26
BAB 1PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangImunisasi adalah salah satu bentuk intervensi
kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi
dan balita. Pada tahun 1974 cakupan vaksinasi baru mencapai 5%
sehingga dilaksanakan imunisasi global yang disebut Program
Pengembangan Imunisasi (PPI).1,2Kementerian Kesehatan menargetkan
pada tahun 2014 seluruh desa/ kelurahan mencapai 100% UCI
(Universal Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di
desa/kelurahan tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap yang
terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak. Pencapaian
UCI desa/ kelurahan tahun 2009 masih sangat rendah, yaitu 69,6%.
Hal ini disebabkan antara lain karena kurang perhatian dan dukungan
dari pemerintah daerah terhadap program imunisasi, kurangnya dana
operasional untuk imunisasi baik rutin maupun tambahan, dan tidak
tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang adekuate. Selain itu
juga kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan
kesehatan swasta, kurang sumber daya yang memadai serta kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi.3,4
Menurut data profil kesehatan Indonesia 2008, di Sumatera Selatan
angka kejadian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
masih tinggi. Penyakit campak, terjadi 766 kasus (7,2%) dengan 232
kasus (2,2%) terjadi pada orang yang telah divaksinasi. Campak
(measles, morblli, rubela) disebabkan oleh virus measles yang
termasuk dalam genus Morbillivirus famili Paramyxoviridae.
Campakmerupakanpenyakit akutyang sangat menular, dan ditandai
dengan Gejala utama dari campak adalah demam, batuk, coryza,
konjungtivitis, dan bercak koplik yang diikuti timbulnya ruam
makulopapular pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh.Dari data
profil Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2010, didapatkan bahwa
cakupan imunisasi campak di kota palembang rata-rata mencapai
93,28%, pada profil Puskesmas Pakjo pada tahun 2012, cakupan
imunisasi campak di Puskesmas Pakjo mencapai 90,7%. Hasil ini sudah
mencapai standar UCI Nasional per kecamatan pada tahun 2012 yang
seharusnya mencapai 90%.6Berdasarkan data di atas penulis tertarik
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya
cakupan imunisasi campak di Puskesmas Pakjo sebagai tugas akhir
Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Komunitas di Puskesmas Pakjo Palembang.1.2. Rumusan
MasalahApa saja faktor yang mempengaruhi tercapainya cakupan
imunisasi campak di Puskesmas Pakjo Palembang?
1.3. Tujuan Penelitian1.3.1. Tujuan UmumMengetahui faktor faktor
apa saja yang mempengaruhi tercapainya cakupan imunisasi campak di
Puskesmas Pakjo Palembang.
1.3.2. Tujuan Khusus1. Mengetahui cakupan pemberian imunisasi
campak di wilayah kerja Puskesmas Pakjo Palembang.2. Mengetahui
upaya KIE dan promosi dalam penyuluhan imunisasi imunisasi campak
di Puskesmas Pakjo Palembang.
1.4. Manfaat Penelitian1.4.1. Bagi peneliti1. Menambah
informasi, pengetahuan, dan wawasan tentang imunisasi dasar pada
balita.2. Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian sebagai
bekal dalam melakukan penelitian selanjutnya.
1.4.2. Bagi InstitusiMemberikan karya bagi almamater sehingga
dapat menambah data yang baru yang dapat digunakan oleh mahasiswa/i
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
1.4.3. Bagi MasyarakatDengan meningkatnya kualitas program
imunisasi akan menurunkan angka kejadian penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Campak 2.1.1 Definisi Penyakit campak adalah suatu
penyakit berjangkit. Campak atau rubeola adalah suatu infeksi virus
yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk,
konjungtivitis dan ruam kulit. Campak ialah penyakit infeksi virus
akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu: a. stadium
kataral, b. stadium erupsi dan c. stadium konvalesensi.4
Campak adalah suatu penyakit akut menular, ditandai oleh tiga
stadium:1. Stadium kataralDi tandai dengan enantem (bercak koplik)
pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang,
konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk.2. Stadium erupsiDitandai
dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka,
tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi.3.Stadium
konvalesensiDitandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya
ruam, dan terjadi hiperpigmentasi.
2.1.2 EtiologiCampak disebabkan oleh virus RNA dari famili
paramixoviridae, genus Morbillivirus. Selama masa prodormal dan
selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam
sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat aktif
sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.Virus campak dapat
diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kera
rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari
sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi
dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.
2.1.3 EpidemiologiBerdasarkan hasil penyelidikan lapangan KLB
campak yang dilakukan Subdit Surveilans dan Daerah pada tahun
1998-1999, kasus-kasus campak terjadi karena anak belum mendapat
imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40100 persen dan mayoritas
adalah balita (>70 persen). Frekuensi KLB campak pada tahun
1994-1999 berdasarkan laporan seluruh provinsi se-Indonesia ke
Subdit Surveilans, berfluktuasi dan cenderung meningkat pada
periode 19981999: dari 32 kejadian menjadi 56 kejadian. Angka
frekuensi itu sangat dipengaruhi intensitas laporan dari provinsi
atau kabupaten/kota. Daerah-daerah dengan sistern pencatatan dan
pelaporan yang cukup intensif dan mempunyai kepedulian cukup tinggi
terhadap pelaporan KLB, mempunyai kontribusi besar terhadap
kecenderungan meningkatnya frekuensi KLB campak di Indonesia,
seperti Jawa Barat, NTB, Jambi, Bengkulu dan Yogyakarta.4
2.1.4 PatofisiologiLesi campak terdapat di kulit, membran mukosa
nasofaring, bronkus, dan saluran cerna dan pada konjungtiva.
Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel
polimorfonuklear terjadi disekitar kapiler. Ada hiperplasi
limfonodi, terutama pada apendiks. Pada kulit, reaksi terutama
menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik
pada mukosa bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari
eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak
pada lesi kulit. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri sekunder.
2.1.5 Diagnosis BandingDiagnosis banding penyakit campak yang
perlu dipertimbangkan adalah campak jerman, infeksi enterovirus,
eksantema subitum, meningokoksemia, demam skarlantina, penyakit
riketsia dan ruam kulit akibat obat, dapat dibedakan dengan ruam
kulit pada penyakit campak.
1. Campak jerman.Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik,
tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal
bagian posterior, belakang telinga.
2. Eksantema subitum.Perbedaan dengan penyakit campak. Ruam akan
timbul bila suhu badan menurun.
3. Infeksi enterovirusRuam kulit cenderung kurang jelas
dibandingkan dengan campak. Sesuai dengan derajat demam dan berat
penyakitnya.
4. Penyakit RiketsiaDisertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul
biasanya tidak mengenai wajah yang secara khas terlihat pada
penyakit campak.
5. MeningokoksemiaDisertai ruam kulit yang mirip dengan campak,
tetapi biasanya tidak dijumpai batuk dan konjungtivitis. 4
6. Ruam kulit akibat obatRuam kulit tidak disertai dengan batuk
dan umumnya ruam kulit timbul setelah ada riwayat penyuntikan atau
menelan obat.
7. Demam skarlantina.Ruam kulit difus dan makulopapuler halus,
eritema yang menyatu dengan tekstur seperti kulit angsa secara
jelas terdapat didaerah abdomen yang relatif mudah dibedakan dengan
campak.
2.1.6 DiagnosisDiagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama
stadium prodormal, sel raksasa multinuklear dapat ditemukan pada
apusan mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan.
Angka leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pungsi
lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya
menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar
glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah
patognomonis untuk rubeola/campak.
2.1.7 Komplikasi
1. BronkopnemoniaBronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus
campak atau oleh pneumococcus, streptococcus, staphylococcus.
Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih
muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit
menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena
itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.
2. Komplikasi neurologisKompilkasi neurologis pada morbili
seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan mental, neuritis
optica dan ensefalitis.
2.1.8 PrognosisPrognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang
baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang
sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi4.Angka
kematian kasus di Amerika Serikat telah menurun pada tahun-tahun
ini sampai tingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama karena
keadaan sosioekonomi membaik.
2.2.1 Pengertian ImunisasiImunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa,
tidak terjadi penyakit. Vaksinasi adalah suatu tindakan yang dengan
sengaja memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari
mikoorganisme patogen untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh
seseorang.1,8Kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dan interaksi
sel di dimana tujuan utamanya adalah mengenali adanya antigen.
Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan,
yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah
kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh
individu itu sendiri. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena
akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG 28 hari, sedangkan
waktu paruh imunoglobulin lainya lebih pendek. Kekebalan aktif
adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan
pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara ilmiah.
Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif
karena adanya memori imunologik. Tujuan imunisasi adalah untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
seperti pada imunisasi cacar variola.2,9
2.2.2. Vaksin2.2.2.1. Pengertian Vaksin adalah suatu produk
biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman (bakteri, virus,
atau riketsia), atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan
atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu.8,9
2.2.2.2. JenisJenis Vaksin2,8,9 Pada dasarnya, vaksin dapat
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :1. Vaksin Hidup AttenuatedVaksin
hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit.
Virus atau bakteri liar ini dilemahkan (attenuated) di
laboratorium, biasanya dengan cara pembiakan berulang-ulang.
Misalnya vaksin campak yang dipakai sampai sekarang, diisolasi
untuk mengubah virus campak liar menjadi virus vaksin dibutuhkan 10
tahun dengan cara melakukan penanaman pada jaringan media pembiakan
secara serial dari seorang anak yang menderita penyakit campak pada
tahun 1954.
2. Vaksin InactivatedVaksin ini dihasilkan dengan cara
membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakan (persemaian),
kemudian dibuat tidak aktif dengan penanaman bahan kimia (biasanya
formalin). Vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh,
maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini
tidak menyebabkan penyakit dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi
bentuk patogenik. Tidak seperti antigen hidup, antigen inactivated
umumnya tidak dipengaruhi oleh antibodi yang beredar. Vaksin
inactivated selalu membutuhkan dosis multiple, pada umumnya, pada
dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya
memacu atau menyiapkan sistem imun. Respons imun protektif baru
timbul setelah dosis kedua atau ketiga. Hal ini berbeda dengan
vaksin hidup, yang mempunyai respons imun mirip atau sama dengan
infeksi alami, respons imun terhadap vaksin inactivated sebagian
besar humoral, hanya sedikit atau tak menimbulkan imunitas
selular.
2.2.3. Respon Imun pada ImunisasiPemberian vaksin sama dengan
pemberian antigen pada tubuh. Jika terpajan oleh antigen, baik
secara alamiah maupun melalui pemberian vaksin, tubuh akan bereaksi
untuk menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun.7Secara
umum, sistem imun dibagi menjadi 2, yaitu sistem imun non-spesifik
dan sistem imun spesifik. Sistem imun non-spesifik merupakan
mekanisme pertahanan alamiah. Disebut non-spesifik karena tidak
ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi
sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas terhadap
bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen
potensial. Sistem tersebut merupakan pertahanan terdepan dalam
menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respons
langsung. Jika sistem imun non-spesifik tidak berhasil
menghilangkan antigen, barulah sistem imun spesifik
berperan.8-10Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk
mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang
pertama kali muncul dalam badan segera dikenal oleh sistem imun
spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem imun tersebut.
Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih
cepat, kemudian dihancurkan. Sistem imun spesifik diperankan oleh
sel T dan sel B. Pertahanan oleh sel T dikenal sebagai imunitas
selular, sedangkan pertahanan sel B dikenal sebagai imunitas
humoral. Imunitas seluler berperan melawan antigen didalam sel
(intrasel), sedangkan imunitas humoral berperan melawan antigen
diluar sel (ektrasel). Dalam pemberian vaksin, sistem imun spesifik
inilah yang berperan untuk memberikan kekebalan terhadap satu jenis
agen infeksi, melalui mekanisme memori. 8-10Peran utama vaksinasi
adalah menimbulkan memori imunologik yang banyak. Sel B memori
terbentuk di jaringan limfoid bagian sentral germinal. Antigen
asing yang sudah terikat dengan antibodi akan membentuk kompleks
Ag-antibodi dan akan terikat dengan komplemen (C). Kompleks Ag-Ab-C
akan menempel pada sel dendrite folikel (FDC=follicular dendritic
cells) karena terdapat reseptor C di permukaan sel dendrite.
Terjadi proliferasi dan diferensiasi sel limfosit B dan akan
terbentuk sel plasma yang menghasilkan antibodi dan sel B memori
yang mempunyai afinitas antigen yang tinggi. Sel B memori akan
berada di sirkulasi sedangkan sel plasma akan migrasi ke sumsum
tulang. Bila sel B memori kembali ke jaringan limfoid yang
mempunyai antigen yang serupa maka akan terjadi proses proliferasi
dan diferensiasi seperti semula dengan menghasilkan antibodi yang
lebih banyak dan dengan afinitas yang lebih tinggi.8-10Dengan
demikian, diharapkan seseorang yang sudah pernah divaksinasi tidak
akan mengalami penyakit akibat pajanan antigen yang sama karena
sistem imunnya memiliki kemampuan yang lebih dibanding mereka yang
tidak divaksinasi.8-10
2.2.4 Imunisasi CampakPada saat ini di negara yang sedang
berkembang, angka kejadian campak masih tinggi dan seringkali
dijumpai penyulit, maka WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak
pada bayi berumur 9 bulan.
a. Dosis dan tata cara pemberianDosis baku minimal untuk
pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau
sebanyak 0,5 ml. Untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID50
mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Pemberian yang
dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan
secara intramuscular.
b. Kejadian Ikutan Pasca ImunisasiReaksi samping dari pemberian
imunisasi vaksin campak antara lain demam > 39,5C, ruam,
ensefalitis, dan ensefalopati. Kejadian ikutan pasca imunisasi
campak telah menurun dengan digunakannya vaksin campak yang
dilemahkan.
c. Kontra IndikasiImunisasi campak tidak dianjurkan pada anak
dengan imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien
kanker, atau transplantasi organ, mereka yang mendapat pengobatan
imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang
terinfeksi HIV.
2.2.5 Jadwal Pemberian ImunisasiJadwal pemberian imunisasi dasar
pada bayi dapat dilihat pada tabel 1.
Table 1. Jadwal Pemberian ImunisasiJenis VaksinUmur Pemberian
Vaksin
Bulan
Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BCG1
Hepatitis B0123
Polio1234
DPT123
Campak1
Sumber : DepKes RI
2.2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi
Dasar2.2.6.1 Orang tua 1. Pendidikan Pendidikan orang tua merupakan
salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Menurut
penelitian Feby (2008), semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka
semakin esar kemungkinan ibu tersebut untuk mengimunisasikan
anaknya.10 Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama cara pengasuhan anak
yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan
sebagainya. Mereka juga menjadi lebih mengerti maksud, tujuan, dan
manfaat program program kesehatan, khususnya imunisasi, sehingga
mereka akan lebih terdorong untuk turut memberikan imunisasi pada
anaknya.112. PekerjaanKerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh
manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah,
bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya, seseorang bekerja
karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa
aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu
keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan
sebelumnya.12Berdasarkan asumsi, ibu yang sibuk bekerja untuk
mendapatkan tambahan pendapatan keluarganya, maka kesempatan untuk
datang ke tempat pelayanan imunisasi semakin berkurang.13
3. PendapatanPendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik primer maupun yang sekunder.11
4. Jumlah anakJumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan
sosial ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian
dan kasih sayang yang diterima anak. Menurut Katedi (2010), ibu
yang memiliki 2 anak akan cendenrung mengimunisasikan anaknya
dibandingkan dengan ibu yang memiliki >2 anak.5 Terlebih lagi
jika jarak anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan
keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan
mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada
anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan
pun tidak terpenuhi. Begitu juga imunisasi.11
2.2.6.2 Lingkungan1. Tersedianya sarana dan prasaranaUntuk dapat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu
diselenggarakan berbagai upaya pelayanan kesehatan. Dengan
pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan
sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat teratasi. Jika
upaya kesehatan seperti imunisasi tidak dapat terselenggara dengan
baik dan pelayanan kesehatan belum terjangkau secara merata oleh
masyarakat, maka sulit diharapkan derajat kesehatan masyarakat
dapat meningkat.1
2. Jarak fasilitasProgram kesehatan harus terjangkau masyarakat,
baik dari segi dana yang murah sampai tempat yang mudah dijangkau
oleh masyarakat.8
3. Penerimaan masyarakat terhadap program
kesehatanKesalahpahaman/miskonsepsi mengenai imunisasi juga
berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap program
imunisasi. Kesalahpahaman yang terutama menyebabkan masyarakat
tidak berani mengimunisasi anaknya adalah anggapan bahwa imunisasi
memiliki efek samping yang justru berbahaya bagi anak, bahkan dapat
menyebabkan kematian pada anak.10
4. Petugas kesehatanSikap dan perilaku petugas kesehatan
merupakan faktor penguat seseorang dalam memilih suatu alternative
perilaku sehat. Apabila pelayanan petugas imunisasi baik, maka akan
lebih membuat ibu puas dan senang akan pelayanan petugas tersebut,
sehingga ibu akan berusaha kembali untuk mengimunisasi anaknya
sesuai jadwal imunisasi berikutnya.12
2.2.6.3 VaksinSecara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan
vaksin mati (inaktif) yang mempunyai ketahanan dan stabilitas yang
berbeda terhadap perbedaan suhu. Oleh karena itu harus diperhatikan
syarat-syarat penyimpanan dan transportasi vaksin untuk menjamin
potensinya ketika diberikan kepada seorang anak. Bila syarat-syarat
tersebut tidak di perhatikan maka vaksin sebagai material biologis
mudah rusak atau kehilangan potensinya untuk merangsang kekebalan
tubuh, bahkan bisa menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi
(KIPI) yang tidak diharapkan.2
BAB IIIPROFIL PUSKESMAS PAKJO PALEMBANG
3.1. Gambaran UmumPuskesmas Pakjo atau sering disebut Puskesmas
Bambu Kuning merupakan salah satu Puskesmas di wilayah Kecamatan
Ilir Barat I. Terletak di Jalan Inspektur Marzuki. Wilayah kerjanya
membawahi 1 (satu) kelurahan yaitu Kelurahan Siring Agung.
3.2.Letak GeografiPuskesmas Pakjo terletak dikelurahan Siring
Agung mempunyai luas 6,4 km2, sebagian besar terdiri dari dataran
rendah, sebagian kecil rawa-rawa, relatif mudah dijangkau, hanya
Dusun Sungai Hitam (Rt.5 Rw.9) yang harus memutar melalui Kabupaten
Banyuasin karena ada sungai yang belum ada jembatan penghubung.
Batas-batas Kelurahan Siring Agung yaitu :- Sebelah Utara
berbatasan dengan Kelurahan Ilir Timur I D IV-Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kelurahan Lorok Pakjo-Sebelah Timur berbatasan
dengan Kelurahan Demang Lebar Daun-Sebelah Barat berbatasan dengan
Kelurahan Bukit Baru
3.3.Keadaan DemografiBerdasarkan data tahun 2011/2012 Puskesmas
Pakjo didukung oleh sarana dan prasarana,yaitu :1. Penduduk Total :
21.293jiwa. a. Laki laki: 10.761jiwa b. Perempuan: 10.532 jiwa
Rumah: 3.893 Buah Kepala Keluarga: 4.140KK a. Gakin: 1.240KK b. Non
Gakin: 2.900KK Bayi: 479jiwa Balita : 2.214jiwa Lansia: 1.576 jiwa
a. Laki laki: 806jiwa b. Perempuan: 770 jiwa. PUS: 3.619pasanganPUS
GAKIN: 652pasanganPUS dengan 4T: 167pasangan WUS: 4.620 orang
2. Sarana dan prasarana kesehatanPuskesmas: 1buahPustu:
2buahPraktek Dokter Umum: 6orangPraktek Dokter Spesialis:
1orangPraktek Bidan : 7orangKlinik/Balai Pengobatan:
2orangPosyandu: 17orang3. Sarana Kesehatan LingkunganJumlah- Rumah:
3.893buah- Rumah Sehat: 3.425buah- Jamban Keluarga: 4.140buah-
Jamban Sehat: 2.536buahSumber Air bersih PDAM sambungan: 2.920 buah
Sumur gali aktif: 1.363buah DAMIU: 8 buah(Depot Air Minum isi
Ulang)4. Sarana pendidikan Taman Kanak kanak- Negeri: -- Swasta: 5
buah SD / MI - Negeri: 7 buah- Swasta: - SLTP / MTs- Negeri: 3
buah- Swasta: 1 buah SMU / MA- Negeri: 2 buah- Swasta: 1 buah
Universitas- Negeri: -- Swasta: 1 buah
5. Saran Ibadah dan Tempat-tempat UmumSarana Ibadah Masjid:17
buah Mushola: 5 buah Gereja: - Pura: - Wihara: -Tempat-Tempat Umum
Kantor: 4 buah Hotel/Mess: 3 buah TPM lain: 25 buah Rumah Makan:12
buah Salon Kecantikan:12 buah Pasar: -Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja
Puskesmas Pakjo PalembangPuskesmas Pembantu :Dalam pelaksanaan
kegiatan, dibantu oleh 2 (dua) Puskesmas Pembantu :1. Puskesmas
Pembantu (Pustu) Talang MasketipDidirikan tahun 1987 dari dana
inpres tanah wakaf dari Bapak M. Said, terletak di Jalan Inspektur
Marzuki Lr. Lematang Rt. 4 Rw. 9 Kelurahan Siring Agung.2.
Puskesmas Pembantu (Pustu) Siring AgungDidirikan tahun 1980 dari
dana inpres. Tanah merupakan hibah dari Stanvac, terletak di Jalan
Sei Talo.a. Pustu Siring Agung : Perawat: 1orangb. Pustu Talang
Masketip : Akbid: 1 orang Bidan: 1orang3.4. Program Program Yang
Dilaksanakan1. Kesehatan Keluarga (KESGA) Pemeriksaan antenatal,
buteki dan nifas Penyuluhan pada bumil, nifas dan buteki Pembinaan
Posyandu dan Lansia Pemberian makanan tambahan untuk lansia2.
Keluarga Berencana Pelayanan KB Penyuluhan KB3. Gizi Pembinaan
Posyandu Pemberian kapsul Vit. A untuk bayi diatas 6 bulan dan
balita Pemberian tablet tambah darah (Fe) Penyuluhan pemanfaatan
pekarangan Pemberian makanan tambahan untuk balita dengan program
JPK-MM Penyuluhan Gilingan Mas4. Kesehatan Lingkungan Penyuluhan
kesehatan lingkungan sekolah, posyandu dan pemukiman Pendataan
Rumah Sehat PHBS Pendataan TPM TPU Penyuluhan Gilingan Mas5. P2P P2
ISPA Penyuluhan penyakit ISPA Pengobatan Penderita ISPA P2Diare
Penyuluhan Penyakit Diare Penyuluhan Penderita Diare Rehidrasi
Rumah Tangga P2TB Paru Penyuluhan penyakit TB Paru Pengobatan
Penderita TB Paru Pemeriksaan dahak dirujuk ke PKM Merdeka DHF
Penyuluhan penyakit DHF Pengobatan Penderita DHF Rujukan ke Rumah
Sakit Imunisasi Penyuluhan Gilingan Mas Pelayanan imunisasi bayi,
bumil dan caten Pelayanan imunisasi anak SD6. Pengobatan termasuk
Pelayanan Darurat karena kecelakaan Pengobatan umum Pengobatan
peserta Askes, Jamsostek Pengobatan Keluarga Miskin MTBS Rujukan7.
Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ) Pendataan dan penimbangan anak TK
Pendataan dan screening anak SD kelas I Imunisasi (BIAS) Penyuluhan
kesehatan SD, SMP, SMA Pelatihan / pembinaan Dokter Kecil8.
Penyuluhan Kesehatan masyarakat Di dalam gedung Puskesmas Di luar
gedung Puskesmas9. Perawatan Kesehatan Masyarakat : Rujukan kasus
resiko tinggi Kunjungan rumah penderita TB paru dan lain-lain
Kunjungan rumah bumil, bayi, balita resiko tinggi10. Kesehatan Gigi
dan Mulut : Pengobatan penyakit gigi dan mulut UKGS UKGMD11.
Kesehatan Jiwa Penyuluahan kesehatan jiwa Pengobatan dan rujukan
penderita12. Kesehatan Mata : Penyuluhan Penyakit Mata Pencarian
penderita penyakit katarak Pengobatan dan rujukan penderita 13.
Laboratorium Sederhana : Pemeriksaan darah rutin dan urine rutin
Pemeriksaan kehamilan dengan grandivica stick Pembuatan sediaan
untuk pemeriksaan dahak suspek TBC. Kimia Darah Sederhana : Gula
Darah, Uric Acid14. Pencatatan dan Pelaporan : Laporan Tahunan
Laporan Bulanan Laporan Mingguan Laporan PWS KIA, Gizi , Imunisasi
Laporan KB Laporan P2P Laporan Kinerja Laporan Perencanaan Tingkat
Puskesmas Laporan Keuangan
3.5 Program Unggulan Puskesmas Pakjo1. GiziKami memilih program
unggulan tersebut diatas dikarenakan :Kelurahan Siring Agung
merupakan daerah pemukiman yang perkembangannya sangat cepat.Di
Kelurahan Siring Agung masih banyak penduduk yang status sosialnya
masih rendah, sehingga masih banyak kami temukan balita BGM. Sejak
Tahun 2010-2011 ada bantuan Program NICE yang sangat membantu
program ini.2. Lapas AnakDi wilayah Puskesmas Pakjo ada Lapas Anak,
Rutan Dewasa, sehingga Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan
Kota Palembang menugaskan untuk lebih memperhatikan Lapas Anak dan
selalu dimasukkan kegiatan Puskesmas luar gedung seperti :
Kunjungan Rutin setiap bulan (Dokter, Paramedis, dan tenaga
kesehatan lainnya) yaitu Rabu minggu ke empat, dan memberikan
pelayanan kesehatan dasar kepada Andiklapas. Kunjungan psikiater
yang difasilitasi oleh tenaga kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota
Palembang. Penyuluhan kesehatan dengan topik yang berbeda setiap
bulan sesuai kebutuhan Lapas Anak. Antara lain yang difasilitasi
oleh Puskesmas Pakjo mengenai penyakit TBC, DBD, dll (yang sudah
pernah diberikan) Penyuluhan mengenai Personal Higene, Kesehatan
Reproduksi & NAPZA. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut.
Penyuluhan mengenai gizi oleh Petugas Gizi Puskesmas Pakjo.
Pemantauan Sanitasi Dasar dan Pemantauan Jentik secara berkala oleh
petugas Kesehatan Lingkungan.
BAB IVPEMBAHASAN4.1. PembahasanPenyebab pencapaian target bisa
berasal dari man, money, material, methode, and environment.
Berikut ini analisis dari tiap komponen tersebut dalam pelaksanaan
cakupan imunisasi campak di Puskesmas Pakjo yang sudah mencapai
target di Puskemas Pakjo tahun 2012 .4.1.1. Man (Ketenagaan)Program
penemuan dan pengobatan campak ini telah dibentuk tim yang
beranggotakan 5 orang. Dalam pelaksanaan pelayanan program tersebut
setiap anggota bekerja sama. Program imunisasi campak di Puskesmas
Pakjo yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas, yang sekaligus sebagai
dokter puskesmas, beserta 1 staf yang bertugas memegang program
imunisasi yang sudah pernah pelatihan sebelumnya. Dalam pelaksanaan
imunisasi campak di Puskesmas Pakjo Palembang sudah maksimal.4.1.2.
Money (Pendanaan)Sistem pendanaan program imunisasi campak berasal
dari dana BOK (bantuan operasional kesehatan). Sumber dana untuk
mendukung pelaksanaan program ini sudah berjalan dengan baik
seperti dana untuk melakukan pelayanan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.4.1.3. MaterialDalam pelaksanaannya, Puskesmas
Pakjo dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan kegiatan penunjang,
seperti laboratorium, pencatatan dan pelaporan, pemantauan dan
penilaian. Puskesmas juga memiliki peralatan untuk diagnosis
klinis, peralatan untuk tindakan medis, peralatan untuk penunjang
pelayanan medik, dan peralatan penunjang medik. 4.1.4. MetodeMetode
yang dilakukan dengan pendataan dan penyuluhan kepada masyarakat di
wilayah kerja puskesmas pakjo palembang. Selain itu, petugas juga
melakukan pelacakan kasus campak.4.1.5. Lingkungan Wilayah kerja
Puskesmas Pakjo mudah di akses karena terletak di pinggir jalan dan
merupakan daerah yang sering dilalui oleh transportasi umum. Upaya
pemberian imunisasi campak juga tidak mengalami kesulitan karena
para orang tua mematuhi anjuran dari petugas.4.2 Prioritas
MasalahMengingat adanya keterbatasan kemampuan mengatasi masalah
secara sekaligus, ketidaktersediaan teknologi atau adanya
keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih
prioritas masalah yang akan diselesaikan. Berikut ini merupakan
penetapan urutan prioritas masalah dengan metode
matriks.Berdasarkan permasalahan yang ditemukan diatas, harus
ditetapkan satu prioritas masalah yaitu dengan menggunakan metode
USG yang menggunakan pertimbangan beberapa aspek yaitu :a. Urgency
(dilihat dari mendesak atau tidaknya masalah tersebut)b.
Seriousness (tingkat keseriusan masalah)c. Growth (tingkat
perkembangan masalah)Masalah yang mempunyai total angka tertinggi
dari hasil penjumlahan yang akan menjadi prioritas masalah.Tabel
4.1Penyebab tercapainya program TB paru di Puskesmas Pakjo
PalembangNoPenyebab USGU x S x G
1. Peran aktif petugas 555125
2. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran dalam pemberian
imunisasi campak54480
3. Penyuluhan tentang imunisasi campak54360
4. Pusat kesehatan yang mudah dijangkau44464
5. Dana penyuluhan kesehatan yang cukup35345
6. Dukungan lingkungan dalam pemberian imunisasi
campak554100
Berdasarkan identifikasi diatas, prioritas yang menyebabkan
tercapainya program imunisasi campak di Puskesmas Pakjo adalah
peran aktif petugas 4.3 Penyelesaian MasalahTabel 4.2Penyelesaian
yang dapat menyebabkan tercapainya program imunisasi campak di
Puskesmas Pakjo PalembangPrioritas Penyebab MasalahAlternatif
Penyelesaian MasalahPenyelesaian Masalah Terpilih
Peran aktif petugas dalam melakukan program imunisasi campak1.
Melakukan penjaringan untuk setiap balita yg akan diberikan
imunisasi2. Memperkirakan jumlah balita yang ada di suatu wilayah3.
Promosi aktif dengan penyuluhan4. Melakukan monitoring dan evaluasi
kemajuan dari pemberian imunisasi campak
Lakukan penyuluhan secara langsung pentingnya imunisasi saat
pasien datang ke puskesmas pada saat pemberian imunisasi campak
.
Tabel 4.2Penyelesaian masalah dengan USG yang menyebabkan
tercapainya program imunisasi campak di Puskesmas Pakjo
PalembangNoPenyelesaian MasalahUSGU x S x G
1. Promosi aktif dengan penyuluhan
555125
2. Melakukan penjaringan untuk setiap balita yg akan diberikan
imunisasi
54480
3. Memperkirakan jumlah balita yang ada di suatu
wilayah54360
4. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan dari pemberian
imunisasi campak
54464
Dari tabel di atas prioritas penyelesaian masalah yang terpilih
untuk program Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Pakjo
adalah melakukan penyuluhan secara langsung tentang pentingnya
pemberian imunisasi kepada pasien datang ke puskesmas pada saat
pemberian imunisasi campak. Pemilihan penyelesaian masalah ini
dianggap lebih efektif baik dalam hal biaya dan juga waktu.
Penyelesaian masalah ini juga diharapkan memiliki dampak yang lebih
cepat dibandingkan penyelesaian masalah yang lainnya sehingga
program imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Pakjo tetap
memenuhi cakupan.
BAB VPENUTUP
5.1 KesimpulanPenyakit campak disebabkan oleh virus morbilli.
Tanda khasnya berupa koplik spot di selaput lendir pipi, dan rash
kulit yang muncul pada hari ke-14 setelah terpapar virus campak.
Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit
campak seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus
yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi
campak. Jumlah pemberian imunisasi campak diberikan 1 kali pada
usia 9 bulan. Imunisasi campak terdiri dari dosis 0.5ml yang
disuntik secara subkutan, ia sering dilakukan pada lengan kanan
bagian atas. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan
syringe yang steril. Dari pengamatan yang dilakukan di Puskesmas
Pakjo, maka dapat disimpulkan bahwa tercapainya target program
imunisasi 90% disebabkan terutama baiknya sumber tenaga dan usaha
preventif-promotif melalui penyuluhan dan penyebaran informasi
kepada masyarakat. Namun terdapat faktor-faktor lain yang juga
perlu diperhatikan seperti cukupnya dana yang tersedia untuk
melakukan kegiatan.
5.2 SaranUntuk mencegah terjadinya penyakit campak ibu
seharusnya memberikan vaksin campak sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan agar tidak terjadi penularan penyakit campak dan
sebaiknya jika ada satu anak yang terkena penyakit campak, maka
anak lain dianjurkan tidak berdekatan dengan anak tersebut. Karena
virusnya keluar melalui napas atau semburan ludah ( droplet ) bisa
terisap lewat hidung atau mulut dan akan menulari anak lain.
Kepala Puskesmas dan petugas puskesmas1. Secara teratur dan
berkala dokter bersama dengan staf puskesmas diharapkan lebih baik
lagi dalam memberikan penyuluhan di puskesmas kepada anggota
keluarga mengenai pentingnya imunisasi campak, pengenalan
tanda-tanda bahaya penyakit campak.2. Memberikan pelatihan kepada
kader untuk bisa memberikan imunisasi campak dan yang lain, melatih
mereka agar dapat memberikan peyuluhan kepada anggota keluarga, dan
masyarakat mengenai pentingnya imunisasi campak.3. Memberikan
pembinaan, pengawasan serta melakukan evaluasi secara berkala oleh
kepala puskesmas dan dinas kesehatan untuk meningkatkan kemampuan,
motivasi, dan kesempatan agar kinerja dari petugas kesehatan di
Puskesmas Pakjo sehingga menjadi lebih baik lagi.4. Mendeteksi
hambatan dan kekurangan yang ada serta menanggulanginya termasuk
aktivitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.a.
Pemerintah daerahPeningkatan dukungan, kesempatan dan kemudahan
yang sebesar-besarnya kepada masyarakat untuk mendapatkan
pendidikan tentang kesehatan melalui peningkatan penyuluhan tentang
pentingnya imunisasi campak.b. Bagi masyarakat1. Memberikan respon
positif terhadap upaya pemerintah dalam mencapai target imunisasi
90% agar semua balita di Indonesia dapat hidup dengan sehat. 2.
Segera memeriksakan kepada dokter/petugas puskesmas jika terdapat
tanda-tanda penyakit campak.3. Melaporkan langsung kepada puskesmas
setempat, lurah, camat, jika ada balita yang baru lahir atau balita
yang belum di imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, M., 2002, Pengetahuan, Sikap, Dan Prilaku Ibu Bekerja
Dan Tidak Bekerja Tentang Imunisasi,
http://library.usu.ac.id./modules.php. 30 Desember 20082. Arni,
2008, Studi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan WD.Buri di Desa Pebaoa
Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun.3. Arif, M,
2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aeculapius, Jakarta.4.
Azwar, A, 2003, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi ke -3,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta5. Bengen, D.g. 2000. Sinopsis Teknik
Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir.
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor6. Profil
Puskesmas Gandus, 20127. Benyamin. 1994, Pasien, Citra, Peran dan
Prilaku. PT Kansius, Yogyakarta.8. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT
Rineka Cipta, Jakarta 20039. Cahyono K.D, Faktor-faktor
Mempengaruhi tindakan imunisasi anak usia 12 23 bulan di indonesa.
Tahun 2009. htt/www.yongstation.com10. Brunner and Sudarth :
Keserhatan Masyarakat Suatu Pengantar. Jakarta, Buku Kedokteran EGC
2001.11. Parwati SB. Campak dalam perspektif perkembangan imunisasi
dan diagnosis. Pediatri pencegahan mutakhir I, CE IKA Unair, 2000 :
73-92.
1