TAKSI (CERITA Anak untuk Anti Korupsi) SEBAGAI PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik-praktik korupsi telah berkembang dan mengakar di seluruh kehidupan bangsa Indonesia. Indonesia bahkan menjadi salah satu negara yang terkorup. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya mengalami krisis ekonomi saja, tetapi juga mengalami krisis moral dan kepercayaan. Data kejaksaan agung menunjukkan bahwa angka tindak pidana korupsi tiap tahunnya terdapat peningkatan. Selama 5 tahun terakhir, sekitar 3000 perkara korupsi masuk ke meja kejaksaan. Jika dibandingkan dengan negara tetangga, yaitu Brunei Darussalam, jelas sangat jauh. Dalam 5 tahun mereka hanya menangani 1 perkara, sedangkan di Amerika Latin, 5 tahun dapat menyelesaikan 25 perkara. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2009, 165 berkas kasus korupsi dari kepolisian yang berhasil masuk ke pengadilan sebanyak 38 berkas yang dilimpahkan dari KPK ke pengadilan, serta 1.341 perkara lainnya masih diselidiki kejaksaan. Sementara 1.143 kasus korupsi lainnya, kini sudah dilimpahkan ke pengadilan. "Tren peningkatan kasus korupsi dari tahun ke tahun meningkat tajam hingga 100 persen," dari tahun ke tahun antara lain pada tahun 2005, sekitar 100 hingga 300 perkara korupsi, masuk ke meja KPK. Kemudian pada akhir 2007, meningkat tajam hingga 700 perkara ( berita 8.com, diunduh pada 18 Maret 2009 ). Transparancy International (TI) menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun IPK (Indeks Persepsi Korupsi) Indonesia meningkat. Pada tahun 2000, IPK Indonesia 1,7; tahun 2001-2003 IPK 1,9; tahun 2004 IPK 2; tahun 2005 IPK 2,2; tahun 2006 IPK 2,4; tahun 2007 IPK 2,3;
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TAKSI (CERITA Anak untuk Anti Korupsi) SEBAGAI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Praktik-praktik korupsi telah berkembang dan mengakar di seluruh kehidupan bangsa Indonesia.
Indonesia bahkan menjadi salah satu negara yang terkorup. Hal ini menunjukkan bahwa
Indonesia bukan hanya mengalami krisis ekonomi saja, tetapi juga mengalami krisis moral dan
kepercayaan.
Data kejaksaan agung menunjukkan bahwa angka tindak pidana korupsi tiap tahunnya terdapat peningkatan. Selama 5 tahun terakhir, sekitar 3000 perkara korupsi masuk ke meja kejaksaan. Jika dibandingkan dengan negara tetangga, yaitu Brunei Darussalam, jelas sangat jauh. Dalam 5 tahun mereka hanya menangani 1 perkara, sedangkan di Amerika Latin, 5 tahun dapat menyelesaikan 25 perkara. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2009, 165 berkas kasus korupsi dari kepolisian yang berhasil masuk ke pengadilan sebanyak 38 berkas yang dilimpahkan dari KPK ke pengadilan, serta 1.341 perkara lainnya masih diselidiki kejaksaan. Sementara 1.143 kasus korupsi lainnya, kini sudah dilimpahkan ke pengadilan. "Tren peningkatan kasus korupsi dari tahun ke tahun meningkat tajam hingga 100 persen," dari tahun ke tahun antara lain pada tahun 2005, sekitar 100 hingga 300 perkara korupsi, masuk ke meja KPK. Kemudian pada akhir 2007, meningkat tajam hingga 700 perkara ( berita 8.com, diunduh pada 18 Maret 2009 ).
Transparancy International (TI) menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun IPK (Indeks Persepsi Korupsi) Indonesia meningkat. Pada tahun 2000, IPK Indonesia 1,7; tahun 2001-2003 IPK 1,9; tahun 2004 IPK 2; tahun 2005 IPK 2,2; tahun 2006 IPK 2,4; tahun 2007 IPK 2,3; dan pada tahun 2008 IPK Indonesia naik 2,6. Pada tahun 2009 IPK Indonesia menjadi 3,0 (Kompas.com, diunduh pada 18 Maret 2009 ).
Data di atas menunjukkan bahwa tingkat korupsi di Indonesia masih tinggi, sehingga perlu
ditingkatkan upaya pemberantasan korupsi sedini mungkin melalui pendidikan anti korupsi pada
anak usia dini (usia 4-6 tahun). Usia dini merupakan usia emas (golden age) bagi perkembangan
anak. Pengembangan potensi kecerdasan seseorang bisa optimal apabila diberikan sejak usia dini
melalui berbagai stimulasi atau rangsangan.
Penelitian menunjukkan bahwa sejak lahir anak memiliki kurang lebih 100 milyar sel otak. Sel-sel saraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan agar terus berkembang jumlahnya. Jika
tidak, jumlah sel tersebut akan semakin berkurang yang berdampak pada pengikisan segenap kecerdasan anak (Dewanti,SS dan Lita Latiana, 2006: 3).
Salah satu cara memberikan rangsangan terhadap anak adalah melalui cerita anak. Anak-anak
sangat menyukai cerita, karena memiliki daya tarik tersendiri. Sering kita jumpai bahwa sebelum
tidur anak-anak selalu ingin mendengarkan cerita dari ayah, ibu, nenek, atau orangtua yang
berusaha menidurkannya. Dalam cerita itu sendiri dapat disisipkan pesan moral dan budi pekerti
sehingga diharapkan anak akan mudah menerima pesan yang terkandung di dalam cerita. Dalam
hal ini orangtua dan pendidik sangat berperan dalam memberikan arahan pada anak.
Bercerita merupakan cara yang ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan manusiawi dan sportifitas bagi anak. Melalui bercerita, jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, kritis dan cerdas. Anak juga memahami hal mana yang perlu ditiru dan tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasi diri dengan lingkungan sekitar (www.dongengkakriko.com, diunduh pada 18 Maret 2009).
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis menyusun sebuah gagasan
untuk upaya pendidikan anti korupsi sejak dini dengan judul “CANTIK (Cerita Anak Anti
Korupsi)“. “CANTIK” adalah cerita untuk anak yang di dalamnya berisi pesan-pesan moral dan
budi pekerti. Tujuannya adalah anak dapat mengerti pesan moral dan budi pekerti yang
terkandung di dalam cerita tersebut, sehingga diharapkan anak-anak sebagai generasi penerus
dan penentu kehidupan bangsa di masa mendatang tidak melakukan tindak korupsi ketika
mereka sudah dewasa nanti.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan-permasalahan yang akan diangkat adalah
sebagai berikut:
1. Mengapa “CANTIK” penting untuk pendidikan anti korupsi bagi anak usia dini?
2. Bagaimanakah deskripsi “CANTIK” sebagai pendidikan anti korupsi bagi anak usia dini?
3. Bagaimana penerapan “CANTIK” sebagai pendidikan anti korupsi bagi anak usia dini?
Tujuan dan Manfaat
Tujuan:
Selaras dengan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan yang akan dicapai adalah:
1. Mengidentifikasi alasan-alasan pentingnya “CANTIK” sebagai pendidikan anti korupsi bagi
anak usia dini.
2. Mendeskripsikan “CANTIK” sebagai pendidikan anti korupsi bagi anak usia dini.
3. Mendeskripsikan penerapan “CANTIK” sebagai pendidikan anti korupsi bagi anak usia dini.
Manfaat:
1. Secara Teoritis: menawarkan gagasan model pendidikan anti korupsi di kalangan anak usia dini
melalui cerita.
2. Secara Praktis
a. Bagi orang tua: mampu menerapkan CANTIK sebagai model pendidikan anti korupsi pada
anak.
b. Bagi guru: mampu menerapkan CANTIK sebagai model pendidikan anti korupsi pada anak (usia
4- 6 tahun).
TELAAH PUSTAKA
Cerita
Pengertian Cerita
Cerita merupakan sesuatu yang menarik bagi anak, karena bentuk pembelajaran yang efektif bagi
anak usia dini antara lain dapat berupa bermain, bercerita, dan menyanyi. Melalui ketiga hal
tersebut anak-anak akan lebih mudah mengingat sesuatu yang bersifat menyenangkan.
Menurut Hibana (2002 : 89) cerita adalah penggambaran tentang sesuatu secara verbal. Melalui cerita, anak dapat diajak berkomunikasi, berfantasi, berkhayal dan mengembangkan kognisinya. Bercerita merupakan suatu stimulan yang dapat membangkitkan anak terlibat secara mental.
Melalui cerita, aktivitas mental anak dapat melambung dan melanglang buana melampaui isi cerita itu sendiri. Dengan demikian melalui cerita, kecerdasan emosional anak semakin terasah.
Cerita adalah medium paling efektif untuk mentransmisikan nilai-nilai baru yang kelak akan membentuk kepribadian anak ketika dewasa. Cerita membangkitkan daya imajinasi anak-anak, sekaligus menyediakan wadah bagi mereka untuk megenali serta mengolah segenap perasaan, seperti sedih, gembira, senang, terharu, simpati, marah, cemas, dan naluri emotif lainnya. Cerita membuat anak senantiasa merindukan suasana ruang kelas yang hidup di playgroup atau taman kanak-kanak. Pada dasarnya, anak-anak tak suka dicekoki dengan perintah dan pengetahuan yang kaku, apalagi teoritis. Karena itulah, dengan cerita, transmisi nilai-nilai menjadi lebih natural dan bermakna (http://www.ruangbaca.com, diunduh pada 18 Maret 2009 ).
Cerita dapat merangsang otak anak, karena untuk pertama kalinya anak-anak akan belajar
menginterpretasi sebuah narasi cerita. Tanpa dipaksa, dengan sendirinya mereka belajar
mengidentifikasi tiap karakter tokoh, jalan cerita, setting dan sudut pandang. Interpretasi ini
berujung pada sebuah kesimpulan yang membuat mereka mampu menentukan cita-cita,
kebenaran, kepantasan, kebaikan, moral, dan segala bentuk negativitas yang merupakan
kebalikan dari itu semua.
Para peneliti di bidang psikologi (seperti Hurlock, 1997 dan Musthafa, 2002) menyimpulkan bahwa perkembangan anak pada awal usia lebih penting daripada perkembangan selanjutnya. Studi genetik juga menunjukkan hingga usia lima tahun semua anak kecil mengikuti pola perilaku umum lingkungannya. Sisa usia yang puluhan tahun jumlahnya kemudian hanya berupa tahapan perkembangan menuju kematangan yang cenderung mengerucut pada usaha individu.
Permasalahannya, bagaimana sebuah cerita harus disampaikan? Seberapa besar tanggung jawab
dan peranan yang dimainkan oleh pendidik, baik orang tua atau guru? Prinsipnya adalah sebuah
tugas mulia harus diemban dan dilakukan sesempurna mungkin. Sebab, meski tidak bisa dipukul
rata, kebusukan sebuah generasi menandakan gagalnya pendahulu mereka dalam mendidik.
Begitu pula sebaliknya.
Para pendidik idealnya mempertimbangkan benar-benar keseluruhan aspek dalam bercerita.
Aspek-aspek perkembangan bahasa, sosial, emosi, kognitif, dan moral semestinya saling bertaut-
paut membentuk rangkaian cerita utuh yang menghadirkan makna. Kegagalan pendidik dalam
bercerita umumnya berakar dari kelemahan teknik dan penguasaan jenis cerita. Karena alasan
itulah, jenis dan sumber cerita tak bisa dianggap sepele. Anak-anak tak bisa begitu saja disuguhi
aneka cerita, misalnya nilai-nilai patriotisme dan kemanusiaan. Koleksi jenis dan sumber
sebenarnya bisa diperkaya dari sejarah, cerita rakyat, cerita fiksi modern, hingga cerita faktual.
Ini artinya, upgrading dan updating koleksi cerita harus menjadi agenda tetap dalam jadwal para
pendidik.
Dari koleksi yang beragam, pendidik seyogyanya mampu mengukur bobot, tujuan, dan kondisi
tertentu sehingga cerita yang dipilih menjadi relevan. Unsur kebaruan pun tak kalah penting.
Dongeng kancil, misalnya, yang disampaikan tiap malam jelas sangat membosankan. Kreativitas
pendidik juga sangat dibutuhkan. Baik bercerita menggunakan atau tanpa alat peraga, teknik-
teknik seperti menirukan bunyi atau suara, menghidupkan suasana, hingga mengatur diksi dan
struktur cerita sangat menentukan keberhasilan. Cerita menjadi tidak bermakna jika dialog antar
tokoh tidak maksimal, miskin improvisasi, penghayatan yang tidak penuh, dan klimaks
seadanya.
Meski terdengar penuh tuntutan, perlu diingat unsur-unsur tersebut bersifat menopang dan
membantu. Tentu saja, seorang pendidik tidak perlu terpaku dengan mengingat-ingat teknik
menirukan bunyi ketika memeragakan Ibu Malin Kundang yang tengah mengutuk anaknya
menjadi batu. Mengalir dan natural saja. Memahami konsep dasar bercerita hanya diperlukan,
sekali lagi, untuk membantu pendidik secara praktis dan sekaligus menyadari bahwa bercerita
adalah aktivitas yang kaya akan nilai.
Di sinilah, orang tua dan guru sebagai pendidik harus menyadari betul peran dan tanggung jawab
mereka. Apa yang mereka lakukan untuk pendidikan anak-anak, sungguh pengabdian yang
sangat mulia. Dengan satu pembayangan yang jauh ke depan, bangsa ini niscaya bangkit dari
keterpurukan jika diurus oleh generasi yang cinta ilmu, patriotik, humanis, mempunyai semangat
mengabdi, beretos kerja tinggi, dan tentu saja, senantiasa menjunjung nilai-nilai moral serta
etika.
Manfaat Cerita
Cerita berhubungan dengan tiga unsur penting yaitu cerita, pembaca cerita, dan pendengar. Cerita yang dipilih dengan baik oleh pembaca cerita akan menarik perhatian pendengar. Selain itu, ketiga elemen tersebut akan berjalan harmonis. Hasil dari cerita sangat banyak, termasuk saat-saat itu merupakan saat yang menakjubkan dan menggembirakan. Kebenaran dan moral
yang bersifat universal yang dikandung cerita tersebut akan mengingat kembali dan akan digunakan dalam kehidupan, serta terjalin ikatan khusus antara pembaca cerita dan pendengarnya (Raines, Rebecca, 2002: vii).
Manfaat cerita yang terangkum dalam http://www.pedulikonseling.or.id antara lain: 1. Cerita adalah cara paling pas untuk mendisiplinkan anak2. Cerita adalah cara paling baik untuk membangun relasi orangtua-anak3. Cerita adalah cara paling baik untuk mengajari anak tentang moral dan kebenaran4. Mendengarkan cerita itu menyenangkan, merangsang kreatifitas dan imajinasi5. Cerita dapat digunakan untuk melatih Multiple Intelligences pada anak
Menurut Hibana (2002 : 91), manfaat dari kegiatan bercerita, antara lain adalah:1. Mengembangkan fantasi.2. Mengasah kecerdasan emosional.3. Menumbuhkan minat baca.4. Membangun kedekatan dan keharmonisan.5. Media pembelajaran. Melalui cerita, anak dapat mempelajari apa saja.
Menurut pakar pendidikan, cerita dapat membantu membentuk kepribadian anak. Karenanya, salah satu cara yang cukup efektif dalam menasihati anak adalah melalui cerita atau dongeng. Hal ini cukup efektif, karena anak akan mampu menyerap dengan mudah gambaran tentang baik dan buruknya sesuatu hal melalui isi sebuah cerita ( http://wahyumedia.com, diunduh pada 18 Maret 2009 ).
KorupsiPada bagian ini akan dikaji mengenai pegertian, dampak negatif, dan penyebab terjadinya
korupsi ( www.wakipedia.org):
Pengertian Korupsi
Korupsi (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Menurut Transparency International korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Dari sudut pandang hukum, tindak korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai berikut: (1) perbuatan melawan hukum, (2) menyalahgunakan wewenang, kesempatan, atau sarana, (3) memperkaya diri sendiri, orang lain, korporasi, (4) merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Selain itu terdapat beberapa jenis tindak korupsi yang lain, di antaranya: (1) memberi atau menerima hadiah atau janji ( penyuapan ), (2) penggelapan dalam jabatan, (3)
pemerasan dalam jabatan, (4) ikut serta dalam pengadaan ( bagi pegawai negeri / penyelenggara negara, (5) menerima gratifikasi.
Dampak Negatif Korupsi
Dampak negatif terjadinya korupsi meliputi:
1. Korupsi menunjukkan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik dengan cara menghancurkan proses formal. Secara umum korupsi mengikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikkan jabatannya bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan korupsi mempersulit legitimasi pemerintah dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
2. Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran illegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko pembatalan perjanjian.
3. Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak.
Pendidikan Anti Korupsi bagi Anak Usia Dini
Pendidikan adalah suatu proses belajar dan penyesuaian diri individu secara terus-menerus
terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat; suatu proses di mana suatu bangsa
mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan
hidup secara efektif dan efisien.
Pemberantasan korupsi tidak cukup teratasi hanya dengan mengandalkan proses penegakan
hukum. Tetapi perlu adanya peran serta keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam menanamkan
mental anti korupsi. Dengan menanamkan mental anti korupsi sejak dini diharapkan para
generasi penerus bangsa dapat memiliki pandangan yang tegas terhadap berbagai bentuk praktik
korupsi. Pembelajaran anti korupsi yang diberikan di keluarga, sekolah, dan masyarakat
diharapkan dapat menyelamatkan generasi muda agar tidak menjadi penerus atau mewarisi
tindakan korup yang dilakukan pendahulunya.
Program pendidikan anti korupsi bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sama dan terpadu serta terbimbing dalam rangka menekan kerugian negara yang disebabkan oleh tindakan
korupsi. Kemudian harapannya berdampak pada adanya respon atau tanggapan baik dari rakyat untuk bisa menyuarakan kearifan mengenai penyimpangan korupsi (Tim MCM, 2005:42 dalam skripsi NiamWahzudik, 2009:71).
Pendidikan anti korupsi seharusnya menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga,
msyarakat, dan pemerintah meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam pendidikan
keluarga, sekolah, dan masyarakat perlu diupayakan adanya pendidikan moral seperti agama,
budi pekerti, etika, tanggung jawab, kedisiplinan, dan kejujuran. Orangtua harus mengajarkan
nilai-nilai kejujuran. Kejujuran merupakan prinsip dasar dalam pendidikan anti korupsi. Sebagai
orang tua harus berani membentuk sikap anti korupsi sejak dini dan dimulai dari pendidikan
keluarga. Internalisasi sikap kebiasaan anti korupsi dapat saja melalui penegakan hukum maupun
pendidikan yang bernilai preventif dan edukatif. Maka arah dari semua langkah itu adalah
membangun kultur perlawanan terhadap budaya korupsi yang dimulai dari pendidikan keluarga
dengan sikap menciptakan efek jera, menebarkan budaya malu, menciptakan budaya kejujuran,
budaya tanggung jawab dan berupaya untuk mencegah agar para calon pelaku korupsi takut
untuk berbuat serupa.
METODE PENULISAN
Pendekatan Penulisan
Karya tulis ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan kajian kepustakaan.
Pendekatan deskriptif kualitatif ini dipilih agar dapat memberikan gambaran tentang pendidikan
anti korupsi sejak dini melalui cerita.
Sasaran Penulisan
Penulisan karya tulis ini mengkaji tentang pendidikan anti korupsi sejak dini melalui cerita
dengan anak usia dini (usia 4-6 tahun) sebagai sasarannya.
Sumber Kajian
Dalam pengerjaan karya tulis ini, penulis menggunakan studi kepustakaan dan studi komparasi
serta artikel dan berita yang didownload dari internet untuk dapat mendeskripsikan fenomena
yang terjadi di lapangan. Sumber kajian ini diharapkan dapat memperkuat dan mempertajam
pembahasan.
Prosedur Penulisan Karya Imiah
Penyusunan karya tulis ini melalui tahapan dan langkah-langkah yang sistematis sehingga
didapatkan hasil kajian yang lengkap dan terstruktur, yaitu:
a. Menemukan dan merumuskan masalah;
b. Mencari dan menyeleksi sumber-sumber pustaka yang relevan;
c. Menganalisis sumber-sumber pustaka dan studi komparasi untuk;
menjawab permasalahan;
d. Merumuskan alternatif permasalahan;
e. Menarik simpulan dan merumuskan saran;
f. Menyusun karya tulis.
ANALISIS SINTESIS
Pentingnya Cerita Anak Anti Korupsi (CANTIK) untuk Pendidikan Anti Korupsi bagi
Anak Usia Dini.
Beberapa upaya dilakukan untuk pemberantasan korupsi, tetapi masih saja banyak kasus korupsi
di Indonesia. Hal ini menggambarkan betapa miskinnya moral bangsa. Untuk itu perlu adanya
peningkatan pendidikan anti korupsi sejak dini melalui pendidikan moral. Karena pendidikan
moral sejak dini pada dasarnya merupakan pendidikan yang menentukan terbentukknya
kepribadian anak.
Hibana S. R. (2002: 5) menyatakan bahwa pendidikan usia dini merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja dan produktivitas. Pada akhirnya anak akan mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Menurut Hurlock ( 1978 : 75 ) bahwa anak memiliki perkembangan moral yang terdiri dari aspek kecerdasan dan aspek impulsif. Anak harus belajar apa saja yang benar dan salah. Setelah cukup besar, mereka perlu diberi penjelasan mengapa ini benar dan itu salah. Mereka juga harus mengembangkan keinginan untuk melakukan hal yang benar, bertindak untuk kebaikan bersama dan menghindari hal yang salah.
Hibana S. R. (2002: 83-84) juga menyabutkan bahwa sesungguhnya kemampuan dasar anak dapat dicapai melalui cara yang menyenangkan, antara lain melalui kegiatan bermain, bercerita, dan menyanyi. Di samping itu, kegiatan bermain, bercerita dan bernyanyi juga bermanfaat bagi perkembangan berbagai aspek kepribadian anak seperti daya pikir, daya cipta, sosial, moral dan sebagainya. Anak-anak melakukan proses belajar melalui pengalaman hidupnya. Pengalaman yang baik dan menyenangkan akan berdampak positif bagi perkembangan anak, demikian pula sebaliknya. Anak belajar dari segala yang ia lihat, ia dengar dan ia rasakan. Proses belajar anak akan berjalan efektif apabila anak berada dalam kondisi senang dan bahagia. Sebaliknya proses belajar anak yang dipaksakan atau diterima anak dalam suasana takut, cemas, was-was, dan perasaan lain yang tidak nyaman tidak akan mampu memberikan hasil yang optimal.
Bercerita merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Melalui cerita, anak diajak
berkomunikasi, berkhayal dan mengembangkan kognisinya. Cerita sangat dekat dengan dunia
anak-anak. Di rumah maupun di sekolah, anak-anak sering mendengarkan cerita, bahkan
sebelum tidur pun terkadang minta dibacakan cerita terlebih dahulu. Cerita merupakan cara yang
efektif untuk menasehati dan membentuk karakter anak yang memiliki sifat jujur, tanggung
jawab, disiplin, dan tidak korup. Dengan demikian, pendidikan anti korupsi sejak dini dapat
disampaikan melalui cerita. Cerita Anak Anti Korupsi (CANTIK) merupakan cerita yang di
dalamnya terdapat pesan-pesan moral yang berkaitan dengan bentuk-bentuk korupsi. Anak-anak
akan lebih mudah memahami pesan moral yang terkandung dalam cerita dengan bantuan guru
maupun orang tua. Setelah membaca atau mendengarkan cerita, anak-anak dapat
mengembangkan fantasinya serta mengorganisir pengalamannya berdasarkan gambaran dari
dalam cerita. Harapannya adalah pesan-pesan yang ada pada cerita dapat diaplikasikan anak
dalam kehidupan sehari-hari. Ketika anak sudah dewasa dan berbaur dalam masyarakat atau
bahkan menjadi aparatur negara, mereka dapat menjadi insan yang memiliki rasa tanggung
jawab, jujur, tidak mengambil hak orang lain, dan tidak menjadi orang yang korup.
Deskripsi Cerita Anak Anti Korupsi (CANTIK) sebagai Pendidikan Anti Korupsi bagi
Anak Usia Dini.
Pendidikan anti korupsi sejak dini sudah sepatutnya menjadi perhatian kita semua. Dengan
pendidikan anti korupsi sejak dini, diharapkan dapat menghasilkan manusia-manusia yang
memiliki kecintaan terhadap bangsa dan negara , memiliki perilaku yang baik, bermoral,
berakhlak, dan memilki keimanan yang kuat. Cerita merupakan media yang efektif untuk
pendidikan anti korupsi sejak dini. Anak dapat membaca atau mendengarkan cerita di mana saja,
kapan saja, dan dengan apa saja, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Cerita anak anti korupsi
adalah cerita anak yang di dalamnya berisi pesan-pesan moral anti korupsi seperti larangan
mencuri, larangan mengambil hak orang lain, kejujuran, tanggung jawab, budi pekerti, serta
nilai-nilai moral yang lainnya. Dalam hal ini orang tua maupun guru (pendidik) harus
mengarahkan dan memberikan penjelasan mengenai pesan-pesan yang terkandung di dalam
cerita. Hal-hal apa saja yang positif , yang pantas ditiru dan hal-hal apa saja yang negatif dan
tidak boleh ditiru. Cerita harus disesuaikan dengan usia anak. Cerita disusun dengan
menggunakan bahasa yang sederhana dan sering didengar oleh anak dalam kehidupan sehari-hari
yang mengandung unsur keteladanan, nilai-nilai, dan pesan moral.
Berikut adalah salah satu contoh Cerita Anti Korupsi (CANTIK) yang mengandung unsur
keteladanan:
Melalui cerita di atas, diharapkan anak dapat mengidentifikasi pesan-pesan moral yang ada
dalam cerita, membedakan hal yang boleh ditiru dan yang tidak boleh ditiru dengan bantuan
orang tua atau guru. Cerita “Zera Si Tukang Jajan” mengandung pesan moral kejujuran.
Kejujuran merupakan hal utama yang harus dimiliki anak sebagai modal dasar saat ini dan masa
yang akan datang supaya tidak menjadi orang yang korup.
Penerapan Cerita Anak Anti Korupsi (CANTIK) sebagai Pendidikan Anti Korupsi pada
Anak Usia Dini.
Menurut Hibana (2002: 89-90) bahwa penerapan kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti:
1. Bercerita tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan verbal orang yang memberikan cerita.
2. Bercerita dengan menggunakan alat peraga, seperti boneka, gambar, dan benda lainnya. 3. Bercerita dengan membaca buku cerita (story reading). Dalam hal ini tidak diperlukan
kemampuan fantasi, imajinasi, dan olah kata dari orang yang bercerita, melainkan hanya olah intonasi dan suara.
4. Bercerita dengan menggunakan bahasa isyarat atau gerakan. Seperti pantomim, film kartun tanpa bicara, opera dan sebagainya.
5. Bercerita melalui alat pandang dengar (audio visualaids), yaitu dapat berupa kaset, televisi, video, dan sebagainya.
Melalui kegiatan tersebut anak mengembangkan fantasi dan kreatifitas. Apabila kegiatan
bercerita disajikan dalam suatu proses yang bersifat interaktif dan dialogis maka kontribusi
terhadap perkembangan anak akan semakin besar. Tidak hanya mengembangkan daya imajinasi,
melainkan juga mendayagunakan potensi berfikir anak. Dalam hal ini, Cerita Anak Anti Korupsi
(CANTIK) disampaikan dengan cara guru atau orang tua membacakan buku Cerita Anti Korupsi
(CANTIK) pada anak usia dini dan membantu mereka dalam hal mengidentifikasi pesan-pesan
moral yang terkandung di dalamnya.
Tip Umum bercerita untuk orang tua dan pendidik menurut Raines dan Rebecca:
a. Memperhatikan anak-anak selama bercerita. Buat klarifikasi jika dibutuhkan.b. Beri dorongan untuk berinteraksi dan berpartisipasic. Memodifikasi jalan dan panjang cerita untuk menyesuaikan pengalaman dan tingkat
perkembangan anak-anak yang hadir.d. Menggunakan variasi suara, ekspresi wajah, gerakan dan kata-kata berulang untuk melibatkan
anak-anak untuk masuk ke dalam ceritae. Menggunakan kata-kata deskripsi yang tepat sehingga membantu anak-anak membayangkan
kejadian di dalam cerita.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Penanaman nilai-nilai moral akan lebih mudah diserap oleh anak melalui media yang
menyenangkan, salah satunya adalah cerita. Melalui cerita anak dapat diajak berkomunikasi,
berfantasi, mengembangkan aktrivitas emosional dan mengembangkan kognisinya. Dengan
demikian, muncul sebuah gagasan Cerita Anak Anti Korupsi (CANTIK) sebagai media
pendidikan anti korupsi bagi anak usia dini. Dengan “CANTIK” anak lebih mudah menyerap
pesan-pesan moral yang berkaitan tentang korupsi sebagai dasar pembentukan karakter anti
korupsi.
2. Cerita Anak Anti Korupsi (CANTIK) merupakan cerita yang di dalamnya terkandung nilai-nilai
moral sebagai bentuk pendidikan anti korupsi pada anak usia dini.
3. Cerita Anak Anti Korupsi (CANTIK) dapat diterapkan di sekolah maupun di rumah. Dalam hal
ini, orang tua dan guru berperan aktif dalam membantu mengidentifikasi tokoh yang ada pada
cerita dan menyampaikan pesan moral yang terkandung di dalam cerita.
Saran
1. Hendaknya orang tua maupun pendidik lebih selektif dalam memilih cerita.
2. Orang tua ataupun pendidik hendaknya memberikan bimbingan kepada anak dalam
mengidentifikasi pesan-pesan moral yang ada dalam cerita.
DAFTAR PUSTAKA
Dewanti S. S., Lita Latiana, dkk. 2006. Mengenal Hakekat Anak Usia Dini (Buku Pegangan Bagi
Kader PAUD dan Orang Tua). Semarang: FIP UNNES.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Rahman, Hibana. S. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Semarang. IKIP Semarang PRESSRaines, Shirley C.& Rebecca Isbell. 2002. The Values Book for Children-17 Moral & Aktivitas Anak.
Jakarta: Alex Media Komputindo.Santoso, Soegeng. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan.
Schiller, Pam & Tamera Bryant.2002. The Values Book for Children- 16 Moral Dasar Bagi Anak.
Jakarta: Alex Media Komputindo.
Severe, Sal.2003. Bagaimana Bersikap Pada Anak Prasekolah Anda Bersikap Baik. Jakarta:
Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung Widyo Pramono mengungkapkan korupsi di Indonesia sudah merambah hingga daerah-daerah. Dalam praktiknya, kejahatan korupsi itu telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan, karena dilakukan dengan modus yang canggih dan sistematis.
Karena itu, pemerintah memandang permasalahan korupsi ini sebagai suatu penyakit yang membahayakan sendi-sendi kehidupan bernegara.
Berdasarkan hasil catatan Transparacy Internasional Indonesia (TII) Indeks Persepsi Korupsi (IPK), Indonesia pada 2009 dan 2010 mendapat skor 2,8; pada 2011 dengan skor 3,0; pada 2012 dan 2013 dengan skor 3,2; serta pada 2014 IPK-nya meningkat menjadi 3,4.
"IPK tersebut terus mengalami peningkatan sejak 2009. Indonesia masih dipandang sebagai negara yang rawan korupsi dibandingkan negara tetangga, seperti Singapura, Brunei Darusalam, Malaysia, Thailand, dan Myanmar," ujar Widyo dalam diskusi publik bertema 'Bersama Melawan Korupsi' di Gedung Joeang, Menteng, Jakarta, Sabtu (18/4/2015).
Meski demikian, Pemerintah Indonesia telah berupaya merespons indeks tersebut dengan berbagai kebijakan. Namun ternyata, praktik korupsi di tengah-tengah masyarakat semakin marak.
"Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perkara korupsi yang ditangani aparat penegak hukum," jelasnya.
Kemudian dari sejumlah perkara korupsi yang ditangani petugas penegak hukum tersebut, pejabat daerah sebagai pelaku tindak pidana korupsi sejak 2005 sampai dengan Agustus 2014 dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Kepala Daerah sebanyak 331 orang yang melakukan korupsi;
2. Anggota DPRD sebanyak 3.169 orang yang melakukan korupsi; dan
3. Pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 1.211 orang yang melakukan korupsi.