BAB V KONSEP DIRI COSPLAYER KOMUNITAS COSPLAY JAICO Pada bagian ini peneliti telah menganalisa hasil dari penelitian yang dilakukan. Setelah melihat permasalahan yang ada, mencari teori yang sesuai dengan permasalahan, kemudian menentukan metodologi atau strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian, dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui konsep diri cosplayer berdasarkan komunikasi simbolik. 5.1. Pemahaman tentang cosplay sebelum jadi cosplayer Sebelum masuk menjadi anggota dan menjadi cosplayer, anggota lama komunitas Jaico yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki latar belakang dan alasannya kemudian memutuskan untuk bergabung menjadi anggota komunitas Jaico dan menjadi cosplayer. Pada waktu sebelum menjadi cosplayer, mereka memiliki pemahaman menurut versi mereka sendiri tentang apa itu kegiatan cosplay, sehingga membuat mereka tertarik untuk melakukan kegiatan tersebut. Berikut penjelasan tentang apa itu cosplay, menurut informan dalam penelitian ini yaitu pandangan mereka sebelum menjadi cosplayer. Bagi seorang Henky, yang pada saat itu belum menekuni kegiatan cosplay, menurutnya cosplay adalah kegiatan dimana kita dapat memakai kostum dan memainkan peran dari tokoh atau karakter yang kita sukai di dalam anime atau film Jepang, khususnya film tokusatsu. Perkembangan kegiatan yang ada di dalam komunitas yang di bentuk membawa dia juga ikut tertarik dan terlibat juga dalam kegiatan cosplay, menjadi cosplayer sampai sekarang. Selama ini, karakter yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB V
KONSEP DIRI COSPLAYER KOMUNITAS COSPLAY
JAICO
Pada bagian ini peneliti telah menganalisa hasil dari penelitian yang
dilakukan. Setelah melihat permasalahan yang ada, mencari teori yang sesuai dengan
permasalahan, kemudian menentukan metodologi atau strategi yang dilakukan untuk
mencapai tujuan penelitian, dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil dari
penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui konsep diri cosplayer berdasarkan
komunikasi simbolik.
5.1. Pemahaman tentang cosplay sebelum jadi cosplayer
Sebelum masuk menjadi anggota dan menjadi cosplayer, anggota lama
komunitas Jaico yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki latar belakang
dan alasannya kemudian memutuskan untuk bergabung menjadi anggota komunitas
Jaico dan menjadi cosplayer. Pada waktu sebelum menjadi cosplayer, mereka
memiliki pemahaman menurut versi mereka sendiri tentang apa itu kegiatan cosplay,
sehingga membuat mereka tertarik untuk melakukan kegiatan tersebut. Berikut
penjelasan tentang apa itu cosplay, menurut informan dalam penelitian ini yaitu
pandangan mereka sebelum menjadi cosplayer.
Bagi seorang Henky, yang pada saat itu belum menekuni kegiatan cosplay,
menurutnya cosplay adalah kegiatan dimana kita dapat memakai kostum dan
memainkan peran dari tokoh atau karakter yang kita sukai di dalam anime atau film
Jepang, khususnya film tokusatsu. Perkembangan kegiatan yang ada di dalam
komunitas yang di bentuk membawa dia juga ikut tertarik dan terlibat juga dalam
kegiatan cosplay, menjadi cosplayer sampai sekarang. Selama ini, karakter yang
dicosplaykan oleh Henky adalah karakter yang pendiam, dingin, dan tidak banyak
bicara. Hal tersebut menurutnya karena karakter yang cenderung banyak bicara tidak
cocok dengan sifat asli dirinya. Baik cosplay individu dan cosplay cabaret sudah
pernah dimainkan oleh Henky. Di dalam cosplay kabaret Henky banyak belajar untuk
mengembangkan kemampuannya dalam memainkan peran yang dia cosplaykan.
Karena dalam cosplay kabaret yang dilakukan secara berkelompok, tentunya harus
tampil bersama orang lain, maka harus ada kerja sama yang baik agar setiap karakter
dapat diperankan dengan baik.
Sebelum aktif menjadi cosplayer, Reyra memiliki pandangan terhadap apa itu
cosplay, menurutnya cosplay adalah bagian dari cita-cita yang ingin dia penuhi, dan
dia menjadi tertarik dengan cosplay, karena dengan cosplay dia dapat memakai
kostum sesuai dengan karakter yang dia sukai dalam anime. Ketertarikannya itu yang
membuat Reyra ingin menjadikan cosplay sebagai hobby, ditambah karena
ketertarikannya pada anime Jepang sudah sejak dia masih kecil, dan membuat dia
menjadi cosplayer dan terhitung menjadi anggota yang aktif di Jaico.
Sebelum bergabung dalam komunitas cosplay, baik yang berada di Kudus
ataupun Semarang, pandangan Tora mengenai apa itu cosplay adalah hobby yang bisa
jadi sesuatu yang serius dan bisa jadi sebuah cita-cita. Karena dari kecil Tora sudah
suka dengan tokoh-tokoh dalam anime dan film tokusatsu, dan ingin menjadi seperti
tokoh yang disukai, dengan begitu, ketika sudah menjadi seorang cosplayer, baginya
itu adalah cita-cita masa kecil yang sudah tercapai.
Sebelum aktif menjadi seorang cosplayer yang sering menampilkan kostum
Kamen Rider, menurut Adi kegiatan cosplay adalah kegiatan memainkan peran
dengan menggunakan ksotum kemudian tampil di atas panggung menampilkan
karakter sesuai dengan kostum yang dibawakan.
Menurut Bety yang belum terlibat dalam komunitas cosplay atau menjadi
cosplayer, kegiatan cosplay menurutnya adalah kegiatan memainkan peran dengan
kostum, kemudian tampil di atas panggung dan menampilkan karakter sesuai dengan
kostum yang dibawakan.
5.2. Panggung Belakang (Back Stage)
5.2.1. Kegiatan di Panggung Belakang (back stage)
Pertunjukan Cosplay, seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan dalam
penelitian ini, merupakan kegiatan memerankan tokoh seperti yang ada dalam
animasi dan tokusastu Jepang dengan menggunakan kostum seperti tokoh tersebut.
Sebelum melakukan pertunjukan Cosplay, tentu ada beberapa hal yang harus
Cosplayer persiapkan agar pertunjukan mereka berjalan dengan baik, dan supaya
dapat membawakan kostum dan karakter yang mereka bawakan sesuai karakter yang
ada di dalam anime dan tokusatsu.Berikut akan dijelaskan tentang proses persiapan
yang dilakukan oleh cosplayer dalam mempersiapkan pertunjukan cosplay.
Sebelum memutuskan untuk membawakan sebuah karakter untuk
dicosplaykan, terlebih dahulu ada hal penting yang harus diperhatikan. Informan
dalam penelitian ini sepakat mengatakan dalam wawancara yang kami lakukan,
bahwa yang paling penting dalam melakukan pertunjukan Cosplay adalah menyukai
dan mengetahui dengan baik karakter yang akan mereka bawakan. Masing-masing
cosplayer yang menjadi informan dari penelitian ini memiliki tokoh dan karakter
favorit dalam anime dan tokusatsu.Mereka mengatakan bahwa mereka menyukai
tokoh tertentu dalam anime atau tokusatsu karena sifat dari karakter tersebut ataupun
karena kostumnya yang bagus.Seperti yang dikatakan oleh Maulida, dia menyukai
salah satu tokoh yang ada dalam anime yang berjudul Fate Stay Night, yaitu Saber.
Maulida mengatakan dia sangat suka dengan tokoh yang memiliki sifat “kudere”,
yang dalam istilah bahasa Jepang berarti perempuan yag memiliki sifat lembut, kalem
dan tenang. Sama hal nya dengan Maulida, Henky juga berpendapat sama saat
ditanya tentang tokoh favoritnya, dia mengatakan bahwa dia menyukai tokoh laki-laki
yang memiliki sifat kalem dan tenang seperti tokoh Siryuu dalam anime Saint Seiya,
hal tersebut karena menurut dia karakter tersebut juga sesuai dengan karakternya
dalam kehidupan sehari-hari, dan memang dia tidak cocok untuk membawakan tokoh
laki-laki yang lucu dan banyak tingkah.
Setelah memilih dan memutuskan karakter yang akan dibawakan, persiapan
selanjutnya adalah menyiapkan bahan-bahan yang akan dipakai untuk membuat
kostum. Bagian utama dari pertunjukan cosplay adalah kostum, maka segala sesuatu
yang berkaitan dengan pembuatan kostum harus dipersiapkan dan dikerjakan dengan
baik. Untuk kostum yang berbahan kain, biasanya cosplayer membeli kainnya
terlebih dahulu dan mempercayakan pembuatan kostum pada penjahit langganan
mereka. Tetapi jika kostum yang akan dibuat adalah kostum armor, seperti karakter
yang ada di dalam film tokusatsu, maka mereka membeli spon ati sebagai bahan
dasar pembuatan armortersebut, karena untuk pembuatan armor memerlukan bahan
yang kuat dan kaku, sedangkan ketebalan kostum dapat disesuaikan dengan tebal
spon ati yang bervariasi. Proses pembuatan kostum harus mengikuti seperti kostum
asli nya seperti yang ada dalam anime atau tokusatsu.
Gambar 9
Pembuatan Kostum Cosplay Tokusatsu Kamen Rider
Sumber : http://www.kaskus.com
Cara yang paling mudah adalah dengan mencetak gambar kostum yang
mereka dapat dari internet, supaya dapat menjadi contoh dan panduan mereka dalam
membuat kostum.Setelah itu spon ati dibentuk sesuai pola, di cat dan dibuat sesuai
dengan gambar yang menjadi panduan.Selain kostum yang dipakai dalam
pertunjukan cosplay, properti yang dipakai saat pertunjukan di atas panggung juga
harus dipersiapkan supaya pertunjukan cosplay dapat ditampilkan dengan maksimal.
Sambil menyelesaikan pembuatan kostum, yang dilakukan untuk
mempersiapkan pertunjukan Cosplay adalah membuat skenario pertunjukan dan juga
musik latar yang akan dipakai saat pertunjukan nantinya. Sekenario dibuat dapat
mengambil salah satu adegan yang ada dalam anime atau tokusatsu sesuai dengan
karakter yang dibawakan. Dalam sekenario yang dibuat, cosplayer merancang
percakapan dan koreografer yang akan ditampilkan. Dalam pertunjukan cosplay,
terdapat dua macam pertunjukan, yaitu pertunjukan individu dan pertunjukan tim atau
bersama-sama atau yang biasa disebut dengan Cosplay Kabaret.Persiapan
pertunjukan Cosplay Kabaret tentu saja lebih kompleks dan lebih sulit dibandingkan
dengan Cosplay Individu. Yang membuat Cosplay Kabaret lebih sulit dan lebih
kompleks adalah karena dalam pertunjukannya, Cosplay Kabaret menampilkan alur
cerita yang lebih panjang sekitar 15-20 menit dan didalamnya terdapat 3 atau lebih
Cosplayer yang memerankan tokoh dalam sebuah cerita atau sekenario tertentu dalam
anime atau tokusatsu. Baik cosplay individu atau Cosplay Kabaret memerlukan
musik lattar yang sesuai dan mendukung pertunjukan mereka. Kemudian ada hal lain
yang kadang dibutuhkan juga dalam pertunjukan Cosplay, yaitu dubbing untuk
mengisi suara pada percakapan dalam pertunjukan cosplay. Dubbing dipakai untuk
mendukung pertunjukan cosplay agar semakin memperkuat karakter yang
ditampilkan. Dubbing atau pengisian suara pada sekenario atau musik lattar, dibuat
semirip mungkin dengan karakter asli yang di cosplay-kan dan dalam anime atau
tokusatsu sesuai dengan karakter yang dibawakan. Setelah kostum dan properti sudah
jadi, sekenario, koreografi, musik lattar dan dubbing suara telah dilakukan, persiapan
yang tidak boleh dilewatkan juga adalah proses pendalaman karakter dan latihan.
Kostum yang baik, harus didukung dengan pembawaan karakter yang baik juga,
untuk membuat pertunjukan Cosplay yang baik, karena segala sesuatu yang telah
dipersiapkan tersebut akan sangat berpengaruh pada tersampaikannya pesan pada
pertunjukan cosplay.
5.2.2. Cosplayer ketika sedang di Panggung Belakang (Back Stage)
Anggota Komunitas Cosplay Jaico, hampir seluruhnya adalah dari keturunan
Jawa. Sebelum menjadi cosplayer dan bergabung dalam Komunitas Cosplay Jaico,
dalam kehidupan sehari-hari, tentunya sangat dekat dan mencerminkan budaya Jawa.
Dalam hal ini kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun saat bergaul
dengan masyarakat sekitar, cosplayer tersebut berada dalam komunitas alamiahnya.
Karena dari kecil mereka sudah dibesarkan dengan dalam lingkungan budaya Jawa,
dan melakukan aktifitas ataupun bertindak sesuai dengan budayanya.
Sebelum membentuk Komunitas Jaico bersama teman-teman dan aktif sebagai
seorang cosplayer, Henky melakukan kegiatan mahasiswa seperti pada umumnya,
berkumpul bersama teman-teman kuliah, membicarakan tentang perkuliahan,
mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Dalam berkomunikasi dengan teman-teman,
Henky terbiasa menggunakan bahasa Jawa, karena sebagian besar teman yang akrab
dengannya adalah orang Jawa. Gaya berpakaian yang biasa dia gunakan untuk pergi
sangat casual, menurut Henky dirinya adalah orang yang tidak terlalu memusingkan
tentang penampilan. Saat pergi kuliah dia akan menggunakan pakaian casual dan rapi,
ketika sedang pergi dengan teman-teman dalam acara santai dia terbiasa hanya
menggunakan kaos, celana pendek dan juga sandal. Tidak seperti sekarang, sebelum
terlibat dan mulai menekuni dunia cosplay, Henky tidak pernah tahu tentang make-
up, baginya adalah hal yang aneh jika ada laki-laki yang memakai make-up, terutama
pada kehidupan sehari-hari. Seperti halnya dengan gaya rambutnya, sebelum sering
cosplay, sejak waktu masih duduk di bangku sekolah, Henky terbiasa dengan rambut
pendek, tetapi ketika mulai mengenal band-band Jepang semenjak kuliah dan sering
tampil di panggung, maka Henky jadi sering memanjangkan rambutnya.
Sebelum mengenal dan terlibat aktif dalam cosplay, Reyra adalah orang yang
pendiam, hanya kepada orang yang sudah akrab saja dia merasa bisa mengobrol dan
berbicara bebas. Walaupun belum aktif dalam kegiatan cosplay, Reyra sudah
memiliki teman yang juga suka dengan anime Jepang yang dia kenal, yaitu teman
sekolah dan juga teman kuliah yang satu Jurusan dengan dia yaitu, pendidikan bahasa
Jepang. Dengan teman-temannya, diluar pembicaraan tentang sekolah, kuliah dan
tugas-tugas, Reyra juga sering membicarakan tentang anime yang dia sukai dan
bertukar informasi dengan teman-teman tentang anime yang baru rilis dan tayang di
Jepang.
Dalam hal berpakaian, sebelum aktif dalam kegiatan cosplay, Reyra
mengatakan bahwa dia setiap hari hanya memakai baju yang standar, jika pergi kuliah
dia mengenakan baju berkerah, celana Jeans dan juga sepatu karena di kampus
memang tidak diperbolehkan menggunakan sandal. Reyra juga tidak pernah
menggunakan aksesoris lain selain jam tangan. Selain cara berpakaian yang
menurutnya biasa saja, dalam hal make-up Reyra setiap harinya hanya menggunakan
pelembab dan bedak, hanya dalam acara tertentu, dia baru memakai make-up yang
agak tebal. Dalam kehidupan sehari-hari dia tidak suka memakai make-up terlalu
tebal karena akan terlihat menor, dan Reyra paling tidak suka dengan perempuan
yang memakai make-up terlalu tebal apalagi yang memakainya setiap saat. Dan
tentang gaya rambutnya, Reyra mengatakan hanya suka dengan rambut panjang dan
hanya memotongnya sesekali saja supaya tidak terlalu panjang, karena jika terlalu
panjang menurutnya akan mengganggu aktifitas dan juga susah dalam perawatannya.
Ketertarikannya terhadap Cosplay sudah muncul sejak dia masih kecil,
hobinya menonton anime dan film tokusatsu dari Jepang membuat dia memiliki
keinginan untuk menjadi seperti tokoh-tokoh yang dia sukai dari anime dan film
tokusatsu.
Sebelum mengenal tentang cosplay, kesukaannya pada anime dan film
tokusatsu dari Jepang dilakukan dengan mengumpulkan action figure, gundam,
tamiya, dan lain sebagainya. Gaya berpakaiannya sebelum mengenal cosplay adalah
gaya berpakaian standar, baginya setiap pakaian yang dia beli yang penting harus
awet. Jika bepergian, memakai pakaian yang rapi, sopan dan tahu pada tempatnya
sudah lebih dari cukup. Sehari-hari Tora menggunakan bahasa Indonesia kepada
teman yang belum akrab, kepada teman yang sudah akrab dia biasa menggunakan
bahasa Jawa, dan berbeda lagi ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, biasanya
menggunakan bahasa Jawa halus sebagai tanda hormat. Saat berkumpul bersama
dengan teman-teman selain anggota komunitas cosplay, biasanya Tora dan teman-
teman membicarakan tentang kuliah. Selain menyukai anime dan film tokusatsu, Tora
juga memiliki hobi yang lain, yaitu mendaki gunung. Jadi selain memiliki teman yang
sama-sama menyukai anime dan film tokusatsu, Tora juga memiliki beberapa teman
dekat yang biasanya mendaki gunung bersama-sama. Tentang make-up dan gaya
rambut, Tora tidak pernah memakai make-up, baginya aneh kalo laki-laki memakai
make-up. Kalau gaya rambut, Tora lebih senang dengan rambut pendek, walaupun di
kampus diijinkan untuk memanjangkan rambut tetapi dia memang sudah terbiasa
dengan rambut pendek.
Sebelum terlibat dan aktif menjadi cosplayer, Adi tidak pernah
memperhatikan masalah penampilan, baik gaya berpakaian, atau gaya rambutnya.
Setiap hari untuk pergi ke kantor dia memakai seragam, dan memakai sepatu.
Sepulang kantor, jika akan bepergian dengan teman kantor, Adi hanya menggunakan
kaos, celana Jeans dan juga sandal. Untuk gaya rambut, karena Adi memiliki rambut
yang tidak lurus, maka harus rajin di potong supaya tetap rapi. Dan tuntutan
pekerjaan membuat Adi harus selalu tampil rapi.
Selama ini Bety merasa tidak ada teman yang bisa di ajak mengobrol dan
membicarakan tentang anime dan berbagai hal tentang Jepang. Setelah menjadi
mahasiswa di UNNES, dan mengetahui kalau ada Komunitas Cosplay Jaico maka
Bety memutuskan untuk bergabung supaya mendapatkan teman yang bisa di ajak
membicarakan tentang anime dan berbagai hal tentang Jepang.
Bety mengatakan sudah suka dengan berbagai hal dengan Jepang sejak lama,
dan menjadi inspirasi untuknya baik dalam gaya berbicara, gaya berpakaian, make-up
dan gaya rambut. Menurutnya, dia adalah orang yang tidak banyak bicara, terutama
dengan orang yang belum begitu dikenalnya, atau tidak akrab dengannya. Tetapi jika
sedang berkumpul dan mengobrol dengan orang yang sudah akrab dan dekat
dengannya maka dia akan banyak berbicara dan bisa membicarakan berbagai hal.
Harajuku adalah style fashion anak muda di Jepang, Bety sangat senang
dengan Harajuku karena sangat berani dalam menadukan warna, memakai banyak
aksesoris dan make-up yang tebal. Ketertarikannya dengan harajuku, tidak membuat
Bety dalam kesehariannya menggunakan gaya berpakaian tersebut, karena merasa
masih malu dan takut terlihat aneh jika dilihat oleh orang lain. Sehari-hari Bety hanya
menggunakan sedikit make-up, yaitu menggunakan cream, pelembab, bedak dan
eyeliner tipis. Dan untuk gaya rambut, Bety lebih suka dengan rambut hitam yang
panjang. Karena menurutnya perempuan bagus dengan rambut hitam dan panjang.
5.2.3. Proses Komunikasi selama berada di Panggung Belakang (back
stage)
Dibesarkan dalam lingkungan dengan kebudayaan Jawa tidak menutup
kemungkinan para cosplayer ini tidak terpengaruh dengan kebudayaan lain. Pada era
globalisasi pada saat ini, teknologi informasi dan komunikasi sudah semakin maju
dan berkembang. Hal tersebut membuat setiap orang, tidak terkecuali para cosplayer
untuk menerima budaya dari luar selain budayanya sendiri. Seperti contohnya, pada
masa anak-anak, para cosplayer sangat suka menonton tayangan televisi yang
mengandung nilai-nilai budaya dari negara lain, yaitu film kartun dari Jepang, yang
viasa disebut dengan istilah anime dan juga tokusatsu.
Kesenangan akan anime atau tokusatsu buatan Jepang ternyata bagi sebagian
orang terlebih bagi para cosplayer ini tidak berhenti pada saat anak-anak saja, tetapi
sampai dewasa dan sudah menjadi mahasiswa. Bermula dari melihat dan
mendapatkan informasi dari internet, mereka menjadi tertarik dengan budaya pop
Jepang yaitu cosplay. Bagi mereka, cosplay menjadi kegiatan atau hobi yang bisa
merealisasikan impian atau keinginan mereka pada waktu kecil untuk menjadi seperti
tokoh dalam anime atau film tokusatsu favorit mereka.
Pada saat persiapan pertunjukan cosplay atau dalam kehidupan sehari-hari
cosplayer secara keseluruhan, cosplayer melakukan komunikasi dan interaksi dengan
orang lain di sekitarnya. Di panggung belakang ini cosplayer menjadi dirinya sendiri
untuk berkomunikasi, dan tidak perlu memainkan peran sebagai orang lain seperti
pada saat cosplay. Topik yang menjadi bahan pembicaraan dalam komunikasi sehari-
hari adalah tergantung dengan siapa cosplayer tersebut berkomunikasi, jika
mengobrol dengan teman kuliah atau teman di luar komunitas Cosplay, mereka akan
membicarakan hal-hal yang bersifat umum, misalnya kepada teman kuliah mereka
akan membicarakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kuliah, tetapi kepada
teman-teman dalam komunitas atau dari komunitas Cosplay yang lain cosplayer akan
membicarakan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan budaya pop Jepang
yang mereka sukai dan saling berbagi informasi tentang perkembangan yang ada
khususnya dalam hal cosplay.
Kegiatan Cosplay masih belum dikenal dengan baik oleh masyarakat pada
umumnya, sehingga masih banyak stigma negatif yang melekat pada kegiatan
cosplay. Masih banyak yang menempatkan cosplay sebagai kegiatan yang
mencerminkan tidak cinta tanah air dan lebih mengembangkan budaya dari negara
lain daripada budaya dari negara sendiri. Karena hal tersebut anggota komunitas
cosplay atau komunitas pecinta Budaya Pop Jepang yang lain membicarakan tentang
cosplay atau budaya Jepang hanya kepada orang-orang yang tahu saja dan jarang
membicarakan atau membahas tentang budaya pop Jepang khususnya cosplay kepada
orang lain di luar komunitas.
Stigma negatif tentang cosplay dan juga cosplayer tidak jarang juga dimiliki
oleh orang tua cosplayer itu sendiri. Orang tua masih ada yang menganggap kegiatan
cosplay ini adalah kegiatan yang tidak penting atau hanya akan mengganggu kegiatan
utama seperti kuliah atau sekolah. Dengan hasil observasi dan pengamatan yang
penulis lakukan kepada cosplayer, khususnya cosplayer Jaico yang menjadi informan
dalam penelitian ini, kegiatan cosplay tidak berpengaruh buruk apalagi sampai
menggangu kegiatan lain yang lebih penting. Hal tersebut membuat penulis melihat
bahwa negatif atau tidaknya kegiatan cosplay adalah tergantung dari pribadi
cosplayer itu sendiri agar kegiatan cosplay tidak mengganggu kegiatan lain yang
lebih penting seperti sekolah atau kuliah, bahkan pekerjaan sekalipun. Untuk
mendapatkan ijin dari orang tua dalam mengikuti kegiatan cosplay, cosplayer harus
dapat menjelaskan kepada orang tua tentang bagaimana kegiatan cosplay ini
dilakukan dan dapat meyakinkan orang tua kalau kegiatan ini tidak mengganggu hal
lain yang lebih penting, tidak menjerumuskan ke dalam pergaulan yang tidak baik,
dan juga tidak membawa pengaruh atau kebiasaan buruk.
Konsep diri adalah pandangan kita tentang siapa diri kita, dan bagaimana kita
mengetahui konsep diri, dapat kita peroleh lewat informasi dari komunikasi dengan
orang lain yang ada di sekitar kita. Orang lain berpengaruh pada konsep diri karena
bagaimana persepsi maupun sikap orang lain terhadap kita sering menjadi ukuran kita
menilai diri kita sendiri. Bagian selanjutnya dari penelitian ini proses interaksi
simbolik di dalam komunikasi yang dilakukan oleh Cosplayer (anggota lama)
komunitas Jaico, baik dengan anggota baru dalam komunitas sebagai reference group
dan anggota keluarga sebagai significant other, sebagai pihak yang berkomunikasi
atau berinterkasi dengan cosplayer dengan intensitas yang lebih banyak.
Anggota keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan emosional
dengan cosplayer anggota lama Komunitas Cosplay Jaico, dengan anggota keluarga
cosplayer juga melakukan komunikasi dan berinteraksi. Untuk melihat bagaimana
cosplayer saat berada di rumah atau sebelum bergabung dengan komunitas Jaico,
anggota keluarga adalah informan yang tepat untuk memperoleh informasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan konsep diri cosplayer.
Cosplayer anggota lama Komunitas Jaico menjadi seorang anak di dalam
keluarga. Anggota keluarga sebagai orang terdekat yang selalu bersama dengan
cosplayer sejak masih kecil, membuat terjalinnya hubungan emosional antara anggota
keluarga dengan cosplayer. Ketika sedang berada di rumah cosplayer melakukan
interaksi dengan anggota keluarga. Melalui interaksi tersebut cosplayer memberikan
pesan verbal maupun non-verbal kepada anggota keluarga, kemudian dari pesan
tersebut anggota keluarga dapat melakukan penilaian tentang diri cosplayer saat
berada di rumah.
Anggota keluarga yang menjadi informan dalam penelitian ini sebagai
significant other adalah orang tua. Selama sudah menjadi cosplayer, orang tua
mengatakan belum pernah melihat pertunjukan cosplay yang dilakukan oleh anak-
anak mereka. Informasi mengenai kegiatan cosplay yang dilakukan oleh cosplayer
diterima oleh orang tua melalui penjelasan yang diberikan oleh cosplayer. Saat berada
di rumah cosplayer sering bercerita kepada orang tua tentang kegiatan cosplay yang
mereka lakukan, tentang apa itu cosplay, bagaimana dan apa saja persiapan yang
dilakukan untuk mempersiapkan pertunjukan cosplay, dan jika mendapatkan juara
dalam kompetisi cosplay maka cosplayer akan bercerita dengan orang tua mereka.
Anggota baru yang menjadi informan dalam penelitian ini mengatakan bahwa
mereka bertemu dan berkumpul dengan cosplayer anggota lama Jaico secara rutin
setiap hari kamis malam di gedung B4 UNNES, secara khusus untuk membicarakan
tentang rencana cosplay mereka berikutnya. Pertemuan tersebut merupakan
pertemuan rutin merek sejak komunitas Jaico terbentuk. Di luar pertemuan rutin
tersebut hampir setiap hari, karena mereka kuliah di tempat yang sama dan tempat
kost mereka berdekatan. Tidak harus selalu dalam event atau acara khusus, baik
anggota lama atau anggota baru sering bertemu dan berkumpul hanya untuk sekedar
pergi makan bersama, karaoke bersama, atau menonton film Jepang bersama-sama.
Intensitas bertemu antara anaggota baru dan anggota lama dalam komunitas Cosplay
Jaico, membuat mereka dapat berkomunikasi setiap hari dan saling mengenal satu
sama lain.
Tiap anggota baru memberikan informasi tentang cosplayer anggota lama
Komunitas Jaico berkaitan dengan simbol-simbol yang mereka terima dalam
komunikasi yang terjadi antara anggota baru dan cosplayer anggota lama komunitas
Cosplay Jaico. Pesan berupa simbol yang diterima anggota baru melalui komunikasi
dengan cosplayer, adalah komunikasi yang terjadi pada saat cosplayer sedang
melakukan pertunjukan cosplay, dan juga komunikasi pada saat dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada saat pertunjukan cosplay, para cosplayer anggota lama Komunitas
Cosplay Jaico memakai kostum, make-up, gaya rambut, sesuai dengan karakter yang
dibawakan, dan juga menampilkan sifat-sifat karakter yang dibawakan melalui
ekspresi wajah, gaya bicara, dan juga gerakan-gerakan khas dari karakter tersebut.
Saat pertunjukan berlangsung anggota baru melihat penampilan cosplayer anggota
Komunitas Cosplay Jaico dan memperhatikan simbol-simbol yang ditampilkan
seperti yang sudah disebutkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, cosplayer anggota lama Jaico menjadi
mahasiswa biasa seperti yang lain sama hal-nya dengan anggota baru komunitas
Jaico. Pada saat tersebut anggota yang baru melakukan interaksi dengan cosplayer
anggota lama Komunitas Jaico. Melalui komunikasi tersebut anggota baru menerima
pesan berupa simbol-simbol yang akan merujuk pada konsep diri cosplayer.
Ketika ditanya dalam wawancara dengan peneliti tentang bagaimana
cosplayer anggota lama Komunitas Jaico dalam kehidupan sehari-hari, semua
informan mengatakan bahwa cosplayer anggota lama Komunitas Jaico adalah teman
yang baik, suka bercanda dan dengan senang hati membantu dan membimbing
anggota baru yang sedang belajar untuk membuat kostum dan juga mempersiapkan
pertunjukan cosplay. Meskipun saat pertunjukan cosplay para cosplayer tersebut
memainkan peran seperti karakter yang dibawakan, tetapi hal tersebut tidak merubah
sifat-sifat awal cosplayer sebelum melakukan cosplay. Yang berpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari adalah dalam hal gaya bicara, setelah menjadi cosplayer,
sekarang anggota lama dengan sengaja sering memakai ungkapan-ungkapan dalam
bahasa Jepang dalam komunikasi sehari-hari dengan anggota baru. Selain gaya
bicara, yang biasanya berubah adalah cara berpakaian, dan make-up. Setelah menjadi
cosplayer biasanya mereka memakai pakaian dengan harajuku stlye, atau seperti gaya
berpakaian yang sedang menjadi tren di Jepang, dan dengan pengalaman mengikuti
kompetisi di Semarang dan sekitarnya kemampuan make-up, khususnya bagi
cosplayer perempuan, pasti akan berkembang, yang membuat cosplayer perempuan
memakai make-up juga dalam kehidupan sehari-hari walaupun tidak terlalu banyak
seperti pada saat cosplay.
5.3. Panggung Depan (Front Stage)
5.3.1. Kegiatan Cosplay dalam sebuah event “Festival Jepang”
Festival Jepang atau biasa disebut dengan istilah dalam bahasa Jepang yaitu
Bunkasai, adalah sebuat event berisi pertunjukan budaya Jepang yang didalamnya ada
kegiatan atau kompetisi Cosplay.Bunkasai atau kompetsisi cosplay yang sudah
banyak dikenal karena mengumpulkan cosplayer dari berbagai belahan dunia
berkumpul dalam sebuah kompetisi cosplay yaitu event World Cosplay Summit.
Acara yang secara rutin diadakan di berbagai Negara.
Gambar 10
Event World Cosplay Summit 2013
Sumber :http://www.wcs.libura.com
Pertunjukan Cosplay pada umumnya dapat dinikmati oleh para pecinta
Cosplay dan orang umum pada saat berlangsungnya sebuah event yang biasa disebut
dengan festival budaya Jepang.Sampai saat ini di Indonesia sudah banyak pihak yang
menyelenggarakan event tersebut.Event atau Festival Budaya Jepang saat ini hampir
tiap bulan diadakan dari berbagai daerah, tidak jarang event tersebut menjadi event
rutin tahunan yang diselanggarakan. Hal ini dapat dilihat di wilayah Semarang, Solo,