Tantangan terhadap Kampanye Greenpeace tentang Antipenangkapan Paus Studi Kasus Jepang, Norwegia, dan Islandia 0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d46430100000000000100c89700 00000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f000000 0000000000000000244800008400000020454d46000001001803000012000000020000000000000000000 00000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160 000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000840800000f0000002 50000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000 001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720 06900000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 0000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000 000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000fffff ffffc02d300d0642f31ffffffffffff0180ffff01800fff0180ffffffff0000030000080000000800006852ce0001000000 000000002c010000250000004f2e90010008020f0502020204030204ef0200a07b200040000000000000000 09f00000000000000430061006c006900620072000000000043006f007500720069006500720020004e0065 00f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100fc02d30064760 00800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180 000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d 1450741000000002c000000010000004c00000004000000000000000000000085080000100000005000000 0200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff8508000010000000000 000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000 e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050 000000c020500e302040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797 374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d 01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c69627269000 00000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000 002d010100050000000902000000020d000000320a0f0000000100040000000000e3020500203209000400 00002d010000040000002d010000030000000000 1
50
Embed
Tantangan terhadap Kampanye Greenpeace tentang Antipenangkapan Paus; Studi Kasus Jepang, Norwegia, dan Islandia; Makalah Mata Kuliah Masyarakat Transnasional
Perburuan paus sebenarnya sudah dimulai sejak 6000 tahun SM (sebelum Masehi) yang dilakukan secara tradisional oleh bangsa Arctic. Jumlah perburuan ini semakin mengalami peningkatan pada abad ke-17, ketika perburuan sudah dilakukan dalam suatu angkatan laut resmi. Kemudian, perburuan ini semakin berkembang dengan modern dan telah menggunakan alat-alat yang semakin modern juga. Ada banyak alasan negara-negara dahulunya memperbolehkan perburuan paus ini. Misalnya karena kebudayaan mereka, seperti Jepang dan Norwegia. Kedua negara ini memiliki budaya memakan daging paus. Namun, bagaimanapun juga dahlunya perburuan paus ini dilakukan secara arif dan tidak sampai merusak rantai makanan dan lingkungan. Namun kemudian, dengan semakin berkembangnya teknologi, manfaat paus semakin diketahui oleh banyak orang. Misalnya, minyak ikan paus atau yang lebih dikenal dengan nama “train oil” semakin dicari oleh banyak orang dan juga kegunaan minyak paus tersebut untuk pembuatan margarin. Dan, saat ini, tren yang sedang berkembang ialah memakan daging paus. Beberapa negara yang pada abad ke-17 dan ke-18 mengizinkan perburuan paus antara lain ialah Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Norwegia, Jepang, dan Amerika Serikat. Revolusi industri yang menyebabkan semakin bebasnya perdagangan antarnegara membuat paus menjadi salah satu komoditas ekspor utama negara-negara tersebut. Perburuan paus secara modern semakin berkembang dengan adanya perkembangan teknologi. Namun, penggunaan minyak paus juga telah mengalami penurunan. Sayangnya, tren perburuan ini berubah menjadi konsumsi daging paus dan untuk berbagai penelitian tentang paus. Hal inilah yang semakin menurunkan populasi paus di seluruh dunia. Jenis paus yang paling banyak diburu ialah jenis paus Common Minke, Antarctic Minke, dan spesies baleen. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa jumlah paus di timur laut Atlantik saat ini sejumlah 103.000 dan di sekitar Antartika sebanyak 665.074 ekor.1 Hal ini semakin meningkatkan kekhawatiran dunia internasional terhadap jumlah populasi paus di masa depan. Salah satu organisasi nonpemerintah bertaraf internasional yang memiliki perhatian sangat besar terhadap masalah ini ialah Greenpeace. Greenpeace telah lama berjuang untuk menyelamatkan spesies ini. Jika tidak diselamatkan sesegera mungkin, populasi paus akan sampai pada titik kritis dalam waktu yang tidak lama lagi. Berbagai usaha dilakukan oleh Greenpeace untuk membuat negara-negara yang masih mengizinkan perburuan paus mengeluarkan regulasi yang melarang perburuan tersebut. Greenpeace terus mendesak negara-negara tersebut agar menerapkan undang-undang perlindungan paus. Namun, usaha yang dilakukan oleh Greenpeace ini bukannya tanpa tantangan. Tantangan ini muncul dari berbagai pihak. Dalam makalah ini, tim penulis akan mencoba membahas tantangan apa saja yang dihadapi oleh Greenpeace di berbagai negara tersebut. Penulis mengambil studi kasus Jepang, Norwegia, dan Islandia, di mana Greenpeace sangat vokal melakukan usaha untuk melarang perburuan paus dan juga mendapatkan tantangan yang sangat besar dalam usahanya tersebut.
Dalam makalah ini, penulis ingin mempertanyakan, “Apa saja tantangan yang harus dihadapi oleh Greenpeace, sebagai salah satu non-governmental organization (NGO) dalam usaha melindungi paus dari perburuan yang dapat mengancam populasi paus itu sendiri, dengan studi kasus Jepang, Norwegia, dan Islandia?”
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain ialah sebagai berikut. 1. Mengetahui bagaimana upaya Greenpeace dalam melindungi populasi paus di negara-negara yang masih mengizinkan perburuan paus. 2. Mengidentifikasi tantangan apa saja yang dihadapi oleh Greenpeace sebagai salah satu NGO internasional dalam kasus perlindungan paus ini. Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain ialah sebagai berikut. 1. Pembaca dapat mengetahui bagaimana sebuah NGO menghadapi tantangan dalam setiap usahanya, dengan studi kasus Greenpeace dalam usaha menghalangi perburuan paus. 2. Den
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Tantangan terhadap Kampanye Greenpeace tentang Antipenangkapan Paus
Departemen Ilmu Hubungan InternasionalFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia2009
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar BelakangPerburuan paus sebenarnya sudah dimulai sejak 6000 tahun SM (sebelum Masehi) yang dilakukan
secara tradisional oleh bangsa Arctic. Jumlah perburuan ini semakin mengalami peningkatan pada abad ke-
17, ketika perburuan sudah dilakukan dalam suatu angkatan laut resmi. Kemudian, perburuan ini semakin
berkembang dengan modern dan telah menggunakan alat-alat yang semakin modern juga. Ada banyak
alasan negara-negara dahulunya memperbolehkan perburuan paus ini. Misalnya karena kebudayaan mereka,
seperti Jepang dan Norwegia. Kedua negara ini memiliki budaya memakan daging paus. Namun,
bagaimanapun juga dahlunya perburuan paus ini dilakukan secara arif dan tidak sampai merusak rantai
makanan dan lingkungan. Namun kemudian, dengan semakin berkembangnya teknologi, manfaat paus 0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d46430100000000000100c8970000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f0000000000000000000000244800008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000840800000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000fffffffffc02d300d0642f31ffffffffffff0180ffff01800fff0180ffffffff0000030000080000000800006852ce0001000000000000002c010000250000004f2e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000043006f007500720069006500720020004e006500f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100fc02d3006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000850800001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff8508000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c020500e302040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f0000000100040000000000e3020500203209000400
00002d010000040000002d0100000300000000003
semakin diketahui oleh banyak orang. Misalnya, minyak ikan paus atau yang lebih dikenal dengan nama
“train oil” semakin dicari oleh banyak orang dan juga kegunaan minyak paus tersebut untuk pembuatan
margarin. Dan, saat ini, tren yang sedang berkembang ialah memakan daging paus.
Beberapa negara yang pada abad ke-17 dan ke-18 mengizinkan perburuan paus antara lain ialah Inggris,
Prancis, Jerman, Belanda, Norwegia, Jepang, dan Amerika Serikat. Revolusi industri yang menyebabkan
semakin bebasnya perdagangan antarnegara membuat paus menjadi salah satu komoditas ekspor utama
negara-negara tersebut. Perburuan paus secara modern semakin berkembang dengan adanya perkembangan
teknologi. Namun, penggunaan minyak paus juga telah mengalami penurunan. Sayangnya, tren perburuan
ini berubah menjadi konsumsi daging paus dan untuk berbagai penelitian tentang paus. Hal inilah yang
semakin menurunkan populasi paus di seluruh dunia. Jenis paus yang paling banyak diburu ialah jenis paus
Common Minke, Antarctic Minke, dan spesies baleen. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa jumlah paus di
timur laut Atlantik saat ini sejumlah 103.000 dan di sekitar Antartika sebanyak 665.074 ekor.1 Hal ini
semakin meningkatkan kekhawatiran dunia internasional terhadap jumlah populasi paus di masa depan.
Salah satu organisasi nonpemerintah bertaraf internasional yang memiliki perhatian sangat besar
terhadap masalah ini ialah Greenpeace. Greenpeace telah lama berjuang untuk menyelamatkan spesies ini.
Jika tidak diselamatkan sesegera mungkin, populasi paus akan sampai pada titik kritis dalam waktu yang
tidak lama lagi. Berbagai usaha dilakukan oleh Greenpeace untuk membuat negara-negara yang masih
mengizinkan perburuan paus mengeluarkan regulasi yang melarang perburuan tersebut. Greenpeace terus
mendesak negara-negara tersebut agar menerapkan undang-undang perlindungan paus. Namun, usaha yang
dilakukan oleh Greenpeace ini bukannya tanpa tantangan. Tantangan ini muncul dari berbagai pihak. Dalam
makalah ini, tim penulis akan mencoba membahas tantangan apa saja yang dihadapi oleh Greenpeace di
berbagai negara tersebut. Penulis mengambil studi kasus Jepang, Norwegia, dan Islandia, di mana
Greenpeace sangat vokal melakukan usaha untuk melarang perburuan paus dan juga mendapatkan tantangan
yang sangat besar dalam usahanya tersebut.
I.2. Rumusan MasalahDalam makalah ini, penulis ingin mempertanyakan, “Apa saja tantangan yang harus dihadapi oleh
Greenpeace, sebagai salah satu non-governmental organization (NGO) dalam usaha melindungi paus dari
perburuan yang dapat mengancam populasi paus itu sendiri, dengan studi kasus Jepang, Norwegia, dan
Islandia?”
I.3. Tujuan dan Manfaat PenulisanTujuan dari penulisan makalah ini antara lain ialah sebagai berikut.
1. Mengetahui bagaimana upaya Greenpeace dalam melindungi populasi paus di negara-negara
1 International Whaling Commission. “Whale Population Estimates The International Whaling Commission's Most Recent Information on Estimated Abundance,” diakses dari http://www.iwcoffice.org/conservation/estimate.htm#topofpage pada 11 Mei 2009 15:07
II.1. Populasi Paus yang Semakin MenipisSeperti yang telah disebutkan di atas, populasi paus semakin menipis dari tahun ke tahun dikarenakan
perburuan paus yang diperbolehkan di beberapa negara, seperti Jepang, Norwegia, dan Islandia. Penurunan
populasi ini sangat memengaruhi keseimbangan ekosistem dan menyebabkan terganggunya rantai makanan.
Misalnya, jumlah paus biru (blue whale) pada 1800-an, ketika perburuan paus masih sangat sedikit, sekitar
275.000. Namun, ketika perburuan paus menjadi tren dan dilakukan di banyak negara sekitar abad ke-17 dan
ke-18, populasi blue whale menjadi turun drastis hingga mencapai 30.000 sampai 40.000 ekor (tepatnya
sekitar 1930-an). Jumlah ini terus menurun hingga 1960-an menjadi sekitar 6500 sampai 2000 saja.
Memang, pada tahun-tahun tersebut perburuan paus di dunia sedang marak-maraknya sehingga penurunan
yang sangat drastis pun terjadi.
Gambar 1. Populasi blue whale dari tahun ke tahun
Di Jepang, Norwegia, dan Islandia, ikan paus merupakan bagian dari tradisi kuliner dan kebudayaan
mereka. Namun, jika hal ini berlangsung terus-menerus, maka kita akan menghadapi kepunahan paus di
6
masa yang akan datang. Untuk itulah, saat ini paus menjadi salah satu hewan yang paling dilindungi di
dunia. Namun tetap masih ada saja negara-negara yang memperbolehkan perburuan paus ini, seperti ketiga
negara di atas. Telah banyak lembaga internasional yang mencoba untuk mendesak negara-negara tersebut
untuk segera membuat regulasi tentang perlindungan paus. Misalnya saja, Greenpeace. Organisasi non-
pemerintah ini telah berusaha untuk memperkecil jumlah perburuan yang terjadi di ketiga negara itu.
Ketiganya akan dibahas di bawah ini.
II.2. Greenpeace dan Penangkapan Paus di JepangJepang adalah salah satu negara yang memiliki sejarah panjang penangkapan paus, dan sekarang ini hal
menjadi suatu sumber perselisihan politik antara negara-negara dan organisasi-organisasi yang pro dan
antipenangkapan paus. Sejak abad ke-8, orang-orang Jepang telah mengonsumsi daging paus. Praktik
penangkapan paus di Jepang menghadirkan isu-isu etik dan praktik.2 Penangkapan paus di tepi laut Jepang
2 BBC NEWS meliput bagaimana perburuan paus dengan harpun berpeledak dapat sejalan dengan Buddhisme, sistem kepercayaan yang melarang pembunuhan terhadap binatang dan menganjurkan vegetarianisme, dengan melaporkan suatu hasil wawancara dengan rahib Buddha di kuil Koganji di Nagato, Yamaguchi di selatan pulau Honshu, serta teks dalam suatu gulungan tentang Shinran Shonin, pendiri Buddhisme Jodo Shinshu di Jepang:
“He was in a fishing village in 1207. A fisherman and his wife approached him and told of their worries, saying 'We live on catching fish and eating them and selling them. Would we go to hell after we die?' And Shonin said, 'If you thank them and give proper service to them, praying for the resting in peace of those fish, then there will be no problem at all.'”
Lihat Richard Black, “Temples of the whale”, http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/6667797.stm 9 Mei 2009 17:170100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d46430100000000000100c8970000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f0000000000000000000000244800008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000840800000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000fffffffffc02d300d0642f31ffffffffffff0180ffff01800fff0180ffffffff0000030000080000000800006852ce0001000000000000002c010000250000004f2e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000043006f007500720069006500720020004e006500f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100fc02d3006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000850800001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff8508000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c020500e302040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f0000000100040000000000e3020500203209000400
yang terorganisasi bermula pada 1570-an dan berlanjut hingga awal abad ke-20. Awalnya mereka hanya
menggunakan harpun tangan dan lembing, namun pada 1670-an mereka juga menggunakan jaring. Mereka
menargetkan paus punggung bungkuk, paus biru, paus bersirip, paus sei/bryde’s, dan paus abu-abu.
Sejak gerakan lingkungan muncul dan mengadopsi isu penangkapan paus dalam kampanyenya, beberapa
prestasi telah dicapai, seperti sebuah resolusi pada konferensi lingkungan global pertama, United Nations
Conference on the Human Environment di Stockholm pada 1972, yang memutuskan menghentikan
penangkapan paus; serta sebuah moratorium pada International Whaling Commission (IWC) pada 1982
yang memutuskan seluruh penangkapan paus komersial harus diakhiri pada 1986. Namun, Jepang
menganggap larangan tersebut irasional dan, bersama Norwegia, Peru, dan Uni Soviet, mengajukan
keberatan terhadap moratorium tersebut. Amerika Serikat pun menekan Jepang untuk patuh dengan imbalan
hak menangkap ikan di perairan Alaska, sementara Jepang harus menghentikan penangkapan paus pada
1988. Namun, setelah para nelayan Amerika Serikat mendesak penghapusan akses asing terhadap perairan
Amerika, kuota penangkapan ikan oleh Jepang menjadi nol pada 1988. Jepang pun memulai kembali
penangkapan paus atas nama penelitian ilmiah3 sejak 1987. Penaksiran konsumsi Jepang atas daging paus
pada 1962 adalah sebesar 226.000 ton, pada 1985 sebesar 15.000 ton,4 dan pada 1991 sebesar 2.500 ton.5
Pemerintah berbagai negara dan berbagai kelompok antipenangkapan paus menentang program
penelitian Jepang. Salah satunya adalah Greenpeace, yang berargumen bahwa paus terancam punah dan
harus dilindungi. Greenpeace memulai kampanye antipenangkapan pausnya pada 1975 dengan
berkonfrontasi dengan armada penangkap paus di laut lepas.
Berbagai kampanye antipenangkapan paus di Jepang pun disuarakan Greenpeace, misalnya menyebut
armada penangkap paus milik Agensi Perikanan Jepang yang melaksanakan penelitian ilmiah sebagai
“operasi komersial yang disamarkan dengan buruk”.6 Berbagai bentuk kampanye antipenangkapan paus oleh
Greenpeace di Jepang adalah sebagai berikut.
1. Pembentukan Southern Ocean Sanctuary (Cagar Alam Paus Laut Selatan)
Untuk mengantisipasi Jepang yang berniat mengirim armada penangkap paus ke belahan bumi
selatan, di mana terdapat tiga perempat dari jumlah populasi paus yang tersisa di muka bumi,
Greenpeace mengampanyekan pembentukan suatu Cagar Alam Paus Samudera Selatan dan menekan
Jepang untuk menghentikan penangkapan paus komersialnya di sana. Setelah Cagar Alam Samudera
Selatan diumumkan pada 1994, armada penangkap paus Jepang meningkatkan penangkapan
sebanyak 100 ekor paus. Jepang juga merespon pembentukan Cagar Alam tersebut dengan
3 Richard Black, “Did Greens help kill the whale?” http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/6659401.stm 9 Mei 2009 17:484 Norimitsu Onishi, “Whaling: A Japanese Obsession With American Roots”,
http://www.nytimes.com/2007/03/14/world/asia/14whaling.html?pagewanted=2&_r=1 9 Mei 2009 21:005 David E. Sanger, “Defiant Japan to Promote Eating Whale Meat” http://www.nytimes.com/1993/01/30/world/defiant-japan-
to-promote-eating-whale-meat.html?fta=y&incamp=archive:article_related 9 Mei 2009 21:016 Greenpeace International, “Japanese Whaling”, http://www.greenpeace.org/international/campaigns/oceans/whaling/ending-
meningkatkan strategi pembelian suaranya di IWC dan membentuk suatu “minoritas perintang”.7
Pada pertemuan IWC Juni 2005, pemerintah Jepang mengumumkan rencana untuk menambahkan
paus sirip Antarctic dan paus punggung bungkuk yang terancam punah dalam daftar
penangkapannya serta menggandakan kuotanya atas paus minke. Namun, setelah memperoleh
tekanan dari berbagai pihak, khususnya tekanan diplomatik Amerika Serikat dan Australia, pada
Desember 2007 Jepang mengumumkan penurunan sementara kuota penangkapan 50 ekor paus
punggung bungkuknya pada musim 2007-2008.8
2. Konfrontasi di Laut Lepas
Pada 1999, kapal Greenpeace MV Arctic Sunrise berkonfrontasi dengan armada penangkap paus
milik Jepang di Cagar Alam Samudera Selatan. Hal ini juga dilakukan Greenpeace pada 2001,
setelah Jepang mengaku menggunakan bantuan luar negeri untuk membeli dukungan negara-negara
berkembang atas penangkapan paus. Pada kesempatan ini, Greenpeace berkonfrontasi dengan
armada Jepang dan memfilmkan seekor paus diharpun di cagar alam paus Samudera Selatan. Pada
2005/2006 pun, Greenpeace mencoba menghentikan armada penangkap paus Jepang di Samudera
7 Lihat “History of Greenpeace’s anti-whaling efforts”, http://www.greenpeace.org/international/campaigns/oceans/whaling/campaign-history 10 Mei 2009 20:19
8 Lihat “Japanese Whaling”, op. cit. serta “Humpbacks to be spared the harpoon -- for now”, http://www.greenpeace.org/international/news/humpbacks-to-be-spared-the-har 9 Mei 2009 23:15
Selatan dengan dua kapalnya Esperanza dan Arctic Sunrise.9
3. Perang Informasi
Greenpeace pernah melaporkan dalam weblog-nya bahwa pemerintah Jepang telah
meninggalkan rencananya untuk menangkap paus punggung bungkuk di Samudera Selatan pada
2007.10 Pemerintah Jepang pun mengonfirmasi rumor tersebut.11
4. Pembongkaran Skandal Penyelundupan Daging Paus
Pada Mei 2008, Greenpeace membongkar suatu skandal besar di mana daging paus
diselundupkan ke darat oleh kru kapal pabrik perpausan Jepang, Nisshin Maru, untuk perdagangan
ilegal dan keuntungan pribadi. Kisah ini memperoleh pemberitaan media yang massif di Jepang.
Kerja Greenpeace ini berujung suatu investigasi atas industri perpausan oleh aparat penuntut umum
Tokyo.12 Namun, satu bulan berikutnya, polisi Jepang menangkap dua aktivis Greenpeace yang telah
mengekspos penyelundupan tersebut sementara aparat penuntut umum mendadak menghentikan
investigasi tersebut. Hal ini mendulang protes dari seluruh dunia, dan kedua aktivis tersebut
dibebaskan pada pertengahan Juli 2008.13
Tantangan terhadap Usaha Greenpeace Menghentikan Penangkapan Paus oleh JepangAda beberapa tantangan terhadap usaha Greenpeace tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Pemerintah: Dukungan Elit Politik terhadap Penangkapan Paus
Seluruh partai politik utama di Jepang mendukung penangkapan paus, mulai dari partai Liberal
Democratic Party (LDP) yang berkuasa hingga Partai Komunis Jepang.
Posisi yang berseberangan dengan pemerintah benar-benar menjadi tantangan bagi Greenpeace.
Salah satu contohnya adalah kasus penangkapan dua aktivis Greenpeace yang mengekspos skandal
penyelundupan daging Jepang sebagaimana telah dibahas di atas.
2. Masyarakat: Dukungan Publik Jepang terhadap Penangkapan Paus
Terdapat beberapa indikasi bahwa publik Jepang sepenuhnya mendukung penangkapan paus.
Menurut polling yang diadakan Yahoo! Japan pada November 2006, terdapat 90% dukungan publik
untuk kembali ke penangkapan paus komersial: dari 21.221 orang yang memberikan suara, 19.001
9 Lihat “History of Greenpeace’s anti-whaling efforts”, http://www.greenpeace.org/international/campaigns/oceans/whaling/campaign-history 10 Mei 2009 20:19
10 Lihat “Rumours from Tokyo: Humpbacks to be spared the harpoon?” http://weblog.greenpeace.org/makingwaves/archives/2007/11/rumours_from_tokyo_humpbacks_t.html 10 Mei 2009 21:13
11 Lihat “Humpbacks to be spared the harpoon -- for now”, http://www.greenpeace.org/international/news/humpbacks-to-be-spared-the-har 9 Mei 2009 23:15
12 Skandal daging paus ini dapat dibaca selengkapnya di “Japanese government to investigate whale meat scandal (UPDATED)”, http://www.greenpeace.org/international/news/whale-meat-scandal-150408 9 Mei 2009 23:14
13 Lihat “Whale meat scandal and freeing the Tokyo Two”, http://www.greenpeace.org/international/campaigns/oceans/whaling/ending-japanese-whaling/whale-meat-scandal 9 Mei 2009 23:15
setuju terhadap penangkapan paus komersial berkelanjutan sementara 2.220 menentang.14
Sebelumnya, pada 2001, Kantor Kabinet Jepang telah mengadakan survei opini publik dan
menemukan bahwa 75% responden setuju terhadap penangkapan paus dengan cara yang rasional dan
berkelanjutan.15 Pada 2006 pula, surat kabar Nippon Keizai Shinbun (NIKKEI) menemukan bahwa
74,7% publik Jepang mendukung pembukaan kembali penangkapan paus komersial.16
14 “Yahoo Poll Shows More Support For Whaling In Japan”, http://www.scoop.co.nz/stories/SC0701/S00012.htm 9 Mei 2009 22:09
15 Fisheries Agency, Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries, Government of Japan, “Strong Support for Whaling” Media Release 16 March 2002, http://www.jfa.maff.go.jp/whale/whatsnew/020316publicpoll.pdf 9 Mei 2009 22:49
16 “Yahoo Poll Shows More Support For Whaling In Japan”, op. cit.0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d46430100000000000100c8970000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f0000000000000000000000244800008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000840800000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000fffffffffc02d300d0642f31ffffffffffff0180ffff01800fff0180ffffffff0000030000080000000800006852ce0001000000000000002c010000250000004f2e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000043006f007500720069006500720020004e006500f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100fc02d3006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000850800001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff8508000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c020500e302040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f0000000100040000000000e3020500203209000400
publik Jepang terhadap penangkapan paus. Sumber: http://polls.dailynews.yahoo.co.jp/quiz/quizresults.php?
poll_id=120&wv=1&typeFlag=1 9 Mei 2009 22:09
II.4. Greenpeace dan Penangkapan Paus di Norwegia
Penangkapan Paus di NorwegiaPenangkapan paus di Norwegia sebenarnya telah dimulai semenjak 1930, ketika kegiatan ini merupakan
salah satu kegiatan nelayan yang tinggal di sepanjang pantai Norwegia sebagai mata pencaharian utama.
Ketika pada 1982 International Whaling Commission (IWC) mengeluarkan larangan untuk
memperdagangkan paus secara komersial, Norwegia kemudian berinisiatif untuk mengambil small-scale
scientific hunt terhadap paus.17 Namun, pada 1993, pemerintah Norwegia kemudian mengumumkan akan
meneruskan kembali perdagangan paus secara komersial, sekalipun ini melanggar peraturan yang ada.18
Kegiatan ini kemudian terus menerus berlangsung hingga saat ini.
Paus yang ditangkap di Norwegia merupakan paus yang dikenal dengan nama Minke Whale. Paus tipe
ini merupakan tipe terkecil dari baleen whale. Minke whale ditangkap oleh para nelayan Norwegia pada
bulan-bulan di musim panas (awal Mei hingga akhir Agustus) yang merupakan bulan-bulan ketika jenis ikan
lain ada dalam jumlah sedikit. Daerah perburuannya sendiri dibagi ke dalam lima area di sekitar laut Arktik.
Daging minke whale kemudian digunakan untuk konsumsi manusia, di mana Norwegia merupakan salah
satu negara yang mempunyai tradisi dalam mengonsumsi daging paus jenis ini.19 Selain itu, Norwegia juga
mengekspor paus yang ditangkapnya ke beberapa negara, salah satu yang paling banyak mengimpor paus
dari Norwegia adalah Jepang.
17 “Norwegian Whaling”, diakses dari http://www.wdcs.org/submissions_bin/Norway_whaling.pdf pada 9 Mei 2009 21:38, hlm. 1.
18 Ibid., hlm. 1 (lihat juga “Norway: Commercial Whaling on the Rise”, diakses dari http://archive.greenpeace.org/oceans/whaling/commercialwhalingrise.pdf pada 9 Mei 2009 21:21, hlm. 1.
19 “Norwegian Minke Whaling”, diakses dari http://www.emb-norway.ca/policy/environment/whaling/whaling.htm pada 9 Mei 2009 21:46
melindungi komunitas paus yang tersisa serta melanjutkan penelitian tentang paus dan lingkungannya.
Cara ini menurut Greenpeace merupakan yang paling efektif untuk memastikan negara-negara tidak
melanjutkan perburuan paus untuk diperdagangkan secara komersial sehingga mencegah paus-paus itu
dari kepunahan. Program ini mau tidak mau akan membatasi gerakan para nelayan penangkap paus,
karena wilayah penangkapan mereka dibatasi dan dilindungi. Namun, tetap saja cara ini terasa kurang
ampuh untuk menghadapi para nelayan Norwegia yang dengan mudah menemukan tempat-tempat baru
untuk menangkap paus. Saat ini, para penangkap paus Norwegia berburu paus di Samudera Arktik yang
dibagi ke dalam lima area, di mana terdapat paus dalam jumlah besar dan operasinya dirasakan lebih
menguntungkan. Sayangnya, daerah ini belum mendapatkan pengawalan yang ketat dari Greenpeace,
sehingga penangkapan paus oleh para nelayan Norwegia di kawasan ini tidak dapat dikontrol.
2. Lobi
Meskipun kurang diketahui oleh umum, para suporter dan aktivis Greenpeace sebenarnya melakukan
lobi terhadap pemerintah di berbagai negara yang melakukan penangkapan paus serta menolak
bergabung dalam IWC.23 Salah satu negara yang berhasil dipengaruhi sehingga mereka merubah
kebijakannya terhadap konservasi paus adalah Denmark. Saat ini pun Greenpeace terus melakukan
penekanan di berbagai negara yang masih melakukan penangkapan paus termasuk Norwegia.
Sejauh ini dapat dilihat bahwa perburuan paus yang terdapat di Norwegia masih terus berlangsung.
Terdapat dua kemungkinan mengenai hal ini. Pertama, mungkin Greenpeace belum maksimal dalam
menjalankan program-program untuk menghentikan hal ini. Kedua, mungkin tantangan yang dihadapi oleh
Greenpeace dalam menerapkan program-programnnya terlalu berat, sehingga relatif sulit untuk memperoleh
keberhasilan. Program whale-watching yang dicanangkan Greenpeace di beberapa negara, termasuk yang
paling sukses saat ini Islandia (karena terbukti berhasil menghasilkan pendapatan yang cukup besar) belum
pernah terdengar dilakukan di Norwegia. Jika memang ternyata pernah dicanangkan, berarti program
tersebut tidak berhasil karena tidak ada berita yang pernah menyebutkan keberhasilan tersebut.
Tantangan yang Dihadapi oleh Greenpeace dalam Menghentikan Penangkapan Paus di Norwegia
1. Pemerintah
Pemerintah dalam kasus penangkapan paus ini merupakan tantangan terberat yang dihadapi oleh
Greenpeace. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pemerintah justru memberikan dukungan dalam
penangkapan paus guna dikonsumsi sebagai makanan dalam negeri dan diekspor ke luar negeri.
Pemerintah setiap tahun mengeluarkan kuota penangkapan paus oleh para nelayan. Pemerintah juga
tidak ragu-ragu mengucurkan dananya untuk membiayai pengembangan dari industri paus, termasuk di
dalamnya subsidi untuk bahan bakar minyak melalui pembebasan pajak, tempat untuk penyimpanan dan
penghancuran lemak paus, dan bantuan untuk riset dan pemasaran. Selain itu, pemerintah juga
23 Paul Watson, “Sea Shepherd and Greenpeace: Some Facts”, diakses dari http://www.greenpeace.org/international/about/history/paul-watson pada 11 Mei 2009 16:46
membiayai pengembangan teknologi yang berkenaan dengan sarana dan prasarana dalam penangkapan
paus, misalnya teknologi yang digunakan dalam kapal penangkap paus. Salah satunya adalah Blue Box,
sebuah electronic logbook system yang dapat digunakan untuk menyingkirkan semua inspector dari
kapal-kapal penangkap paus.24 Tidak heran jika pada akhirnya kapal-kapal Greenpeace kalah
teknologinya dari kapal-kapal penangkap paus milik Norwegia ini. Departemen Perikanan Norwegia
sebagai salah satu alat pemerintah bahkan menyarankan dan membiayai pengembangan sebuah program
pelacakan berbagai spesies paus melalui satelit (satellite tracking programme of various whale species)
untuk memonitor pola migrasi dan perilaku menyelam mereka.25 Program ini mulai dikembangkan pada
1999. Tidak sampai disitu, pemerintah Norwegia terus turut serta dalam mempromosikan penjualan
daging dan lemak paus kepada negara-negara yang mengonsumsinya, dengan tidak mengindahkan
larangan dan kecaman yang datang dari IWC maupun dari berbagai NGO termasuk Greenpeace.
2. Masyarakat
Masyarakat Norwegia, seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, sebenarnya telah mulai
menyadari bahwa tindakan penangkapan paus merupakan tindakan ilegal sehingga mereka mulai enggan
mengonsumsi daging paus. Namun, penulis makalah belum menemukan bukti apapun yang
24 Loc. cit., hlm. 5.25 “Norway Progress report on cetacean research, January 2001 to December 2001”, diakses dari
http://www.iwcoffice.org/_documents/sci_com/2002progreports/SC-54-ProgRep%20Norway.pdf pada 9 Mei 2009 22:070100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d46430100000000000100c8970000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f0000000000000000000000244800008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000840800000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000fffffffffc02d300d0642f31ffffffffffff0180ffff01800fff0180ffffffff0000030000080000000800006852ce0001000000000000002c010000250000004f2e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000043006f007500720069006500720020004e006500f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100fc02d3006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000850800001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff8508000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c020500e302040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f0000000100040000000000e3020500203209000400
dijual dalam pasar komersial walaupun masih banyak sisanya terbuang sia-sia di dalam mesin pendingin.27
Namun, karena keadaan krisis global yang menghantam negara-negara di dunia dan beban yang dimiliki
oleh pemerintah Islandia semakin berat, pemerintah yang telah melarang perburuan komersial paus pun
kembali melegalkan perburuan tersebut pada 2006. Menteri Perikanan Islandia mengijinkan kembali untuk
mengadakan perburuan paus komersial sebanyak 39 ekor paus dan 9 diantaranya merupakan paus sirip yang
telah langka keberadaanya, menunjukkan bahwa pemerintah Islandia tidak menepati program perburuan
yang berkelanjutan.28 Tindakan untuk melegalkan perburuan paus komersial ini terus berlanjut hingga
sekarang dan telah mendapatkan respon yang keras, baik dari negara-negara pelindung paus maupun dari
civil society organization (CSO) seperti Greenpeace. Banyak negara dan CSO yang menganggap bahwa
usaha Islandia untuk memperbaiki perekonomiannya tidak akan terselesaikan dengan mengadakan penjualan
paus karena permintaan ekspor daging paus semakin berkurang dan kesadaran masyarakat untuk melindungi
paus mulai meningkat.
Aktivitas Greenpeace di Islandia dalam Kampanye Antiperburuan PausMelihat kenyataan masih banyaknya perdagangan paus, Greenpeace berusaha menekan pemerintah
Islandia untuk melarang perburuan paus secara total baik untuk diperdagangkan maupun keperluan
penelitian ilmiah. Greenpeace melihat bahwa industri pariwisata di Islandia sebenarnya telah menjadi
penyumbang yang besar bagi Islandia dibandingkan dengan perburuan paus. John Frizell sebagai perwakilan
dari Greenpeace International berkata bahwa perburuan paus di Islandia tidak dapat menghasilkan uang,
tidak berguna untuk penelitian, dan dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi industri pariwisata negara
dan reputasi internasional karena opini dari publik domestik lebih mendukung whale watching daripada
membunuh paus.29 Greenpeace melihat bahwa sekalipun pemerintah Islandia telah memberikan kuota
perburuan paus dan hanya melegalkan perburuan paus untuk keperluan penelitian ilmiah, penelitian ilmiah
tidak selalu harus dengan membunuh paus.
Pada 2003 Greenpeace berusaha menggalakkan program yang ditujukan untuk masyarakat dunia untuk
mempertimbangkan melakukan perjalanan pariwisata ke Islandia jika perburuan paus berhasil dihentikan.
Program ini telah berhasil mendapatkan dukungan dari masyarakat sebesar 67.000 yang mempresentasikan
bahwa apabila Islandia menghentikan perburuan paus, pemerintah dapat menghasilkan $78,8 juta di industri
pariwisata sebagai ganti sebesar $4 juta nilai perburuan paus.30 Sebagai gantinya Greenpeace meminta
pemerintah Islandia untuk membuat perburuan paus menjadi perburuan yang bertanggung jawab dan
berkelanjutan dengan memperhitungkan kontrol dari populasi ikan paus dan lebih mengawasi perdagangan
ikan paus. Greenpeace akan mengadakan pledge yang mendukung pariwisata whale watching jika
pemerintah secara total dan bertanggung jawab dalam mengadakan perburuan paus karena dengan
27 Greenpeace, “Icelandic Whaling”, http://activism.greenpeace.org/iceland/whaling.html, diakses pada 9 Mei 2009 11:57
28 Greenpeace, Icelandic Fisheries Ministry Issues Permit to Kill Endangered Fin Whales,
http://oceans.greenpeace.org/en/the-expedition/news/iceland-resumes-commercial-whale, diakses pada 9 Mei 2009 12:1129 “Whale hunt gets go ahead from Icelandic government”30 “Whale hunt gets go ahead from Icelandic government”
paus akan hilang. Dengan melihat pernyataan ini, maka sekalipun Greenpeace berusaha untuk
mengalokasikan pendapatan pemerintah yang dihasilkan dari perburuan paus menjadi indutri pariwisata
namun pemerintah tetap terlihat tidak ada intensi untuk menghentikan perburuan paus karena dua hal
tersebut tidak dapat dicampurkan dan tidak dapat tergantikan sekalipun dapat dilihat bahwa kemungkinan
besar industri pariwisata akan menyumbang lebih banyak daripada hasil dari perburuan paus.
Namun, yang menjadi kendala utama bagi Greenpeace adalah masih kurangnya konsistensi dari
pemerintah Islandia sendiri dalam melindungi perburuan paus, khususnya bagi jenis paus langka. Pada saat
Islandia akhirnya membatasi perburuan paus hanya untuk keperluan ilmiah, pemerintah tidak dapat
mengontrol perburuan paus tersebut, apakah benar-benar ditujukan untuk keperluan penelitian yang efektif
dan bermanfaat atau alter. Terdapat dua kesalahan yang dilihat dari ketidakefektifan pemerintah Islandia.
Pertama, perburuan paus tersebut ternyata tidak semata-mata untuk mendukung ilmu pengetahuan dan
penelitian para ilmuwan, tetapi akhirnya paus-paus tersebut masih dijual di pasar sehingga kuota yang
diberikan pada akhirnya lebih dimanfaatkan untuk menjual paus tersebut daripada memaksimalkan
penelitian. Pemerintah Islandia mencoba untuk menggunakan perburuan komersial melalui jalan lain baik
dengan kedok perburan ilmiah memanfaatkan pasar gelap, sehingga membahayakan masa depan paus-paus
tersebut.32 Kurangnya kontrol dari pemerintah Islandia membuat perburuan paus luput diawasi lebih ketat
agar perburuan paus tersebut tidak berakhir menjadi perburuan komersial. Kesalahan kedua adalah kuota
yang ditetapkan oleh pemerintah Islandia belum memperhatikan beberapa jenis paus yang sudah tergolong
sangat langka, masih memberlakukan kuota terbatas pada perburuan jenis paus tersebut. Kuota yang
diberlakukan pemerintah belum dapat melihat bahwa beberapa spesies paus sudah seharusnya dilindungi dan
tidak dapat lagi diburu khususnya jenis paus sirip. Selain itu, kuota yang diberlakukan, sekalipun menurun,
masih belum dapat memenuhi kriteria dari international provisions. Beberapa negara yang telah menentang
Islandia juga memberikan bukti bahwa menurut data hewan-hewan yang terancam punah dari IUCN, jenis
paus sirip telah diklasifikasikan sebagai hewan yang dilindungi dan dilarang untuk diperdagangkan di bawah
Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).33 Namun,
pada kenyataannya, usaha dari Greenpeace dengan membawa beberapa negara untuk menekan pemerintah
Islandia ini masih belum direspon dengan baik, karena pemerintah tetap melaksanakan perburuan pada paus
sirip.
Greenpeace bersama dengan IWC berusaha untuk menekan pemerintah Islandia agar melarang kembali
perburuan paus untuk tujuan komersial. Sebenarnya, Greenpeace dan IWC juga tidak setuju kepada
pemerintah Islandia untuk memburu paus dengan tujuan penelitian, karena perburuan paus tersebut pada
akhirnya tidak dapat dikontrol oleh pemerintah sehingga perburuan paus tersebut tetap berujung kepada
perdagangan. Namun, pemerintah Islandia tetap meberlakukan perburuan ilmiah sekalipun mendapat
tekanan dari pemerintah dan masyarakatnya sendiri yang berada di sisi antiperburuan paus. Pemerintah
32 Greenpeace, “Icelandic Whaling” http://activism.greenpeace.org/iceland/whaling.html, diakses pada 9 Mei 2009 11:57
33 __, 26 NationsCcondemn Whale Hunt With Demarche, http://oceans.greenpeace.org/en/the-expedition/news/demarche-against-iceland-whaling, diakses pada tanggal 9 Mei 2009, pukul 12.12
merasa bahwa perburan paus untuk penelitian masih diperlukan karena masih dibutuhkan contoh dari DNA
dan lebih efisien jika menggunakan non-lethal methods.34 Padahal, Greenpeace tidak sepenuhnya melarang
penelitian terhadap paus demi meningkatkan industri perikanan maupun maksud lain. Hanya saja,
Greenpeace menentang penelitian tersebut dilakukan dengan membunuh paus karena penelitian masih dapat
dilakukan dengan menggunakan cara-cara lain tanpa harus membunuh paus. Selain itu, pemerintah Islandia
pada 2006 akhirnya memberlakukan kembali perburuan komersial setelah Greenpeace berhasil menekan
pemerintah untuk melarang perburuan tersebut pada 2003. Tantangan dari pemerintah Islandia adalah bahwa
krisis global menyulitkan kondisi perekonomian negara sehingga pemerintah berusaha untuk mencari jalan
demi meningkatkan pendapatan negara. Padahal, poling yang dilakukan oleh Greenpeace membuktikan
bahwa kesadaran masyarakat Islandia sudah mulai meningkat untuk tidak memakan daging paus dan
menentang tindakan perburuan paus. Menurut Gallup poling yang dilakukan oleh IFAW menemukan bahwa
hanya 1,1% dari masyarakat Islandia yang memakan daging paus sekali atau lebih dalam seminggu,
sedangkan 82,4% lainnya yang berumur 16-24 tahun tidak pernah memakan daging paus.35 Fakta-fakta serta
data yang ada masih belum dapat membuat Greenpeace berhasil menekan pemerintah Islandia untuk sama
34 Greenpeace, “Why Oppose Whaling”, http://activism.greenpeace.org/iceland/opposewhaling.html, diakses pada 9 Mei 2009 12:00
35 ___, “Icelandic Fisheries Ministry Issues Permit to Kill Endangered Fin Whales”, http://oceans.greenpeace.org/en/the-expedition/news/iceland-resumes-commercial-wha, diakses pada 9 Mei 2009 12:11
Fisheries Agency, Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries, Government of Japan. “Strong Support for Whaling” Media Release 16 March 2002, http://www.jfa.maff.go.jp/whale/whatsnew/020316publicpoll.pdf
Greenpeace International. “Rumours from Tokyo: Humpbacks to be spared the harpoon?” http://weblog.greenpeace.org/makingwaves/archives/2007/11/rumours_from_tokyo_humpbacks_t.html
Greenpeace International. “Whale meat scandal and freeing the Tokyo Two”, http://www.greenpeace.org/international/campaigns/oceans/whaling/ending-japanese-whaling/whale-meat-scandal
International Whaling Commission. “Whale Population Estimates The International Whaling Commission's Most Recent Information on Estimated Abundance.” http://www.iwcoffice.org/conservation/estimate.htm#topofpage
“Norway Progress report on cetacean research, January 2001 to December 2001.” http://www.iwcoffice.org/_documents/sci_com/2002progreports/SC-54-ProgRep%20Norway.pdf
Sanger, David E. “Defiant Japan to Promote Eating Whale Meat.” http://www.nytimes.com/1993/01/30/world/defiant-japan-to-promote-eating-whale-meat.html?fta=y&incamp=archive:article_related