Divisi Statistik Sektor Riil 1 TRIWULAN III-2017 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan berlanjutnya ekspansi kegiatan usaha pada triwulan III-2017, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha yang positif sebesar 14,32%, lebih rendah jika dibandingkan triwulan II-2017 yang sebesar 17,36%. Secara sektoral, peningkatan kegiatan usaha terindikasi pada seluruh sektor ekonomi, dengan peningkatan terbesar pada sektor jasa-jasa (SBT 3,78%) dan sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan (SBT 3,18%). Sementara itu, kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III-2017 juga terindikasi meningkat dengan SBT sebesar 1,76%. Kinerja tersebut sejalan dengan nilai PMI-SKDU triwulan III-2017 yang tercatat mengalami ekspansi dengan indeks sebesar 50,51%, didorong oleh ekspansi indeks volume produksi. Sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha, tingkat penggunaan tenaga kerja pada triwulan III-2017 meningkat dengan SBT sebesar 0,13%, meskipun lebih rendah dibandingkan 4,23% pada triwulan II-2017. Dari sisi keuangan, kondisi likuiditas dan rentabilitas dunia usaha pada triwulan III-2017 tetap baik, dengan akses terhadap kredit perbankan yang relatif lebih mudah. Pertumbuhan kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 diperkirakan tetap positif terindikasi dari SBT sebesar 7,63%. Namun demikian, pertumbuhan kegiatan usaha masih lebih rendah jika dibandingkan 14,32% pada triwulan III-2017. Terbatasnya kegiatan usaha terutama disebabkan oleh kontraksi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan sebagai akibat faktor musiman. A. Kegiatan Usaha Kegiatan usaha pada triwulan III-2017 tumbuh tidak setinggi triwulan sebelumnya sesuai pola historis . Hal tersebut tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada triwulan III-2017 sebesar 14,32%, lebih rendah dibandingkan 17,36% pada triwulan II-2017 (Grafik 1). Dirinci menurut sektor lapangan usaha, pada triwulan III 2017, semua sektor ekonomi terindikasi mengalami peningkatan kegiatan usaha. Peningkatan kegiatan usaha tertinggi terjadi pada sektor sektor jasa-jasa (SBT 3,78%, naik dari 3,38% pada triwulan II-2017), diikuti oleh sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan (SBT 3,18%, naik dari 3,11% pada triwulan II-2017). Sektor pertambangan yang pada triwulan sebelumnya mencatat kontraksi (SBT -1,63%), pada triwulan laporan mengalami ekspansi (SBT 1,60%). SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Metodologi Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejaktriwulan I-1993. Pada triwulan III-2017, jumlah responden SKDU mencapai 3.039 perusahaan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan dipilih secara purposive sampling. Secara statistik jumlah sample tersebut memiliki sampling error sebesar 2% pada taraf signifikansi α=5%. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh responden baik melalui hardcopy kuesioner maupun s ecara online melalui website. Metode perhitungan dilakukan dengan metode saldo bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung a, kondisi investasi dilakukan dengan metode Saldo Bersih Tertimbang (SBT - weighted net balance) yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Mulai triwulan I-2014, SKDU dilaksanakan pada bulan terakhir triwulan berjalan (lebih awal satu bulan dari biasanya). Selain itu dilakukan penyempurnaan kuesioner dan pengembangan aplikasi terintegrasi berbasis web. Kegiatan usaha pada triwulan III-2017 meningkat, meski tidak setinggi periode sebelumnya sesuai pola historis.
14
Embed
Survei Kegiatan Dunia Usaha SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA · 2017-10-10 · Divisi Statistik Sektor Riil 1 Survei Kegiatan ... (SBT 3,78%) dan sektor keuangan, ... kegiatan usaha diketiga
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Divisi Statistik Sektor Riil 1
Survei Kegiatan Dunia Usaha
TRIWULAN III-2017
gf
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan berlanjutnya ekspansi
kegiatan usaha pada triwulan III-2017, meski tidak setinggi triwulan
sebelumnya. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan
usaha yang positif sebesar 14,32%, lebih rendah jika dibandingkan triwulan
II-2017 yang sebesar 17,36%. Secara sektoral, peningkatan kegiatan usaha
terindikasi pada seluruh sektor ekonomi, dengan peningkatan terbesar pada
sektor jasa-jasa (SBT 3,78%) dan sektor keuangan, real estate & jasa
perusahaan (SBT 3,18%). Sementara itu, kinerja sektor industri pengolahan
pada triwulan III-2017 juga terindikasi meningkat dengan SBT sebesar 1,76%.
Kinerja tersebut sejalan dengan nilai PMI-SKDU triwulan III-2017 yang tercatat
mengalami ekspansi dengan indeks sebesar 50,51%, didorong oleh ekspansi
indeks volume produksi.
Sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha, tingkat penggunaan tenaga kerja
pada triwulan III-2017 meningkat dengan SBT sebesar 0,13%, meskipun lebih
rendah dibandingkan 4,23% pada triwulan II-2017. Dari sisi keuangan, kondisi
likuiditas dan rentabilitas dunia usaha pada triwulan III-2017 tetap baik,
dengan akses terhadap kredit perbankan yang relatif lebih mudah.
Pertumbuhan kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 diperkirakan tetap positif
terindikasi dari SBT sebesar 7,63%. Namun demikian, pertumbuhan kegiatan
usaha masih lebih rendah jika dibandingkan 14,32% pada triwulan III -2017.
Terbatasnya kegiatan usaha terutama disebabkan oleh kontraksi pada sektor
pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan sebagai akibat
faktor musiman.
A. Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha pada triwulan III-2017 tumbuh tidak setinggi
triwulan sebelumnya sesuai pola historis. Hal tersebut tercermin dari nilai Saldo
Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada triwulan III-2017 sebesar 14,32%, lebih
rendah dibandingkan 17,36% pada triwulan II-2017 (Grafik 1). Dirinci menurut sektor
lapangan usaha, pada triwulan III 2017, semua sektor ekonomi terindikasi mengalami
peningkatan kegiatan usaha. Peningkatan kegiatan usaha tertinggi terjadi pada sektor
sektor jasa-jasa (SBT 3,78%, naik dari 3,38% pada triwulan II-2017), diikuti oleh sektor
keuangan, real estate & jasa perusahaan (SBT 3,18%, naik dari 3,11% pada triwulan
II-2017). Sektor pertambangan yang pada triwulan sebelumnya mencatat kontraksi
(SBT -1,63%), pada triwulan laporan mengalami ekspansi (SBT 1,60%).
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
Kegiatan usaha pada triwulan
IV-2014 melambat
Metodologi
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejaktriwulan I-1993. Pada triwulan III-2017, jumlah responden SKDU
mencapai 3.039 perusahaan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan dipilih secara purposive sampling. Secara statistik jumlah sample tersebut memiliki
sampling error sebesar 2% pada taraf signifikansi α=5%. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh responden baik melalui hardcopy
kuesioner maupun s ecara online melalui website. Metode perhitungan dilakukan dengan metode saldo bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung
a, kondisi investasi
dilakukan dengan metode Saldo Bersih Tertimbang (SBT - weighted net balance) yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang
bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Mulai triwulan I-2014, SKDU dilaksanakan pada bulan terakhir
triwulan berjalan (lebih awal satu bulan dari biasanya). Selain itu dilakukan penyempurnaan kuesioner dan pengembangan aplikasi terintegrasi berbasis web.
Kegiatan usaha pada triwulan
III-2017 meningkat, meski
tidak setinggi periode
sebelumnya sesuai pola
historis.
Divisi Statistik Sektor Riil 2
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Peningkatan kegiatan usaha pada periode laporan juga terindikasi pada sektor
perdagangan, hotel & restoran (SBT 1,94%), sektor industri pengolahan (SBT 1,76%)
dan sektor pengangkutan & komunikasi (0,72%). Namun demikian, peningkatan
kegiatan usaha diketiga sektor tersebut tidak setinggi periode sebelumnya sejalan
dengan berakhirnya faktor musiman Ramadhan, Idul Fitri dan liburan tahun ajaran
baru yang mendorong peningkatan permintaan pada triwulan II-2017.
Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Usaha
Pada triwulan IV-2017, kegiatan dunia usaha diperkirakan terus meningkat
meski tidak setinggi pada periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari SBT perkiraan
kegiatan usaha sebesar 7,63%, lebih rendah dari 14,32% pada triwulan III-2017.
Berdasarkan sektor ekonomi, kegiatan usaha pada 6 dari 9 sektor ekonomi
diperkirakan masih mengalami peningkatan, terutama pada sektor keuangan, real
estate & jasa perusahaan (SBT 2,89%) dan sektor jasa-jasa (SBT 2,59%). Sementara
itu, kegiatan usaha pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan &
perikanan diperkirakan mengalami kontraksi (SBT -2,26%) seiring dengan berakhirnya
musim panen dan pengaruh kondisi cuaca yang kurang mendukung aktivitas
pertanian.
B. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi terpakai secara rata-rata menurun. Hasil survei
menunjukkan bahwa sejalan dengan pertumbuhan kegiatan usaha yang melambat,
rata-rata kapasitas produksi terpakai pada triwulan III-2017 sebesar 75,99%, lebih
rendah dibandingkan 77,06% pada triwulan sebelumnya (Grafik 2). Berdasarkan
sektor ekonomi, tingkat penggunaan kapasitas produksi paling tinggi terjadi pada
sektor listrik, gas dan air bersih (rata-rata sebesar 81,21%). Di sisi lain, penggunaan
kapasitas produksi paling rendah terjadi pada sektor pertambangan & penggalian
(rata-rata sebesar 73,73%).
Kegiatan usaha pada triwulan
IV-2017 diperkirakan tetap
tumbuh meski tidak setinggi
periode sebelumnya.
Utilisasi kapasitas produksi
secara rata-rata lebih rendah
dibandingkan periode
sebelumnya.
Divisi Statistik Sektor Riil 3
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 2. Perkembangan Kapasitas Utilisasi
C. Kondisi Keuangan dan Akses Kredit
Kinerja keuangan perusahaan pada triwulan II I-2017 secara umum
membaik. Hal tersebut terkonfirmasi dari Saldo Bersih (SB) kondisi likuiditas
perusahaan sebesar 37,86 %, meningkat dari SB 37,69 % pada periode sebelumnya.
Sebagian besar responden SKDU (54,46%) menjawab kondisi likuiditas perusahaan
pada triwulan III-2017 masih cukup baik. Sementara itu, sebesar 41,70% responden
menjawab kondisi likuiditas pada triwulan II-2017 lebih baik dibandingkan periode
sebelumnya, dan hanya 3,84% responden yang mengkonfirmasi kondisi likuiditas
yang lebih buruk dibandingkan periode sebelumnya.
Dari sisi kemampuan perusahaan untuk mencetak laba (rentabilitas), hasil
survei mencatat SB kondisi rentabilitas perusahaan pada triwulan III-2017 sebesar
41,41%, meningkat dari SB 41,25% pada periode sebelumnya. Sebanyak 52,77%
responden menjawab kondisi rentabilitas perusahaan pada triwulan III-2017 masih
cukup baik. Sementara itu, sebesar 44,32% responden menjawab kondisi rentabilitas
pada triwulan III-2017 lebih baik dibandingkan periode sebelumnya, dan hanya 2,91%
responden yang mengkonfirmasi kondisi rentabilitas yang lebih buruk dibandingkan
periode sebelumnya.
Sementara untuk akses kredit perbankan, hasil SKDU triwulan III-2017
menunjukkan bahwa kemudahan terhadap akses kredit perbankan secara umum
masih normal. SB akses kredit selama 3 (tiga) bulan terakhir sebesar 8,72%, meningkat
dari 7,41% pada periode sebelumnya. Sejalan dengan kondisi keuangan perusahaan
yang relatif terjaga, sebagian besar (69,06%) responden mengkonfirmasi bahwa akses
kredit perbankan pada triwulan III-2017 berada pada kondisi normal. Sementara itu,
sebesar 19,83% responden menjawab akses kredit perbankan pada triwulan III-2017
lebih mudah, dan sebesar 11,11% responden menilai akses kredit perbankan pada
triwulan III-2017 lebih sulit dibandingkan periode sebelumnya.
Kondisi likuiditas dan
rentabilitas perusahaan pada
triwulan III-2017 masih cukup
baik, dengan akses kredit
terhadap kredit perbankan
yang relatif lebih mudah.
Divisi Statistik Sektor Riil 4
Survei Kegiatan Dunia Usaha
D. Tenaga Kerja
Sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha, peningkatan penggunaan
tenaga kerja pada triwulan III-2017 lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari SBT penggunaan tenaga kerja triwulan III-
2017 sebesar 0,13%, menurun dari 4,23% pada triwulan II-2017. Berdasarkan sektor
ekonomi, peningkatan penggunaan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor
pertambangan dan penggalian (SBT 0,91%), diikuti oleh sektor keuangan, real estate
dan jasa perusahaan (SBT 0,72%), dan sektor jasa-jasa (SBT 0,33%).
Grafik 3. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja
Pada triwulan IV-2017, penggunaan tenaga kerja diindikasi tumbuh
meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini sebagaimana
terindikasi dari SBT sebesar 0,09%, lebih rendah dari SBT 0,13% pada periode
sebelumnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja terutama diperkirakan terjadi pada
sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan (SBT 0,72%) dan sektor
pengangkutan dan komunikasi (SBT 0,62%). Sementara itu, penurunan tingkat
penggunaan tenaga kerja diperkirakan terjadi pada sektor industri pengolahan
sebagaimana (SBT -0,75%), sektor perdagangan, hotel & restoran (SBT -0,47%),
sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan (SBT -0,39%) dan
sektor pertambangan & penggalian (SBT -0,14).
E. Harga Jual
Tekanan harga jual pada triwulan III-2017 terindikasi meningkat dengan
nilai SBT sebesar 12,03%, lebih tinggi dibandingkan 9,92% pada periode
sebelumnya. Peningkatan harga jual terutama terjadi pada sektor perdagangan, hotel
dan restoran sebagaimana terindikasi oleh SBT sebesar 2,83%, diikuti oleh sektor
pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan (SBT 2,25%) dan sektor
pertambangan & penggalian (SBT 2,13%). Secara umum responden berpendapat
peningkatan harga jual terutama disebabkan oleh kenaikan biaya bahan baku.
Tekanan kenaikan harga
jual berada pada
kecenderungan meningkat.
Peningkatan penggunaan tenaga
kerja pada triwulan III-2017 lebih
rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Divisi Statistik Sektor Riil 5
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 4. Perkembangan Harga Jual
Tekanan kenaikan harga jual diperkirakan berlanjut pada triwulan IV-2017
dengan SBT sebesar 12,84%. Peningkatan harga jual terutama diperkirakan terjadi
pada sektor perdagangan, hotel & restoran (SBT 3,68%), sektor industri pengolahan
(SBT 3,49%) dan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan
(SBT 2,42%). Secara umum, responden mengkonfirmasi tekanan kenaikan harga
bahan baku, biaya energi, perkembangan tingkat suku bunga dan kurs sebagai faktor
yang mendorong kenaikan harga jual pada triwulan IV-2017.
F. Inflasi
Secara rata-rata, responden memperkirakan inflasi pada tahun 2017
sebesar 3,24% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi 2016 (3,02%,
yoy), namun masih berada dalam rentang sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0% ± 1%.
Berdasarkan sektor ekonomi, perkiraan tingkat inflasi paling tinggi ditunjukkan
oleh responden di sektor jasa-jasa dan sektor konstruksi yaitu secara rata-rata masing-
masing sebesar 4,03% (yoy) dan 3,67% (yoy).
G. Investasi
Kegiatan investasi dunia usaha pada triwulan III-2017 terindikasi meningkat
dibandingkan periode sebelumnya. Hal itu tercermin dari SBT realisasi investasi pada
triwulan III-2017 sebesar 10,66%, sedikit lebih tinggi dibandingkan 10,58% pada
triwulan sebelumnya. Berdasarkan sektor lapangan usaha, peningkatan kegiatan
investasi terjadi pada sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan dan sektor jasa-
jasa dengan SBT masing-masing sebesar 2,02% dan 1,97% (Lampiran Tabel 7).
Pertumbuhan investasi dunia usaha diperkirakan terus meningkat pada
triwulan IV-2017. Kondisi ini diindikasikan oleh SBT perkiraan investasi triwulan IV-
2017 yang meningkat menjadi sebesar 11,86%. Berdasarkan sektor lapangan usaha,
peningkatan kegiatan investasi terjadi pada sektor keuangan, real estate & jasa
Responden memperkirakan
inflasi 2017 sebesar 3,24%.
Kegiatan investasi dunia
usaha pada triwulan III-2017
terindikasi meningkat.
Divisi Statistik Sektor Riil 6
Survei Kegiatan Dunia Usaha
perusahaan dan sektor jasa-jasa dengan SBT masing-masing sebesar 2,28% dan
2,09%.
H. PMI - SKDU*
Pada triwulan III-2017, sektor industri pengolahan diperkirakan akan
mengalami ekspansi, meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan II-2017. Hal
ini sebagaimana terindikasi dari nilai PMI-SKDU dengan indeks sebesar 50,51%, lebih
rendah dibandingkan 51,68% pada triwulan II-2017 (Grafik 5). Kondisi ini sejalan
dengan perlambatan kegiatan usaha pada sektor industri pengolahan yang
diindikasikan oleh SBT triwulan III-2017 sebesar 1,76%, lebih rendah dibandingkan
SBT kegiatan usaha industri pengolahan pada triwulan II-2017 sebesar 3,81%.
Berdasarkan komponen pembentuk PMI-SKDU, kinerja industri pengolahan
pada triwulan III-2017 didorong oleh ekspansi indeks volume produksi (54,78%),
sementara itu kontraksi terjadi pada 4 (empat) komponen indeks lainnya, dengan
kontraksi terdalam pada indeks jumlah tenaga kerja (48,29%) dan indeks volume
persediaan barang jadi (48,64%).
Pada triwulan IV-2017, kinerja industri pengolahan diperkirakan
mengalami kontraksi. Hal ini sebagaimana terindikasi dari PMI-SKDU yang berada
pada fase kontraksi sebesar 49,93%. Kontraksi kinerja sektor industri pengolahan ini
sejalan dengan perkembangan kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 yang menurun
(SBT -0,04%). Berdasarkan komponen pembentuknya, kontraksi sektor industri
pengolahan terutama disebabkan oleh kontraksi indeks kecepatan penerimaan barang
input (SBT 49,07%) indeks jumlah tenaga kerja (49,53%) dan indeks persediaan
barang jadi (49,69%).
Grafik 5. PMI - SKDU
PMI-SKDU mengindikasikan
ekspansi sektor industri
pengolahan pada triwulan III-
2017, meski lebih rendah
dibandingkan triwulan II-
2017.
*) PMI-SKDU merupakan sebuah komposit indikator yang dibuat untuk menyediakan gambaran umum
mengenai kondisi sektor industri di Indonesia. PMI-SKDU merupakan indeks komposit yang diperoleh dari
lima indeks yaitu volume pesanan barang input, volume produksi (output), ketenagakerjaan, waktu
pengiriman dari pemasok, dan inventori. Hasil perhitungan PMI-SKDU merupakan hasil pre-assesment dari
benchmarking Purchasing Managers Index (PMI) yang telah dilakukan beberapa negara. Index diatas 50
memberikan signal ekspansi usaha sedangkan dibawah 50 memberikan signal adanya kontraksi.
Divisi Statistik Sektor Riil 7
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 6.
Indikator Pembentuk PMI-SKDU
Persentase Jawaban
Triwulan III-2017
Indeks Volume Pesanan
Indeks Penerimaan Pesanan Barang Input
Indeks Persediaan Barang Jadi
Indeks Volume Produksi
Divisi Statistik Sektor Riil 8
Survei Kegiatan Dunia Usaha
I. PERKEMBANGAN UPAH/GAJI
Secara umum, tingkat upah/gaji pegawai pada semester II-2017 relatif
sama dibandingkan semester sebelumnya. Hal ini terindikasi dari sebesar 79,80%
responden yang mengkonfirmasi tingkat upah/gaji pegawai pada semester II-2017
tetap dibandingkan semester I-2017. Sementara itu sebesar 19,23% responden
mengkonfirmasi bahwa tingkat upah/gaji pegawai pada semester II-2017 lebih tinggi
dibandingkan semester I-2017, dan sebesar 0,97% responden mengkonfirmasi
tingkat upah/gaji pada semester II-2017 lebih rendah dibandingkan semester
sebelumnya. Berdasarkan sektor ekonomi, kenaikan upah/gaji pegawai pada semester
II-2017 paling tinggi terindikasi di sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan (SB
29,67%), diikuti oleh sektor pengangkutan & komunikasi (SB 20,61%) dan sektor
industri pengolahan (SB 20,52%).
Secara rata-rata, upah/gaji pegawai dengan level setingkat mandor/supervisor
pada semester II-2017 sebesar Rp 4,2 juta per bulan. Sementara itu, untuk pegawai
dengan level di bawah mandor/supervisor seb esar Rp 2,7 juta per bulan. Tingkat upah
upah/gaji pegawai setingkat maupun di bawah mandor/supervisor tersebut relatif
stabil jika dibandingkan dengan periode semester I-2017. Berdasarkan sektor
ekonomi, tingkat upah/gaji rata-rata paling tinggi terdapat pada sektor keuangan, real
estate & jasa perusahaan yaitu sebesar Rp5,3 juta per bulan untuk pegawai setingkat
mandor/supervisor. Sementara untuk pegawai dengan level di bawah
mandor/supervisor, upah/gaji rata-rata paling tinggi terdapat pada sektor listrik, gas &
air bersih sebesar Rp3,3 juta per bulan.
Pada semester I-2018,
responden memperkirakan kenaikan
upah/gaji pegawai secara umum
sebesar 7,97% (Tabel 9).
Berdasarkan sektor ekonomi,
rencana kenaikan upah/gaji pegawai
pada semester I-2018 paling tinggi
terdapat pada sektor jasa-jasa yaitu
secara rata-rata sebesar 10,69%,
Indeks Tenaga Kerja
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 8.09%
Pertambangan dan Penggalian 4.17%
Industri Pengolahan 7.16%
Listrik, Gas dan Air Bersih 7.36%
Bangunan 8.08%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.29%
Pengangkutan dan Komunikasi 8.61%
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 8.29%
Jasa-jasa 10.69%
Rata-rata 7.97%
Perkiraan Kenaikan Upah/Gaji pada Semester I-2018
S E K T O RSemester
I-2018
Divisi Statistik Sektor Riil 9
Survei Kegiatan Dunia Usaha
diikuti oleh sektor perdagangan, hotel & restoran (rata-rata sebesar 9,29%) dan sektor
pengangkutan & komunikasi (rata-rata sebesar 8,61%). Menurut responden,
kebijakan penyesuaian upah/gaji pegawai antara lain mengacu pada kebijakan UMP
(dikonfirmasi oleh 34,87% responden) dengan mempertimbangkan produktivitas
pekerja dan prospek kegiatan usaha.
J. PERKEMBANGAN MARGIN USAHA
Perolehan margin usaha pada semester II-2017 secara rata-rata diperkirakan
sebesar 19,28%, lebih tinggi dari 18,50% sebagaimana diperkirakan pada semester
I-2017. Berdasarkan sektor ekonomi, perolehan margin usaha rata-rata paling tinggi
diperkirakan terjadi pada sektor pengangkutan & komunikasi sebesar 20,92%, diikuti
oleh sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan (rata-rata
sebesar 20,76%) dan sektor perdagangan, hotel & restoran (rata-rata sebesar
20,45%).
Responden mengkonfirmasi bahwa perolehan margin usaha pada semester
II-2017 masih berada di atas level margin minimal yang dapat mengganggu kegiatan
usaha yaitu secara rata-rata sebesar 12,73%. Berdasarkan sektor ekonomi, selisih
positif perolehan margin usaha dengan level margin minimal paling tinggi terdapat
pada sektor jasa-jasa yaitu sebesar 9,19%, diikuti oleh sektor pengangkutan &
komunikasi (7,76%) dan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan &
perikanan sebesar 7,47%.
Divisi Statistik Sektor Riil 10
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Tabel 1. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Usaha