MAKALAH TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG RISALAH Diajukan sebagai salah satu tugas Kelompok Mata Kuliah Tafsir Dosen : Drs.H.Ahmad Syamsir,M.Si Disusun oleh : Acep Bagja A.N.K Yuda Atma Nugraha Jurusan : Manajemen Dakwah FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2010 Tafsir
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH
TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG RISALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas Kelompok
Mata Kuliah Tafsir
Dosen :
Drs.H.Ahmad Syamsir,M.Si
Disusun oleh :
Acep Bagja A.N.K
Yuda Atma Nugraha
Jurusan :
Manajemen Dakwah
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2010
Tafsir
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allh SWT. Kesejahteraan dan keselamatan semoga
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan semua
pengikutnya.
Makalah ini penyusun buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
TAFSIR. Ucapan terima kasih kami, kepada dosen-dosen kami yang senantiasa
memberikan semangat dan dorongan untuk berkarya selama penelusuran bahan-bahan
di segala media, dalam pribahasa dikatakan bahwa”tak ada gading yang tak retak”dan
“bukanlah gading bila tak retak”.
Dalam penulisan makalah ini, penyusun perlu menyadari sepenuhnya sebagai
insan yang dianugerahi kelebihan disamping keterbatasan diri. Oleh karena itu,
makalah ini tidak akan selesai tanpa pengarahan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Tak lupa pula penyusun meminta saran dan kritiknya kepada pembaca makalah ini
apabila dalam penyusunannya jauh dari kesempurnaan.
Penyusun berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi kita semua. Akhir kata penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun pribadi, umumnya
bagi pembaca sekalian.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat
diharapkan demi peningkatan karya ini, semoga bermanfaat.
Bandung, 3 Maret 2010
Penyusun,
Tafsir
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN TENTANG AYAT-AYAT RISALAH
A. QS. An-Nahl Ayat 36
B. QS. Al-Baqarah Ayat 121
C. QS. Al-Baqarah Ayat 136
D. QS. Al-Baqarah Ayat 213
E. QS. Al-Baqarah Ayat 214
F. QS. Al-Maidah Ayat 48
G. QS. Asy-Syaba’ Ayat 28
H. QS. Asy-Syu’ara Ayat 51
I. QS. Asy-Syu’ara Ayat 52
J. QS. Yunus Ayat 47
BAB III : ANALISIS
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Adanya Ilmu tafsir yaitu untuk penjelasan dan pemahaman, dengan adanya Ilmu
tafsir kita bisa mengetahui lebih rinci tentang penafsiran AL-Quran. Karena tafsir menurut
terminologi yaitu Ilmu mengenai cara pengucapan lafadz-lafadz AL-Quran serta petunjuk
kandungan-kandungan hukum dan makna-makna yang terkandung didalamnya.
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi cara penafsiran.Dengan adanya
penafsiran ayat-ayat AL-Quran atau kaidah-kaidah penafsiran AL-Quran yaitu supaya jelas
dan metodenya yaitu melepaskan kepentingan-kepentingan mazdhabnya dan menafsirkan
AL-Quran sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh AL-Quran.Dan membuat sendiri kaidah-
kaidah penafsiran agar hasil penafsiran sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penafsirnya.
Adanya tafsir atau penjelasan kita bisa lebih jelas mengetahui ayat-ayat penciptaan,peristiwa
langit dan bumi dan ayat-ayat lainnya.
Tafsir
BAB II
PEMBAHASAN
TENTANG AYAT-AYAT RISALAH
A. QS. An-Nahl Ayat 36
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat.
“Sembahlah Allah dan jauhilah thagut itu.” Maka diantara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesuadahan orang-orang yang mendustakan.(QS. An-Nahl:36)
a. Penafsiran ayat menurut Ibnu Katsir
Allah ta’ala memberitahukan ketertipuan orang-orang yang musyrik, dalih dan
hujah mereka melalui takdir. Mereka berkata, “Jika Allah menghendaki niscaya kami
tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia baik kami maupun bapak-bapak
kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun tanpa izin-Nya,” yaitu
mengharamkan unta bahirah, sa’ibah, dan washilah serat hal-hal lain yang mereka
haramkan berdasarkan seleranya sendiri.
Maksud ucapan mereka ialah apabila Allah ta’ala tidak menyukai perbuatan
kami, niscaya Dia akan mengingkarinya melalui siksa dan niscaya Allah Ta’ala tidak
akan memberikan kemungkinan kepada kami untuk melakukan hal seperti itu.
Tafsir
Maka Allah membantah kekeliruan mereka, “Maka tidak ada kewajiban atas
para rasul selain penyampai yang terang.” Yakni, tidaklah seperti yang kami duga.
Yang sebenarnya ialah perbuatanmu itu benar-benar diingkari, dilarang dengan keras,
dan diutus pula rasul-rasul kepada setiap umat.
Semua rasul itu mengajak untuk menyembah Allah Yang Esa. “Sembahlah
Allah dan jauhilah thagut itu.” Seruan ini diberlakukan semenjak ada syirik ditengah-
tengah manusia yaitu pada kaum Nuh a.s.. Nuh merupakan rasul yang pertama kali
diutus oleh Allah kepada penduduk bumi hingga Dia mengakhiri dengan Muhammad
SAW. yang seruannya meliputi golongan jin dan manusia, mulai dari bumi belahan
timur hingga barat
Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan tidaklah Kami mengutus seorang
rasul sebelum kamu melainkan Kami mewahyukan kepada-Nya bahwa sesungguhnya
tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku.” Sedangkan didalam surat ini
Allah nerfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada setiap umat seorang
rosul. ‘Hendaklah mereka menyembah Allah dan menjauhi thagut.’”Bagaimana
mungkin seorang musyrik dapat mengatakan, setelah pengutusan para rasul, bahwa,
“Jika Allah berkehendak niscaya kami tidak akan menyembah perkara selain Dia.”
Kehendaknya yang bersifat hokum dinegasikan dari mereka, karena Dia telah
melarang kaum musyrikin berbuat demikian melalui lisan para rosul.
Adapun kehendak-Nya yang bersifat kauniyah, kehendak ini memungkinkan
mereka melakukan hal itu sebagai takdir, sehingga tiada hujah bagi mereka dalam
kehendak kauniyah itu, Kemudian setelah Allah menciptakan si mukalaf itu dan dia
telah mencapai usia taklif serta ditawarkan kepadanya kekafiran dan keimanan, maka
sesungguhnya dia akan memilih kekafiran. Hal ini sejalan dengan pengetahuan Allah
bahwa dia akan memiliki kekafiran. Jika persoalannya demikian, pada celah manakah
kehendak kauniyah inidapat dijadikan hujah oleh orang kafir?.
Adapun menyangkut hal-hal yang nontaklifi, maka kehendak kauniyah ini
bersifat memaksa si mukalaf, misalnya Allah menciptakannya berkulit hitam atau buta
atau sifat yang lainnya yang tidak dapat dimasuki unsur ikhtiar (pemilihan) dan tidak
memberi celah untuk dipertanyakan dengan cara apa pun.
Tafsir
Kehendak kauniyah ini dapat dijadikan hujah oleh si mukalaf. Berdasarkan hal
ini, maka setiap kehendak kauniyah itu berkaitan dengan kehendak syar’iyah. Maka
pemilik kehendak syar’iyah sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk
menggunaka hujjah kauniyah. Wallahu a’lam. Dan Dialah yang memberi taufik
kepada kebenaran.
Kemudian Allah mengingkari bahwa Dia telah menyiksa mereka didunia
setelah diperingatkan oleh para rasul. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Maka
diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula
diantaranya orang-orang yang pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di
muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan.”
Yakni, tanyakanlah persoalan orang yang menyalahi para rasul dan mendustakan
kebenaran, mengapa “Allah menghancurkan mereka dan menghancurkan orang-orang
kafir yang serupa denganny.”
Kemudian Allah Ta’ala memberitahukan kepada Rasulullah SAW. bahwa
ambisinya untuk menunjukan meraka tidaklah berguna bagi mereka jika Allah telah
berkehendak untuk menyesatkan mereka. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala yang
memberitahukan Nuh tatkala dia berkata kepada kaumnya, “Dan tidaklah bermanfaat
bagimu nasihatku, tatkala aku bermaksud menasihatimu, jika Allah telah berkehendak
untuk menyesatkan kamu.
” Dalam surat ini berfirman, “Jika kamu sangat menginginkan agar mereka
mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang
yang disesatka-Nya.” Barangsiapa telah disesatkan oleh Allah, maka tidak adaseorang
makhluk pun yang dapat menunjukannya selain Allah. “Dan sekali-kali mereka tidak
mempunyai penolong” yang menyelamatkan mereka dari azab dan siksa-Nya.
“Ketahuilah, kepunyaan Allahlah penciptaan dan segala urusan. Mahasuci Allah
Tuhan semesta alam.”
b. Penafsiran ayat menurut Al-Maraghi
Tafsir
Sungguh Kami telah mengutus seorang rasul kepada setiap umat sebelum
kalian, sebagaimana Kami telah mengutus seorang rasul kepada kalian, kemudian
rasul itu berkata kepada mereka, “Sembahlah Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Dan jagalah diri kalian dari disesatkan oleh setan dan dihalang-halangi dari jalan
Allah sehingga kalian tersesat.”
Senada dengan ayat ini ialah firman Allah:
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka
sembahlah Aku oleh kalian.” (Al-Anbiya’,21:25)
Dan firman-Nya:
“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum
kamu, adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah
Ynag Maha Pemurah?” (Az-Zukhruf,43:45)
Ringkasan, kehendak syar’i untuk kufur itu tidak ada, karena Allah Ta’ala
telah melarang hal itu melalui lisan para rasul-Nya. Sedang kehendak kauniyah, yaitu
menetapkan dan mentakdirkan hamba-hamba-Nya untuk kufur, sesuai dengan ikhtiar
mereka sendiri dan karena mereka menunjukan keinginannya kepada pencapaian
sebab-sebab kekufuran tersebut.
Tafsir
Dalam hal ini, mereka tidak mempunyai hujjah, karena Allah Ta’ala telah
menciptakan neraka dan menjadikan penghuninya dari setan-setan dan orang-orang
kafir. Dia tidak meridhai kekufuran bagi hamba-hamba-Nya. Dalam hal ini Dia
mempunyai hujjah yang kuat dan hikmah yang sempurna.
Kemudian Allah menjelaskan, bahwa Dia mengingkari kekufuran hamba-
hamba-Nya yang berdusta, dengan menurunkan siksaan kepada mereka di dunia,
setelah para rasul memberi peringatan kepada mereka.
Diantara orang-orang yang Kami telah mengutus para rasul Kami kepada
mereka, ada orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diberkati untuk membenarkan
mereka, menerima petunjuk, dan mengerjakan apa yang mereka bawa, sehingga
mereka beruntung, berbahagia dan selamat dari azab-Nya. Ada pula yang
menyimpang dari jalan lurus, lalu kufur kepada Allah, mendustakan para rasul-Nya
dan mengikuti thagut, sehingga Allah membinasakan mereka dengan siksa-Nya, dan
menurunkan azab-Nya yang sangat keras, yang tidak bisa ditolak dari kaum yang
durhaka.
Dari firman Allah ini kita mengetahui, bahwasannya Allah mengutus rasul-
rasulnya untuk menyeru hamba-hambanya kepada kebajikan, mengikuti perintah,
meninggalkan sembahan berhala, menjauhkan diri dari perbuatan haram. Inilah makna
Hidayah dan makna Daialah yang dilaksanakan oleh rasul.
Kemudian setelah itu terserah Umat itu sendiri untuk menerima atau menolah
seruan rasul. Maka diantara mereka yang beriman dan ada pula diantara mereka yang
tetap dalam kekafiran. Oleh karena itu Allah menyiksa orang –orang yang
mengingkari laranganya dan memberi pahala terhadap orang yang mentaati-Nya.
Berjalanlah dimuka bumi yang dihuni oleh kaum yang dzalim, dan dinegeri-
negeri yang mereka makmurkan, seperti perkampungan Ad, Samud, dan orang-orang
yang mengkuti jejak mereka, yang telah dipastikan kesesatannyam kemudian
perhatikanlah bekas-bekas kemurkaan Kami kepada mereka, mudah-mudahan kalian
dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah menimpa mereka.
Selanjutnya Allah berbicara kepada rasul-Nya saw., guna menghibur beliau
dari apa yang beliau lihat, seperti pengingkaran, berpaling, dan penetapan kaumnya
Tafsir
yang berlebihan, sedang beliau sangat menginginkan agar mereka beriman, dan guna
menjelaskan, bahwa seluruh persoalannya ada dalam kekuasaan Allah, sedang beliau
tidak mempunyai urusan dalam hal itu, walau sedikit pun.
c. Penafsiran Ayat Menurut Al-Misbah
Selanjutnya ayat ini menghibur Nabi Muhammad saw.dalam
menghadapi para pembangkang dari kaum beliau. Seakan-akan
ayat ini menyatakan:Allah pun telah mengutusmu,maka ada di
antara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang
membangkang. dan keadaan yang engkau alami itu sama juga
dengan yang dialami oleh para Rosul sebelummu,
karena sesungguhnya kami telah mengutus rosul pada setiap
umat sebelum kami mengutusmu,lalu mereka menyampaikan
kepada kaum mereka masing-masing bahwa:”sembahlah Allah
yakni tunduk dan patuhlah dengan penuh pengagungan kepada
tuhan Yang Maha Esa saja, jangan menyembah selain-Nya,apa dan
siapapun,dan jauhilah Thaghut yakni segala macam yang
melampaui batas, seperti penyembahan berhala dan kepatuhan
kepada Tirani Ajaklah para rosul itu telah diketahuioleh umat-umat
masing-masing rosul maka di antara mereka yakni umat para rosul
itu ada orang yang hatinya terbuka dan pikirannya jernih sehingga
Allah menyambutnya dan dia diberi petunjuk oleh Allah,dan ada
pula diantara mereka yang keras kepala, lagi bejat hatinya sehingga
mereka menolak ajakan rosul mereka dan dengan demikian telah
menjadi pasti atasnya sanksi kesesatan yang mereka pilih sendiri
itu.
Wahai umat Muhammad,jika kamuragu menyangkut apa yang di
sampaikan Rosul,termasuk kebinasaan para pembangkang maka
Tafsir
berjalanlah kamu semua di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan para pendusta rosul-rosul.
Kata Thaghut di ambil dari kata Thagha yang pada kulanya
berarti melampaui batas. Ia bisa di pahami juga dalam arti berhala,
karena penyembahan berhala adalah sesuatu yang sangat buruk
dan melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan,
pelanggaran, dan kesewenang-wenangan terhadap manusia.
Hidayah(petunjuk) yang di maksud ayat diatas adalah Hidayah
khususdalam bidang agama yang di anugrahkan oleh Allah kepada
mereka yang hatinya cenderung untuk beriman dan berupaya untuk
mendekatkan diri kepada-Nya.secara panjang lebar macam-macam
Hidayah Allah telah menuliskan bahwa ketika mentafsirjan Q.S Al-
Fatihah.di sana antara lain penulis kemukakan bahwa dalam dalam
bidang petunjuk keagamaan,Allah menganugrahkan dua macam
hidayah.pertama hidayah menuju kebahaigian duniawi dan
ukhrawi,cukup banyak ayat-ayat yan menggunakan akar
hidayah,yang mengandung kata makna ini misalnya.
52. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus.(QS,Asy-Syura42:52)
17 .dan Adapun kaum Tsamud, Maka mereka telah Kami beri
petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada
Tafsir
petunjuk (QS.Al-Fusilat 41:17) kedu Hidayah ini serta kemampuan
melaksanakan isi hidayah itu sendiri ini tidak di lakukan kecuali
oleh Allah swt,karena itu ditegaskannya bahwa:
“ Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada
orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya,(QS,Al-Qhasas 28:56)
Allah menganugrahkan kedua hidayah ini kepada mereka yang
benar-behar ingin memprolehnya dan melangkahkan kaki guna
mendapatkannya.
Ketika berbicara tentang hidayah,secara tegas ayat diatas
menyatakan bahwa allah telahmenganugrahkannya, berbeda ketika
menguraikan tentang kesesatanhal ini menyatakan bahwa
kesesatan tersebut pada dasarnya bukan bersumber pertama kali
dari Allah tetapi dari mereka sendiri memeng ada ayat-ayat yang
menyatakan bahwa ‘Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki’
tetapi kehendak-Nya itu terlaksana setelah yang bersangkutan
sendiri sesat..
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah
memalingkan hati mereka[1473]; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang fasik.[1473] Maksudnya karena mereka
berpaling dari kebenaran, Maka Allah membiarkan mereka sesat
dan bertambah jauh dari kebenaran(QS.As-shaf 61:5)
Tafsir
Selain dalam surat An-Nahl tafsiran ayat tentang risalah dapat dijelaskan juga dalam
surat Al-baqarah :Ayat 121
B. QS.Al-Baqarah Ayat 121
“Orang-orang yang telah Kami berikan kepadanya Al-Kitab dan mereka
membacanya dengan benar adalah mereka yang beriman kepadanya. Dan
barangsiapa yang kafir terhadapnya, maka mereka itulah orang-orang yang
merugi.”(121
a. Penafsiran Ayat menurut Ibnu Katsir
Ibnu Jarir berkata, “Yang dimaksud oleh firman Allah ‘Orang-orang Yahudi
dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum kamu mengikuti agama mereka’ ialah,
‘Hai Muhammad, kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu selamanya
sebelum kamu mengikuti apa yang mereka sukai dan setujui. Maka carilah keridhaan
Allah dimana kamu diutus dengan hak dalam keridhaan itu.”
Firman Allah, “Orang-orang yang telah Kami berikan kepadanya Al-Kitab dan
mereka membacanya dengan benar serta mereka itu neriman kepadanya.” Said dan
Qatadah berkata, “Mereka adalah para sahabat Nabi saw..” Ibnu Mas’ud berkata,
“Demi Zat yang diriku ada dalam kekuasaan-Nya sesungguhnya yang dimaksud
dengan membaca secara benar ialah menghalakan apa yang dihalalkannya,
mengharamkan apa yang diharamkannya, dan membacanya sebagaimana ia
diturunkan Allah, tidak mengubah satu kalimat pun dari tempatnya, dan jangan
menakwilkan sesuatu kepada maksud yang tidak seharusnya.(114), yang artinya :
Tafsir
“Sesungguhnya apabila beliau sedang membaca Al-Qur’an dan melewati ayat
rahmat, maka beliau memohon. Dan apabila melewati ayat azab, maka beliau
berlindung (ta’awudz)
Firaman Allah, “Adalah mereka yang beriman kepadanya” merupakan khabar
dari penggalan “Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab dan mereka
membacanya dengan benar.” Yakni, barangsiapa diantara Ahli Kitab yang
menegakkan Kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi terdahulu dengan sebenar-
benarnya, maka dia akan beriman kepada kitab yang dibawa olehmu, Muhammad,
sebagai utusan. Hal ini sebagaimana firman Allah, “Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab,
kamu tidak memiliki pegangan apa pun sebelum kamu menegakkan Taurat dan Injil
serta kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.’” Yakni, jika kamu
menegakkannya dengan benar, mengimaninya dengan sungguh-sungguh,
membenarkan berita-berita yang terdapat didalamnya, diantaranya tentang diutusnya
Muhammad, sifat dan gambaranya, serta perintah untuk mengikuti, menolong, dan
membantunya, maka hal itu membimbingmu kepada kebenaran dan mengikutinya
didunia dan akhirat.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Yaitu orang-orang yang mengikuti
Rasul, Nabi yang umum, yang mereka menjumpai namanya tertulis dalam kitab
mereka, yaitu Taurat dan Injil.” Dan Allah Ta’ala berfirman, “Maka apabila mereka
berserah diri, berarti mereka mendapat petunjuk. Dan apabila mereka berpaling, maka
sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan, dan Allah Maha Melihat terhadap
hamba-hamba-Nya.”
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Dan barangsiapa yang kafir
terhadapnya, maka mereka itulah orang-orang yang merugi” sebagaimana Allah
berfirman, “Barang siapa diantara golongan-golongan itu yang kafir terhadapnya,
maka neraka merupakan tempatnya. “Dlama kitab sahih dikatakan (115),
Demi Zat yang jiwaku ada dalam Kekuasaan-Nya, tidaklah seseorang dari
umat ini, yahudi dan Nasrani yang mendengar tentang aku kemudian dia tidak
beriman kepadaku melainkan ia akan masuk neraka.”
Tafsir
b. Penafsiran menurut Al-Maraghi
Diantara ahli kitab ada yang mempelajari Kitab Taurat dengan penuh
pengertian, hingga mampu memahami secara detail. Mereka juga menjaga kefasihan
kata-katanya dan memikirkan makna yang dikandung, disamping memahami hukum
dan rahasia-rahasianya. Mereka adalah orang-orang yang mengetahui bahwa yang
dibawa Muhammad adalah kebenaran. Karenanya, golongan ini msu berimsn kepada
Rasulullah saw. dan memakai petunjuk yang lurus ini. Diantara mereka, Abdullah
ibnu Salam dan kaum Yahudi lain yang mengikuti jejaknya.
Artinya, “siapa pun yang kufur kepada apa yang diturunkan kepada
Muhammad setelah masalah tersebut jelas sebagai kebenaran, mereka adalah para
pemimpin yang keras kepala dan orang-orang bodoh terhadap perkataan orang-
orang kelompok pertama. Mereka adalah orang-orang yang rugi karena kehilangan
kebahagiaan di dunia, kemuliaan, kejayaan yang Allah anugerahkan kepada siapa
saja yang membela agama-Nya.
Sebagaimana Allah berfirman :
“. . . Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya . . .”
(Al-Haj,22:40)
Tafsir
Mereka juga rugi diakhirat dan tidak menikmati surga,tapi mereka itu adalah
berhak mendapat siksa yang Allah sediakan untuk mereka.
Perbuatan yang menyebabkan mereka kufur, terkadang merubah isi kitab –
yang membawa berita gembira kedatangan Nabi, sehingga kitab mereka tidak sesuai
dengan kenyataan. Semua itu karena mereka hanya bermaksud memuaskan hawa
nafsu belaka. Terkadang mereka mengesampingkan kitab yang mereka pegang.
Mereka pun menganggap cukup berpegangan pada ulama’-ulama yang telah
melakukan penambahan didalam kitab Taurat itu sendiri Prinsip yang mereka pegang
telah dijual dengan harga murah untuk mengejar kenikmata dunia yang fana ini.
Berpaling Dari Al-Qur’an berarti Menghina Allah.
Ayat diatas mengandung pula isyarat yang menunjukan bahwa orang yang
membawa Al-Qur’an tanpa berpikir makna yang dikandung, sama dengan tidak
beriman. Sebenarnya, meerka pun mengetahui bahwa didalam itu terkandung hidayah
Allah. Dan sudah barang tentu pengertian tersebut tidak bisa meresap didalam hati
tanpa merenungkan kandungan maknanya.
Masalah ini merupakan pelajaran bagi kita, sebagaimana difirmankan Allah :
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. . . . (Yusuf, 12 :111)
Sepantasnya, hal tersebut menjadi pendorong bagi kita untuk lebih mendalami
Al-Qur’an ketika kita membaca. Dengan demikian, bacaan itu tidak berhenti dari
mulut,seperti perintah al-Qur’an
Tafsir
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an,ataukah ahti mereka
terkunci?”(Muhammad, 47:24)
Dan Allah berfirman dalam ayat lainnya :
“. . . supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran.”(Shad,38: 29)
Tetapi sangat disanyangkan juga semua ayan dan pelajaran tentang masalah
ini, sedikit pun tidak melekat didalam hati. Mereka hanya taqlid kepada orang-orang
yang dikecam Al-Qur’an. Sehingga hujjah Al-Qur’an memukul sikap mereka.
Ada sebuah hadits yang mengatakan :
“Barang siapa yang membaca kemudian berpaling dari kandungan Al-
Qur’an, berarti menghina Tuhan. Perumpamaanya sama dengan orang yang
mengirim surat dengan kepada seorang teman untuk tujuan tertentu. Kemudian surat
tersebut dibaca oelh teman tersebut berkali-kali dan melagukan isinya yang ditulis
dengan gaya bahasa indah dan merayu. Tetapi sedikit pun ia tidak memperhatikan isi
surat yang dikirimkan itu. Kemudian, apakah sipengrim tidak merasa dihina?”
Karenanya, wajib bagi setiap Mu’min di setiap masa dan mana mereka berada
hendaknya memperhatikan kandungan Al-Qur’an, memahami kemudian
mengamalkan seluruh isinya.
Jika ternyata ada seorang yang buta huruf, hendaknya ia minta tolong kepada
orang lain untuk membacanya dan memberi pengertian kepadanya tentang makna
yang dikandung.
b. Penafsiran menurut al-Misbah
Tafsir
Setelah mengancam siapa diantara ahli kitab yang wajar diperingati dan
diancam karena mengubah kandungan Al-Kitab, dijelaskan disini kelompok yang
wajar mendapat berita gembira. Mereka adalah orang-orang yang telah kami berikan
Al-Kitab yakni Taurat atau injil, mereka membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya.
Yakni mengikuti tuntunannya secara baik dan sempurna serta sesuai dengan
apa yang diturunkan Allah atnpa melakukan atau mempercayai perubahan yang ada,
mereka itu yakni yang sungguh tinggi kedudukanya disisi Allah beriman kepadanya,
yakni kepada kitab suci itu atau kepada petunjuk Allah yang sempurna itu. Dan
barang siapa yang ingkar kepadanya yakni kepda kitab suci atau petunjuk Allah maka
mereka itulah bukan selain mereka orang-orang yang benar-benar rugi, celaka dan
binasa.
Dan bacaan diatas, al-Qur’an tidak menggenelarisir. Ada kelompok diantara
Ahli kitab yang sikapnya tidak seperti yang digambarkan oelh ayat sebelum ini.
Memang kelpmpok ini tidak terlalu banyak sebagaimana di isyaratkan pada yat-ayat
yang lalu, misalnya ayat 100. tetapi, betapa pun kecilnya, mereka ada. Dan agar tidak