PENDAHULUAN
Syukur boleh diertikan sebagai memuji, berterima kasih dan
merasa berhutang budi kepada Allah (s.w.t) atas kurniaan-Nya,
bahagia atas kurniaan tersebut dan mencintai-Nya dengan
melaksanakan ketaatan kepada-Nya.Bersyukur (berterima kasih),
kepada sesama manusia adalah lebih cenderung kepada menunjukkan
perasaan senang untuk menghargai. Tetapi dalam aspek bersyukur
kepada Allah (s.w.t) manusia lebih cenderung kepada pengakuan
bahawa semua kenikmatan adalah pemberian dari Allah (s.w.t) .
Inilah yang disebut sebagai syukur. Lawan kata daripada syukur
nikmat adalah kufur nikmat, iaitu mengingkari bahawa kenikmatan
bukan diberikan oleh Allah (s.w.t) . Kufur nikmat berpotensi besar
dalam merosakkan keimanan.Imam Ghazali dalam Ihya' Ulum Al Diin
menyatakan bahawa syukur itu ada 3 elemen iaitu ilmu, perasaan dan
amal. Ilmu itu pula dipecahkan lagi kepada 3 bahagian iaitu ilmu
tentang nikmat itu sendiri, ilmu tentang siapa yang memberi nikmat
itu dan ilmu tentang siapa yang mendapat nikmat tersebut.Dalam
konteks ini, kita kena tahu bahawa Allah SWT memberikan sesuatu
nikmat kepada kita dan sesetengahnya adalah melalui perantaraan
orang lain, melalui pemimpin, melalui pokok, melalui haiwan dan
sebagainya (perantaraan itu tidak membawa maksud yang syirik tau,
jangan salah faham). Nikmat itu adalah amanah yang diberikan kepada
orang lain untuk disampaikan kepada kita atau direct kepada kita.
Itu ilmu yang dimaksuskan dalam konteks ini.Perasaan itu lebih
merujuk kepada menghargainya. Kita menghargai apa yang kita ada.
Kita menghargai apa yang masih kita miliki. Kita cuba menjaganya
sebaik mungkin, cuba menjaganya sedaya upaya kita. Amal pula adalah
kita mempertahankan dan menambahbaik akan apa yang diperolehi.
Ianya bukan sekadar duduk bersandar didinding dan sekadar berkata,
syukur.
1.0 DEFINISI SYUKUR
Syukur adalah berasal dari akar yang sama kalimat Syakara dan
Syakur yang membawa kepada terima kasih dan syukur. kata syukur
cukup mendapatkan tempat di dalam al-Quran. Ada beza pendapat
tentang jumlah penyebutan kata syukur dalam al-Quran. Quraish Sihab
menyebutkan kata syukur dengan berbagai bentuk ditemukan sebanyak
enam puluh empat kali. Manakala, Muhammad Fuad Abd al-Baqi menyebut
kata syukur dengan berbagai bentuk turunannya ditemukan sebanyak 75
kali dalam 67 ayat. Seringkali muncul kata syukur dalam al-Quran
pada hakikatnya ingin menunjukkan bahwa kata tersebut memang
penting bagi manusia untuk diperhatikan (li al-tanbih). Jadi,
samada kita berada dalam keadaan senang atau susah, kita mesti
sentiasa bersyukur.
Menurut Imam Ghazali, syukur termasuk ibadah yang tinggi maqam
atau darjatnya. Malah lebih tinggi daripada sabar dan khauf (takut)
kepada Allah. Definisi syukur menurut ilmu tasauf ialah ucapan,
sikap dan perbuatan berterima kasih kepada Allah SWT dan pengakuan
yang tulus atas nikmat dan kurnia yang diberikanNya (Sumber:
Definisi Syukur Menurut Al Quran).
Di dalam sebuah hadith ada disebut Rasulullah SAW menunaikan
solat malam (tahajjud) sehingga bengkak kedua kaki baginda,
ditanyakan oleh Aisyah kepada baginda kenapa baginda menyusahkan
diri baginda sedangkan baginda telah diampunkan dosa yang lepas dan
akan datang. Berkata baginda '' Apakah aku tidak menjadi hambaNya
yang bersyukur?"(HR Imam At Tirmidzi daripada Al Mughirah bin
Su'bah). Maka sudah jelas betapa perlunya kita bersyukur atas
setiap nikmat yang dikurniakan oleh Allah.
Ada tiga ayat yang dikemukakan tentang pengertian syukur ini,
yaitu sebagai berikut disertai penafsirannya masing-masing.
1 . Surah al-Furqan, 25 /042 : 62
Ertinya: "Dan dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih
berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang
ingin bersyukur" (QS. Al- Furqan: 62).
Ayat ini tergolong Makkiyah dan tidak ditemukan sebab turunnya
(asbab al-nuzul), ayat ini ada hubungannya dengan ayat sebelumnya
bahwa Allah telah memberikan beberapa dalil tauhid dan menunjuk
kepada beberapa tanda-tanda kebesaran dan bukti yang ada di dalam
alam yang membuktikan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Kemudian
Allah kembali menjelaskan perkataan dan perbuatan mereka yang keji.
Kerana, sekalipun mereka telah menyaksikan segala bukti, namun
mereka tidak meninggalkan perbuatan sesatnya malah berpaling dari
mengingat Tuhan, sehingga hanya kalau disembah dan tidak dapat
mendatangkan azab kalau tidak disembah. Di samping itu, mereka
membantu para penolong, setan dan menjauhi para penolong ar-
Rahman. Jika kau heran terhadap sesuatu, maka heranlah terhadap
perkara mereka, karena kejahilannya telah sampai kepada
membahayakan orang yang datang untuk memberikan kabar gemberia
tentang kebaikan yang meyeluruh jika mreka menaati Tuhan, dan
mengingatkan mereka dari malapetaka dan kebinasaan jika mereka
mengingkari-Nya. Lebih dari itu, rasul tidak mengharapkan imbalan
dari dakwah itu. Allah juga memerintahkan kepada rasulnya agar
tidak takut terhadap ancaman dan siksaan mereka, tetapi hendaknya
beliau bertawakkal kepada Tu han, bertasbih seraya memuji-Nya. Ayat
ini ditafsirkan oleh al-Maragi sebagai berikut bahwa Allah telah
menjadikan malam dan siang silih berganti, agar hal itu dijadikan
pelajaran bagi orang yang hendak mengamil pelajaran dari pergantian
keduanya, dan berpikir tentang ciptaan-Nya, serta mensyukuri nikmat
tuhannya untuk memperoleh buah dari keduanya. Sebab, jika dia hanya
memusatkan kehidupan akhirat maka dia akan kehilangan waktu untuk
melakukan-Nya. Dengan demikian diketahui bahwa ayat yang berkenaan
dengan pengertian syukur dalam ayat tersebut pada dasarnya adalah
lafal yang berbunyi Jadi arti syukur menurut al- Maragi adalah
mensyukuri nikmat Tuhan-Nya dan berpikir tentang cipataan-Nya
dengan mengingat limpahan karunia-Nya. Hal senada dikemukakan Ibn
Katsir bahwa syukur adalah bersyukur dengan mengingat- Nya.
Penafsiran senada dikemukakan Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad
al-Mahalliy dan Jalal al-Din Abd Rahman Abi Bakr al-Suyutiy dengan
menambahkan bahwa syukur adalah bersyukur atas segala nikmatRabb
yang telah dilimpahkan-Nya pada waktu itu. Departemen Agama RI juga
memaparkan demikian, bahawa syukur adalah bersyukur atas segala
nikmat Allah dengan jalan mengingati-Nya dan memikirkan tentang
ciptaan-Nya. Berdasarkan huraian di atas dapat dipahami bahwa
syukur adalah bersyukur atas segala nikmat Tuhan-Nya dengan
mengingat dan berpikir tentang ciptaan-Nya.
2 . Surah Saba, 034 /058 :13
Ertinya: "Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang
dikehendakinya dari gedung- gedung yang Tinggi dan patung- patung
dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang
tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk
bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu
yang berterima kasih". (QS. Saba: 13).
Ayat ini tergolong surah Makkiyah yang tidak ditemukan asbab
al-Nuzul, ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyebut-nyebut apa yang
pernah Dia anugerahkan kepada Sulaiman as, iaitu mereka
melaksanakan perintah Sulaiman as untuk membuat istana-istana yang
megah dan patung-patung yang beragam tembaga, kaca dan pualam. Juga
piring-piring besar yang cukup untuk sepuluh orang dan tetap pada
tempatnya, tidak berpindah tempat. Allah berkata kepada mereka
"agar mensyukuri-Nya atas segala nikmat yang telah Dia limpahkan
kepada kalian". Syukur itu bisa berupa perbuatan begitu pula bisa
berupa perkataan dan bisa pula berupa niat, sebagaimana dikatakan:
. Kemudian Dia menyebutkan tentang sebab mereka diperintahkan
bersyukur iaitu kerana sedikit dari hamba- hamba-Nya yang patuh
sebagai rasa syukur atas nikmat Allah swt dengan menggunakan nikmat
tersebut sesuai kehendak-Nya.
Ayat yang berkaitan dengan pengertian syukur dalam ayat tersebut
adalah lafaz yang berbunyi: - Menurut al-Maragi arti kata asy-
Syukur di atas adalah orang yang berusaha untuk bersyukur. Hati dan
lidahnya serta seluruh anggota tubuhnya sibuk dengan rasa syukur
dalam bentuk pengakuan, keyakinan dan perbuatan. Dan ada pula yang
menyatakan asy-syukur adalah orang yang melihat kelemahan dirinya
sendiri untuk bersyukur. Sementara itu Ibn Katsir memberikan erti
dari kata asy- syukuradalah berterima kasih atas segala pemberian
dari Tuhan yang maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Penafsiran yang
senada dikemukakan oleh Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al-
Mahalliy dan Jalal al-Din Abd al- Rahman Ibn Abi Bakar al-Suyutiy
dengan menambahkan bahwa rasa syukurnya itu dilakukan dengan taat
menjalankan perintah-Nya. Penafsiran yang senada dikemukakan oleh
Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al- Mahalliy dan Jalal al-Din Abd
al- Rahman Ibn Abi Bakr al-Suyutiy dengan menambahkan bahwa rasa
syukurnya itu dilakukan dengan taat menjalankan perintah-Nya.
Sedangkan Depertemen agama RI menyebutkan arti kata dasar asy-
syukur adalah bersyukur atas segala nikmat yang dilimpahkan Allah
kepada hamba-Nya dengan amal saleh dan menggunakannya sebagaimana
mestinya. Berdasarkan huraian di atas dapat difahami bahawa syukur
adalah berterima kasih dengan bersyukur atas segala nikmat yang
dilimpahkan-Nya dengan rasa syukur dalam bentuk pengakuan,
keyakinan dan perbuatan.
3 . Surah al-Insan, 76/98 : 9
Ertinya: "Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan
dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih". (QS. Al- Insaan:
9)
Ayat ini tergolong Madaniyah dan tidak ditemukan sebab turunnya
(asbab al-nuzul), ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak meminta
dan mengharapkan dari kalian balasan dan lain-lainnya yang
mengurangi pahala, kemudian Allah memperkuat dan menjelaskan lagi
bahwa Dia tidak mengharapkan balasan dari Hamba-Nya, dan tidak pula
meminta agar kalian berterimakasih kepada-Ku, dengan demikian
diketahui bahwa ayat yang ada kaitannya dengan arti syukur dadlam
ayat tersebut pada dasarnya adalah lafal yang berbunyi: Menurut
al-Maragi arti kata syukur di atas adalah berterimakasih kepada
Allah swt. Sementara Ibn Katsir mendefenisikan syukur itu adalah
ucapan terima kasih. Hal senada dikemukakan oleh Jalal al-Din
Muhammad Ibn Ahmad al-Mahalliy dan Jalal al-Din 'Abd ar-Rahman Abi
Bakr al- Suyutiy, syukur adalah berterimakasih kepada Allah swt
atas segala nikmat-Nya. Apakah mereka benar-benar mengucapkan hal
yang demikian ataukah hal itu telah diketahui oleh Allah swt,
kemudian Dia memuji kalian, sesungguhnya dengan masalah ini ada dua
pendapat. Hal senada dikemukkan oleh Departemen Agama RI bahwa
syukur adalah ucapan terimakasih.Hal ini didukung pengertian secara
bahasa, bahwa syukur adalah berterima kasih kepada- Nya. Berasal
dari kata - - yang berarti berterimakasih. Berdasarkan penafsiran
keempat mufasir di atas maka dapat disimpulkan bahwa syukur adalah
berterima kasih kepada Allah swt atas segala nikmat-Nya.
Demikianlah huraian tentang pengertian syukur dalam Alquran dengan
melihat beberapa penafsiran mufasir terhadap ayat yang telah
ditentukan sebelumnya.Sebenarnya, kita memang disuruh bersyukur
dengan apa yang berlaku tetapi syukur juga berkait rapat dengan
sabar dan memang diketahui umum bahawa sabar itu juga ada hadnya.
Setiap orang ada had dan batasnya apabila bersabar. Maka konsep
syukur dan sabar ini mesti difahami dengan betul. Setiap perkara
yang berlaku ada hikmahnya dan asbab-musababnya dan semuanya atas
izin-Nya.
2.0 JENIS SYUKUR
a. Syukur dengan hati, iaitu kepuasan batin atas anugerah.
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyedari sepenuhnya bahawa
nikmat yang diperoleh adalah semata-mata kerana anugerah dan rahmat
kasih Ilahi. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima
anugerah dengan penuh kerelaan tanpa merasa berat betapapun
kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini juga mengharuskan yang
bersyukur menyadari betapa besar kemurahan, dan kasih sayang Ilahi
sehingga terlontar dari lidahuya pujian kepada-Nya.
Seorang yang bersyukur dengan hatinya saat ditimpa mala petaka
pun, boleh jadi dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu,
tetapi karena terbayang olehnya bahwa yang dialaminya pasti lebih
kecil dari kemungkinan lain yang dapat terjadi. Dari sini syukur
seperti makna yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang dikutip di atas diartikan oleh orang yang bersyukur dengan
untung (merasa lega, karena yang dialami lebih ringan dari yang
dapat terjadi).
Dari kesadaran tentang makna-makna di atas, seseorang akan
tersungkur sujud untuk menyatakan perasaan syukurnya kepada Allah.
Sujud syukur adalah perwujudan dari kesyukuran dengan hati, yang
dilakukan saat hati dan pikiran menyadari betapa besar nikmat yang
dianugerahkan Allah. Bahkan sujud syukur dapat dilakukan saat
melihat penderitaan orang lain dengan membandingkan keadaannya
dengan keadaan orang yang sujud. (Tentu saja sujud tersebut tidak
dilakukan dihadapan si penderita itu).
Sujud syukur dilakukan dengan meletakkan semua anggota sujud di
lantai yakni dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua
ujung jari kaki) seperti melakukan sujud dalam shalat. Hanya saja
sujud syukur cukup dengan sekali sujud, bukan dua kali sebagaimana
dalam shalat. Karena sujud itu bukan bagian dan shalat, maka
mayoritas ulama berpendapat bahwa sujud sah walaupun dilakukan
tanpa berwudu, karena sujud dapat dilakukan sewaktu-waktu dan
secara spontanitas. Namun tentunya akan sangat baik bila melakukan
sujud disertai dengan wudu.
b. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji
pemberinya.
Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber
nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya. Al-Quran, seperti telah
dikemukakan di atas, mengajarkan agar pujian kepada Allah
disampaikan dengan redaksi al-hamdulillah.
Hamd (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji,
walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji mahupun
kepada yang lain.
Kata al pada al-hamdulillah oleh pakar-pakar bahasa disebut al
lil-istighraq, iaitu mengandungi erti keseluruhan. Sehingga kata
al-hamdu yang ditujukan kepada Allah yang mengandungi erti bahawa
yang paling berhak menerima segala pujian adalah Allah SWT, bahkan
seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.
Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah, maka itu
bererti pada saat Anda memuji seseorang karena kebaikan atau
kecantikannya, maka pujian tersebut pada akhirnya harus
dikembalikan kepada Allah SWT, sebab kecantikan dan kebaikan itu
bersumber dari Allah. Di sisi lain kalau pada lahirnya ada
perbuatan atau ketetapan Tuhan yang mungkin oleh kacamata manusia
dinilai kurang baik, maka harus disadari bahwa penilaian tersebut
adalah akibat keterbatasan manusia dalam menetapkan tolok ukur
penilaiannya. Dengan demikian pasti ada sesuatu yang luput dari
jangkauan pandangannya sehingga penilaiannya menjadi demikian.
Walhasil, syukur dengan lidah adalah al- hamdulillah (segala puji
bagi Allah).
c. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang
diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.
Nabi Daud a.s. beserta putranya Nabi Sulaiman a.s. memperoleh
aneka nikmat yang tiada taranya. Kepada mereka sekeluarga Allah
berpesan,
Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur! (QS Saba
[34]: 13).
Yang dimaksud dengan bekerja adalah menggunakan nikmat yang
diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau
penganugerahannya. Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh
menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkannya
nikmat tersebut oleh Allah([8]). Ambillah sebagai contoh lautan
yang diciptakan oleh Allah SWT. Yang ditemukan dalam al-Quran
penjelasan tentang tujuan penciptaannya melalui firman-Nya:
Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untuk kamu) agar kamu
dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar, dan (agar) kamu
mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu
melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
karunia-Nya (selain yang telah disebut) semoga kamu bersyukur (QS
An-Nahl [16]: 14).
Ayat ini menjelaskan tujuan penciptaan laut, sehingga mensyukuri
nikmat laut, menuntut dari yang bersyukur untuk mencari
ikan-ikannya, mutiara dan hiasan yang lain, serta menuntut pula
untuk menciptakan kapal-kapal yang dapat mengarunginya, bahkan
aneka pemanfaatan yang dicakup oleh kalimat mencari
karunia-~Nya.
Dalam konteks inilah terutama realisasi dan janji Allah,
Apabila kamu bersyukur maka pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) (QS
Ibrahim [14]: 7)
Betapa anugerah Tuhan tidak akan bertambah, kalau setiap jengkal
tanah yang terhampar di bumi, setiap hembusan angin yang bertiup di
udara, setiap tetes hujan yang tercurah dan langit dipelihara dan
dimanfaatkan oleh manusia?
Di sisi lain, lanjutan ayat di atas menjelaskan bahwa Kalau kamu
kufur (tidak mensyukuri nikmat atau menutupinya tidak menampakkan
nikmatnya yang masih terpendam di perut bumi, di dasar laut atau di
angkasa), maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.
Suatu hal yang menarik untuk disimak dari redaksi ayat ini
adalah kesyukuran dihadapkan dengan janji yang pasti lagi tegas dan
bersumber dari-Nya langsung (QS Ibrahim [14):7) Tetapi akibat
kekufuran hanya isyarat tentang siksa; itu pun tidak ditegaskan
bahwa ia pasti akan menimpa yang tidak bersyukur(QS Ibrahim
[14]:7).
Seksa yang dimaksudkan antara lain adalah rasa lapar, cemas, dan
takut.
Allah telah membuat satu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang
dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah
ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduknya) kufur (tidak
bersyukur atau tidak bekerja untuk menampakkan) nikmat-nikmat Allah
(yang terpendam). Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka
mengenakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh
perbuatan (ulah) yang selalu mereka lakukan (QS An-Nahl [16]:
112).
Pengalaman pahit yang dilukiskan Allah ini, telah terjadi
terhadap sekian banyak masyarakat bangsa, antara lain, kaum Saba
-satu suku bangsa yang hidup di Yaman dan yang pernah dipimpin oleh
seorang Ratu yang amat bijaksana, yaitu Ratu Balqis Surat Saba
(34): 15-19 menguraikan kisah mereka, yakni satu masyarakat yang
terjalin persatuan dan kesatuannya, melimpah ruah rezekinya dan
subur tanah airnya. Negeri merekalah yang dilukiskan oleh Al-Quran
dengan Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Mereka pulalah yang
diperintah dalam ayat-ayat tersebut untuk bersyukur, tetapi mereka
berpaling dan enggan sehingga akhirnya mereka berserak-serakkan,
tanahnya berubah menjadi gersang, komunikasi dan transportasi antar
kota-kotanya yang tadinya lancar menjadi terputus, yang tinggal
hanya kenangan dan buah bibir orang saja. Demikian uraian Al-Quran.
Dalam konteks keadaan mereka, Allah berfirman,
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka disebabkan
kekufuran (keengganan bersyukur) mereka. Kami tidak menjatuhkan
siksa yang demikian kecuali kepada orang-orang yang kufur(QS Saba
[34]: 17).
Itulah sebahagian makna firman Allah yang sangat popular:
Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan
bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih (QS Ibrahim
[14]: ayat 7).
3.0 PERKARA YANG HARUS DISYUKURI
Pada dasarnya segala nikmat yang diperoleh manusia harus
disyukurinya. Nikmat diartikan oleh sementara ulama sebagai segala
sesuatu yang berlebih dari modal Anda. Adakah manusia memiliki
sesuatu sebagai modal? Jawabannya, Tidak. Bukankah hidupnya sendiri
adalah anugerah dari Allah?([9])
Nikmat Allah demikian berlimpah ruah, sehingga al-Quran
menyatakan,
Seandainya kamu (akan) menghitung nikmat Allah, niscaya kamu
tidak akan sanggup menghitungnya (QS Ibrahim [14]: 34).
Dalam beberapa ayat lainnya disebut sekian banyak nikmat secara
terperinci, antara lain :
1. Kehidupan dan kematian
Bagaimana kamu mengkufuri (tidak mensyukuri nikmat) Allah,
padahal tadinya kamu tiada, lalu kamu dihidupkan, kemudian kamu
dimatikan, lalu dihidupkan kembali. (QS Al-Baqarah [2]: 28).
2. Hidayah Allah
Hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (QS Al-Baqarah [2]:
185).
3. Pengampunan-Nya, antara lain dalam firman-Nya:
Kemudian setelah itu Kami maafkan kesalahanmu agar kamu
bersyukur (QS Al-Baqarah [2]: 52)
4. Pancaindera dan akal
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan,
dan hati, supaya kamu bersyukur (QS An-Nahl [16]: 78).
5.Rezeki
Dan diberinya kamu rezeki yang baik-baik agar kamu bersyukur (QS
Al-Anfal [8]: 26).
6. Sarana Pra Sarana
Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu
dapat memakan daging (ikan) yang segar darinya, dan kamu
mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu
melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dan karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur (QS An-Nahl
[16]: 14) .
7. Kemerdekaan
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, Hai kaumku,
ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di
antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang yang merdeka (bebas
dari penindasan Firaun) (QS Al-Maidah [5]: 20)
8. Pemberian Air yang Sejuk dan Tawar
Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah
yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami
kehendaki, niscaya Kami jadikan Dia asin, Maka Mengapakah kamu
tidak bersyukur? (Q.S Al-Waqiah (56):68-70)
Masih banyak lagi nikmat-nikmat lain yang secara terperinci
disebut oleh Al-Quran. Dalam surat Ar-Rahman (surah ke-55),
Al-Quran membicarakan pelbagai nikmat Allah dalam kehidupan dunia
ini dan kehidupan akhirat kelak. Hampir pada setiap dua nikmat yang
disebutkan. Al-Quran mengulangi satu pertanyaan dengan keadaan yang
sama iaitu, Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?
Pertanyaan tersebut terulang sebanyak tiga puluh satu kali. Para
ulama menyusun sebagai kesimpulan iaitu siapa yang mampu mensyukuri
nikmat-nikmat Allah, maka ia akan selamat dari ketujuh-tujuh pintu
neraka, sekaligus dia dapat memilih pintu-pintu mana saja dari
semua pintu syurga, baik syurga pertama mahupun syurga kedua, baik
syurga (kenikmatan duniawi) mahupun kenikmatan ukhrawi.
H. Kesan tidak bersyukur
Sedangkan berkaitan dengan sifat tidak mahu bersyukur, maka
terlebih dahulu kita harus kembali pada Q.S. Ibrahim (14):7, wa
lain kafartum inna azabi lasyadid sebagai perbandingan atau lawan
dari lain syakartum la azidannakum. Dalam hal ini, al-Syarawi
memunculkan pertanyaan, apakah orang yang tidak bersyukur atas
nikmat Allah disebut kafir?
Menurut al-Syarawi, seharusnya dibezakan dulu antara kata
al-kufru dan al-kufran. Kata al-kufru dalam ayat ini hadir untuk
memperkasa makna tidak adanya syukur (adam al-syukr) sehingga ayat
ini tidak menggunakan kata al-kufran. Kata kufur adalah lawan dari
kata syukur, iaitu mengingkari nikmat Allah. Dan sudah pasti tentu
perilaku kufur akan mendapatkan azab kufur, iaitu seksa Allah yang
pasti pedih, sebab siksa Allah sebanding dengan kadar dosa orang
yang diazab.
Di samping itu, dalam menjelaskan akibati tidak mahu bersyukur
al-Syarawi juga menafsirkan Q.S. al-Baqarah (2):211,
Tanyakanlah kepada Bani Israil: Berapa banyaknya tanda-tanda
(kebenaran)[[12]] yang nyata, yang telah Kami berikan kepada
mereka. dan Barangsiapa yang menukar nikmat Allah[[13]] setelah
datang nikmat itu kepadanya, Maka Sesungguhnya Allah sangat keras
siksa-Nya.
Mula-mula dalam menafsirkan ayat ini, al-Syarawi bertanya:
Bagaimana manusia bisa mengganti nikmat Allah? Sesungguhnya ketika
nikmat Allah itu diberikan kepada makhluknya, maka wajib bagi
makhluk itu untuk menerimanya dengan dua syukur (syukrani). Makna
dua syukur (syukrani) adalah menyandarkan nikmat tersebut kepada
pemberinya dan malu untuk melakukan maksiat dari apa yang telah
diberikan.
Seandainya manusia tidak menerima nikmat dengan dua syukur ini,
maka itu artinya dia menggantikannya (buddilat). Oleh karena itu di
dalam ayat lain Allah berfirman dalam Q.S. Ibrahim (14):28,
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat
Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah
kebinasaan?,
Ketika berkaitan dengan kufur maka bersangkutan pula dengan
iman. Jadi yang dimaksudkan ayat ini adalah agar manusia menerima
nikmat disertai iman dalam mendekatkan diri kepada Allah, namun
mereka (Bani Israil) menggantikan nikmat dengan kufur dan
balasannya adalah siksa yang pedih.
Demikian huraian Al-Quran tentang sifat syukur. Kalaulah kita
tidak mampu untuk masuk dalam kelompok minorriti orang-orang yang
pandai bersyukur (atau dalam istilah Al-Quran asy-syakirun, iaitu
orang-orang yang telah terserap dalam dirinya hakikat syukur dalam
ketiga sisinya : hati, lidah, dan perbuatan) maka paling tidak kita
tetap harus berusaha sekuat kemampuan adalah untuk menjadi orang
yang melakukan syukur atau dalam istilah Al-Quran yasykurun iaitu
walau betapa kecilnya syukur itu. Kerana seperti bunyi sebuah
kaedah keagamaan, Sesuatu yang tidak dapat diraih seluruhnya,
jangan ditinggalkan sama sekali.
Engkau tidak melihat orang yang bermata terang mensyukuri
kesihatan pemandangannya, melainkan setelah matanya buta dan
kemudian setelah pemandangannya itu dikembalikan, baru dia merasa
syukur dan menganggapnya suatu nikmat. Kerana rahmat Allah itu
luas, meliputi segala makhluk dan diberikan dalam segala keadaaan,
orang bodoh tiada akan menganggapnya suatu nikmat.
4.0 SYUKUR MENDATANGKAN KEBAIKAN KEPADA DIRI SENDIRI
Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa manfaat syukur kembali
kepada orang yang bersyukur, sedang Allah SWT sama sekali tidak
memperoleh bahkan tidak membutuhkan sedikit pun dari syukur
makhluk-Nya.
Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (tidak
bersyukur), maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya (tidak membutuhkan
sesuatu) lagi Mahamulia (QS An-Naml [27]: 40)
Kerana itu pula, manusia yang meneladani Tuhan dalam
sifat-sifat-Nya, dan mencapai peringkat terpuji, adalah yang
memberi tanpa menanti syukur (balasan dari yang diberi) atau ucapan
terima kasih.
Al-Quran melukiskan bagaimana satu keluarga (menurut riwayat
adalah Ali bin Abi Thalib dan istrinya Fathimah putri Rasulullah
saw) memberikan makanan yang mereka rencanakan menjadi makanan
berbuka puasa mereka, kepada tiga orang yang membutuhkan dan ketika
itu mereka menyatakan bahwa,
Sesungguhnya kami memberi makanan untukmu hanyalah mengharapkan
keredhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu, dan tidak
pula pujian (ucapan terima kasih) (QS Al-Insan [76]: 9).
Walaupun manfaat syukur tidak sedikit pun tertuju kepada Allah,
namun kerana kemurahan-Nya, Dia menyatakan diri-Nya sebagai
Syakirun Alim (QS Al-Baqarah [2]: 158), dan Syakiran Alima (QS
An-Nisa [4]: 147), yang keduanya bererti, Maha Bersyukur lagi Maha
Mengetahui, dalam erti Allah akan menganugerahkan tambahan nikmat
berlipat ganda kepada makhluk yang bersyukur.
KESIMPULAN
Syukur merupakan asas dalam perjalanan manusia menuju kehidupan
yang kekal abadi. Tidak diragukan lagi bahawa syukur bertepatan
dengan firman Allah s.w.t.