-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 1 of 22
III. System Pencegahan & Penanggulangan Bahaya Kebakaran
(Fire Protection System)
1. Pengertian:
Kebakaran (titik api) terjadi karena 3 faktor: bahan terbakar,
oxygen, dan
panas yang hadir dalam jumlah tertentu. Intensitas api
tergantung dari jumlah
bahan terbakar (kertas, kayu, plastic) dan tingkat kemudahan
terbakar
terhadap kehadiran oxygen dan panas (api).
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 2 of 22
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 3 of 22
Jika kebakaran terjadi, penyebaran api ke seluruh bangunan
gedung dapat
terjadi melalui 3 mekanisme: konduksi, konveksi dan radiasi
(gambar 7.1).
a. Konduksi terjadi jika api diteruskan langsung dari suatu
sumber api terdekat ke bahan terdekat yang mudah terbakar.
b. Konveksi terjadi jika udara panas (gas) meningkat di dalam
gedung dan menjalar ke lantai di atasnya melalui lubang tangga atau
shaft.
c. Radiasi terjadi jika penjalaran panas dari bahan terbakar ke
bahan terdekat yang mudah terbakar.
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 4 of 22
Menurut pengalaman, tidak ada bangunan yang 100% aman terhadap
bahaya
kebakaran maka resiko (kerugian) pada tingkat tertentu yang
diakibatkan
oleh bahaya kebakaran harus dapat diterima sesuai dengan
besarnya
investasi (biaya) yang ditanamkan untuk system pencegahan
dan
penanggulangan kebakaran.
Arsitek dan para engineers yang terlibat dalam rancang bangun
gedung
bertanggung jawab melakukan analisa & perhitungan untuk
menjamin
tersedianya fasilitas yang cukup bagi pencegahan dan
penanggulangan
bahaya kebakaran: seluruh kemungkinan kebakaran dianalisa dan
diantisipasi
untuk menjamin adanya system pencegahan kebakaran yang baik pada
awal
proses perencanaan.
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 5 of 22
Pada saat kebakaran terjadi, 4 hal perlu diperhatikan
(diselamatkan)
berkaitan dengan bahaya api: Manusia (Penghuni), isi bangunan
(harta),
struktur bangunan, bangunan yang letaknya bersebelahan
(komunitas).
Ancaman utama bagi manusia saat kebakaran adalah 75%
kematian
disebabkan oleh keracunan terhitupnya asap (gas non termal), 25%
kematian
disebakan oleh api (panas termal).
Penyebaran asap pada saat kebakaran menghalangi pandangan
penghuni
untuk menemukan jalan ke luar gedung sehingga menimbulkan
kepanikan
dan menimbulkan kecelakaan.
Intensitas api akibat kebakaran dapat dikendalikan sebelum
petugas
kebakaran datang menerapkan system kompartemen terhadap area dan
bahan
yang terbakar dan penggunaan struktur bangunan tahan api.
Klasifikasi bangunan terhadap kemungkinan bahaya kebakaran
sbb:
a. Bangunan bahaya kebakaran ringan b. Bahaya kebakaran rendah
kelompok I (kemudahan terbakar rendah) c. Bahaya kebakaran sedang
kelompok II (kemudahan terbakar sedang) d. Bahaya kebakaran sedang
kelompok III (kemudahan terbakar tinggi) e. Bahaya kebakaran berat
(kemudahan terbakar sangat tinggi)
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 6 of 22
Berdasarkan Perda DKI no. 3/1992 tentang ketentuan
penanggulangan
bahaya kebakaran untuk bangunan dibagai atas:
a. Bangunan rendah < 4 lapis (h < 14 meter) b. Bangunan
menengah (h < 40 meter) c. Bangunan tinggi (h > 40 meter) d.
Bangunan Pabrik, bangunan umum & perdagangan, bangunan
perumahan.
e. Bangunan Campuran.
Berdasarkan KepMen PU no. 02/KPTS/1985 tentang ketentuan
pencegahan
dan penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan gedung dibagi
atas:
a. Bangunan kelas A: bangunan yang komponen struktur utamanya
harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 3 jam.
b. Bangunan kelas B: bangunan yang komponen struktur utamanya
harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam.
c. Bangunan kelas C: bangunan yang komponen struktur utamanya
harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 0,5 jam.
d. Bangunan kelas D: bangunan dengan resiko khusus seperti
instalasi nuklir, penyimpanan bahan ledakan.
2. System Pencegahan & Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Pasif (Passive Fire Protection System)
System pencegahan bahaya kebakaran pasif bertumpu pada
rancangan
bangunan yang memungkinkan penghuni untuk selamat keluar dari
bangunan
pada saat terjadi kebakaran atau kondisi darurat lainnya.
System pencegahan bahaya kebakaran secara pasif dibagi atas
usaha-usaha
untuk menghasilkankan suatu design bangunan yang mencakup:
a. Konstruksi tahan api b. Pintu exit c. Koridor dan jalan
keluar d. Kompartemen e. Tangga kebakaran f. Pengendalian asap
a. Konstruksi tahan api (KTA)
KTA terkait dengan kemampuan setiap komponen bangunan,
dinding
(dalam/luar), lantai, atap, kolom dan balok untuk menahan api
atau
kompartemen yang diukur berdasarkan jumlah jam dan kandungan
bahan
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 7 of 22
struktur tahan api agar dapat menyelamatkan isi bangunan,
meskipun
bangunan dalam keadaan terbakar.
KTA adalah kemampuan struktur untuk tahan terhadap api tanpa
mengalami
perubahan bentuk (deformasi) yang berarti dan dapat mencegah
menjalarmya
api ke bagian lain bangunan (seluruh bangunan).
Baja adalah bahan yang tidak terbakar (fire proof) namun akan
meleleh jika
terkena panas yang tinggi (non fire resistant), karena itu perlu
dilindungi dari
panas yang ditimbulkan api terutama pada kolom dan balok (gambar
7.2).
b. Pintu keluar (Exit door)
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pintu keluar (untuk
tangga
kebakaran) adalah:
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 8 of 22
- Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam -
Pintu harus dilengkapi dengan min. 3 engsel - Pintu dilengkapi
dengan penutup pintu otomatis (door closer) - Pintu dilengkapi
panic bar yang memudahkan di luar ruang - Pintu dilengkapi dengan
tanda peringatan (signage): Emergency Exit
Keep door close - Pintu dapat dilengkapi kaca tahan api (maks.
1m2) dan diletakan di
setengah bagian atas daun pintu
- Pintu harus dicat warna merah
Jarak tempuh antar pintu keluar maks. 35 meter.
Persyaratan penting untuk diperhatikan adalah lokasi pintu exit
dan jarak
pintu ke tenpat aman di luar gedung (Tabel 7.1).
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 9 of 22
c. Koridor dan jalan keluar
Koridor dan pintu keluar harus dilengkapi tanda dan petunjuk
arah lokasi
pintu keluar. Sign Exit dengan tanda panah petunjuk arah pintu
keluas atau tangga darurat ditempatkan pada setiap lokasi di mana
pintu keluar tidak
dapat langsung terlihat (gambar 7.4).
Tanda Exit harus terlihat jelas, diberi lampu menyala 50 lux dan
luas min. 155 cm2 serta tinggi font > 15 cm (tebal min 2
cm).
Lebar dan jumlah pintu darurat harus dihitung sesuai Standar
Teknis Tangga
Kebakaran dan Pintu Keluar untuk Bangunan Gedung (Jimmy S.
Juana, hal
77 81).
d. Kompartemen1
Konsep kompartemen adalah menahan dan membatasi penjalaran
sumber api
agar tidak bersentuhan langsung dengan manusia. Ruang
kompartemen
memberikan penampungan sementara bagi penghuni sambil menunggu
api
dipadamkan pada jalur menuju pintu exit (gambar 7.5).
1 Compartment: any of the divisions into which a space is
partitioned off; a separate section,
part, division, or category. Compart: to divide into parts;
subdivide; partition.
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 10 of 22
e. Tangga Darurat
Peraturan teknis untuk tangga kebakaran dan pintu darurat akan
berbeda
untuk wilayah berbeda. Tangga kebakaran harus memberi kemudahan
bagi
penghuni untuk dapat keluar dengan cepat dari bangunan yang
terbakar.
Persyaratan tangga kebakaran terkait kemiringan tangga, jarak
pintu dengan
anak tangga, tinggi railing dan lebar (gambar 4.16).
Pintu tangga kebakaran hanya terbuka ke arah dalam tangga,
kecuali pintu
lantai dasar hanya terbuka ke arah luar. Jika terdapat lantai
basement, maka
harus disekat dinding agar evakuasi dari lantai dasar tetap
menuju pintu ke
luar (gambar 4.17)
Pada bangunan umum bertingkat, jumlah tangga kebakaran min. 2
buah.
Jarak antar pintu kebakaran maks. 30 meter (bangunan tanpa
springkler) dan
maks. 45 meter (bangunan dengan sprinkler). Lebar pintu keluar
min. 80 cm
dan lebar tangga kebakaran dan koridor min. 120 cm (gambar
4.18).
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 11 of 22
Untuk bangunan T< 8 lantai ( 25 meter) tangga sirkulasi dapat
digunakan sebagai tangga kebakaran, sedangkan pada bangunan T >
8 lantai perlu
dilengkapi tangga kebakaran yang berbeda dengan tangga
sirkulasi.
Untuk menentukan dimensi dan lebar tangga kebakaran (tangga
darurat)
perlu diperhatikan fungsi dan okupansi bangunan (Tabel 4.8 dan
gambar
4.19).
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 12 of 22
Ketika terjadi kebakaran, tangga kebakaran yang kedap api dan
asap beracun
merupakan tempat evakuasi yang paling aman. Dinding ruang
tangga
kebakaran harus dapat menahan api sekurang2nya 2 jam dan pintu
darurat
sekurang2nya 1,5 jam.
Ruang tangga kebakaran yang betekanan (presurrized stair well)
akan aktif
secara otomatis pada saat kebakaran terjadi. Pengisian ruang
tangga
kebakaran dengan udara segar (fresh air) akan mencegah
menjalarnya api
dari area terbakar ke dalam ruang tangga (gambar 7.6).
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 13 of 22
Tekanan udara dalam ruang tangga harus memperhatikan agar pintu
ke
tangga kebakaran tetap mudah untuk dibuka.
Pada bangunan tinggi perlu ditambahkan blower pada area tangga
kebakaran
dan dilengkapi lift kebakaran (gambar 7.7).
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 14 of 22
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 15 of 22
f. Pengendalian asap
Asap dapat berpindah (menjalar) secara horizontal dan vertical
karena
perbedaan tekanan akibat adanya perbedaan suhu ruangan. Pada
bangunan
tinggi, timbunan asap merambat mencari jalan keluar dan dapat
tersedot
melalui lubang vertical yang ada seperti: ruang tangga, core
lift, shaft,
ducting AC atau atrium.
Asap yang menjalar secara vertical dapat menghalangi petugas
pemadam
kebakaran dan menimbulkan panas lebih awal sebelum api menjalar
ke
tempat tsb dan menimbulkan titik api baru. Untuk menghindari
penjalaran
api secata horizontal dapat dipasang tirai penghalang asap
(gambar 7.10).
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 16 of 22
Masuknya udara segar dari luar dapat mengurangi jumlah asap
dan
membantu petugas pemadam kebakaran untuk menemukan titik api
namun
menyebabkan api bertambah besar (tambahan O2).
Pengendalian asap dapat dilakukan dengan cara sbb:
- Sistem A: dengan jendela dan pintu yang dapat dibuka - Sistem
B: terintergrasi dengan system tata udara - Sistem C: menggunakan
ventilasi atap - Sistem D: penghisapan asap melalui saluran udara
buang (exhaust fan) di
atap bangunan.
3. System Pencegahan & Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Aktif (Active Fire Protection System)
System pencegahan bahaya kebakaran aktif bertumpu pada
pemakaian
system peralatan peringatan dan peralatan pemadaman kebakaran
pada saat
terjadi kebakaran pada bangunan gedung.
System pencegahan bahaya kebakaran secara aktif mencakup
pemakaian
peralatan-peralatan sebagai berikut:
a. Alat peringatan dini (detector) b. Hidran dan selang
kebakaran c. Sprinkler d. Sistem Alarm
a. Alat peringatan dini (detector)
Peralatan peringatan dini (early warning devices) seperti smoke
detector dan
heat detector akan memberikan peringatan yang sangat penting
karena
evakuasi orang ke luar gedung dalam jumlah besar membutuhkan
waktu
yang cukup lama.
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 17 of 22
Terdapat beberapa jenis detector yang digunakan pada bangunan
gedung
(gambar 7.15). Detektor ionisasi digunakan di dapur untuk
mendeteksi
kebocoran gas pada tingkat tertentu. Detektor asap diaktifkan
oleh
fotoelektrik/ fotoelektronik sebagai sensor. Detektor panas
sensitive terhadap
perubahan suhu ruangan yang diaktifkan oleh electronic circuit.
Peralatan
detector tsb dihubungkan dengan alarm pada indicator panel
untuk
menunjukan lokasi (posisi) sumber api kebakaran.
b. Hidrant dan selang kebakaran
Berdasarkan lokasi penempatan peralatan dan kapasitas
pemadaman
kebakaran, hydrant dapat dibagi atas hydrant bangunan, hydrant
taman dan
hydrant kota.
Supply air untuk kebutuhan pemakaian hydrant min. 30 menit dan
semua
peralatan harus dicat warna merah.
Hydrant bangunan (box hydrant) ditempatkan di dalam gedung pada
setiap
jarak 35 meter dan panjang selang 30 meter dengan jarak
semprotan air 5
meter. Pada bangunan T > 8 lantai perlu disediakan hydrant
atap untuk
mencegah menjalarnya api ke bangunan yang bersebelahan (gambar
7.16).
Hydrant bangunan harus diletakan di tempat yang aman dan
mudah
dijangkau atau disekitar pintu darurat (gambar 7.17).
Hydrant Taman (pole hydrant) diletakan di luar gedung dengan
supply
melalui keran Siamese2 (gambar 7.19).
Hydrant Kota (fire hydrant) bentuknya idem hydrant taman
namun
memilki lebih dari 2 katup untuk penyambungan ke selang
kebakaran.
c. Sprinkler
Sprinkler merupakan peralatan pencegahan kebakaran yang
memberikan
response langsung terhadap kebakaran yang terjadi melalui
penyemburan air
atau gas sebelum api itu membesar sehingga memberikan waktu yang
cukup
untuk evakuasi penghuni dan petugas pemadam tiba.
2 Siamese: SIAMESE TWINS, designating or of a pipe coupling or
joint in the form of a Y, for
joining two pipes or hoses to one pipe.
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 18 of 22
Pemakaian air pada sprinkler tidak selalu tepat untuk kebakaran
yang
disebabkan oleh cairan seperti bensin atau akibat hubungan arus
pendek
karena dapat membahayakan manusia. Pemakaian sprinkler air juga
tidak
digunakan di perpustakaan, museum dan lab. komputer karena
dapat
merusak isi bangunan (buku, benda seni & elektonik),
sehingga penggunaan
busa, zat kimia kering dan CO2 lebih cocok untuk memadamkan api
yang
terjadi.
Secara umum, penggunaan sprinkler diharuskan pada bangunan T 8
lantai
( 25 meter) dan dihubungkan melalui pipa air bertekanan tinggi
min. 0,5 kg/cm
2. Kepala sprinkler akan pecah jika terkena suhu panas tertentu
dan air
akan memancar pada radius 3,50 meter. Suhu kerja sprinkler
tergantung warna cairan di dalam tabung gelas di sprinkler head
(Tabel 7.2 7.4; gambar 7.20).
Jika sprinkler head bekerja, tekanan air dalam pipa menurun dan
sensor akan
menghidupkan alarm dan petunjuk lokasi terbakar pada panel
control
kebakaran.
Diagram instalasi system pipa sprinkler (gambar 7.21).
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 19 of 22
Pasokan air untuk air hydrant dan air sprinkler gedung umumnya
disupply
dari reservoir air. Agar di dalam reservoir tetap tersedia
cadangan air saat
terjadi kebakaran, maka lubang outlet untuk kebutuhan domestic
dibedakan
dengan outlet kebutuhan air untuk pemadaman kebakaran (gambar
7.22).
d. System Alarm
Secara umum terdapat 2 sistem tanda bahaya (alarm system), yaitu
alarm
untuk kondisi darurat (bahaya kebakaran/ fire alarm) dan alarm
untuk
keamanan yang ditujukan untuk menangkal kejahatan (security
alarm).
System alarm bangunan memiliki panel induk (panel utama) di
control room
dan sub-panel di setiap lantai berdekatan dengan hydrant box.
Pengaktivan
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 20 of 22
system alarm dapat dilakukan secara manual dengan memecahkan
break
glass dan menekan saklar tanda alarm. System alarm secara
otomatis juga
terhubung dengan system detector dan system sprinkler.
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 21 of 22
Perbedaan system alarm untuk security system dengan fire system
alarm
terletak pada detectornya (sensor). Security system menggunakan
sensor
suara/ bunyi (sound discriminating), sensor infra red (sensor
pasif) untuk
men detec suhu obyek, sedangkan sensor ultrasonic dan sensor
gelombang
microwave termasuk sensor active untuk mendetect benda-benda
bergerak
(gambar 7.28).
Pada security system juga dilakukan pemantauan real time dan
recordable
selama 24 jam digunakan CCTV untuk merekam kejadian-kejadian
lengkap
dengan waktunya.
Untuk pengamanan ruangan (room security) dapat dilakukan
dengan
memasang kunci pada setiap pintu. Secara prinsip terdapat 2
system
perkuncian (key system), yaitu Master Key & Central locking
system,
-
(Summarized for Teaching Purposed) Teknologi Arsitektur 5
Jenis2 System Utilitas Page 22 of 22
dengan menggunakan anak kunci, access card maupun identity
identification
(gambar 7.31).