyusun sistem pemberian skor yang objektif dan
menjelaskannya kepada siswa seberapa besar nilai
setiap pertanyaan
e) Memberikan waktu yang cukup kepada siswa.
f) Membuat pertanyaan yang mampu
mengembangkan berpikir tingkat tinggi siswa.
91
146. Bagaimana cara pemberian skor tes esai ?
Jawab:
Untuk pemberian skor tes esei perlu diperhatikan
petunjuk-petunjuk berikut, yaitu: (1) siapkan garis besar
jawaban yang diharapkan dikuasai; (2) gunakan metode
pensekoran yang paling tepat, yakni dengan metode
analitik atau metode holistik; (3) tentukan bagaimana
menangani faktor-faktor yang tidak relevan dengan hasil
belajar yang akan diukur; (4) berikan penilaian untuk
semua jawaban peserta didik pada satu nomor
pertanyaan sebelum beralih pada nomor pertanyaan
berikutnya; (5) jika memungkinkan, berikan nilai pada
jawaban-jawaban peserta didik tanpa memperhatikan
identitas atau nama peserta didik; dan (6) Gunakan dua
atau lebih penilai bebas jika keputusan penting akan
diambil atau dibuat (Gronlund dan Linn, 1995)
147. Apa pengertian tes objektif ?
Jawab:
Tes objektif adalah tes yang penskorannya dapat
dilakukan secara objektif dengan meniadakan unsur
subjektivitas penilai atau setidak-tidaknya menekan
sampai yang terendah.
148. Apa keunggulan tes objektif ?
Jawab:
Keunggulan tes objektif adalah:
a. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif,
misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas
bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur
tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa
maupun segi guru yang memeriksa.
b. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena
dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil
kemajuan teknologi.
c. Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang
lain.
d. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang
mempengaruhi.
92
149. Apa kelemahan tes objektif ?
Jawab:
Kelemahan Tes Objektif :
a. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit
daripada tes uraian karena soalnya banyak dan
harus teliti untuk menghindari kelemahan-
kelemahan yang lain
b. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan
ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan
sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
c. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d. Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan
soal tes lebih tinggi
150. Kapan bentuk tes objektif itu digunakan ?
Jawab:
Bentuk tes objektif digunakan terutama untuk ujian
penentuan (judgmental testing) dalam rangka
menyeleksi dan mengevaluasi siswa (Fogarty, 1996)
151. Ada berapa jenis bentuk tes objektif ?
Jawab:
Tes Objektif dapat dibagi dalam dua kelompok besar
(Gronlund dan Linn, 1995) yaitu:
(1) bentuk butir tes yang meminta siswa untuk memilih
jawaban, yakni butir soal benar-salah (true-false),
menjodohkan, (Matching) dan pilihan ganda (multiple
choice)
(2) bentuk tes mengisi jawaban (supply type), yakni butir
soal jawaban singkat (short answer) dan butir soal
melengkapi (completion).
152. Bagaimana petunjuk operasional penyusunan tes
objektif ?
Jawab:
Beberapa petunjuk operasional penyusunan tes objektif
antara lain sebagai berikut
93
a) Guru atau Pembuat soal harus membiasakan diri
sering berlatih
b) Setap kali tes obyektif itu selesai dipergunakan,
hendaknya di lakukan penganalisisan item, agar
dapat mengidenifikasi butir-butir item mana yang
termasuk baik dan buruk
c) Untuk mencegah timbulnya permainan spekulasi
dan kerjasama
yang tidak sehat di kalangan peserta tes, perlu di
siapkan terlebih dahulu suatu norma yang
memperhitungkan fakor tebakan. Misalnya sanksi
akan diberikan kepada peserta tes yang
bersangkuan, yaitu dikenai denda berupa
pengurangan skor
d) Agar tes obyekif di samping mengungkap aspek
ingatan atau hafalan juga dapat mengungkap aspek-
aspek berfikir yang lebih dalam, maka dalam
merancang dan menyusun butir-butir item tes
obyekif guru menggunakan kisi-kisi soal atau blue
e) Dalam menyusun kalimat soal-soal tes obyektif,
bahasa atau istilah yang digunakan hendaknya
cukup sederhana, ringkas, jelas dan mudah di
pahami oleh peserta tes
f) Untuk mencegah terjadinya silang pendapat antara
peserta tes dengan guru, maka dalam menyusun
butir-butir soal tes obyektif hendaknya di usahakan
sungguh agar tidak ada butir–butir yang
menghasilkan penafsiran ganda atau kerancauan
dalam pemberian jawabanya
g) Cara memenggal atau memutus kalimat,
membubuhkan tanda–anda baca seperti titik, koma
dan sebagainya hendaknya ditulis dengan benar,
usahakan agar tidak terjadi salah cetak, sehingga
tidak mengganggu konsentrasi peserta tes dalam
memberikan jawaban soal
94
h) Guru hendaknya memberi pedoman atau petunjuk
secara jelas dan tegas dalam pengerjaan soal
153. Dalam kondisi bagaimana tes objektif digunakan ?
Jawab:
Tes objektif hendaknya digunakan dalam kondisi
sebagai berikut:
(1) kelompok yang diberikan tes jumlahnya besar atau
banyak, dan tes akan digunakan kembali,
(2) reliabilitas skor tes yang tinggi harus diperoleh
seefisien mungkin,
(3) kejujuran penilaian, keterbukaan, dan bebas dari
“halo effect”,
(4) pengajar atau pendidik lebih percaya akan
kemampuannya untuk menyusun butir-butir tes
objektif secara jelas dibandingkan dengan
kemampuannya untuk menilai jawaban tes esai
secara jelas, dan
(5) lebih menekankan pada kecepatan laporan skor tes
daripada kecepatan menyiapkan tes (Ebel, 1991).
154. Bagaimana klasifikasi bentuk tes objektif ?
Jawab:
Adapun klasifikasi bentuk tes objektif adalah sebagai
berikut:
(1) Tes Pilihan ganda (Multiple Choice Test), (2) Tes
Benar-Salah (True-FalseTest), (3) Tes Menjodohkan
(Matching Test). (4) Tes Melengkapi (Completion Test),
(5) Tes Jawaban Singkat (Short answer Test)
155. Apa yang dimaksud dengan tes Pilihan Ganda ?
Jawab:
Tes Pilihan ganda (Multiple Choice Test) merupakan tes
yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang
sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya
harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
95
156. Ada berapa macam/ragam tes Pilihan Ganda ?
Jawab:
Tes Pilihan ganda terdiri atas 5 ragam, yaitu:
1) Pilihan Ganda biasa
Soal pilihan ganda ragam ini terdiri dari pokok soal
(stem) yang berupa pernyataan yang belum lengkap atau
suatu pertanyaan yang dilengkapi dengan 4 atau 5
kemungkinan jawaban yang disebut option. Tugas siswa
adalah memilih jawaban yang benar ( sesuai kunci )
Contoh:
Apakah kritik utama ahli psikologi terhadap tes ?
A. Tes meninbulkan kecemasan
B. Tes bebas dari budaya setemoat
C. Tes dapat mengukur semua hasil belajar siswa
D. Tes bebas dari unsur sukjektivitas pemeriksa
2) Pilihan Ganda analisis antar hal
Soal jenis ini terdiri dari 2 kalimat pernyataan, yang
dihubungkan dengan kata SEBAB. Kedua kalimat bisa
merupakan sebab akibat, bisa juga keduanya benar tetapi
tidak berhubungan, bisa salah satu benar, dan bisa juga
keduanya salah.
Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada huruf::
A. Jika kedua pernyataan benar, alasan benar dan
keduanya memiliki hubungan sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar dan keduanya
tidak memiliki hubungan sebab akibat.
C. Jika pernyataan benar, tetapi alasannya salah
D. Jika pernyataan salah dan alasannya benar
E. Jika keduanya salah Contoh
Frekuensi detak nadi seseorang yang baru berlari cepat
akan naik.
SEBAB
Pada waktu lari cepat denyut jantung bertambah cepat
96
3) Pilihan Ganda analisis kasus
Bentuk ragam analisis kasus sama dengan ragam biasa
(melengkapi atau menjawab pertanyaan), hanya isi yang
terkandung dalam pokok soal berupa kasus. Peristiwa
khusus, hasil kerja di laboratorium, atau kejadian di
sekitar kita dapat dijadikan kasus.
Contoh:
Kadit Lantas Polda Aceh menjelaskan jumlah
kecelakaann lalu lintas di Aceh bulan Januari-Juni 2013
sebanyak 5000 kasus atau meningkat 5,25% dibanding
tahun 2012. Meningkatnya kecelakaan itu antara lain
dikarenakan terhentinya Operasi Zebra menjadi operasi
rutin lalu lintas. Di samping itu pengguna jalan hanya
berdisiplin jika ada petugas.
Pertanyaan:
Meningkatnya kecelakaan lalu lintas di Aceh bukan
hanya disebabkan oleh terhentinya Operasi Zebra tetapi
juga disebabkan:
a. Pengawas lalu lintas yang tidak pernah kendor
b. Volume kendaraan di jalan makin bertambah
c. Angkutan yang terlibat dalam pengaturan lalu lintas
dikurangi jumlahnya
d. Potensi polisi lalu lintas belum dikerahkan secara
maksimal
4) Pilihan ganda kompleks (pilihan ganda asosiasi)
Soal ragam ini hampir sama dengan ragam soal pilihan
ganda biasa, hanya saja diikuti dengan empat
kemungkinan jawaban benar dan siswa diminta untuk
memilih jawaban-jawaban yang benar.
Untuk soal berikut pilihlah:
A. Jika hanya (1) , (2) dan (3) benar
B. Jika hanya (1) dan (3) benar
C. Jika hanya (2) dan (4) benar
D. Jika hanya (4) benar
E. Jika semua benar
97
Contoh:
Kegiatan evaluasi terdiri dari:
(1) mengukur
(2) menguji
(3) menilai
(4) memberikan hasil
5) Pilihan ganda membaca diagram, gambar, grafik
atau tabel
Pilihan ganda menggunakan diagram, gambar, grafik
atau tabel pada prinsipnya sama dengan ganda biasa.
Yang harus diperhatikan adalah gambar atau grafik atau
tabel atau bentuk lain yang sejenis harus dibuat sejelas
dan sebaik mungkin
157. Jelaskan apa saja kelebihan tes pilihan ganda?
Jawab:
Kelebihan dari tes pilihan ganda yaitu:
(1) Dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur
setiap level tujuan pembelajaran, mulai yang paling
sederhana sampai paling kompleks.
(2) Dapat menggunakan jumlah butir soal yang lebih
banyak sehingga penarikan sampel pokok bahasan
yang akan diujikan dapat lebih luas dan dapat
mencakup hampir seluruh cakupan bidang studi.
(3) Penskoran hasil peserta tes dapat dilakukan secara
objektif.
(4) Tipe butir soal dapat dikonstruksi sehingga
menuntut kemampuan peserta tes untuk
membedakan berbagai tingkatan kebenaran secara
sekaligus
(5) Jumlah opsi jawaban yang disediakan lebih dari dua
(empat atau lima) sehingga mengurangi kesempatan
bagi peserta tes untuk menebak.
(6) Memungkinkan dilakukannya analisis butir soal
secara baik dengan melakukan uji coba terlebih
dahulu.
98
(7) Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan
dengan hanya mengubah tingkat homogenitas
alternatif jawaban.
(8) Informasi yang diberikan lebih bervariasi terutama
bila butir soal memiliki homogenitas yang tinggi.
(9) Lebih fleksibel digunakan untuk menilai hasil
belajar: kemampuan, aplikasi, analisis, síntesis, dan
evaluasi.
(10) Siswa minimum menulis.
158. Apa saja kelemahan tes pilihan ganda?
Jawab:
(a) Sulit mengkonstruk item tes yang baik.
(b) Terdapat kecenderungan butir soal hanya
menguji/mengukur aspek ingatan.
(c) Sulit membuat pengecoh atau alternative jawaban
yang baik.
(d) Waktu lebih banyak dibutuhkan apabila opsi
semakin banyak
(e) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
membuat soal pilihan ganda
(f) Opsi yang ditampilkan secara otomatis dapat
mengurangi jumlah soal yang dapat dibuat.
(g) Semakin terbiasa seseorang dengan tes tipe pilihan
ganda semakin besar kemungkinan ia akan
memperoleh skor yang lebih baik.
159. Jelaskan bagaimana kriteria tes pilihan ganda yang
baik ?
Jawab:
Tes Pilihan Ganda yang baik/bermutu harus memiliki
dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
(1). Memiliki validitas yang tinggi. Artinya mampu
mengungkapkan aspek hasil belajar tertentu secara
tepat.
99
(2). Memiliki reliabilitas yang tinggi. Artinya mampu
memberikan gambaran yang relatif tetap dan
konsisten tentang kemampuan yang dimiliki
seorang peserta didik.
(3). Tiap butir soal memiliki daya pembeda yang
memadai. Artinya tiap butir dalam tes itu dapat
membedakan peserta didik yang
belajar/menguasai bahan dan peserta didik yang
kurang menguasai bahan.
(4). Tingkat kesukaran tes berdasar kelompok yang akan
dites, kira-kira 30% mudah 50% sedang dan 20%
sukar.
(5). Mudah diadministrasikan. Artinya tes tersebut
memiliki petunjuk tentang bagaimana cara
pelaksanaannya, cara mengerjakannya, dan cara
mengoreksinya.
(6). Memiliki norma atau patokan penafsiran data.
Apakah norma mutlak (ditentukan sebelum ada
skor) ataukah norma relatif (ditentukan setelah
pemberian skor).
160. Apa kriteria Option kunci soal pilihan ganda
berfungsi secara efektif ?
Jawab:
Adapun kriteria option kunci soal pilihan ganda
berfungsi secara efektif yaitu
a) Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih banyak
daripada jumlah pemilih kelompok bawah, artinya
siswa yang pandai lebih banyak yang menjawab
benar daripada siswa yang bodoh.
b) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok
bawah lebih dari 0,25 tetapi tidak lebih dari 0,75
dari seluruh siswa pada kelompok atas dan
kelompok bawah.
100
161. Apa yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
pengecoh soal pilihan ganda ?
Jawab:
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun pengecoh dengan baik adalah:
(1) Masing-masing pengecoh harus dibuat sama
panjang,
(2) Dapat dipikirkan sebagai gabungan beberapa
pernyataan untuk menjawab pertanyaan,
(3) Jika butir soal menghendaki jawaban ya atau tidak
maka alternatif jawaban harus disertai penjelasan,
(4) Perlu digunakan kombinasi dua elemen dalam
alternatif jawaban,
(5) Jika alternatif jawaban masih sukar dipahami perlu
dipertimbangkan kembali pokok soalnya (Ebel
dan Frisbie, !991)
162. Apa petunjuk praktis dalam menyusun tes pilihan
ganda?
Jawab:
Petunjuk praktis dalam menyusun tes pilihan ganda,
yaitu:
(01) definisikan tugas-tugas dalam stem secara jelas,
(02) tulis alternatif jawaban pada akhir pertanyaan,
(03) tempatkan sebanyak mungkin kata-kata dalam
stem,
(04) hindari penggunaan kata-kata negatif,
(05) hindari stem yang mengarah pada alternatif
jawaban yang salah atau benar,
(06) buat alternatif jawaban yang paralel,
(07) tulis alternatif jawaban secara vertikal,
(08) hindari jawaban “semua di atas”,
(09) buat alternatif jawaban sama panjang,
(10) hilangkan petunjuk ke arah jawaban benar,
(11) buat pengecoh yang masuk akal,
(12) usahakan stemnya dalam bentuk pertanyaan,
101
(13) kontrol tingkat kesulitan soal sehingga persentase
jawaban benar kira-kira separuhnya,
(14) hindari kemungkinan menebak,
(15) gunakan jawaban “tidak ada jawaban benar” hanya
kalau tidak ada jawaban lain,
(16) susun alternatif jawaban sesuai dengan abjad atau
urutan lainnya,
(17) letakkan jawaban benar secara acak, dan
(18) usahakan memiliki empat sampai lima alternatif
jawaban (Hopkin dan Antes, 1990)
163. Apa yang dimaksud dengan tes Benar – Salah ?
Jawab:
Tes Benar-Salah (True-FalseTest) merupakan tes
yang berupa pernyataan-pernyataan (statement) yang
mengandung dua kemungkinan jawaban yaitu benar
atau salah, dan testee diminta menentukan
pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan
tersebut sesuai dengan petunjuk pengerjaannya.
164. Apa saja keunggulan tes benar-salah ?
Jawab:
Adapun keunggulan tes benar-salah adalah:
1) Mudah membuat soalnya karena jawaban yang
benar sudah diatur.
2) Siswa yang di atas rata-rata intelegensinya akan
dengan mudah menjawabnya karena soal dan
jawaban sudah tersedia .
1) Mudah membuat kunci jawaban
2) Penskorannya mudah
3) Soaldan logis
4) Membuat soal cepat karena tidak perlu pengecoh
102
165. Apa saja keterbatasan tes benar- salah ?
Jawab:
Adapun keterbatasan bentuk soal dua pilihan seperti
berikut:B
1) Probabilitas menebak dengan benar adalah besar,
yakni 50%, karena pilihan jawabannya hanya
dua, benar dan salah atau ya dan tidak
2) Siswa yang kemampuannya kurang dalam
menjawab akan mengira –ngira saja
3) Kemungkinan asal jawab besar
4) Cenderung menitik beratkan kemampuan
menghafal
5) Bentuk soal ini tudak dapat digunakan untuk
menanyakan sesuatu konsep secara utuh karena
siswa hanya dituntut menjawab benar dan salah,
atau ya dan tidak
6) Apabila jumlah butir soalnya sedikit, indeks daya
beda soal cenderung rendah
7) Apabila ragu atau kurang memahami pernyataan
soal, siswa cenderung memilih jawaban benar
166. Ada berapa variasi tes benar-salah ?
Jawab:
Tes Benar-Salah terdiri atas enam variasi, yaitu:
benar-salah (true-false), ya-tidak (yes-no), betul-salah
(right-wrong), pembetulan atau koreksi (correction),
pilihan benar-salah jamak (multiple true-false), dan
ya-tidak dengan penjelasan (yes-no with explanation).
Variasi ”benar-salah” berbentuk proposisi yang harus
dinilai oleh peserta didik , apakah penyataan itu benar
atau salah.
Variasi bentuk “ya-tidak” menanyakan pertanyaan
langsung, terhadap mana peserta didik menjawab ya
atau tidak.
Variasi bentuk ”betul-salah,” dikemukakan
perhitungan, persamaan, atau kalimat yang harus
dinilai oleh peserta didik apakah betul atau tidak betul.
Variasi bentuk “koreksi atau pembetulan,” meminta
kepada peserta didik untuk menilai sebuah proposisi,
103
seperti pada bentuk benar-salah, tetapi peserta didik
juga diminta untuk memperbaiki atau mengoreksi
setiap pernyataan yang salah dan membetulkannya.
Variasi bentuk pilihan “benar-salah” tampaknya sama
dengan butir pilihan ganda, malahan pada saat
memilih satu opsi yang benar, peserta didik
memperlakukan tiap opsi sebagai suatu pernyataan
“benar-salah” yang terpisah, yakni lebih dari satu
pilihan bisa benar.
Variasi “ya-tidak” dengan penjelasan, menanyakan
pertanyaan langsung dan meminta peserta didik untuk
menjawab “ya” atau “tidak,” dan dijelaskan mengapa
pilihannya benar (Nitko, 1996)
167. Apa yang dimaksud dengan tes menjodohkan ?
Jawab:
Tes Menjodohkan (Matching Test) merupakan tes
yang terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri
jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban.
Tugas testee adalah mencari dan menempatkan
jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan
pertanyaannya.
168. Apa saja keunggulan tes menjodohkan ?
Jawab:
Keunggulan tes menjodohkan adalah seperti berikut:
1) Relatif lebih mudah dalam perumusan butir soal,
terutama jika
dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda.
2) Ringkas dan ekonomis dilihat dari segi rumusan
butir soal dan dari segi cara memberikan jawaban.
3) Dapat dilakukan penskoran dengan mudah, cepat,
dan objektif.
4) Cocok dalaam menyampaikan materi-materi
konsep
104
5) Dapat memberikan kemudahan menjawab
pertanyaan karena jawaban sudah ada
6) Soal hemogen dan logis
7) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menghubungkan dua kejadian sebab akibat
8) Cocok untuk menguji kognitif hafalan dan
pemahaman
169. Apa saja keterbatasan tes menjodohkan ?
Jawab:
Keterbatasan tes menjodohkan adalah seperti berikut:
1) Cenderung mengukur kemampuan mengingat,
sehingga kurang tepat digunakan untuk mengukur
kemampuan kognitif yang lebih tinggi.
2) Kemungkinan menebak dengan benar relatif
tinggi, karena jumlah pernyataan soal (dalam lajur
sebelah kiri) dengan pernyataan jawaban (dalam
lajur sebelah kanan) tidak banyak berbeda.
3) Tidak semua materi/konsep dapat dibuatkan
bentuk soal menjodohkan.
4) Rentan saling menyontek
170. Apa yang dimaksud dengan tes melengkapi ?
Jawab:
Tes Melengkapi (Completion Test), adalah tes yang
butir soal yang meminta peserta didik atau siswa untuk
melengkapi suatu kalimat dengan satu frase, satu
angka atau satu formula.
171. Apa saja keunggulan tes melengkapi ?
Jawab:
Keunggulan tes melengkapi adalah:
1) Sangat mudah penyusunannya
2) Menghemat tempat
3) Persyaratan komprehensif dapat dipenuhi
4) Dapat mengukur berbagai taraf kompetensi
105
172. Apa saja keterbatasan tes melengkapi ?
Jawab:
Keterbatasan tes melengkapi adalah:
1) Cenderung mengungkap daya ingat atau aspek
hafalan saja
2) Butir-butir tes kurang relevan untuk diujikan
3) Tester kurang berhati-hati dalam menyususn
soalnya
173. Apa saja keunggulan tes Isian ?
Jawab:
Keunggulan Tes Isian adalah:
1) Jawaban hanya satu yang benar.
2) Mudah dalam penskoran
3) Pembuatan soalnya relatif mudah
4) Pengoreksiannya mudah
5) Kunci jawabannya pasti
6) Jawaban yang diharapkan sudah jelas
7) Bentuk soalnya sederhana
174. Apa saja keterbatasan tes Isian ?
Jawab:
Keterbatasan Tes Isian singkat, yaitu
1) Pertanyaannya kadang kurang jelas.
2) Kurang disukai siswat
3) Cenderung bersifat hafalan
4) Panjang jawabannya kadang tidak sama panjang
5) Sulit mengukur pemahaman siswa terhadap suatu
masalah secara utuh
6) Siswa menjawab berdasarkan informasi yang
sudah baku, bukan pengembangan pemikiran
175. Apa yang dimaksud dengan tes jawaban singkat ?
Jawab:
Tes Jawaban Singkat (Short answer Test), adalah tes
yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban
singkat dengan cara mengisi berupa kata, frase, angka,
atau simbol.
106
176. Apa keunggulan tes jawaban singkat ?
Jawab:
Keunggulan tes jawaban singkat yaitu:
1) Mudah memberi skor dan kuncinya pasti.
2) Jawaban terarah dan seragam
3) Dapat menguji secara luas
4) Hemat kertas karena soalnya sedikit
5) Tidak memberi kesempatan siswa berspekulasi
dalam menjawab
6) Kunci jawaban mudah dibuat
7) Tidak memerlukan pengecoh
8) Menghindari jawaban asal-asalan
9) Dapat dikoreksi oleh orang lain selain pe,buat
soal
177. Apa keterbatasan tes jawaban singkat ?
Jawab:
Keterbatasan tes jawaban singkat yaitu:
1) Tidak memiliki pengecoh
2) Tidak dapat mengukur ketrampilan siswa dalam
memecahkan masalah
3) Krang kompleks dan tidak menantang siswa
4) Siswa menjawab dengan baku.
178. Berapa macam variasi tes jawaban singkat ?
Jawab:
Tes Jawaban Singkat dibedakan atas tiga variasi, yaitu
bentuk pertanyaan, melengkapi, dan asosiasi. Variasi
bentuk pertanyaan, biasanya mengemukakan
pertanyaan secara langsung. Variasi bentuk tes
melengkapi meminta peserta didik untuk
menambahkan kata-kata untuk melengkapi suatu
pernyataan yang tidak lengkap. Sedangkan variasi
bentuk asosiasi terdiri dari daftar istilah-istilah atau
gambar terhadap mana peserta didik dapat
menyebutkan nomor-nomor, label, simbol, atau
bentuk lain
107
179. Bagaimana perbandingan antara tes objektifi dan
tes esai?
Jawab:
Adapun perbadingan antara tes esei dan tes objektif
adalah seperti dalam tabel berikut (Gronlund dan Linn,
1995).
Tes Objektif Tes Esei
1.Hasil belajar
yang diukur
Baik untuk
mengukur hasil
belajar pada
tingkat
pengetahuan
tentang fakta,
pemahaman,
keterampilan
berpikir, dan hasil
belajar yang
kompleks. Tetapi
tidak mampu
untuk mengukur
kemampuan untuk
memilah dan
menyusun ide-ide,
kecakapan
menulis, dan
beberapa bentuk
keterampilan ntuk
memecahkan
masalah
Tidak efisien untuk
mengukur pengetahuan
tentang fakta. Dapat
mengukur pemahaman,
keterampilan berpikir, dan
hasil belajar yang kompleks
lainnya (khususnya sangat
berguna jika jawaban orisinil
yang diinginkan). Cocok
untuk memilih dan
menyusun ide-ide,
keterampilan menulis, dan
keterampilan untuk
memecahkan masalah yang
menuntut pemikiran yang
orisinil
2.Penyiapan
butir soal
Banyak
memerlukan
waktu untuk
menyusun butir
soal. Sukar
mempersiapkan
butir soal yang
baik dan
memerlukan
waktu lama
Hanya sedikit pertanyaan
yang diperlukan untuk
seperangkat tes.
Menyiapkan butir soal relatif
mudah, tetapi lebih sulit
daripada anggapan orang
3.Mengambil
sampel
materi
pelajaran
Dapat mewakili
semua materi
pelajaran dan
dapat memuat
Tidak dapat mewakili
seluruh materi pelajaran,
karena hanya sedikit
pertanyaan yang bisa
108
Tes Objektif Tes Esei
butir soal yang
banyak dalam
seperangkat tes
dimasukkan dalam
seperangkat tes
4.Kontrol
terhadap
jawaban
peserta
didik
Tinggal memilih
jawaban yang
telah tersedia.
Menghindari
gertak sambal dan
pengaruh
keterampilan
menulis, bisa
menebak jawaban
Bebas menjawab atas dasar
katakatanya sendiri, dan
keterampilan menulis
mempengaruhi sekor,
berpikir menebak bisa
dikurangi
5.Pemberian
skor
Pensekoran secara
objektif dan cepat,
mudah, dan
konsisten
Pensekoran subjektif dan
lambat, sulit, dan tidak
konsisten
6.Pengaruh
pada
proses
pembela-
jaran
Biasanya
mendorong
peserta didik
untuk
mengembangkan
pengetahuan
tentang fakta-
fakta khusus dan
kemampuan untuk
pembedaan di
antara fakta
tersebut. Dapat
mendorong
pengembangan
pemahaman,
keterampilan
berpikir,
dan hasil belajar
yang kompleks
lainnya
Mendorong peserta didik
untuk memusatkan pikiran
pada sejumlah besar materi
pelajaran, dengan penekanan
khusus pada kemampuan
untuk menyusun,
mengintegrasikan, dan
mengemukakan ide-ide
secara efektif. Dapat
mendorong kebiasaan
menulis buruk jika waktunya
mendesak
7.Reliabilitas Reliabilitas yang
tinggi mungkin
dicapai,
khususnya jika tes
disusun secara
baik
Reliabilitasnya lebih rendah,
terutama karena pensekoran
yang tidak konsisten
109
180. Jelaskan bagaimana prinsip penyusunan tes hasil
belajar ?
Jawab:
Adapun prinsip penyusunan tes hasil belajar adalah:
(1) Tes harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran.
(2) Tes terdiri dari butir-butir soal yang mewakili
materi yang telah dipelajari.
(3) Pertanyaan soal disesuaikan dengan
tingkattingkat berpikir peserta didik. (4) Tes disusun disesuaikan dengan tujuan tes. (5) Tes disesuaikan dengan pendekatan (norma atau
patokan). (6) Tes hendaknya dapat digunakan untuk
memperbaiki proses pembelajaran.
181. Bagaimana cara menilai tes yang dibuat sendiri ?
Jawab:
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menilai tes
yang dibuat sendiri adalah:
1) Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun
dengan cara mengajukan pertanyaan berikut:
a. apakah jamlah soal untuk tiap topik sudah
seimbang ?
b. apakah semua soal menanyakan bahan yang telah
diajarkan ?
c. apakah soal-soal itu sudah dimengerti ?
d. apakah soal itu dapat dikerjakan semua siswa ?
2) Melakukan analisis soal, kegunaannya
a. Membantu kita dalam megidentifikasi butir-butir
soal yang jelek
b. Memperoleh informasi yang akan dapat
digunakan dalam menyempurnakan soal-soal
untuk kepentingan lebih lanjut
c. Memperoleh gambaran selintas tentang keadaan
soal yang disusun
3) Melakukan cheking validitas
4) Melakukan checing reliabilitas
110
182. Bagaimana contoh hubungan antara tes, pengukuran
dan evaluasi?
Jawab:
Contoh hubungan antara tes, pengukuran dan evaluasi
adalah seperti dalam tabel berikut
Tes Pengukuran Evaluasi
Soal Bahasa
Inggris dalam
bentuk
pilihan ganda
terdiri atas 25
butir
Ibu Sari
menghitung bahwa
Budi hanya dapat
menjawab 5 soal
dari 25 soal tes
Bahasa Inggris
Ibu Sari
memutuskan
bahwa Budi
perlu
mendapatkan
remedial
183. Bagaimana etika dalam pelaksanaan tes hasil
belajar?
Jawab:
Adapun etika dalam pelaksanaan tes hasil belajar yaitu:
1. Kerahasiaan hasil tes. Setiap dosen/guru wajib
menjaga kerahasiaan hasil tes baik secara individu
maupun kelompok.
2. Keamanan tes. Tes sebagai alat pengukuran yang
profesional harus ternjamin keamanannya, baik
sebelum maupun sesudah digunakan.
3. Interprestasi hasil tes. Jika hasil interprestasi tes tidak
layak, maka akan membahayakan masa depan peserta
tes..
4. Penggunaan tes. Tes hasil belajar haruslah digunakan
oleh dosen/guru secara patut dan tidak akan
merugikan bagi setiap peserta didik.
111
BAB 4. PENYUSUNAN DAN
PENULISAN SOAL
1. PENDAHULUAN
185. Bagaimana langkah-langkah penyusunan tes ?
Jawab:
Langkah-langkah umum penyusunan/pengembangan tes
adalah sebagai berikut (Brennan, 2006)
1) Penentuan tujuan tes
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen tes
adalah menetapkan tujuannya. Tujuan tes harus
dirumuskan secara jelas sehingga dapat memberikan
arah dan lingkup pengembangan tes selanjutnya
2) Penyusunan kisi-kisi tes
Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk
menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk
dalam penulisan soal. Kisi-kisi dapat berupa format
atau matriks. Kisi-kisi tes adalah deskripsi mengenai
ruang lingkup dan isi dari apa yang akan diujikan,
serta memberikan rincian mengenai soal-soal yang
diperlukan oleh tes tersebut. Kisi-kisi pada umumnya
berisi (1) rincian materi pembelajaran/aspek yang
akan dievaluasi, (2) tingkah laku yang akan diukur
berikut deskripsi indikatornya, (3) proporsi dan
jumlah soal, serta (4) bentuk soal
3) Penulisan soal
Dalam penulisan butir soal, penulis harus
memperhatikan kaidah penulisan soal. Menulis soal
adalah penjabaran indikator kompetensi yang hendak
diukur menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
karakteristiknya sesuai dengan kisi-kisi.
4) Penelaahan soal
Penelaahan soal adalah mengkaji secara teoritik soal
tes yang telah disusun. Penelaahan ini dilakukan
dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu aspek
materi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa.
112
Biasanya pada penelaahan soal dilakukan review dan
revisi oleh orang lain.
5) Uji coba soal termasuk analisisnya
Soal yang sudah dibuat dan sudsah direproduksi atau
diperbanyak itu diujicobakan kepada sejumlah
sampel yang telah ditentukan. Sampel uji-coba harus
mempunyai karakteristik yang kurag lebih sama
dengan karakteristik peserta tes sesungguhnya.
Berdasarkan data hasil uji-coba dilakukan analisis,
terutama analisis butir soal yang meliputi tingkat
kesukaran, validita butir, dan fungsi pengecoh.
6) Perakitan soal menjadi perangkat tes
Dalam perakitan tes perlu mengelompokkan butir
soal itu menurut bentuknya, bukan menurut jenis
materinya atau menurut jenjang pengetahuan yang
hendak diukur.
7) Penyajian tes
Setelah diperoleh tes terstandar, naskah tes siap
diberikan atau disajikan kepada peserta tes. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penyajian tes adalah
waktu penyajian, petunjuk yang jelas mengenai cara
menjawab atau mengerjakan tes, ruangan dan tempat
duduk peserta tes
8) Penskoran
Penskoran dilakukan menurut bentuk tes atau soal.
9) Pelaporan hasil tes
Setelah pelaksanaan tes dan penskorannya, maka
hasil tes tersebut perlu dilaporkan, Laporan tersebut
misalnya kepada siswa yang bersangkutan, kepada
orang tua/wali siswa, kepada Kepala Sekolah, dan
sebagainya
10) Pemanfaatan hasil tes
Hasil tes yang tidak lain adalah hasil pengukuran
dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sistem, metode,
atau strategi belajar mengajar, di samping dapat
dimanfaatkan untuk penentuan kebijakan.
113
186. Apa yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan tes ?
Jawab:
Yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tes
adalah: pengambilan sampel dan pemilihan butir soal,
tipe tes yang akan digunakan, aspek yang akan diuji,
format butir soal, jumlah butir soal dan distribusi
tingkat kesukaran butir soal (Zainul, dkk :1997).
187. Bagaimana tahapan perencanaan dan penyusunan
tes ?
Jawab:
Adapun tahapan dalam perencanaan dan penyusunan
tes adalah
1) Pengembangan spesifikasi tes
2) Penulisan soal
3) Penelaahan soal
4) Pengujian butir-butir soal secara empirik
5) Administrasi tes bentuk akhir untuk tujuan
pembakuan (Suryabrta, 1987)
188. Apa yang dimaksud dengan spesifikasi tes ?
Jawab:
Spesifikasi tes adalah suatu uraian yang menujukkan
keseluruhan kualitas tes dan ciri-cirinya yang harus
dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan
189. Apa yang dimaksud dengan kisi-kisi soal ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan kisi-kisi (test blue-print atau
table of specification) adalah matrik informasi yang
dapat dijadikan pedoman untuk menulis dan merakit
soal menaji tes
114
190. Apa tujuan penyusunan kisi-kisi soal Itu ?
Jawab:
Tujuan penyusunan kisi-kisi soal adalah merumuskan
setepat mungkin ruang lingkup, tekanan, dan bagian-
bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi
petunjuk yang efektif bagi si penyusun tes
191. Apa saja yang harus diperhatikan dalam pemilihan
materi untuk penyusunan kisi-kisi ?
Jawab:
Yang harus diperhatikan dalam pemilihan materi
untuk penyusunan kisi-kisi adalah:
a) Urgensi, secara teoritis materi yang akan diujikan
mutlak harus dikuasai siswa
b) Relevansi, materi yang dipilih sangat diperlukan
untuk mempelajari atau memahami bidang lain
c) Kontinuitas, materi yang dipilih merupakan materi
lanjutan atau pendalaman materi dari yang
sebelumnya pernah dipelajari dalam jenjang yang
sama maupun antar jenjang
d) Kontekstual, materi memiliki daya terap dan nilai
guna yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari
192. Pertimbangan apa yang perlu diperhatikan dalam
memilih tipe soal ?
Jawab
Pertimbangan yang perlu digunakan dalam memilih
tipe soal, yaitu:
a) Kesesuaian antara tipe soal dengan materi
pelajaran
b) Kesesuaian antara tipe soal dengan tujuan evaluasi
c) Kesesuaian antara tipe soal dengan skoring
d) Kesesuaian antara tipe soal dengan pengokahan
ahasil evaluasi
e) Kesesuaian antara tipe soal dengan administrasi
tes (penyelenggaraan dan pelaksanaan tes)
f) Kesesuain antara tipe soal dengandana dan
kepraktisan
115
193. Apa yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan banyak sedikitnya sebuah soal
pada suatu tes ?
Jawab:
Adapun yang perlu diperhatikan dalam merencanakan
banyak sedikitnya sebuah soal pada suatu tes, yaitu:
a) hubungan banyak bsoal anyak sedikitnya soal
dengan reliabilitas tes
b) hubungan banyak sedikitnya soal dengan bobot
keseluruhan bagian
c) hubungan banyak sedikitnya soal dengan wak tu
tes
d) hubungan banyak sedikitnya soal denganujicoba
siati tes (Suryabrata, 2000)
194. Kemampuan khusus apa yang harus dimiliki oleh
penulis soal ?
Jawab:
Secara umum kemampuan khusus yang harus
dimiliki oleh penulis soal adalah:
1) Penguasaan pengetahuan yang dites
2) Kesadaran akan tata nilai yang mendasari
pendidikan
3) Pemahaman akan karakteristik individu yang
dites
4) Kemampuan membahasan gagasan
5) Penguasaan akan teknik penulisan soal
6) Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam
menulis soal
2. KAIDAH PENULISAN SOAL 195. Bagaimana aturan umum penulisan soal ?
Jawab:
Adapun aturan umum penulisan soal yaitu
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami
2) Jangan mengutip langsung kalimat dari buku
116
3) Bila merupakan pandangan seseorang, sebutkan
tokohmya
4) Tidak memberi isyarat jawaban bagi soal lain
5) Hindarkan hal-hal yang sepele
6) Hindarkan kebergantungan pada soal lain
196. Bagaimana kaedah penulisan soal pilihan ganda ?
Jawab:
Kaidah penulisan soal bentuk Pilihan Ganda adalah
sebagai berikut.
a. Materi
Soal harus sesuai dengan indikator (artinya soal
harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak
diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-
kisi), pengecoh harus berfungsi, dan setiap soal harus
mempunyai satu jawaban yang benar (artinya, satu
soal hanya mempunyai satu kunci jawaban).
b. Konstruksi
(1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan
tegas. Artinya, kemampuan/ materi yang hendak
diukur/ ditanyakan harus jelas, tidak
menimbulkan pengertian atau penafsiran yang
berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap
butir soal hanya mengandung satu persoalan/
gagasan
(2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus
merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan
yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan
atau pernyataan itu dihilangkan saja.
(3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah
jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal
jangan sampai terdapat kata, kelompok kata,
atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk
ke arah jawaban yang benar.
(4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang
bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal
117
jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang
mengandung arti negatif. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kesalahan penafsiran
peserta didik terhadap arti pernyataan yang
dimaksud. Untuk keterampilan bahasa,
penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila
aspek yang akan diukur justru pengertian
tentang negatif ganda itu sendiri.
(5)...Pilihan jawaban harus homogen dan logis
ditinjau dari segi materi. Artinya, semua
pilihan jawaban harus berasal dari materi yang
sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal,
penulisannya harus setara, dan semua pilihan
jawaban harus berfungsi.
(6) ..Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan
“Semua pilihan jawaban di atas salah" atau
"Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya
dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka
secara materi pilihan jawaban berkurang satu
karena pernyataan itu bukan merupakan materi
yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi
tidak homogen.
(7) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif
sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya
kecenderungan peserta didik memilih jawaban
yang paling panjang karena seringkali jawaban
yang lebih panjang itu lebih lengkap dan
merupakan kunci jawaban.
(8) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau
waktu harus disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya
pilihan jawaban yang berbentuk angka harus
disusun dari nilai angka paling kecil berurutan
sampai nilai angka yang paling besar, dan
sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban
yang menunjukkan waktu harus disusun secara
kronologis. Penyusunan secara unit
118
dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik
melihat pilihan jawaban.
(9) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan
sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas
dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai
suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca,
dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila
soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik,
tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal,
berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak
berfungsi.
(10) Rumusan pokok soal tidak menggunakan
ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti
seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
(11) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal
sebelumnya. Ketergantungan pada soal
sebelumnya menyebabkan peserta didik yang
tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak
akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
c. Bahasa/budaya
Setiap soal harus menggunakan bahasa yang
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah
bahasa Indonesia dalam penulisan soal di
antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1)
unsur subjek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat;
b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan
kata, dan c) pemakaian ejaan; (1) penulisan huruf,
(2) penggunaan tanda baca. Bahasa yang
digunakan harus komunikatif, sehingga
pernyataannya mudah dimengerti peserta didik.
Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase
yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.
Letakkan kata/frase pada pokok soal.
119
197. Bagaimana kaidah penulisan soal dua pilihan
jawaban (Benar-Salah, Ya-Tidak) ?
Jawab:
Kaidah penulisan soal dua pilihau adalah sebagai
berikut.
1) Hindari penggunaan kata: terpenting, selalu, tidak
pernah, hanya, sebagian besar, dan kata-kata lain
yang sejenis, karena dapat membingungkan
peserta tes dalam menjawab. Rumusan butir soal
harus jelas, dan pasti benar atau pasti salah.
2) Jumlah rumusan butir soal yang jawabannya
benar dan salah hendaknya seimbang.
3) Panjang rumusan pernyataan butir soal
hendaknya relatif sama.
4) Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah
secara random, tidak sistematis mengikuti pola
tertentu. Misalnya: B B S S, atau B S B S, dan
sebagainya. Susunan yang terpola sistematis
seperti itu dapat memberi petunjuk kepada
jawaban yang benar.
5) Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku
teks. Pengambilan kalimat langsung dari buku
teks lebih mendorong siswa untuk menghafal
daripada memahami dan menguasai konsep
dengan baik.
198. Bagaimana kaidah penulisan soal menjodohkan ?
Jawab:
Kaidah penulisan soal menjodohkan adalah sebagai
berikut.
1) Tulislah seluruh pernyataan dalam lajur kiri
sejenis, dan pernyataan dalam lajur kanan juga
sejenis. Dengan kata lain: pernyataan dalam lajur
sebelah kiri isinya homogen, demikian juga
pernyataan dalam lajur sebelah kanan isinya harus
homogen.
120
2) Tulislah pernyataan jawaban lebih banyak dari
pernyataan soal. Hal ini penting, untuk
memperkecil probabilitas peserta tes menjawab
soal secara menebak dengan benar. Seperti contoh
berikut, pernyataan soal yang ada di lajur kiri
adalah lima butir, pernyataan jawaban yang ada di
lajur kanan adalah enam butir.
3) Susunlah jawaban yang berbentuk angka secara
berurutan dari besar ke kecil atau sebaliknya.
Apabila alternatif jawabannya berupa tanggal dan
tahun terjadinya peristiwa, maka susunlah tanggal
dan tahun tersebut berurutan secara kronologis,
seperti dalam penulisan soal pilihan ganda.
4) Tulislah petunjuk mengerjakan tes yang jelas dan
mudah dipahami oleh peserta tes. Oleh karena itu,
dalam perumusan kalimat dan penggunaan
kosakata perlu memperhatikan perkembangan
kemampuan bahasa peserta tes.
199. Bagaimana kaidah penulisan soal isian ?
Jawab:
Kaidah penulisan soal bentuk isian adalah seperti
berikut (Tim Puspendik, 2008):
1) Soal harus sesuai dengan indikator
2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan
benar, serta kalimat singkat dan jelas, sehingga
peserta tes dapat memahami dengan mudah.
3) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan
pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol,
tempat, atau waktu.
4) Soal tidak merupakan kalimat yang dikutip
langsung dari buku.
5) Soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban.
6) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya
hanya satu bagian dalam ratio butir soal, dan
paling banyak dua bagian, supaya tidak
membingungkan siswa.
121
200. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi oleh penulis
soal ujian ?
Jawab:
Adapun kriteria yang harus dipenuhi oleh penulis soal
ujian adalah:
1) Adanya kesesuaian materi yang diujikan dan
target kompetensi yang dicapai melalui materi
yang diajarkan
2) Bahan ulangan atau ujian hendaknya
menghasilkan informasi atau data yang dapat
dijadikan landasan bagi pengembangan standar
sekolah, standar wilayah, atau standar nasional
melalui penilaian hasil proses belajar mengajar
(Depdiknas, 2008)
201. Bagaimana kaiedah penulisan soal Esai (uraian) ?
Jawab:
Kaidah penulisan soal uraian sebagai berikut.
a. Materi
Soal harus sesuai dengan indikator, setiap pertanyaan
harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan, materi
yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran,
dan materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang
dan jenis sekolah atau tingkat kelas.
b. Konstruksi
Soal menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut
jawaban terurai, ada petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal, setiap soal harus ada pedoman
penskorannya, dan tabel, gambar, grafik, peta, atau yang
sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi
c. Bahasa
Rumusan kalimat soal harus komunikatif, menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku), tidak
menimbulkan penafsiran ganda, tidak menggunakan
bahasa yang berlaku setempat/tabu, dan tidak
122
mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan
peserta didik.
202. Bagaimana kaidah penulisan soal jawaban singkat ?
Jawab:
Kaedah Penulisan soal jawaban singkat adalah sebagai
berikut:
1) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau
kalimat perintah.
2) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat
jawaban yang singkat.
3) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh
siswa pada semua soal diusahakan relatif sama.
4) Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang
diambil langsung dari buku teks, sebab akan
mendorong siswa untuk sekedar mengingat atau
menghafal apa yang tertulis dibuku.
5) Buatlah pedoman penskoran untuk digunakan pada
waktu menskor.
203. Bagaimana kaidah penulisan soal penalaran tinggi ?
Jawab:
Untuk menuliskan butir Penulisan soal yang menuntut
penalaran tinggi, perlu memperhatikan pedoman
berikut:
1) Materi yang akan ditanyakan diukur dengan
perilaku: C2/pemahaman, C3/penerapan,
C4/sintesis,C5/analisis, atau C6/evaluasi (bukan
hanya C1/ingatan saja). Ingat Taksonomi Bloom.
2) Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan
(stimulus). Agar butir soal yang ditulis dapat
menuntut penalaran tinggi, maka setiap butir soal
selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang
berbentuk sumber/bahan bacaan seperti: teks
bacaan, paragrap, teks drama, penggalan
novel/cerita/dongeng, puisi, kasus, gambar, grafik,
123
foto, rumus, tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta,
film, atau suara yang direkam (Depdiknas, 2007)
204. Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan berpikir kritis adalah cara
berpikir seseorang mengenai suatau masalah di mana
pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan
menangani secara terampil struktur-struktur yang
melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-
standar intelektual padanya (Nitko and Brookhart.
2007).
205. Bagaimana pedoman penulisan butir soal berpikir
kritis ?
Jawab:
Untuk penulisan soal berpikir kritis maka perlu
didasarkan 11 kemampuan yang menuntut penalaran
tinggi, yaitu: (1) memfokuskan pada pertanyaan, (2)
menganalisis argumen, (3) mempertimbangkan hal
yang dapat dipercaya, (4) mempertimbangkan laporan
observasi, (5) membandingkan kesimpulan, (6)
menentukan kesimpulan, 97) mempertimbangkan
kemampuan induksi, (8) menilai, (9) mendefinisikan
konsep, (10) mendefinisikan asumsi, dan (11)
mendeskripsikan
206. Bagaimana pedoman penulisan butir soal
keterampilan pemecahan masalah ?
Jawab:
Untuk penulisan soal Keterampilan Pemecahan
Masalah, maka perlu didasarkan pada 17 kemampuan
yang menuntut penalaran tinggi, yaitu: (1)
mengidentifikasi masalah, (2) merumuskan masalah
dalam bentuk pertanyaan, (3) memahami kata dalam
bentuk kontesks, (4) mengidentifikasi masalah yang
tidak sesuai, (6) mendeskripsikan berbagai strategi, (7)
124
mengidentifikasi asumsi, (8) mendeskripsikan
masalah, (9) memberi alsan masalah yang sulit, (10)
membreri alasan solusi, (11) memberi alasan strategi
yang digunakan, (12) memecahkan masalah
berdasarkandata dan masalah, (13) membuat strategi
lain, (14) menggunakan analogi, (15) menyelesaikan
secara terencana, (16) mengevaluasi kualitas solusi,
dan (17) mengevaluasi strategi sistematika.
207. Bagaimana kaidah penulisan soal tes perbuatan ?
Jawab:
Kaedah penulisan soal tes perbuatan, yaitu:
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator (menuntut
tes perbuatan: kinerja, hasil karya, atau
penugasan)
b. Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus
sesuai.
c. Materi sesuai dengan kompetensi (urgensi,
relevansi, kontinuitas, keterpakaian seharihari
tinggi).
d. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan
jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban perbuatan/praktik.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal.
c. Disusun pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang
sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca
3. Bahasa/Budaya
a. Rumusan kalimat soal komunikatif
b. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang
baku.
125
c. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu.
e. Rumusan soal tidak mengandung
kata/ungkapan yang dapat menyinggung
perasaan peserta didik
208. Bagaimana kaedah penulisan soal nontes ?
Jawab:
Kaedah penulisan soal non tes, adalah:
1. Materi
a. Pernyataan harus sesuai dengan rumusan
indikator dalam kisi‐kisi.
b. Aspek yang diukur pada setiap pernyataan
sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi‐kisi
(misal untuk tes sikap: aspek kognisi, afeksi atau
konasinya dan pernyataan positif atau
negatifnya).
2. Konstruksi
a. Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak
melebihi 20 kata) dan jelas.
b. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak
relevan objek yang dipersoalkan atau
kalimatnya merupakan pernyataan yang
diperlukan saja.
c. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat
negatif ganda.
d. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang
mengacu pada masa lalu.
e. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang faktual
atau dapat diinterpretasikan sebagai fakta.
f. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat
diinterpretasikan lebih dari satu cara
126
g. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang
mungkin disetujui atau dikosongkan oleh
hampir semua responden.
h. Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan
secara lengkap.
i. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak
pasti sepertI semua, selalu, kadang-kadang,
tidak satupun, tidak pernah.
j. Jangan banyak mempergunakan kata hanya,
sekedar, semata‐mata. Gunakanlah seperlunya.
3. Bahasa/Budaya
a. Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai
dengan jenjang pendidikan peserta didik atau
responden.
b. Soal harus menggunakan bahasa Indonesia
baku.
c. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu
209. Apa yang harus diperhatikan pada saat
menyelenggarakan tes untuk siswa ?
Jawab:
yang harus diperhatikan pada saat menyelenggarakan tes
untuk siswa yaitu:
(1) Menjaga obyektivitas pelaksanaan tes:
Meskipun kegiatan pelaksanaan tes merupakan
kegiatan rutin, namun seorang guru/pendidik tetap
harus menjaga obyektifitas, baik dalam pengawasan,
menjaga kerahasiaan soal, dan berbagai kode etik
penyelenggaraan tes yang lain.
(2) Memberikan skor pada hasil tes:
Yaitu memeriksa hasil jawaban dari para siswa, untuk
memberikan skor/angka sebagai penghargaan
terhadap setiap poin soal yang dapat dikerjakan,
hasilnya berupa angka yang disebut skor mentah,
127
angka yang menunjukkan berapa soal yang bisa
dijawab benar oleh siswa
(3) Melakukan analisis hasil tes
Setelah semua pekerjaan siswa dikoreksi langkah
berikutnya adalah melakukan analisis terhadap skor
hasil tes
210. Bagaimana kaitan antara teknik penilaian dan
bentuk instrumennya ?
Jawab:
Adapun kaitan antara teknik penilaian dan bentuk
instrumennya adalah seperti tabel berikut.
Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Tes tertulis • Tes pilihan: pilihan ganda,
Benar-salah,
menjodohkan, dll.
• Tes isian: isian singkat dan
uraian
Tes lisan • Daftar pertanyaan
Tes praktek (Tes
kinerja)
• Tes identifikasi
• Tes simulasi
• Tes uji petik kinerja
Penugasan individu
atau kelompok
• Pekerjaan rumah
• Projek
Penilaian portofolio • Lembar penilaian
portofolio
Jurnal • Buku cacatan jurnal
Penilaian diri • Kuesioner/lembar
penilaian diri
Penilaian antar teman • Lembar penilaian
antarteman
129
BAB 5. ANALISIS BUTIR
SOAL
1 .PENGERTIAN
210. Tanya: Jelaskan apa pengertian analisis butir
soal?
Jawab:
Analisis butir soal didefinisikan sebagai suatu proses
sistematik untuk mengkaji kualitas butir-butir soal tes
terutama tes obyektif. Analisis butir tes adalah salah
satu kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan mutu suatu tes, khususnya mutu tiap
butir soal yang menjadi bagian dari tes itu.
211. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kegiatan
analisis butir ?
Jawab:
Kegiatan analissis butir adalah proses pengumpulan,
peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban
siswa untuk membuat keputusan tentang setiap
penilaian (Nitko, 1996).
212. Apa tujuan analisis butir ?
Jawab:
Tujuan dilakukannya analisis butir soal yaitu:
a. untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar
diperoleh soal yang bermutu sebelum soal
digunakan.
b. untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi
atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk
mengetahui informasi diagnostik pada siswa
apakah mereka sudah/belum memahami materi
yang telah diajarkan (Aiken, 1994).
130
213. Apa manfaat analisis butir itu ?
Jawab:
Manfaat dilakukannya analisis butir antara lain adalah:
(1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi
atas tes yang digunakan,
(2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan
lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa
di kelas,
(3) mendukung penulisan butir soal yang efektif,
(4) secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, dan
(5) dapat meningkatkan validitas soal dan reliabilitas
(Anastasi dan Urbina, 1997)
214. Jelaskan untuk apa analisis soal digunakan ?
Jawab:
Analisis soal digunakan untuk menjawab hal-hal
berikut:
1) Apakah dalam tes acuan norma tiap-tiap soal
mempunyai daya beda yang memadai antara
kelompok siswa yang pandai dengan kelompok
siswa yang bodoh (high and low achievers) ?
2) Apakah dalam tes acuan patokan tiap –tiap soal
telah dapat mengukur dengan tepat hasil
pengajaran yang telah diberikan kepada siswa ?
3) Apakah tiap-tiap soal itu telah mempunyai tingkat
kesukaran yang memadai ?
4) Apakah tiap-tiap soal itu telah bebas dari
kelemahan-kelemahan ?
5) Apakah tiap-tiap pengecoh telah berfungsi secara
efektif ? (soal pilihan ganda)
215. Ada berapa cara melakukan analisis butir ?
Jawab:
Pada umumnya analisis butir tes dilakukan melalui
dua cara yaitu (1) analisis butir soal tes secara
kualitatif dan (2) analisis butir soal tes secara
131
kuantitatif. Dalam analisis butir soal secara kualitatif,
aspek yang diperhatikan adalah setiap soal ditelaah
dari segi materi, konstruksi, bahasa, dan kunci
jawaban/pedoman penskorannya. Sedangkan analiis
butir soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir
soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang
bersangkutan
216. Bagaimana cara analisis butir secara kualitatif ?
Jawab:
Pada analisis soal tes secara kualitatif (teoritik) yang
dikaji adalah kesesuaian antara butir-butir soal dengan
tujuan atau indikator dan apakah soal tes sudah
memenuhi validitas isinya. Soal tes juga dicermati
penggunaan bahasa, kejelasan dan kesingkatannya,
juga dilihat kejelasan dan kefungsian tabel dan atau
gambar. Pilihan jawaban juga dicermati homogenitas
dan kejelasannya. Caranya adalah kepada beberapa
penelaah diberikan butir-butir soal yang akan ditelaah,
format penelaahan, dan pedoman
penilaian/penelaahannya.
217. Bagaimana cara analisis butir secara kuantitatif ?
Jawab:
Terdapat dua pendekatan dalam analisis secara
kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan
pendekatan modern.
Analisis butir soal secara klasik adalah proses
penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban
peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang
bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik.
Analisis butir soal secara modern yaitu penelaahan
butir soal dengan menggunakan Item Response Theory
(IRT) atau teori jawaban butir soal. Teori ini
merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi
matematika untuk menghubungkan antara peluang
menjawab benar suatu scal dengan kemampuan siswa.
132
218. Kapan analisis butir itu dilakukan ?
Jawab:
Analisis butir secara kualitatif biasanya dilakukan
sebelum soal digunakan /diujikan, sedangkan analisi
butir secara kuantitatif setelah soal diujikan.
219. Apa yang ingin diketahui dalam kegiatan analisis
butir ?
Jawab:
Yang ingin diketahui dalam kegiatan analsis butir
soal adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan:
(1) Apakah fungsi soal sudah tepat?
(2) Apakah soal ini memiliki tingkat kesukaran yang
tepat?
(3) Apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak relevan?
(4) Apakah pilihan jawabannya efektif?
220. Bagaimana teknik analisis soal secara kualitatif ?
Jawab:
Untuk menganalisis butir soal secara kualitatif,
diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel.
221. Apa yang dimaksud dengan teknik moderator ?
Jawab:
Teknik moderator adalah teknik berdiskusi yang di
dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah.
Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan
secara bersama-sama dengan beberapa ahli seperti
guru yangmengajarkan materi, ahli materi,
penyusun/pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli
bahasa, berlatar belakang psikologi.
222. Apa yang dimaksud dengan teknik panel ?
Jawab:
Teknik panel adalah suatu teknik menelaah butir soal
yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah
133
penulisan butir soal, yaitu ditelaah dari segi materi,
konstruksi, bahasa/budaya, kebenaran kunci
jawaban/pedoman penskorannya yang dilakukan oleh
beberapa penelaah.
223. Bagaimana prosedur analisis butir soal secara
kualitatif ?
Jawab:
Prosedur untuk menganalisi butir secara kualitatif
adalah menggunakan format penelaahan soal
224. Jelaskan bagaimana bentuk format untuk analisis
butir soal pilihan ganda ?
Jawab:
Bentuk/contoh format analisis butir secara kualitatif
untuk soal Pilihan Ganda adalah sebagai berikut
FORMAT PENELAAHAN SOAL BENTUK
PILIHAN GANDA
Mata Pelajaran : .................................
Kelas/semester : .................................
Penelaah : .................................
NO Aspek yang ditelaah Nomor Soal
1 2 3 4 5 ..
A
1
2
3
4
Materi
Soal sesuai dengan
indikator (menuntut tes
tertulis untuk bentuk
pilihan ganda
Materi yang ditanyakan
sesuai dengan
kompetensi (urgensi,
relevasi, kontinyuitas,
keterpakaian sehari-hari
tinggi)
Pilihan jawaban homogen
dan logis
Hanya ada satu kunci
jawaban
134
NO Aspek yang ditelaah Nomor Soal
1 2 3 4 5 ..
B
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
C
15
16
Konstruksi
Pokok soal dirumuskan
dengan singkat, jelas, dan
tegas
Rumusan pokok soal dan
pilihan jawaban
merupakan pernyataan
yang diperlukan saja
Pokok soal tidak
memberi petunjuk kunci
jawaban
Pokok soal bebas dan
pernyataan yang bersifat
negatif ganda
Pilihan jawaban homogen
dan logis ditinjau dari segi
materi
Gambar, grafik, tabel,
diagram, atau sejenisnya
jelas dan berfungsi
Panjang pilihan jawaban
relatif sama
Pilihan jawaban tidak
menggunakan pernyataan
"semua jawaban di atas
salah/benar" dan
sejenisnya.
Pilihan jawaban yang
berbentuk angka/waktu
disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya
angka atau kronologisnya
Butir soal tidak
bergantung pada jawaban
soal sebelumnya
Bahasa/Budaya
Menggunakan bahasa
yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia
Menggunakan bahasa
yang komunikatif
135
NO Aspek yang ditelaah Nomor Soal
1 2 3 4 5 ..
17
18
Tidak menggunakan
bahasa yang berlaku
setempat/tabu
Pilihan jawaban tidak
mengulang kata/
kelompok kata yang
sama, kecuali merupakan
satu kesatuan pengertian
225. Bagaimana bentuk format untuk analisis butir soal
esai atau uraian ?
Jawab:
Adapun bentuk/contoh format analisis butir secara
kualitatif untuk soal Uraian adalah sebagai berikut
FORMAT PENELAAHAN SOAL BENTUK
URAIAN
Mata Pelajaran : .................................
Kelas/semester : .................................
Penelaah : ...........................................
NO Aspek Yang Ditelaah Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7 ..
A
1
2
3
4
Materi
Soal sesuai dengan
indikator (menuntut tes
tertulis untuk bentuk
Uraian)
Batasan pertanyaan dan
jawaban yang diharapkan
sudah sesuai
Materi yang ditanyakan
sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevasi,
kontinyuitas, keterpakaian
sehari- hari tinggi)
Isi materi yang ditanyakan
sesuai
dengan jenjang jenis
sekolah atau
136
B
5
6
7
8
C
9
10
11
12
13
tingkat kelas
Konstruksi
Menggunakan kata tanya
atau perintah yang
menuntut jawaban uraian
Ada petunjuk yang jelas
tentang cara mengerjakan
soal
Ada pedoman
penskorannya
Tabel, gambar, grafik,
peta, atau
yang sejenisnya disajikan
dengan
jelas dan terbaca
Bahasa/Budaya
Rumusan kalimat coal
komunikatif
Butir soal menggunakan
bahasa
Indonesia yang baku
Tidak menggunakan
kata/ungkapan
yang menimbulkan
penafsiran ganda atau
salah pengertian
Tidak menggunakan
bahasa yang
berlaku setempat/tabu
Rumusan soal tidak
mengandung
226. Bagaimana prosedur/pendekatan nalisis butir
secara kuantitatif?
Jawab:
Untuk menganalisis butir secara kuantitatif dapat
dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu
(1) pendekatan secara klasik dan (2) pendekatan
secara modern
137
227. Apa yang dimaksud analisis butir soal secara
teori klasik ?
Jawab:
Analisis butir soal secara klasik adalah proses
penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban
peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang
bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik.
228. Apa kelebihan analisis butir soal dengan
pendekatan klasik ?
Jawab:
Adapun kelebihan analisis butir soal secara klasik
adalah murah, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan
cepat menggunakan komputer, mudah, sederhana,
familier dan dapat menggunakan data dari beberapa
peserta didik atau sampel kecil (Millman dan Greene,
1993)
229. Apa kelemahan analisis butir soal dengan
pendekatan teori tes klasik ?
Jawab:
Kelemahan analisis butir dengan teori tes klasik
adalah:.
1) Karakteristik butir sangat tergantung pada sampel
siswa yang mengerjakannya. Butir tes akan
berubah karakteristiknya apabila dikerjakan oleh
sampel siswa yang berbeda.
2) Karakteristik siswa juga sangat tergantung kepada
sampel butir tes yang dikerjakannya.
230. Bagaimana cara mengatasi kelemahan analisis
butir yang menggunakan teori tes klasik itu?
Jawab:
Untuk mengatasi kelemahan teori tes klasik itu maka
dua hal yang harus dipertimbangkan: 1) Kelompok uji
coba hendaknya mempunyai karakteristik yang
semirip mungkin dengan karakteristik siswa yang
138
hendak diukur hasil belajarnya menggunakan tes
tersebut. 2) Agar hasil analisis uji coba cermat dan
stabil maka siswa uji coba yang digunakan harus
berjumlah banyak sehingga distribusi skor lebih
bervariasi
231. Bagaimana proses/langkah analisis butir soal
secara klasik ?
Jawab:
Adapun proses analisis butir soal secara kuantitatif
adalah dengan langkah-langkah : pertama yang
dilakukan adalah menabulasi jawaban yang telah
dibuat pada setiap butir soal yang meliputi berapa
peserta didik yang:
(1) menjawab benar pada setiap soal,
(2) menjawab salah (option pengecoh),
(3) tidak menjawab soal.
Berdasarkan tabulasi ini, dapat diketahui tingkat
kesukaran setiap butir soal, daya pembeda soal,
alternatif jawaban yang dipilih peserta didik.
232. Bagaimana langkah konkrit analisis butir soal
secara klasik ?
Jawab:
Misalnya mau menganalisis 32 orang siswa, maka
langkahnya (1) urutkan skor siswa dari yang tertinggi
sampai yang terendah. (2) Pilih 10 lembar jawaban
pada kelompok atas dan 10 lembar jawaban pada
kelompok bawah, (3) Ambil kelompok tengah (12
lembar jawaban) dan tidak disertakan dalam analisis.
(4) Untuk masing-masing soal, susun jumlah siswa
kelompok atas dan bawah pada setiap pilihan jawaban.
(5) Hitung tingkat kesukaran pada setiap butir soal. (6)
Hitung daya pembeda soal. (7) Analisis efektivitas
pengecoh pada setiap soal (Linn dan Gronlund, 1995).
139
233. Karakteristik butir apa saja yang diuji dalam
teori klasik?
Jawab:
Karakteristik butir yang diuji dalam teori klasik
adalah tingkat kesukaran setiap butir, daya
pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban
(untuk soal bentuk obyektif) atau frekuensi
jawaban pada setiap pilihan jawaban.
234. Bagaimana dapat dikatakan butir itu baik?
Jawab:
Butir itu dapat dikatakan baik adalah butir yang
mempunyai tingkat kesukaran sedang, daya beda yang
tinggi dan pengecoh yang berfungsi efektif
2. TINGKAT KESUKARAN BUTIR
235. Apa yang dimaksud dengan tingkat kesukaran
atau indeks kesukaran ?
Jawab:
Tingkat kesukaran (difficulty index) didefinisikan
sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab
benar (Crocker dan Algina, 1986).
Indeks kesukaran adalah proporsi peserta ujian yang
menjawab benar (Sax, 1980). Jadi indeks kesukaran
adalah angka yang menunjukkan proporsi peserta tes
menjawab benar terhadap suatu butir soal tertentu
236. Berapa besar rentang indek tingkat kesukaran
tersebut?
Jawab:
Rentang indeks tingkat kesukaran berkisar 0,00 - 1,00
(Aiken (1994).
237. Bagaimana arti dari indek tingkat kesukaran
tersebut?
Jawab:
Jika suatu soal memiliki indeks Tingkat Kesukaran
(TK) = 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang
140
menjawab benar dan bila memiliki indeks Tingkat
Kesukaran (TK) = 1,00 artinya bahwa siswa
menjawab benar
238. Bagaimana cara menghitung indek kesukaran
butir soal objektif ?
Jawab:
Untuk menghitung/menentukan tingkat kesukaran
butir soal objektif dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
Tingkat
Kesukaran= Jumah siswa yang menjawab benar butir soal
Jumlah siswa yang mengikuti tes
atau dalam bentuk rumus :
p = ∑ 𝐁
𝐍
dengan :
p = Proporsi menjawab benar atau Indeks tingkat
kesukaran
∑ B = banyaknya peserta tes yang menjawab benar.
N = jumlah peserta tes yang menjawab.
239. Adakah cara lain menentukan indek kesukaran
soal objektif ?
Jawab:
Ada, yaitu menggunakan rumus berikut (Gronlund,
1982).
p = R
T x 100 %
dengan P = Indeks kesukaran butir, R = jumlah
jawaban butir yang betul, dan T = jumlah total butir
yang di tes
240. Bagaimana cara menghitung indek tingkat
kesukaran butir soal esai atau uraian ?
Jawab:
Untuk menghitung/menentukan tingkat kesukaran
butir soal uraian dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
141
Mean = Jumah skor siswa peserta tes pada suatu soal
Jumlah siswa yang mengikutites
Tingkat Kesukaran = Mean
Skor maksimumyang ditetapkan
241. Bagaimana hubungan tingkat kesukaran dengan
tujuan tes ?
Jawab:
Untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal
yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk
keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki
tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan
diagnostik biasanya digunakan butir soal yang
memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
242. Bagaimana klasifikasi tingkat kesukaran itu ?
Jawab:
Beberapa klasifikasi tingkat kesukaran adalah sebagai
berikut:
1). Menurut Depdiknas (2010)
a. 0,00 - 0,30 soal tergolong sukar
b. 0,31 - 0,70 soal tergolong sedang
c. 0,71 - 1,00 soal tergolong mudah
2). Menurut Asaad dan Hailaya (2004)
a. 0,00 - 0,20 soal tergolong sangat sukar
b. 0,21 - 0,40 soal tergolong sukar
c. 0,41 - 0,60 soal tergolong sedang
d. 0,61 - 0,80 soal tergolong mudah
e. 0,81 - 1,00 soal tergolong sangat mudah,
243. Apa kegunaan hasil pengujian tingkat kesukaran
butir soal
Jawab:
Kegunaannya bagi guru adalah: (1) sebagai
pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan
memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar
142
mereka, (2) memperoleh informasi tentang penekanan
kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang
bias
244. Apa saja keterbatasan pengujian tingkat
kesukaran secara klasik ?
Jawab:
Pengujian tingkat kesukaran secara klasik memiliki
keterbatasan, yaitu tingkat kesukaran sangat sulit
untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi
tingkat kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna,
1999). Jika sampel berkemampuan tinggi, maka soal
akan sangat mudah (TK= > 0,90). Jika sampel
berkemampuan rendah, maka soal akan sangat sulit
(TK = < 0,40)
245. Bagaimana cara menentukan tingkat kesukaran
perangkat soal ?
Jawab:
Untuk menentukan tingkat kesukaran perangkat soal
yaitu :
Menjumlahkan tingkat kesukaran semua butir soal
kemudian membagi dengan jumlah butir soal, atau
dalam bentuk rumus
p (tingkat kesukaran perangkat soal) = ∑ b
N
dengan: p = tingkat kesukaran naskah ujian
b = tingkat kesukaran butis soal
N = jumlah butir soal
3.DAYA BEDA BUTIR 246. Apa yang dimaksud dengan daya beda butir soal ?
Jawab:
Daya beda butir soal adalah kemampuan suatu butir
soal dapat membedakan antara warga belajar/siswa
yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan
warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum
menguasai materi yang ditanyakan
143
247. Apa manfaat pengujian daya beda butir itu?
Jawab:
Manfaat pengujian daya beda butir soal adalah:
1) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal
melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks
daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui
apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal
dapat mendeteksi/membedakan kemampuan
siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau
belum memahami materi yang diajarkan guru.
248. Bagaimana cara mengetahui daya beda butir ?
Jawab:
Daya beda butir dapat diketahui dengan melihat besar
kecilnya indeks diskriminasi atau angka yang
menunjukkan besar kecilnya daya beda.
249. Apa fungsi daya beda butir ?
Jawab:
Adapun fungsi dari daya beda butir adalah mendeteksi
perbedaan individual yang sekecil-kecilnya di antara
para peserta tes.
250. Bagaimana cara menentukan daya beda butir ?
Jawab:
Daya beda butir biasanya ditentukan dengan
menggunakan indeks korelasi, Indeks diskriminasi,
dan indeks keselarasan item.
251. Apa yang dimaksud dengan indeks daya beda ?
Jawab:
Indeks daya beda adalah angka yang menunjukkan
kemampuan butir soal untuk membedakan kelompok
peserta tes yang berprestasi tinggi dan kelompok
peserta tes yang berprestasi rendah
144
252. Bagaimana rumus untuk menentukan daya beda
soal pilihan ganda ?
Jawab:
Rumus untuk menentukan daya beda soal Pilihan
Ganda adalah:
D = KA−KB
1/2 N atau D =
2(KA−KB)
N atau D =
KA
NA -
KB
NB
Karena P = B
N , maka dapat rumus daya beda
dapat ditulis dalam bentuk:
= PA - PB
dengan
D = daya beda soal
KA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
KB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
N = jumlah siswa yang mengerjakan tes
253. Adakah cara lain menentukan daya beda soal
pilihan ganda ?
Jawab:
Ada, yaitu rumus korelasi point biserial (rpbis)
(Miliman and Ireene, 1993), yaitu
rpbis =Xb−Xs
SD√p/q
keterangan
rbis = koefisien korelasi point biserial
Xb = rata-rata skor siswa yang menjawab benar bagi
butir yang dicari validitasnya
Xs = rata-rata skor total
SD = simpangan baku skor total
P = proporsi siswa yang menjawab benar , yaitu
banyak siswa yang
menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa
q = proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 – p)
145
254. Bagaimana contoh menentukan daya beda yang
menggunakan
rumus korelasi point biserial?
Jawab:
Hasil uji coba 10 butir soal pilihan ganda pada 10
orang siswa, adalah sebagai berikut:
No Siswa Nomor Butir skor
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8
2 B 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8
3 C 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7
4 D 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7
5 E 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7
6 F 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5
7 G 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6
8 H 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 5
9 I 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 5
10 J 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 4
∑ X 8 7 8 7 7 5 5 5 5 5 62
p 0,8 0,7 0,8 0,7 0,7 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
q 0,2 0,3 0,2 0,3 0,3 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Ingin dihitung daya beda butir 1,
Adapun langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
(1) Menentukan proporsi menjawab benar (p) dengan
rumus
p = ∑ X/N = 8/10 = 0,8
(2) Menentukan nilai q, dengan rumus:
q = 1- p
q = 1-0,8 = 0,2
(3) Menentukan rata-rata skor total dengan rumus
Mt = (62)/10 = 6,2
(4) Menentukan rata-rata skor siswa yang menjawab
benar, yaitu 8 orang (kecuali H dan I)
Mp = (8 + 6 +7 + 7 + 7 + 5 + 6 + 4)/8 = 6,50
146
(5) Menentukan standar deviasi dengan rumus
SD = √N∑X2−(∑X)2
N(N−1) = √
10x 402−(62)2
10(10−1) = √
176
90 =
√3,357 = 1,398
∑𝑋2 = 82 + 82 + 72 + 72 + 72 + 52+62 + 52 +
52+42
∑𝑋2 = 402
(6) Menentukan korelasi dengan persamaan
rpbis =Xb−Xs
SD√p/q =
6,5−6,2
1,398 √0,80/0,20 = 0,496
Angka 0,496 disebut indeks diskriminasi (Suryabrata,
1997), dan menunjukkan derajat kecermatan soal tersebut
dalam membedakan siswa yang tinggi kemampuannya
dari siswa yang rendah kemampuannya.
Demikian dengan cara yang sama, maka indeks
diskriminasi butir-butir 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dapat
dihitung.
255. Bagaimana rumus untuk menentukan daya beda soal
esai ?
Jawab:
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian
adalah dengan
menggunakan rumus (Zulaiha, 2007) berikut ini.
D = MeanA−MeanB
Skor Maks
dengan:
D = daya beda soal uraian
Mean A = rata-rata skor siswa pada kelompok atas
Mean B = rata-rata skor siswa pada kelompok bawah
Skor Maks = skor maksmum yang ada pada pedoman
penskoran
147
256. Adakah rumus lain untuk mencari daya beda soal
esai ?
Jawab:
Ada, yaitu rumus berikut (adopsi dari Suherman, 2001)
D = KA−KB
N(SMaks−SMin)
keterangan :
D = Daya pembeda
KA = Jumlah skor kelompok atas
KB = Jumlah skor kelompok bawah
N = Jumlah siswa kelompok atas atau bawah
SMaks = Skor tertinggi setiap soal uraian
SMin= Skor terendah setiap soal uraian
257. Bagaimana cara membagi siswa menjadi kelompok
atas
dan kelompok bawah ?
Jawab:
Pengelompokan siswa menjadi kelompok atas atau
kelompok bawah dapat ditentukan sebagai berikut:
pertama, bila jumlah siswa kurang dari 100 orang
(kelompok kecil), maka jumlah siswa dibagi dua sama
besar 50% kelompok atas (BA) dan 50% kelompok
bawah (BB); kedua, bila jumlah siswa lebih dari 100
orang (kelompok besar), maka hanya diambil ke dua
kutubnya sebagai sample, yaitu 27% kelompok atas
(BA) yang memperoleh nilai tertinggi dan 27%
kelompok bawah (BB) yang memperoleh nilai
terendah.
258. Apa penyebabnya jika suatu butir soal tidak dapat
membedakan
kemampuan siswa antara yang telah memahami
dan belum
memahami materi ?
148
Jawab:
Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan
kemampuan siswa di antara yang yang telah
memahami dan belum memahami materi, maka butir
soal itu dapat dicurigai "kemungkinan penyebabnya"
adalah:
Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban
yang benar
Kompetensi yang diukur tidak jelas
Pengecoh tidak berfungsi
Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga
banyak siswa yang menebak
Sebagian besar siswa yang memahami materi yang
ditanyakan berpikir ada yang salah informasi
dalam butir soalnya
259. Berapa besar rentang indeks daya beda sebuah soal
?
Jawab:
Rentang indeks daya pembeda soal berkisar antara -
1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya
pembeda suatu soal, maka semakin kuat/baik soal itu
260. Apa artinya jika indeks daya beda harganya
negatif (< 0) ?
Jawab:
Jika daya pembeda negatif (< 0) berarti lebih banyak
kelompok bawah (siswa yang tidak memahami materi)
menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas
(siswa yang memahami materi).
261. Bagaimana rentang daya beda itu ?
Jawab:
Adapun rentang daya beda adalah seperti berikut ini
(Crocker dan Algina,1986).
149
0,40 - 1,00 soal diterima baik
0,30 - 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 - 0,29 soal diperbaiki
0,19 - 0,00 soal tidak dipakai/dibuang
262. Bagaimana langkah-langkah menentukan daya
beda?
Jawab:
Adapun langkah-langkah menentukan daya beda
adalah sebagai berikut:
a) Susunlah urutan peserta berdasarkan skor yang
diperolehnya, mulai skor tertinggi sampai skor
terendah
b) Bagilah peserta tes tersebut menjadi 2 (dua)
kelompok:
- Kelompok A: 27% kelompok atas (skor tinggi
mulai yang paling atas)
- Kelompok B: 27% kelompok bawah (skor
rendah mulai paling rendah):
c) Hitung jumlah kelompok atas yang menjawab
benar terhadap butir soal yang yang akan dihitung
daya bedanya (BA)
d) Hitung jumlah kelompok bawah yang menjawab
benar terhadap butir soal yang yang akan dihitung
daya bedanya (BB)
e) Hitung proporsi peserta yang menjawab benar
terhadap butir soal tersebut untuk masing-pmasing
kelompok
f) Indeks Daya Beda = proporsi kelompok atas
dikurangi proporsi kelompok bawah
D = KA/N – KB/N = PA - PB
150
4. KEEFEKTIFAN PENGECOH
263. Apa yang dimaksud dengan pengecoh atau
distraktor dalam
soal pilihan ganda ?
Jawab:
Pengecoh (distractor) yang juga dikenal dengan istilah
penyesat atau penggoda adalah pilihan jawaban
(option) yang bukan kunci, sebagai alternatif yang
mirip dengan kunci.
264. Apa yang dimaksud dengan efektivitas pengecoh
itu ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan efektifitas distraktor atau
pengecoh adalah seberapa baik pilihan yang salah
tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang
tidak mengetahui kunci jawaban yang tersedia
265. Bagaimana cara mengetahui berfungsi tidaknya
sebuah pengecoh soal pilihan ganda ?
Jawab:
Untuk mengetahui berfungsi tidaknya sebuah
pengecoh dapat digunakan rumus:
Banyaknya pemilih pengecoh
Jumlah peserta ujian x 100 %
266. Apakan ada cara lain untuk menganalisis
keefektifan pengecoh ?
Jawab:
Ada, yaitu dengan cara menentukan indek pengecoh
yang menggunakan rumus (Arifin, 2009) berikut
IP = P
(N−B)/(n−1) x 100
%
Keterangan:
IP = Indek pengecoh
P = jumlah siswa yang memilih
pengecoh
N = jumlah siswa yang ikut tes
B = jumlah siswa yang menjawab
betul pada setiap soal
n = jumlah alternatif jawaban
151
267. Bagaimana cara menafsirkan indeks pengecoh
tersebut ?
Jawab:
Adapun cara menafsirkan indeks pengecoh tersebut
(Arifin, 2009) yaitu:
Sangat Baik IP = 76 % - 125 %
Baik IP = 51 % - 75 % atau 126 % - 150%
Jurang Baik IP = 26 % - 50 % atau 151 % -175 %
Jelek IP = 0 % - 25 % atau 176 % - 200 %
Sangat Jelek IP = lebih dari 200 %n
268. Bagaimana cara lain untuk menentukann indek
pengecoh ?
Jawab:
Cara lain untuk menentukan indeks pengecoh adalah
dengan menggunakan rumus
Ip = Np (n−1
N− NB)
Keterangan:
Np = jumlah siswa yang memilih pengecoh
n = banyak option (pilihan)
N = jumlah siswa yang ikut tes
NB = jumlah siswa yang menjawab benar butir
soal ybs
Kriteria:
> 200% : sangat buruk
0 – 25% atau 176-200% : buruk
26%-50% atau 151-175% : kurang baik
51%-75% atau 126-150% : baik
76%-125% :sangat baik
269. Kapan sebuah pengecoh itu dikatakan baik atau
telah berfungsi?
Jawab:
Sebuah distraktor dikatakan baik apabila paling tidak
dipilih oleh 2 % dari seluruh peserta (Fernandes,
1984).
152
Sebuah distraktor atau pengecoh dikatakan berfungsi
apabila paling tidak dipilih oleh seorang peserta tes
dari kelompok rendah (Nitko, 1996)
270. Kapan sebuah pengecoh itu ditolak ?
Jawab:
Sebuah pengecoh akan ditolak apabila tidak ada yang
memilih atau proporsinya 0,00 (Depdikbud : 1997).
271. Bagaimana contoh penentuan berfungsi tidaknya
sebuah
pengecoh ?
Jawab:
Adapun contoh penentuan berfungsi tidaknya sebuah
pengecoh adalah sebagai berikut:
Misalkan hasil analisis jawaban soal Sebuah butir
soal Pilihan Ganda yang diikuti 30 orang siswa
adalah
Jumlah
Pilihan
A B* C D E O Jumlah
Kelompok
Atas (BA)
1 13 1 - - - 15
Kelompok
Bawah (BB)
3 5 2 4 - 1 15
Jumlah 4 18 3 4 1 20
Penjelasan : Misalkan kunci butir itu B (B*)
O (omit) artinya tidak memberikan pilihan (kosong)
Berikut dihitung persentase pemilihan pengecoh:
Jumlah siswa yang memilih pengecoh A = 4 orang,
maka 4/30 x 100% = 13,33%
Jumlah siswa yang memilih pengecoh C = 3 orang,
maka 3/30 x 100% = 10 %
Jumlah siswa yang memilih pengecoh D = 4 orang,
maka 4/30 x 100% = 13,33%
153
Jumlah siswa yang memilih pengecoh E = 0 orang,
maka 0/30 x 100% = 0 %
Jumlah siswa yang tidak memilih = 1 orang, maka
1/30 x 100% = 3,33%
Mengacu kepada ketentuan yaitu pengecoh itu
dikatakan baik/berfunsi bila dipilih paling tidak 5 %
siswa/peserta tes Karenanya pengecoh A, C, dan D
sudah baik/berfungsi, sedangkan pengecoh E
dikatakan tidak baik/tidak berfungsi.
272. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam
menyusun pengecoh?
Jawab:
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
pengecoh adalah: (1) masing-masing pengecoh harus
dibuat sama panjang, (2) dapat dipikirkan sebagai
gabungan beberapa pernyataan untuk menjawab
pertanyaan, (3) jika butir soal menghendaki jawaban
ya atau tidak maka alternatif jawaban harus disertai
penjelasan, (4) perlu digunakan kombinasi dua elemen
dalam alternatif jawaban, (5) jika alternatif jawaban
masih sukar dipahami perlu dipertimbangkan kembali
pokok soalnya (Ebel dan Frisbie, !991).
273. Jelaskan apa saja ciri-ciri pengecoh yang baik ?
Jawab:
Adapun cici-ciri pengecoh yang baik adalah:
1. Ada yang memilih, khususnya dari kelompok bawah
2. Dipilih lebih banyak oleh kelompok rendah
daripada kelompok tinggi
3. Jumlah pemilih kelompok tinggi pada pengecoh itu
tidak menyamai jumlah kelompok tinggi yang
memilih kunci jawaban
4. Paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes
154
274. Bagaiman langkah-langkah untuk mengetahui
berfungsi efektif atau
tidak sebuah alternatif jawaban ?
Jawab:
Adapun langkah-langkah untuk mengetahui berfungsi
afektif atau tidak sebuah pilihan jawaban atau opsi
adalah sebagai berikut (Arifin, 2009):
1) Menentukan jumlah siswa
2) Menentukan jumlah sampel (n) untuk kelompok
atas dan kelompok bawah
3) Membuat tabel pengujian efektivitas opsi seperti
berikut
Kelompok Opsi
a B c d e
Atas
Bawah
4) Menghitung jumlah alternatif jawaban yang
dipilih siswa, dari kelompok atas dan dari
kelompok bawah
5) Menentukan efektivitas fungsi opsi dengan
kriteria:
a. Untuk Opsi kunci
1) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok
bawah berada di antara 25 % - 75 %.
Rumusnya adalah
∑ PKA + ∑ PKB
n1 + n2
Keterangan
∑PKA = jumlah pemilih
kelompok atas
∑PKB = jumlah pemilih
kelompok bawah
𝑛1 = jumlah sampel kelompok
atas (27 %)
𝑛2 = jumlah sampel kelompok
bawah (27 %)
155
2) Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih
besar daripada jumlah pemilih kelompok
bawah
b.Untuk opsi pengecoh
1) Jumal pemilih kelompok atas dan kelompok
bawah tidak kurang
dari:
25 % x 1
2 (∑ d) x (KA
+ KB)
Keterangan:
d = jumlah opsi pengecoh
KA = kelompok atas
KB = kelompok bawah
3) jumlah pemilih kelompok bawah harus lebih
besar daripada kelompok atas
275. Bagaimana sebaiknya ukuran tingkat kesukaran
butir soal
dalam suatu naskah ujian ?
Jawab:
Untuk menyusun naskah ujian maka ukuran tingkat
kesukaran butir soal sebaiknya berkisar:
Mudah = 25%
Sedang = 50%
Sukar = 25%
276. Apakah prosedur analisis butir soal acuan norma
dapat digunakan
pada analisis soal acuan patokan ?
Jawab:
Analisis tingkat kesukaran dan daya beda soal yang
digunakan dalam soal tes acuan norma tidak dapat
digunakan dalam soal tes acuan patokan. Alasannya,
pada tes acuan norma digunakan untuk menempatkan
kedudukan individu dalam kelompoknya, dimana
standar prestasi belajar bersifat relatif, karena
156
tergantung rata-rata prestasi kelompok. Sedangkan
pada tes acuan patokan standar prestasi belajar telah
ditetapkan sebelumnya.
277. Mengapa ada perbedaan antara analisis butir tes
acuan patokan
dengan analisis butir tes acuan norma ?
Jawab:
Tingkat kesukaran soal tes acuan patokan didasarkan
atas berapa jauh tingkat prestasi belajar yang akan
diukur. Apabila tingkat prestasi belajar yang harus
dicapai siswa tinggi, soal tes disusun dengan tingkat
kesukaran yang tinggi pula.
Daya beda soal pada acuan patokan tidak diperlukan,
karena tes acuan patokan bukan untuk menentukan
perbedaan siswa atas dasar prestasi belajarnya, tetapi
untuk menentukan berapa persen mereka telah
menguasai pelajaran yang telah diberikan
278. Apa yang dianalisis pada tes acuan patokan ?
Jawab:
Yang dianalisis pada tes acuan patokan adalah
mengukur efektivitas pengajaran, yaitu apakah
pengajaran yang diberikan betul-betul efektif, atau
sudah berapa persen siswa telah menguasai bahan
pelajaran yang diberikan ? Jadi yang dianalisis pada
tes acuan patokan adalah membandingkan hasil
pengukuran antara prestes dan postes, yang disebut
sebagai Indeks Efektivitas Pengajaran (Sensitivity to
Instructional Effect)
279. Bagaimana cara mengukur indeks efektivitas
pengajaran (indeks sensitivitas) ?
Jawab:
Untuk mengukur Indeks Efektivitas Pengajaran
digunakan rumus berikiut:
157
E = Ba−Bb
T dimana : E = indeks efektivitas pengajaran
Ba = jumlah siswa yang menjawab
betul sesudah menerima
pengajaran
Bb = jumlah siswa yang menjawab
betul sebelum menerima
pengajaran
T = Total jumlah seluruh peserta tes
280. Bagaimana contoh analisis efektivitas
pengajaran ?
Jawab:
Satu contoh analisis efektivitas pengajaran adalah
sebagai berikut
Soal 1 2 3 4 5
Pretes
(PR)
Postes
(PT)
PR PT PR PT PR PT PR PT PR PT
1. A
2. B
3. C
4. D
5. E
6. F
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
+
-
+
+
+
+
+
-
Adopsi dari Joesmani, 1988-
+ = jawaban betul,
- = jawaban salah
Kesimpulan analisinya:
Soal 1 :adalah soal yang ideal, sebelum diajar semua
siswa menjawab salah, tetapi
setelah diajar semua siswa menjawab betul
Indeks Efektivitas Pengajaran adalah:
E = 6−0
6 = 100
Soal 2 :adalah terlalu mudah untuk mengukur hasil
pengajaran, karena sebelum dan sesudah
diajar siswa telah memberi jawaban betul
158
Indeks Efektivitas Pengajaran adalah:
E = 5−6
6 = 0,00
Soal 3 :adalah terlalu sukar dan tidak berhasil
mengukur pengajaran, seakan- akan
pengajaran yang telah diberikan tidak ada
gunanya, sebab sebelum diajarkan jawaban
semua siswa salah, demikiasn pula sesudah
diajar.
Indeks Efektivitas Pengajaran adalah:
E = 0−0
6 = ), 00
Soal 4 : adalah soal yang salah atau pengajaran yang
salah, sebab sebelum diajar semua siswa telah
memberi jawaban betul,tetapi setelah diajar
semua siswa menjawab salah
Indeks Efektivitas Pengajaran adalah:
E = 0−6
6 = -1, 00
Soal 5 :adalah soal yang efektif, sebab proposisi siswa
yang memberi jawaban betul pada postes
lebih banyak daripada sebelum pretes
Indeks Efektivitas Pengajaran adalah:
E = 5−2
6 = 0,50
159
BAB 6. VALIDITAS
ALAT UKUR TES
1.KONSEP DASAR
281. Apa yang dimaksud dengan validitas ?
Jawab:
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai
arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi
ukurnya.
1) Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan
dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang
seharusnya diukur (Supranata: 2004)
2) Validitas didefinisikan sebagai seberapa cermat
suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya
(American Psychological Association, 1999)
3) Validitas merupakan derajad sejauh mana tes
mengukur apa yang ingin diukur (Borg dan Gall,
1983).
4) Validitas berhubungan dengan interpretasi atau
makna dan penggunaan hasil pengukuran peserta
didik (Nitko, 1996).
Pengertian sahih (valid) mencakup dua konsep yakni:
(1) jitu, dan (2) teliti ( Hadi, 1979).
Jitu disebut juga tepat, mengandung arti alat ukur
yang mengukur sesuatu sesuai dengan sasarannya.
Timbangan jitu atau tepat untuk mengukur berat
bukan untuk mengukur panjang. Meteran tepat untuk
mengukur panjang bukan untuk mengkur suhu.
Teliti disebut juga seksama atau cermat. Dalam
pengukuran mengandung makna jika alat ukur itu
mempunyai kemampuan secara teliti menunjukkan
besar kecilnya gejala atau bagian gejala sesuatu yang
diukur. Benda yang panjangnya 5 meter ditunjukkan
160
oleh alat ukur itu sepanjang 5 meter, bukan 4 meter
bulan pula 6 meter
Jadi validitas ialah tingkat di mana dengan
sesungguhnya sebuah tes dapat mengukur apa yang
hendak diukur.
2. JENIS – JENIS VALIDITAS 282. Berapa jenis validitas itu?
Jawab:
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu
validitas tes dan validitas butir
283. Apa yang dimaksud dengan validitas tes ?
Jawab:
Validitas tes adalah kemampuan suatu tes untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Allen & Yen,
1979). Messick (1989) menjelaskan bahwa validitas
tes merupakan suatu integrasi pertimbangan evaluatif
derajat keterangan empiris yang mendasarkan
pemikiran teoritis yang mendukung ketepatan dan
kesimpulan berdasarkan pada skor tes
284. Apa yang dimaksud dengan validitas butir ?
Jawab:
Validitas butir dari suatu tes adalah, ketepatan
mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal (yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sabagai
suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya
diukur lewat butir soal tersebut
285. Bagaimana cara menentukan validitas butir ?
Jawab:
Validitas butir tes dapat ditentukan dengan rumus
korelasi. Jika datanya berbentuk polytomi, sebaiknya
menggunakan korelasi Product Moment dengan
rumus berikut:
161
rxy =N∑XY − (∑X)(∑Y)
√{N∑X2 − (∑X)2}{N∑Y2 − (∑Y)2}
dengan
𝑟𝑥𝑦: koefisien korelasi product moment
X : skor tiap pertanyaan/ item
Y : skor total
N : jumlah responden
Jika data yang berbentuk dikotomi, sebaiknya
menggunakan teknik Korelasi Point Biserial, dengan
rumus sebagai berikut:
rbis = Mp − Mt
SD√
p
q
dengan:
rbis = koefisien korelasi point biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi
butir yang dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
SD = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab betul (banyaknya
siswa yang menjawab betul dibagi dengan
jumlah seluruh siswa)
q = proporsi peserta didik yang menjawab
salah (q = 1 – p)
286. Bagaimana contoh menentukan validitas butir yang
menggunakan rumus korelasi product moment ?
Jawab:
Contoh Penentuan validitas butir yang menggunakan
Rumus Korelasi Product Moment adalah sebagai berikut
Misalkan hasil Ujicoba 10 buah soal esei pada 7 orang
siswa (responden) diperoleh skornya adalah sebagai
berikut. Ingin diketahui validitas butir soal nomor 6.
162
Siswa Nomor Butir
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 3 5 4 3 4 5 3 4 5 4 40
B 4 5 5 3 5 4 4 5 5 4 44
C 2 3 4 2 3 4 4 3 4 4 33
D 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 29
E 3 4 5 3 4 3 3 4 3 4 36
F 1 2 3 2 1 2 1 2 3 2 19
G 3 3 4 2 1 3 2 2 3 3 26
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagaiberikut:
a) Membuat tabel perhitungan (X adalah skor butir 6, Y
adalah skor total)
X Y X2 Y2 XY
5 40 25 1600 200
4 44 16 1936 176
4 33 16 1089 132
3 29 9 841 87
3 36 9 1296 108
2 19 4 361 38
3 26 9 676 78
Σ 24 Σ 227 Σ 88 Σ 7799 Σ 819
b) Selanjutnya nilai hasil penjumlahan (Σ) di atas
dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment
rxy =N∑XY − (∑X)(∑Y)
√{N∑X2 − (∑X)2}{N∑Y2 − (∑Y)2}
rxy =(7)(819) − (24)(227)
√{7(88) − (24)2}{7(7799 − (227)2}
rxy =(5733) − (5448)
√{(616) − (576)}{(54593) − (51529)}
rxy =(285)
√(40)(3064) =
285
350,1 = 0,814
163
c) Korelasi yang diperoleh antara skor butir nomor 6 dan
skor total adalah 0,814
d) Korelasi tersebut dibandingkan dengan dengan nilai-
nilai produk momen yang ada pada tabel statistik.
Dalam hal ini, untuk N = 7 dan pada taraf signifikansi
5% = 0,754.
e) Jadi nilai rxy = 0,814 > r tab = 0,754
f) Kesimpulannya butir nomor 6 adalah valid.
287. Bagaimana contoh menentukan validitas butir
dengan rumus korelasi point biserial ?
Jawab:
Contoh Penentuan validitas butir yang menggunakan
Rumus Korelasi Point biserial adalah sebagai berikut
Misalkan hasil ujicoba 10 buah butir tes pilihan ganda
pada 8 orang siswa adalah sebagaimana dalam tabel
berikut. Ingin diketahu validitas butir soal nomor 6.
No Siswa Nomor Soal
Skor
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
2 B 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 5
3 C 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 3
4 D 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 5
5 E 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6
6 F 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 4
7 G 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7
8 H 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
x 5 5 5 3 7 6 4 3 4 4 46
P 0,75
q 0,25
Andaikan ingin dicari validitas butir soal nomor 6
Langkah-langkah perhitungannya:
(1) Hitung p (butir 6), dengan rumus
P = x
N =
6
8 = 0,75
164
(2) Hitung q, dengan rumus
q = 1 – p = 1 – 0,75 = 0,25
(3) Hitung rerata skor total sengan rumus
Mt = skor total
N =
46
8 = 5,75
(4) Hitung rerata skor pada tes dari siswa yang memiliki
jawaban benar (butir nomor 6) dengan rumus:
Mp = (8+ 3+5+6+7+8)
6 =
37
6 = 6,17
(5) Menghitung Standar Deviasi dengan rumus
SD = √N∑X2−(∑X)2
N(N−1) = √
8x 288−(46)2
8(8−1) = √
188
56 = √3,357
= 1,832
∑𝑥2 = (8)2 +(5)2 +(3)2 +(5)2 +(6)2 +(4)2 + (7)2
+(8)2
∑𝑥2 = 288
(6) Menghitung korelasi biserial dengan rumus:
rpbis = Mp−Mt
SD √
p
q
(7) rpbis = 𝟔,𝟏𝟕−𝟓,𝟕𝟓
𝟏,𝟖𝟑𝟐√
𝟎,𝟕𝟓
𝟎,𝟐𝟓 =
𝟎,𝟒𝟐
𝟏,𝟖𝟑𝟐 x √
𝟎,𝟕𝟓
𝟎,𝟐𝟓 = 0,229 x 1,732
= 0,396
(8) Kesimpulan: korelasi biserial butir 6 adalah 0,396
(9) Interpretasi: butir 6 tidak diterima karena rendah
288. Apa saja kelebihan korelasi point biserial ?
Jawab:
Kelebihan korelasi point biserial: (1) memberikan
refleksi konstribusi soal secara sesungguhnya terhadap
fungsi tes. Maksudnya ini mengukur bagaimana
baiknya soal berkorelasi dengan criterion (tidak
bagaimana baiknya beberapa/secara abstrak); (2)
165
sederhana dan langsung berhubungan dengan statistik
tes, (3) tidak pernah mempunyai value 1,00 karena
hanya variabel-variabel dengan distribusi bentuk yang
sama yang dapat berkorelasi secara tepat, dan variabel
kontinyu (kriterion) dan skor dikotonius tidak
mempunyai bentuk yang sama (Millman and Greene,
1993)
289. Berapa macam jenis validitas tes itu ?
Jawab:
Menurut Messick (1993) bahwa validitas secara
tradisional terdiri atas: (1) validitas isi, (2) validitas
criterion‐related, (3) valitidas prediktif, (4) validitas
serentak (concurrent), dan (5) validitas konstruk.
Sedangkan menurut Oosterhof (1990:23) tipe validitas
adalah validitas: (1) content, (2) criterion, dan (3)
construction. Namun secara umum semua jenis
validitas itu bagian dari validitas logis dan validitas
empiris.
290. Apa yang dimaksud dengan validitas logis suatu
alat ukur ?
Jawab:
Validitas logis sebuah alat ukur adalah validitas yang
memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil
penalaran dan sudah dirancang secara baik, sesuai
dengan teori dan ketentuan yang berlaku.
291. Apa pula yang dimaksud dengan validitas empiris
suatu alat ukur Jawab:
Yang dimaksud dengan validitas empiris adalah
validitas yang memiliki pengertian pengalaman,
sehingga sebuah instrumen dikatakan memiliki
validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
166
292. Berapa macam validitas logis ?
Jawab:
Validitas logis dibedakan atas dua macam, yaitu
validitas isi dan validitas konstruk
293. Apa yang dimaksud dengan validitas isi ?
Jawab:
Validitas isi suatu tes adalah validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur
tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu
yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan
pengajaran.
Validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan,
tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu
mewakili secara keseluruhan dan proporsional
perilaku sampel yang dikenai tes tersebu (Gregory,
2000).
294. Kapan suatu tes itu dikatakan valid isi ?
Jawab:
Suatu tes hasil belajar dikatakan valid isi, apabila
materi tes tersebut benar-benar merupakan bahan-
bahan yang representatif terhadap bahan-bahan
pelajaran yang diberikan
295. Bagaimana cara mengetahui validitas isi suatu tes
hasil belajar?
Jawab:
Untuk mengetahui valid isi suatu tes hasil belajar
adalah dengan cara melakukan pencocokan antara
materi dengan butir tes yaitu mencocokkan isi butir tes
hasil belajar dengan indikator-indikator yang telah
ditetapkan pada setiap topik pembelajaran.
167
296. Bagaimana cara menentukan atau menguji
validitas isi suatu tes?
Jawab:
Validitas isi dinilai melalui analisis rasional terhadap
isi suatu tes dan penentuannya didasarkan pada
penilaian subjektif dan individual (Allen dan Yen
1979). Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
meminta pertimbangan ahli (expert judgement).
Pertimbangan atau penilaian juga dapat dimintakan
kepada profesional (professional judgement).
297. Bagaimana cara mengetahui bahwa hasil
pertimbangan ahli menunjukkan valid atau
tidaknya butir itu ?
Jawab:
Ada beberapa cara untuk mengetahui valid isi atau
tidaknya sebuah butir, di antaranya (1) persentase butir
yang cocok dengan indikator, yaitu dengan
menghitung besarnya persentase kecocokan suatu
butir dengan indikator/tujuan berdasarkan penilaian
pakar. (2) perhitungan rasio validitas isi dari Lawshe
298. Bagaimana bentuk rumus untuk menghitung
persentase kecocokan antara butir dengan
indikator/tujuannya ?
Jawab:
Adapun bentuk rumus untuk menghitung persentase
kecocokan antara butir dengan indikator/tujuannya
adalah:
Persentase = f
∑ f x 100%
dengan : f = frekuensi cocok menurut penilai
∑f = jumlah penilai
Butir tes dikatakan valid jika kecocokannya dengan
indikator mencapai lebih besar dari 50 %. (Susetyo,
2011).
168
299. Bagaimana contoh menghitung persentase
kecocokan antara butir dengan
indikator/tujuannya ?
Jawab:
Misalkan, hasil penilaian 5 orang penilai (dosen atau
guru) pada 5 butir adalah sebagai berikut.
Penilai Butir
1 2 3 4 5
A 1 0 1 1 0
B 1 1 0 1 0
C 1 0 1 1 1
D 0 0 1 1 0
E 0 0 1 1 1
Jlh cocok 3 1 4 5 2
Jlh tidak
cocok
2 4 1 0 3
Jika cocok = 1,
Jika tidak cocok= 0
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir, dihitung
sebagai berikut:
Butir 1: Persentase = 3
5 x 100% = 60%, butir 1
dinyatakan valid
Butir 2: Persentase = 1
5 x 100% = 20%, butir 2
dinyatakan tidak valid
Butir 3: Persentase = 4
5 x 100% = 80%, butir 3
dinyatakan valid
Butir 4: Persentase = 5
5 x 100% = 100%, butir 4
dinyatakan valid
Butir 5: Persentase = 2
5 x 100% = 40%, butir 5
dinyatakan tidak valid
169
300. Bagaimana bentuk rumus perhitungan rasio
validitas isi dari Lawshe?
Jawab:
Adapun bentuk rumus perhitungan rasio validitas isi
(Content Validity Ratio) dari Lawshe (Azwar 2012 ,n
Susetyo, 2011) , yaitu
CVR = Mp−
M
2M
2
= 2 Mp
M - 1
dengan : Mp = jumlah ahli yang menyatakan penting
M = jumlah ahli yang memvalidasi
301. Bagaimana penilaian validitas isi yang dilakukan
dengan menggunakan rumus Lawshe ?
Jawab:
Penilaian validitas isi dengan rumus Lawshe yang
dilakukan oleh para ahli didasarkan pada penting atau
tidak pentingnya butir. Butir dinyatakan valid isi jika
terdapat kecocokan di antara penilai di atas 0,50.
Indek rasio berkisar diantara: - 1 ≤ CVR ≤ + 1
Mp < ½ M CVR < 0
Mp = ½ M CVR = 0
Mp > ½ M CVR > 0
302. Bagaimana contoh menentukan valid tidaknya
butir menggunakan rumus Lawshe ?
Jawab:
Misalkan, hasil penilaian 5 orang penilai (dosen atau
guru) pada 5 butir adalah sebagai berikut:
Penilai Butir
1 2 3 4 5
A 1 0 1 1 0
B 1 1 0 1 0
C 1 0 1 1 1
D 0 0 1 1 0
E 0 0 1 1 1
Penting 3 1 4 5 2
Tidak Penting 2 4 1 0 3
170
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir, dihitung
sebagai berikut:
Butir 1: Mp = 3, M = 5
CVR = (2 Mp/M) -1
CVR = (6/5) – 1 = 0,20, jadi butir 1
dinyatakan tidak valid
Butir 2: Mp = 1, M = 5
CVR = (2 Mp/M) -1
CVR = (2/5) – 1 = -0,60, jadi butir 2
dinyatakan tidak valid
Butir 3: Mp = 4, M = 5
CVR = (2 Mp/M) -1
CVR = (8/5) – 1 = 0,60, jadi butir 3
dinyatakan valid
Butir 4: Mp = 5, M = 5
CVR = (2 Mp/M) -1
CVR = (10/5) – 1 = 1,0, jadi butir 4 dinyatakan
valid
Butir 5: Mp = 2, M = 5
CVR = (2 Mp/M) -1
CVR = (4/5) – 1 = -0,20, jadi butir 5 dinyatakan
tidak valid
303. Bagaimana cara menilai validitas isi sebuah alat
ukur/perangkat ukur, bukan butir per butir ?
Jawab:
Untuk menilai validitas isi sebuah alat ukur/perangkat
ukur sekaligus (bukan butir per butir) dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus berikut (Azwar, 2012):
Validitas isi = D
A+B+C+D
Indeks validitas ditentukan oleh kecocokan hasil
penilaian di antara dua orang ahli terhadap keseluruan
butir tes. Perangkat atau alat ukur dinyatakan valid isi
jika diperoleh harga di atas 0,50
171
Adapun bentuk kecocokan di anatar dua orang penilai
adalah seperti dalam matrik berikut.
Penilai/Kategori
Penilai 1
Kurang
penting
penting
Penilai 2
Kurang
penting
A B
penting C D
304. Bagaimana contoh menilai validitas isi sebuah
alat/perangkat ukur ?
Jawab:
Misalkan sebuah alat/perangkat ukur dinilai oleh dua
orang ahli diperoleh hasil sebagai berikut
Validitas isi =𝟏𝟔
𝟒+𝟑+𝟐+𝟏𝟔 = 0,64
305. Apa yang dimaksud dengan validitas tampilan (
face validity) dan validitas logis ( logical validity) ?.
Jawab:
Validitas tampilan (face validity) adalah validitas yang
berkaitan dengan format tampilan perangkat tes,
sedangkan validitas logis (logical validity) adalah
validitas yang berkaitan dengan sejauhmana isi tes
merupakan representasi dari aspek-aspek yang hendak
diukur.
Penilai/
Kategori
Penilai 1
Kurang
penting
penting
Penilai 2
Kurang
penting 4
3
penting 2
16
172
306. Aspek apa saja yang perlu diperhatikan untuk
menganalisis validitas
tampilan (face validity) ?
Jawab:
Aspek –aspek perlu diperhatikan untuk menganalisis
validitas tampilan, yaitu:
a. Apakah bahasa dan susunan kalimat (redaksi) tiap
butir soal cukup jelas dan sesuai dengan
kemampuan siswa ?
b. Apakah isi jawaban yang diminta tidak
membingungkan ?
c. Apakah cara menjawab sudah dipahami siswa ?
d. Jangan sampai siswa tahu isi jawabannya tetapi
tidak tahu bagaimana cara menjawab soal
bersangkutan
e. Apakah tes itu telah disusun berdasar
kaidah/prinsip penulisan butir soal?
307. Apa kegunaan pengujian validitas tes itu ?
Jawab:
Kegunaan pengujian validitas adalah untuk
mengetahui kelayakan butir-butir pertanyaan dalam
suatu daftar (konstruk) pertanyaan
308. Bagaimana cara pengujian validitas tes hasil
belajar ?
Jawab:
Pengujian terhadap tes hasil belajar sebagai suatu
totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
pegujian yang dilakukan dengan jalan berpikir secara
rasional atau penganalisisan dengan menggunakan
logika (logical analysis). Kedua, pengujian/
penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan
diri kepada kenyataan empiris, dimana penganalisisan
dilaksanakan dengan menggunakan empirical
Analysis
173
309. Bagaimana contoh pengujian validitas prediktif ?
Jawab:
Sebagai contoh, misalnya: tes masuk bagi calon-calon
mahasiswa PT. Tes ini dikatakan memiliki validitas
prediktif yang tinggi apabila calon mahasiswa yang
mendapat nilai tinggi ternyata juga memiliki prestasi
akademik yang tinggi selama belajar di PT
310. Bagaimana cara pengujian validitas prediktif jika
kriterianya sudah
ditentukan ?
Jawab:
Pengujian validitas prediktif (ramalan) jika
kriteriumnya sudah ditentukan, adalah dengan cara
menerapkan teknik analisis Korelasional Product
Moment dari Karl Pearson
311. Bagaimana cara pengujian validitas konkuren
(bandingan) jika kriteriumnya sudah ditentukan ?
Jawab:
Pengujian validitas konkuren (bandingan) jika
kriteriumnya sudah ditentukan, adalah sama dengan
cara pengujian validitas prediktif/ (ramalan) yaitu
menerapkan Teknik Analisis Korelasional Product
Moment dari Karl Pearson
312. Kapan hasil pengujian butir dapal dapat
dinyatakan valid ?
Jawab:
Hasil pengujian butir soal dapat dinyatakan valid,
apabila skor butir yang bersangkutan terbukti
mempunyai korelasi yang positif yang signifikan
dengan skor totalnya
313. Bagaimana pengujian validitas dilakukan ?
174
Jawab:
Pengujian validitas dilakukan pada setiap butir
pertanyaan, dan hasilnya dapat dilihat melalui hasil r-
hitung yang dibandingkan dengan r-tabel, dimana r-
tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) =
n-2 (signifikan 5%, n = jumlah sampel)
314. Bagaimana keputusan valid tidaknya sebuah butir
tes itu ?
Jawab:
Untuk mengetahui valid tidaknya sebuah butir tes,
dapat dilakukan dengan dua cara:
1) Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik r
product moment sehingga dapat diketahui
signifikan tidaknya korelasi tersebut. Keputusan
valid atau tidak validnya sebuah butir tes adalah
berdasarkan ketentuan berikut:
Jika r-tabel < r-hitung maka valid
Jika r-tabel > r-hitung maka tidak valid
2) Dengan melihat harga r dan
iinterprestasinya,seperti berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 =rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,200 = sangat rendah
315. Apa makna penting validitas suatu instrumen ?
Jawab:
Validitas suatu instrumen evaluasi mempunyai
beberapa makna penting di antaranya seperti berikut.
1. Validitas berhubungan dengan ketepatan
interpretasi hasil tes atau instrumen evaluasi untuk
grup individual dan bukan instrumen itu sendiri.
175
2. Validitas diartikan sebagai derajat yang
menunjukkan kategori yang bisa mencakup
kategori rendah,menengah, dan tinggi.
3. Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas
suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para
pendidik adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu
tujuan tertentu saja. Tes valid untuk bidang studi
fisika belum tentu valid untuk bidang yang lain
misalnya bidang matematika
316. Apa yang dimaksud dengan validitas konstruks ?
Jawab:
Validitas Konstruk adalah validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes
mampu mengukur apa yang benar-benar hendak
diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi
konseptual yang telah ditetapkan.
317. Bagaimana cara menguji validitas konstruk ?
Jawab:
Validitas konstruk diuji secara kualitatif (validity by
assumption), maupun kuantitatif dengan
mengujicobakan alat ukur kepada sejumlah subjek
ujicoba
318. Metode apa yang dapat digunakan untuk
menguuji validitas
konstruk secara empiris?
Jawab:
Beberapa metode dapat digunakan untuk menguji
validitas konstruk secara empiris yaitu dengan 1)
menelaah butir, 2) meminta pertimbangan ahli, 3)
konvergensi dan diskriminabilitas, 4) multitrait-
multimethod (MTMM), dan 5) analisis factor
176
319. Kapan suatu alat ukur dikatakan memenuhi
validitas konstruk ?
Jawab:
Suatu alat ukur dapat dikataka memenuhi validitas
konstruk apabila butir-butir soal (item) pada instrumen
sesuai dengan indikator yang telah dibuat
320. Apa yang dimaksud dengan validitas kriteria ?
Jawab:
Validitas kriteria merupakan validitas yang selalu
dikaitkan dengan kriteria eksternal yang dijadikan
dasar pegujian skor tes
321. Bagaimana contoh pengujiam validitas kriteria
(kongkuren) yang
menggunakan rumus korelasional product
moment?
Jawab:
Misalkan, ingin diketahui validitas tes buatan guru
fisika, maka tes tersebut diujicobakan pada 10 orang
siswa. Sebagai kriteria digunakan soal fisika buatan
MGMP. Hasil ujicoba diperoleh data sebagai berikut.
Hasil tes fisika buatan guru dari 10 siswa sebagai
berikut:
66, 68, 46, 62, 50, 50, 51, 74, 70, 66
Hasil tes fisika soal buatan MGMP fisika:
50, 65, 41, 55, 44, 54, 25, 70, 65, 60
Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
Buat Tabel persiapan untuk menghitung korelasi
Siswa X Y 𝐗𝟐 𝐘𝟐 XY
A
B
C
D
E
F
66
68
46
62
50
50
50
65
41
55
44
54
4356
4624
2116
3844
2500
2500
2500
4225
1681
3025
1936
2916
3300
4420
1886
3410
2200
2700
177
Siswa X Y 𝐗𝟐 𝐘𝟐 XY
G
H
I
J
51
74
70
66
47
70
65
60
2601
5476
4900
4356
2209
4900
4225
3600
2397
5180
4550
3960
∑x
603
∑y
551
∑x2
37273
∑𝑦2
31217
∑xy
34003
Selanjutnya nilai hasil penjumlahan di atas
dimasukkan ke dalam rumus korelasinya
rxy =N∑XY − (∑X)(∑Y)
√{N∑X2 − (∑X)2}{N∑Y2 − (∑Y)2}
rxy =(10)(34003) − (603)(551)
√{10(37273) − (603)2}{10(31217 − (551)2}
rxy =(340030) − (332253)
√{(372730) − (363609)}{(312170 − (303601)}
rxy =(7777)
√(9121)(8569)
rxy =(7777)
√78157849 =
7777
8840,7 = 0,879
Jadi nilai rxy = 0,879 diuji dengan harga kritik nilai r
product Moment
dengan N = 10, maka menjadi:
0,879 adalah > 0,765 (99%).
Berarti tes fisika buatan guru tersebut memiliki
validitas kriteria (konkuren),
178
322. Kapan Butir Soal dikatakan sudah memiliki
validitas yang tinggi?
Jawab:
Sebutir soal dikatakan sudah memiliki validitas yang
tinggi jika skor-skor pada butir soal yang bersangkutan
memiliki kesesuaian atau kesajajaran arah dengan skor
totalnya; atau dengan bahasa statistik : Ada korelasi
positif yang signifikan antara skor butir dengan skor
totalnya.
323. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi validitas ?
Jawab:
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes
evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara
garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu
faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor
yang berasal dari siswa yang bersangkutan.
1) Faktor yang berasal dari dalam tes
a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas
sehingga dapat mengurangi validitas tes.
b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur
instrumen evaluasi, tidak terlalu sulit.
c. Item tes dikonstruksi dengan jelas.
d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan
materi pembelajaran yang diterima siswa.
e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini
termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu
longgar.
f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak
mewakili sampel.
2) Faktor yang berasal dari dalam tes
a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas
sehingga dapat mengurangi validitas tes.
b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur
instrumen evaluasi, tidak terlalu sulit.
179
c. Item tes dikonstruksi dengan jelas.
d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan
materi pembelajaran yang diterima siswa.
e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini
termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu
longgar.
f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak
mewakili sampel.
g. Jawaban masing-masing item evaluasi bisa
diprediksi siswa.
3) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor
tes
a. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa
dalam memberikan jawaban dalam situasi
tergesa-gesa.
b. Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak
membedakan antara siswa yang belajar dengan
melakukan kecurangan.
c. Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak
dapat dilakukan pada semua siswa.
d. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
e. Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang
diberikan dalam tes baku.
f. Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk
dalam menjawab item tes yang diberikan.
4) Faktor yang berasal dari jawaban siswa
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-
item tes evaluasi tidak valid, karena dipengaruhi
oleh jawaban siswa dari pada interpretasi item-item
pada tes evaluasi (Sukardi, 2008)
181
BAB 7. RELIABILITAS
ALAT UKUR TES
1. KONSEP DASAR
324. Jelaskan pengertian reliabilitas itu ?
Jawab:
Reliability berasal dari kata rely yang artinya percaya
dan reliabel yang artinya dapat dipercaya.
Keterpercayaan berhubungan dengan ketetapan dan
konsistensi. Tes dikatakan dapat dipercaya apabila
memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang
relatif tetap secara konsisten. Beberapa ahli
memberikan batasan reliabilitas.
1) Reliabilitas berhubungan dengan akurasi
instrumen dalam mengukur apa yang diukur,
kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat
seandainya dilakukan pengukuran ulang
(Thorndike dan Hagen, 1977)
2) Reliabilitas adalah konsisten atau keajegan atau
ketetapan dari nilai yang diperoleh dari tiap
individu yang sama manakala diadakan tes ulang
dengan tes yang sama pada waktu yang berbeda
atau dengan butir soal yang sejenis (Anastasia dan
Urbina, 1997).
3) Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran
dengan alat tersebut dapat dipercaya (Suryabrata,
2004)
4) Reliabilitas suatu tes adalah kesesuaian antara
dua upaya yang dilakukan untuk mengukur trait
yang sama melalui metode yang sangat serupa
(Bachman, 1990),
5) Reliabilitas merupakan derajat keajegan
(consistency) di antara dua buah hasil pengukuran
pada objek yang sama (Mehrens & Lehmann,
1984)
182
Jadi, Reliabilitas sering diartikan dengan
keterandalan atau keajegan. Artinya suatu tes memiliki
keterandalan bilamana tes tersebut dipakai mengukur
berulang–ulang hasilnya sama
325. Apakah yang dimaksud dengan kata “ajeg” atau
“tetap” dari reliabilitas itu adalah hasil tes
berkali-kali itu harus tetap sama ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan ajeg atau tetap tidak selalu
sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg.
misalnya; jika si A dalam sebuah tes mula-mula lebih
rendah dibandingkan dengan si B, maka jika diadakan
pengukuran ulang, si A juga berada lebih rendah dari
si B, itulah yang dikatakan ajeg atau tetap, yaitu sama
dalam kedudukan siswa di antara anggota kelompok
yang lain
326. Apa kegunaan dari reliabilitas itu ?
Jawab:
Kegunaan reliabilitas adalah untuk mengetahui atau
menunjukkan keajekan suatu tes dalam mengukur
gejala yang sama pada waktu dan kesempatan yang
berbeda
2. JENIS –JENIS RELIABILITAS 327. Berapa macam jenis pengukurann reliabilitas itu?
Jawab:
Adapun jenis-jenis ukuran Reliabilitas adalah:
a. Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada
keajegan (konsistensi) hasil yang ditunjukan alat ukur
dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang
berbeda;
b. Dependability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri
pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat
ukur dapat diandalkan;
183
c. Predictability, karena perilaku merupakan proses
yang saling berkait dan berkesinambungan, maka
kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat
diramalkan hasilnya dan meramalkan hasil pada
pengukuran gejala selanjutnya.
328. Berapa macam jenis reliabilitas itu ?
Jawab:
Berdasarkan perbedaan dalam mendefinisikan
reliabilitas. Maka secara garis besar reliabilitas dapat
dikelompokkan menjadi menjadi dua kelompok
1) Reliabilitas adalah kestabilan hasil pengukuran
apabila tes diujikan beberapa kali (external
stability).
2) Reliabilitas merupakan konsistensi internal hasil
pengukuran butir-butir tes.
329. Apa yang dimaksud dengan reliabilitas sebagai
Stabilitas
Eksternal ?
Jawab:
Reliabilitas sebagai stabilitas eksternal ini
memandang bahwa tes dikatakan reliabel apabila
diujikan beberapa kali akan memberikan hasil
pengukuran yang relatif konsisten.
330. Apa pula yang dimaksud dengan reliabilitas
sebagai Konsistensi Internal ?
Jawab:
Reliabilitas sebagai konsistensi internal adalah tes
dikatakan reliabel apabila di antara butir tes
memberikan hasil pengukuran yang konsisten
(internal consistency).
184
331. Bagaimana cara menguji reliabilitas stabilitas
eksternal itu ?
Jawab:
Adapun cara menguji reliabilitas stabilitas ekternal
itu adalah menggunakan metode tes ulang (test retest
method) atau metode paralel.
332. Apa yang dimaksud dengan metode tes ulang (test
retest method)?
Jawab:
Metode tes ulang (test retest method) adalah metode
pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan
mengujikan sebuah perangkat tes kepada kelompok uji
coba yang sama sebanyak dua kali. Hasil pengukuran
kedua pengujian selanjutnya dikorelasikan. Sebuah tes
dikatakan reliabel apabila dua kali pengujian
menunjukkan hasil yang stabil. Stabilitas ditunjukkan
oleh korelasi antara skor yang diperoleh dari kedua
pengujian
333. Bagaimana langkah-langkah uji reliabilitas test-
retest ?
Jawab:
Ada enam (6) langkah yang dapat ditempuh pada uji
reliabilitas test-retest sebagai berikut (Sudijono, 1999)
:
1) Menyusun sebuah tes yang akan diukur
reliabilitasnya.
2) Mengujikan tes yang tersusun tersebut (tahap I)
3) Menghitung skor hasil tes tahap I.
4) Mengujikan ulang tes yag tersusun tersebut (tahap
II).
5) Menghitung skor hasil tes ulang (tahap II).
6) Menghitungan reliabilitas tes tersebut dengan
jalan mengkorelasikan skor tes I dengan skor tes
II dengan rumus korelasi Product Moment
185
334. Apa yang dimaksud dengan metode paralel
(equivalent / alternate form)?
Jawab:
Metode paralel (equivalent / alternate form) adalah
metode pengujian reliabilitas dengan cara membuat
dua perangkat tes yang paralel dan mengujikan
sekaligus. Selanjutnya koefisien reliabilitas dihitung
dengan mengkorelasikan skor responden pada kedua
perangkat.
335. Bagaimana langkah-langkah uji reliabilitas
metode paralel ?
Jawab:
Adapun langkah – langkah yang ditempuh dalam uji
reliabilitas metode paralel adalah sebagai berikut:
1) Menyusun dua buah tes yang ekuivalen.
2) Mengujikan kedua tes tersebut (dalam kurun
waktu yang beriringan)
3) Memberikan skor hasil tes yang sudah diujikan,
disusun dengan memisahkan antara tes A
dengan tes B.
4) Mencari koefisien stabilitas kedua tes (A dan B )
dengan jalan mencari korelasinya melalui rumus
korelasi Product Moment
336. Bagaimana prosedur menentukan reliabiltas suatu
alat ukur
jika menggunakan metode test- retes ?
Jawab:
Prosedur menentukan reliabilitas alat ukur jika
menggunakan metode tes-retes adalah dengan cara
memberikan yang sama dua kali pada sekelompok
siswa yang sama dengan selang waktu tertentu
(misalnya 7 hari – 1 bulan), kemudian hasil keduanya
dikorelasikan
186
337. Apa kelemahan pengujian reliabilitas metode tes
retest ?
Jawab:
Kelemahan pengujian reliabilitas metode tes retes di
antaranya:
i. Sangat besar kemungkinannya para responden
masih ingat dengan materi soal tes yang pertama
(carry-over effect) sehingga akan mengulang
kembali jawaban yang pernah diberikan pada tes
kedua. Untuk itu selang waktu tes pertama dan
kedua perlu diperhatikan.
ii. Kemungkinan terjadinya perbedaan kesiapan
responden pada saat pengukuran pertama
dibandingkan dengan pengukuran kedua
338. Bagaimana prosedur menentukan reliabiltas alat
ukur jika menggunakan metode paralel?
Jawab:
Prosedur menentukan reliabilitas alat ukur jika
menggunakan metode paralel adalah dengan cara
memberikan dua tes yang sama (hanya berbeda
sedikit: redaksi dan kalimat) secara parallel pada
sekelompok siswa, hasilnya dikorelasikan
339. Apa yang dimaksud dengan metode belah dua
(Split-Half) ?
Jawab:
Metode belah dua adalah membagi banyaknya butir
dalam perangkat tes menjadi dua bagian
340. Bagaimana cara menguji reliabilitas konsistensi
internal
Jawab:
Untuk menguji reliabilitas konsistensi internal dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu (1) metode
belah dua, (2) metode Kuder-Rechadson 20 (K-R 20),
(3) metode KR 21, dan (4) koefisien alfa Cronbach.
187
341. Bagaimana prosedur menguji reliabiltas alat
ukur jika menggunakan Metode Belah Dua ?
Jawab:
Prosedur menentukan reliabilitas alat ukur jika
menggunakan metode belah dua adalah dengan cara
membelah dua suatu perangkat tes, misalnya yang
bernomor ganjil dan yang bernomor genap, kemudian
dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus
korelasi produch momen. Koefisien reliabilitas
perangkat tes dihitung misalnya menggunakan
persamaan Spearman-Brown
342. Bagaimana langkah-langkah uji reliabilitas dengan
metode Belah Dua ?
Jawab:
Adapun langkah yang ditempuh untuk uji reliabilitas
tes metode belah dua adalah:
a) Menyusun sebuah tes yang jumlah butirnya
genap, sehingga bila dibelah jumlahnya sama.
b) Mengujikan tes tersebut pada satu sampel.
c) Menghitung skor masing – masing peserta tes
dalam dua kelompok skor, dapat dikelompokkan
skor ganjil dan genap; dapat pula dikelompokkan
skor belahan atas dan bawah.
d) Mencari reliabilitas setengah tes, dengan jalan
mengkorelasikan kedua skor tersebut dengan
rumus Product Moment, atau mencari deviasi
pada belahan ganjil genap.
e) Mencari reliabilitas satu tes penuh dengan
menggunakan salah satu dari rumus ini :
(1) Rumus Spearman-Brown
(2) Rumus Flanagan
(3) Rumus Rulon
188
343. Bagaimana langkah-langkah menguji Reliabilitas
dengan menggunakan rumus Spearman-Brown ?
Jawab:
Adapun langkah-langkah yang dapat digunakan
untuk menentukan reliabilitas dengan menggunakan
rumus Spearman-Brown, yaitu:
1) Membelah hasil tes menjadi dua, yaitu belahan
ganjil dan genap
2) Skor ganjil sebagai variabel X, dan skor genaap
sebagai variabel Y
3) Menghitung koefisien korelasi ½ tes dengan
menggunakan rumus korelasi Product Moment
4) Menghitung koefisien korelasi suatu tes penuh
dengan rumus Spearman-Brown
r𝑥𝑥 = 2 x r1
212
1+ r12
12
Keterangan
𝑟𝑥𝑥 = reliabilitas,
r1
2
1
2
= korelasi diantara
dua belahan
5) Membandingkan nilai koefisien reliabilitas yang
diperoleh dengan batas reliabilitas
344. Bagaimana contoh menguji Reliabilitas tes jika
menggunakan metode Belah Dua Spearman-
Brown ?
Jawab:
Misalkan hasil tes pada mata pelajaran Fisika dengan
10 butir soal pilihan ganda pada 5 orang siswa; sebagai
berikut.
Siswa Butir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
B 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1
C 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
D 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
E 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
Adopsi dari Purwanto (2008)
189
Misalkan pada contoh di atas dilakukan pembelahan
dengan membelah butir dalam ganjil dan genap maka
hasil pembelahan yang dihasilkan adalah sebagai
berikut :
No Butir Ganjil
Butir Genap
1 3 5 7 9 2 4 6 8 10
1 1 1 1 1 1 5 1 0 0 1 1 3 8
2 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 2 3
3 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 4 9
4 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 2
5 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 0 4 8
Jumlah skor kedua belahan selanjutnya
dikorelasikan. Data jumlah skor kedua belahan
adalah sebagai berikut :
Siswa X Y
A 5 3
B 1 2
C 5 4
D 0 2
E 4 4
Keterangan :
X = jumlah skor butir belahan ganjil
Y = jumlah skor butir belahan genap
Perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan
mengkorelasikan kedua belahan dengan tabel
persiapan perhitungan sebagai berikut :
No X Y X2 Y2 XY
1 5 3 25 9 15
2 1 2 1 4 2
3 5 4 25 16 20
4 0 2 0 4 0
5 4 4 16 16 16
Jumlah 15 15 67 49 53
190
Korelasi dilakukan menggunakan rumus :
rxy =N∑XY − (∑X)(∑Y)
√{N∑X2 − (∑X)2}{N∑Y2 − (∑Y)2}
Keterangan :
X = skor butir belahan ganjil
Y = skor butir belahan genap
N = jumlah responden
rxy =(5)(53) − (15)(15)
√{(5)(67) − (225)}{(5)(49) − (225)}
rxy = 265 − 225
√(335 − 225)(245 − 225)
rxy = 40
√(110)(20) =
40
√2200 =
40
46,9 = 0,85
Hasil korelasi antara skor belahan ganjil dan genap
(rXY) menggunakan rumus korelasi product moment
adalah sebesar 0,85. Angka koefisien korelasi ini
merupakan korelasi antara setengah tes (r 1/2.1/2)
karena skor diperoleh dari hasil pembelahan butir
menjadi dua bagian.
Untuk mendapatkan koefisien reliabilitas tes penuh
(r11), maka koefisien reliabilitas setengah tes ini
harus diubah menjadi koefisien reliabilitas penuh
(r11) dengan menggunakan rumus: Spearman-
Brown.
𝑟𝑥𝑥 = 2 x r1
212
1+ r12
12
r11 =2 𝑥 0,85
1+0,85 =
1,7
1,85 = 0,918
191
345. Bagaimana langkah-langkah menguji reliabilitas
jika menggunakan rumus Flanagan ?
Jawab:
Adapun langkah-langkah untuk menentukan
reliabilitas dengan menggunakan rumus Flanagan,
yaitu:
1) Membelah skor tes menjadi dua, yaitu belahan
ganjil dan belahan genap serta menghitung skor
total
2) Mencari varian belahan ganjil ,belahan genap dan
varian total dengan menggunakan rumus
SDi2 =
∑ Xi2−
(∑ xi2)
N
N
3) Menghitung besarnya reliabilitas tes dengan
rumus Flanagan
r11 = 2 (1 −
SD1
2+ SD22
SDt2 )
Keterangan: 𝑟11
= koefisien reliabilitas
SD12 = varians belahan pertama
SD22 = varians belahan kedua
SD𝑡2 = varias skor total
4) Membandingkan nilai koefisien reliabilitas yang
diperoleh dengan batas reliabilitas
346. Bagaimana contoh menguji reliabilitas tes jika
menggunakan metode Belah Dua Flanagan ?
Jawab:
Andaikan hasil tes pada mata pelajaran Fisika dengan
10 butir soal pilihan ganda pada 5 orang siswa; sebagai
berikut.
Siswa Butir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
B 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1
C 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
D 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
E 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
Adopsi dari Purwanto (2008)
192
Dari data di tersebut, dan andaikan pembelahan butir
dilakukan ganjil – genap, maka perhitungan koefisien
reliabilitas dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) Menyusun tabel persiapan
No Butir Ganjil
Xi Xi2 Butir Genap
Xi Xi2 Xt Xt2 1 3 5 7 9 2 4 6 8 10
1 1 1 1 1 1 5 25 1 0 0 1 1 3 9 8 64
2 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 2 4 3 9
3 1 1 1 1 1 5 25 1 1 0 1 1 4 16 9 81
4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 4 2 4
5 1 1 9 1 1 4 16 1 1 1 1 0 4 16 8 64
15 67 15 49 30 222
2) Menghitung varians
Perhitungan varians dilakukan menggunakan rumus
sebagai berikut :
SDi2 =
∑ Xi2 −
(∑ xi2)
NN
Hasil perhitungan varians untuk masing-masing belahan
butir adalah:
Varian belahan ganjil
SD12=
67 − (𝟏𝟓)𝟐
𝟓
𝟓 =
67−45
5 = 3,8
Varian belahan genap
SD22 =
49− (15)2
5
5 =
49−45
5 = 0,8
Varian skor total
SDt2 =
222− (30)2
5
5 =
222−180
5 = 8,4
193
r11 = 2 (1 − 𝑆1
2+ 𝑆22
𝑆𝑡2 )
𝑟11 = 2 (1 = 3,8+0,8
8,4)
r11 = 2 (1 − 4,6
8,4) = 2(1 − 0,547) = 2 – 1,094 = 0,906
347. Bagaimana langkah-langkah menguji reliabilitas
dengan menggunakan rumus Rulon ?
Jawab:
Adapun langkah-langkah untuk menentukan
reliabilitas dengan menggunakan rumus Rulon, yaitu:
1) Membelah hasil tes menjadi dua, yaitu belahan
ganjil, belahan genap
2) Menghitung skor total
3) Mencari varian beda dengan rumus
SDd2 =
∑d2 − (∑ d)2
NN
4) dan varian total dengan rumus
SDt2 =
∑xt2 −
(∑xt)2
NN
5) Menghitung reliabilitas dengan rumus Rulon
r11 = 1 - SDd
2
SDt2
Keterangan:
SD𝑑2 = varians beda
SDt2= varians total
6) Membandingkan nilai koefisien reliabilitas yang
diperoleh dengan batas reliabilitas
194
348. Bagaimana contoh menguji reliabilitas tes yang
menggunakan
metode Belah Dua Rulon ?
Jawab:
Misalkan hasil tes pada mata pelajaran Fisika dengan
10 butir soal pilihan ganda pada 5 orang siswa; sebagai
berikut.
Siswa Butir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
B 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1
C 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
D 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
E 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
Adopsi dari Purwanto (2008)
1) Membuat tabel persiapan
No Butir Awal
∑ Butir Akhir
∑ d d2 xt 𝑥𝑡
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 0 1 4 0 1 1 1 1 4 0 0 8 64
2 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 2 -1 1 3 9
3 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 1 4 1 1 9 81
4 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 2 4
5 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 0 4 0 0 8 64
0 2 30 222
2) Menghitung varians beda
SDd2 =
∑d2− (∑ d)2
N
N =
2− 02
5
5 =
2
5 = 0,40
3) Menghitung varians total
SDt2 =
∑xt2−
(∑xt)2
N
N =
222− 302
5
5 =
222−180
5 = 8,40
4) Menghitung reliabilitas dengan menggunakan rumus
Rulon
𝑟11 = 1 - SD𝑑
2
SD𝑡2
r11=1− 0,40
8,40= 1 − 0,047 = 0,952
195
349. Kapan digunakan rumus Kuder-Richardson 20
(KR 20) untuk
pengujian reliabilitas ?
Jawab:
Rumus Kuder-Richardson 20 (KR20) digunakan
untuk menilai konsistensi internal item-item dalam
sebuah alat ukur secara keseluruhan, jika item-item
pertanyaan dalam bentuk respons dikotomi, misalnya
“benar-salah”, “ya-tidak”, “ada-tidak”
350. Bagaimana bentuk rumus Kuder-Richardson 20
KR20)
Jawab:
Adapun bentuk Rumus Kuder-Richardson 20 (KR 20)
adalah;
Rumus Kuder-Richardson 20 (KR20)
KR-20 =
(n
n−1) (
SDt2− ∑p q
SDt2 )
Keterangan
n = banyak butir soal
SDt2 = varians skor tes
total
p = proporsi jawaban
betul
q = (1-p) = proporsi
jawaban
salah
351. Bagaimana contoh menguji reliabilitas tes yang
menggunakan
Rumus KR-20 ?
Jawab:
Misalkan hasil tes pada mata pelajaran Fisika dengan
6 butir soal pilihan ganda pada 6 orang siswa sebagai
berikut.
196
Siswa Soal
1 2 3 4 5 6
A
B
C
D
E
F
G
H
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencari
reliabilitas dengan
rumus KR-20:
(1) Menyusun tabel perhitungan sebagai berikut.
Siswa Soal Skor
total
X ∑X2
1 2 3 4 5 6
A
B
C
D
E
F
G
H
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
4
6
2
4
6
1
3
2
0,5
2,5
-1.5
0,5
2,5
-2,5
-0,5
-1,5
0,25
6,25
2,25
0,25
6,25
6,25
0,25
2,25
∑ 6 6 4 4 2 6 28 24.00
p 0,75 0,75 0,50 0,50 0,25 0,75 3,50
q 0,25 0,25 0,50 0,50 0,75 0,25 2,50
pq 0,19 0,19 0,25 0,25 0,19 0,19 1,26
(01) Mencari jumlah jawaban benar untuk setiap siswa
(x)
(02) Mencari harga p dari setiap butir, yaitu
p = :∑ Xi
N, untuk butir 1, p1 =
6
8 = 0,75, untuk butir 3,
p3 = 4
8 = 0,50, dan seterusnya
(03) Mencari jumlah proporsi (∑p) , didapat ∑p = 3,50
197
(04) Mencari harga q dengan rumus q = 1 – p
Untuk butir 1, q1 = 1- 0,75 = 0,25. untuk butir 3, q3
= 1 – 0,50 = 0,50, dan seterusnya
(05) Mencari jumlah q (∑ q), didapat :∑q = 2,50
(06) Mencari pq, yaitu: p x q, untuk butir 1, 0,75 x 0,25
= 0,1875, dan seterusnya
(07) Mencari jumlah pq (∑ pq), didapat ∑ pq = 1,26
(08) Mencari angka rata-rata (M) jawaban benar, yaitu
M = ∑X
N =
28
8 = 3,5
(09) Mencari penyimpangan dari rata-rata,
Untuk siswa A : 4 – 3,5 = 0,5, siswa B: 6 – 3,5 =
2,5, dan seterusnya
(10) Mencari kuadrat penyimpangan (x2)
Untuk siswa A kuadrat penyimpangan = (0,5)2 =
0,25, dan seetrusnya
(11) Mencari jumlah kuadrat penyimpangan (∑x2),
yaitu:
0,25 + 6,25 + 2,25 + 0,25 + 6,25 + 6,25 +0,25 +2,25
= 24,00
(12) Mencari varian, yaitu:
SDt2 =
∑X2
N =
24
8 = 3,0
(13) Mencari koefisien reliabilitas dengan rumus KR-20
r = (6
6−1) (
3,00−1,26
3,00) =
6
5 x 0,58 = 0,696
352. Jelaskan kapan rumus Kuder-Richardson 21
diguanakan
Jawab:
Rumus Kuder-Richardson- 21 digunakan untuk tes
yang dibuat sistematikanya menggunakan pilihan
ganda
198
353. Bagaimana bentuk rumus Kuder-Richardson 21
(KR - 21) ?
Jawab:
Adapun bentuk Rumus Kuder-Richardson 21 (KR21)
adalah;
Rumus Kuder-Richardson 21 (KR21)
KR-21 =(n
n−1) (1 −
M(n−M)
n SDt2 )
Keterangan
n = jumlah butir
SDt2 = varians total
M = rerata skor total
354. Bagaimana contoh menguji reliabilitas tes yang
menggunakan
rumus KR-21 ?
Jawab:
Misalkan hasil tes fisika terhadap 10 orang siswa
menggunakan lima butir soal esei sebagai berikut.
Skor maksimum tiap butir adalah 20.
Siswa Butir
1 2 3 4 5
A 15 20 17 18 20
B 10 7 12 9 10
C 5 7 5 8 5
D 20 20 17 20 18
E 15 17 15 18 17
F 7 8 7 5 9
G 15 17 14 15 15
H 20 19 17 20 17
I 15 15 16 14 15
J 4 3 4 4 3
Adopsi dari Purwanto (2008)
199
Langkah-langkah ‘yang dilakukan untuk mencari
reliabilitas dengan rumus KR-21 adalah:
(1) Menyusun tabel perhitungan sebagai berikut.
Siswa Butir Xi Xi2
1 2 3 4 5
A 15 20 17 18 20 90 8100
B 10 7 12 9 10 48 2304
C 5 7 5 8 5 30 900
D 20 20 17 20 18 95 9025
E 15 17 15 18 17 82 6724
F 7 8 7 5 9 36 1296
G 15 17 14 15 15 76 5776
H 20 19 17 20 17 93 8649
I 15 15 16 14 15 75 5625
J 4 3 4 4 3 18 324
∑ 643 48723
(2) Menghitung rata-rata skor total, yaitu
M = ∑𝑋𝑖
𝑁 =
643
10 = 64,3
(3) Menghitung varians total, yaitu:
SDt2 =
∑ Xt2−
(∑ t)
N
N =
48723− 6432
10
10 =737,81
(4) Menghitung koefisien reliabilitas dengan rumus
KR-21, yaitu:
KR-21 =(n
n−1) (1 −
M(n−M)
n SDt2 ) = (
5
5−1) (1 −
64,3(5−64,3
5 𝑥 737,81 )
Kr 21 =0.98
200
355. Bagaimana teknik pengujian reliabilitas tes hasil
belajar bentuk esai atau uraian ?
Jawab:
Untuk Teknik Pengujian Reliabilitas Tes Hasil Belajar
Bentuk Uraian adalah dengan memggunakan Rumus
Alpha Cronbach yaitu
Rumus Alpha Cronbach
ᾶ =
(n
n − 1)
SDt2−∑(SDi
2)
SDt2
Keterangan:
n = jumlah butir
SDi2 = varians
butir
SDt2 = varians total
356. Bagaimana contoh menguji reliabilitas tes yang
menggunakan rumus Alpha Cronbach ?
Jawab:
Misalkan hasil tes fisika terhadap 10 orang siswa
menggunakan lima butir soal esei sebagai berikut.
Siswa Butir
1 2 3 4 5
A 15 20 17 18 20
B 10 7 12 9 10
C 5 7 5 8 5
D 20 20 17 20 18
E 15 17 15 18 17
F 7 8 7 5 9
G 15 17 14 15 15
H 20 19 17 20 17
I 15 15 16 14 15
J 4 3 4 4 3
201
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencari
reliabilitas dengan rumus alpha Cronbach
(1) Menyusun tabel persiapan sebagai berikut
Siswa Butir Skor
total
(xt)
Xt2
1 2 3 4 5
A 15 20 17 18 20 90 8100
B 10 7 12 9 10 48 2304
C 5 7 5 8 5 30 900
D 20 20 17 20 18 95 9025
E 15 17 15 18 17 82 6724
F 7 8 7 5 9 36 1296
G 15 17 14 15 15 76 5776
H 20 19 17 20 17 93 8649
I 15 15 16 14 15 75 5625
J 4 3 4 4 3 18 324
∑ 643 48723
∑X𝑖 126 133 124 131 129
∑Xi2 1890 2135 1778 2055 1967
(2) Menghitung varian butir
SD12 =
∑x12−
(∑x1)2
N
N =
1890− 1262
10
10 =
1890−1587,6
10 = 30,24
SD22 =
∑x22−
(∑x2)2
N
N =
2135− 1332
10
10 =
2135−1768,9
10 = 36,61
SD32 =
∑x32−
(∑x3)2
N
N =
1778− 1242
10
10 =
1778−1537,6
10 = 24,04
SD42 =
∑x42−
(∑x4)2
N
N =
2005− 1312
10
10 =
2005−1716,1
10 = 33,89
SD52 =
∑x52−
(∑x5)2
N
N =
1967− 1292
10
10 =
1967−1664,1
10 = 30,29
∑𝐒𝐢𝟐 = s1
2 + s22 + s3
2 + s42 + s5
2 = 155, 07
202
(3) Menghitung varian total
SDt2 =
∑xt2−
(∑xt)2
N
N =
48732− 6432
10
10 =
48732−42344,9
10 = 737,71
(4) Mencari koefisien reliabilitas dengan rumus alpha
Cronbach
ᾶ = (n
n − 1)
SDt2−∑(SDi
2)
SDt2 = (
5
5−1)
737,71−155,07
737,71 =
4
5 x
582,64
737,71 = 9,99
357. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi
reliabilitas skor tes?
Jawab:
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi reliabilitas
skor tes, di antaranya:
(a) Semakin banyak jumlah butir soal, semakin ajek
suatu tes.
(b) Semakin lama waktu tes, semakin ajek.
(c) Semakin sempit range kesukaran butir soal,
semakin besar keajegan.
(d) Soal-soal yang saling berhubungan akan
mengurangi keajegan.
(e) Semakin objektif pemberian skor, semakin besar
keajegan.
(f) Ketidaktepatan pemberian skor.
(g) Menjawab besar soal dengan cara menebak.
(h) Semakin homogen materi semakin besar keajegan.
358. Bagaimana keterkaitan nntara validitas dan
reliabilitas suatu tes?
Jawab:
Adapun keterkaitan antara validitas dan reliabilitas
adalah sebagai berikut Validitas menyangkut
ketepatan tes dalam mengukur gejala yang diukur,
sedangkan reliabilitas menunjuk pada konsistensi hasil
pengukuran dari waktu ke waktu maupun antar bagian
dari tes tersebut, sehingga tes yang valid yang dapat
mengukur apa yang seharusnya dapat diukur pasti akan
203
menunjukkan hasil yang konsisten atau reliabel tetapi
hasil pengukuran yang konsisten tidak dapat
menunjukkan dukungannya terhadap validitas
359. Bagaimana cara menentukan batas reliabilitas
sebuah tes ?
Jawab:
Koefisien reliabilitas harus diusahakan setinggi
mungkin, namun koefisien yang tidak tinggi dapat
dianggap cukup dalam pengukuran tertentu yang tidak
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang
bersifat individual (Azwar,(1994). Jika skor
digunakan untuk menentukan apakah dua kelompok
berbeda signifikan maka koefisien reliabilitas 0,65
sudah memberikan kontribusi dalam keputusan. Akan
tetapi, jika skor digunakan untuk membandingkan
penampilan individu yang berbeda maka koefisien
reliabilitas paling tidak 0,85 (Aiken, 1994) Indeks
reliabilitas merupakan korelasi hitung maka batas
kriteria reliabilitas adalah tabel korelasi. Bila r hitung
> r tabel maka kedua skor hasil pengukuran tes
berkorelasi signifikan. Signifikansi korelasi
menunjukkan adanya konsistensi sehingga tes telah
dapat dikatakan reliable (Gronlund dan Linn ,1995)
360. Bagaimana acuan korelasi suatu tes ?
Jawab:
Acuan koefisien korelasi suatu tes (Mathews: 1963)
adalah sbb :
r = 0.90 - 0.99 berarti Sempurna / Sangat tinggi
r = 0,80 - 0.89 berarti Tinggi
r = 0.70 - 0.79 berarti Sedang / Cukup
r = 0.60 - 0.69 berarti Kurang
r = di bawah 0.59 berarti Sangat Kurang
204
361. Apa yang dimaksud dengan kesalahan standar
pengukuran ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan kesalahan standar pengukuran
(Standard error of measurement atau SEM) adalah
ukuran yang mencerminkan tidak akuratnya skor dari
tes yang digunakan untuk mengukur.
362. Bagaimana cara menghitung Standar Kesalahan
Pengukuran itu?
Jawab:
Karena standar kesalahan pengukuran itu merupalan
fungsi dari reliabilitas tes dan variabilitas skor, maka
untuk mengukur Standar kesalahan pengukuran
adalah dengan menggunakan persamaan:
SEM = Sx√1 − rxx
dengan Sx = SD skor total tes
rxx = estimasi koefisien reliabilitas
363. Bagaimanakah cara membuktikan bahwa
semakin banyak butir soal (panjang tes) , akan
semakin tinggi indeks reliabilitas soal tersebut ?
Jawab:
Untuk membuktikan bahwa semakin banyak butir
soal, akan semakin tinggi koefisien reliabilitas soal
itu adalah sebagai berikut/
Sebuah tes bahasa Inggris terdiri atas 40 soal
memiliki indek reliabilitasnya 0,6. Jika stes Bahasa
Inggris tersebut ditambah butir soalnya 20 butir
sehingga panjang tes menjadi 60 butir atau 1,5 kali
panjang tes awal.
205
Menggunakan rumus Spearman-Brown, indeks
reliabilitas tes menjadi:
𝐫𝐧 = 𝐧.𝐫
𝟏+ (𝐧−𝟏)𝐫 =
𝟏,𝟓 𝐱 𝟔𝟎
𝟏−(𝟏,𝟓−𝟏 )𝟎,𝟔= 0,692
Keterangan:
𝑟𝑛 = koefisien reliabilittas setelah ditambahkan soal
n = perkalian penambahan soal
r = koefisien reliabilitas awal
Penjelasan: Ketika jumlah butir soal 40, indek
reliabilitasnya adalah 0,6 setelah jumlah butir soalnya 60
indek reliabilitasnya 0,692
207
BAB 8. PENILAIAN (ASESMEN)
364. Ada berapa macam teknik penilaian untuk menilai
hasil pembelajaran siswa ?
Jawab:
Secara umum ada sembilan macam teknik penilaian
untuk menilai hasil pembelajaran siswa. yaitu: (1)
tes, (2) observasi, (3) penilaian diri, (4) penilaian
antar teman, (5) penilaian kinerja, (6) penilaian
portofolio. (7) peniaian produk, (8) penilaian proyek,
dan (9) penilaian jurnal
365. Bagaimana hubungan antara teknik penilaian dengan
aspek penilaian?
Jawab:
Adapun hubungan antara teknik penilaian dengan aspek
penilaian adalah sebagai berikut:
Teknik
Penialain
Aspek Penilaian
Pengetahuan Ketrampilan Sikap
Tes √
Observasi √
Penilaian diri √
Penilaian antar
teman
√
Penilaian kinerja √ √
Penilaian
portofolio
√
Penilaian proyek √ √
Penilaian produk √
Penilaian jurnal √
Inventori √
208
366. Bagaimana hubungan antara teknik penilaian dengan
instrumen penilaian?
Jawab:
Adapun hubungan antara teknik penilaian dengan
instrumen penilaian adalah sebagai berikut:
Teknik Penilaian Instrumen Penilaian
Tes Soal tes
Observasi Pedoman observasi
(check list, rating scale)
Penilaian diri Angket
Penilaian antar teman Angket
Penilaian kinerja Rubrik
Penilaian portofolio Rubrik
Penilaian proyek Rubrik
Penilaian produk Rubrik
Penilaian jurnal Rubrik
Inventori Skala
1.PENILAIAN BERBASIS KELAS
367. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Kelas ?
Jawab:
Penilaian kelas adalah suatu bentuk kegiatan guru yang
terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian
kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti
proses pembelajaran tertentu.
368. Jelaskan apa saja tujuan Penilaian Kelas ?
Jawab:
Adapun tujuan penilaian di kelas adalah:.
a) Penelusuran (Keeping track), yaitu untuk menelusuri
agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai
dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi
sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui
berbagai bentuk penilian kelas agar memperoleh
gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh siswa.
209
b) Pengecekan (Checking-up), yaitu untuk mengecek
adakah kelemahankelemahan yang dialami anak
didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian
kelas, baik yang bersifat formal maupun informal
guru melakukan pengecekan kemampuan
(kompetensi) apa yang siswa telah kuasai dan apa
yang belum dikuasai.
c) Pencarian (Finding-out), yaitu untuk mencari dan
menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya
kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan
merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal-
hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak
berjalan secara efektif.
d) Penyimpulan (Summing-up), yaitu untuk
menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai
seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum atau belum. Penyimpulan sangat penting
dilakukan guru, khususnya pada saat guru diminta
melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada
orang tua, sekolah, atau pihak lain seperti di akhir
semester atau akhir tahun ajaran baik dalam bentuk
rapor siswa atau bentuk lainnya (Chittenden dalam
Hayat, 2008)
369. Jelaskan fungsi Penilaian Kelas ?
Jawab:
Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan
sistimatis oleh guru memiliki fungsi: motivasi, belajar
tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik (Hayat,
2008).
Fungsi Motivasi, penilaian yang dilakukan oleh guru di
kelas harus mendorong motivasi siswa untuk belajar
Fungsi Belajar Tuntas, penilaian di kelas harus diarahkan
untuk memantau ketuntasan belajar siswa.
Fungsi sebagai Indikator Efektivitas Pengajaran,
penilaian kelas dapat digunakan untuk melihat seberapa
jauh proses belajar mengajar telah berhasil.
210
Fungsi Umpan balik, hasil penilaian harus dianalisis oleh
guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru itu
sendiri.
370. Prinsip-prinsip apa yang harus dipedomani dalam
pelaksanaan Penilaian Kelas!
Jawab:
Adapun prinsip-prinsip penilaian kelas, yaitu:
Mengacu ke Kemampuan (competency referenced),
Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk
mengukur apakah siswa telah menguasai kemampuan
sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum
Berkelanjutan (Continuous),
Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus
merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian
rencana mengajar guru selama satu semester dan tahun
ajaran. Rangkaian aktivitas penilaian kelas yang
dilakukan guru melalaui pemberian tugas, pekerjaan
rumah (PR), ulangan harian, ulangan tengah dan akhir
semester, serta akhir tahun ajaran merupakan proses yang
berkesinambungan dan berkelanjutan selama satu tahun
ajaran.
Didaktis,
Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa
tes maupunnon-tes harus dirancang baik isi, format,
maupun tata letak (layout) dantampilannya agar siswa
menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.
Perancangan bahan penilaian yang kreatif dan menarik
dapat mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas
penilaian, baik yang bersifat individual maupun kelompok
dengan penuh antusias dan menyenangkan.
211
Menggali Informasi,
Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan
informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil
keputusan dan umpan balik
Melihat yang benar dan yang salah,
Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya
melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja
siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan
yang secara umum terjadi pada siswa dan sekaligus
melihat hal-hal positif yang diberikan siswa.
371. Bagaimana karakteristik Penilaian Kelas ?
Jawab:
Adapun karakteristik penilaian kelas, yaitu:
Pusat belajar.
Penilaian kelas berfokus perhatian guru dan siswa pada
pengamatan dan perbaikan belajar, dari pada pengamatan
dan perbaikan mengajar
Partisipasi aktif siswa.
Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian kelas
memerlukan partisipasi aktif siswa. Kerjasama dalam
penilaian, siswa memperkuat penilaian materi mata
pelajaran dan skill dirinya
Formatif.
Tujuan penilaian kelas adalah untuk memperbaiki mutu
belajar siswa. Penilaian bukan hanya untuk memberi nilai
atau skor (grading) siswa, tetapi juga untuk mendapatkan
informasi bagi perbaikan mutu belajar siswa.
Kontekstual spesifik.
Pelaksanaan penilaian kelas adalah jawaban terhadap
kebutuhan khusus bagi guru dan siswa. Kebutuhan khusus
berada dalam kontekstual guru dan siswa yang harus
bekerja dengan baik dalam kelas.
Umpan balik.
Penilaian kelas adalah suatu alur proses umpan balik
(feedback loop) di kelas.
212
Berakar dalam praktek mengajar yang baik.
Penilaian kelas adalah suatu usaha untuk membangun
praktek mengajar yang lebih baik dengan melakukan
umpan balik pada pembelajaran siswa lebih sistimatik,
lebih fleksibel, dan lebih efektif
372. Apa manfaat Penilaian Kelas ?
Jawab:
Adapun manfaat penilaian kelas antara lain sebagai
berikut:
1. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik
agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam
proses pencapaian kompetensi.
2. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis
kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga
dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
3. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki
metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar
yang digunakan.
4. Untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan
belajar.
5. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan
komite sekolah tentang efektivitas pendidikan.
6. Untuk memberi umpan balik bagi pengambil
kebijakan dalam mempertimbagkan konsep penilaian
kelas yang baik digunakan.
373. Jelaskan kriteria Penilaian Kelas?
Jawab:
Adapun kriteria penilaian kelas, yaitu:
a. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai
dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur
kompetensi. Dalam menyusun soal sebagai alat penilaian
perlu memperhatikan kompetensi yang diukur, dan
menggunakan bahasa yang tidak mengandung makna
ganda. Jadi, menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat
213
penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang
seharusnya dinilai .
b. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil
penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan
perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi.
Misalnya guru menilai dengan proyek, penilaian akan
reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila
proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif
sama.
c. Terfokus pada kompetensi
Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan
yang berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada
pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan
hanya pada penguasaan materi (pengetahuan).
d. Keseluruhan/Komprehensif
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan
beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi
peserta didik, sehingga tergambar profil kompetensi
peserta didik.
e. Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu,
penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, dan
menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.
f. Mendidik
Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses
pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar
bagi peserta didik ( Depdiknas, 2006)
374. Apa saja keunggulan penilaian kelas ?
Jawab:
Adapun keunggulan Penilaian berbasis kelas adalah:
a. Pengumpulan data kemajuan belajar baik formal
maupun informal dilaksanakan dalam suasana yang
menyenangkan, sehingga ada kesempatan yang terbaik
214
bagi siswa untuk menunjukkan apa yang dipahami dan
mampu dikerjakannya.
b. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak
untuk dibandingkan dengan hasil belajar siswa lain
ataupun prestasi kelompok, tetapi denganprestasi atau
kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau dengan
kompetensi yang dipersyaratkan.
c. Pengumpulan informasi dilakukan dengan
menggunakan variasi cara, dilakukan secara
berkesinambungan sehingga gambaran kemampuan
siswa dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret
secara akurat.
d. Siswa dituntut untuk mengeksplorasi dan memotivasi
diri mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan
memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya
sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.
e. Siswa diberi kesempatan memperbaiki prestasi
belajarnya, dengan pemberian bantuan dan bimbingan
yang sesuai.
f. Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses
belajar-mengajar (PBM) tetapi dapat dilaksanakan
ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses)
375. Berapa jenis Penilaian Kelas itu ?
Jawab:
Ditinjau dari jenis jawaban (respons) yang ditagih,
penilaian dibedakan menjadi dua, yaitu (1) imposed
response tests dan (2) free response.
(1) Imposed response test adalah jawaban-jawaban
(respons) yang harus diberikan siswa di mana pilihan
respons itu sendiri telah ditentukan terlebih dahulu.
Contoh tes jenis ini adalah tes objektif. Semua bentuk tes
objektif sudah menyediakan pilihan jawaban untuk siswa,
siswa tinggal memilih saja.
(2) free response adalah memberikan kesempatan yang
luas bagi siswa untuk memberikan jawaban (respons)
215
sesuai dengan kehendaknya. Contoh tes jenis ini yaitu
seperti tes kinerja, portofolio, esai dan sebagainya.Di sini
siswa bebas memberi jawaban (respons) dan dapat
menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya dan secara
nyata.
376. Berapa macam teknik Penilaian Kelas ?
Jawab
Ada tujuh macam teknik yang dapat digunakan ada
penilaian kelas, yaitu:,yaitu penilaian unjuk kerja,
penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek,
penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian
diri
a. Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja
377. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Kinerja ?
Jawab:
Penilaian Kinerja (Performance Assessmen) adalah suatu
penilaian yang menuntut peserta tes untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan
pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai
dengan kriteria yang diinginkan. Menurut Trespeces
(Depdiknas 2003), Performance Assessment adalah
berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes
diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan
mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta
keterampilan di dalam berbagai macam konteks sesuai
dengan kriteria yang diinginkan.
378. Apa saja Karakteristik Penilaian Kinerja itu ?
Jawab:
Penilaian Kinerja mempunyai dua karakteristik yaitu (1)
peserta tes diminta untuk mendemontrasikan
kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau
terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan),(2) produk dari
Performance Assessment lebih penting daripada
perbuatan (performance)-nya (Maertel, 1992) .
216
379. Jelaskan bagaimana kriteria mengevaluasi
penilaian kinerja agar dapat dianggap
berkualitas baik ?
Jawab:
Untuk mengevaluasi apakah penilaian kinerja
(Performance Assessment) sudah dapat dianggap
berkualitas baik, terdapat tujuh kriteria yang harus
diperhatikan yaitu:
a. Generability, artinya apakah kinerja peserta tes
(students’ performance) dalam melakukan tugas yang
diberikan guru sudah memadai untuk
digeneralisasikan dengan tugas-tugas lain?
b. Authenticity, artinya apakah tugas yang diberikan
tersebut sudah sesuai dengan apa yang sering
dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari?
c. Multiple foci, artinya apakah tugas yang diberikan
kepada peserta tes sudah mengukur lebih dari satu
kemampuan-kemampuan yang diinginkan (more than
one instructional outcomes?)
d. Teachability, artinya apakah tugas yang diberikan
merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena
adanya usaha mengajar guru di kelas?
e. Fairness, artinya apakah tugas yang diberikan sudah
adil (fair) untuk semua peserta tes, tidak “bias” untuk
semua kelompok jenis kelamin, suku bangsa, agama,
atau status sosial ekonomi.
f. Feasibility, artinya apakah tugas-tugas yang diberikan
dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja
(“Performance Assessment”) memang relevan untuk
dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti
biaya, ruangan (tempat), waktu, atau peralatannya?
g. Scorability, artinya apakah tugas yang diberikan dapat
diskor dengan akurat dan reliabel?
217
380. Mengapa penilaian kinerja atau unjuk kerja dianggap
lebih Autentik daripada tes tertulis ?
Jawab:
Penilaian kinerja atau unjuk kerja dianggap lebih autentik
daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih
mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya.
381. Langkah-langkah apa yang perlu diperhatikan dalam
membuat penilaian kinerja/unjuk kerja itu ?
Jawab:
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam
membuat penilaian keterampilan atau penilaian kinerja
yang baik antara lain adalah :
a. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang
diperlukan yang akan mempengaruhi hasil akhir
(output).
b. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik
yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan
tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang
terbaik.
c. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan
yang akan diukur tidak terlalu banyak, sehingga semua
kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa
melaksanakan tugas.
d. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-
kemampuan yang akan diukur berdasarkan
kemampuan siswa yang harus dapat diamati
(observable) atau karakteristik produk yang
dihasilkan.
e. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur
berdasarkan urutan yang akan diamati.
f. Jika ada, periksa kembali dan bandingkan dengan
kriteria-kriteria kemampuan yang sudah dibuat
sebelumnya oleh orang lain di lapangan
218
382. Bagaimana perbandingan antara penilaian kinerja
dengan penilaian konvensional ?
Jawab:
Adapun perbandingan antara penilaian kinerja dengan
penilaian konvensional adalah sebagai berikut.
Penilaian kinerja Penilaian konvensional
1. Mementingkan
kemampuan siswa dalam
menerapkan
pengetahuannya menjadi
unjuk kerja yang dapat
diamati atau produk yang
dihasilkan
2. Membutuhkan waktu
yang banyak untuk
membuat dan
melaksanakan tetapi
menghasilkan format
penilaian yng dapat
digunakan berulang-ulang
pada siswa yang sama
atau siswa baru
3. Memungkinkan untuk
mendiagnosis dan
meremidiasi kinerja siswa
dan memeta-kan
kemajuan siswa sepanjang
waktu
4. Memfokuskan
pembelajaran pada unjuk
kerja siswa
1. Lebih mengutamakan
pemahaman konsep
siswa
2. Membutuhkan waktu
yang banyak untuk
pelaksanaannya, lebih
cepat dan dapat
digunakan untuk siswa
dengan jumlah banyak
secara serentak, tetapi
digunakan hanya sekali
untuk sekelompok
siswa
3. Memungkinkan
untuk mendiagnosis dan
meremidiasi kinerja
siswa tetapi hanya
untuk soal uraian
terbuka (open ended)
4. Memfokuskan
pembelajaran pada
materi pelajaran
219
383. Bagaimana teknik penilaian unjuk kerja Itu ?
Jawab:
Untuk mengamati kinerja/unjuk kerja peserta didik
dapat menggunakan alat atau instrumen berikut:
a. Daftar Cek (Checklist)
b. Skala Lajuan (Rating Scale)
384. Bagaimana cara memberikan skor pada penilaian
kinerja?
Jawab:
Adapun cara memberikan skor pada penilaian kinerja
adalah:
1) Holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan
impresi penilai secara umum terhadap kualitas
peformansi
2) Analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap
aspek-aspek yang berkonstribusi terhadap suatu
peformansi,
3) Primary traits scoring, yaitu pemberian skor
berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu
peformansi
385. Bagaimana contoh Instrumen penilaian unjuk kerja
yang menggunakan daftar cek (Checklist) ?
Jawab:
Contoh (1) Instrumen Penilaian Unjuk kerja yang
menggunakan checklis adalah dalam penilaian pidato
Bahasa Inggris, seperti berikut:
Nama Siswa:...........................
Kelas:.....................
No Aspek Yang Dinilai Baik Tidak
Baik
1 Organization ( Introduction,
body, conclusion)
2 Content ( depth of knowledge,
logic)
3 Fluency
4 Language:
220
Pronunciation
Grammar
Vocabulary
5 Performance ( eye contact,
facial expression, gesture)
Skor yang dicapai
Skor maksimum
Keterangan
Baik mendapat skor 1
Tidak baik mendapat skor 0
Contoh (2) Instrumen Penilaian Pidato yang
menggunakan Metode Ceklis sebagai berikut
Nama Siswa:
Petunjuk:
Tuliskan centang (V) di belakang huruf dimana
kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato
I. Ekspresi Fisik
____ A. Berdiri tegak melihat pada penonton
____ B. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan
perubahan
pernyataan yang disajikan
____ C. Mata melihat kepada penonton
II. Ekspresi Suara
____ A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
____ B. Nada suaranya berubah-rubah sesuai pernyataan
yang ditekankan
____ C. Berbicara cukup keras untuk didengar oleh
penonton
III. Ekspresi Verbal
____ A. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan
arti
____ B. Tidak mengulang-ulang pernyataan
221
____ C. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk
mengutarakan satu pikiran
____D. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting
Sumber: Setiadi, 2008
386. Apa saja kelemahan penilaian/penskoran metode
Checklis?
Jawab:
Ada beberapa kelemahan pada checklist yaitu (1)
penilai atau penskor hanya bisa memilih dua pilihan
yang absolut, yaitu teramati dan tidak teramati, jadi
tidak ada nilai di tengahnya, misalnya apabila
sebenarnya kemampuan siswa tersebut ada di
tengahnya; (2) sukar untuk menyimpulkan
kemampuan seseorang dalam satu skor, misalnya
untuk mengurutkan kemampuan beberapa siswa.
387. Bagaimana pendekatan dalam Penilaian
Kinerja/Unjuk kerja ?
Jawab:
Ada dua pendekatan dalam penilaian kinerja yaitu: (1)
metode holistic, dan (2) metode analytic.
Metode holistic digunakan apabila para penskor
(rater) hanya memberikan satu buah skor atau nilai
(single rating) berdasarkan penilaian mereka secara
keseluruhan dari hasil kinerja peserta tes. Sedangkan
pada metode analytic para penskor (rater)
memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek
yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang
dinilai.
222
388. Bagaimana contoh instrumen penilaian unjuk
kerja yang menggunakan skala kiraan (rating
scale)?
Jawab:
Contoh (1) Instrumen Penilaian Unjuk kerja yang
menggunakan Rating Scale adalah dalam penilaian
pidato Bahasa Inggris, seperti berikut:
Nama Siswa : .................
Kelas: .................
No Aspek yang dinilai Nilai
1 2 3 4
Organization (Introduction,
body, conclusion)
Content (depth of
knowledge, logic)
Fluency
Language:
Pronunciation
Grammar
Vocabulary
Performance ( eye contact,
facial expression, gesture)
Jumlah
Skor Maksimum
Keterangan penilaian:
1 = tidak kompeten
2 = cukup kompeten
3 = kompeten
4 = sangat kompeten
Kriteri penilaian dapat dilakukan sebagai berikut
Jika siswa memperoleh skor 26 – 28 , sangat kompeten
Jika siswa memperoleh skor 21 – 25 , kompeten
Jika siswa memperoleh skor 16 – 20 . cukup kompeten
Jika siswa memperoleh skor 0 – 15 , tidak kompeten
223
389. Apa keuntungan penilaian kinerja yang
menggunakan metode rating scale ?
Jawab:
Penilaian kemampuan keterampilan/kinerja dengan
menggunakan rating scale. memungkinkan penilai
atau penskor untuk menilai kemampuan siswa secara
kontinum tidak lagi dikotomos. Rating scale
memberikan lebih dari dua kategori penilaian
390. Ada berapa macam rating scale itu ?
Jawab:
Terdapat tiga jenis rating scale yaitu:
(1) numerical rating scale;
Numerical rating scale terdiri dari deskripsi tentang
aspek kinerja yang disertai dengan angka yang
menunjukkan tingkatan kualitas kinerja yang diamati
(2) graphic rating scale;
Graphic rating scale sama dengan numerical rating
scale, hanya dalam graphic rating scale yang
digunakan bukan angka sebagai tanda kualitas kinerja,
tetapi dengan memberi tanda tertentu pada suatu
kontinum baris
(3) descriptive rating scale.
Descriptive rating scale sama dengan graphic rating
scale, tetapi pada setiap skala diberi deskripsi tentang
kualitas kinerja yang diamati.
391. Bagaimana contoh instrumen penilaian kinerja
yang menggunakan numerical rating scale ?
Jawab:
Contoh instrumen penilaian pidato yang menggunakan
Numerical rating scale adalah seperti berikut
224
Nama Siswa:
Petunjuk:
Untuk setiap kemampuan berilah lingkaran pada nomor
1. bila siswa selalu melakukan
2. bila kadang-kadang
3. bila jarang, dan
4. bila tidak pernah
I. Ekspresi Fisik (Physical Expression)
A. Berdiri tegak melihat pada penonton
1 2 3 4
B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan
pernyataan yang
disajikan
1 2 3 4
Sumber: Setiadi, 2008
392. Bagaimana contoh instrumen penilaian kinerja yang
menggunakan Graphic Rating Scale ?
Jawab:
Contoh instrumen penilaian kinerja (Pidato) yang
menggunakan Graphic Rating Scale adalah seperti
berikut
Nama Siswa:
Petunjuk:
Tulislah X pada garis dimana kemampuan siswa
teramati pada waktu
berpidato
I. Ekspresi Fisik (Physical Expression)
A. Berdiri tegak melihat pada penonton
selalu kadang-kadang jarang tidak pernah
225
B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan
pernyataan yang Disajikan
selalu kadang-kadang jarang tidak pernah
Sumber: Setiadi, 2008
393. Bagaimana xontoh instrumen penilaian kinerja
yang menggunakan
descriptive rating scale ?
Jawab:
Contoh instrumen penilaian Pidato yang
menggunakan descriptive rating scale adalah seperti
berikut
Nama Siswa:
Petunjuk:
Tulislah X pada garis dimana kemampuan siswa teramati
pada waktu berpidato
I. Ekspresi Fisik (Physical Expression)
A. Berdiri tegak melihat pada penonton
berdiri tegak, kadang-kadang berdiri tidak pernah berdiri
selalu melihat tegak, melihat ke langit- tegak, maka tidak
pada penonton langit kadang-kadang pernah kontak
melihat penonton dengan penonton
B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan
pernyataan yang disajikan
ekspresi wajah ekspresi wajah kadang- ekspresi wajah tidak
selalu berubah kadang berubah pernah berubah
sesuai dengan selama berpidato
suara
Sumber: Setiadi, 2008
226
394. Apa saja yang menjadi sumber kesalahan
penskoran penilaian kinerja?
Jawab:
Terdapat tiga sumber kesalahan dalam penskoran
penilaian kinerja (Popham, 1995) yaitu
a. Scoring-instrument flaws (masalah dalam
instrumen)
Instrumen pedoman penskoran tidak jelas sehingga
sukar untuk digunakan oleh penilai
b. Procedural flaws (masalah prosedural)
Prosedur yang digunakan dalam penilaian
keterampilan atau penilaian kinerja tidak baik
sehingga juga mempengaruhi hasil penskoran
c. Teachers’ personal-bias errors (masalah penskor
yang bias)
Penskor (rater) cenderung untuk sukar menghilangkan
masalah “personal bias”. Sewaktu menskor hasil
pekerjaan peserta tes ada kemungkinan penskor
(rater) mempunyai masalah “generosity error” artinya
penskor cenderung memberi nilai yang tinggi-tinggi,
walaupun kenyataan yang sebenarnya hasil pekerjaan
peserta tes tidak baik
b. Penilaian Proyek
395. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Proyek ?
Jawab:
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian
terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian projek adalah penilaian yang dilakukan
dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk
melakukan suatu projek yang melibatkan
pengumpulan, pengorganisasian, analisis data, dan
pelaporan hasil kerjanya dalam kurun waktu tertentu.
227
396. Apa yang harus dipertimbangkan dalam Penilaian
Proyek ?
Jawab:
Ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penilaian proyek yaitu:
1) Kemampuan Pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus
merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta
didik.
397. Bagaimana teknik Penilaian Proyek ?
Jawab:
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan,
proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk
itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang
perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan
data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.
398. Bagaimana contoh penilaian proyek itu?
Jawab:
Adapun contoh penilaian proyeh adalah sebagai
berikut:
228
Mata Pelajaran : .........
Nama Proyek : ...................
Alokasi Waktu : ................
Nama Siswa: ...................
Kelas:...............
No Aspek* Skor (1 – 5)**
1 Perencanaan:
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 Pelaksanaan
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber
Data/Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 Laporan Proyek
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
Total Skor
* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek dan
kondisi siswa/ sekolah
** Skor diberikan kepada peserta didik tergantung
dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang
diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban,
semakin tinggi perolehan skor
c. Penilaian Produk
399. Apa yang dimaksud dengan penilaian produk
( product assessment)
Jawab:
Penilaian hasil kerja (produk) adalah penilaian
terhadap keterampilan peserta didik dalam
mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam
229
wujud produk, dan penilaian terhadap kualitas produk
tersebut Penilaian produk merupakan penilaian yang
dilakukan terhadap proses (persiapan dan pembuatan)
serta hasil karya peserta didik.
400. Yang mana contoh penilaian produk ?
Jawab:
Beberapa contoh penilaiam produk:
a. Penilaian keterampilan melukis
b. Penilaian keterampilan menyulam
c. Penilaian keterampilan memanggang roti.
401. Apa tujuan penilaian produk itu ?
Jawab:
Adapun tujuan penilaian produk adalah:
a. Menilai penguasaan keterampilan siswa yang
diperlukan sebelum mempelajari keterampilan
berikutnya;
b. Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai
siswa pada akhir kelas;
c. Menilai keterampilan siswa yang akan memasuki
institusi pendidikan kejuruan.
402. Bagaimana metode melakukan penilaian produk ?
Jawab:
Metode yang dapat digunakan untuk melakukan
penilaiam produk adalah:
a. Anecdotal : metode yang cocok untuk menilai
pada tahap produk.
b. Skala Penilaian Analitis : metode yang biasa
digunakan untuk tahap perencanaan dan tahap
akhir.
c. Skala Penilaian Holistik : metode penilaian pada
tahap akhir.
230
403. Bagaimana teknik penilaian produk ?
Jawab:
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik
atau analitik.
a) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspekaspek
produk, biasanya dilakukan terhadap semua
kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan.
b) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan
keseluruhan dari produk,
biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
404. Bagaimana contoh penilaian produk cara
analitik?
Jawab:
Adapun contoh penilaian Produk cara analitik adalah
sebagai berikut:
1 Perencanaan Bahan Skor (1 -
5)**
2 Proses Pembuatan
a. Persiapan Alat dan Bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keamanan, Keselamatan
dan Kebersihan)
3 Hasil Produk
a. Bentuk Fisik
b. Inovasi
Total Skor
* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan jenis
produk yang dibuat
** Skor diberikan kepada peserta didik tergantung
dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang
diberikan. Semakin lengkap dan tepat
jawaban, semakin tinggi perolehan skor.
231
d. Penilaian Portofolio
405. Apa yang dimaksud dengan portofolio ?
Jawab:
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya
peserta didik dalam bidang tertentu yang
diorganisasikan untuk mengetahui minat,
perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik
(Popham, 1995).
Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa,
sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang
ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru,
sebagai bagian dari uasaha mencapai tujuan
belajar, atau mencapai kompetensi yang
ditentukan dalam kurikulum.
406. Apa manfaat penggunaan portofolio untuk
penilaian?
Jawab:
Manfaat penggunaan portofolio untuk penilaian
dikarenakan hal-hal berikut:
1. Portofolio menyajikan atau memberikan:“bukti”
yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja
siswa daripada hasil tes di kelas
2. Portofolio dapat merupakan catatan penilaian
yang sesuai dengan program pembelajaran yang
baik
3. Portofolio merupakan catatan jangka panjang
tentang kemajuan siswa
4. Portofolio memberikan gambaran tentang
kemampuan siswa
5. Penggunaan portofolio penilaian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau
kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas
232
6. Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan
pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa.
7. Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar
8. Portofolio membantu guru dalam menilai
kemajuan siswa
9. Portofolio membantu guru dalam mengambil
keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan
pembelajaran
10. Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap
untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang
perkembangan siswa yang bersangkutan.
11. Portofolio membantu pihak luar untuk menilai
program pembelajaran yang bersangkutan
407. Apa saja tujuan portofolio ?
Jawab:
Tujuan portofolio antara lain:
a. Mengetahui perkembangan yang dialami siswa;
b. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang
berlangsung;
c. Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang
terbaik;
d. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan
melakukan ekperimentasi
e. Meningkatkan efektifitas proses pembelajaran;
f. Bertukar informasi dengan orang tua.wali siswa dan
guru lain;
g. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep
diri positif pada siswa;
h. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri;
dan
i. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan.
233
408. Prinsip-prinsip apa yang perlu diperhatikan dalam
penilaian Portofolio ?
Jawab:
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan
dijadikan sebagai pedoman dalam penggunaan
penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
a. Saling percaya (mutual trust) antara guru dan
siswa. Dalam proses penilaian portofolio guru dan
siswa harus memiliki rasa saling mempercayai
b. Kerahasiaan bersama (confidentiality) antara
guru dan siswa
Kerahasiaan hasil pengumpulan bahan dan hasil
penilaiannya perlu dijaga dengan baik, tidak
disampaikan kepada pihak-pihak lain yang tidak
berkepentingan
c. Milik bersama (joint ownership) antara siswa dan
guru Guru dan siswa perlu merasa memiliki bersama
berkas portofolio.
d. Kepuasan (satisfaction) Hasil kerja portofolio
seyogyanya berisi keterangan-keterangan dan/atau
buktibukti yang memuaskan bagi guru dan siswa.
e. Kesesuaian (relevance). Hasil kerja yang
dikumpulkan adalah hasil kerja yang berhubungan
dengan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran dalam kurikulum.
f. Penilaian proses dan hasil. Penilaian portofolio
menerapkan prinsip proses dan hasil.
409. Apa alasan Penerapan Penilaian dengan
Portofolio?
Jawab:
Alasan Penerapan penilaian dengan portofolio adalah:
1. Sampai dengan sekarang yang dilakukan guru
hanya mencari kesalahan, bukan keunggulan
peserta didik, termasuk penilaian melalui UUB,
atau UN.
234
2. Yang dinilai sifatnya sektoral: hanya ranah
kognitif, dan sedikit
psikomotoris, padahal cita-cita pendidikan adalah
pembentukan pribadi secara utuh.
3. Penilaian hanya merupakan hasil rekaman sesaat,
seperti suatu foto sesaat saja.
410. Apa fungsi portofolio ?
Jawab:
Portofolio dapat pula berfungsi sebagai alat untuk
melihat (a) perkembangan tanggung jawab siswa
dalam belajar, (b) perluasan dimensi belajar (c)
pembaharuan kembali proses belajar-mengajar, dan
(d) penekanan pada pengembangan pandangan siswa
dalam belajar.
411. Bagaimana cara menilai portofolio ?
Jawab:
Untuk menilai portofolio harus lebih dulu tersedia
rubrik (pedoman terperinci) penilaian. Penilaian
portofolio hendaknya tidak hanya ditekankan kepada
keberhasilan siswa dalam memperoleh jawaban yang
diinginkan oleh guru, tetapi lebih ditekankan kepada
proses berpikir siswa yang terdapat atau tersirat dalam
isi portofolio.
412. Bagaimana contoh rubrik untuk menilai
portofolio ?
Jawab:
Contoh rubrik penilaian portofolio adalah sebagai
berikut
235
No Aspek Yang Dinilai Skor
Maksimal
Skor yang
Diperoleh
1 Kelengkapan isi portofolio 3 2
2 Kemampuan siswa dalam
menjelaskan isi
portofolionya
8 7
3 Usaha siswa dalam
menyusun portofolionya
9 3
4 Perkembangan kompetensi
siswa
12 10
jumlah 32 22
413. Bagaimana cara menentukan nilai dari rubrik
portofolio tersebut ?
Jawab:
Adapun cara menentukan nilai angka dari rubik
portofolio di atas adalah dengan rumus berikut:
Skor Yang Diperoleh
Jumlah Skor Maksimal x 100
414. Apa kelemahan penggunaan portofolio ?
Jawab:
Kelemahan Penggunaan Portofolio, antara lain:
1. Penggunaan portofolio tergantung pada
kemampuan siswa dalam
menyampaikan uraian secara tertulis. Selama
siswa belum lancar berbahasa tulis Indonesia,
penggunaan portofolio akan merupakan beban
tambahan yang memberatkan sebagian besar
siswa.
2. Penggunaan portofolio untuk penilaian
memerlukan banyak waktu dari guru untuk
melakukan penskoran; apalagi kalau kelasnya
besar
236
415. Karya apa saja yang dapat dikumpulkan dalam
sebuah portofolio?
Jawab:
Beberapa contoh karya yang dapat dikumpulkan
dalam sebuah portofolio antara lain:
1. hasil proyek penyelidikan, atau praktik siswa
yang disajikan secara tertulis
2. hasil kerja siswa dengan menggunakan alat
rekam, atau komputer, atau disket/flashdisk
3. gambar atau laporan hasil pengamatan
4. deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah
5. laporan kerja kelompok
6. laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran
(Depdiknas, 2004),
7. penghargaan tertulis hasil karya berupa tulisan,
ringkasan (Surapranata dan Hatta, 2004)
416. Apa perbedaan tes dan penilaian portfolio sebagai
alat evaluasi ?
Jawab:
Perbedaan antara penilaian portofolio dan tes sebagai
alat evaluasi, adalah sebagai berikut:
Tes Portofolio
Menilai siswa
berdasarkan
sejumlah tugas
yang terbatas.
Yang menilai hanya
guru, berdasarkan
masukan yang
terbatas
Menilai siswa
berdasarkan seluruh
tugas dan hasil kerja
yang berkaitan dengan
kinerja yang dinilai
Siswa turut serta dalam
menilai kemajuan yang
dicapai dalam
penyelesaian berbagai
tugas, dan
perkembangan yang
berlangsung selama
proses pembelajaran
237
Menilai semua siswa dengan
menggunakan satu
kriteria
Proses penilaian
tidak kolaboratif
(tidak ada kerja
sama terutama
antara guru, siswa,
dan orang tua)
Penilaian diri oleh
siswa bukan
merupakan suatu
tujuan.
Yang mendapat
perhatian dalam
penilaian hanya
pencapaian.
Terpisah antara
kegiatan
pembelajaran dan
testing.
Menilai setiap siswa berdasarkan
pencapaian masing-
masing, dengan
mempertimbangkan
juga faktor perbedaan
individual
Mewujudkan proses
penilaian yang
kolaboratif
Siswa menilai dirinya
sendiri menjadi suatu
tujuan
Yang mendapat
perhatian dalam
penilaian meliputi
kemajuan, usaha, dan
pencapaian
Terkait erat antara
kegiatan penilaian dan
pembelajaran
Sumber: Surapranata, 2008
417. Berapa macam jenis portofolio berdasarkan
tujuan penilaiannya ?
Jawab:
Berdasarkan tujuan penilaiananya, portofolio dapat
dibagi menjadi:
238
1) portofolio untuk tujuan sumatif, 2) portofolio untuk
sertifikasi dan seleksi, 3) portofolio untuk tujuan
penilaian dan promosi, 4) portofolio untuk
mendukung pembelajaran dan pengajaran, 5)
portofolio untuk tujuan pengembangan profesional
(Klenowski, 2002)
418. Bagaimana cara mengetahui (menilai) validitas
portofolio itu?
Jawab:
Adapun cara untuk mengetahui (menilai) validitas
portofolio adalah :
a. untuk validitas isi portofolio antara lain ditunjukkan
apakah karya di dalam portofolio searah dengan
tujuan pembelajaran.
b. untuk validitas konstruk portofolio antara lain
ditunjukkan, apakah karya di dalam portofolio
mencerminkan keterampilan yang sesuai dengan
konstruk keterampilan.
c. untuk validitas kriteria ditunjukkan seberapa baik
korelasi atau prediksi pengukuran kriteria eksternal
dengan fokus penilaian.
419. Bagaimana cara yang perlu dilakukan agar
penskoran portofolio reliabel?
Jawab:
Adapun cara yang perlu dilakukan agar penskoran
portofolio reliabel, yaitu:
1) Penskoran harus terjadi pada kondisi yang sama.
2) Kriteria yang spesifik, dibuktikan oleh rubrik
penskoran, harus dipahami dan digunakan.
3) Contoh-contoh (eksemplar) harus tersedia untuk tiap
tingkat skala penskoran.
4) Pengecekan berkala untuk reliabilitas harus dilakukan.
5) Penilaian multipel harus digunakan dalam penskoran
239
6) Pencatatan akurat dan evaluasi proses harus
dilakukan untuk memonitor hasilhasilnya (Garret
et al. dalam Widodo)
420. Bagaimana rumus untuk mengetahui reliabilitas
portofolio?
Jawab:
Salah satu bentuk rumus untuk mengetahui reliabilitas
portofolio adalah
(Garret et al., dalam Widodo)
Kesesuaian antar penilai = jumlah kesesuaian nyata
jumlah keseuaian
421. Apa yang dimaksud dengan penilaian diri ?
Jawab:
Penilaian diri adalah teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan
dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar
penilaian diri
422. Langkah-langkah bagaimana yang harus dibuat
guru agar penilaian diri oleh siswa objektif ?
Jawab:
Agar Penilaian diri oleh siswa menjadi objektif, guru
harus melakukan langkah-langkah berikut:
1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan
yang akan dinilai
2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan
3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa
pedoman penskoran, daftar cek, atau skala penilaian
4) Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri
5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak
6) Menyampaikan umpan balik kepada siswa
berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil
penilaian yang diambil secara acak
240
423. Bagaimana contoh instrumen penilaian diri ?
Jawab:
Contoh Instrumen Penilaian Diri oleh siswa adalah
sebagai berikut:
Petunjuk:
1) Isilah semua pernyataan dengan jujur
2) Berilah tanda cek (√) pada kolom yang sesuai
dengan kenyataan
TP = Tidak pernah melakukan
JR = Jarang melakukan
KD = Kadang kadang melakukan
SR = Sering melakukan
SL = Selalu melakukan
No Pernyataan TP JR KD SR SL
1 Saya
menginformasikan
hal-hal yang
berkaitan dengan
fisika kepada
teman-teman
2 Saya bertanya
kepada guru hal-
hal yang
berhubungan
dengan pelajaran
fisika
3 Saya hadir setiap
ada jampelajaran
fisika di sekolah
4 Saya membuat
catatan yang rapi
untuk mata
pelajaran fisika
5 Saya menyerahkan
tugas-tugas fisika
tepat waktu
6 dan seterusnya
241
424. Bagaimana cara penskoran hasil penilaian diri Itu ?
Jawab:
Penskoran untuk setiap pernyataan menggunakan rentang
1 – 5.
Skor 1 untuk TP, skor 2 untuk JR, skor 3 untuk KD , skor
4 untuk SR, dan skor 5 untuk SL
Berdasarkan jawaban, kegiatan setiap siswa untuk
pelajaran fisika dikelompokkan sebagai berikut
Amat Baik : Skor 37 – 45
Baik : Skor 28 – 37
Cukup : Skor 19 – 27
Kurang : < 19 (Depdiknas, 2009)
425. Apa yang dimaksud dengan penilaian antar teman ?
Jawab:
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan
perilaku keseharian peserta didik
3. PENILAIN AUTENTIK
426. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Autentik ?
Jawab:
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi
oleh guru tentang pengembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai
teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran
telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Hayat, 2008)
Penilaian autentik adalah penilaian meminta siswa untuk
mendemonstrasikan keterampilan atau prosedur dalam
konteks dunia nyata (Johnson dan Johnson, 2002).
Penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang
menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di
dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan
esensi pengetahuan dan keterampilan (Mueller, 2008).
Jadi, penilaian autentik adalah penilaian yang secara
langsung bermakna, dalam arti, apa yang dinilai memang
242
demikian yang sesungguhnya terjadi, dan dapat terjadi,
dalam kehidupan sehari-hari
427. Mengapa Penilaian Autentik mempunyai relevansi
terhadap pendekatan ilmiah ?
Jawab:
Penilaian autentik memiliki relevansi yang kuat terhadap
pendekatan ilmiah (scientific approach) karena penilaian
autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil
belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,
menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring.
428. Apakah prinsip-prinsip Penilaian Autentik ?
Jawab:
Adpun prinsip-prinsip yang harus dterapkan dalam
penilaian otentik yaitu
a. Proses penilaian merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari proses pembelajaran;
b. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata,
bukan masalah dunia sekolah;
c. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran,
metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik
dan esensi pengalaman belajar;
d. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua
aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif,
psikomotor)
429. Apa saja karakteristik Penilaian Autentik itu ?
Jawab:
Penilaian (asesmen) autentik memiliki enam karateristik
yaitu:
1. Constructed response: siswa mengkonstruksi sebuah
respon, memberikan respon meluas, terlibat dalam
kinerja, atau menciptakan sebuah produk.
2. Higher-order Thinking: siswa secara tipikal
menggunakan pemikiran tingkat tinggi dalam
mengkonstruksi respon terhadap pertanyaan terbuka.
243
3. Authenticity: tugas-tugas bermakna, menantang dan
aktivitas pembelajaran yang mencerminkan
pembelajaran yang baik atau konteks dunia nyata
lainnya dimana nantinya siswa diharapkan dapat
melakukannya.
4. Integrative: tugas-tugas harus mengintegrasikan
semua ketrampilan, dan dalam beberapa hal,
menyangkut integrasi pengetahuan serta
keterampilan-keterampilan lintas isi.
5. Process and Product: prosedur dan strategi yang
dipergunakan untuk mencari dan mendapatkan
jawaban yang benar atau untuk mengeksplorasi
beragam solusi dari tugas-tugas yang kompleks sering
dinilai dan begitu juga produknya yang berupa
jawaban yang benar.
6. Depth Versus Breadth: memberikan informasi yang
mendalam tentang ketrampilan seorang siswa atau
belajar tutas (mastery learning) seperti dikontraskan
dengan tes pilihan ganda dengan cakupan yang luas
tetapi kurang dapat melatih ketrampilan berfikir atau
daya nalar tingkat tinggi (O’Malley dann Pierce, 1996)
430. Apa tujuan penilaian autentik itu ?
Jawab:
Adapun tujuan penilaian autentik adalah:
1. Mengarahkan siswa untuk mengembangkan
kemampuannya dalam merespon daripada hanya
memilih dari jawabanya ynng telah tersedia;
2. Meningkatkan kemampuan berpikir lebih tinggi untuk
menambah kemampuan keterampilan dasarnya;
3. Menilai secara l ngsung terhadap proyek yang bersifat
holistik;
4. Mampu mensintesis pengajaran di kelas;
5. Menggunakan contoh pekerjaan siswa yang terkumpul
dalam jangka waktu yang cukup panjang;
6. Penentuan kriteria yang jelas diketahui oleh siswa;
244
7. Memperkenankan berbagai cara untuk menilai
kemampuan seseorang;
8. Menjadikan penilaian lebih relevan dan dekat dengan
pembelajaran di kelas;dan
9. Mengajarkan siswa untuk mengevaluasi peerjaarn
mereka sendiri.
431. Bagaimana teknik penilaian autentik ?
Jawab
Adapun teknik penilaian autentik yaitu: a) asesmen
kinerja, b) penilaian sikap, c) penilaian tertulis, d)
penilaian proyek dan e) penilaian portofolio. (Badarudin
dalam Faraz, 2012)
432. Apa yang dimaksud dengan jurnal ?
Jawab:
Jurnal adalah catatan pendidik di dalam dan di luar kelas
yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan
dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap
dan perilaku. Jurnal adalah tulisan yang dibuat siswa
untuk mencatat apa yang telah dipelajarinya (Susilo,
2004)
433. Apa yang dimaksud dengan penilaian jurnal?
Jawab:
Penilaian jurnal adalah penilaian yang didasarkan pada
catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku.
434. Kegiatan apa saja yang dapat digunakan untuk
membuat jurnal ?
Jawab:
Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengisi
jurnal yaotu:
245
1. Memulai pertemuan di kelas atau memulai diskusi,
2. Meringkas pembelajaran,
3. Interupsi/memfokuskan kembali diskusi kelas,
4.Menanyakan persetujuan atas suatu pernyataan,
5. Mendiskusikan bagaimana pembelajaran hari ini
terkait dengan topik-topik lain,
6. Merespon suatu tugas,
7. Meningkatkan konsentrasi siswa,
8. Mencek kesiapan/pendapat siswa,
9. Mencatat hasil kerja laboratorium. (Moore ,1994):
435. Dalam melakukan penilaian autentik, hal apa saja
yang perlu diperhatikan oleh guru?
Jawab:
Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh guru ketika
melakukan penilaian autentik adalah:
(1) Autentik dari instrumen yang digunakan
Guru harus menggunakan instrumen yang bervariasi
yang disesuaikan dengan karakteristik kompetensi
yang ada dalam kurikulum
(2) Autentik dari aspek yang diukur
Guru harus menilai aspek hasil belajar secara
komprehensif yang meliputi komponen sikap,
pengetahuan dan keterampilan
(3) Autentik dari aspek kondisi peserta didik
Guru perlu menilai input (kondisi awal) peserta didik,
proses (kinerja dan aktivitas peserta didik dalam
proses belajar mengajar), dan out put (hasil
pencapaian kompetensi dari ketiga
komponen)(Kunandar, 2013)
247
BAB 9 . ALAT UKUR NONTES
1. KONSEP DASAR NONTES
437. Apa yang dimaksud dengan non tes ?
Jawab:
Nontes: penilaian menggunakan pertanyaan atau
pernyataan yang tidak menuntut jawaban benar atau
salah.
438. Apa yang dimaksud dengan penilaian nontes ?
Jawab:
Penilaian nontes adalah penilaian yang mengukur
kemampuan siswa-siswa secara langsung dengan
tugas-tugas yang riil
439. Kapan instrumen nontes digunakan?
Jawab:
Instrumen nontes digunakan terutama untuk mengukur
hasil belajar yang berkenaan dengan soft skills dan
vocational skills, terutama yang berhubungan dengan
apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta
didik daripada apa yang diketahui atau dipahaminya.
Instrument ini biasanya digunakan terkait dengan
penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan
dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati
dengan panca indra (Widiyoko : 2009).
440. Apa kelebihan nontes dibanding dengan tes ?
Jawab:
Adapun kelebihan nontes dari tes adalah sifatnya lebih
komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai
berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya
untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif
dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran
berlangsung.(Sudjana, 2004)
248
441. Alat penilaian apa yang tergolong teknik nontes ?
Jawab:
Alat penilaian yang tergolong teknik non-tes antara
lain: a) kuesioner/ angket, b) wawancara (interview),
3) daftar cocok (check-list), 4) pengamatan/observasi,
5) penugasan, 6) portofolio, 7) jurnal, 8) inventori, 9)
penilaian diri (self-assessment), dan 9) penilaian oleh
teman sejawat (peer assessment)
2. OBSERVASI
442. Apa yang dimaksud dengan observasi ?
Jawab:
Observasi adalah suatu teknik penilaian non-tes yang
menginventarisasikan data tentang sikap dan
kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya.
Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan dan
perilaku siswa secara langsung. Data yang diperoleh
dijadikan bahan penilaian
443. Ada berapa macam jenis observasi dari segi
pelaksanaannya?
Jawab:
Dari segi pelaksanaannya observasi dibedakan atas
tiga jenisi, yaitu:
(1) observasi langsung, yakni pengamatan yang
dilakukan terhadap proses yang terjadi dalam siatuasi
yang sebenarnya dan langsung diobservasi oleh
pengamat,
(2) observasi tidak langsung, yakni pengamatan yang
dilakukan dengan menggunakan alat bantu (misalnya,
dengan mikroskop untuk pengamatan bakteri), dan (3)
observasi partisipasi, yakni observasi yang dilakukan
dengan melibatkan diri pengamat pada kegiatan yang
diamati, sehingga pengamat dapat lebih menghayati,
merasakan dan mengalami sendiri.
249
444. Apa saja kelebihan observasi ?
Jawab:
Adapun kelebihan observasi yaitu:
a) Memberikan informasi yang tidak mungkin
didapatkan melalui teknik lain
b) Memberi tambahan informasi yang sudah didapat
melaui teknik lain
c) Dapat menjaring tingkah laku nyata bila saat
observasi tidak diketahui
d) Observasi atau pengamatan bersifat selektif
e) Observasi mendorong perkembangan subjek
observasi
445. Apa saja kelemahan observasi ?
Jawab:
Adapun kelemahan observasi yaitu:
a) Observasi tidak dapat dilakukan terhadap
beberapa situasi atau beberapa siswa sekaligus
b) Hasil observasi pada suatu kejadian tidak dapat
diulang pada waktu lain
c) Untuk memdapatkan gambaran menyeluruh dan
ketepatan hasil, observasi perlu dilakukan
beberapa kali sehingga memerlukan waktu yang
panjang
d) Penafsiran terhadap hasil observasi sering kali
bersifat subjektif, sehingga diperlukan
keterlibatan beberapa orang observer
e) Sikap observer, jarak waktu yang panjang antara
satu situasi dengan situasi yang diamati, dan
objektivitas pencatatan akan sangat
mempengaruhi validitas hasil observasi
250
446. Bagaimana model alat ukur observasi itu ?
Jawab:
Model alat ukur observasi: (1) pengamat lebih dari
seorang melakukan pengamatan, (2) pengamat membawa
pedoman atau lembar evaluasi yang terdiri atas banyak hal
yang harus diisi atau diconteng, (3) pengamatan dilakukan
pada suatu jangka waktu tertentu berkenaan dengan hal
yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
447. Apa saja ciri observasi itu ?
Jawab:\
Adapun ciri observasi yaitu:
1). Observasi mempunyai arah yang khusus
2). Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematis
3). Observasibersifat kuantitatif
4). Observasi mengadakan pencatatan dengan segera
5). Observasi meminta keadailan
6). Hasil-hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan
untuk menjamin kesahihan (Good, at all dalam Arifin,
2009)
448. Bagaimana langkah penyusunan pedoman observasi?
Jawab:
Adapun langkah penyusunan pedoman observasi yaitu:
(1) Menetapkan tujuan observasi
(2) Menetapkan bentuk format pencatat hasil observasi
sesuai tujuan
(3) Membuat format pencatat hasil observasi (cek list atau
skala kiraan)
(4) Melakukan ujicoba untuk menguji reliabilitas
pedoman observasi dengan teknik interrater reliability
251
449. Apa sifat-sifat yang harus dimiliki observasi sebagai
teknik penilaian ?
Jawab:
Observasi sebagai teknik penilaian harus memiliki sifat-
sifat:
(1) Harus dilakukan sesuai dengan tujuan pemelajaran
yang telah irumukan
(2) Direncanakan secara sistematis
(3) Hasilnya dicatat dan diolh sesuai dengan tujuan
(4) Dapat diperiksa validitas, reliabilitas dan ketelitiannya
450. Apa berapa macam alat penilaian observasi itu ?
Jawab:
(1) Daftar cek (Chek list)
Adalah alat obsevasi yang berupa daftar
kemungkinan-kemungkinan aspek tingkah laku
seseorang dengan cara memberikan tanda cek ( √)
pada aspek-aspek tingkah laku yang ada pada orang
yang akan dinilai lain atau yang ada pada dirinya
sendiri.
(2) Skala kiraan/lajuan (Rating Scale)
Adalah alat untuk memperoleh data yang berupa suatu
daftar yang berisi tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku
yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara
bertingkat
252
451. Berikan sebuah contoh Chechlist (Daftar Cek)!
Jawab:
Contoh Chechlist (Daftar Cek), misalnya pedoman
observasi keaktifan siswa dalam diskusi kelompok
Kelompok :......................................
Kelas :................................
Tanggal Observasi :...............................
No Nama siswa SB B C K SK
1
2
3
4
5
Azizah
Dian wahyuni
Eva
Farmawati
Rosalia
√
√
√
√
√
Keterangan : SB = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
SK = Sangat Kurang
452. Berikan sebuah contoh skala kiraan/lajuan (Rating
Scale) itu!
Jawab:
Contoh skala kiraan/lajuan (Rating Scale), misalnya
pedoman observasi keterampilan menulis
Nama Siswa :.............................
Kelas :...............................
Tanggal Observasi :..............................
No Aspek yang dinilai Skor pilihan
1 Cara memegang pensil 1 2 3 4 5
2 Posisi duduk waktu menulis
3 Posisi tangan terhadap kertas
4 Letak kertas yang akan ditulis
5 Jarak mata dari kertas yang akan
ditulis
6 Bentuk huruf
7 Cara merangkai huruf
8 Kejelasan tulisan
9 Keindahan tulisan
10 Kebenaran tulisan
Keterangan: 5 = Sangat Baik, 4 = Biak, 3 = Cukup, 2
= Tidak Baik 1 = Sangat Tidak Baik
253
3. WAWANCARA
453. Apa yang dimaksud dengan wawancara ?
Jawab:
An interview is a personal interaction between
interviewer (teacher) and one or more interviwees
(students) in which verbal questions are asked,
Wawancara adalah interaksi pribadi antara
pewawancara (guru) dengan satu atau beberapa yang
diwawancarai (siswa) ketika pertanyaan verbal
diajukan kepada mereka (Johnson and Johnson, 2002)
454. Ada berapa macam jenis wawancara sebagai alat
evaluasi ?
Jawab:
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan
sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
1) Wawancara terpimpin (guided interview), biasanya
juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur
(structured interview) atau wawancara sistematis
(systematic interview), dimana wawancara ini selalu
dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih
dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview
guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu
menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang
sudah disediakan.
2) Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview),
biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara
sederhana (simple interview) atau wawancara tidak
sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara
bebas, diamana responden mempunyai kebebasan
untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh
patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator
254
455. Apa saja kelebihan wawancara ?
Jawab:
Beberapa kelebihan wawancara antara lain ; (1) dapat
secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan
situasi yang dihadapi pada saat itu ; (2) mengetahui
perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka
atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan
dan dijawab oleh nara sumber ; (3) Pertanyaan dapat
diajukan secara berurutan sehingga nara sumber dapat
memahami maksud tujuan secara baik, sehingga dapat
menjawab pertanyaan dengan baik pula ; (4) Jawaban
tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh nara
sumber yang telah ditetapkan ; (5) Melalui
wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan
mendetail.
456. Apa saja kelemahan wawancara ?
Jawab:
Beberapa kelemahan wawancara antara lain: (1)
memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga
mungkin biaya ; (2) dilakukan secara tatap muka,
namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam
menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi; (3)
keberhasilan wawancara sangat tergantung dari
kepandaian pewawancara
457. Bagaimana langkah-langkah penyusunan
pedoman wawancara ?
Jawab:
Langkah-langkah penyusunan pedoman
wawancara adalah:
(1) Menetapkan tujuan wawancara
(2) Menetapkan bentuk pertanyaan sesuai tujuan
(3) Merumuskan butir pertanyaan dengan bahasa
yang dipahami oleh orang diwawancara
255
(4) Pertanyaan harus fokus agar yang orang
diwawancara dapat menjawab sesuai dengan
kebutuhan
(5) Rumusan pertanyaan hendaknya jangan memiliki
makna ganda
(6) Rumusan pertanyaan tidak mengandung SARA
atau menghakimi orang yang diwawncara dan
sebagainya
458. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan
wawancara?
Jawab:
Langkah-langkah pelaksanaan wawancara adalah:
(1) Menetapkan orang (interviewee) yang memikili
informasi
(2) Menetapkan jadwal dan tempat wawancara
(3) Menetapkan jumlah orang(interviewee) yang akan
diwawancara
(4) Menghubungi orang (interviewee) yang akan
diwawancara
(5) Melaksanakan wawancara dengan menggunakan
pedoman wawancara
(6) Melakukan pencatatan hasil wawancara dengan
menuliskan atau merekam dengan alat recorder
(7) Menutup wawancara dengan membuat kesimpulan
hasil wawancara dan menympaikan terima kasih aats
kesediaan diwawancara
459. Bagaimana cara menganalisis hasil wawancara ?
Jawab:
Adapun cara menganalisis hasil wawancara adalah:
(1) Hasil pencatan atau perekaman proses wawancara
diketik dalam bentuk dialog tanya jawab sebagaimana
adanya
256
(2) Mengelompokkan jawaban orang yang diwawancara
yang sesuai dengan pokok pikiran yang ada pada
pedoman wawancara
(3) Menganalisis dan mensintesis hasil jawaban orang
yang diwawancara sesuai dengan tujuan wawancara
(4) Menarik kesimpulanberdasarkan hasil sisntesis dari
berbagai jawaban orang yang diwawancara
4.KUESIONER (ANGKET)
460. Apa yang dimaksud dengan kuesioner (angket) ?
Jawab:
Kuesioner (angket) adalah sebuah daftar pertanyaan
yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden).
Kuesioner (angket) adalah alat penilaian hasil belajar
yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk
menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang
latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa,
tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran,
media, dan lain- lain
461. Apa tujuan pengembangan kuesioner/angket di
sekolah ?
Jawab:
Adapun tujuan dari pengembangan kuesioner atau
angket di sekolah adalah :
1) Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari
siswa tentang
pembelajaran
2) Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai
tingkat penguasaan tertentu.
3) Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam
belajar.
4) Membantu anak yang lemah dalam belajar.
5) Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa
dalam pembelajaran
257
462. Ada berapa macam jenis kuesioner/angket itu ?
Jawab:
Kuesioner atau angket dapat dibedakan atas 3 macam,
yaitu
(1) Berdasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan
a) Kuesioner/angket terbuka
b) Kuesioner/angket tertutup
c) Kuesioner/ngket semi terbuka
(2) Berdasarkan responden atau sumber datanya
a) Kuesioenr/angket langsung: diberikan kepada
responden
b) Kuesioer/angket tidak langsung: disampaikan
kepada orang lain yang dimintai pendapat tentang
kondisi orang lain
(3) Berdasarkan strukturnya
a) Kuesioner/angket terstrutur: bersifat tegas, konkrit
dengan pernyataan atau pertanyaan yang terbatas
dan mnghendaki jawaban yang tegas dan terbatas
a) Kuesuioner/angket tdak terstruktur: menginginkan
jawaban uraina lengkap
463. Bagaimana langkah penyusunan Kuesioner/angket?
Jawab:
Langkah penyusunan kuesioner/angket adalah:
(1) Menetapkan variabel yang akan dinilai
(2) Merumuskan definisi konseptual
(3) Merumuskan definisi operasional
(4) Menyusun kisi-kisi
(5) Menyusun butir-butir kuesioner/angket
464. Sebagai alat penilaian, untuk menilai apa saja
kuesioner/angket itu?
Jawab:
Kuesioner/Angket sebagai alat penilaian digunakan untk
menilai sikap, bakat, kemampuan, minat siswa dan
sebagainya
258
465. Apa saja kelebihan penggunaan kuesioner/ angket
itu?
Jawab:
Adapun kelebihan penggunaan kuesioner/angket yaitu:
(1) Merupakan metode yang praktis untuk mengumpulkan
data dari responden yang banyak dalam waktu yang
singkat
(2) Merupakan metode yang ekonomis, dari segi tenaga
tenaga
(3) Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang
sama
(4) Jika kuesioner/angket tertutup, memudahkan tabulasi
hasil
(5) Jika kuesioner/angket terbuka, memberi kebebasan
bagi responden untuk mengisinya memberi keterangan
(6) Responden mempunyai waktu yang cukup untuk
menjawab pertanyaan
(7) Pengaruh subjektif dapat dihilangkan
(8) Pengisian kuesioner/angket dapat dibuat anonim,
sehingga responden bebas, jujur untuk mengisinya
466. Apa saja kekurangan penggunaan kuesioner/ angket
itu?
Jawab:
Adapun kekurangan penggunaan kuesioner/angket yaitu:
(1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab.
kadang-kadang ada yang tertinggal, sedangkan untuk
mengisi ulang sukar
(2) Sulit untuk mendapat jaminan bahwa responden akan
memberikan jawaban yang tepat
(3) Penggunaannya terbatas hanya pada responden yang
dapat membaca dan menulis saja
(4) Pertanyaan atau pernyataan dalm kuesioner/angket
dapat dapat ditafsirkan salah oleh rsponden
(5) Belum tentu semua responden mengembalikan angket
yang telah diisinya
259
467. Ada berapa macam isi kuesioner/angket itu ?
Jawab:
Dari dari segi isi kuesioner dapat dibedakan atas 4
macam, yaitu:
1) Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang
menanyakan tentang fakta antara lain seperti
jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
2) Pertanyaan perilaku adalah apabila guru
menginginkan tingkah laku seseorang siswa
dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses
belajar mengajar.
3) Pertanyaan informasi adalah apabila melalui
instrument itu guru ingin mengungkapkan
berbagai informasi atau menggunakan fakta.
4) Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner
yang berkaitan dengan, kepercayaan predisposisi,
dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek
yang dinilai.
5. SOSIOMETRI
468. Apa yang dimaksud dengan sosiometri ?
Jawab:
Sosiometri adalah suatu teknik untuk mempelajari
atau mengetahui hubungan sosial peserta didik atau
subjek yang dinilai.
469. Bagaimana teknik melaksanakan sosiometri itu “
Jawab:
Adapun teknik melaksanakan sosiometri adalah
menugaskan kepada semua peserta didik di kelas
tersebut untuk memilih satu,dua atau tiga temannya
yang paling disukai atau paling akrab.
260
470. Bagaimana bentuk hubungan dalam sosiometri
itu“
Jawab:
Adapun bentuk-bentuk hubungan dalam sosiometri,
yaitu:
1). Hubungan segitiga: menggambarkan intensitas
hubungan tiga orang individu yang cukup kuat
atau intim
2) Hubungan sosial terpusat: menggambarkan
tingkat popularitas seorang individu dalam
kelompoknya
3) Hubungan sosial intim: menggambarkan
hubungan beberapa orang yang saling memilih
satu dengan yang lain dengan intensitas hubungan
yang kuat
4)...Hubungan sosial berbentuk jala:
menggambarkan pola relasi yang bersifat
menyeluruh di mana setiap anggota saling
berelasi.
5)...Hubungan sosial berbentuk rantai:
menggambarkan pola hubungan searah atau
sepihak dan tidak menyeluruh. (Komalasari,
Wahyuni, dan Karsih, 2011)
471. Bagaimana contoh hubungan antara nontes
dengan pengukuran dan evaluasi?
Jawab:
Contoh hubungan antara nontes dengan pengukuran
dan evaluasi adalah seperti di bawah:
Non Tes Pengukuran Evaluasi
Siswa diberi tugas
oleh Pak Ahmad
untuk menyusun
laporan praktikum
fisika
Pak Ahmad
membandingkan laporan
praktikum yang dibuat
dengan kriteria dan
menghitung total perolehan
skornya. Dian memperoleh
skor 86.
Pah Ahmad
menilai bahwa
kemampuan Dian
sangat baik dalam
menyusun laporan
praktikum
261
BAB 10. PENGUKURAN DAN
PENILAIAN SIKAP
1. KONSEP DASAR
472. Apa yang dimaksud dengan penilaian sikap ?
Jawab:
(1) Yang dimaksud dengan penilaian sikap adalah
proses pengumpulan dan pengelolaan informasi
yang berkaitan dengan ranah sikap untuk
menentukan proses dan hasil belajar peserta didik
pada mata pelajaran tertentu
(2) Yang dimaksud dengan penilaian sikap adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari
suatu program pembelajaran.
473. Apa beda antara skala sikap dan skala penilaian ?
Jawab:
Beda antara skala sikap dan skala penilaian adalah:
Skala sikap adalah mengukur keadaan atau perasaan
atau penilaian yang bersangkutan
Skala Penilaian adalah mengukur penampilan atau
perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan
perilaku individu pada suatu rentang kontinum atau
suatu kategori yang bernama nilai (Djaali dan
Muljono, 2008)
474. Apa saja komponen sikap itu ?
Jawab:
Sikap itu memiliki tiga komponen yaitu :
1. Komponen afektif --- kehidupan emosional
individu, yakni perasaan tertentu (positif atau
negatif) yang mempengaruhi penerimaan atau
penolakan terhadap objek sikap, sehingga timbul
rasa senang-tidak senang, takun-tidak takut.
262
2. Komponen kognitif --- aspek intelektual yang
berhubungan dengan bilief, idea atau konsep
terhadap objek sikap.
3. Komponen behavioral --- kecenderungan individu
untuk bertingkah laku tententu terhadap objek
sikap
475. Cakupan sikap mana yang dinilai dalam
Kurikulum 2013 ?
Jawab:
Dalam Kurikulum 2013 ada dua macam penilaian
sikap yang harus dilakukan, yaitu (1) sikap spiritual
dan (2) sikap sosial
1. Penilaian sikap spiritual yaitu: menghargai dan
menghayati ajaran agama yang dianut
2. Penilaian sikap sosial mencakup antara lain yaitu:
(1) jujur
(2) disiplin
(3) tanggung jawab
(4) toleransi
(5) gotong royong
(6) santun
(7) percaya diri
476. Selain sikap spiritual dan sosial, aspek sikap spalagi
yang perlu
dinilai dalam pembelajaran ?
Jawab:
Aspek Sikap lain yang perlu dinilai yaitu:
1. Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran
2. Sikap peserta didik terhadap guru mata pelajaran
3. Sikap peserta didik terhadap terhadap nilai-nilai
mata pelajaran
4. Sikap peserta didik pada materi pembelajaran
5. Sikap peserta didik terhadap pembelajaran
263
477. Bagaimana menilai sikap dalam Kurikulum 2013?
Jawab:
Sikap dapat dinilai melalui observasi, penilaian diri
(self assessment), penilaian “teman sejawat” (peer
assessment) oleh peserta didik, dan jurnal.
478. Apa yang dimaksud dengan observasi ?
Jawab:
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan
secara berke- sinambungan dengan menggunakan
indera, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang diamati
479. Bagaimana langkah mengembangkan instrumen
observasi itu ?
Jawab:
Adapun langkah mengembangkan instrumen
observasi adalah (1) menurunkan indikator dari sikap
yang mau dinilai, (2) membuat rubrik beradasarkan
indikator
480. Apa yang dimaksud dengan indikator ?
Jawab:
Indikator adalah tanda tercapainya suatu kompetensi.
Indikator harus terukur. Indikator adalah alat untuk
mengukur dan sebagai petunjuk Dengan demikian,
indikator merupakan suatu petunjuk atau acuan
sehingga memudahkan guru dalam melakukan
penilaian hasil pembelajaran. Dalam konteks penilaian
sikap, indikator merupakan tanda-tanda yang
dimunculkan oleh peserta didik, yang dapat diamati
atau diobservasi oleh guru sebagai representasi dari
sikap yang dinilai
264
481. Bagaimana contoh indikator itu ?
Jawab:
Sebagai contoh, diturunkan indikator sikap toleransi
Sikap Toleransi
dan Pengertiannya
Contoh Indikator
toleransi
Toleransi adalah
sikap dan tindakan
yang menghargai
keberagaman latar
belakang,
pandangan, dan
keyakinan
teman yang berbeda
pendapat
meskipun berbeda dengan
pendapatnya
kekurangan orang lain
kesalahan orang lain
bekerja sama dengan
siapa pun yang memiliki
keberagaman latar
belakang, pandangan, dan
keyakinan
pendapat atau keyakinan
diri pada orang lain
482. Apa yang dimaksud dengan rubrik penilaian?
Jawab:
Rubrik penilaian adalah daftar kriteria yang
menunjukkan kinerja, aspek-aspek atau konsep-
konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari
tingkat yang paling sempurna sampai yang paling
buruk .
Rubrik penilaian adalah pedoman pemberian skor
dalam penilaian yang bersifat subjektif.
265
483. Apa saja komponen rubrik penilaian itu?
Jawab:
Adapun komponen-kompone rubrik penilaian itu,
antara lain:
a) Dimensi kerja atau aspek penilaian yang akan
dijadikan dasar dalam menilai kinerja atau hasil
kerja siswa
b) Deskripsi mutu yang menunjukkan tingkatan mutu
dari setiap dimensiinerja atau aspeh penilaian
mulai dari yang paling sempurna sampai yang
paling buruk
c) Skor untuk tiap-tiap tingkatan mutu dari dimensi
kinerja atau aspek penilaian
d) Skala yang digunakan untuk menilai dimensi
kinerja atau aspek penilaian, muali dari skala 3,
4, atau skala 5
484. Bagaimana langkah-langkah menyusun rubrik
penilaian itu?
Jawab:
Langkah-langkah menyusun rubrik penilaian adalah:
1) Menentukan konsep atau mendefinisikan ketrampilan
dan kinerja yang akan diniai
2) Merumuskan atau mendefinisikan serta menentukan
urutan konsep dan atau keterampilan yang akan dinilai
ke dalam rumusan yang menggambarkan kinerja siswa
3) Menentukan tugas yang akan diniai
4) Meentukan skala yang akan digunakan
5) Mendeskripsikan kinerja muai dari yang diharapkna
sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan
6) Melakukan ujicoba
7) Melakukan revisi berdasarkan hasil ujicoba (Widoyoko,
2014)
266
485. Bagaimana contoh Rubrik ?
Jawab:
Contoh (1) Rubrik Sikap Santun :
Kriteria Skor Indikator
Sangat Baik (SB) 4 Selalu santun dalam bersikap
dan bertutur kata kepada guru
dan teman
Baik (B) 3 Sering santun dalam bersikap
dan bertutur kata kepada guru
dan teman
Cukup (C) 2 Kadang-kadang santun dalam
bersikap dan bertutur kata
kepada guru dan teman
Kurang (K) 1 Tidak pernah santun dalam
bersikap dan bertutur kata
kepada guru danteman
Contoh (2) Rubrik Kemampuan menulis Esai Grade Skor Indikator Kinerja
Sangat Kurang < 20 Tidak ada ide yang jelas untuk
menyelesaikan masalah
Kurang 21 - 40 Ada ide yang dikemukakan,
namunkurang sesuai dengan
permasalahan
Cukup 41 - 60 Ide yang dikemukakan jelas
dan sesuai, namun kurang
inovatif
Baik 61 - 80 Ide yang dikemukakan jelas,
mampu menyelesaikan
masalah, inovatif, cakupan
tidak terlalu luas
Sangat Baik > 81 Ide, jelas, inovatif, dan
mampu menyelesaikan
masalah dengan cakupan luas
267
486. Bagaimana contoh instrumen observasi penilaian
sikap jujur ?
Jawab:
Adapun contoh instrumen observasi penilaian sikap
jujur adalah sebagai berikut
Pedoman Observasi Sikap Jujur
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial
peserta didik dalam kejujuran. Berilah tanda cek (v) pada
kolom skor sesuai sikap jujur yang ditampilkan oleh peserta
didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang
kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
No Aspek Yang Diamati Skor
1 2 3 4
1 Tidak nyontek dalam mengerjakan
ujian/ulangan/tugas
2 Tidak melakukan plagiat ( mengambil/
menyalin karya orang lain tanpa
menyebutkan sumber) dalam
mengerjakan setiap tugas
3 Mengungkapkan perasaan terhadap
sesuatu apa adanya
4 Melaporkan data atau informasi apa
adanya
5 Mengakui kesalahan atau kekurangan
yang dimiliki
Jumlah Skor
268
487. Bagaimana cara penskoran sikap jujur itu ?
Jawab:
(1) Bila menggunakan skala 1-4
Adapun cara penskoran sikap jujur itu adalah
sebagai berikut
Skor Akhir = Skor yang diperoleh/Skor tertinggi x
4 Misalkan skor yang diperoleh 14, skor tertinggi
4 x 5 pernyataan = 20, maka :
Skor Akhir = 14/20 x 4 = 28
(2) Bila menggunakan skala 1-100
Adapun cara penskoran sikap jujur itu adalah
sebagai berikut
Skor Akhir = Skor perolehan/Skor tertinggi x 100
Misalkan Skor yang diperoleh 14, skor tertinggi 4
x 5 pernyataan = 20, maka :
Skor Akhir = 14/20 x 100 = 70
488. Bagaimana rentang klasifikasi skor akhir ?
Jawab:
Adapun rentang klasifikasi skor akhir adalah:
Sangat Baik : apabila memperoleh skor
3,20 – 4,00 (80 – 100)
Baik : apabila memperoleh skor
2,80 – 3,19 (70 – 79)
Cukup : apabila memperoleh skor
2.40 – 2,79 (60 – 69)
Kurang : apabila memperoleh skor kurang
2.40 (kurang dari 60%)
269
489. Bagaimana contoh instrumen observasi sikap
disiplin ?
Jawab:
Adapun contoh Instrumen observasi disiplin adalah
sebagai berikut
Pedoman Observasi Sikap Disiplin
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial
peserta didik dalam kedisiplinan. Berilah tanda cek (v) pada
kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
Ya = apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai
aspek pengamatan
Tidak = apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan
sesuai aspek pengamatan.
Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
No Sikap Yang Diamati Melakukan
YA TIDAK
1 Masuk kelas tepat waktu
2 Mengumpulkan tugas tepat waktu
3 Memakai seragam sesuai tata
tertib
4 Mengerjakan tugas yang
diberikan
5 Tertib dalam mengikuti
pembelajaran
6 Mengikuti praktikum sesuai
dengan langkah yang ditetapkan
7 Membawa buku tulis sesuai mata
pelajaran
8 Membawa buku teks mata
pelajaran
Jumlah
Petunjuk: Jawaban YA diberi skor 1
Jawaban TIDAK diberi skor 0
270
490. Bagaimana cara penskoran sikap disiplin itu ?
Jawab:
Adapun cara penskoran sikap disiplin itu adalah
sebagai berikut
(1) Menggunakan skala 1-4
Skor Akhir = Skor yang diperoleh/Skor
Tertinggi x 4 Misalkan jawaban YA sebanyak 6,
skor tertinggi 8 , karena ada delapan indikator
sikap disiplin yang diamati,
maka : Skor Akhir = 6/8 x 4 = 3,00
(2) Menggunakan skala 1-100
Skor Akhir = Skor yang diperoleh/Skor Tertinggi
x 100 maka: skor Akhir = 6/8 x 100 = 75
491. Apa yang dimaksud dengan jurnal ?
Jawab:
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di
luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan
tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku.
492. Bagaimana cara mengukur/menilai sikap ?
Jawab:
Untuk mengukur/menilai sikap dapat dilakukan
dengan cara/teknik :
1. Measurement by scales --- pengukuran sikap
dengan menggunakan
skala sikap.
2. Measurement by rating --- pengukuran sikap
dengan meminta pendapat atau penilaian para
ahli yang mengetahui sikap individu yang dituju.
3. Indirect method --- pengukuran sikap secara tidak
langsung yakni mengamati (eksperimen)
perubahan sikap/pendapat ybs.
493. Ada berapa macam jenis skala sikap ?
Jawab:
Secara umum terdapat 4 macam skala sikap, yaitu:
1) Slaka Likert
271
2) Skala Guttman
3) Skala Thrustone
4) Skala Differensial Semantik
2. SKALA LIKERT 494. Bagaimana penjelasan tentang Skala Likert ?
Jawab:
Skala ini mula-mula dikembangkan oleh Rensis Likert
untuk mengukur masyarakat di tahun 1932. Di dalam
skala ini menggunakan ukuran ordinal. Skala sikap
Likert tersusun atas beberapa pernyataan positif
(favorable statements) dan pernyataan negatif
(unfavorable statements) yang mempunyai lima
kemungkinan jawaban (option) dengan kategori yang
continuum, dari mulai jawaban sangat setuju (strongly
agree) sampai sangat tidak setuju (strongly disagree).
Dalam skala Likert, responden (subyek) diminta untuk
membaca dengan seksama setiap pernyataan yang
disajikan, kemudian ia diminta untuk menilai
pernyataan-pernyataan itu. Penilaian terhadap
pernyataan-pernyataan itu sifatnya subyektif,
tergantung dari kondisi sikap masing-masing individu.
Derajat penilaian siswa terbagi ke dalam 5 (lima)
kategori yang tersusun secara bertingkat, mulai dari
Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral
(N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) atau bisa pula
disusun sebaliknya.
Misalnya:
1. Untuk Pernyataan positif Persepsi responden Nilai Sikap
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Netral (N)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
5
4
3
2
1
272
2. Untuk Pernyataan negatif Persepsi responden Nilai Sikap
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Netral (N)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
2
3
4
5
Contoh:
Sikap siswa terhadap pelajaran fisika No Sikap Siswa STS TS N S SS
1 Pelajaran fisika
bermanfaat
2 Pelajaran fisika
sulit
3 Tidak semua
siswa harus
belajar fisika
4 Pelajaran fisika
harus dibuat
mudah
5 Harus banyak
latihan pada
Pelajaran fisika
495. Apa yang dimaksud dengan pernyataan positif dan
pernyataan
negatif pada Skala Likert ?
Jawab:
Pernyataan positif adalah pernyataan yang mendukung
ide yang terkandung dalam variabel yang diukur.
Sebaliknya, pernyataan negatif adalah pernyataan
yang bertentangan dengan variabel yang diukur.
496. Berapa macam jenis kategori respon dalam
penyusunan skala ?
Jawab:
Dalam penyusunan skala ada 4 jenis kategori respon,
yaitu:
273
1) Frekuensi (sering–tidak pernah)
2) Evaluasi (baik–buruk)
3) Persetujuan (setuju–tidak setuju)
4) Kesesuaian (sesuai–tidak sesuai)
497. Bagaimana prosedur penyusunan Skala Likert ?
Jawab:
Prosedur penyusunan skala Likert adalah:
a. Menentukan objek sikap yang akan
dikembangkan skalanya.
b. Menyusun kisi-kisi instrumen (skala sikap).
c. Menulis butir-butir pernyataan, dengan
memperhatikan kaidah sebagai berikut:
o menghindari kalimat yang mengandung
banyak interpretasi;
o rumusan pernyataan singkat;
o satu pernyataan hanya mengandung satu
pikiran yang lengkap;
o pernyataan dirumuskan dalam kalimat yang
sederhana;
o hindari penggunaan kata-kata: semua, selalu,
tidak pernah, dan sejenisnya;
o hindari pernyataan tentang fakta atau dapat
diinterpretasikan sebagai fakta
d. Butir pernyataan yang ideal diperlukan kurang
lebih antara 30 sampai dengan 40 butir.
e. Antara penyataan positif dan negatif hendaknya
relatif berimbang.
f. Setiap pernyataan diikuti skala sikap (bisa genap
atau ganjil).
498. Apa saja kelebihan Skala Likert ?
Jawab:
Adapun kelebihan Skala Likert yaitu:
a) Mempunyai banyak kemudahan. Menafsirkannya
relatif lebih mudah. Skor yang tinggi
274
menunjukkan sikap yang lebih tinggi
dibandingkan dengan skor yang rendah
b) Mempunayi reliabilitas tinggi dalam mengurutkan
manusia berdasarkan intensitas sikap tertentu.
Skor untuk tiap pernyataan juga mengukur
intensitas sikap responden terhadap pernyataan
itu.
c) Luwes dan fleksibel
499. Apa saja kelemahan Skala Likert ?
Jawab:
Adapun kelemahan skala Likert yaitu:
a) Asumsi tiap pernyataan mempunyai nilai yang
sama tidak dapat dipertanggungjawabkan
b) Ada kemungkinan yang mempunyai sikap yang
sama intensitasnya memilih jawaban berbeda
c) Validitas item pernyataan dapat disangsikan
500. Bagaimana contoh analisis Skala Likert itu ?
Jawab:
Cara pertama:
Misalnya, ada 7 butir pernyataan skala Likert dengan
5 pilihan, maka langkah-langkah analisisnya adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan skor maksimal, yaitu skor jawaban
terbesar di kali banyak item 5 x 7 = 35
b. Menentukan skor minimal, yaitu skor jawaban
terkecil dikali banyak item 1 x 7 = 7
c. Menentukan nilai median, yaitu hasil penjumlahan
skor maximal dengan skor minimal dibagi dua
(35 + 7) : 2 = 21
d. Menentukan nilai kuartil 1, yaitu hasil penjumlahan
skor minimal dengan median dibagi dua (7 + 21):
2 = 14
e. Menentukan kuartil 3, yaitu hasil penjumlahan
skor maksimal dengan median dibagi dua (35 +
21): 2 = 28
275
Hasil analisis sebagai keputusan:
1. Kategori sikap sangat setuju, yaitu daerah yang
dibatasi oleh kuartil ketiga dan skor maksimal
(kuartil 3 x skor maksimal)
2. Kategori sikap setuju, yaitu daerah yang dibatasi
oleh median dan kuartil ketiga (median x <
kuartil 3)
3. Kategori sikap tidak setuju, yaitu daerah yang
dibatasi oleh kuartil 1 dan median (kuartil 1 x <
median)
4. Kategori sikap sangat tidak setuju, daerah yang
dibatasi oleh skor minimal dan kuartil kesatu (skor
minimal x < kuartil satu).
Cara kedua:
Misalnya ingin diketahui sikap siswa terhadap
pembelajaran guru fisika. Untuk tujuan itu digunakan alat
ukur skala Likert skala 5, dan terdiri atas 30 butir
pernyataan. Maka langkah analisisnya adalah sebagai
berikut:
a. Menetukan skor maksimal. yaitu skor jawaban
terbesar dikali banyak item
5 x 30 = 150
b. Menetukan skor minimal. yaitu skor jawaban terkecil
di kali banyak item
1 x 30 = 30
c. Menentukan nilai rata-rata, yaitu hasil penjumlahan
skor maksimal dengan skor minimal dibagi dua (150 +
30) : 2 = 90
d. Mencari skor mentah untuk setiap siswa dengan
rumus:
Skor mentah = jumlah frekwensi x bobot
e. Membandingkan skor mentah setiap siswa dengan nilai
rata-rata
f. Menentukan keputusan sebagai berikut:
276
1. Jika skor siswa > nilai rata-rata, berarti siswa
tersebut mempunyai sikap yang baik (positif) terhadap
pembelajarn guru fisika
2. Jika skor siswa < nilai rata-rata, berarti siswa
tersebut mempunyai sikap yang tidak baik (negatif)
terhadap pembelajarn guru fisika
3. SKALA GUTTMAN 501. Bagaimana penjelasan lebih lanjut Skala
Guttman?
Jawab:
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. (1)
Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Artinya
jika seseorang mengiyakan pertanyaan yang berbobot
lebih berat, maka ia juga akan mengiyakan pertanyaan
yang kurang berbobot lainnya. (2) Skala Guttman
ingin mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel
yang multi dimensi, sehingga skala ini termasuk
mempunyai sifat idimensional.(3) Skala guttman
selain dapat dibuat dalam pilihan ganda juga dapat
dibentuk dalam chek list, jawaban yang dibuat skor
tertinggi satu dan yang terendah nol.(4) Pada skala
Guttman jawaban yang diberikan sangat tegas,
misalnya setuju atau tidak setuju, ya atau tidak, positif
atau negatif, dan sebagainya. Jawaban yang harus
diberikan pada skala Guttman dengan membubuhkan
tanda cek (√) pada kolom “setuju” atau “tidak Setuju”.
Jadi ada dua kategori yang dikothomi.
Contoh:
1) Pengguguran kandungan dapat diterima apapun
alasannya
2) Pengguguran kandungan dapat diterima bila
untuk alasan KB
3) Pengguguran kandungan dapat diterima bila
sebagai akibat perkosaan
277
4) Pengguguran kandungan dapat diterima bila
ternyata bayi dalam kandungan mengalami cacat
serius
5) Pengguguran kandungan dapat diterima bila ibi
dalam keadaan bahaya Jika responden setuju
dengan pernyataan nomor 3 misalnya, maka
keseluruhan pernyataan nomor 4 dan 5 juga
dianggap sebagai disetujui. Dan dianggap pasti
tidak setuju dengan pernyataan di atasnya yaitu
nomor 2 dan 1 (Zainul & Nasution, 2005).
502. Bagaimana prosedur penyusunan Skala Guttman ?
Jawab:
Prosedur Penyusunan Skala Guttman adalah:
1. Susunlah sejumlah pertanyaan yang relevan
dengan masalah
yang ingin diselidiki.
2. Lakukan penelitiaan permulaan pada sejumlah
sampel dari populasi yang akan diselidiki, sampel
yang diselidiki minimal jumlahnya 50 orang
3. Jawaban yang diperoleh dianalisis, dan jawaban
yang ekstrim
dibuang. Jawaban yang ekstrim adalah jawaban
yang disetujui atau tidak disetujui oleh lebih dari
80% responden.
4. Susunlah jawaban pada tabel Guttman.
5. Hitunglah koefisien reprodusibilitas dan
koefisien skalabilitas.
503. Apa yang dimaksud dengan Koefisien
Reprodusibilitas ?
Jawab:
Koefisien Reprodusibilitas, adalah yang mengukur
derajat ketepatan alat ukur yang telah dibuat, yaitu daftar
pertanyaan dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
278
Kr = 1 - e
n
di mana:
n = jumlah kemungkinan jawaban, yaitu jumlah
pertanyaan x jumlah responden.
e = jumlah error.
Kr = koefisien reprodusibilitas
Skala Guttman menghendaki nilai Kr > 0,90
504. Bagaimana rumus menghitung Koefisien
Skalabilitas?
Jawab:
Rumus untuk menghitung Koefisien Skalabilitas yaitu
Ks = 1 - e
p atau
Ks = 1 - e
c(n−Tn)
dengan:
Ks = koefisien skalabilitas.
e = jumlah error.
p = jumlah kesalahan yang diharapkan = c(n-Tn), dimana
c = kemungkinana mendapat jawaban yang benar.
Karena jawaban adalah “Ya” dan “ Tidak” maka c = 0,5.
n = jumlah total pilihan jawaban = jumlah pertanyaan x
jumlah responden
Tn = jumlah pilihan jawaban
Skala Guttman menghendaki nilai Ks > 0,60
505. Bagaimana cara skoring perhitungan responden
dalam skala Guttman?
Jawab:
Adapun cara skoring perhitungan responden dalam skala
Guttman adalah
Alternatif
Jawaban
Skor Alternatif Jawaban
Positif Negatif
Ya 1 0
Tidak 0 1
279
506. Apa saja kelemahan Skala Guttman ?
Jawab:
Kelemahan pokok dari Skala Guttman, yaitu:
1) Skala ini bisa jadi tidak mungkin menjadi dasar
yang efektif baik intuk mengukur sikap terhadap
objek yang kompleks atau pun untuk membuat
prediksi tentang perilaku objek tersebut.
2) Satu skala bisa saja mempunyai dimensi tunggal
untuk satu kelompok tetapi ganda untuk kelompok
lain, ataupun berdimensi satu untuk satu waktu dan
mempunyai dimensi ganda untuk waktu yang lain.
4. SKALA THRUSTONE
507. Bagaimana penjelasan lebih lanjut tentang Skala
Thrustone ?
Jawab:
Skala Thurstone atau sering juga disebut metode equal
appearing interval memuat sejumlah pernyataan yang
harus dipilih oleh responden, yang masing-masing
telah diberi skor (bobot) tertentu. Pernyataan yang
kontribusinya terhadap sikap lebih tinggi diberi skor
lebih besar, sebaliknya pernyataan yang kontribusinya
lebih rendah diberi skor lebih kecil. Cara penentuan
skor untuk setiap pernyataan yang disajikan
dipertimbangkan oleh pembuat angket, atau
(sebaiknya) meminta pertimbangan beberapa ahli agar
lebih obyektif.
Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50)
pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak
diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai
relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk
yang hendak diukur. Adapun contoh skala penilaian
model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.
280
Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak
relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat
relevan.
Contoh:
Berikan tanda√ pada nomor yang isinya disetujui
1. -------- Ruang kelas terbuka menjurus ke
kenakalan anak
2. -------- Saya tidak mau anak saya masuk ke
sekolah dengan ruang kelas terbuka
3. -------- Anak yang belajar di ruang kelas terbuka
menjadi lebih kreatif
4. -------- Ruang kelas terbuka terlalu tidak
berdisiplin untuk belajar maksimum
5. -------- Ruang kelas terbuka adalah tipu daya
kaum komunis
6. -------- Ruang kelas terbuka memperlancar
perkembangan afektif anak
7.
8.
9. -------- Suara di ruang kelas terbuka terlalu
nyaring untuk dapat memperlancar belajar
508. Apa perbedaan antara Skala Thrustone dan Skala
Likert ?
Jawab:
Adapun perbedaan antara skala Thurstone dan Skala
Likert ialah pada skala Thurstone interval yang
panjangnya sama memiliki intensitas kekuatan yang
sama, sedangkan pada skala Likert tidak perlu sama
281
5. SKALA SEMANTIK DIFFERENSIAL
509. Bagaimana penjelasan lanjut tentang Skala
Differensial Semantik ?
Jawab:
Differensial Semantik dikembangkan oleh Charles E.
Osgood, G.J. Suci dan P.H. Tannenbaum. Metoda ini
terdiri dari sekumpulan skala peringkat dua kutub yang
biasanya sebanyak 7 skala. Skala differensial semantik
merupakan salah satu teknik self report untuk
pengukuran sikap dimana subjek diminta memilih satu
kata sifat atau frase dari sekelompok pasangan kata
sifat atau pasangan frase yang disediakan yang paling
mampu menggambarkan perasaan mereka terhadap
suatu objek. Skala differensial semantik ini menuntut
responden untuk memberikan penilaian tentang suatu
obyek atau keadaan dengan memberikan tanda (cek)
pada kontinum (selang) pernyataan yang ditulis
ekstrimnya, yaitu ekstrim negatif dan ekstrim positif.
Titik tengah kontinum itu sebagai titik netral (nol).
Yang biasa dipergunakan adalah
-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3
atau sebaliknya. Misalnya mau melakukan sikap siswa
terhadap pelajaran fisikas. Skala yang telah dibuat
kemudian disebarkan pada suatu sampel responden.
Setiap responden diminta membaca seluruh frase
berkutup dua dan menandai angka yang paling mampu
menggambarkan perasaannya.
Contoh:
Petunjuk: Berilah tanda cek (√) di atas tanda (-)
sesuai dengan sikap anda terhadap pembelajaran guru
di kelas.
282
Pelajaran Fisika
Pernyataan
Kiri
+3 + 2 +1 0 -1 -2 -3 Pernyataan
Kanan
Menyenangkan - - - - - - - Mombosankan
Sulit - - - - - - - Mudah
Bermanfaat - - - - - - - Sia-sia
Menantang - - - - - - - Menjemukan
Hafalan - - - - - - - Penalaran
Misalnya, bila responden memilih jawaban +3 untuk
pertanyaan no.1 berarti penilaiannya positif, bila 0
maka ia bersikap netral, dan bila jawabannya -3 maka
penilaiannya negatif. Hal yang sama untuk
pertanyaan-pertanyaan lainnya
510. Bagaimana prosedur penyusunan Skala
Diferensial Semantik ?
Jawab:
Prosedur penyusunan Skala Diferensial Semantik,
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan objek sikap yang akan
dikembangkan skalanya.
b. Memilih dan membuat daftar dari konsep dan
kata sifat yang relevan dengan objek penilaian
sikap. Misalnya; menarik, penting,
menyenangkan, mudak dipelajari, dan
sebagainya.
c. Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan
dalam skala.
d. Menentukan rentang skla pasangan bipolar dan
penskoranya.
511. Bagaimana kriteria penulisan pernyataan sikap?
Jawab:
Beberapa kriteria penulisan pernyataan sikap
(Edwards, 1957) adalah sebagai berikut.
1. Jangan menulis pernyataan yang membicarakan
mengenai kejadian yang telah lewat kecuali kalau
objek sikapnya berkaitan dengan masa lalu.
283
2. Jangan menulis pernyataan yang berupa fakta atau
dapat ditafsirkan sebagai fakta.
3...Jangan menulis pernyataan yang dapat
menimbulkan lebih dari satu penfsiran.
4. Jangan menulis pernyataan yang tidak relevan
dengan objek psikologisnya.
5. Jangan menulis pernyataan yang sangat besar
kemungkinannya akan disetujui oleh hampir
semua orang atau bahkan hampir tak seorang pun
yang akan menyetujuinya.
6. Pilihlah pernyataan-pernyataan yang diperkirakan
akan mencakup keseluruhan liputan skala afektif
yang diinginkan.
7. Usahakan agar setiap pernyataan ditulis dalam
bahasa yang sederhana, jelas, dan langsung.
Jangan menuliskan pernyataan dengan
menggunakan kalimat kalimat yang rumit.
8. Setiap pernyataan hendaknya ditulis ringkas
dengan menghindari kata-kata yang tidak
diperlukan dan yang tidak akan memperjelas isi
pernyataan.
9. Setiap pernyataan harus berisi hanya satu ide
(gagasan) yang lengkap.
10. Pernyataan yang berisi unsur universal seperti
“tidak pernah”, “semuanya”, “selalu”, “tak
seorang pun”, dan semacamnya, seringkali
menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan
karenanya sedapat mungkin hendaklah dihindari.
11. Kata-kata seperti “hanya”, “sekedar”, “semata-
mata”, dan semacamnya harus digunakan
seperlunya untuk menghindari kesalahan
penafsiran isi pernyataan.
12. Jangan menggunakan kata atau istilah yang
mungkin tidak dapat dimengerti oleh para
responden.
13. Hindarilah pernyataan yang berisi kata negatif
ganda.
284
512. Apa yang dimaksud dengan penskalaan (Skaling) ?
Jawab:
Penskalaan adalah merupakan prosedur untuk
menempatkan karakteristik objek pada titik-titik
sepanjang sebuah kontinum
513. Ada berapa macam penskalaan itu ?
Jawab:
Terdapat tiga macam penskalaan, yaitu
1) Penskalaan Subjek
Bertujuan untuk meletakkan individu dalam
sebuah kontinum.
Misalnya membandingkan individu berdasarkan
inteligensinya
2) Penskalaan Stimulus , contoh Skala Thurstone
Bertujuan untuk meletakkan stimulus dalam
sebuah kontinum. Misalnya penskalaan pada
sejumlah kata emosi berdasarkan intensitas
emosinya
3) Penskalaan Respon, contoh Skala Likert
Bertujuan untuk meletakkan respon dalam sebuah
kontinum.
Misalnya penskalaan respon kesesuaian
karakteristik individu pada pernyataan
514. Jelaskan perbedaan antara skala dan angket ?
Jawab:
Adapun perbedaan antara skala dan angket adalah
sebagai berikut:
Dimensi Skala Angket
Indikator Psikologi yang
diungkap
Aspek diri yang dipersepsi subjeki
Data faktual yang diketahui subjek
Arah Pernyataan Tidaklangsung Langsung
Kesadaran pada tujuan ukur
Tidak sadar sadar
Penilaian Respon Prosedur Penskalaan Klasifikasi
285
Jumlah konstrak diungkap
Satu Konstruk Banyak Konstruk
Pengujian
reliabiltasi
Perlu diuji Tidak perlu diuji
Pengujian
validitas
Kejelasan Konsep Kejelasan tujuan
Jenis Data Interval Ordinal
515. Bagaimana contoh Skala ?
Jawab:
Adapun contoh Skala adalah sebagai berikut
CONTOH SKALA: Kepercayaan Diri
No Pernyataan Respon
SS S N TS STS
1 Saya merasa orang lain
memiliki kemampuan
lebih daripada saya
2 Saya senang berkumpul
dengan orang banyak
karena dari sana saya
dapa tmemperoleh
sesuatu yang baru
3 Saya akan
mengembangkan
kemampuan say asecara
maksimal
4 Saya sulit menjalin
kerjasama dengan orang
yang baru saya kenal
5 Yang terpenting adalah
kemampuan yang saya
miliki, bukan sekedar
penampilan fisik semata
6 Saya merasa tidak
nyaman bila bersama
orang-orangyang baru
saya kenal
286
516. Bagaimana contoh Angket ?
Jawab:
Contoh Angket sebagai berikut
CONTOH ANGKET Aktivitas Guru No Pernyataan Jumlah Jam dalam seminggu
< 1 1-2 3-4 5-6 < 6
1 Perencanaan dan
Persiapan Materi
(Mengatur lab,
menyiapkan tayangan)
2 Menyelesaikan tugas
administratif
(Membuat Laporan)
3 Pertemuan atau rapat
4 Pengembangan profesi
(kursus, seminar,
lokakarya)
5 Kegiatan dengan
Siswa
(Bimbingan Ekskul,
Kelompok Belajar)
6 dan seterusnya
517. Bagaimana hubungan antara teknik penilaian dan
instrumen ?
Jawab:
Adapun hubungan antara teknik penilaian dan instrumen
adalah sebagai berikut:
Teknik
Penilaian
Bentuk Instrumen
Tes tertulis Tes pilihan: PG, B-S, menjodohkan
Tes isian : Isian singkat dan uraian
Tes praktek Tes ketrampilan, tes identifikasi, tes
simulasi, tes petik kerja (tes petik kerja
prosedur, tek petik kerja produk)
Observasi Lembar observasi (daftar cek, skala
likert, skala sikap, dll)
Penugasan Tugas rumah, proyek
Tes lisan Daftar pertanyaan
287
Penilaian
portofolio
Lembar penilaian portofolio
Jurnal Buku catatan jurnal
Inventori Pedoman wawancara, angket, kuesioner
Penilaian diri Kuesioner/penilaian diri
Penilaian antar
teman
Lembar penilaian antar teman
a. Bagaimana langkah-langkah mengkonstruksi alat
ukur nontes untuk atribut psikologis ?
Jawab:
Langkah-langkah mengkonstruksi alat ukur non tes,
khususnya variabel psikologis adalah sebagai berikut
ini.
1) Menetapkan variabel yang akan diukur
2) Mengkaji teori-teori yang relevan dengan variabel
yang hendak diukur. kemudian dirumuskan
konstruk
3) Berdasarkan konstruk dikembangkan dimensi dan
indikator dari variabel yang akan diukur.
4) Membuat kisi-kisi instrument yang memuat
dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir
untuk setiap dimensi dan indikator.
5) Menetapkan besaran atau parameter yang
bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari
suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan,
6) Menulis butir-butir instrument yang dapat
berbentuk pernyataan atau pertanyaan.
7) Melakukan validasi teoretik, yaitu melalui
pemeriksaan pakar atau melalui panel.
8) Revisi atau perbaikan dilakukan berdasarkan
saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
9) Uji-coba instrumen di lapangan yang merupakan
bagian dari proses validasi empirik.
10) Analisis data hasil uji-coba untuk menguji
validitas, butir-butir yang tidak valid dikeluarkan
atau diperbaiki untuk diuji-coba ulang.
11) Menguji/menghitung reliabilitas alat ukur
12) Perakitan butir-butir instrumen yang valid untuk
dijadikan alat ukur final.
288
518. Bagaimana cara membuat kategorisasi jenjang ?
Jawab:
Kategori jenjang (ordinal) dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut (Azwar, 2003)
Untuk penggolongan ke dalam 3 kategori
X < (μ – 1,0 σ) kategori rendah
(μ -1,0 σ) < X < (μ +1,0 σ) kategori sedang
(μ +1,0 σ) < X kategori tinggi
Untuk penggolongan ke dalam 5 kategori
X < (μ - 1,5 σ) kategori sangat rendah
(μ - 1,5 σ) < X < (μ - 0,5 σ) kategori rendah
(μ - 0,5 σ) < X < (μ + 0,5 σ) kategori sedang
(μ + 0,5 σ) < X < (μ + 1,5 σ) kategori tinggi
(μ + 1,5 σ) < X kategori sangat tnggi
dengan μ = rata-rata teoritis, dan σ = estimasi
besarnya satuan deviasi standar populasi.
519. Bagaimana contoh menggunakan rumus
kategorisasi jenjang itu?
Jawab:
Contoh menggunakan rumus kategorisasi jenjang
adalah sebagai berikut.
Misalnya: ingin dibuat kategori jenjang variabel
‘Kinerja Guru” dari suatu Instrumen kinerja guru yang
terdiri atas 33 butir dengan 7 (skala) tingkatan,ke
dalam tiga kategori, maka langkahnya yaitu
a) Menghitung skala maksimal, yaitu
Skala maksimal: 33 x 7 =231
b) Menghitung skala minimal, yaitu
Skala minimal : 33 x 1 = 33
c) Menghitung rata-rata, yaitu Menghitung rata-rata μ =( 231 + 33) /2 = 264/2 = 132
d) Menghitung standar deviasi (σ) dengan cara:
σ = (231-33)/6 = 198/6 = 33
e) Mensubtitusikan nilai μ dan σ ke dalam rumus
X < (132 – 1,0 x 33)
X < 99
289
jika jumlah skor yang diperoleh (X) < 99 maka
tingkat kinerja guru rendah
(132-1,0 x 33) < X < (132 +1,0 x 33)
99 < X < 165
jika jumlah skor yang diperoleh (X) berada diantara
99 dan 165
maka tingkat kinerja guru sedang
(132 + 1,0 x 33) < X
165 < X
jika jumlah skor yang diperoleh (X) diatas 165
maka tingkat kinerja guru tinggi
291
BAB 11. PENGOLAHAN TES
HASIL BELAJAR
1. PENGERTIAN DAN KONSEP
520. Apa yang dimaksud dengan pengolahan hasil tes ?
Jawab:
Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan
pelaksanaan ujian, yaitu memeriksa hasil ujian dengan
mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban
521. Bagaimana cara menginterpretasikan hasil tes ?
Jawab:
Untuk menginterpretasikan hasil tes dapat dilakukan
dengan dua cara (metode), yaitu berdasarkan standar
absolut (criterion-referenced interpretation) yang
dikenal dengan PAP (Penilaian Acuan Patokan), dan
standar relatif (norm-referenced interpretation) yang
kita kenal dengan PAN (Penilaian Acuan Norma)
(Linn dan Gonlund, 1995).
522. Apa yang dimaksud dengan Skor ?
Jawab:
Skor adalah hasil pekerjaan menskor (memberikan
angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan
angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee
telah dijawab betul dengan memperhatikan bobot
jawaban betulnya.
523. Ada berapa macam jenis skor itu ?
Jawab:
Adapun jenis skor dibedakan atas 3 macam, yaitu :
i. Skor yang diperoleh (obtained score) adalah
sejumlah biji yang dimiliki oleh teste sebagai
hasil mengerjakan tes. Kelemahan-kelemaha
butir tes, situasi yang tidak mendukung,
292
kecemasan dan faktor lainnya dapat berakibat
pada skor yang diperoleh.
ii. Skor sebenarnya (true score) atau skor univers-
skor alam (universe score), adalah nilai hipotetis
yang sangat tergantung dari perbedaan individu,
berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki
secara tetap
iii. Skor kesalahan (error score), perbedaan antara
skor yang diperoleh dan skor sebenarnya disebut
dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau
kesalahan skor, atau skor kesalahan
524. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi skor
Jawab:
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi skor, yaitu:
1 Karakteristik umum yang permanen peserta
tes,seperti kemampuan yang dimiliki siswa dalam
menghadapi tes
2. Karakteristik khusus yang permanen peserta tes,
misalnya yang berkaitan dengan atribut yang
diukur dalam tes, pengetahuan dan kemampuan
khusus yang berkaitan dengan soal, dan sebagainya
3. Karakteristik umum yang temporer, seperti:
kesehatan, kelelahan, motivasi, gangguan emosi,
Faktor panas, cahaya, ventilasi, ds
4. Karakteristik khusus yang temporer, misalnya
pengalaman/latihan menghadapi tes (terlebih lagi
dalam tes psikomotor), kebiasaan menghadapi
sebuah tes, fluktuasi ingatan yang dimiliki siswa
5. Faktor penyelenggaraan, yang mencakup: waktu,
bebas dari gangguan, dan petunjuk yang jelas,
pengawasan. dan penskoran
6. Faktor yang tidak pernah diperhitungkan, misalnya:.
Keberuntungan karena faktor menebak, mengingat
soal yang telah dilihatnya
293
525. Jelaskan sumber-sumber kekeliruan pengukuran
hasil belajar
Jawab:
Adapun sumber-sumber kekeliruan dalam pengukuran
hasil belajar adalah:
1. Kekeliruan pengukuran yang bersumber dari kekeliruan
sampling, yaitu kekeliruan yang dibuat oleh tester
(yang memberikan tes) di dalam menentukan
butirbutir item sebagai sampel atau wakil dari materi
pelajaran yang seharusnya diujikan,
2. Kekeliruan pengukuran yang bersumber dari kekeliruan
scoring, yaitu kekeliruan dari pihak penguji dalam
memberikan skor terhadap jawaban-jawaban benar
yang telah diberikan oleh testee (yang melakukan
tes)terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes,
3. Kekeliruan pengukuran yang bersumber dari kekeliruan
ranking, yaitu kekeliruan yang diperbuat oleh pemberi
skor (scorer) dalam menentukan urutan kedudukan
skor yang dimiliki oleh para siswa dalam suatu tes atau
ujian.
4. Kekeliruan pengukuran yang bersumber dari kekeliruan
guessing, yaitu kekeliruan yang terjadi sebagai akibat
permainan spekulasi atau menebak dalam
memberikan jawaban terhadap soal-soal yang diajukan
kepada mereka.
526. Jelaskan kekeliruan pengukuran hasil belajar oleh
guru
Jawab:
Kekeliruan pengukuran hasil belajar oleh guru antara
lain yaitu:
1. Suasana batin yang sedang dirasakan guru saat
mengukur hasil belajar, contohnya: sedih,
marah, dan sebagainya,
2. Sifat pemurah atau sifat pelit yang melekat pada
diri guru,
294
3. Terjadi hallo effect, dimana guru terpengaruh
oleh berita, informasi, dan sebagainya tentang
siswa yang dinilai
4. Guru terpengaruh “kesan masa lalu” mengenai
hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh
siswanya.
527. Apa yang dimaksud dengan Nilai ?
Jawab:
(1) Nilai adalah hasil pengolahan skor (data mentah)
yang diolah lebih lanjut dengan menggunakan
aturan atau kriteria tertentu sehingga dapat
diinterpretasikan. Nilai dapat berupa bilangan
(kuantitatif) dan berupa huruf atau kategori
(kualitatif).
(2) Nilai adalah angka (bisa juga huruf) yang
merupakan hasil ubahan skor yang sudah
dijadikan satu dengan skor-skor lainya, serta
disesuaikan pengaturannya dengan standar
tertentu.
(3) Nilai adalah angka ubahan dari skor dengan
menggunakan acuan tertentu, yakni acuan
normal dan acuan standar
528. Apa yang dimaksud dengan pemberian skor ?
Jawab:
Pemberian skor atau penskoran (skoring) adalah
proses pengubahan atau jawaban – jawaban soal tes
menjadi angka-angka yang pasti.
529. Bagaimana cara merubah skor menjadi nilai ?
Jawab:
Contoh: Seorang siswa mendapat skor 90 dari skor
maksimal ideal 100, kemudian skor tersebut diolah
dengan menggunakan skala 1-10 diperoleh nilai 9.
Nilai 9 dapat diinterpretasikan bahwa siswa tersebut
tergolong pandai. Nilai 9 disajikan secara kuantitatif.
295
Jika diolah ke dalam skala penilaian A, B, C, D, E, dan
diperoleh nilai B. Nilai B disajikan secara kualitatif
530. Apa yang dimaksud dengan bobot ?
Jawab:
Bobot adalah bilangan yang dikenakan terhadap
setiap butir soal yang nilainya ditentukan berdasarkan
usaha siswa (testi) dalam menyelesaikan soal itu.
2. PENSKORAN
531. Bagaimana cara penskoran soal pilihan ganda
ragam biasa?
Jawab:
Dalam penskoran untuk soal bentuk pilihan ganda
ragam biasa, ada 2 macam yaitu dengan hukuman dan
tanpa hukuman.
(1) Pemberian skor tanpa hukuman dengan rumus
berikut:
S = ∑R dengan : S = Score , ∑R =Right, W =Wrong
Skor yang diperoleh sebanyak jumlah soal yang
benar dikurangi dengan jumlah yang salah
(2) Pemberian skor dengan hukuman menggunakan
rumus, yaitu :
S = ∑R - ∑W
k−1
dengan:
S = skor yang dicari
∑R = jumlah jawaban benar
∑W = jumlah jawaban salah
k = jumlah pilihan jawaban (option)
Contoh:
- Banyaknya soal = 10 buah (T)
- Banyaknya yang betul = 8 buah (R)
- Banyaknya yang salah = 2 buah (W)
- Banyaknya pilihan = 4 buah (k)
- Maka skornya menjadi : 8 - {2 / (4 - 1)} = 8 - (2 / 3) = 7,33
296
532. Bagaimana cara penskoran soal pilihan ganda
selain ragam biasa ?
Jawab:
Untuk penskoran (pemberian skor) soal pilihan ganda
selain ragam biasa (ragam-ragam: analisis antar hal,
analisis kasus, komolek, dan membaca diagram)
adalah menggunakan rumus pilihan ganda yang
dikalikan bobot. jadi
(1) Pemberian skor tanpa hukuman dengan rumus
menjadi:
S = ∑R x Wt dengan S = Score , ∑R = Right,
Wt = bobot yang diberikan guru pada setiap soal
(2) Pemberian skor dengan hukuman dengan rumus :
S = ∑R - (∑W
k−1 ) x Wt
533. Bagaimana cara penskoran soal yang pilihan
jawabannya hanya dua ?
Jawab:
Untuk penskoran soal yang hanya pilihan
jawabannya dua, dapat digunakan rumus:
Jika pemberian skor tanpa hukuman/denda
(1) S = ∑R – ∑W
Keterangan: S = skor yang dicari
∑R = jumlah jawaban betul
∑W = jumlah jawaban salah
Contoh:
- Banyaknya soal = 10 buah (T)
- Banyaknya yang betul = 8 buah (R)
- Banyaknya yang salah = 2 buah (W)
- Skornya menjadi (S) : 8 - 2 = 6
Jika pemberian skor dengan hukuman/denda
(2) S = T - 2W (T singkatan dari total, artinya
jumlah soal dalam tes)
297
Contoh .
- Banyaknya soal = 10 buah (T)
- Banyaknya yang betul = 8 buah (R)
- Banyaknya yang salah = 2 buah (W)
- Skornya menjadi 10 - (2x2) = 10 - 4 = 6
534. Bagaimana cara Penskoran Soal Menjodohkan ?
Jawab:
Untuk penskoran soal menjodohkan dapat digunakan
rumus berikut:
S = R - ∑ W
(n1− 1)(n2− 1)
dengan : S = skor yang dicari
W = jumlah jawaban yang salah
n1 = jumlah butir pada lajur kiri (soal)
n2 = jumlah butir pada lajur kanan (jawaban)
Sekain itu sering juga penskoran
dengan cara
535. Bagaimana cara Penskoran Soal Jawaban
Singkat?
Jawab:
Untuk pemberian skor soal jawaban singkat sebaiknya
tiap soal diberi skor 2 (dua). Dapat juga skor itu sama
dengan skor pada bentuk betul salah atau pilihan
ganda jika memang jawaban yang diharapkannya
ringan atau mudah. Tetapi sebaliknya apabila
jawabarmya bervariasi rnisalnva lengkap sekali,
lengkap dan kurang lengkap, maka angkanya dapat
dibuat bervariasi pula misalnya 2; 1,5; dan 1.
298
536. Bagaimana metode penskoran soal Esai atau
uraian ?
Jawab:
Ada dua metode yang sering digunakan untuk
penskoran soal Esei,yaitu: a) Metode Analitik, dan b)
Metode Rating (Silverius, 1991)
a) Metode Analitik
Langkah-langkah pelaksanaan cara analitik
adalah:
(a) Tulislah/buatlah jawaban sempurna dari tiap
soal, yaitu jawaban yang dapat diberikan skor
tertinggi
(b) Analisislah dan tetapkan bagian-bagiannya
(c) Skor tertinggi yang hendak diberikan kepada
jawaban sempurna itu dibagi-bagi kepada tiap
bagian
(d) Baca jawaban tiap siswa dan berikan skor
pada tiap bagian
(e) Jumlahkan skor tiap bagian itu, dan ini
merupakan skor jawaban siswa untuk soal
tersebut.
b) Metode Rating
Dalam metode rating, jawaban sempurna tidak
dibagi-bagi kepada bagian-bagian. Guru yang
melakukan penskoran membaca dengan sekasama
setiap soal, dan menangkap ruang lingkup yang
ada dalam jawaban. Langkah-langkah
penskorannya adalah:
(a) Membaca jawaban siswa
(b) Mengelompokkan jawaban siswa ke dalam
salah satu kategori yang menunjukkan tingkat
kualitas jawaban (sangat baik, baik, sedang,
kurang, sangat kurang)
(c) Membandingkan jawaban dengan kategori
yang diberikan pada jawaban
(d) Skor yang diberikan sesuai dengan kategori
itu merupakan skor akhir jawaban siswa dari
soal tersebut.
299
537. Mengapa dalam penskoran soal objektif
diberlakukan sistem denda (corection for
quessing) ?
Jawab:
Diberlakukan sistem denda pada penskoran soal
objektif adalah untuk menghilangkan atau
menetralisir kemungkinan menjawab secra benar
dengan hanya menerka
538. Apa kelemahan penggunaan sistem denda pada
penskoran soal objektif?
Jawab:
Adapun kelemahan penggunaan sistem denfa pada
penskoran soal objektif adalah:
a) Sulit untuk mengetahui jawaban terkaan baik
untuk yang benar maupun yang salahharus
mendapat denda
b) Dalam kehidupan sehari-hari orang sering
dihadapkan pada keadaan di mana harus menarik
kesimpulan tanpa memiliki informasi yang
lengkap, misalnya dokter, sehingga kemampuan
menggunakan pengetahuan yang tidak lengkap
perlu dikembangkan dan bukan didenda
c) Dari hasil penelitian soal Pilihan Ganda denan 4
atau 5 pilihan, sistem denda tidak menunjukkan
perbedaan yang berarti>
539. Bagaimana cara penskoran skor soal esai jika
tingkat kesukaran soalnya tidak sama?
Jawab:
Cara penskoran soal esei yang soal-soalnya tidak sama
tingkat kesukarannya adalah dengan sistem bobot
Misalnya, soal yang mudah diberi bobot 2, soal yang
sedang diberi bobot 3, dan soal sukar diberi bobot 4
300
540. Bagaimana contoh perhitungan skor soal esai
dengan sistem bobot ?
Jawab:
Misalkan seorang siswa dites dengan soal bentuk esei.
Masing-masing soal diberi bobot sesuai tingkat
kesukarannya, yaitu bobot 4 untuk soal sukar, bobot 3
untuk soal sedang dan bobot 3 untuk soal mudah.
Perhitungan skornya adalah sebagai berikut:
Nomor
Soal
Tingkat
Kesukaran
Jawaban Skor
(X)
Bobot
(B)
X B
1 Mudah Betul 10 2 20
2 Sedang Betul 10 3 30
3 Sukar Betul 10 4 40
Jumlah 9 90
Skornya dihitung dengan rumus
Skor siswa = ∑ B
∑B =
90
9 = 9
541. Apa yang dimaksud dengan skor total ?
Jawab:
Skor total adalah jumlah skor yang diperoleh dari
seluruh bentuk soal setelah diolah dengan rumus
tebakan
542. Bagaimana cara penskoran skor soal campuran ?
Jawab:
Untuk penskoran soal campuran caranya adalah
sebagai berikut. Misalkan soal ujian terdiri dari n1 soal
pilihan ganda dan n2 soal uraian. Bobot untuk soal
pilihan ganda adalah Wt1 dan bobot untuk soal uraian
adalah Wt2. Jika seorang siswa menjawab benar n1
pilihan ganda, dan n2 soal uraian, maka siswa itu
mendapat skor:
S = Wt1[𝑛1
𝑛1 𝑥 100 ] + Wt2 [
n2
n2 𝑥 100]
dengan : Wt1 = bobot soal 1 dan Wt2 = bobot soal 2
301
543. Bagaimana contoh pemberian skor soal
campuran?
Jawab:
Sebagai contoh: Suatu ujian terdiri atas 20 soal bentuk
pilihan ganda dengan 4 pilihan, dan 4 buah soal bentuk
uraian. Sari dapat menjawab betul soal pilihan ganda
16 butir dan salah 4 butir, sedang bentuk uraian bisa
dijawab betul 20 dari skor maksimum 40. Apabila
bobot pilihan ganda adalah 0,40 dan bentuk uraian
0,60, maka skor yang diperoleh sari adalah sebagai
berikut.
a. Skor pilihan ganda tanpa hukuman: (16/20)x100 = 80
b. Skor bentuk uraian adalah : (20/40)x100 = 50
Maka skor akhir yang diperoleh Sari adalah : 0,4 x (80)
+ 0,6 x (50) = 62
544. Apa yang dimaksud dengan Konversi Skor ?
Jawab:
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah
yang dicapai peserta didik (siswa) ke dalam skor
terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil
belajar yang diperoleh (Arifin, 2009)
545. Bagaimana cara konversi skor hasil tes menjadi
nilai standar ?
Jawab
Untuk melakukan konversi skor (pengolahan dan
pengubahan skor hasil tes menjadi skor standar) dapat
ditempuh dengan dua cara:
1) Konversi skor dengan mengacu pada kriterium
atau patokan. Konversi ini sering disebut acuan
kriteria atau acuan patokan (PAP). Pada acuan ini
skor diinterpretasikan berdasarkan pencapaian
tujuan tertentu (Gronlund dan Linn, 1990)
Rumus yang digunakan untuk menghitung adalah
sebagai berikut
Nilai = Skor Mentah
Skor Maksimum x 100
302
2) Konversi skor dengan mengacu pada norma atau
kelompok.Konversi ini sering disebut acuan
norma (PAN). Pada acuan ini skor yang digunakan
bukan skor maksimum patokan tetapi posisi siswa
di antara kelompok normanya (Gronlund dan
Linn, 1990).
Rumus yang digunakan dalam penentuan nilai
yang mengacu pada norma adalah sebagai
berikut :
Nilai = Skor Mentah
Skor Tertinggi di Kelas x 100
546. Jelaskan skala-skala apa yang digunakan dalam
konversi skor mentah hasil tes menjadi nilai
standar ?
Jawab:
Untuk melakukan konversi skor (pengolahan dan
pengubahan skor mentah hasil tes) menjadi nilai dapat
menggunakan berbagai macam skala, diantaranya :
1) Skala lima (stanfive)
2) Skala sembilan (stannine)
3) Skala sepuluh
4) Skala seratus
5) Skala sebelas (eleven points standard)
6) Skala Z (Z score)
7) Skala T (T score)
547. Jelaskan apa yang dimaksud dengan skala lima ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan skala-5 adalah membagi nilai
standar menjadi lima skala, lima angka/huruf atau lima
kualifikasi. Cara menyusun skala lima dengan
membagi wilayah di bawah lengkung kurva normal
menjadi lima daerah.
303
548. Bagaimana pedoman konversi skor Acuan
Patokan skala lima ?
Jawab:
Adapun pedoman konversi skor skala lima acuan
patokan adalah:
Tingkat Penguasaan Skor Standar
90 % - 100 %
80% - 89 %
70 % - 79 %
60 % - 69 %
0 % - 59 %
A
B
C
D
E
549. Bagaimana pedoman konversi skor acuan norma
skala lima ?
Jawab:
Adapun pedoman konversi pada norma relatif skala
lima adalah
M + 1,5 SD
M + 0,5 SD
M-+ 0,5 SD
M - 1,5 SD
550. Apa yang dimaksud dengan skala sembilan ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan skala sembilan adalah suatu
susunan tingkatan atau rentangan nilai yang terdiri atas
sembilan kategori, yang dinyatakan dengan angka 1
sampai 9 (tidak ada nilai 0 dan nilai 10).
551. Bagaimana pedoman konversi skor acuan
patokan skala sembilan ?
Jawab:
Adapun pedoman konversi skor skala sembilan acuan
patokan adalah:
A
B
C
D
E
304
Tingkat Penguasaan Skor Standar
85 % - 100 %
75 % - 84 %
65 % - 74 %
55 % - 64 %
45 % - 54 %
35 % - 44 %
25 % - 34 %
15 % - 24 %
0 % - 14 %
9
8
7
6
5
4
3
2
1
552. Bagaimana pedoman konversi skor acuan norma
skala sembilan?
Jawab:
Adapun pedoman konversi skor skala sembilan acuan
norma adalah:
M + 1,75 SD
M + 1,25 SD
M + 0,75 SD
M + 0,25 SD
M - 0,25 SD
M - 0,75 SD
M - 1,25 SD
M - 1,75 SD
553. Apa yang dimaksud dengan skala sepuluh ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan skala sepuluh adalah suatu
susunan tingkatan atau rentangan nilai yang terdiri atas
sepuluh kategori, yang dinyatakan dengan angka 1
sampai 10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
305
554. Bagaimana pedoman konversi skor acuan patokan
skala sepuluh Jawab:
Adapun pedoman konversi skor skala sepuluh acuan
patokan adalah:
Tingkat Penguasaan Skor Standar
95 % - 100 %
85% -94 %
75 % - 84 %
65 % - 74 %
55 % - 64 %
45 % - 54 %
35 % - 44 %
25 % - 34 %
15 % - 24 %
05 % - 14 %
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
555. Bagaimana pedoman konversi skor acuan norma
skala sepuluh?
Jawab:
Adapun pedoman konversi skor skala sepuluh acuan
norma adalah:
M + 2,25 SD
M + 1,75 SD
M + 1,25 SD
M + 0,75 SD
M + 0,25 SD
M - 0,25 SD
M - 0,75 SD
M - 1,25 SD
M - 1,75 SD
M - 2,25 SD
9
8
7
6
5
4
3
2
1
10
0
306
556. Apa yang dimaksud dengan skala sebelas ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan skala sebelas adalah suatu
susunan tingkatan atau rentangan nilai standar mulai
dari 0 sampai 10. Jadi akan ada 11 butir nilai standar,
yaitu nilai 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,dan 10.
557. Bagaimana pedoman konversi skor acuan patokan
skala sebelas Jawab:
Adapun pedoman konversi skor skala sebelas acuan
patokan adalah
Tingkat Penguasaan Skor Standar
95 % - 100 %
85 % - 94 %
75 % - 84 %
65 % - 74 %
55 % - 64 %
45 % - 54 %
35 % - 44 %
25 % - 34 %
15 % - 24 %
5 % - 14 %
0 % - 14 %
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
558. Apa yang dimaksud dengan skala seratus?
Jawab:
Yang dimaksud dengan skala seratus (disebut juga
persentil) adalah suatu skala yang bergerak antara nol
sampai seratus
559. Bagaimana bentuk rumus atau persamaan
konversi skor acuan patokan skala seratus ?
Jawab:
Adapun rumus atau persamaan konversi skor mentah
menjadi skor standar skala seratus acuan patokan
(Nurkancana dan Sunartana, 1990) adalah:
307
P = X
SMI x 100
dengan : p = persentil
X = skor yang dicari
SMI = skor Maksimal Ideal
Skor Maksimal Ideal (SMI) adalah skor yang
mungkin dicapai oleh siswa jika semua soal dapat
dijawab dengan betul
560. Bagaimana contoh menentukan Skor Maksimal
Ideal (SMI) itu ?
Jawab:
Adapun contoh untuk menentukan Skor Maksimal
Ideal (SMI):
Misalkan suatu tes hasil belajar terdiri atas :
10 item Benar-Salah masing-masing dengan bobot 1
15 item Pilihan Ganda masing-masing dengan bobot
3
15 item Menjodohkan ming-maing dengan bobot 2
1 item Uraian (esei) dengan bobot 5
Maka Skor Maksimal Ideal (SMI) dari tes tersebut
menjadi:
Skor untuk Benar - Salah = 10 x 1 = 10
Skor untuk Pilihan Ganda = 15 x 3 = 45
Skor untuk Menjodohkan = 15 x 2 = 30
Skor untuk Uraiana (esei) = 1 x 5 = 5
_______________
Jumlah = 90
Jumlah = 90 sebagai Skor Maksimal Ideal (SMI)
561. Bagaimana bentuk rumus atau persamaan
konversi skor Acuan Norma skala seratus ?
Jawab:
Adapun rumus atau persamaan konversi skor mentah
menjadi skor standar skala seratus acuan norma
(Nurkancana dan Sunartana, 1990) adalah:
308
P = cfb+
1
2fb
N x 100
dengan : p = persentil
cfb = cumulatif frekuensi below yaitu
jumlah frekuenai yang mendapat skr di
bawah skor yang akan dicari
persentilnya
fb = frekuensi daerah persentil, yaitu jumlah
frekuensi yang mendapat skor sama
dengan skor yang akan dicari
persentilnya
N = jumlah subjek
562. Apa yang dimaksud dengan Z skor ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan skala Z (Z score) adalah:
a. Suatu ukuran yang menyatakan penyimpangan suatu
skor terhadap angka rata-rata dalam kelompok
tersebut dalam suatu standar deviasi.
b. Suatu ukuran yang menunjukkan berapa besarnya
simpangan baku siswa di bawah atau di atas rata-
rata dalam kelompok atau kelasnya
563. Bagaimana langkah konversi skor mentah
menjadi skor standar acuan patokan skala Z
skor?
Jawab:
Adapun langkah mengkonversi skor mentah menjadi
skor standar dengan menggunakan skala Z skor adalah
sebagai berikut:
(1) Mencari Skor Maksimal Ideal
(2) Mencari angka rata-rata ideal (Mi) dengan rumus
Mi = ½ x Skor Maksimal Ideal (SMI)
(3) Mencari standar deviasi ideal dengan rumus
SDi = 1/3 x MI
(4) Mengkonversikan Skor mentah menjadi skor
standar dengan rumus
309
Z = X− M
SD
Keterangan:
X = skor yang dicapai
M = rata-rata
SD = standar deviasi
564. Apa faidah konversi skor mentah menjadi skor
standar Z ?
Jawab:
Adapun faidah korversi skor mentah menjadi skor
standar Z yaitu:
a. Untuk mengetahui kemampuan seorang siswa di
antara teman sekelasnya
b. Untuk membandingkan prestasi seorang siswa
dengan siswa yang lain.
565. Bagaimana contoh mengetahui kemampuan
seorang siswa dalam kelasnya yang menggunakan
konversi skor mentah menjadi skar Z ?
Jawab:
Adapun contoh untuk mengetahui kemampuan
seorang siswa dalam kelasnya yang menggunakan
konversi skor mentah menjadi skar Z adalah sebagai
berikut (adaptasi dari Harahap, 1982).
Misalkan Eva, siswa kelas 2 SMA, memperoleh
skor sebagai berikut
Fisika = 70
Matematika = 65
Bahasa Inggris = 55
Kalau melihat perolehan skor Eva dalam bahasa
Inggris kurang, matematika cukup, dan fisika
baik. Namun. hal ini belum tentu, karena skor-
skor yang diperoleh Eva tergantung pada skor
yang diperoleh teman-teman sekelasnya.
Untuk mengetahui kemampuan Eva yang
sebenarnya, perlu dibandingkan dengan skor-
skor teman sekelasnya. Caranya: mencari rata-
rata (mean) dan Standar Deviasi dari ketiga
pelajaran tersebut.
310
Andaikan mean fisika, matematika dan bahasa
Inggris, adalah 75, 55, 45, dan Standar Deviasi
dari skor fisika = 5, matematika = 4 dan bahasa
Inggris = 4. Subtitusi ke rumus z skor.
Skor Z fisika:
Z = X− M
SD =
70−7,5
5 =
−5
5 = -1,0
Skor Z matematika:
Z = X− M
SD =
65−6
4 = 4 =+1,25
Skor Z bahasa Inggris:
Z = X− M
SD=
55−45
4 =
10
5 = 2,5
Kalau Skor Z Eva dibandingkan dengna teman
sekelasnya, adalah:
Fisika = 1 di bawah Standar deviasi
Matematika = 1,25 di atas Standra Deviasi
Bahasa Inggris = 2,25 di atas Standar Deviasi
Melihat hasilnya, dapat disimpulkan bahwa Eva
lebih pandai dalam bahasa Inggris dari pada
matematika.
566. Apa perbedaan penggunaan rumus Z skor antara
Acuan Patokan dan Acuan Norma ?
Jawab:
Adapun perbedaan penggunaan rumus Z skor antara
acuan patokan dan acuan norma adalah dalam mencari
Mean (M) dan Standar Deviasi (SD) nya.
Pada runus Z skor acuan patokan M dan Sdnya dicari
berdasarkan skor maksimal ideal suatu tes.
Pada rumus Z skor acuan norma M dan Sdnya dicari
berdasarkan distribusi skor yang riel dicapai oleh
peserta tes
311
567. Apa yang dimaksud dengan T skor ?
Jawab:
Yang dimaksud dengan T skor adalah suatu skor
terjabar yang mempunyai rata-rata (M) = 50 dan besar
standar deviasi (SD) = 10..
568. Bagaimana bentuk rumus T skor?
Jawab:
Adapun bentuk rumsu T skor yaitu
T = 50 + {𝐗− 𝐌𝐢
𝐒𝐃} x
10
atau
T = 50 + 10 Z
Keterangan :
50 dan 10 bilangan tetap
X = skor mentah yang diperoleh
setiap siswa
M = rata-rata
SD = standar deviasi (simpangan
baku)
569. Bagaimana contoh penggunaan rumus T skor ?
Jawab:
Adapun contoh penggunaan rumus T skor adalah
sebagai berikut.
(adaptasi dari Harahap, 1982).
Akan dibandingkan prestasi Yanti dengan Eka
Skor yang diperoleh Yanti adalah:
Fisika = 70
Matematika = 65
Bahasa Inggris = 55
----------------------------
Jumlah = 190
Skor yang diperoleh Eka adalah:
Fisika = 80
Matematika = 60
Bahasa Inggris = 50
----------------------------
Jumlah = 190
Kalau dilihat hasil perolehan skor antara Yanti dan Eka
maka kemampuan mereka sama
312
Sekarang kita akan merubah skor-skor mentah mereka
menjadi skor standar T.
Misalkan rata-rata dari pelajaran Fisika, Matematika,
dan Bahasa Inggris adalah 75, 55 dan 45,Misalkan pula
standar deviasi (SD) dari skor pelajaran Fisika,
matematika dan Bahasa Inggris masing-masing yaitu
5,0; 4,0;dan 4,0.
Untuk Yanti:
Fisika = (70−75)
5 x 10 + 50 = (-1,0) x 10 + 50 = 40,0
matematika = (65−60)
4 x 10 + 50 = (1,25) x 10 + 50 = 62,5
Bhs.Inggris = (55−45)
4 x 10 + 50 = (2,5) x 10 + 50 = 75,0
Untuk Eka:
Fisika = (80−75)
5 x 10 + 50 = (1,0) x 10 + 50 = 60,0
matematika = (60−60)
4 x 10 + 50 = (0,0) x 10 + 50 = 50,0
Bhs.Inggris = (50−45)
4 x 10 + 50 = (0,25) x 10 + 50 = 52,5
Dari haril perhitungan di atas dapat disimpulkan
bahwa untuk pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris
Yanti lebh mampu dibandingkan Eka. Untuk pelajaran
Fisika Eka lebih unggul dari pada yanti
570. Bagaimana contoh merubah tingkat penguasan
menjadi skor mentah pada Acuan Patokan ?
Jawab:
Sebagai contoh diambil skala sembilan
Tingkat Penguasaan Skor Standar
85 % - 100 %
75 % - 84 %
65 % - 74 %
55 % - 64 %
45 % - 54 %
35 % - 44 %
25 % - 34 %
15 % - 24 %
0 % - 14 %
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Dimisalkan Skor Maksimal Ideal (SMI) adalah 90.
Berdasarkan skor maksimal ideal, maka skor-skor
mentah untuk batas-batas kriteria menjadi:
313
Penguasaan 85% = 85/100 x 90 = 76,5
Penguasaan 75% = 75/100 x 90 = 67,5
Penguasaan 65% = 65/100 x 90 = 58,5
Penguasaan 55% = 55/100 x 90 = 49,6
Penguasaan 45% = 45/100 x 90 = 40,5
Penguasaan 35% = 35/100 x 90 = 31,5
Penguasaan 25% = 25/100 x 90 = 22,5
Penguasaan 15% = 15/100 x 90 = 13,5
Berdasarkan batas-batas konversi tersebut maka
pedoman konversinya adalah:
Skor Mentah Skor Standar
76,5 – 90
67,5 – 75,5
58,5 –64,5
49,5– 57,5
40,5 –48,5
31,5 – 39,5
22,5 – 30,5
13,5 – 21,5
0,00 –12,5
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Dengan menggunakan pedoman konversi tersebut
maka siswa yang mendapat skor mentah 45 akan
mendapat skor standar 5 dan soiswa mendapat skor
mentah 52 akan mendapat skor standar 6
571. Agar pemberian skor tes lisan lebih objektif, apa
saja yang perlu diperhatikan ?
Jawab:
Agar pemberian skor pada tes lisan lebih objektif ,
maka yang perlu diperhatikan a adalah:
1). Kelengkapan jawaban siswa yang di tes
2). Kelancaran mengemukakan jawaban dan buah
pikiran
3). Kebenaran jawaban yang dikemukakan, sesuai
dengan bahan pengajaran yang disajikan
4). Kemampuan mempertahankan pendapat
314
5). Mengadakan perbandingan terlebih dahulu
terhadap soal-soal yang akan diajukan kepada
siswa, agar dapat diketahui sukar, sedang,
mudahnya soal tersebut, sehingga dapat dijadikan
sebagai edoman untuk memberikan skor.
315
DAFTAR PUSTAKA
Agung. (1992), Metode Penelitian Sosial Pengertian dan Pemakaian
Praktis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Aiken, Lewis R. (1994). Psychological Testing and Assessment,(Eight Edition), Boston: Allyn and Bacon.
Allen, M.J. & Yen, W.M. (1979). Introduction to measurement
theory. Monterey, CA: Brooks/Cole Publishing Company.
Alkin, M.D., Daillak, R., and White, P. (1979). Using evaluations:
does evaluation make a difference? Beverly Hills, Cliff: Sage
American Psychological Association (APA). (1999). Standards for
Educational and Psychological Testing. Washington, D.C.:
American Educational Research Association.
Anastasi. Anne and Urbina, Susana. (1997). Psicoholological Testing.
(Seventh Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Anderson, L.W and D.R. Krathwohl (Eds). (2001). A Taxonomy for
Learning Teaching and Assessing.
Arifin, Zaenal. (2009). Evaluasi Pembelajaran,. Bandung: PT remaja
Rosdakarya
Arikunto.S & Cepi, S. A. J. (2004). Evaluasi program pendidikan:
Pedoman teoritis bagi praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asaad, Abubakas,S and Hailaya, Wilham, M (2004), Measurement
And Evaluation, Manila: Rex Nbook Store
Azwar, Syarifuddin (2010). Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan
Pengukuran Prestasi Belajar, edisi II, cetakan ke 4 :Pustaka Pelajar.
Azwar, Syarifuddin (2012), Reliabilitas dan Validitas, Yogyakrta:
Pustaka Pelajar
316
Basuki, Ismet dan Hariyanto (2014), Asesmen Pembelajaran,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Baumeister, Roy, F (1999), The Self in Social Psychology,
Philadelphia: Psychology Press
Borg, Walter R dan Gall, Meredith Damien (1983). Educational
research an introduction. New York : Longman
Brennan, Robert L. (2006). Educational measurement. Fourth Editon.
Praeger Publishers, 88 Post Road West, Westport CT. 06881.
Brown, Frederick G (1976), Principles of Educational and Psychological Testing, New York: Holt, Rinehart and Winston
Buchori, Muchtar (1980), Teknik-Teknik Evaluasi Dalam Pendidikan,
Bandung: Jemmars
Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to Classical and
Modern Test Theory_. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Cronbach, L.I (1970), Essentials of psychological testing, New York:
Harper Collins
Cronbach, L., J., and others. (1980). Toward reform of program
evaluation: aims, methods, and institutional arrangements. San
Fransisco: Jossey-Bass
Dave, R.H. (1967). Taxonomy of educational objectives and
achievement testing. London: University of London Press.
Depdiknas (2009), Penilaian, Jakarta: Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidikan dan tenaga Kependidikan
Depdiknas (2008), Panduan Analisis Butir Soal, Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA
Depdiknas (2004). Kurikulum 2004: Pedoman Khusus
Pengembangan Portofolio untuk Penilaian.
317
Dizney, Henry !1971), Classroom Evaluation for Teachers, Dubuque, Iowa: Wm. C. Brown Company Publisher
Djiwandono, Soenardi. (2008). Tes Bahasa Jakarta: PT Indeks
Djaali & Mulyono, Pudji. (2008). Pengukuran dalam Bidang
Pendidikan, Jakarta: Grasindo
Ebel, Robert L. & David A. Frisbie (1991) Essential Of Educational
Measurement (5th Edition).New Delhi: Prentice‐Hall, Inc.
Fernandes,H.J.X (1984), Testing And Measurement, Jakarta: National
Education Planning, Evaluation and Curriculum Development
Fogarty, R. (Ed.). (1996). Student Portfolios, A Collection of Articles.
Victoria, Australia: Hawker Brownlow Education.
Fresch, Mary Jo & Aileen Wheaton. (2002). Teaching and Assessing
Spelling. Ohio: Scholastic Inc.
Gabel, D.L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and
Learning. New York: Maccmillan Company.
Gagne, R. M. & Brigg, L. J. (1974). Principle of instructional design.
New York: Holt, Rinehart, and Wins, Inc.
Gregory, Robert J. (2000). Psychological Testing: History,
Principles, and Applications. Boston: Allyn and Bacon.
Griffin, P. & Nix, P. (1991). Educational Assessment and Reporting.
Sydney: Harcout Brace Javanovich, Publisher
Gronlund, N.E. (1982). Constructing Achievement Test, 3rd edition.
Eaglewood Cliffs, N.J: prentice–Hall inc.
Gronlund, Norman E. and Linn, Robert L. (1995). Measurement and
Assessment in teaching (Seventh Edition). Ohio: Merrill, an
immprint of Prentice Hall.
318
Gronlund, Norman .E & Linn, Robert .L. (1995). Measurement and
Evaluation in Teaching. New York: McMillan Publishing Company
Hadi, Sutrisno. (2001). Metodologi Research, Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Haladyna, Thomas M (1999). Developing and Validating
Multiple-Choice Items, (2 nd edition), Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates
Haladyna, Thomas M. (1994). Developing and Validating Multiple-
Choice Test Items. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates,
Publishers.
Harahap, Nasrun dk (1982), Teknik Penilaian Hasil Belajar, Jakarta;
Bulan Bintang
Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A
guided for developing behavioral objective. New York: David
Mc Key Company.
Hayat ,Bahrul (2008) Prinsip-prinsip dan Strategi Penilaian di Kelas
Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas
Hopkins, Kenneth D. and Julian C. Stanley. (1981). Educational and
Psychological Measurement and Evaluation. Englewood
Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.
Hopkins, Charles D. dan Richard L. Antes (1989). Classroom Testing
Construction. Illinois: F. E. Peacock.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul (2008), Evaluasi Pembelajaran,
Yogyakarta: Multi Pressindo
Joesmani (1988), Pengukuran dan Evaluasi Dalam Pengajaran,
Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Johnson,D.W.& Johnson,R.T. (2002), Meaningful Assessment, a
Manageable and Cooperative Process, Boston: Allyn and
Bacon
319
Kaufman, et.all (1980), Needs Assessment, Concept and Application,
New Jersey: Engelewood Clifts, Educational Technology
Publications
Kemendikbud. 2013. Konsep Kurikulum 2013 (Materi Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013). Jakarta: BPSDMPK dan PMP Kemendikbud.
Klewnoswaki, Val. (2002). Developing Portfolio for Learning and
Assessment. London: RoutledgeFalmer.
Komalasari, Gantina, Eka Wahyuni dan Karsih (2011).Asesmen
Teknik Nontes dalam Perspektif BK Komprehensif, Jakarta: PT Indes
Koyan, I Wayan (2012), Konstruksi Tes, Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha Press
Krathwohl, D. R. (2002). A Revision of Bloom’s Taxonomy: An
Review. Theory Into Practice. Volume 41, Number 4. College
Education. The Ohio State University.
Krathwohl, D. R. et.all (1964).Taxanomy of Educational Objectives,
Handbook II; Affective Domain, New York; McKay
Kunandar (2013), Penilaian Autentik, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Kusaeri dan Suprananto (2012), Pengukuran dan Penilaian
Pendidikan,Yogyakarta: Graha Ilmu
Lord, F.M. and Novick, M.R. (1974). Statistical Theories of Mental
Test Scores. Reading, MA: Addison-Wesley
Mardapi, Djemari (2008), Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan
Nontes, Jogyakarta: Mitra Cendekia
Mardapi, Djemari (2004) , Penyusunan Tes Hasil Belajar,
Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta,
320
Masrun dan Martaniah, S.M (1973), Psikologi Pendidikan,
Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM
Mathew, Donal K., (1963), Measurement in Physical Education,
Second Edition, WB.Sounders Company, Philadelphia,
London.
Mehrens, W. A. & Lehmann, I. J. (1984). Measurement and
evaluation in education and psychology, Third edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Messick, S. (1989). “Validity” dalam Linn, R. L. (Eds.), Educational
measurement third edition. (pp. 13-103). New York: McMillan.
Miller, M.David, Robert l.Linn and Norman E. Gronlund (2009),
Measurement and Assessment in Teaching, New Jersey:
Pearson Education International
Millman, Jason and Greene, Jennifer. (1993).The Spesification and
Development of Tests of Achiievement and Ability in Robert
L. Lin (Editor). Educational Measurement, Third Edition.
Phoenix: American Council on Education, Series on Higher
Education Oryx Press.
Mueller, D. J. (1986). Measuring social attitudes. New York:
Teachers College, Columbia University.
Nitko, Anthony J,. & Brookhart, Susan M. (2007). Educational
assessment of student. Pearson Education Inc., Upper Saddle River, New Jersey,
Nitko, Anthony J.( 1996). Educational Assessment of Students.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan
Sastra. Yogyakarta: BPFEE.
Nurkancana , Wayan & Sumartana (1990), Evaluasi Hasil Belajar,
Surabaya: Usaha Nasional
Phillips, Allen D. (1979). Measurement and Evaluation in physical
education. Canada: John Whiley & Sons, Inc.
321
Popham, W. James. (1995). Classroom assessment: what teachers
need to know. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon, A
Simmon & Schuster Company.
Purwanto (2009). Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
O'Malley, J. Michael, and Lorraine Valdez Pierce. (1996). Authentic
Assessment for English Language Learning: Practical
Approaches for Teachers. New York: Addison-Wesley
Publishing
Reynolds, Cecil.R, at.all (2009), Measurement and Assessment in Education, New Jersey: Upper Saddle River
Rokeach, Milton (1968), Beliefs, Attitudes, anf Values: A Theory of
Organiation and Change, San Fransisco: Jossey-Bass
Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.
Sax, G. (1980). Principles of educational and psychological
measurement and evaluation. Belmont: Wadsworth Publishing Company.
Setiadi, Hari (2008), Penilaian Kinerja, Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional
Simpson, E.J (1972), The Classification of Educational Objectives,
Psychomotor Domain, Ilinois: Teacher of Home Economic
Silverius, Suje (1991), Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik,
Jakarta: PT Grasindo
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian (Ed.). Metode Penelitian
Survai. Cetakan-2, Jakarta: UI-Press, 1993.
Slameto. (1998). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Stalnaker, J. M. (1951). The Essay Type of Examination. In E.
. Lindquist (Ed.), Educational Measurement (pp. 495
322
530). Menasha, Wisconsin: George Banta.
Subali, Bambang (2010), Penilaian, Evaluasi dan Remediasi
Pembelajaran Biologi, Yogyakarta: Jurusan Biologi FMIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta
Sudijono (2006), Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Sudjana, Nana, 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sudjana, Djudju (2006), Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah,
Rosdakarya.
Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Sukardi. (2008), Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya,
Jakarta: Bumi Aksara
Sunarti dan Rahmawati, Selly (2013),Penilaian Dalam Kurikulum
2013, Yogyakarta: penerbit Andi
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2006. Penilaian
Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Surapranata, Sumarna. (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan
Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Suryabrata, Sumadi. (2000),. Pengembangan Alat Ukur Psikologis.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Suryabrata, Sumadi (1987). Pengembangan tes hasil belajar.
Jakarta:Rajawali
Susetyo, Budi (2011), Menyususn Tes Hasil Belajar, Bandung: CV
Cakra
323
Stark, J.S. & Thomas, A. (1994). Assessment and program evaluation. Needham Heights: Simon & Schuster Custom Publishing
Stiggins,R.J (1994), Student Centered Classroom Assessment, New
York: Macmillan College Publishing Company
Stufflebeam, D. L. & Shienkfield, A. J. (1985). Systematic
Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
Stufflebeam, Daniel L., (l974). Evaluation models. Boston: Kluwer-
nijhoff Publishing.
Supratinya, A (2014), Pengukuran Psikologis, Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma
Tayibnapis, Farida Yusuf( 2008). Evaluasi Program dan Instrumen
Evaluasi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Thoha, Chabib M (2001), Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Thorndike, Robert, L., & Hagen, Elizabeth. P. (1977). Measurement
and evaluation in psychology and education. New York: John
Wiley & Sons.
Wandt, Edwin and Brown, Gerald, W (1957), Essentials of
Educational Evaluation, New York: Holt Rinehart and Winston
Weeden, P., Winter, J., & Broadfoot, P. (2002). Assessment.
London; New York: RoutledgeFalmer.
Wiersma, W and Jurs (1990), Educational Measurement And Testing, Boston: Allyn and Bacon
Widoyoko, S. Eko Putra (2014), Penilaian Hasil Pembelajaran di
Sekolah, Yigyakarta: Pustaka Pelajar,
Widoyoko, S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran:
Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik, Yogyakarta:
Pustaka Belajar
324
Wolf, Richard, M. (1984). Evaluation in Education. New York:
Praeyer Publishers.
Zainul, Asmawi dan Noehi Nasoetion (1997), Penilaian Hasil Belajar.
Pusat Antar Universitas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.