Survei bathimetri dalam pekerjaan pengerukan alur pelayaran
pelabuhan memiliki peran yang sangat penting. Pada setiap pekerjaan
pengerukan biasanya dilakukan lebih dari sekali pelaksaan survei
bathimetri. Umumnya pelaksanaan survei bathimetri terdiri dari tiga
periode yaitu dalam rangka check sounding (dilakukan sebelum
pekerjaan pengerukan dimulai), progress sounding (sebagai kontrol
selama pekerjaan pengerukan dilakukan), dan final sounding (sebagai
pembuktian bahwa alur pelayaran yang dikeruktelah sesuai dengan
ketentuan bagi alur pelayaran pelabuhan). Tujuan utama pelaksanaaan
survei bathimetri dalam pekerjaan pengerukan alur pelayaran adalah
untuk mengetahui bentuk atau profil dasar laut yang dikeruk. Data
bathimetri memberikan informasi kedalaman dasar laut atau obyek
apapun yang berada di atasnya, terhadap permukaan air laut.
Sehingga dari peta bathimetri tersebut dapat dihitung volume
material dasar laut yang dikeruk.
GambarPeralatansurveibatimetrialurpelayaran
Keterangan:a. Transduserb. Software Navigationc. Global
Positioning Systemd. Alat Perum Gema meyajikan data kedalaman pada
kertas rekaman perum gemae. Accumulator sebagai sumber energif.
Antena GPS yang dipasang di wahana apungg. Pelat baja digunakan
untuk koreksi barcheck
Pada pemasangan echosounder hal yang harus diperhatikan antara
lain:1. Konstruksi penyangga transduser dibuat sedemikan rupa
sehingga transduser benar-benar dapat dipasang tegak lurus bidang
permukaan laut.2. Transduser dipasang disamping wahana ampung dan
terletak di tengah (antara bagian halaman dan buritan) agar
pengaruh gelombang dari arah kapal (pitch) minimum terhadap
kedudukan transduser.3. Sarat transduser diatur sedemikan rupa
sehingga kapal diayun ombak, transduser tetap berada di bawah
permukaan air.
Pengolahan Data Pekerjaan Survei BathimetriAdapun tahapan
pengolahan data pekerjaan survei bathimetri sebagai berikut:
Penentuan Posisi Horisontal Fix Perum
Pengolahan Data Pasang Surut
Pengolahan Data Kedalaman
Pengolahan Data Material yang Akan Dikeruk
Hasil Perhitungan (Check Sounding, Progress Sounding, dan Final
Sounding)
Gambar Diagram Alir Pengolahan Data Pekerjaan Survei
Bathimetri
1.Penentuan Posisi Horisontal Fix PerumSurvei bathimetri adalah
pekerjaan penentuan kedalaman dasar laut atau objek apapun yang
berada diatasnya, terhadap permukaan laut. Untuk dapat mengetahui
posisi untuk titik-titik sounding tersebut.Pada pelaksanaan survei
bathimetri untuk pekerjaan posisi horisontal, dapat digunakan
metode satelit (absolute positioning). Penentuan posisi absolute
ini umumnya menggunakan data pseudorange sert dimaksudkan untuk
aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian yang tinggi sehingga
metode ini sering diaplikasikan untuk keperluan navigasi.
Pengukuran kedalaman dilakukan dengan alat echosounder yang merekam
secara terus menerus atau continue, sehingga penentuan posisi pun
dilakukan secara periodik sepanjang lajur pemeruman. Titik-titik
yang ditentukan posisinya (secara periodik) disebut dengan titik
Fix Perum. Sedangkan titik-titik lainnya yang berada di antara
titik Fix Perum dapat ditentukan posisinya bila perlu dengan cara
interpolasi dari titik-titik Fix Perum tersebut.Pengukuran
kedalaman laut lebih rumit dibandingkan dengan pengukuran topografi
di darat. Hal ini disebabkan karena pengukuran kedalaman laut
dilakukan di atas wahana apung seperti perahu yang bergerak.
Pergerakan yang terjadi dapat dikarenakan oleh wahana air itu
sendiri maupun permukaan laut itu sendiri yang selalu bergerak
vertikal dan horisontal. Kondisi seperti itu menyebabkan setiap
pengukuran kedalaman diperlukan pula penentuan posisinya pada saat
bersamaan. Penentuan posisi metode absolute memiliki prinsip
reseksi dengan jarak ke beberapa satelit sekaligus dan hanya
membutuhkan satu receiver GPS. Dalam menentukan posisi horisontal
fix perum, maka pengolahan datanya dapat dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak (software), misalnya Software
HYDROpro.
Gambar Metode Absolute Positioning untuk penentuan posisi
horisontal titik Fix Perum2.Pengolahan Data Pasang SurutKegiatan
pengamatan pasang surut dilakukan dengan mendapatkan data tinggi
muka air laut di suatu lokasi. Dengan adanya data tinggi muka air
laut tersebut, maka dapat ditentukan datum vertikal yang akan
digunakan sebagai referensi tinggi nol pemeruman. Karena posisi
dari muka air laut yang selalu berubah-ubah, maka penentuan titik
nol atau datum vertikal harus dilakukan dalam waktu tertentu dan
dalam interval tertentu. Pengamatan pasang surut untuk keperluan
praktis biasanya dilakukan minimal 15 piantan atau 29 piantan. Satu
piantan diakuisisikan selama 25 jam. Pengamatan pasang surut dapat
dilakukan dengan menggunakan rambu pengamat pasang surut atau tide
gauge. Untuk penggunaan rambu pengamat paang surut, rambu tersebut
harus dipantau oleh operator pada setiap interval waktu yang telah
ditentukan, dan untuk tide gauge tidak diperlukan operator karena
alat tersebut akan secara otomatis mencatat perubahan pasang surut
melalui pergerakan pada pelampung yang disambungkan pada gulungan
kertas perekam data. Sebelum pengamatan dimulai, harus dilakukan
pengikatan rambu dengan benchmark menggunakan waterpass, agar
diketahui beda tinggi nol palem relative terhadap titik pengikat
bencmark.
Gambar Pengamatan Pasang Surut
3.Pengolahan Data KedalamanPengolahan data kedalaman bertujuan
untuk mendapatkan data kedalaman sebenarnya. Proses yang dilakukan
yaitu memberikan koreksi terhadap data-data ukuran kedalaman. Ada
beberapa metode pemrolehan data pengolahan data kedalaman yaitu
metode DGPS dan penentuan posisi kedlaaman dengan sensor offset
statis.a. Penentuan Posisi Sensor Kedalaman di Kapal Menggunakan
DGPSMetode yang saat ini umum digunakan dalam penentuan posisi
survei bathimetri adalah metode DGPS. DGPS adalah suatu metode yang
digunakan untuk meningkatan akurasi dari GPS. Metode ini
menggunakan referensi di darat (ditempatkan di titik yang sudah
diketahui nilai koordinatnya secara pasti seperti benchmark) untuk
menghitung kesalahan akurasi dari sinyal satelit GPS, dan kemudian
mentransfer data dan kesalahan akurasi tersebut ke receiver DGPS
yang dipasang secara real-time.
Gambar Penentuan Posisi Kedalaman di Kapal Menggunakan DGPS
b. Penentuan Posisi Sensor Kedalaman dengan offset statisOffset
Statis adalah suatu kegiatan penentuan letak dari masing-masing
alat atau sensor yang terpasang di wahana survei. Titik referensi
di wahana survei haruslah titik yang mudah diakses oleh
sensor-sensor tersebut agar pengukurannya baik. Hasil yang didapat
dari offset statis adalah suatu denah dengan koordinat x, y, dan z
dari DGPS, gyrocompass, MBES (Multi Bean Echo Sounder), MRU (Motion
Reference Unite). Dapat dikatakan bahwa offset statis menyatukan
semua sensor dalam kapal menjadi satu kesatuan sehingga untuk
pengolahan data masing-masing sensor tersebut dapat saling
digunakan satu sama lain.
4.Perhitungan Volume Material yang akan DikerukFundamental
perhitungan volume yang dikeruk tentu saja tidak terlepas dari
komponen-komponen pembentuknya yaitu luas dan jarak terhadap bidang
luas. Sehingga diperlukan perhitungan komponen-komponen tersebut
untuk dapat menentukan volume material di dasar laut yang harus
dikeruk. Perhitungan Luas Penampang MelintangDasatr perhitungan
luas oenampang melintang yang dilakukan yaitu menggunakan hitungan
luas metode angka kedalaman. Dari data bathimetri setelah
koreksi,selanjutnya dibentuk penampang melintang dasar laut.
ProfildasarlautMateriyangharusdikerukDesainkedalaman
Gambar Contoh Bentuk Geometri Luas Penampang Melintang
Nilai Xi didapat dari posisi titik Fix Perum dan Zi merupakan
selisih angka desain kedalaman dengan angka kedalaman dari hasil
pengolahan data bathimetri.
Gambar Contoh Bentuk Penampang Melintang dari Salah Satu Lajur
Perum Utama
Keterangan::Garis profil dasar laut dari angka kedalaman pada
Peta Bathimketri.:Garis desain kedalaman alur pelayaran Pelabuhan
Tanjung Priok.- 8.50:Angka kedalaman pada Peta Bathimetri.-
14.00:Angka Desain Kedalaman alur pelayaran Pelabuhan Tanjung
Periok.
Dari gambar tersebut dapat diartikan bahwa garis profil dasar
laut yang berada diatas garis batas desain kedalaman merupakan
profil dasar laut yang belum aman dan harus diokeruk. Dengan
demikian luas penampang melintangnya dapat dihitung.
5. Hasil Perhitungana.Tahap Check SoundingPeta bathimetri yang
dihasilkan pada tahap ini selanjutnya dijadikan acuan dalam
menghitung volume material yang akan dikeruk.
Gambar Perum Volume tahap Check Sounding
Dari gambar tampak pada spot 12 terdapat anomali, hal itu
menunjukkan bahwa spot 12 memiliki volume pengerukan terbesar
dibanding spot lainnya.
b.Tahap Progress Sounding Jika dibandingkan dengan tahap check
sounding, maka setiap spot (area pengerukan) mengalami penurunan
volume material. Hal ini dikarenakan dilakukannya pengerukan di
setiap spot.
Gambar Contoh Hasil Perhitungan Volume Tahap Progress
Sounding
c. Tahap Final SoundingSetelah seluruh pekerjaan pengerukan
selesai, maka dilakukan pemeruman setelah-pengerukan (final
sounding). Tujuan pelaksanaan final sounding adalah mengevaluasi
topografi dasar alur pelayaran yang telah dikeruk seluruhnya. Sama
seperti survey bathimetri pada tahap check sounding dan progress
sounding, data-data yang diperoleh pada tahap final sounding
disajikan dalam bentuk peta bathimetri atau peta kedalaman.
Gambar Contoh Hasil Perhitungan Volume Tahapan Sounding Selama
Pengerukan
Gambar Contoh Hasil Perhitungan Volume Tahapan Sounding di
Setiap Spot Pengerukan
10