Pendahuluan
Sindroma paraneoplastik adalah kelompok gangguan klinis yang
terkait dengan penyakit keganasan yang tidak langsung berkaitan
dengan efek fisik dari tumor primer atau metastasis. Sindroma ini
mungkin terjadi karena produksi tumor zat yang secara langsung atau
tidak langsung menyebabkan gejala gejala yang jauh, deplesi dari
substansi normal yang mengarah ke manifestasi paraneoplastik atau
respon host terhadap tumor yang menghasilkan sindroma
tersebut.1Frekuensi sindroma paraneoplastik yang dilaporkan
berkisar 10-15% untuk 2-20% kasus keganasan. Sindroma
paraneoplastik neurologis diperkirakan terjadi pada kurang dari 1%
pasien dengan kankerSindroma paraneoplastik dapat sistemik maupun
hanya mengenai satu organ tertentu. Termasuk ke dalam sindroma
paraneoplastik yaitu sequele umum dari kanker yaitu
hipercoagulopathy, cachexia, demam dan anemia pada penyakit
kronik.Masalah umum yang teramati pada beberapa pasien dengan
kanker lanjut ataupun metastasis meliputi anorexia, malaise,
penurunan berat badan dan kadang kala demam. Character tersebut
mesti dipikirkan ketika mengevaluasi pasien dengan penyakit yang
tidak terdiagnosis. Kecuali pada kasus tumor fungsional seperti
glandula endokrin, gejala sistemik dari kanker biasanya tidak
spesifik seperrti lemah, anorexia, dan penurunan berat badan.3
Sindroma paraneoplastik mungkin merupakan tanda pertama dari
keganasan, dan pengenalannya penting untuk deteksi dini kanker.
Protein yang disekresikan dalam sindroma paraneoplastik dapat
dipergunakan sebagai tumor marker. Pada beberapa situasi, gejala
dan komplikasi dari sindroma paraneoplastik ini dapat dikelola
dengan baik. 1
SINDROMA PARANEOPLASTIK
Sindroma paraneoplastik adalah kelompok gangguan klinis yang
terkait dengan penyakit keganasan yang tidak langsung berkaitan
dengan efek fisik dari tumor primer atau metastasis. Sindroma ini
mungkin terjadi karena produksi tumor zat yang secara langsung atau
tidak langsung menyebabkan gejala gejala yang jauh, deplesi dari
substansi normal yang mengarah ke manifestasi paraneoplastik atau
respon host terhadap tumor yang menghasilkan sindroma
tersebut.1Sindroma paraneoplastik dapat sistemik maupun hanya
mengenai satu organ tertentu. Termasuk ke dalam sindroma
paraneoplastik yaitu sequele umum dari kanker yaitu
hipercoagulopathy, cachexia, demam dan anemia pada penyakit
kronik.Sindroma paraneoplastik muncul pada hampir 10% dari seluruh
pasien dengan penyakit keganasan yang lanjut. Jarang gejala ini
mempresentasikan manifestasi awal dari kanker yang tersembunyi.
2Sindroma neoplastik dapat parallel terhadap keganasan yang
mendasari dan pengobatan yang berhasil terhadap tumor yang
menyebabnya hilangnya sindroma. Namun, banyak sindroma
paraneoplastik, terutama yang etiologinya karena sistem immune
ataupun neurologis, tidak dapat diduga dapat diatasi dengan
mengatasi keganasan yang ada.1,2,3Sindroma paraneoplastik mungkin
merupakan tanda pertama dari keganasan, dan pengenalannya penting
untuk deteksi dini kanker. Protein yang disekresikan dalam sindroma
paraneoplastik dapat dipergunakan sebagai tumor marker. Pada
beberapa situasi, gejala dan komplikasi dari sindroma
paraneoplastik ini dapat dikelola dengan baik. 1Masalah umum yang
teramati pada beberapa pasien dengan kanker lanjut ataupun
metastasis meliputi anorexia, malaise, penurunan berat badan dan
kadang kala demam. Character tersebut mesti dipikirkan ketika
mengevaluasi pasien dengan penyakit yang tidak terdiagnosis.
Kecuali pada kasus tumor fungsional seperti glandula endokrin,
gejala sistemik dari kanker biasanya tidak spesifik seperrti lemah,
anorexia, dan penurunan berat badan.3
EpidemiologiFrekuensiInternasionalFrekuensi sindroma
paraneoplastik yang dilaporkan berkisar 10-15% untuk 2-20% kasus
keganasan. Sindroma paraneoplastik neurologis diperkirakan terjadi
pada kurang dari 1% pasien dengan kankerMortalitas /
morbiditasAngka kejadian sebenarnya dari kematian dan komplikasi
yang berhubungan dengan sindrom paraneoplastik tidak
diketahuiRasTidak ada laporan mengenai predileksi rasSeksTidak ada
laporan mengenai kecederungan seksUmurSegala usia mungkin akan
terpengaruh oleh kanker dan sindroma terkait paraneoplastik4
Manifestasi endokrinologi dari kankerKanker dapat menyebabkan
sindrom endokrin atau sindrom hormon ektopik, atau precursor hormon
oleh tumor. Kanker jarang dapat mengubah steroid menjadi bentuk
aktif, dimana merupakan hasil dari sindroma paraneoplastik. Secara
umum, pengobatan malignancy penyebabnya dapat menyebabkan perbaikan
dari sindroma paraneoplastik endocrinology.1
Hipercalcemia malignancyHipercalcemia dari keganasan, merupakan
sindroma endokrin paraneoplastik yang sering dan merupakan 40% dari
seluruh hipercalcemia. Hipercalcemia dengan kanker diklasifikasikan
sebagai humoral hypercalcemia of malignancy (HHM), dimana
disebabkan oleh hormone yang bersirkulasi atau local osteolytic
hypercalcemia (LOH), yang disebabkan oleh factor paracrine local
yang disekresikan oleh hormone dalam tulang. Parathyroid
hormone-related peptide (PTHrP) menyebabkan hampir seluruh kasus
HHM sementara mediator dari LOH pada tulang sangat bervariasi.
Patogenesis80% pasien dengan hipercalsemia malignancy memiliki
HHM. PTHrp tersusun dari 139-173 asam amino. PTHrP berikatan dengan
reseptor PTH pada tulang dan ginjal dan menyebabkan resorpsi dari
tulang, menurunkan formasi tulang, meningkatkan resorpsi kalsium
dari tubuler ginjal, peningkatan fosfaturia, dan peningkatan level
cyclic adenosine monophosofat urin, dan menyebabkan terjadinya
hipercalcemia.20% pasisen dengan hipercalcemia mimiliki LOH dimana
hipercalsemia disebabkan oleh produksi local dari hormone atau
citokin oleh kanker yang telah menyebar ke dalam tulang atau tulang
rawan. Manifestasi klinikGejala awal oleh hipercalcemia (level
calcium 2,6 mmol/L) ialah malaise, fatique, anorexia, kebingungan,
nyeri tulang, poliuria, polidipsia, kelemahan, konstipasi, nausea
dan vomitus. Gejala neurologis pada hipercalsemia yang berat
(>3,5 mmol/L) termasuk kebingungan, letargi, koma dan kematian.
Kanker yang diasosiasikan dengan HHM ialah non-small cell lung
cancer dan kanker payudara, ginjal, kepala dan leher, dan histology
sel mous. Hipercalcemia tidak umum ditemukan namun menjadi lebih
umum terjadi seperti perjalanan kanker dan muncul pada 10 20 %
pasien yang sudah hampir meninggal. LOH dapat ditemukan pada pasien
dengan kanker payudara, mielomo, limfoma, dan
leukemia.DiagnosisPasien dengan kanker dengan hiperkalsemia harus
dievaluasi penyabab lain daripada hiperkalsemia, termasuk
penggunaan diuretic tiazid, vitamin D atau lithium, hipertiroid,
dan sarcoidosis.apabila kanker penyebabnya telah terkontrol,
peningkatan serum PHT terukur oleh immunoassay menunjukkan
hiperparatirodism primer, dimana mungkin bertanggung jawab sebanyak
10% kasus hipercalcemia karena kanker dan harus diterapi sesuai
dengan terapi hiperparatiroidism. Terapi Rata rata angka kehidupan
pada pasien dengan hipercalcemia of malignancy ialah hanya 1-3
bulan. Pencegahan hipercalcemia ulang seharusnya dilakukan ketika
kanker sepertinya telah terkontrol dengan terapi local ataupun
sistemik yang diperlukan. Terapi HHM adan LOM hampir sama. Pasien
dengan hipercalcemia ringan- sedang (2,7-3,5 mmol/L) dapat diterapi
dengan 2-4 L hidrasi dengan saline per hari dan furosemide untuk
mencegah volume overload intravascular. Bisphophonate pamidranote
(90 mg intravena) menurunkan resorpsi osteoclastik. Terapi
kombinasi diuretic dan pamidronate menurunkan kalsium serum ke
angka normal pada 90% pasien dalam 7 hari. Dosis dapat diulang
apabila diperlukan. Pada pasien dan LOH, glukokortikoid dapat
menghambat produksi sitokin yang meningkatkan resopsi tulang.
Pasien dengan hipercalsemia berat (>3,50 mmol/L) dengan
perubahan status mental dapat diterapi dengan terapi diatas
ditambahkan dengan kalsitonin salmon, 4-8 U/kg, diberikan secara
intramuscular atau subkutaneus setiap 12 jam. Pemberian kalsitonin
akan menurunkan serum kalsium dalam 24 jam, dan efek hipokalsemia
nya dapat diperpanjang pada pasien LOH dengan penambahan
glukokortikoid. Apabila smua agent tersebut tidak dapat menurunkan
nilai serium calcium, plicamisin dan gallium nitrat dapat
ditambahkan ke dalamnya.1,5
Hiponatremia of malignancyHiponatremia of malignancy ( level Na+
< 130 mmol/L) biasanya disertai dengan sekresi tidak tepat dari
arginine vasopressin (AVP) dan disebut inappropriate antidiuretik
hormone secretion (SIADH). 1,5PatogenesisSmall cell lung cancer
merupakan keganasan yang menghasilkan AVP ektopik palign sering.
AVP mRNA diekspresikan dan di translasikan, dan hasilnya diproses
menjadi nonapeptide AVP yang di sekresikan kedalam sirkulasi. AVP
yang diproduksi secara ektopik berikatan dengan reseptor di ginjal,
menyebabkan retensi air dengan menyebabkan hipoosmolalitas pada
plasma dan hiperosmolaritas pada urin.Sekitar 15% pasien kanker
dengan SIADH tidak ditemukan adanya produksi AVP secara ektopik.
Pada beberapa pasien ini, tumor mensekresi atrial natriuretic
peptide. Hormone ini menghampat reabsorpsi natrium pada tubulus
proksimal dan menghambat pelepasan rennin dan aldosteron. Masih
belum jelas bagaimana caranya menyebabkan hiponatremia.1Manifestasi
klinikGejala dari SIADH tergantung pada derajat dan tingkat
keseringan onset hiponatremia. Gejala yang ringan (>120mmol/L)
termasuk sakit kepala, lemah dan kesulitan memori, gangguan
memfokuskan pikiran, fatique, nausea, vomitus, anorexia. Level
natrium serum kurang dari 125 mEq/L dan khususnya apabila terjadi
dalam waktu 48 jam dapat ditandai dengan gangguan status mental,
kejang, koma, respiratory colaps dan kematian. Ketika hiponatremia
berkembang selama waktu yang lebih lama, komplikasi neurologic
dapat tidak muncul1,5,6Hiponatremia dapat muncul pada small cell
lung cancer (15%), kanker kepala dan leher (3%), dan non-small cell
lung cancer (8000/uL). Hampir setengah pasien dengan granulositosis
dan kanker, granulositosis telah teridentifikasi dengan etiologi
nonparaneoplastik (infeksi, tumor nekrosis, pemberian
glukokortikoid). Pasien lain memiliki protein di urin dan serum
yang menstimulasi pertumbuhan sel sumsum tulang. Tumor dan sel
tumor dari pasien dengan kanker paru, ovarium, dan saluran cerna
telah didokumentasikan memproduksi granulocyte colony-stimulating
factor (G-CSF), granulocyte-macrophage colony-stimulating factor
(GM-CSF) dan IL-6. Pasien dengan granulositosis kebanyakan
asimptomatis, dan perbedaan jumlah sel darah putih tidak bergeser
kea rah bentuk immature dari neutrofil. Granulositosis muncul pada
40% pasien dengan kanker paru dan gastrointestinal, 20% pasien
dengan kanker payudara, 30% pasien dengan tumor otak dan kanker
ovarium, dan 10% pada pasien dengan karsinoma sel ginjal.
Granulositosis paraneoplastik tidak diperlukan terapi.
Granulositosis akan menghilang apabila kanker penyebabnya dapat
diterapi dengan sukses.1,5,6
Trombositosis35% pasien dengan trombositosis (trombosit >
400.000/uL) memiliki diagnosis kanker penyebabnya. IL-6, merupakan
kandidat molekul penyebab trombositosis paraneoplastik,
menstimulasi produksi dari thrombosis secara in vitro maupun in
vivo. Beberapa pasien dengan kanker dan trombositosis memiliki
kadar IL-6 yang meningkat di plasma. Molekul kandidat lain ialah
trombopoietin, hormone peptide yang menstimulasi megakaryocyte
berproliferasi dan produksi trombosit. Penyebab dari trombositosi
belum ditemukan dalam beberapa kasus.Pasien dengan trombositosis
hampir semuanya asimptomatik. Trombositosis belum jelas terkait
dengan thrombosis pada pasien dengan kanker. Trombositosis muncul
pada 40% pasien dengan kanker paru dan gastrointestinal, 20% pada
pasien dengan kanker payudara, endometrium, dan ovarium, dan 10%
pada pasien dengan limfoma. Pasien dengan trombositosis sepertinya
telah memilki penyakit stadium lanjut dan memiliki prognosis yang
lebih buruk daripada pasien tanpa trombositosis. Thrombositosis
paraneoplastik tidak memerlukan terapi.
EosinofiliaEosinofilia muncul pada 1% pasien dengan kanker.
tumor dan barisan sel tumor pada pasien dengan limfomas atau
leukemia mungkin memproduksi IL-5 yang menstimulasi pertumbuhan
eosinofil. Pengaktifan transkripsi IL-5 pada limfomas dan leukemia
mungkin melibatkan translokasi dari lengan panjang dari chromosome
5, kt gene IL-5 dan citokin lainnya.Pasien dengan eosinofilia tidak
memberikan gejala. Eosinofilia muncul pada 10% pasien dengan
limfoma, 3% pasien dengan kanker paru, dan pasien dengan kanker
cervical, gastrointestinal, ginjal dan payudara. Pasien dengan
peningkatan eosinofilia (>5000/uL) dapat memberikan gejala sesak
nafas dan wheezing. Radiologi thorax dapat menunjukkan adanya
infiltrate difuse pada paru dari infiltasi eosinofil dan
pengaktivasiannya di paru.Pengobatan definitive ditujukan kepada
keganasan yang mendasarinya. Tumor harus di reseksi ataupun
diterapi dengan radiasi dan chemoterapi. Pada kebanyaan pasien yang
mengalami sesak nafas karena eosinofilia, gejalanya biasanya
menghilang setelah penggunaan obat glukokortikoid oral maupun
inhalasi.
TrombophlebitisTrombophlebitis yang berulang maupun yang
berpindah dapat merupakan fase awal dari kanker. hampir 15% dari
pasien yang mengalami thrombosis vena dalam atau emboli paru
memiliki diagnosis kanker. Koeksistensi dari thrombosis vena
perifer dengan karsinoma visceral, dan kanker pancreas, disebut
syndrome TrousseaPatogenesisPasien dengan kanker terdisposisi
dengan tromboembolisme karena seringnya bedrest atau tidak
berpindah tempat, dan tumor dapat mengobstruksi dan memperlambat
aliran darah. Selain itu, pembekuan dapat terjadi karena pelepasan
prokoagulant dan citokins dari sel tumor atau sel inflamasi yang
terkait, atau oleh adesi atau agregasi trombosit. Molekul spesifik
yang memediasi peningkatan resiko tromboembolism belum
teridentifikasi.Manifestasi klinisPasien dengan kanker yang
mengalami thrombosis vena dalam biasanya mengalami pembengkakan dan
sakit di kaki, dan pada pemeriksaan fisik ditemukan tenderness,
hangat dan merah. Pasien yang terdapat emboli paru biasanya terjadi
dispnoe, nyeri dada dan sincop dan pada pemeriksaan fisik ditemukan
takikardi, sianosis, dan hipotensi. Tumor paling sering yang
terkait dengan episode tromboemboli ialah tumor paru, pankeras,
gastrointestinal, payudara, ovary, dan genitrourinary, limfoma, dan
tumor otakDiagnosisDiagnosis dari thrombosis vena dalam pada pasien
dengan kanker ditegakkan oleh plethysmografi impedan atau
ultrasonografi kompresi bilateral pada vena kedua kaki. Pasien
dengan gejala dan tanda yang mengarah ke emboli paru harus
dilakukan evaluasi dengan radiografi thorax, electrocardiogram,
analisa gas darah, dan scanning ventilasi-perfusi. Pasien dengan
ketidak cocokan defek perfusi segmental memiliki emboli paru.
Pasien dengan ventilasi-perfusi yang seimbang seharusnya dievaluasi
untuk thrombosis vena dalam pada kedua kakinya. Pasien tanpa
diagnosis kanker yang terdapat episode trombophebitis atau emboli
paru tidak memerlukan pengujian tambahan untuk kankernya selain
riwayat yang seksama dan pemeriksaan fisik. PengobatanPasien dengan
kanker dan diagnosis dari thrombosis vena dalam harus diterapi
dengan unfractionated heparin intravena atau heparin low molecular
weight untuk minimal 5 hari dan diberikan cooumanding yang dimulai
dalam 1-2 hari. Pasien dengan thrombosis vena dalam bagian proximal
dan yang kontraindikasi relative terhadap heparin (metastasis
perdarahan ota atau efusi pericardial) harus dipikirkan untuk
peletakan filter pada vena cava inferior untuk mencegah terjadinya
emboli paru. Dan coumanding harus diberikan selama 3-6 bulan.
Pasien dengan kanker yang melakukan prosedur pembedahan mayor harus
dipikirkan untuk profilaksis heparin atau pneumatic boots. Pasien
dengan kanker payudara yang menjalani kemotherapi dan pasien yang
terimplantasi kateter harus dipikirkan untuk profilaksis
(coumanding 1mg/hari)
MANIFESTASI REMATOLOGI Paraneoplasti artropati timbul sebagai
poliartritis rematik atau polimialgia, terutama pada pasien dengan
myelomas, limfoma, leukemia akut, histiocytosis ganas, dan tumor
dari kolon, pancreas, prostat dan SSP Osteoarthropathy hipertrofik
dapat diamati pada pasien dengan kanker paru paru, mesothelioma
pleura, dan neurilemmoma frenikus Skleroderma mungkin dapat
mendahului adanya tumor Bentuk luas adalah khas untuk keganasan
dari payudara, uterus dan paru (baik bentuk alveolar maupun
bronchial) Bentuk local adalah karakteristik carcinoids dari tumor
paru paru (bentuk bronchoalveolar) lupus eritromatosus sistemik
(SLE) dapat berkembang pada pasien dengan limfoma atau kanker paru,
payudara atau gonad. Amiloidosis sekunder dari jarigan ikat
merupakan presentasi jarang pada pasien dengan myeloma, karsinoma
ginjal dan limfomaOsteorarthropathy hipertrofik muncul sebagai
pembengkakan yang menyakitkan dari pinggul, pergelangan tangan dan
lutut disertai dengan efusi artikular.Tulang panjang mungkin juga
terlibat. Dalam kasus ini, pasien mengeluh sakit dan hasil x-ray
menunjukkan peningkatan khas (penebalan dan datasemen) dari
periosteumUntuk pasien dengan lupus eritromatosus sistemik atau
scleroderma (SLE), gambaran klinisnya ialah tergantung dari kondisi
paraneoplastiknyaPenyebab Penyebab osteoarthropathy hipertrofik
tetap tidak diketahui meskipun beberapa hipotesis telah
dikembangkan (misalnya, produksi estrogen atau hormon pertumbuhan
[GH] oleh tumor, hiperaktivitas vagal). Onset dari scleroderma dan
SLE dapat berhubungan dengan produksi dari Aantinuklear antibody
(ANA), karena antigen biasanya terbatas pada jaringan ikat
diekspresikan secara menyimpang oleh kanker.4
MANIFESTASI NEFROLOGI Nefropati Hypokalemic, yang ditandai oleh
kebocoran kalium urin lebih dari 20 mEq per 24 jam, dapat
berkembang pada pasien dengan tumor yang mensekresi hormon
adrenokortikotropik (ACTH) atau zat seperti ACTH.Hal ini terjadi
pada 50% individu dengan tumor paru-paru yang mensekresi ACTH
(yaitu,sel kanker paru-paru kecil).
Hipokalemia,hiponatremiaatauhipernatremia,hiperfosfatemia, dan
alkalosis atau asidosis mungkin akibat dari jenis-jenis tumor yang
memproduksi ACTH, hormon antidiuretik (ADH), atau hormon usus.
Sindrom nefrotik dapat ditemukan, meskipun jarang, pada pasien yang
telahlimfoma Hodgkin(HL);limfoma non-Hodgkin(NHL),
leukemia,melanoma, atau keganasan dariparu-paru,tiroid,usus
besar,payudara,ovarium, ataukepala pankreas. Amiloidosis sekunder
dari ginjal, jantung, atau SSP mungkin jarang menyebabkan fitur
pada pasien dengan myeloma, kanker ginjal, atau limfoma.Gambaran
klinis dari amiloidosis sekunder berhubungan dengan cedera ginjal
dan jantung.Gejala kencing yang berhubungan dengan gangguan
paraneoplastik ditandai oleh edema akibat hipoalbuminemia dan
proteinuria (> 3 g/24 jam). Dapat juga ditemukan
hiperkolesterolemia.PenyebabAmioidosis sekunder dan sedimentasi
immunocompleks di nefron (dan glomerulonefritis
membranoproliferativa) dianggap sebagai mekanisme yang mendasari
sindroma nefrotik dan sering, hipoalbuminemia neoplastik, yang juga
terkait dengan berkurangnya sintesis albumin 4
MANIFESTASI GASTROINTESTINALDiare encer disertai oleh
ketidakseimbangan elektrolit menyebabkan astenia, kebingungan, dan
kelelahan.Masalah masalah ini khas pada pasien dengan tumor
proctosigmoid (baik jinak dan ganas) dan karsinoma tiroid meduler
(MCTs) yang menghasilkan prostaglandin (PGs ; terutama PG E2 dan
F2) yang menyebabkan malabsorpsi dan akibatnya tidak tersedianya
nutrisi.Perubahan ini juga dapat diamati pada pasien dengan
melanoma, myelomas, tumor ovarium, tumor badan pineal dan
metastasis paru.Gambaran klinis gangguan paraneoplastik yang
mempengaruhi sistem GI adalah mirip dengan sariwan
nontropis.Penyebab Gangguan GI paraneoplastic berhubungan dengan
produksi molekul yang mempengaruhi motilitas dan aktivitas sekresi
dari saluran pencernaan. Karsinoma tiroid meduler (MTCs) dapat
menghasilkan beberapa prostaglandin (PG) (misalnya, PGE2 dan PGF2)
yang menyebabkan malabsorpsi dan, akibatnya, tidak tersedianya
nutrisi. Keganasan dari sistem pencernaan, terutama yang di perut
atau usus, dapat menyebabkan enteropati yang menyebabkan kehilangan
protein akibat dari peradangan dan eksudasi tumor-massa. 4
MANIFESTASI CUTANEUSGatal adalah manifestasi kulit yang paling
sering pada pasien dengan kanker.Herpes zoster, ichthyosis,flushes,
alopesia, atau hipertrikosis juga dapat teramati pada pasien
tersebut.Acanthosis nigricansdan melanosis yang berhubungan dengan
kulit yang ditandai oleh pigmentasi kehitaman pada kulit dan
biasanya terjadi pada pasien dengan melanoma metastasis dan tumor
pancreas Herpes zoster dan alopecia merupakan bagian dari sindrom
paraneoplastik yang mirip dengan bentuk jinaknya Flushes muncul
yang serupa dengan yang terkait dengan kondisi jinak seperti stres.
Hipertrikosis tidak berbeda dari bentuk yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan endokrin (biasanya, disfungsi
adrenal).Hipertrikosis paraneoplastic ditandai dengan kemunculan
tiba-tiba dari rambut berbulu pada wajah dan telinga yang hilang
segera setelah tumor diangkat. Acanthosis nigricans dan melanosis
dermis sering patognomonik untuk kehadiran keganasan.Mereka yang
serupa tetapi berbeda dengan lokasi.Mleanosis dermic ialah difuse;
acanthosis nigricans biasanya disertai dengan papiloma konfluen dan
mempengaruhi umbilikus, mulut, ketiak, dan daerah inguinal.Tiga
jenis nigricans acanthosis dijelaskan: jinak, pseudoacanthosis, dan
ganas.Bentuk ganas ditandai oleh pertumbuhan kutil hiperkeratotik
(tanda Leser-Trlat) Ichthyosis, yang pada tahap awal bisa
menyerupai dermatosis jinak, ditandai dengan deskuamasi permukaan
extensory anggota badan (menyerupai sisik ikan, dari bahasa Yunani
kunoichthus,berarti ikan). Pasien dengan glucagonoma mungkin
terdapat nekrosis eritema bermigrasi (NME)yang dihasilkan dari
eritematosa dan cedera eksfoliatif yang berbeda dari erythrodermia
eksfoliatif.Ini adalah khas leukemia dan limfoma dan hasil dalam
deskuamasi kulit berdifusi yang mempengaruhi adneksa kulit, yang
kemudian menghasilkan alopecia dan kerapuhan kuku, tetapi jarang
disertai dengan demam, menggigil, dan gatal-gatal.PenyebabGatal
hasil dari hypereosinophilia dan khas limfoma Hodgkin, di mana ia
memiliki makna diagnostik dan prognostik yang spesifik. Depresi
sistem kekebalan tubuh, yang dapat diamati pada kebanyakan pasien
dengan kanker, sering bertanggung jawab untuk reaktivasi virus
varicella-zoster laten (VZV) di ganglia sensoris dan serangan
berikutnya dari herpes zoster.Tumor pankreas dapat melepaskan
beberapa enzim lipase dan enzim lithic ke dalam aliran darah,
menyebabkan nekrosis nodular subkutan pada jaringan adiposa.Kondisi
ini ditandai oleh nodul pink - kemerahan gelap di bawah kulit yang
sangat menyakitkan.Nodul ini sering ulserasi, menyebabkan kebocoran
bahan berminyak.Flushes dapat diamati pada pasien dengan leukemia
akut, mastositosis, carcinoids, MTC, atau karsinoma pankreas yang
mengeluarkan zat vasoaktif, terutama prostaglandin (alfa, E1, E2,
F2, I2).Melanosis dermis yang merupakan hasil dari prekursor
melanin yang memasuki aliran darah dan, karena mereka tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya melalui urin, menumpuk di dermis, yang
menghasilkan warna khas abu-abu hitam-kebiruan kulit di atasnya.
4
MANIFESTASI NEUROMUSKULARGangguan neuromuskuler yang terkait
dengan kanker sekarang termasuk di antara sindrom
paraneoplastik.Gangguan tersebut mempengaruhi 6% dari semua pasien
dengan kanker dan yang lazim di kanker ovarium dan kanker paru.
Sebagai contohnya: Myasthenia gravisadalah sindrom paraneoplastik
yang paling umum pada pasien denganthymoma, keganasan yang timbul
dari sel-sel epitel timus.Memang, thymoma adalah penyebab yang
mendasari pada sekitar 10% sampai 15% kasus myasthenia
gravis.Jarang,hypogammaglobulinemiadanaplasia sel merah murni
terjadi sebagai sindrom paraneoplastik pada pasien dengan thymoma.
Lambert-Eaton myasthenic sindrom(LEMS), yang bermanifestasi sebagai
asthenia dari girdle skapulae dan panggul dan penurunan refleks
tendon.LEMS kadang-kadang dapat disertai dengan xerostomia,
impotensi seksual, miopati, dan neuropati perifer.Hal ini terkait
dengan kanker 40-70%, yang paling umum kanker paru-paru sel kecil
(SCLC).Tampaknya hasil dari campur tangan dengan pelepasan
asetilkolin akibat serangan imunologi terhadap saluran kalsium
channel presynaptic. Opsoclonus-mioklonus sindrom,biasanya
mempengaruhi anak-anak lebih muda dari 4 tahun.Hal ini terkait
dengan hipotonia, ataksia, dan iritable.Satu dari dua pasien
memilikineuroblastoma. Ensefalitis limbik paraneoplasticditandai
oleh depresi, kejang, iritabilitas, dan kehilangan memori jangka
pendek.Gejala-gejala neurologis berkembang dengan cepat dan dapat
menyebabkan demensia.Ensefalitis limbik paraneoplastic paling
sering dikaitkan dengan SCLC. Encephalomyelitis paraneoplastic
ditandai dengan gejala kompleks yang berasal dari ensefalitis
batang otak, ensefalitis limbik, degenerasi serebelum, myelitis,
dan disfungsi otonom.Defisit neurologis dan tanda-tanda tampaknya
berhubungan dengan proses inflamasi yang melibatkan beberapa daerah
sistem saraf. Degenerasi serebelar paraneoplastic menyebabkan
kesulitan kiprah, pusing, mual, dan diplopia, diikuti oleh ataksia,
disartria, disfagia dan.Degenerasi serebelar paraneoplastic sering
dikaitkan dengan limfoma Hodgkin,kanker payudara,SCLC, dan kanker
ovarium,. itu mungkin terjadi dalam hubungan dengan karsinoma
prostat Neuropati sensorik paraneoplastik mempengaruhi ekstremitas
bawah dan atas dan di tandai dengan hilangnya sensori yang
progresif, baik simetris maupun asimetris. Hal ini tampaknya
dikaitkan dengan hilangnya akar ganglia dorsal dengan keterlibatan
awal dari serat utama yang bertanggung jawab untuk mendeteksi
getaran dan posisiManifestasi Satu atau lebih sindrom
paraneoplastik neurologis mungkin hadir pada pasien dengan kanker,
terutama mereka yang menderita kanker paru-paru. Neuropati dapat
berupa sensorik, motorik, atau campuran. Neuropati sensorik, yang
biasanya terjadi hanya pada pasien dengan kanker paru-paru, berasal
dari degenerasi ganglionic, dan onsetnya ditandai dengan parestesia
dan nyeri tabeticlike, hyporeflexia akut dengan pengurangan
sensitivitas proprioseptif dan ataksia (baik statis dan dinamis),
anestesia getaran, tuli, hypoesthesia cutaneous atau anestesi,
dysgeusia, dan dysosmia. Neuropati campuran dapat terjadi dengan
beberapa keganasan dan memiliki presentasi yang sangat bervariasi,
dengan motor atau gejala sensorik baik sebelum onset klinis
penyakit tumor atau menyertainya.Sumsum tulang belakang dapat
dipengaruhi oleh baik myelitis nekrotik subakut atau myelitis
subakut.Kondisi ini menyebabkan paraplegia progresif dengan
areflexia, kurangnya kontrol sphincteric, dan anestesi pada tungkai
bawah.Sebuah sindrom amyotrophic lateral (LAS) dapat terjadi,
bermanifestasi sebagai asthenia dan atrofi yang khas pada otot,
hyperreflexia dengan fasciculasi piramida, dan degenerasi dari
neuron motor kedua.Bentuk LAS berbeda dari bentuk nonparaneoplastic
karena adanya keterlibatan pada sensorik (yaitu, proprioception dan
pallesthesia). Cerebellum mungkin menjadi tempat degenerasi saraf
subakutpada pasien dengan karsinoma sel kecil atau payudara atau
tumor ginekologi.Degenerasi seperti itu bermanifestasi klinis
sebagai ataksia cerebellar, disartria, dan nystagmus.Disfagia,
ptosis palpebral, tuli, dan tanda Babinski positif juga dapat
terjadi. Otak kecil pasien dengan kanker paru-paru juga dapat
dipengaruhi oleh ensefalitis.Dalam kasus tersebut, gambaran klinis
ditandai dengan kejang-kejang, delirium, dan kurangnya memori
jangka panjang.Pada pasien lain, proses patologis melibatkan medula
(yaitu, encephalomyelitis). Pada beberapa pasien dengan leukemia,
limfoma, atau kanker epitel, proses degeneratif yang langka yang
melibatkan pusat semioval dapat diamati.Proses degeneratif ini
ditandai dengan kejang-kejang, ataksia cerebellar, demensia
progresif, afasia, hemiparesis, hemihypoesthesia, disfagia, dan
nystagmus.Proses ini berkembang pesat, menyebabkan kematian dalam
waktu 6 bulan dari onset. Eaton-Lambert myasthenic sindrom (ELMS)
dapat terjadi pada pasien dengan limfoma, thymoma, atau kanker
rectum, pankreas, payudara, ginjal, prostat, atau rahim.ELMS bisa
menghilang setelah reseksi bedah dari tumor primer tetapi tidak
setelah radioterapi atau kemoterapi. Pasien dengan limfoma atau
kanker paru-paru, perut, payudara, atau rahim mungkin memiliki
polimiositis dan dermatomiositisyang ditandai secara klinis oleh
asthenia, nyeri, dan hipertrofi progresif dari otot proksimal yang
mempengaruhi, kemudian melibatkan, dermis dan kulit.Hal ini
menyebabkan ruam berwarna ungu pada wajah dan tangan. Sebuah studi
retrospektif oleh Fardet dkk mengidentifikasi faktor-faktor
independen yang berhubungan dengan keganasan pada pasien dengan
dermatomiositis: Usia saat diagnosis> 52 tahun (rasio hazard
[HR], 7,24; 95% confidence interval [CI], 2,35-22,31) Onset cepat
timbulnya gejala kulit dan / atau gejala otot (HR, 3,11; 95% CI,
1,07-9,02) Adanya nekrosis kulit (HR, 3,84; 95% CI, 1,00-14,85)
atau eritema periungual (HR, 3,93; 95% CI, 1,16-13,24) Tingkat
dasar faktor komplemen C4 yang rendah (HR, 2,74; 95% CI, 1,11-6,75)
Namun, tingkat dasar jumlah limfosit (