Top Banner

of 60

Tampilan SNF Dan Berat Jenis Susu Sapi PFH%0D%0Ayang Diberi Ransum Dengan Tingkat Protein Berbeda

Oct 09, 2015

Download

Documents

Ardhi Negara

fg
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • TAMPILAN SNF DAN BERAT JENIS SUSU SAPI PFH YANG DIBERI RANSUM DENGAN

    TINGKAT PROTEIN BERBEDA

    SKRIPSI

    Oleh :

    Mokhamad Khoirul Huda NIM. 0310513004

    JURUSAN PRODUKSI TERNAK

    FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG 2007

  • TAMPILAN SNF DAN BERAT JENIS SUSU SAPI PFH YANG DIBERI RANSUM DENGAN

    TINGKAT PROTEIN BERBEDA

    SKRIPSI

    Oleh :

    Mokhamad Khoirul Huda NIM. 0310513004

    Telah dinyatakan lulus dalam ujian sarjana

    Pada Hari/ Tanggal : 11 Juli 2007

    Menyetujui

    Pembimbing Utama, Ir. Endang Setyowati, MS NIP. 130 782 847 Tanggal :

    Anggota Tim Penguji, Ir. Trianti Djoharjani, M.Agr.St NIP. 130 935 807 Tanggal :

    Pembimbing Pendamping Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS NIP. 130 809 321 Tanggal :

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang

    Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP NIP. 131 125 348 Tanggal :

  • TAMPILAN SNF DAN BERAT JENIS SUSU SAPI PFH YANG DIBERI RANSUM DENGAN

    TINGKAT PROTEIN BERBEDA

    Oleh :

    Mokhamad Khoirul Huda NIM. 0310513004

    Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

    JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

    2007

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Juli 1984 di Sidoarjo, Jawa Timur.

    Merupakan putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Kaulan dan Ibu Lasina.

    Penulis pertama kali memasuki bangku sekolah di SD Negeri Kupang 1 pada

    tahun 1991 dan lulus tahun 1997, kemudian masuk SMP Negeri 1 Jabon dan lulus tahun

    2000. Pada tahun 2000 masuk SMU Negeri 1 Porong dan lulus tahun 2003. Selanjutnya

    pada tahun 2003 penulis diterima sebagai Mahasiswa pada Fakultas Peternakan Jurusan

    Produksi Ternak di Universitas Brawijaya Malang.

    Malang, Maret 2007

    Penulis

  • KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT sang pemberi petunjuk bagi

    seluruh alam dan seisinya, karena dengan kuasa dan rahmat-Nya penulis dapat

    menyelesaikan Skripsi yang berjudul Tampilan SNF dan Berat Jenis Susu Sapi PFH Yang Diberi Ransum Dengan Tingkat Protein Berbeda Penuh rasa hormat dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Ir. Endang Setyowati, MS selaku dosen pembimbing utama, Prof. Dr. Ir. Siti

    Chuzaemi, MS selaku dosen pembimbing kedua dan Ir. Trianti Djoharjani,

    M.Agr.St selaku dosen penguji yang telah banyak memberi bimbingan dan

    nasehat selama penelitian dan penulisan skripsi.

    2. Ir. Arifien dan keluarga selaku rekan sekaligus pembimbing lapang selama

    penelitian atas segala bimbingan, nasehat dan fasilitas yang diberikan

    3. Dr. Ir. Trinil Susilowati, MS selaku pembimbing akademik atas segala

    bimbingan, nasehat dalam pelaksanaan studi selama penulis menjadi mahasiswa

    di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

    4. Bapak dan Ibu tercinta serta kakak dan adikku atas segala dukungan, motivasi

    dan do`a restunya untuk menyelesaikan kuliah.

    5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini yang tidak

    mungkin disebutkan satu persatu.

    Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan

    penulisan laporan ini, semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

    Malang, Maret 2007

    Penulis,

  • SNF AND MILK SPECIFIC GRAVITY OF GRADE FRIESIAN HOLSTEIN COWS WHICH

    FED DIFFERENT PROTEIN LEVEL

    ABSTRACT

    This study was conducted from September 25th until December 30th 2006 in BBDAPTHT (Balai Besar Diklat Agribisnis Persusuan Dan Teknologi Hasil Ternak) Songgoriti, Batu- East Java. The purpose of this study was to examine the milk specific gravity and SNF of Grade Friesian Holstein cows fed with different protein level. Nine cows at Ist, 2nd and 3rd lactation were used in this study. The animals were fitted in a Randomized Block Design with 3 treatments and 3 blocks. The treatments were : ration with 12 % protein level and dry matter ratio of corn straw : concentrate 70 % : 30 % (P0); ration with 14 % protein level and those of 60 % : 40 % (P1) and ration with 17 % protein level and those of 50 % : 50 % (P2). Variable measured were dry matter intake, milk yield, milk specific gravity and SNF of milk. Data were analyzed using analysis of variance and Duncan Multiple Range Test The result of this study showed that the effect of treatments on milk specific gravity and SNF were not significant (P>0.05). Milk specific gravity of each treatment were P0 = 1.028; P1 = 1.027 and P2 = 1.028. The percentage of milk SNF were P0 = 9.16 %; P1 = 8.81% and P2 = 8.93 %. Relationship between milk SNF and specific gravity was determined by (R2) value of 71.43%.

    It was concluded that feed protein level had no influence on specific gravity and SNF of milk. It was suggested that the dairy cows can be fed 12-17% protein level. The future study need to be conducted to examine the efficiency of the feeds. Keywords : specific gravity, SNF, dairy cattle

  • RINGKASAN

    TAMPILAN SNF DAN BERAT JENIS SUSU SAPI PERAH PFH YANG DIBERI RANSUM

    DENGAN TNGKAT PROTEIN BERBEDA Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 25 September sampai dengan 30

    Desember 2006 di Balai Besar Diklat Agribisnis Persusuan Dan Teknologi Hasil Ternak (BBDAPTHT) Songgoriti, Batu Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tampilan berat jenis (BJ) dan solid non fat (SNF) susu sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) yang diberi ransum dengan tingkat protein yang berbeda.

    Materi penelitian adalah sapi PFH yang ada di BBDAPTHT songgoriti, Batu, sebanyak 9 ekor yang terdiri dari sapi laktasi Ke-1, laktasi ke-2 dan laktasi ke-3 masing-masing sebanyak 3 ekor. Metode penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 kelompok. Perlakuan tersebut adalah pemberian ransum dengan tingkat protein 12% (P0), ransum dengan tingkat protein 14% (P1) dan ransum dengan tingkat protein 17% (P2). Pakan hijauan yang diberikan berupa jerami jagung yang telah di copper. Perbandingan jerami jagung dan konsentrat yang digunakan adalah P0 (70% : 30%), P1 (60% : 40%) dan P2 (50% : 50%). Variabel yang diamati adalah konsumsi bahan kering, produksi susu dan kualitas susu (BJ dan SNF). Pengambilan data dilakukan selama tiga minggu pada bulan laktasi pertama. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh masing-masing perlakuan terhadap berat jenis dan SNF susu tidak berbeda nyata (p>0,05). Berat jenis penelitian ini berturut-turut P0 = 1,028; P1 = 1,027 dan P3 = 1,028. SNF penelitian ini berturut-turut P0 = 9,16 %; P1 = 8,81 % dan P3 = 8,93 %. Keeratan hubungan antara SNF dan berat jenis susu ditunjukkandengan nilai (R2) sebesar 71,43 %.

    Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat protein pada ransum tidak berpengaruh pada berat jenis dan kadar SNF susu. Pemberian ransum dengan tingkat protein 12-17% masih perlu dipertimbangkan antara harga pakan dengan susu yang dihasilkan. Kata kunci : berat jenis, SNF, sapi perah

  • DAFTAR ISI Halaman

    RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii ABSTRACT .................................................................................................... iii RINGKASAN.................................................................................................. iv DAFTAR ISI ................................................................................................... v DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 2 1.3. Tujuan Penelitian................................................................................. 3 1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 3 1.5. Hipotesis .............................................................................................. 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas Susu ....................................................................................... 4 2.2. Hijauan ................................................................................................ 5 2.3. Konsentrat............................................................................................ 6 2.4. Protein Pakan....................................................................................... 7 2.5. Berat Jenis Susu................................................................................... 8 2.6. Solid Non Fat (SNF)............................................................................ 9 2.7. Sintesis Protein Susu ........................................................................... 9

    BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 12 3.2. Materi Penelitian ................................................................................. 12 3.2.1. Ternak ................................................................................................. 12 3.2.2. Pakan ................................................................................................... 12 3.2.3. Alat dan Bahan .................................................................................... 13 3.2.3.1. Alat ...................................................................................................... 13 3.2.3.2. Bahan .................................................................................................. 14 3.3. Metode Penelitian ................................................................................ 15 3.4. Variabel yang Diamati......................................................................... 16 3.5. Analisis Data ....................................................................................... 17

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Bahan Kering Pakan........................................................... 18 4.2. Konsumsi Protein Kasar Pakan ........................................................... 20 4.3. Produksi Susu ..................................................................................... 21 4.4. Kadar Protein Susu .............................................................................. 22 4.5. Solid Non Fat (SNF)............................................................................ 24 4.6. Berat Jenis Susu................................................................................... 25

  • BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan.......................................................................................... 27 5.2. Saran .................................................................................................... 27 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman 1. Syarat susu segar .......................................................................................... 5 2. Komposisi bahan penyusun konsentrat ........................................................ 15

    3. Komposisi zat-zat makanan ransum............................................................. 16

    4. Komposisi bahan pakan penyusun ransum................................................... 16

    5. Kebutuhan BK (berdasarkan NRC, 1978) dan rata-rata konsumsi BK total selama penelitian (kg/ekor/hari) .................................................... 18

    6. Persentase konsumsi BK per bobot badan (%)............................................. 20

    7. Kebutuhan PK (berdasarkan NRC, 1978) dan rata-rata konsumsi PK total selama penelitian (kg/ekor/hari) ........................................................... 20 8. Rata-rata produksi susu selama penelitian (liter/ekor/hari).......................... 21

    9. Rata-rata kadar protein susu selama penelitian (%) ..................................... 23

    10. Rata-rata SNF selama penelitian (%/ekor) ................................................. 24

    11. Rata-rata berat jenis selama penelitian ....................................................... 25

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman 1. Kurva produksi susu, persentase lemak dan protein susu (Schmidt,1971) .. 5 2. Kurva konsumsi BK pakan sapi perah selama penelitian ............................ 19

    3. Kurva produksi susu selama penelitian ........................................................ 22

    4. Kurva kadar protein susu sapi selama penelitian ......................................... 23

    5. Kurva SNF susu selama penelitian............................................................... 25

    6. Kurva berat jenis selama penelitian.............................................................. 27

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman 1. Data konsumsi konsentrat (BK) selama penelitian (kg/ekor/hari) ............... 32

    2. Data konsumsi hijauan (BK) selama penelitian (kg/ekor/hari) .................... 33

    3. Data total konsumsi pakan (BK) selama penelitian (kg/ekor/hari) .............. 34

    4. Kebutuhan BK, NEL, TDN dan PK sapi perah periode laktasi (ekor/hari) berdasarkan kebutuhan NRC (1978) .......................................... 35 5. Analisis konsumsi bahan kering (kg/ekor/hari)............................................ 36 6. Data total konsumsi PK pakan selama penelitian (kg) ................................. 38

    7. Analisis statistik konsumsi PK (kg) ............................................................. 39

    8. Data produksi susu selama penelitian (liter/ekor/hari) ................................. 40

    9. Analisis statistik produksi susu (liter/ekor/hari)........................................... 41 10. Data protein susu selama penelitian (%) .................................................... 42

    11. Analisis statistik protein susu ..................................................................... 43

    12. Data total solid non fat (SNF) (%/ekor) ..................................................... 44

    13. Analisis statistik solid non fat (SNF) (%/ekor) .......................................... 45 14. Data berat jenis susu................................................................................... 46

    15. Analisis statistik berat jenis susu................................................................ 47

    16. Analisis regresi dan korelasi antara SNF terhadap berat jenis susu ........... 48

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia sekarang ini dari tahun ke

    tahun semakin meningkat seiring dengan bertambahannya jumlah penduduk dan tingkat

    kesadaran kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu peningkatan penyediaan sumber

    gizi. Antara lain protein hewani asal sapi perah yaitu susu (Anonimus, 2003)

    Konsumsi protein 25 % rumah tangga penduduk Indonesia kurang dari 32

    g/kap/hari. Hal ini masih kurang 38 % dari angka kecukupan protein sebesar 52

    g/kap/hari. Angka kecukupan konsumsi proteinasal hewani penduduk Indonesia sebesar

    15 g/kap/hari, sedangkan konsumsi rata-rata penduduk Indonesia baru mencapai 8,83

    g/kap/hari (59% dari kecukupan). Terdiri dari 6,07 g berasal dari ikan (67% dari

    kecukupan 9 g/kap/hari) dan 2,76 g berasal dari ternak (46% dari kecukupan 6

    g/kap/hari) (Anonimus, 2000)

    Pakan ternak banyak memberikan pengaruh terhadap komposisi susu, meskipun

    keragaman pakan ternak yang tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat tidak selalu

    mengubah komposisi normal susu (Adnan, 1984)

    Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan sapi perah,

    karena pemberian pakan yang kurang cukup kandungan nutrisinya dapat berpengaruh

    terhadap reproduksi maupun produksi susu sapi perah. Kebutuhan TDN dan protein sapi

    perah laktasi masing-masing antara 65-78% dan 15-18% (Subiharta, Ulin, Ernawati dan

    Budi, 2000)

    Penambahan konsentrat sebagai sumber energi untuk sapi yang baru beranak

    dapat mencapai 3 liter susu untuk tiap penambahan satu kilogram konsentrat.

  • Penambahan konsentrat sebagai sumber energi juga dapat membantu meningkatkan

    kandungan solid non fat (SNF) yang rendah (Chamberlain, 1989)

    Purnomo (1992) menyatakan bahwa berat jenis susu merupakan berat satu

    milliliter susu dalam gram susu pada suhu 27,5oC. Berat jenis susu tergantung pada

    bahan kering bukan lemak (solid non fat = SNF) yang dikandungnya.

    Berat jenis memiliki hubungan positif dengan SNF susu. Hubungan ini dapat

    dilihat seperti data berikut ini : susu dengan berat jenis 1,036 memiliki SNF sebesar

    10,64%. Susu dengan berat jenis 1,032 memiliki SNF sebesar 9,49%. Sedangkan susu

    dengan berat jenis 1,028 memiliki SNF sebesar 8,34% (Anonimus, 2006).

    Pengukuran SNF berkaitan dengan kadar lemak. Faktor yang dapat

    mempengaruhi lemak susu, antara lain adalah pakan dan tingkat laktasi (Hadiwiyoto,

    1994)

    Bertitik tolak dari hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang

    tampilan solid non fat (SNF) dan berat jenis (BJ) susu sapi peranakan Friesian Holstein

    (PFH) yang diberi ransum dengan tingkat protein berbeda.

    1.2. Rumusan Masalah

    Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tampilan SNF dan BJ

    susu sapi PFH yang diberi ransum dengan tingkat protein yang berbeda.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tampilan SNF dan BJ susu

    sapi PFH yang diberi ransum dengan tingkat protein yang berbeda.

  • 1.4. Kegunaan Penelitian

    Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan tingkat protein ransum,

    sehingga diperoleh produksi susu dengan SNF dan BJ yang baik.

    1.5. Hipotesis

    Hipotesis dari penelitian ini adalah semakin tinggi tingkat protein yang diberikan

    maka semakin tinggi tampilan SNF dan BJ susu yang dihasilkan oleh sapi perah PFH.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Kualitas Susu

    Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang

    diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak ditambah atau

    dikurangi suatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun (Anonimus, 1998)

    Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain umur sapi,

    tingkat laktasi, kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan, bobot badan, waktu

    pemerahan, dan kesehatan sapi (Sudono, Rosdiana dan Setiawan, 2003)

    Sutardi (1981) menyatakan peningkatan produksi air susu yang tidak seimbang

    dengan peningkatan ransum yang dikonsumsi oleh ternak akan mengakibatkan

    pembongkaran nutrisi cadangan yang ada di tubuh ternak. Hal ini akan menyebabkan

    ternak mengalami penurunan bobot badan. Sudono dkk (2003) menyatakan bahwa

    penurunan produksi susu yang diakibatkan oleh kurangnya protein pakan akan

    mengakibatkan penurunan bobot badan pada awal laktasi, dan hal ini akan sulit

    dikembalikan sampai akhir laktasi.

    Komposisi susu sapi Friesian Holstein terdiri atas 88,01% air, dan 11,93% bahan

    kering. Bahan kering susu tersusun atas protein, lemak, laktosa masing-masing sebesar

    3,15%, 3,45% dan 4,65% (Sudono, 1999). Schmidt (1971) menyatakan bahwa lemak,

    bahan kering tanpa lemak dan protein dalam susu mengalami puncak produksi pada

    awal laktasi dan menurun dengan cepat selama 2 sampai 3 bulan awal laktasi kemudian

    meningkat lagi sampai akhir laktasi. Persentase komponen susu berbanding terbalik

    dengan produksi susu sesuai dengan gambar 1.

  • Gambar 1. Kurva produksi susu, persentase lemak dan protein susu

    (Schmidt, 1971)

    Syarat mutu susu segar menurut Anonimus (1998) dapat dilihat pada tabel 1.

    sebagai berikut:

    Tabel 1. Syarat susu segar

    No. Karakteristik Syarat 1 Berat jenis (pada suhu 27,5C) minimum 1,0280 2 Kadar lemak minimum 3% 3 Kadar bahan kering tanpa lemak minimum 8,0% 4 Kadar protein minimum 2,7% 5 Warna, bau, rasa dan kekentalan Tidak ada perubahan 6 Derajat asam 6-7SH

    2.2. Hijauan

    Hijauan adalah bahan pakan dalam bentuk daun-daunan yang kadang-kadang

    masih bercampur dengan batang, ranting serta bunga yang pada umumnya berasal dari

    tanaman sebangsa rumput dan kacang-kacangan. Di daerah tropis pada umumnya suhu

    relatif panas, sehingga kualitas hijauan cenderung lebih rendah. Hijauan kurang tepat

    bila diberikan sebagai satu-satunya bahan pakan sapi perah dara bunting dan sapi

    laktasi, untuk itu pemenuhan zat pakan yang tidak tersedia di dalam pakan hijauan

    dipenuhi melalui pakan konsentrat (Sutardi, 1981).

  • Hijauan pada umumnya merupakan sumber energi yang relatif murah. Akan

    tetapi sapi perah yang berproduksi susu tinggi belum tentu mampu mengkonsumsi

    sejumlah hijauan untuk memenuhi zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Oleh karena

    itu perlu mendapat tambahan sejumlah konsentrat. Banyaknya bahan kering (BK)

    hijauan dalam ransum sebaiknya tidak lebih dari 2% bobot badan (Siregar, 1995)

    2.3. Konsentrat

    Konsentrat merupakan bahan pakan pelengkap bagi ternak yang berupa biji-

    bijian dan hasil ikutan pertanian dari pabrik, berfungsi untuk memperkaya nilai gizi

    pada bahan pakan yang rendah nilai gizinya yang mengandung kadar energi tinggi,

    protein tinggi dan serat kasar yang rendah (Anonimus, 2003).

    Hijauan dalam ransum sapi perah masih tetap merupakan yang terbesar dan

    konsentrat hanya sebagai tambahan. Oleh karena itu, kualitas konsentrat yang akan

    diformulasikan tergantung kualitas hijauan yang berikan. Apabila hijauan yang berikan

    berkualitas rendah, konsentrat yang diformulasikan atau yang akan diberikan haruslah

    berkualitas tinggi. Sedangkan apabila hijauan yang diberikan berkualitas tinggi,

    konsentrat yang akan diformulasikan tidak perlu berkualitas tinggi, sebab tidak akan

    ekonomis (Siregar, 1995)

    Perbandingan hijauan dan konsentrat untuk mutu pakan yang baik berdasarkan

    bahan keringnya adalah 60%:40% sehingga akan diperoleh koefisien cerna yang tinggi

    (Sudjatmogo, 1998) dan untuk pakan yang mutunya kurang baik imbangannya menjadi

    55% : 45% dan bila mutu pakan sangat baik imbangannya menjadi 64% ; 36% guna

    memberikan energi sebanyak mungkin (Blakely dan Bade, 1994).

  • 2.4. Protein Pakan

    Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul

    tinggi, mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen serta beberapa

    sulfur dan fosfor (Tillman, Hartadi, Reksohadiprodjo, Prawirokusumo, Lebdosoekojo,

    1998)

    Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan sapi perah,

    karena pemberian pakan yang kurang cukup kandungan nutrisinya dapat berpengaruh

    terhadap reproduksi maupun produksi susu sapi perah. Kebutuhan protein sapi perah

    laktasi adalah antara 15-18% (Subiharta, Ulin, Ernawati dan Budi, 2000)

    Sudono (1999) menyatakan bahwa kebutuhan protein pada sapi perah tidak lagi

    dinyatakan dalam protein yang dapat dicerna tetapi cukup dinyatakan dalam protein

    kasar, karena protein dapat dicerna suatu pakan erat sekali hubungannya dengan protein

    kasar bahan pakan tersebut

    2.5. Berat Jenis Susu

    Purnomo (1992) menyatakan bahwa berat jenis susu merupakan berat satu

    mililiter susu dalam gram pada suhu 27,5C tergantung lemak yang dikandungnya dan

    bahan kering bukan lemak. Berat jenis susu lebih tinggi daripada air karena semua

    bahan-bahan penyusun susu kecuali lemak memiliki berat jenis yang lebih besar

    daripada air (Purnomo dan Adiono, 1987). Berat jenis susu segar adalah 1,0280

    (Anonimus, 1998)

    Berat jenis susu dipengaruhi oleh kadar lemak, protein, laktosa dan mineral-

    mineral yang terlarut di dalam susu tersebut. Umumnya di dalam suatu larutan, semakin

    besar atau semakin banyak senyawa-senyawa yang terlarut di dalamnya, maka semakin

    besar pula berat jenisnya. Demikian pula berat jenis susu dipengaruhi oleh senyawa

  • yang terlarut di dalamnya (Adnan, 1984). Hadiwiyoto (1994) menjelaskan bahwa berat

    jenis masing-masing senyawa yang menyusun susu adalah sebagai berikut : lemak 0,93;

    laktosa 1,66; protein 1,346; kasein 1,310 dan total garam-garam anorganik 4,120.

    Pengukuran berat jenis susu sebaiknya dilakukan setelah 3 jam dari pemerahan

    atau bila suhu air susu sudah terletak antara 20oC sampai 30oC, karena pada keadaan ini

    air susu telah stabil. Selain itu, penetapan berat jenis susu lebih awal akan menunjukkan

    hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi lemak dan adanya

    gas yang timbul didalam air susu (Saleh, 2004)

    2.6. Solid Non Fat (SNF)

    Solid non fat (SNF) adalah bahan kering tanpa lemak dari semua jumlah

    komponen penyusun susu dikurangi air dan kadar lemak. Lemak merupakan salah satu

    penyusun susu yang cukup penting karena mempunyai arti ekonomi yang penting,

    mempunyai nilai gizi tinggi, menentukan bau, rasa dan lain-lain (Sarwiyono,

    Surjawardojo, Susilorini, 1990)

    Kadar lemak dan solid non fat (SNF) cukup tinggi pada awal laktasi, kemudian

    keduanya mengalami penurunan secara terus-menerus sampai dua atau tiga bulan laktasi

    (Chamberlain, 1989)

    2.7. Sintesis Protein Susu

    Protein yang terdapat dalam bahan pakan pertama kali dicerna dalam suatu alat

    pencernaan yang disebut lambung. Lambung ini dapat menghasilkan asam klorida yang

    dapat memberikan medium asam yang dapat mengaktifasi pepsin dan renin untuk

    membantu dalam mencerna protein yang berasal dari bahan pakan yang masuk. Semua

    protein yang dapat dicerna oleh lambung khususnya rumen dirombak terlebih dahulu

  • dalam bentuk asam amino. Asam amino disintesis dari zat-zat yang mengandung

    nitrogen yang lebih sederhana, melalui kerja dari mikroorganisme dalam rumen. Hasil

    dari pembentukan protein masuk ke dalam peredaran darah dalam bentuk asam-asam

    amino, sejumlah kecil sebagai amonia dan peptida sederhana. Asam amino yang diserap

    ke dalam darah tersebut digunakan untuk (Anggorodi, 1985):

    a. Pembentukan dan penggantian sel-sel baru

    b. Pembentukan enzim dan hormon

    c. Pembentukan air susu

    Protein susu dihasilkan dari 2 cara yaitu filtrasi dan sintesis. Oleh karena kasein,

    laktalbumin dan laktoglobulin dari susu tidak ada dalam darah, ketiganya itu harus

    disintesis melalui prekursor asam amino dalam darah. Protein itu mewakili kira-kira 94

    % dari protein nitrogen dalam susu (Campbell and Marshall, 1975)

    Holmes dan Wilson (1984) menyatakan bahwa protein susu disintesis oleh

    ribosom dalam retikulum endoplasma melalui mekanisme yang biasa dalam sintesis

    protein. Prekursors untuk sintesis protein adalah asam amino yang dibawa oleh kelenjar

    dalam darah. Pada umumnya disepakati bahwa pengambilan asam amino esensial harus

    cukup untuk disebarkan ke semua asam amino esensial yang diperlukan dalam sekresi

    protein susu. Sedangkan beberapa diambil dari kelebihan yang dikeluarkan dan itu

    digunakan untuk sintesis asam amino non esensial dan sumber energi dari sintesis susu.

    Lebih dari 60 % asam amino esensial khususnya sulfur, berisi asam amino yang

    dipindahkan dari darah melalui kelenjar susu. Sering dikatakan bahwa ketersediaan dari

    asam amino membatasi sintesis protein susu dan bahkan mempengaruhi susu yang

    dihasilkan.

  • Berlawanan dengan asam amino esensial, pengambilan asam amino non esensial

    melalui kelenjar susu sangat beragam antar hewan yang satu dengan yang lain.

    Beberapa asam amino esensial umumnya diambil dari kebutuhan kelenjar susu yang

    lebih dan untuk yang lain sering terjadi defisit. Jumlah total asam amino yang diekstrak

    dari darah oleh kelenjar susu jumlahnya tidak lebih sedikit dari pengeluaran protein

    dalam susu, oleh karena itu perlu dipertimbangkan dan perlu adanya resintesis asam

    amino untuk menghasilkan asam amino yang diperlukan untuk sintesis protein sehingga

    ada keseimbangan antara asam amino yang dikeluarkan dengan asam amino yang

    dibutuhkan.

  • BAB III

    MATERI DAN METODE PENELITIAN

    3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Unit Peternakan Balai Besar Diklat Agribisnis

    Persusuan dan Teknologi Hasil Ternak Batu, Jawa-Timur mulai bulan September

    2006 sampai bulan Januari 2007.

    3.2. Materi Penelitian

    3.2.1. Ternak

    Ternak yang digunakan sebagai materi penelitian adalah sapi perah peranakan

    Friesian Holstein (PFH) sebanyak 9 ekor yang berada pada bulan laktasi pertama yang

    terdiri dari tiga kelompok, yaitu sapi tingkat laktasi I, II dan III dengan bobot badan 350

    - 400 kg.

    3.2.2. Pakan

    Pakan yang digunakan untuk percobaan ini hijauan dan konsentrat. Hijauan yang

    digunakan jerami jagung (Zea mays). Konsentrat terdiri dari campuran polar (Wheat

    pollar), jagung (Zea mays), bungkil kedelai (Glycine max), kulit kedelai (Glycine max),

    bungkil kelapa (Cocos nucifera), mineral dan garam. Pakan disusun dengan kandungan

    protein kasa yang berbeda yaitu : 12%, 14% dan 17%.

  • 3.2.3. Alat dan Bahan

    3.2.3.1. Alat

    Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : timbangan ternak

    merk ruddweight kapasitas 1000 kg dan kepekaan 0,5 kg, timbangan pakan merk solter

    kapasitas 25 kg kepekaan 0,1 kg.

    Alat untuk analisis kadar lemak susu:

    1. Automatik pipet 10 ml

    2. Automatik pipet 1 ml

    3. Centrifuge gerber (1200 rpm, diameter 19-21 inchi)

    4. Butyrometer (gerber)

    5. Water bath

    6. Thermometer

    Alat untuk analisis berat jenis :

    1. Laktodensimeter

    2. Volumetric flask 500 cc

    Alat untuk analisis bahan kering

    1. Cawan porselin

    2. Oven 1050C

    3. Eksikator

    4. Penjepit

    5. Timbangan Analitis

    Alat untuk analisis protein

    1. Labu kjeldahl 50 ml

    2. Timbangan analitis

  • 3. Erlenmeyer 300 ml

    4. Buret 50 ml

    5. Gelas ukur 5 ml

    6. Beaker glas 300 ml

    7. Pipet volume 25 ml

    8. Alat destilasi

    3.2.3.2. Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :

    Bahan untuk analitis lemak

    1. H2SO4 90-91%

    2. Amyl alkohol

    Bahan untuk analisa protein

    1. H2SO4 (95-97%)

    2. Tablet Kjeldahl

    3. Aquadest

    4. NaOH 40%

    5. H2SO4 0,1N

    6. NaOH 0,1N

    7. Larutan Mix (Methylen blue dan larutan PP (Phenophtalein))

    8. Batu didih

  • 3.3. Metode Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

    dengan tiga perlakuan dan 3 (tiga) ulangan/kelompok sesuai dengan petunjuk Sugandi

    (1994).

    Ransum disusun dengan kadar protein kasar konsentrat (P0) 12%, (P1) 14% dan

    (P2) 17%, sehingga tersusun ransum berdasarkan BK adalah sebagai berikut:

    Po = Jerami jagung (70%) + Konsentrat (30%) = 12%

    P1 = Jerami jagung (60%) + Konsentrat (40%) = 14%

    P2 = Jerami jagung (50%) + Konsentrat (50%) = 17%

    Pemberian pakan

    Pakan diberikan pada pagi hari pukul 04.30 dan sore hari pukul 13.30 WIB.

    Pemberian jerami jagung dan konsentrat pada pagi dan sore hari diberikan dalam jumlah

    sama, yaitu sebanyak 20 kg dan 1,7 kg (P0); 17 kg dan 2,4 kg (P1); dan 14 kg dan 3,04

    kg (P2). Pakan yang diberikan terlebih dahulu yaitu konsentrat dalam bentuk kering,

    kemudian diberi jerami jagung yang telah dicopper. Air minum diberikan secara ad

    libitum

    Tabel 2. Komposisi bahan penyusun konsentrat

    Konsentrat Bahan Ransum (%) K0 K1 K2

    Polar Jagung Bungkil kelapa Bungkil kedelai Kulit kedelai

    34,12 7,70 24,35 21,15 12,68

    15,05 9,99 29,97 30,01 14,98

    8,94 4,31 34,57 34,40 17,78

    Total 100 100 100

  • Tabel 3. Komposisi zat-zat makanan ransum

    Konsentrat Zat-zat makanan (%) K0 K1 K2

    Hijauan

    BK1) Abu1) Protein kasar1) Serat kasar1) Lemak kasar1) P2) Ca2)

    87,52 6,88 21,33 13,31 6,65 0,66 0,70

    87,39 6,73 21,75 13,81 6,24 0,61 0,65

    87,57 7,15 24,93 21,83 7,17 0,61 0,84

    25,69 10,02 8,33 33,12 1,13 0,16 0,79

    Total 100,00 100,00 100,00 Keterangan: 1) : Berdasarkan hasil analisis Lab. NMT FAPET UB 2) : Berdasarkan hasil analisi Lab. Kimia Tanah FP UB

    Kandungan nutrisi setiap bahan pakan penyusun ransum dalam penelitian dapat

    dilihat pada tabel 4 berikut ini :

    Tabel 4. Komposisi bahan pakan penyusun ransum

    Kandungan zat-zat makanan (%) Bahan Ransum BK Abu Pk Sk Lk

    Polar Jagung Bungkil kelapa Bungkil kedelai Kulit kedelai Jerami jagung

    86 86 86 86 91 22

    4,9 3,8 6,4 9,3 3,48 10,2

    18,7 11,3 21,6 48,0 12,0 8,8

    7,7 5,0 12,1 6,2 44

    29,6

    52,3 8,0 10,2 5,7 3,9 1,9

    Total Sumber : Hartadi, Reksohadipradjo dan Tillman (1993) 3.4. Variabel yang Diamati

    Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah

    1. Konsumsi bahan kering

    2. Produksi susu

    Kuantitas produksi susu diukur setiap hari dengan cara menjumlahkan hasil

    pemerahan pagi dan sore hari.

    3. Kualitas susu

  • Kualitas susu yang dianalisis meliputi Kadar lemak, Berat jenis, BK susu,

    Protein susu dan SNF susu.

    Analisis data untuk memperoleh nilai SNF digunakan metode Fleschman (Anonimus,

    2006).

    1. TS : 1,22 F + 0,72 + ( )4

    1000 * 1-S

    2. SNF = TS F Keterangan:

    TS : Total Solid F : Kadar Lemak S : Berat Jenis SNF : Solid Non Fat

    3.5. Analisis Data

    Model rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) :

    Yij = + i + j + ij, dengan

    i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3

    Keterangan :

    Yij = hasil pengamatan perlakuan ke i dan ulangan ke j

    = rata-rata umum

    i = penyimpangan hasil dari nilai yang disebabkan oleh pengaruh perlakuan

    ke i

    j = penyimpangan hasil dari nilai yang disebabkan oleh pengaruh perlakuan

    khusus kelompok ke j

    ij = pengaruh acak yang masuk ke dalam percobaan

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Konsumsi Bakan Kering (BK) Pakan

    Selama penelitian berlangsung didapatkan data konsumsi BK konsentrat, hijauan

    dan total pakan sebagaimana masing-masing tertera pada lampiran 1, 2 dan 3.

    Sedangkan kebutuhan BK berdasarkan NRC (1978) (lampiran 4) dan rata-rata konsumsi

    BK total selama penelitian tercantum pada tabel 5.

    Tabel 5. Kebutuhan BK (berdasarkan NRC, 1978) dan rata-rata konsumsi BK selama penelitian (kg/ekor/hari)

    Kebutuhan BK Konsumsi BK Perlk Kelmp P0 P1 P2 P0 P1 P2

    I 12,50 11,42 10,80 11,99 10,17 11,06 II 11,80 12,70 13,64 11,80 11,16 11,15 III 11,90 14,61 13,35 11,96 11,90 10,25

    Rata-rata 12,06 12,91 12,59 11,88 11,09 10,85 Hasil perhitungan menggunakan analisis rancangan acak kelompok (lampiran 5)

    didapatkan pemberian pakan dengan tingkat protein berbeda menghasilkan konsumsi

    bahan kering yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan karena ternak yang

    digunakan dalam tiap perlakuan memiliki kisaran bobot badan yang relatif sama.

    Susanti, Chuzaemi dan Soebarinoto (2001) menyatakan bahwa kisaran umur dan bobot

    badan yang relatif homogen berpengaruh terhadap volume dan daya tampung rumen.

    Berdasarkan tabel 5 dapat diamati bahwa sebagian besar konsumsi BK total

    (hijauan dan konsentrat) tiap perlakuan dan tiap kelompok masih dibawah kebutuhan,

    kecuali (P2) kelompok I yang menunjukkan kelebihan konsumsi BK sebanyak 0,26 kg.

    Sedangkan sapi yang mengalami kekurangan konsumsi BK paling banyak adalah sapi

    pada (P2) kelompok III sebanyak 3,1 kg.

  • Konsumsi BK antar perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada gambar 2

    berikut ini.

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    1 2 3

    Minggu ke

    Kon

    sum

    si B

    K (k

    g/ek

    or/h

    ari)

    P0

    P1

    P2

    Gambar 2. Kurva konsumsi BK pakan sapi perah selama penelitian

    Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui konsumsi BK (P2) lebih rendah

    dibandingkan dengan (P1) dan (P2). Hal ini disebabkan karena pada (P2) ada ternak

    yang sakit sehingga konsumsi BK total menjadi rendah.

    Chuzaemi dan Hartutik (1989) menyatakan bahwa dalam pemberian pakan pada

    ternak harus mengetahui secara tepat keragaman BK-nya, karena ternak akan kenyang

    oleh BK dan bukan oleh air. Konsumsi BK ternak ruminansia dipengaruhi oleh jenis

    pakan dan kondisi ternak terutama bobot badan. Oleh karena itu, ternak yang bobot

    badannya rendah, konsumsi BK nya juga akan rendah begitu juga sebaliknya.

    Tabel 6. Persentase konsumsi BK per bobot badan (%)

    Persentase Konsumsi BK Perlakuan Kelmpk T0 T1 T2

    I 2,76 2,75 2,60 II 2,85 2,56 2,69 III 2,78 2,35 2,40

    Rata-rata 2,79 2,55 2,56

    Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase konsumsi BK per bobot badan

    relatif sama walaupun bobot badannya berbeda.

  • 4.2. Konsumsi Protein Kasar (PK) Pakan Selama penelitian berlangsung didapatkan data konsumsi PK sebagaimana

    tertera lampiran 6, sedangkan kebutuhan PK berdasarkan NRC (1978) (Lampiran 4) dan

    rata-rata konsumsi PK total tercantum pada tabel 7.

    Tabel 7. Kebutuhan PK (berdasarkan NRC, 1978) dan rata-rata konsumsi PK total selama Penelitian (kg/ekor/hari)

    Kebutuhan PK Konsumsi PK Perlk Kelmp P0 P1 P2 P0 P1 P2

    I 1,79 1,66 1,42 1,38 1,53 2,08 II 1,77 1,98 2,19 0,76 1,60 2,08 III 1,55 2,02 2,13 0,78 1,68 2,04

    Rata-rata 1,70 1,89 1,91 0,97 1,60 2,07

    Hasil perhitungan analisis rancangan acak kelompok (lampiran 7) diperoleh

    pemberian pakan dengan tingkat protein berbeda menghasilkan konsumsi PK yang tidak

    berbeda nyata (P>0,05).

    Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa konsumsi PK pakan selama penelitian

    pada (P2) lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan lainnya. Kebutuhan PK pada

    perlakuan P0 dan P1 kurang memenuhi kebutuhan. Sedangkan untuk perlakuan P2

    sudah hampir mencukupi kebutuhan sesuai dengan standar kebutuhan sapi perah

    berdasarkan NRC (1978). Hal ini mungkin terjadi karena pada perlakuan P0 dan P1

    kandungan PK pada konsentratnya lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan

    P2.

    4.3. Produksi Susu

    Data produksi susu sebagaimana tertera lampiran 8, sedangkan rata-rata

    produksi susu pada sapi laktasi I, II dan III masing-masing perlakuan seperti tercantum

    pada tabel 8.

  • Tabel 8. Rata-rata produksi susu selama penelitian (liter/ekor/hari)

    Tingkat Laktasi Perlakuan

    I II III P0 P1 P2

    14,36 + 4,21 14,27 + 3,72 11,98 + 4,41

    14,14 + 4,65 18,27 + 4,11 20,75 + 2,54

    11,84 + 2,47 17,18 + 1,74 20,0 + 1,94

    Hasil perhitung statistik pengaruh pemberian pakan dengan tingkat protein

    berbeda terhadap produksi susu (lampiran 9) diperoleh nilai F hitung perlakuan sebesar

    2,012 dan F hitung kelompok 2,078. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan

    dengan tingkat protein berbeda tidak berpengaruh terhadap produksi susu. Hal ini

    disebabkan karena konsumsi BK total ransum tidak berbeda nyata. Church (1991)

    menyatakan bahwa ada hubungan positif antara konsumsi bahan kering dan produksi

    susu. Semakin tinggi produksi susu, maka akan semakin tinggi pula konsumsi bahan

    kering.

    Produksi susu selama penelitian dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    1 2 3

    Minggu ke

    Prod

    uksi

    sus

    u (li

    ter/e

    kor/h

    ari)

    P0

    P1P2

    Gambar 3. Kurva produksi susu selama penelitian

    Produksi susu (P0) selalu lebih rendah, hal ini karena imbangan BK hijauan dan

    konsentrat yang diberikan lebih rendah yaitu 70 % : 30 %. Tillman dkk (1998)

  • menyatakan pemberian konsentrat dalam jumlah banyak dapat meningkatkan jumlah

    produksi susu karena meningkatnya prekursor pembentuk glukosa, yaitu asam propionat

    (C3) yang digunakan dalam pembentukan susu. Namun secara keseluruhan produksi

    susu mengalami kenaikan, karena sapi-sapi berada pada balan laktasi pertama. Schmidt

    (1971) menyatakan produksi susu akan mengalami kenaikan selama 2 sampai 3 bulan

    kemudian menurun secara perlahan sampai akhir laktasi.

    4.4. Kadar Protein Susu Selama penelitian berlangsung didapatkan data protein susu sebagaimana tertera

    lampiran 10. sedangkan rata-rata persentase protein tercantum pada tabel 9.

    Tabel 9. Rata-rata kadar protein susu selama penelitian (%)

    Tingkat Laktasi Perlakuan

    I II III P0 P1 P2

    3,65 + 0,09 3,47 + 0,28 3,54 + 0,15

    3,51 + 0,16 3,36 + 0,07 3,34 + 0,30

    3,54 + 0,16 3,63 + 0,11 3,48 + 0,10

    Hasil perhitungan menggunakan analisis rancangan acak kelompok (lampiran

    11) didapatkan pemberian pakan dengan tingkat protein berbeda menghasilkan kadar

    protein yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini karena, konsumsi BK total ransum

    tidak berbeda. Anggraini (2005) menyatakan bahwa antara konsumsi bahan kering

    ransum dengan kadar protein susu memiliki hubungan yang positif, yaitu peningkatan

    konsumsi bahan kering ransum akan meningkatkan kadar protein susu.

  • Kadar protein susu selama penelitian dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini.

    3.2

    3.3

    3.4

    3.5

    3.6

    3.7

    1 2 3

    Minggu ke

    Kad

    ar p

    rote

    in (%

    )

    P0

    P1

    P2

    Gambar 4. Kurva kadar protein susu sapi selama penelitian

    Berdasarkan gambar 4 kadar protein susu pada perlakuan P0, P1 dan P2

    mengalami penurunan. Hal ini karena sapi-sapi berada pada bulan laktasi. Schmidt

    (1971) menyatakan bahwa lemak, bahan kering tanpa lemak dan protein susu

    mengalami puncak produksi pada awal laktasi dan menurun dengan cepat selama 2

    sampai 3 bulan awal laktasi kemudian meningkat lagi sampai akhir laktasi. Persentase

    komponen susu berbanding terbalik dengan produksi susu.

    4.5. Solid Non Fat (SNF)

    Data kandungan SNF susu selama penelitian tertera dalam lampiran 12,

    sedangkan rata-rata SNF tercantum pada tabel 10.

    Tabel 10. Rata-rata SNF selama penelitian (%/ekor)

    Tingkat Laktasi Perlakuan

    I II III P0 P1 P2

    9,19 + 0,57 8,32 + 0,37 9,23 + 0,73

    9,11 + 0,31 8,73 + 0,10 8,65 + 0,57

    9,17 + 0,31 9,37 + 0,27 8,90 + 0,12

    Hasil perhitungan pengaruh tingkat protein pakan terhadap SNF susu (lampiran

    13) diperoleh nilai F hitung perlakuan sebesar 5,434 dan F hitung kelompok 1,581.

  • Secara statistik pemberian ransum dengan tingkat protein berbeda menghasilkan SNF

    yang tidak berbeda nyata (p> 0,05). Hal ini disebabkan karena protein susu yang

    dihasilkan tidak berbeda nyata. Schmidt and Van Vleck (1974) menyatakan bahwa SNF

    susu dapat dirubah hanya sedikit dan variasinya lebih rendah daripada kadar lemak

    susu. Perubahan SNF susu sebagian besar diakibatkan dari adanya perubahan

    kandungan protein susu.

    SNF susu selama penelitian dapat dilihat pada grafik berikut ini:

    88.28.48.68.8

    99.29.49.69.8

    1 2 3

    Minggu ke

    SNF

    susu

    (%)

    P0

    P1

    P2

    Gambar 5 : Kurva SNF susu selama penelitian

    Berdasarkan gambar 5 SNF susu perlakuan P0, P1 dan P2 mengalami

    penurunan. Schmidt (1971) menyatakan bahwa SNF susu mengalami puncak produksi

    pada awal laktasi dan menurun dengan cepat selama 2 sampai 3 bulan awal laktasi

    kemudian meningkat lagi sampai akhir laktasi.

    4.6. Berat Jenis Susu

    Selama penelitian berlangsung didapatkan data berat jenis sebagaimana tertera

    pada lampiran 14, sedangkan rata-rata berat jenis tercantum pada tabel 11.

  • Tabel 11. Rata-rata berat jenis selama penelitian

    Tingkat Laktasi Perlakuan

    I II III P0 P1 P2

    1,028 + 0,002 1,026 + 0,0007 1,031 + 0,004

    1,028 + 0,001 1,027 + 0,0007 1,027 + 0,002

    1,029 + 0,001 1,029 + 0,001 1,027 + 0,001

    Hasil perhitungan menggunakan analisis rancangan acak kelompok (lampiran

    15) didapatkan bahwa pemberian pakan dengan tingkat protein berbeda menghasilkan

    berat jenis yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan karena ada hubungan

    positif antara SNF susu dan berat jenis susu, yaitu peningkatan SNF susu akan diikuti

    peningkatan berat jenis susu (Anonimus, 2006). Hal ini diperkuat perhitungan SNF

    (lampiran 13) yang dihasilkan tidak berbeda nyata.

    Purnomo (1992) menyatakan bahwa berat jenis susu merupakan berat satu

    mililiter susu dalam gram pada suhu 27,5C tergantung bahan kering bukan lemak

    (SNF) yang dikandungnya.

    Adnan (1984) menyatakan berat jenis susu dipengaruhi oleh kadar lemak,

    protein, laktosa dan mineral-mineral yang terlarut di dalam susu tersebut. Umumnya di

    dalam suatu larutan, semakin besar atau semakin banyak senyawa-senyawa yang

    terlarut di dalamnya, maka semakin besar pula berat jenisnya. Demikian pula berat jenis

    susu dipengaruhi oleh senyawa yang terlarut di dalamnya.

    Berdasarkan hasil perhitungan hubungan antara berat jenis dan SNF susu dengan

    menggunakan persamaan regresi (lampiran 16) diperoleh hubungan yang sangat nyata

    antara berat jenis dan SNF susu. Nilai koefisien determinasi (R2) berat jenis dan SNF

    sebesar 71,43%. Hal ini berarti bahwa berat jenis dipengaruhi oleh SNF susu sebesar

    71,43%, sedangkan 28,57 dipengaruhi oleh faktor lain

  • Berat jenis susu selama penelitian dari masing-masing perlakuan dapat dilihat

    pada grafik berikut ini:

    1.025

    1.026

    1.027

    1.028

    1.029

    1.030

    1.031

    1.032

    1 2 3

    Minggu ke

    Ber

    at J

    enis

    Sus

    u

    P0P1P2

    Gambar 6 : Kurva berat jenis susu selama penelitian

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan yang didapat dari penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Pemberian ransum dengan tingkat protein yang berbeda tidak berpengaruh

    terhadap berat jenis. Pada penelitinan ini diperoleh berat jenis sebesar, yaitu

    berturut-turut P0 = 1,028; P1 = 1,027 dan P3 = 1,028

    2. pemberian ransum dengan tingkat protein berbeda tidak berpengaruh terhadap

    SNF. Pada penelitian ini diperoleh SNF sebesar, yaitu : P0 = 9,16%; P1 = 8,81%

    dan P2 = 8,93%

    3. BJ susu dalam penelitian ini 71,43% dipengaruhi oleh SNF.

    5.2 Saran

    Sapi laktasi dapat diberi ransum dengan tingkat protein antara 12-17%, namun

    perlu diteliti lebih lanjut tentang biaya ransum dibanding harga susu.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Adnan, M. 1984. Kimia Dan Teknologi Hasil Air Susu. Fakultas Teknologi Pangan. UGM. Yogyakarta.

    Anggorodi, A. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta. Anggraini, R. Y. 2005. Hubungan Antara Konsumsi Bahan Kering Dengan Kadar

    Lemak Dan Protein Susu Periode Tengah Laktasi Pada Sapi Jersey Cross. Program Studi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang (Skripsi).

    Anonimus. 1998. SNI 01-3141-1998. www.deptan.go.id Diakses 12 Oktober 2006 Anonimus. 2000. Telur Afkir Alternatif Pendapatan Keluarga.

    www.poultryindonesia.com. Diakses tanggal 30 April 2007 Anonimus. 2003. Sapi Perah. http://warintek.progreesio.or.id/peternakan/sapiperah.htm

    Diakses tanggal 12 Oktober 2006 Anonimus. 2006. Milk Testing And Payment Systems. www_fao_org-ag-againfo-

    subjects-document-LPS-DAIRY-i 5 Januari 2007 Blakely, J. dan D.H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press,

    Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Srigandono, B.). Campbell, J. R. and R. T. Marshall. 1975. The Science of Providing Milk for Man.

    McGraw Hill, Inc. United States of America. Chamberlain, A. 1989. Milk Production In The Tropics. Longman Scientific And

    Technical. Kuala Lumpur. Church, D. C. 1991. Livestock Feeds and Feeding. Third Edition. Prentice-Hall, Inc.

    New Jersey Hadiwiyoto, S. 1994. Teori Dan Prosedur Pengujian Mutu Susu Dan Hasil Olahannya.

    Liberty. Yogyakarta. Hartadi, H., Reksohadipradjo, S. dan Tillman, A.D. Tabel Komposisi Pakan Untuk

    Indonesia. Gadjah Mada University. Yogyakarta. Holmes, C. W. and G. F. Wilson. 1984. Milk Production From Pasture. Butterworths of

    New Zealand (Ltd). New Zealand. Purnomo, H. dan Adiono. 1987. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.

  • Purnomo, H. 1992. Peranan Sanitasi Pada Penanganan Susu Lepas Sapih. Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

    Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu Dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi

    Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sumatera Sarwiyono, P. Surjowardojo dan T. E. Susilorini. 1990. Manajemen Produksi Ternak

    Perah. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Schmidt, G.H. 1971. Biology of Lactation. W.H. Freeman and Company. San Fransisco. Schmidt, G.H. and Van Vleck, L.D. 1974. Principles of Dairy Science. W.H. Freeman

    and Company. San Fransisco. Siregar, S. 1995. Sapi Perah: Jenis, Teknik Pemeliharaan Dan Analisa Usaha. Penebar

    Swadaya. Jakarta. Subiharta, Ulin, N., Ernawati dan Budi, U. 2000. Teknologi Formulasi Pakan Alternatif

    Untuk Sapi Laktasi. BPTP. Jawa Tengah. http://jateng.litbang.deptan.go.id Diakses tanggal 22 Maret 2007

    Sudjatmogo. 1998. Pengaruh Superovulasi dan Kualitas Pakan terhadap Pertumbuhan

    dalam Upaya Meningkatkan Produksi Susu dan Daya Tahan Hidup Anak Domba sampai Umur Sapih. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. (Disertasi Doktor).

    Sudono, A. 1999. Produksi Sapi Perah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudono, A., Rosdiana, R.F. dan Setiawan, B.S. 2003. Beternak Sapi Perah Secara

    Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sugandi, E. dan Sugiarto. 1994. Rancangan Percobaan. Andi Offset. Yogyakarta. Susanti, S., S. Chuzaemi dan Soebarinoto. 2001. Pengaruh Pemberian Konsentrat Yang

    Mengandung Bungkil Biji Kapuk Terhadap Kecernaan Ransum, Produk Fermentasi dan Jumlah Protozoa Rumen Sapi Peranakan FH Jantan. BIOSAN. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1 No 3 Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang.

    Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makannya. Departemen Ilmu Makanan

    Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tillman. A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.

    Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

  • Lampiran 1. Data konsumsi BK konsentrat selama penelitian (kg/ekor/hari) Perlakuan

    P0 P1 P2

    Hari Engal 240 236 Fitri 241 232 Alena 214 206 1 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 2 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 3 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 4 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 5 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 6 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 7 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 8 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 9 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 10 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 11 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 12 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 13 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 14 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 15 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 16 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 17 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 18 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 19 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324 20 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324

    Total 59,52 59,52 59,52 83,90 83,90 83,90 106,48 106,48 106,48 Rataan 2,976 2,976 2,976 4,195 4,195 4,195 5,324 5,324 5,324

  • Lampiran 2. Data konsumsi BK hijauan selama penelitian (kg/ekor/hari)

    Perlakuan P0 P1 P2

    Hari Engal 240 236 Fitri 241 232 Alena 214 206 1 7,45 5,532 7,738 5,491 5,633 6,653 - 4,382 4,786 2 7,76 7,762 8,687 5,277 5,064 7,981 7,212 4,952 3,125 3 9,402 6,860 8,948 6,985 5,681 8,408 6,802 6,683 - 4 8,331 9,612 8,877 6,890 6,131 7,744 7,347 - - 5 9,541 9,636 9,256 5,349 6,535 8,266 5,141 5,806 4,975 6 8,521 9,825 9,398 4,352 5,965 7,673 4,928 5,639 5,118 7 9,730 9,802 8,971 5,918 6,416 8,313 5,141 6,256 4,524 8 9,161 6,528 9,114 5,681 6,653 7,080 5,379 6,399 5,094 9 10,038 9,730 8,853 4,993 7,056 8,266 5,711 6,256 6,517 10 9,92 8,663 8,829 5,419 7,910 8,622 7,110 6,161 4,643 11 8,402 8,592 9,920 5,989 7,555 7,815 6,541 6,304 5,213 12 9,279 9,564 8,948 6,416 8,148 7,555 6,446 6,304 5,616 13 9,232 9,636 8,900 6,226 7,910 7,721 5,592 6,256 5,284 14 8,568 9,375 9,09 6,582 8,148 7,578 5,236 7,110 6,731 15 9,541 9,636 9,256 6,558 7,721 7,483 5,877 7,110 6,873 16 9,422 6,860 8,948 6,111 7,388 7,626 5,829 6,992 5,616 17 8,331 9,612 9,066 6,748 7,744 7,578 5,616 7,039 6,422 18 9,541 9,636 8,378 6,985 6,392 7,388 6,161 6,114 6,161 19 8,521 9,825 8,805 6,369 7,436 7,199 6,256 5,331 5,995 20 9,636 9,398 9,588 6,249 7,721 7,056 6,399 5,379 5,734

    Total 180,33 176,08 179,57 119,59 139,21 154,01 114,72 116,47 90,516Rataan 9,0165 8,8042 8,9795 5,9795 5,9605 7,7005 5,736 5,8235 4,5258

  • Lampiran 3. Data total konsumsi BK total ransum selama penelitian (kg/ekor/hari)

    Perlakuan P0 P1 P2

    Hari

    Engal 240 236 Fitri 241 232 Alena 214 206 1 10,426 8,508 10,714 9,686 9,828 10,848 5,324 9,706 10,1102 10,736 10,738 11,663 9,472 9,259 12,176 12,536 10,276 8,449 3 12,378 9,836 11,924 11,180 9,876 12,603 12,126 12,007 5,324 4 11,307 12,588 11,853 11,085 10,326 11,939 12,671 5,324 5,324 5 12,517 12,612 12,232 9,544 10,73 12,461 10,465 11,130 10,2996 11,497 12,801 12,374 8,547 10,16 11,868 10,252 10,963 10,4427 12,706 12,778 11,947 10,113 10,611 12,508 10,465 11,580 9,848 8 12,137 9,504 12,090 9,876 10,848 11,275 10,703 11,723 10,4189 13,014 12,706 11,829 9,188 11,251 12,461 11,035 11,580 11,84110 12,986 11,639 11,805 9,614 12,105 12,817 12,434 11,485 9,967 11 11,378 11,568 12,896 10,184 11,75 10,010 11,865 11,628 10,53712 12,255 12,54 11,924 10,611 12,343 11,750 11,770 11,628 10,94013 12,208 12,612 11,876 10,421 12,105 11,916 10,916 11,580 10,60814 11,544 12,351 12,066 10,777 12,343 11,773 10,560 12,434 12,05515 12,517 12,612 12,232 10,753 11,916 11,678 11,201 12,434 12,19716 12,398 9,836 11,924 9,306 11,583 11,821 11,153 12,316 10,94017 11,307 12,588 12,042 10,943 11,939 11,773 10,940 12,363 11,74618 12,517 12,612 11,354 11,180 10,587 11,583 11,485 11,438 11,48519 11,497 12,801 11,781 10,564 11,631 11,394 11,580 10,655 11,31920 12,612 12,374 12,564 10,444 11,916 11,251 11,723 10,703 11,058

    Total 239,84 235,6 239,09 203,48 223,10 237,90 221,20 222,95 204,90Rataan 11,992

    + 0,81 11,780 + 1,34

    11,955 + 0,44

    10,174 + 0,75

    11,155 + 0,94

    11,895 + 0,65

    11,060 + 1,53

    11,148 + 1,55

    10,245 + 1,94

  • Lampiran 4. Kebutuhan BK, NEL, TDN dan PK sapi perah periode laktasi (ekor/hari) berdasarkan kebutuhan NRC (1978) Kebutuhan BK, NEL, TDN dan PK untuk hidup pokok sapi perah periode laktasi

    BB (kg) NEL (Mkal) TDN (kg) PK (kg) 350 400 450 500 550

    6,47 7,16 7,82 8,46 9,09

    2,85 3,15 3,44 3,72 4,00

    341 373 403 432 461

    NRC (1978) Kebutuhan NEL (Mkal) untuk menghasilkan susu dengan kadar lemak tertentu

    Kadar Lemak (%) NEL (Mkal) TDN (kg) PK (kg) 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0

    0,59 0,64 0,69 0,74 0,78 0,83 0,88 0,93

    0,260 0,282 0,304 0,326 0,344 0,365 0,387 0,410

    72 77 82 87 92 98 103 108

    NRC (1978) Kebutuhan kandungan NEL (Mkal)/kg BK pada sapi perah dengan produksi susu yang berbeda

    Produksi susu (liter) Kebutuhan kandungan NEL/kg BK (Mkal/kg) < 8

    8 13 13 18

    > 18

    1,42 1,52 1,62 1,72

  • Lampiran 5. Analisis konsumsi bahan kering (kg/ekor/hari)

    Tingkat Laktasi Perlakuan

    I II III Total

    P0 P1 P2

    11,992 10,174 11,060

    11,780 11,455 11,148

    11,955 11,895 10,245

    35,727 33,224 32,452

    Total 33,226 34,084 34,095 101,405 Rataan 11,075 11,361 11,365

    Perhitungan :

    1. FK = ( Yij)2 k x p

    = (101,405)2 9

    = 1142,5527

    2. JKT = (Yij)2 FK

    = (11,9922 + 10,1742 + ................. + 10,2452) 1142,5527

    = 1146,4953 1142,5527

    = 3,9426

    3. JKP = (Yi)2 - FK p

    = (35,7272 + 33,2242 + 32,4522) 1142,5527 3

    = 34,33,385 1142,5527 3

    = 1,909

    4. JKKel = (Yj)2 - FK k

    = (33,2262 + 34,0842 + 34,0952) 1142,5527 3

    = 3428,1552 1142,5527 3

  • = 0,1657

    5. JKG = JKT JKP JKKel.

    = 3,9426 1,909 0,1675

    = 1,8679

    6. KTP = JK Perlakuan DB Perlakuan = 1,909 2

    = 0,9545

    7. KTKel. = JK Kelompok DB Kelompok = 0,1657 2

    = 0,0809

    7. KTG. = JK Galat DB Galat = 1,8679 4

    = 0,4662

    Tabel Sidik Ragam

    Sumber Keragaman db JK KT Fhit F Tabel 5% F Tabel 1%Kelompok Perlakuan Galat

    2 2 4

    0,1657 1,909 1,8679

    0,0829 0,9545 0,4662

    0,178ns 2,047ns

    -

    6,94 6,94

    -

    18,00 18,00

    - Total 8 84,45

    Keterangan : ns : tidak berbeda nyata

  • Lampiran 6. Data total konsumsi PK pakan selama penelitian (kg)

    Perlakuan P0 P1 P2

    Hari

    Engal 240 236 Fitri 241 232 Alena 214 206 1 1.248 1.083 1.272 1.489 1.223 1.311 2.183 1.236 1.270 2 1.274 1.274 1.354 1.471 1.175 1.425 2.172 1.285 1.128 3 1.417 1.197 1.376 1.617 1.228 1.462 2.136 1.434 1.491 4 1.323 1.434 1.370 1.610 1.266 1.405 2.171 1.491 1.491 5 1.427 1.436 1.403 1.477 1.301 1.450 1.994 1.358 1.287 6 1.340 1.452 1.415 1.391 1.252 1.399 1.975 1.344 1.299 7 1.444 1.450 1.378 1.526 1.291 1.454 1.994 1.397 1.248 8 1.395 1.168 1.391 1.505 1.311 1.348 2.014 1.409 1.297 9 1.470 1.444 1.368 1.446 1.346 1.450 2.043 1.397 1.419 10 1.460 1.352 1.366 1.483 1.419 1.480 2.163 1.389 1.258 11 1.330 1.346 1.460 1.532 1.389 1.411 2.114 1.401 1.307 12 1.405 1.429 1.376 1.568 1.440 1.389 2.106 1.401 1.342 13 1.401 1.436 1.372 1.552 1.419 1.403 2.032 1.397 1.313 14 1.344 1.413 1.389 1.583 1.440 1.391 2.002 1.470 1.438 15 1.427 1.436 1.403 1.581 1.403 1.383 2.057 1.470 1.450 16 1.417 1.197 1.376 1.456 1.374 1.395 2.053 1.460 1.342 17 1.323 1.434 1.387 1.597 1.385 1.391 2.034 1.464 1.411 18 1.427 1.437 1.327 1.617 1.289 1.374 2.081 1.385 1.389 19 1.340 1.452 1.364 1.564 1.378 1.358 2.089 1.317 1.374 20 1.436 1.415 1.432 1.554 1.403 1.346 2.102 1.321 1.352

    Total 27.650 15.223 15.523 30.619 14.672 15.966 41.514 15.766 14.846Rataan 1.382

    + 0.133

    1.364 +

    0.235

    1.379 +

    0.113

    1.531 +

    0.046

    1.337 +

    0.127

    1.401 +

    0.025

    2.076 +

    0.058

    1.391 +

    0.061

    1.345 +

    0.058

  • Lampiran 7. Analisis statistik konsumsi PK (kg)

    Tingkat Laktasi Perlakuan

    I II III Total

    P0 P1 P2

    1,382 1,531 2,076

    1,364 1,337 1,391

    1,376 1,401 1,345

    4,122 4,269 4,812

    Total 4,989 4,092 4,122 13,203 Rataan 1,663 1,364 1,374

    Perhitungan :

    FK = 19,369

    JK Total = 0,443

    JK kelompok = 0,173

    JK Perlakuan = 0,088

    JK Galat = 0,182

    Tabel Sidik Ragam

    Sumber Keragaman db JK KT Fhit F Tabel 5% F Tabel 1%Kelompok Perlakuan Galat

    2 2 4

    0,173 0,088 0,182

    0,087 0,044 0,046

    1,891ns 0,957ns

    -

    6,94 6,94

    -

    18,00 18,00

    - Total 8 0,443

    Keterangan : ns : tidak berbeda nyata

  • Lampiran 8. Data produksi susu selama penelitian (liter/ekor/hari)

    Perlakuan P0 P1 P2

    Hari Angel 240 236 Fitri 241 232 Alena 214 206

    1 4,8 4,4 5,0 3,5 4,7 13,0 3,0 13,5 14,0 2 7,6 5,2 8,0 8,8 9,8 15,8 3,3 17,5 16,5 3 8,3 7,5 8,0 7,4 15,9 16,6 6,0 18,2 19,0 4 9,8 8,9 9,6 12,8 17,2 17,8 9,8 18,4 21,1 5 10,9 9,8 10,8 14,3 18,3 18,1 10,6 18,5 18,5 6 11,2 11,5 11,3 14,7 18,5 17,3 11,0 20,6 20,0 7 11,6 11,9 11,5 15,3 19,8 18,6 11,8 19,9 18,9 8 15,8 15,8 12,8 14,3 20,8 13,0 12,8 18,8 20,2 9 16,2 17,7 13,2 14,6 18,0 15,8 12,9 21,9 21,8 10 15,7 16,0 13,0 17,4 19,9 16,6 13,6 21,6 21,1 11 18,5 19,0 13,7 16,0 19,7 17,8 13,8 22,2 20,7 12 18,1 17,3 13,9 13,2 19,7 18,1 14,0 22,7 21,0 13 16,8 17,8 13,6 17,8 21,1 17,3 17,5 22,6 20,2 14 17,7 17,7 13,8 16,5 21,5 18,6 13,6 23,2 22,0 15 18,0 15,6 13,7 17,5 21,0 18,2 14,4 22,7 21,2 16 17,3 17,0 14,1 16,5 21,0 17,6 13,7 22,3 20,2 17 17,5 17,5 12,9 17,0 20,7 17,9 14,1 22,6 19,8 18 16,4 17,2 13,8 14,8 19,0 17,0 13,8 22,0 20,4 19 18,5 18,5 11,5 17,5 19,3 20,0 14,6 23,0 21,6 20 16,5 16,5 12,5 15,5 19,5 18,5 13,6 22,8 21,8

    Total 287,2 282,8 236,7 285,4 365,4 343,6 237,9 415,0 400,0 Rataan 14,36

    + 4,21

    14,14 +

    4,65

    11,84 +

    2,47

    14,27 +

    3,72

    18,27 +

    4,11

    17,18 +

    1,74

    11,89 +

    4,41

    20,75 +

    2,54

    20,0 +

    1,94

  • Lampiran 9. Analisis statistik produksi susu (liter/ekor/hari)

    Tingkat Laktasi Perlakuan

    I II III Total

    P0 P1 P2

    14,41 14,32 11,95

    12,24 18,37 20,15

    11,98 17,33 20,0

    40,63 50,02 52,10

    Total 40,68 52,76 49,31 142,75 Rataan 13,56 17,59 16,44

    Perhitungan :

    FK = 2261,17

    JK Total = 84,45

    JK kelompok = 28,8154

    JK Perlakuan = 27,8991

    JK Galat = 27,7355

    Tabel Sidik Ragam

    Sumber Keragaman db JK KT Fhit F Tabel 5% F Tabel 1%Kelompok Perlakuan Galat

    2 2 4

    28,8154 27,8991 27,7355

    14,4077 13,9496 6,9339

    2,078ns 2,012ns

    -

    6,94 6,94

    -

    18,00 18,00

    - Total 8 84,45

    Keterangan : ns : tidak berbeda nyata

  • Lampiran 10. Data protein susu selama penelitian (%)

    Perlakuan P0 P1 P2

    Minggu

    Angel 240 236 Fitri 241 232 Alena 214 206 1 3,73 3,62 3,67 3,4 3.41 3,68 3,65 3,57 3,43 2 3,61 3,53 3,48 3,23 3.37 3,71 3,54 3,32 3,44 3 3,61 3,4 3,45 3,8 3.31 3,52 3,44 3,14 3,57

    Total 10,95 10,55 10,6 10,43 10.09 10,91 10,63 10,03 10,44 Rataan 3,65

    + 0,09

    3,51 +

    0,16

    3,54 +

    0,16

    3,47 +

    0,28

    3.36 +

    0.07

    3,63 +

    0,11

    3,54 +

    0,15

    3,34 +

    0,30

    3,48 +

    0,10

  • Lampiran 11. Analisis statistik protein susu

    Tingkat Laktasi Perlakuan

    I II III Total

    P0 P1 P2

    3,65 3,47 3,54

    3,51 3,36 3,34

    3,54 3,63 3,48

    10,70 10,46 10,36

    Total 10.66 10,21 10,65 31,52 Rataan 3.553 3,403 3,55

    Perhitungan :

    FK = 110.39004

    JK Total = 0.0892

    JK kelompok = 0.044

    JK Perlakuan = 0.0204

    JK Galat = 0.0248

    Tabel Sidik Ragam

    Sumber Keragaman db JK KT Fhit F Tabel 5% F Tabel 1%Kelompok Perlakuan Galat

    2 2 4

    0,044 0.0204 0.0248

    0,022 0,0102 0,0062

    3,55ns 1,64ns

    -

    6,94 6,94

    -

    18,00 18,00

    - Total 8 0,0892

    Keterangan : ns : tidak berbeda nyata

  • Lampiran 12. Data total solid non fat (SNF) (%/ekor)

    Perlakuan P0 P1 P2

    Minggu Angel 240 236 Fitri 241 232 Alena 214 206

    1 9,70 9,36 9,52 8,68 8,81 9,47 9,50 9,28 8,95 2 9,29 8,76 9,03 8,34 8,77 9,59 9,21 8,49 8,96 3 8,58 9,21 8,96 7,94 8,62 9,07 8,99 8,18 8,74

    Total 27,57 27,33 27,51 24,96 26,2 28,13 27,7 25,95 26,65 Rataan 9,19

    + 0,57

    9,11 +

    0,31

    9,17 +

    0,31

    8,32 +

    0,37

    8,73 +

    0,10

    9,37 +

    0,27

    9,23 +

    0,73

    8,65 +

    0,57

    8,90 +

    0,12

  • Lampiran 13. Analisis statistik solid non fat (SNF) (%/ekor)

    Tingkat Laktasi Perlakuan

    I II III Total

    P0 P1 P2

    9,19 8,32 9,23

    9,11 8,73 8,65

    9,17 9,37 8,90

    27,47 26,42 26,78

    Total 26,74 26,49 27,44 80,67 Rataan 8,913 8,83 9,147

    Perhitungan :

    FK = 723,0721

    JK Total = 0,9226

    JK kelompok = 0,1617

    JK Perlakuan = 0,5562

    JK Galat = 0,2047

    Tabel Sidik Ragam

    Sumber Keragaman db JK KT Fhit F Tabel 5% F Tabel 1%Kelompok Perlakuan Galat

    2 2 4

    0,1617 0,5562 0,2047

    0,0809 0,2781

    0,05118

    1,581ns 5,434ns

    -

    6,94 6,94

    -

    18,00 18,00

    - Total 8 0,9226

    Keterangan : ns : tidak berbeda nyata

  • Lampiran 14. Data berat jenis susu

    Perlakuan P0 P1 P2

    Minggu Angel 240 236 Fitri 241 232 Alena 214 206

    1 1,029 1,029 1,030 1,026 1,027 1,029 1,036 1,029 1,0282 1,030 1,028 1,028 1,027 1,028 1,030 1,029 1,027 1,0273 1,026 1,027 1,028 1,026 1,027 1,028 1,029 1,026 1,026

    Total 3,085 3,084 3,086 3,079 3,082 3,087 3,094 3,082 3,081Rataan 1,028

    + 0,002

    1,028 +

    0,001

    1,029 +

    0,001

    1,026 +

    0,0007

    1,027 +

    0,0007

    1,029 +

    0,001

    1,031 +

    0,004

    1,027 +

    0,002

    1,027 +

    0,001

  • Lampiran 15. Analisis statistik berat jenis susu

    Tingkat Laktasi Perlakuan

    I II III Total

    P0 P1 P2

    1,028 1,026 1,031

    1,028 1,027 1,027

    1,029 1,029 1,027

    3,085 3,082 3,085

    Total 3,085 3,082 3,085 9,252 Rataan 1,0283 1,0273 1,0283

    Perhitungan :

    FK = 9,511056

    JK Total = 0,000014

    JK kelompok = 0,000004

    JK Perlakuan = 0,000004

    JK Galat = 0,000006

    Tabel Sidik Ragam

    S. Keragaman db JK KT Fhit F Tabel 5% F Tabel 1%Kelompok Perlakuan Galat

    2 2 4

    0,000004 0,000004 0,000006

    0,000002 0,000002 0,0000015

    1,33ns 1,33ns

    -

    6,94 6,94

    -

    18,00 18,00

    - Total 8 0,000014

    Keterangan : ns : tidak berbeda nyata

  • Lampiran 16. Analisis regresi dan korelasi antara SNF terhadap berat jenis susu

    No Sapi X Y XY X2 Y2 Angel 240 236 Fitri 241 232 Alena 214 206

    9,19 9,11 9,17 8,32 8,73 9,37 9,23 8,65 8,90

    1,028 1,028 1,029 1,026 1,027 1,029 1,031 1,027 1,027

    9,447 9,365 9,436 8,536 8,966 9,642 9,516 8,884 9,140

    84,4561 82,9921 84,0889 69,2229 76,2129 87,7969 85,1929 74,8225 79,210

    1,05678 1,05678 1,05884 1,05268 1,05473 1,05884 1,06296 1,05473

    1,05473 Total 80,67 9,252 82,932 723,9947 9,51107 Keterangan : X : Kandungan SNF (%) Y : Berat jenis Persamaan regresi antara SNF dengan berat jenis susu

    = a + bX

    a = ( )( ) ( )( )

    ( ) ( )222

    XXn

    XYXXY

    = ( )( ) ( )( )( ) ( )267,809947,723.9932,8267,809947,723252,9

    = 0,997

    b = ( ) ( )( )

    ( ) ( )22

    XXn

    YXXYn

    = ( ) ( )( )( ) ( )267,809947,7239252,967,80932,829

    = 0,0035

    = 0,997 + 0,0035X

    Koefisien korelasi antara konsumsi BK dan kadar protein susu

  • r = ( ) ( )

    nY

    YnX

    X

    nYX

    XY

    22

    22

    r =

    ( )( )( ) ( )

    9252,951107,9

    967,809947,723

    9252,967,80932,82

    22

    r = 0,89

    JK regresi =

    ( )( )( )

    nX

    X

    nYX

    XY

    22

    2

    =

    ( )( )

    ( )

    967,809947,723

    9252,967,80932,82

    2

    2

    = 0,00001

    JK total = ( ) nYY

    22

    = 9,51107 - ( )9

    252,9 2

    = 0,000014

    JK sisa = JK total JK regresi

    = 0,000014 0,00001

  • = 0,000004

    Koefisien Determinasi, R 2 = JKTotal

    gresiJK Re 100 %

    R 2 = 0891556.0023125.0 100 %

    R = 25.9378 %

    Analisis sidik ragam

    S. Keragaman db JK KT Fhit F Tabel 1% F Tabel 5%Regresi Sisa

    1 7

    0,00001 0,000004

    0,00001 0,0000006

    16,67*

    12,25

    5,59

    Total 8 0,000014 Keterangan : * : Berbeda sangat nyata

  • LAPORAN SKRIPSI.docDAFTAR GAMBAR Perhitungan : Total Perhitungan : Total

    Perhitungan : TotalTotal

    Perhitungan : Total

    Perhitungan : TotalTotalTotal