TALAK DAN GUGAT CERAI DALAM ISLAM
Perceraian atau talak yang dikenal juga dengan istilah gugat
cerai adalah pemutusan hubungan suami-istri dari hubungan
pernikahan atau perkawinan yang sah menurut syariah Islam dan/atau
sah menurut syariah dan negara. Perceraian adalah hal yang
menyedihkan dan memiliki implikasi sosial yang tidak kecil terutama
bagi pasangan yang sudah memiliki keturunan. Oleh karena itu,
sebisa mungkin ia dihindari. Namun Islam memberi jalan keluar
apabila ia dapat menjadi jalan atau solusi terbaik bagi
keduanya.DAFTAR ISI
1. Definisi Cerai Talak
2. Dalil Dasar Hukum Perceraian Talak
3. Kategori Hukum Perceraian Talak
1. Talak Wajib
2. Talak Haram
3. Talak Sunnah
4. Cerai Makruh
5. Cerai Mubah
4. Shighat (Ucapan) Talak
1. Talak Sharih (Eksplisit)
2. Talak Kinayah (Tidak Langsung)
5. Rukun Perceraian Talak
1. Rukun Talak Bagi Suami
2. Rukun Cerai Bagi Istri
3. Rukun Ucapan Teks Talak
6. Jenis Cerai Talak
1. Cerai Talak oleh Suami
1. Talak Raj'i
2. Talak Ba'in
3. Talak Sunni
4. Talak Bid'i
5. Talak Taklik
2. Gugat Cerai oleh Istri
1. Fasakh
2. Khuluk
3. Apa itu Talak Ba'in Sughra (Kecil)
7. Taklik Talak
1. Taklik Talak Ada 2 Macam
2. Sighat Taklik Talak KUA
3. Hukum Mengucapkan Taklik Talak
8. Iddah Masa Tunggu
9. Beda Talak Raj'i, Bain Sughra, Talak 3 (Tiga) atau Talak
Ba'in
10. Prosedur Perceraian di Pengadilan Agama
1. Proses Cerai Talak oleh Suami di Pengadilan Agama
2. Proses Cerai Gugat oleh Istri di Pengadilan Agama
11. Cara Suami Rujuk
12. Rujuk< Talak dengan Dua Saksi
13. Talak Tidak Sah atau Tidak Terjadi
1. Diucapkan dalam kalimat yang bermakna masa yang akan
datang
2. Talak yang diucapkan dalam kalimat tanya
3. Bercerita tentang talak
4. Talak Orang Marah Tingkat Kemarahan Tertinggi dan
Menengah
14. CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM
DEFINISI CERAI TALAKDalam syariah cerai atau talak adalah
melepaskan ikatan perkawinan (Arab, ) atau putusnya hubungan
perkawinan antara suami dan istri dalam waktu tertentu atau
selamanya.DALIL DASAR HUKUM PERCERAIAN TALAK- QS Al-Baqarah
2:229
Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh
rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara
yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari
yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya
khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu
khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah
hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa
yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang
zalim.- QS At-Talaq 65:1-7
* * * * * *
Artinya: Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi)
iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta
bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka
dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali
mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum
Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka
sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu
tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu
hal yang baru.(ayat 1)Apabila mereka telah mendekati akhir
iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka
dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di
antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.
Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya
Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.(ayat 2)Dan memberinya
rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.(ayat 3)Dan perempuan-perempuan yang tidak
haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu
ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah
tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid.
Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan
dalam urusannya. (ayat 4)Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya
kepada kamu, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya
Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan
pahala baginya. (ayat 5)Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana
kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika
mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian
jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada
mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala
sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.(ayat
6)Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.
Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari
harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan.(ayat 7)SHIGHAT (UCAPAN) CERAI TALAK ADA DUADitinjau
dari segi shighat, lafadz, ucapan cerai talak dari seorang suami
pada istri, talak ada dua macam yaitu talak sharih (langsung,
jelas, eksplisit) dan talak kinayah (tidak langsung, sindiran,
implisit). Kedua shighat talak ini memiliki hukum tersendiri dalam
soal terjadinya talak atau tidak.TALAK SHARIH (LANGSUNG)Talak
sharih adalah ucapan talak secara jelas dan eksplist yang apabila
diucapan pada istri maka jatuhlah talak/perceraian walaupun suami
tidak berniat untuk cerai. Lafadz talak sharih ada 3 (tiga)
yaitu:(a) Talak atau cerai. Seperti kata suami pada istri: "Aku
menceraikanmu." atau "Kamu dicerai", dsb.(b) Pisah (mufaraqah)(c)
Sarah (pisah)TALAK KINAYAH(TIDAK LANGSUNG, IMPLISIT)Yaitu kata yang
mengandung nuansa atau makna percraian tapi tidak secara langsung.
Seperti kata suami pada istri "Pulanglah pada orang tuamu!"Termasuk
talak kinayah adalah talak sharih tapi dibuat secara tertulis atau
melalui SMS (short text message).HUKUM CERAI/TALAKHukum
talak/perceraian itu beragam: bisa wajib, sunnah, makruh, haram,
mubah. Rinciannya sbb:TALAK ITU WAJIB APABILA:a) Jika suami isteri
tidak dapat didamaikan lagib) Dua orang wakil daripada pihak suami
dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian rumahtangga
merekac) Apabila pihak pengadilan berpendapat bahawa talak adalah
lebih baikJika tidak diceraikan dalam keadaan demikian, maka
berdosalah suamiPERCERAIAN ITU HARAM APABILA:a) Menceraikan isteri
ketika sedang haid atau nifasb) Ketika keadaan suci yang telah
disetubuhic) Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang
isterinya daripada menuntut harta pusakanyad) Menceraikan isterinya
dengan talak tiga sekaligus atau talak satu tetapi disebut berulang
kali sehingga cukup tiga kali atau lebihPERCERAIAN ITU HUKUMNYA
SUNNAH APABILA:a) Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinyab)
Isterinya tidak menjaga martabat dirinyaCERAI HUKUMNYA MAKRUH
APABILA:Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik,
berakhlak mulia dan mempunyai pengetahuan agamaCERAI HUKUMNYA MUBAH
APABILASuami lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum datang
haid atau telah putus haidnyaRUKUN PERCERAIAN/ TALAKAda 2 faktor
dalam perceraian yaitu suami dan istri. Masing-masing ada syarat
sahnya perceraian.Rukun Talak bagi Suami- Berakal sehat- Baligh-
Dengan kemauan sendiriRukun Talak bagi Isteri- Akad nikah sah-
Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminyaLafadz/teks talak:-
Ucapan yang jelas menyatakan penceraiannya- Dengan sengaja dan
bukan paksaaanJENIS PERCERAIAN ADA 2 (DUA)Ditinjau dari pelaku
perceraian, maka perceraian itu ada dua macam yaitu (a) cerai talak
oleh suami kepada istri dan (b) gugat cerai oleh istri kepada
suami.A. CERAI TALAK OLEH SUAMIYaitu perceraian yang dilakukan oleh
suami kepada istri. Ini adalah perceraian/talak yang paling umum.
Status perceraian tipe ini terjadi tanpa harus menunggu keputusan
pengadilan. Begitu suami mengatakan kata-kata talak pada istrinya,
maka talak itu sudah jatuh dan terjadi. Keputusan Pengadilan Agama
hanyalah formalitas.Talak atau gugat cerai yang dilakukan oleh
suami terdiri dari 4 (empat) macam sbb:Talak rajiYaitu perceraian
di mana suami mengucapkan (melafazkan) talak satu atau talak dua
kepada isterinya. Suami boleh rujuk kembali ke isterinya ketika
masih dalam iddah. Jika waktu iddah telah habis, maka suami tidak
dibenarkan merujuk melainkan dengan akad nikah baru.Talak bainYaitu
perceraian di mana suami mengucapkan talak tiga atau melafazkan
talak yang ketiga kepada isterinya. Isterinya tidak boleh dirujuk
kembali. Si suami hanya boleh merujuk setelah isterinya menikah
dengan lelaki lain, suami barunya menyetubuhinya, setelah
diceraikan suami barunya dan telah habis iddah dengan suami
barunya.Talak sunniYaitu perceraian di mana suami mengucapkan cerai
talak kepada isterinya yang masih suci dan belum disetubuhinya
ketika dalam keadaan suciTalak bidiSuami mengucapkan talak kepada
isterinya ketika dalam keadaan haid atau ketikasuci tapi sudah
disetubuhi (berhubungan intim).Talak taklikTalak taklik ialah suami
menceraikan isterinya secara bersyarat dengan sesuatu sebab atau
syarat. Apabila syarat atau sebab itu dilakukan atau berlaku, maka
terjadilah penceraian atau talak.TAKLIK TALAKTaklik talak atau
talak taklik dibagi ke dalam dua macam, yaitu taklik qasami dan
taklik syarthi.TAKLIK TALAK ADA 2 MACAMTaklik qasamiTaklik qasami
adalah taklik yang dimaksudkan seperti janji karena mengandung
pengertian melakukan pekerjaan atau meninggalkan suatu perbuatan
atau menguatkan suatu kabar.Taklik SyarthiTaklik Syarthi yaitu
taklik yang dimaksudkan untuk menjatuhkan talak jika telah
terpenuhi syaratnya. Syarat sah taklik yang dimaksud tersebut ialah
perkaranya belum ada, tetapi mungkin terjadi di kemudian hari,
hendaknya istri ketika lahirnya akad talak dapat dijatuhi talak dan
ketika terjadinya perkara yang ditaklikkan istri berada dalam
pemeliharaan suami.ISI SIGHAT TAKLIK TALAKBunyi redaksi atau sighat
taklik taklak yang diucapkan pengantin pria setelah ijab kabul di
KUA dan termuat dalam buku Akta Nikah adalah sbb:SIGHAT TAKLIK
TALAK
Sesudah akad nikah saya (nama_mempelai_pria) bin
(nama_ayah_mempelai_pria) berjanji dengan sepenuh hati, bahwa saya
akan menepati kewajiban saya sebagai seorang suami, dan akan saya
pergauli istri saya bernama (nama_mempelai_wanita) binti
(nama_ayah_mempelai wanita) dengan baik (mu'asyarah bilma'ruf)
manurut ajaran syari'at islam.Selanjutnya saya membaca sighat
taklik atas istri saya sebagai berikut :Sewaktu-waktu saya :1.
Meninggalkan istri saya dua tahun berturut-turut,2. Atau saya tidak
memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya,3. Atau saya
menyakiti badan/jasmani istri saya,4. Atau saya membiarkan (tidak
memperdulikan) istri saya enam bulan lamanya,Kemudian istri saya
tidak ridha dan mengadukan halnya kepada pengadilan agama dan
pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh pengadilan tersebut,
sebagai iwadh (pengganti) kepada saya, maka jatuhlah talak saya
satu kepadanya.Kepada Pengadilan tersebut saya kuasakan untuk
menerima uang iwadh itu dan kemudian menyerahkan kepada Direktorat
Jendral Bimas Islam dan Penyelengara Haji Cq. Direktorat Urusan
Agama Islam untuk keperluan ibadah sosial.Suami
HUKUM UCAPAN TAKLIK TALAKMengucapkan talklik talak oleh
pengantin pria sesaat setelah ijab kabul hukumnya tidak wajib.
Boleh dilakukan dan boleh ditinggalkan. Berdasarkan pada(a) Fatwa
MUI pada 23 Rabi'ul Akhir 1417 H/ 7 September 1996 yang menyatakan
bahwa:
Pengucapan sighat ta'liq talaq, yang menurut sejarahnya untuk
melindungi hak-hak wanita ( isteri ) yang ketika itu belum ada
peraturan perundang-undangan tentang hal tersebut, sekarang ini
pengucapan sighat ta'liq talaq tidak diperlukan lagi. Untuk
pembinaan ke arah pembentukan keluarga bahagia sudah di bentuk BP4
daritingkat pusat sampai dengan tingkat kecamatan.
(b)KHI Kompilasi Hukum Islampasal 46 ayat (3)
Perjanjian taklik talak bukan suatu perjanjian yang wajib
diadakan padasetiap perkawinan, akan tetapi sekali taklik talak
sudah diperjanjikan tidakdapat dicabut kembali.
B. GUGAT CERAI OLEH ISTRIYaitu perceraian yang dilakukan oleh
istri kepada suami. Cerai model ini dilakukan dengan cara
mengajukan permintaan perceraian kepada Pengadilan Agama. Dan
perceraian tidak dapat terjadi sebelum Pengadilan Agama memutuskan
secara resmi.Ada dua istilah yang dipergunakan pada kasus gugat
cerai oleh istri, yaitu fasakh dan khulu:1. FasakhFasakh adalah
pengajuan cerai oleh istri tanpa adanya kompensasi yang diberikan
istri kepada suami, dalam kondisi di mana:- Suami tidak memberikan
nafkah lahir dan batin selama enam bulan berturut-turut;- Suami
meninggalkan istrinya selama empat tahun berturut-turut tanpa ada
kabar berita (meskipun terdapat kontroversi tentang batas
waktunya);- uami tidak melunasi mahar (mas kawin) yang telah
disebutkan dalam akad nikah, baik sebagian ataupun seluruhnya
(sebelum terjadinya hubungan suamii istri); atau- adanya perlakuan
buruk oleh suami seperti penganiayaan, penghinaan, dan
tindakan-tindakan lain yang membahayakan keselamatan dan keamanan
istri.Jika gugatan tersebut dikabulkan oleh Hakim berdasarkan
bukti-bukti dari pihak istri, maka Hakim berhak memutuskan (tafriq)
hubungan perkawinan antara keduanya.2. KhuluKhulu adalah
kesepakatan penceraian antara suami istri atas permintaan istri
dengan imbalan sejumlah uang (harta) yang diserahkan kepada suami.
Khulu' disebut dalam QS Al-Baqarah 2:229APA ITU TALAK BA'IN
SHUGHRAEfek Hukum dari gugat cerai oleh istri baik Fasakh maupun
Khulu adalah talak ba'in shughra (talak ba'in kecil).Efek hukum
yang ditimbulkan oleh fasakh dan khulu adalah talak ba'in sughra,
yaitu hilangnya hak rujuk pada suami selama masa iddah. Artinya,
apabila lelaki tersebut ingin kembali kepada mantan istrinya maka
ia diharuskan melamar dan menikah kembali dengan perempuan
tersebut. Sementara itu, istri wajib menunggu sampai masa iddahnya
berakhir apabila ingin menikah dengan laki-laki yang lain.IDDAH
MASA TUNGGUIddah adalah masa tunggu bagi istri yang dicerai talak
oleh suami atau karena gugat cerai oleh istri. Dalam masa iddah,
seorang perempuan yang dicerai tidak boleh menikah dengan dengan
siapapun sampai masa iddahnya habis atau selesai. Bagi istri
yangditalak raj'i(talak satu atau talak dua) maka suami boleh
kembali ke istri (rujuk) selama masa iddah tanpa harus ada akad
nikah baru. Sedangkan apabila suami ingin rujuk setelah masa iddah
habis, maka harus ada akad nikah yang baru.Rincian masa iddah
sbb:1. Perempuan yang ditinggal mati suaminya, maka iddahnya adalah
empat bulan sepuluh hari, baik sang isteri sudah dicampuri
(hubungan intim) atau belum (QS Al-Baqarah 2:234).2. Istri yang
dicerai saat sedang hamil, maka masa iddahnya sampai melahirkan (QS
At-Talaq 65:4).3. Istri yang ditalak tidak dalam keadaan hamil dan
masih haid secara normal, maka masa iddahnya tiga kali haid yang
sempurna(QS Al-Baqarah 2:228).4. Jika wanita yang dijatuhi talak
itu masih kecil, belum mengeluarkan darah haid atau sudah lanjut
usia yang sudah manopause (berhenti masa haid), maka iddahnya
adalah tiga bulan (At-Thalaq 65:4).5. Wanita yang
pernikahannyafasakh/dibatalkan dengan cara khuluatau selainnya,
maka cukup baginya menahan diri selama satu kali haid.6. Wanita
yang dicerai-talak sebelum ada hubungan intim, maka tidak ada masa
iddah.BEDA TALAK RAJ'I, TALAK BA'IN SUGHRA, TALAK 3 (TIGA) BA'IN
KUBRODari seluruh uraian seputar talak/perceraian di atas dapat
disimpulkan bahwa talak ada 3 macam yaitu talak raj'i, talak ba'in
sughra (kecil) dan talak ba'in kubra atau talak 3 (tiga). Perbedaan
ketiganya adalah sbb:Talak Raj'i (Rujuk)Adalah cerai talak oleh
suami dengan level talak 1 (satu) dan talak 2 (dua). Dengan status
talak raj'i, maka suami boleh rujuk atau kembali pada istri yang
dicerainya selamamasa iddahtanpa harusakad nikahbaru. Namun apabila
keinginan rujuk tersebut setelah masa iddah habis, maka harus
diadakan akad nikah baru.Talak Ba'in Sughra (Kecil)Talak Ba'in
Sughra adalah perceraian yang disebabkan olehgugat cerai oleh
istribaik dengan cara fasakh atau khuluk. Dalam kondisi ini, maka
(a) suami tidak boleh rujuk pada istri selama masa iddah; dan (b)
suami boleh kembali ke istri setelah masa iddah habis dengan akad
nikah yang baru.Talak 3 (Tiga) atau Talak Ba'in KubroTalak 3 (Tiga)
atau Talak Ba'in saja adalah perceraian di mana suami sama sekali
tidak boleh rujuk atau kembali pada istrinya walaupunmasa
iddahsudah habis kecuali setelah istri menikah dengan laki-laki
lain dan beberapa saat (bulan/tahun) kemudian pria kedua tersebut
menceraikannya.PROSEDUR PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMAAda beberapa
tahapan dalam melakukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama baik
menyangkut cerai talak oleh suami atau cerai gugat oleh istri
sbb:PROSES CERAI TALAK OLEH SUAMI DI PENGADILAN
AGAMALangkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau
Kuasanya:1. a. Mengajukan permohonan secara tertulis atau lisan
kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah (Pasal 118 HIR, 142 R.Bg
jo Pasal 66 UU No. 7 Tahun 1989);b. Pemohon dianjurkan untuk
meminta petunjuk kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah tentang
tata cara membuat surat permohonan (Pasal 119 HIR, 143 R.Bg jo.
Pasal 58 UU No. 7 Tahun 1989);c. Surat permohonan dapat dirub`h
sepanjang tidak merubah posita dan petitum. Jika Termohon telah
menjawab surat permohonan ternyata ada perubahan, maka perubahan
tersebut harus atas persetujuan Termohon.2. Permohonan tersebut
diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah :a. Yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman Termohon (Pasal 66 ayat (2) UU
No. 7 Tahun 1989);b. Bila Termohon meninggalkan tempat kediaman
yang telah disepakati bersama tanpa izin Pemohon, maka permohonan
harus diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman Pemohon (Pasal 66 ayat (2) UU No.
7 Tahun 1989);c. Bila Termohon berkediaman di luar negeri, maka
permohonan diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah yang
daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Pemohon (Pasal 66 ayat (3)
UU No. 7 Tahun 1989);d. Bila Pemohon dan Termohon bertempat
kediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan kepada Pengadilan
Agama/Mahkamah Syariah yang daerah hukumnya meliputi tempat
dilangsungkannya perkawinan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta
Pusat (Pasal 66 ayat (4) UU No. 7 Tahun 1989).3. Permohonan
tersebut memuat :a. Nama, umur, pekerjaan, agama dan tempat
kediaman Pemohon dan Termohon;b. Posita (fakta kejadian dan fakta
hukum);c. Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita).4.
Permohonan soal penguasan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta
bersama dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak
atau sesudah ikrar talak diucapkan (Pasal 66 ayat (5) UU No. 7
Tahun 1989).5. Membayar biaya perkara (Pasal 121 ayat (4) HIR, 145
ayat (4) R.Bg. Jo Pasal 89 UU No. 7 Tahun 1989), bagi yang tidak
mampu dapat berperkara secara cuma-cuma (prodeo) (Pasal 237 HIR,
273 R.Bg).6. Penggugat dan Tergugat atau kuasanya menghadiri
persidangan berdasarkan panggilan Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah
(Pasal 121, 124, dan 125 HIR, 145 R.Bg).Proses Penyelesaian
Perkara1. Pemohon mendaftarkan permohonan cerai talak ke Pengadilan
Agama/Mahkamah Syariah.2. Pemohon dan Termohon dipanggil oleh
Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah untuk menghadiri persidangan.3.
Tahapan persidangan :a. Pada pemeriksaan sidang pertama, hakim
berusaha mendamaikan kedua belah pihak, dan suami istri harus
datang secara pribadi (Pasal 82 UU No. 7 Tahun 1989);b. Apabila
tidak berhasil, maka hakim mewajibkan kepada kedua belah pihak agar
lebih dahulu menempuh mediasi (Pasal 3 ayat (1) PERMA No. 2 Tahun
2003);c. Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara
dilanjutkan dengan membacakan surat permohonan, jawaban, jawab
menjawab, pembuktian dan kesimpulan. Dalam tahap jawab menjawab
(sebelum pembuktian) Termohon dapat mengajukan gugatan rekonvensi
(gugat balik) (Pasal 132 a HIR, 158 R.Bg);Putusan Pengadilan
Agama/Mahkamah Syariah atas permohonan cerai talak sebagai berikut
:a. Permohonan dikabulkan. Apabila Termohon tidak puas dapat
mengajukan banding melalui Pengadilan Agama/Mahkamah Syarhah
tersebut;b. Permohonan ditolak. Pemohon dapat mengajukan banding
melalui Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah tersebut;c. Permohonan
tidak diterima. Pemohon dapat mengajukan permohonan baru.4. Apabila
permohonan dikabulkan dan putusan telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, maka :a. Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah menentukan hari
sidang penyaksian ikrar talak;b. Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah
memanggil Pemohon dan Termohon untuk melaksanakan ikrar talak;c.
Jika dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan sidang
penyaksian ikrar talak, suami atau kuasanya tidak melaksanakan
ikrar talak didepan sidang, maka gugurlah kekuatan hukum penetapan
tersebut dan perceraian tidak dapat diajukan lagi berdasarkan
alasan hukum yang sama (Pasal 70 ayat (6) UU No. 7 Tahun 1989).5.
Setelah ikrar talak diucapkan panitera berkewajiban memberikan Akta
Cerai sebagai surat bukti kepada kedua belah pihak
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah penetapan ikrar talak
(Pasal 84 ayat (4) UU No. 7 Tahun 1989);PROSES GUGAT CERAI OLEH
ISTRI DI PENGADILAN AGAMALangkah-langkah yang harus dilakukan
Penggugat (Istri) atau kuasanya :1. a. Mengajukan gugatan secara
tertulis atau lisan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah (Pasal
118 HIR, 142 R.Bg jo Pasal 73 UU No. 7 Tahun 1989);b. Penggugat
dianjurkan untuk meminta petunjuk kepada Pengadilan Agama/Mahkamah
Syariah tentang tata cara membuat surat gugatan (Pasal 118 HIR, 142
R.Bg jo. Pasal 58 UU No. 7 Tahun 1989);c. Surat gugatan dapat
dirubah sepanjang tidak merubah posita dan petitum. Jika Tergugat
telah menjawab surat gugatan ternyata ada perubahan, maka perubahan
tersebut harus atas persetujuan Tergugat.2. a. Gugatan tersebut
diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah;b. Bila Penggugat
meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati bersama tanpa
izin Tergugat, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan
Agama/Mahkamah Syariah yang daerah hukumnya meliputi tempat
kediaman Tergugat (Pasal 73 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 jo Pasal
32 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974);c. Bila Penggugat bertempat
kediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada pengadilan
agama/mahkamah syariyah yang daerah hukumnya meliputi tempat
kediaman Tergugat (Pasal 73 ayat (2) UU No.7 Tahun 1989);d. Bila
Penggugat dan Tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka
gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariaah yang
daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan dilangsungkan atau
kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat (Pasal 73 ayat (3) UU No.7
Tahun 1989).3. Permohonan tersebut memuat :a. Nama, umur,
pekerjaan, agama dan tempat kediaman Pemohon dan Termohon;b. Posita
(fakta kejadian dan fakta hukum);c. Petitum (hal-hal yang dituntut
berdasarkan posita).4. Gugatan soal penguasan anak, nafkah anak,
nafkah istri dan harta bersama dapat diajukan bersama-sama dengan
gugatan perceraian atau sesudah putusan perceraian memperoleh
kekuatan hukum tetap (Pasal 86 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989).5.
Membayar biaya perkara (Pasal 121 ayat (4) HIR, 145 ayat (4) R.Bg.
Jo Pasal 89 UU No. 7 Tahun 1989), bagi yang tidak mampu dapat
berperkara secara cuma-cuma (prodeo) (Pasal 237 HIR, 273 R.Bg).6.
Penggugat dan Tergugat atau kuasanya menghadiri persidangan
berdasarkan panggilan Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah (Pasal 121,
124, dan 125 HIR, 145 R.Bg).Proses Penyelesaian Perkara1. Penggugat
mendaftarkan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama/Mahkamah
Syariah2. Penggugat dan Tergugat dipanggil oleh pengadilan
agama/mahkamah syariah untuk menghadiri persidangan3. Tahapan
persidangan :a. Pada pemeriksaan sidang pertama, hakim berusaha
mendamaikan kedua belah pihak, dan suami istri harus datang secara
pribadi (Pasal 82 UU No. 7 Tahun 1989);b. Apabila tidak berhasil,
maka hakim mewajibkan kepada kedua belah pihak agar lebih dahulu
menempuh mediasi (Pasal 3 ayat (1) PERMA No. 2 Tahun 2003);c.
Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara
dilanjutkan dengan membacakan surat permohonan, jawaban, jawab
menjawab, pembuktian dan kesimpulan. Dalam tahap jawab menjawab
(sebelum pembuktian) Termohon dapat mengajukan gugatan rekonvensi
(gugat balik) (Pasal 132 a HIR, 158 R.Bg);Putusan Pengadilan
Agama/Mahkamah Syariyah atas permohonan cerai gugat sebagai berikut
:a. Gugatan dikabulkan. Apabila Tergugat tidak puas dapat
mengajukan banding melalui Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah
tersebut;b. Gugatan ditolak. Penggugat dapat mengajukan banding
melalui Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah tersebut;c. Gugatan tidak
diterima. Penggugat dapat mengajukan gugatan baru.4. Setelah
putusan memperoleh kekuatan hukum tetap maka panitera Pengadilan
agama/mahkamah syariah memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti
cerai kepada kedua belah pihak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
setelah putusan tersebut diberitahukan kepada para pihak.CARA SUAMI
RUJUKSelama masa iddah belum habis, suami boleh rujuk pada istri
yang ditalak raj'i (selain talak 3) kapan saja. Cara rujuk sbb:a.
Rujuk dapat dilakukan dengan mengatakan pada istri "Aku rujuk".
Atau berkata pada orang lain "Aku rujuk pada istriku" atau "Aku
kembali ke istriku.b. Rujuknya juga dianggap sah dengan perbuatan.
Seperti melakukan hubungan intim dengan diniati rujuk.RUJUK DAN
TALAK DENGAN DUA SAKSIa. Sunnah hukumnya menghadirkan dua saksi
saat melakukan talak atau rujuk.b. Tapi sah hukum talak dan rujuk
tanpa ada saksic. Rujuknya suami tidak memerlukan adanya wali, atau
mahar, atau kerelaan istri atau atas sepengetahuan istri. Rujuk
tetap sah walaupun istri tidak tahu atas hal itu.TALAK YANG TIDAK
TERJADI ATAU TIDAK SAHPerkataan 'talak', 'pisah', atau 'cerai'
tidak terjadi atau tidak sah apabla diucapkan dalam kondisi dan
situasi berikut:1. Diucapkan dalam kalimat yang bermakna masa yang
akan datagn (future tense, zaman mustaqbal)Talak dalam Future Tense
(Masa akan datang) Tidak TerjadiKalimat talak atau cerai yang
menunjukkan waktu masa depan (Inggris: future tense; Arab:
mustaqbal) itu tidak dianggap talak sharih (eksplisit) tapi
dianggap talak kinayah (implisit) karena dalam konteks ini ia
seperti janji talak. Karena itu ia membutuhkan niat agar talak
terjadi dan sah. Syarwani dalam Hasyiyah Syarwani atas kitab
Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj menyatakan:
Artinya: Apabila suami berkata pada istrinya "Kamu akan menjadi
istri yang tertalak" apakah jatuh talak atau tidak? Karena kata ini
mengandung kemungkinan zaman hal (masa sekarang) atau istiqbal
(masa akan datang). Secara zahir, ini talak kinayah. Apabila suami
ingin menjatuhkan talak saat ini juga dengan kalimat itu maka
terjadi talak; apabila bermaksud taklik (talak kondisional), maka
suami harus menyebut muallaq alaih (yang dijadikan kondisi /
syarat). Apabila tidak, maka kalimat ini adalah janji yang tidak
terjadi apa-apa.2. Talak yang diucapkan dalam kalimat tanya
hukumnya tidak sah alias tidak terjadiAl-Khatib As-Syarbini dalam
Mughnil Muhtaj ila Makrifati Alfadz al-Minhaj 3/302 menyatakan
Artinya: Apabila suami berkata pada istrinya: "Kamu tertalak
atau tidak?" atau "Kamu tertalak satu atau tidak?" maka talak tidak
terjadi karena itu kalimat tanya bukan penjatuhan talak. Kalimat
tersebut sama dengan kalimat (suami pada istri): "Apakah kamu
perempuan yang tertalak?" Namun demikian, apabila dengan kata-kata
tersebut suami (yakni kalimat "Kamu tertalak atau tidak?") ada niat
untuk mentalak istrinya, maka talak terjadi.3. Bercerita tentang
talak tidak berakibat jatuh talak. Misalnya, suami bercerita pada
istrinya bahwa tetangga sebelah ditalak oleh suaminya.Zakariya
Al-Anshari dalam kitab Al-Ghurar Al-Bahiyyah fi Al-Bahjah
Al-Wardiyyah IV/246 menyatakan:
: .
Artinya: ... yang dianggap (dalam talak) adalah kesengajaan
dalam kata dan makna. Tidak termasuk dari talak adalah bercerita
tentang talak orang lain, dan penjelasan talak seorang ahli fiqih,
dan panggilan dengan kata "Taliq" (orang yang dicerai) bagi wanita
yang kebetulan bernama Taliq.3. Apabila suami menceraikan istrinya
dengan talak 1, lalu setelah habis masa iddahnya, suami mentalak
yang kedua kalinya (tanpa adanya rujuk atau akad baru), maka itu
tidak terjadi talak. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan
suami-istri sama sekali.4. Kalimat talak dengan memakai kalimat
perintah tidak terjadi talak. Ibnu Abil Fath dalam Al-Matlak ala
Abwab al-Fiqh (mazhab Hanbali) menyatakan:
:
Artinya: ... cerai talak tidak terjadi dengan kalimat kata
perintah (fi'il amar) karena ia bukan kalimat berita dan tidak
pantas dijadikan pernyataan.4. Talaknya Orang Marah dengan
Kemarahan Tingkat Tertinggi atau MenengahAbdurrohman Al-Jaziri
yaitu Al-Fiqh alal Mazahib al-Arbaah, hlm. 4/142 membagi kemarahan
suami yang marah menjadi 3 (tiga) tingkatan sebagai berikut:
: : : :
Artinya: Adapun talaknya orang yang marah maka sebagian ulama
membaga kemarahan itu menjadi 3 (tiga) bagian:Pertama, kemarahan
tingkat pertama. Ia tidak merubah akal orang yang marah dalam arti
ia sengaja mengucapkan apa yang dikatakan dan menyadarinya. Tidak
diragukan bahwa marah dalam tingkat ini sah dan terjadi talaknya
menurut kesepakatan ulama.Kedua, kemarahan tingkat tertinggi yang
dapat merubah akal sehingga seperti orang gila yang tidak
bersengaja atas apa yang dikatakan dan tidak menyadarinya. Tidak
diragukan bahwa kemarahan dalam tingkat ini tidak terjadi talaknya
karena ia sama dengan orang gila.Ketiga, kemarahan tingkat menengah
antara tingkat pertama kedua yakni orang yang emosinya meningkat
dan keluar dari kebiasaan akan tetapi tidak sampai pada tingkat
orang gila yang tidak menyadari apa yang dikatakan. Menurut jumhur
(mayoritas ulama antar mazhab) kemarahan tipe ketiga ini sah dan
terjadi talaknya.Pada halaman 4/144 Al-Jaziri dalam kitab yang sama
(Al-Fiqh alal Mazahib Al-Arba'ah) mengutip pendapat beberapa mazhab
secara detail dan juga pendapat Ibnul Qayyim sbb:"Mazhab Hanafi
menyatakan yang melakukan pembagian marahnya suami menjadi tiga
bagian itu adalah Ibnul Qayyim, seorang ulama mazhab Hambali. Ibnu
Qayyim memilih pendapat bahwa talaknya orang yang marah dalam
kategori ketiga tidak sah dan tidak terjadi talaknya. Pendapat yang
tahqiq menurut mazhab Hanafi adalah bahwa orang yang marah yang
kemarahannya keluar dari karakter dan kebiasaan aslinya sehingga
merubah rasionalitasnya dalam perkataan dan perbuatannya maka
talaknya tidak terjadi (tidak sah) walaupun ia sadar dan sengaja
dengan apa yang dia katakan. Ia sedang dalam keadaan berubah
pemahamannya karena itu maka kesengajaannya itu tidak didasarkan
pada pemahaman yang benar, maka ia seperti orang gila. Orang gila
tidaklah harus selalu dalam keadaan tidak menyadari apa yang
dikatakannya.Orang yang marah dengan kemarahan tingkat menengah ini
sering berbicara rasional tapi tidak bisa terus menerus konsisten
bicara logis. Jelas ini menguatkan pendapat Ibnul Qayyim yang
menjelaskan bahwa tingkat kemarahan si suami tidak seperti orang
gila.. Walaupun Ibnul Qayyim bermazhab Hanbali, akan tetapi ulama
mazhab Hanbali tidak mengakui pendapat ini.Yang dapat difaham dari
kaidah keempat mazhab adalah bahwa kemarahan yang tidak sampai
merubah kesadaran seseorang dan tidak menjadikannya seperti orang
gila maka talaknya sah dan terjadi tanpa keraguan. Begitu juga
kemarahan pada tingkat menengah yaitu kemarahan yang sangat sampai
ia keluar dari tabiat asal tapi tidak sampai pada tingkat seperti
orang gila yang tidak menyadari apa yang dikatakan. Talaknya orang
ini juga sah dan terjadi. Adapun talak yang dapat merubah kesadaran
sehingga ia menjadi seperti orang gila maka talaknya tidak dianggap
dan tidak sah.Ini adalah pendapat eksplisit dari ulama mazhab
Hanafi. Akan tetapi berdasarkan pendapat dari sebagian mazhab
Hanafi bahwa kemarahan apabila keluar dari kebiasaan dan membuat si
suami tidak rasional dalam perilaku dan perkataan maka talaknya
tidak sah dan tidak terjadi. Pendapat ini adalah pendapat yang baik
karena dalam keadaan ini ia seperti orang mabuk yang hilang akal
dan kesadarannya disebabkan oleh minum miniman non-alkohol maka
mereka dihukumi talaknya tidak terjadi. Dengan demikian, maka orang
yang marah sebaiknya dihukumi demikian juga.Ada yang bertanya
dengan argumen bahwa menganalogikan orang marah dengan orang mabuk
karena minuman non-alkohol telah menjadikan hukum hanya terbatas
pada orang yang dimurkai Allah seperti marah karena mempertahankan
diri atau harta atau agama. Sedangkan orang yang marahnya karena
sebab yang haram seperti marah karena dengki pada orang yang tidak
setuju padanya atas perkara batil atau marah pada istrinya secara
zalim dan permusuhan dan kemarahannya sampai pada batas ini maka
talaknya sah dan terjadi karena kemarahannya membuat dia tidak
rasional. Maka jawabannya adalah: bahwa marah adalah sifat personal
yang ada pada setiap manusia yang disebabkan oleh pengaruh
eksternal. Pada dasarnya marah tidak haram karena ia bersifat
inheren pada diri manusia untuk mempertahankan diri dalam membela
agama, harga diri, harta dan nyawa. Yang haram adalah menggunakan
kemarahan di luar tujuan yang dibolehkan. Beda halnya dengan
alkohol yang tidak dibolehkan bagi manusia untuk menggunakannya
dalam keadaan apapun. Oleh karena itu, terjadinya talak bagi orang
yang mabuk itu sebagai pencegahan agar tidak melakukannya.
Sedangkan marah itu tidak mungkin dilarang karena itu merupakan
watak bawaan manusia. Karena itu maka tidak sah membandingkan
kemarahan manusiawi dengan mabuk karena minuman keras atau hal lain
yang haram yang wajib dijauhi."(Lihat, Al-Jaziri,Al-Fiqh alal
Mazahib al-Arbaah, 4/144). Untuk teks Arabnyalihat di sini.Pendapat
ini didukung oleh sejumlah ulama Mesir kontemporer seperti Ali
Jum'ah (mantan mufti Mesir), Sayyid Sabiq, Jad
al-Haq,===============RUJUKAN- Al-Quran dan Al-Hadits- Kitab Al-Umm
oleh Imam Syafi'i- Kitab Mukhtashar al-Fiqh al-Islami fi Dhau
al-Quran was Sunnah- Kitab Al-Majmuk Syarah Muhadzab oleh Imam
Nawawi khususnyaKitab al Khulukdan Kitab at Talaq.- oleh Abu
Zakariya Al Anshari.- www.pa-negara.go.id- See more at:
http://www.alkhoirot.net/2012/10/perceraian-dan-talak.html#sthash.b5PnNCfg.dpuf