Surga dan Neraka Buah Tanaman Dunia
Khutbah pertama :
. . , . Maasyiral muslimin Rahimakumullah
Alhamdulillah pada hari ini kita masih diberi nikmat untuk
bersama-sama menjalankan ibadah bertemu dalam shalat jumat
berjamaah. Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt.
semoga ketaqwaan itu bisa menyelematkan kita dari api neraka dan
memposisikan kita di dalam surag. Rasulullah saw pernah bersabda
dalam hadits-nya yang berbunyi:
Sesungguhnya surga itu dikepung oleh segala kemakruhan (hal yang
dinistakan agama) sedangkan neraka dikelilingi oleh syahawat
(hal-hal yang menyenangkan manusia)."
Arti kata dikepung (huffat) adalah terhalang. Sebagaimana sebuah
perkampungan yang tekepung banjir. Karena itu, untuk sampai pada
perkampungan tersebut, seseorang harus berani menerjang banjir.
Demekian juga dengan surga. Mereka yang menginginkannya harus siap
melawan berbagai kemakruhan. Yang dimaksud dengan kemakruhan adalah
segala hal yang dianggap buruk dan dibenci oleh syariat.Begitu pula
sebaliknya, posisi neraka dalam hadits di atas dikelilingi dengan
berbagai kesenangan. Barang siapa yang kesehariannya selalu
bersenang-senang tanpa mempedulikan aturan syariat, sungguh dia
telah berada sangat dekat dengan neraka.Apa yang disampaikan oleh
Rasulullah dalam hadits ini sangatlah mudah difahami. Apalagi untuk
orang dewasa. Namun, sayangnya seringkali pemahaman itu hanya
berhenti sebagai pengetahuan dan tidak ditindak lanjuti sebagai
amalan. Sehingga seringkali orang mengaku takut dengan api neraka
serta siksa-siksa di dalamnya, tetapi masih saja bergelut dalam
kesenangat syahwat yang terlarang. Begitu pula sebaliknya banyak
orang yang mengaku merindukan surga, ingin segera bersanding dengan
bidadari. Tetapi tidak senang dengan amal-amal saleh dan
kebajikan-kebajikan anjuran agama.Sebuah kisah dari Rasulullah saw
yang berhubungan erat dengan hadits ini sebagaimana dinukil dalam
kitab Sirajut Thalibin karya Kiai Ihasan Jampes sebagaimana
diriwayatkan imam Tirmidzi bahwa suatu ketika Rasulullah saw
bercerita ketika Allah swt telah menjadikan surga diperintahkanlah
Jibril untuk melihatnya, sambil berkata Jibril lihatlah surga
dengan segala fasilitas yang Ku-persiakkan untuk penghuninya.
Segeralah Jibril menengok surga dengan segala perlengkapannya.
Kemudian kembali menghadap dan berkata demi kemuliaan-Mu, semua
orang yang pernah mendengar kata surga pasti akan memasukinya
kemudian Allah memerintahkan untuk memagari surga dengan
kemakruhan. Setelah itu, Allah swt kembali mengutus Jibril untuk
melihatnya sekarang kamu lihatlah surga itu kembali (lengkap segala
fasilitas untuk penghuninya) maka berangkatlah Jibril, kemudian ia
kembali menghadap dan berkata demi kemuliaan Dzat-Mu aku khawatir
tidak ada seorangpun yang dapat memasukinya. Sekarang pergilah kau
ke neraka dan lihat segala macam siksaan yang ada di dalamnya
perintah Allah kemudian kepada Jibril. Ia pun berangkat dan kembali
menghadap seraya berkata demi kemuliaan-Mu ya Allah, hamba yakin
tak seorangpun yang pernah mendengar cerita neraka mau memasukinya.
Maka Allah segera menghiasi neraka dengan berbagai kesenangan. Dan
kembali berkata pada Jibril sekarang tengoklah kembali neraka
Jibrilpun berangkat dan segera kembali melapor Ya Allah, demi
kemuliaan-Mu aku khawatir tidak ada seorang pun yang bisa selamat
dari neraka-Mu
Maasyiral Muslimin RahimakumullahDemikianlah Allah sengaja
membuat pagar untuk surga sebagai ujian bagi mereka yang
menginginkannya. Dan Allah perindah neraka dengan berbagai asesoris
yang terbuat kesenangan-kesenangan sebagai cobaan manusia. Karena
itu pada hadits selanjutnya Rasulullah saw menggarisbawahi:
Bahwa surga adalah sesuatu yang sulit di raih bagai berada di
tempat yang tinggi. Sedangkan neraka adalah sesuatu yang mudah
bagai berada di tanah yang rendah
Begitulah keadaan sebenarnya. Selanjutnya terserah pribadi kita
masing-masing. Apakah kita inginkan surga atau menyerahkan diri
kepada neraka.
Imam Ghazali pernah menerangkan menyambung keteragan hadits di
atas dalam Minhajul Abdidn. Bahwa kini (pada masa al-Ghazali)
manusia sungguhlah amat lemah, sedangkan kehidupan semakin
kompleks. Pengetahuan agama semakin menipis, adapun kesempatan
ibadah semakin menyusut. Kesibukan semakin mendesak, umur semakin
berkurang dan amal ibadah terasa makin berat.
Bukankah hal semakin terasa pada zaman sekarang. Manusia sangat
lemah, kemauan manusia semakin hari semakin pupus. Yang diinginkan
hanyalah segala yang serba cepat dan instan. Tidak ada usaha serius
yang ada hanyalah ketergantungan yang semakin tinggi.
Ketergantungan dengan gadget, dengan alat komunikasi, dengan mesin
ATM dengan segala macam peralatan tehnologi. Hal ini semakin
melemahkan manusia sebagai individu. Manusia kini tidak berani
menghadapi kehidupan tanpa tetek-bengek tersebut.Di sisi lain
kesibukan kegiatan manusia luar biasa padatnya. Sehingga waktu yang
ada hanya habis untu mengurus segala macam urusan yang disekitar.
Sehingga kesempatan beribadah semakin lenyap. Shalat lima kali saja
terkadang tidak terlaksana. Kalaupun terlaksana pengetahuan tentang
ibadah itu sangat minim sekali. Pelajaran tentang agama hanya di
dapat di sela-sela waktu bekerja. Dalam pesantren kilat, kultum di
tivi atau di sela istirahat kantor, melalui google, tanya jawab
dalam media sosial. Urusan belajar agama menjadi sampingan. Tidak
terasa umur sudah senja. Ketenangan jiwa masih jauh, fisik semakin
lemah diajak beribadah. Bagaimanakah jika sudah demikian?
Jamah jumah Rahimakumullah
Maka yang tersisa hanya satu memohon kepada Allah swt agar
dianugerahi taufiq dan hidayah. Semoga Allah swt melimpahkan cahaya
untuk hambanya. Sebagakimana yang difirmankannya:
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk
(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya
Artinya, apapun yang terjadi ketika Allah swt telah menghendaki
untuk memberikan hidayah-Nya kepada seorang hamba, maka tidak ada
satupun masalah yang tersisa. Kemudian seorang sahabat bertanya
kepada Rasulullah saw. Bagaimanakah tanda seseorang memperoleh
cahaya hidayah-Nya? Rasulullah saw menjawab:
Hamba itu (yang memperoleh hidayah) akan undur diri dari urusan
dunia, menekuni urusan akhirat, dan mempersiapkan diri seolah ajal
akan segera datang.
Apakah ada dalam diri kita tanda-tanda memperoleh hidayah-Nya?
Marilah kita raba diri kita masing-masing.Demikian khutbah jumah
kali ini semoga bermanfaat untuk saya khususnya selaku khatib dan
jamaah pada umumnya.
, Khutbah II
. .
.
. . . . !
STRATEGI MENJAGA KESEHATAN JASMANI DAN ROHANI
Khutbah Pertama : , , . . . . . : Alhamdulillah segala puji dan
syukur kita panjatkan kepada Allah swt Tuhan semesta alam, pemberi
nikmat sehat dan iman dan Islam. shalawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad saw keluarganya, para sahabat dan para
pengikut setianya. Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan
kita kepada Allah swt. sungguh hanya dengan taqwalah kita dapat
mengisi kehidupan ini dengan lebih bermanfaat dan bernilai.
Maasyiral Muslimin Jamaah Jumah Rahimakumullah
Abdullah bin Mubarak pernah bercerita bahwasannya ada seorang
bijak, cerdik cendekia yang mengumpulkan empat puluh ribu hadits
pilihan. Kemudian memilah dari empat puluh ribu hadits itu menjadi
empat ribu hadits. Dan dari empat ribu hadits itu dipilihlah empat
ratus hadits yang ditakhrijnya. Dan dari empat ratus itu disaring
menjadi empat puluh hadits. Dan dari empat puluh itu disarikan
menjadi empat kalimat berikut ini, yaitu:
Pertama, ( ) janganlah terlalu percaya kepada wanita pada segala
hal. Artinya janganlah terlalu merasa tenang menyerahkan urusan
seratus persen kepada perempuan. Baiknya seorang kita selalu
mengantisipasi apapun yang dilakukan wanita. Bila demikian tidaklah
hanya kepada perempuan seseorang mengantisipasi urusan-urusannya.
Tetapi kepada siapapun harus tetap waspada. Karena itu jika
mempercayakan sesuatu hendaklah mempercayakannya kepada lebih dari
seseorang agar ada kontrol diantara mereka.
Kedua, ( ) janganlah tertipu dengan harta. Memang Harta itu bisa
diumpamakan seperti api. Ketika masih kecil sangat menawan, tetapi
bila besar malah menghawatirkan, dia bisa menghanguskan apapun yang
ada disekitarnya. Begitu pula harta berhati-hatilah dengan harta.
Seringkali orang merasa aman ketika disakunya ada uang, padahal
tidak demikian. justru uang itulah yang memanggil kecelakaan. Baik
kecelakaan secara dhahir maupun secara bathin.
Perhiasan yang megah yang ada ditangan maupun di jari-jari juga
dileher sering memanggil-manggil kejaahatan. Begitu pula kecelakaan
bathin, karena ada uang seseorang bisa mampir ketempat-tempat
makshiyat yang tidak mungkin dikunjungi ketika tidak punya uang.
Nah khatib hanya mengingatkan siapakah mereka yang sekarang lagi
kebingungan menyembunyikan uangnya dari kejaran pemerintah dan para
pengusaha hitam kelas kakap? Pastilah orang yang memiliki banyak
harta.
Jamaah Jumah yang Dirahmati Allah
Ketiga, ( ) janganlah membebani perut dengan muatan yang diluar
kemampuannya. Secara ilmu kesehatan hal ini akan mengakibatkan
datangnya berbagai penyakit. Karena segala unsur yang berbahaya di
dunia ini bisa mengancam diri manusia, ketika sesuatu itu masuk
kedaam tubuh manusia melalui mulut dan mampir ke dalam perut.
Itulah awal mula segala penyakit. Sebagaimana sabda Rasulullah saw
Bahwa sumber segala penyakit adalah buruknya pencernaan.
Mengenai kesehatan pencernaan ini Rasulullah saw peernah
bersabda dalam hadits yang diceritakan oleh sahabat anas:
Bahwa sannya sumber segala penyakit yang berhubungan dengan
perut adalah at-tuhmah, yaitu memasukkan makanan terus msnerus.
Begitu juga menenggak minum setelah makan atau ditengan makan
sebelum makanan pertana dicerna.Baiknya juga diperhatikan bahwa
memakan sesuatu dengan berlebihan itu menandakan nafsu yang besar.
Sedangkan nafsu itu sendiri haruslah dikendalikan agar hidup bisa
sejahtera.
Keempat, ( ) jangan mengumpulkan ilmu apapun yang tidak
bermanfaat. Kalimat terkhir ini bila difahami dengan seksama maka
akan berarti jangan sampai seseorang memiliki ilmu yang tidak
bermanfaat. Jangan sampai ada ilmu yang tidak diamalkan. Karenya
semua ilmu baiknya harus diamalkan. Walaupun ilmu itu hanya
sedikit. Demikianlah hubungan ilmu dan manfaat, keduanya tidak bisa
dipisahkan bila ingin kesempurnaan.
Jamaah Jumah Rahimakumullah
Seorang lelaki pernah berkata kepada Abu Hurairah aku ingin
mempelajari ilmu, tetapi aku takut menyia-nyiakannya kemudian Abu
Hurairah menjawab cukuplah kamu meninggalkan ilmu itu termasuk
menyia-nyiakan ilmu.Mengertilah bahwa beramal demi Allah dengan
tulus ikhlas itu sungguh amat susahnya. Karena itu, tetaplah
beramal walaupun amal itu masih bercampur riya. Anggap saja itu
sebagai latihan. Dan jangan pernah menggugurkan amal karena riya
karena itulah hakikat riya sejati.Sebagai penutup khutbah ini dapat
kami sampaikan bahwa kita dianjurkan untuk ;
1. Jangan terlalu menyerahkan segala urusan kepada wanita/istri
;
2. Jangan mudah terlena oleh kemilau harta benda ;
3. Jangan membebani perut dengan makanan yang berlebihan dan
4. Jangan mengumpulkan ilmu apa pun yang tidak bermanfaat.
Demikian sedikit uraian khutbah jumat yang dapat kami sampaikan.
Mudah-mudahan sekecil apapun akan dapat bermanfaat terutama untuk
menjaga kesehatan jasmani dan rohani kita.
Semoga Allah Swt senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan
kepada kita dalam rangka melaksanakan pengabdian dan ibadah
kepada-Nya, sehingga kita dapat selamat di dunia-akherat. Khutbah
II
. . . . . . . ! Tiga Perkara Yang Diridhai Allah SwtKhutbah
Pertama : :Maasyiral muslimin rahimakumullah,Segala puji bagi Allah
Subhanahu wataala, Rabb yang telah mengutus kepada kita sebaik-baik
utusan dan menurunkan sebaik-baik kitab suci. Saya bersaksi
bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan
benar selain AllahSubhanahu wataala semata yang memiliki al-asmaul
husna. Saya juga bersaksi bahwa Nabi MuhammadShallallahu alaihi
wasallam adalah hamba dan utusan-Nya yang telah menyampaikan
risalah dengan penuh amanah sehingga meninggalkan umat ini di atas
agama yang jelas. Tidak ada satu kebaikan pun kecuali umat telah
diajak kepadanya. Tidak ada satu kejelekan pun kecuali umat ini
telah diingatkan darinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan kaum muslimin yang mengikuti petunjuknya.
Hadirin rahimakumullah,Marilah kita senantiasa bertakwa kepada
AllahSubhanahu wataala dengan sebenar-benar takwa dan marilah kita
menjadi hambahamba- Nya yang bersaudara. Yaitu bersaudara karena
iman yang diwujudkan dengan saling mencintai, kasih sayang, dan
tolong-menolong dalam kebenaran serta saling menasihati dan
melakukan amar maruf nahi mungkar.
Jamaah jumah rahimakumullah,Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim
rahimahumallah meriwayatkan dengan lafadz yang semakna dari jalan
sahabat Abu Hurairah z dari NabiShallallahu alaihi wasallam bahwa
beliau bersabda,
Sesungguhnya AllahSubhanahu wataala meridhai untuk kalian tiga
hal dan membenci dari kalian dari tiga hal: AllahSubhanahu wataala
meridhai kalian agar beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan apa pun; berpegang kuat dengan agama Allah
Subhanahu wataala semuanya (bersatu) dan tidak berceraiberai; serta
agar menasihati orang yang Allah telah jadikan sebagai penguasa
bagi kalian. (Dan Allah) membenci kalian dari mengatakan (setiap
apa yang) dikatakan (kepada kalian), banyak bertanya, dan
membuang-buang harta. (HR. Ahmad dan Muslim)Hadirin
rahimakumullah,Di dalam hadits yang mulia ini, Nabi Muhammad
memberitakan bahwa Allah Subhanahu wataala meridhai kita untuk
memiliki tiga sifat yang dengannya seseorang akan berbahagia di
dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah: Yang pertama adalah
agar kita memperbaiki akidah dengan memurnikan ibadah hanya untuk
AllahSubhanahu wataala dan berlepas diri dari berbagai jenis
kesyirikan. Ini adalah perkara pertama yang harus diperhatikan.
Sebab, akidah merupakan ondasi yang dibangun di atasnya amalan
seseorang. Apabila baik akidahnya, akan bernilai sebagai ibadah dan
akan bermanfaat amal salehnya. Adapun jika rusak akidahnya,
amalannya tidak bermanfaat dan tidak bernilai di sisi Allah
Subhanahu wataala. Oleh karena itu, seluruh rasul diperintah untuk
mengajak pada perbaikan akidah sebelum hal yang lainnya. Setiap
rasul mengatakan, Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak
ada Rabb bagimu selain- Nya. (al-Araf: 59)Perkara kedua yang
AllahSubhanahu wataala ridha terhadap hamba-Nya adalah agar kaum
muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan perpecahan.
Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mengikuti jalan yang satu,
yaitu jalan RasulullahShallallahu alaihi wasallam dan para
sahabatnya. Kita tidak boleh berpecah belah dalam akidah dan ibadah
serta dalam hal yang berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun
tidak dimungkiri bahwa berbeda dan berselisih adalah sifat dan
tabiat manusia, namun hal tersebut tidak berarti diperbolehkan.
AllahSubhanahu wataala telah memberikan jalan keluar ketika terjadi
perselisihan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya, Kemudian jika
kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (al- Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya. (an-Nisa:
59)Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah dan
ibadah yang berbeda-beda. Begitu pula tidak boleh masing-masing
menetapkan hukum, ini halal dan ini haram dari dirinya sendiri
tanpa berdasarkan dalil dan bimbingan ulama.Jamaah Jumah
rahimakumullah,Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat
orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita dilarang untuk mengikuti
jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu
wataala, Dan tidaklah berpecah belah orangorang yang didatangkan
al-kitab kepada mereka (Yahudi dan Nasrani) melainkan sesudah
datang kepada mereka bukti yang nyata. (al-Bayyinah: 4)Di dalam
ayat lainnya, AllahSubhanahu wataala berfirman, Dan janganlah kamu
menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah
datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah
orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (Ali-Imran: 105)Dari
ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan bukanlah rahmat.
Justru perpecahan adalah azab dan akan membuat kaum muslimin saling
bermusuhan. Perpecahan akan mencegah kaum muslimin untuk saling
menolong dalam kebaikan.Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan
oleh kaum muslimin agar menjadi umat yang satu, yaitu dengankembali
kepada al-Quran dan as-Sunnah serta mengikuti jalan Rasulullah n,
baik dalam akidah, ibadah, muamalah, maupun perselisihan yang
terjadi di antara mereka.Perlu diingat, agama kita adalah agama
yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam banyak permasalahan,
seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam menjalankan
ibadah shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.Karena itu,
sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang
berpecah-belah dalam kelompokkelompok tertentu yang masing-masing
bangga dengan kelompoknya serta fanatik buta membela kelompoknya
tanpa melihat benar atau salah. Khutbah II
. . . . . . . ! Generasi Muda Yang Sholih, Buah Dari Pendidikan
. . : . (: 9). . . Jamaah jamaah rahimakumullahBulan Mei di negara
kita Indonesia merupakan bulan pendidikan. Karena setiap tanggal 2
Mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Masalah
pendidikan tentunya tidak terlepas dengan anak-anak kita sebagai
generasi muda penerus perjuangan orang tua, penerus bangsa dan
agama. Maka hal itu mendorong khotib untuk ikut menyampaikan
masalah kepemudaan dan pendidikan.
Hadirin rohimakumullahUmumnya kebanyakan orang menginginkan agar
kelak anak-anaknya dapat menjadi anak yang shalih, dan setelah
dewasa mereka dapat membalas jasa kedua orang tuanya. Hal itu
sangatlah pantas dan wajar, sebab anak merupakan aset yang tak
ternilai harganya bagi orang tua, bukan hanya di dunia, tapi sampai
ke akhirat kelak. Terkait dengan ini, mari kita simak kembali
sebuah hadits riwahat Muslim berikut ini:
.Artinya: Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah seluruh
amalnya kecuali tiga: Sadaqah jariah atau ilmu yang bermanfaat atau
anak shalih yang selalu mendoakannya. (HR.Muslim)Dari matan hadits
tersebut tampak jelas bahwa salah satu aset berharga yang hasil
investasinya dapat dirasakan selama-lamanya adalah anak sholeh yang
mendoakan orang tuanya. Dan kesholehan seorang anak bukanlah
terjadi secara kebetulan, tapi merupakan hasil dari pendidikan.
Baik pendidikan yang kita berikan di rumah, di sekolah dan
lain-lain. Dengan pendidikan yang baik, tercetaklah genersi muda
yang baik dan berkualitas, dengan pemuda yang berkualitas unggul,
berbagai keunggulan di masa mendatang bukanlah sesuatu yang
mustahil untuk diraih dengan gemilang.
Maka dari itu, obsesi para orang tua yang baik haruslah diiringi
dengan usaha nyata dan tepat untuk merealisasikannya. Khotib
katakan dengan usaha yang nyata dan tepat karena sering dijumpai
tidak ada keselarasan antara harapan dengan usaha yang dilakukan.
Ingin memiliki generasi penerus yang unggul, tapi usahanya belum
mengarah pada keadaan yang bisa membentuk watak dan karakter yang
baik. Ingin menjadi generasi yang berkualitas, namun kesungguhan
dalam mengikuti program yang mengarah pada perbaikan kualitas masih
kurang. Lebih parah lagi jika menerapkan obsesi yang kurang tepat.
Begitu banyak orang yang berobsesi menjadi artis, bintang iklan,
penyanyi terkenal, atau yang lainnnya. Mereka berpandangan bahwa
jika telah menjadi seperti yang diidamkannya itu, kehidupan akan
menjadi lebih baik, padahal belum tentu. Memang yang tampak dari
luar, kehidupan para artis diliputi dengan serba kecukupan, namun
siapa tahu, hatinya kosong dari rasa ketenangan.
Hadirin yang berbahagia, khusunya para generasi mudaDi tangan
anda ada harapan, di pundak kalian juga ada tanggung jawab. Ibarat
sebuah bisnis, anda adalah aset yang diharapkan oleh para investor
menjadi aset yang memmpunyai daya solvabilitas dan rentabilitas
yang tinggi. Maksudnya, anda diharapkan memiliki kemampuan untuk
meyelesaikan segala permasalahan umat yang selalu datang silih
berganti. Anda diharapkan memiliki kemampuan untuk mendatangkan
kemajuan dan perbaikan bagi masyarakat, nusa, bangsa, dan agama
tentunya.
Ingatlah firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 9 berikut:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar " (An-Nisa: 9)Ayat tersebut mengungkapkan
secara gamblang bahwa salah satu yang sangat patut dihawatirkan
adalah generasi muda yang lemah, baik lemah iman mau lemah secara
ekonomi. Ini pertanda terciptanya generasi muda yang kuat merupakan
satu keniscayaan demi terwujudnya masa depan yang lebih baik. Untuk
merealisasikannya, pendidikan yang baik dan tepat adalah
jawabannya.
Jamaah jumat yang dirahmati Allah.
Pendidikan yang baik bukan tercermin pada selembar ijazah dengan
tertuliskan kata LULUS. Pendidikan yang baik juga bukan diukur
seberapa tinggi nilai yang tertera di dalam raport. Tapi pendidikan
yang baik tercermin dari kesatuan antara aspek fisik, intelektual
dan spiritual. Ketiganya dicapai melalui perpaduan indah antara
tiga sarana pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Keluarga yang baik, tempat sekolah yang baik, dan
lingkungan yang baik inilah penghasil generasi muda yang unggul
kualitasnya.
Representasi dari ketiganya tidak lain adalah dunia pesantren.
Sebab, kyai, asatidz, dan santri adalah satu keluarga besar yang
hidup bersama dan saling menularkan karakter-karakter yang baik.
Dalam pesantren, proses pengajaran ilmu pengetahuan dilaksanakan
secara terpadu dan berkelanjutan. Dan pesantren sekaligus sebagai
miniature atau contoh kecil kehidupan masyarakat yang penuh dengan
permasalahan dan cobaan.
Maka, tidaklah salah wahai para orang tua ketika menyekolahkan
anak-anaknya ke pesantren. Sebab di dalamnya, trilogi pendidikan
tersedia secara padu. Tinggal bagaimana dukungan orang tua dan
kesiapan hati si anak untuk meyerap semua nutrisi nilai-nilai
pendidikan yang tersuguhkan secara prasmanan di dalam lingkungan
pesantren. Kesungguhan si santri di pesantren untuk mengambil
sebanyak-banyaknya pelajaran, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Yakinlah bahwa tidak ada kesia-siaan pada semua yang
kalian lihat, kalian dengar, dan kalian rasakan jika berada di
lingkungan pendidikan pesantren.
Jamaah sholat Jumat rohimakumullah.Di akhir khutbah singkat ini,
khotib berpesan kepada para orang tua ciptakanlah suasana yang
mendorong pada perbaikan keadaan para penerus bangsa ini dengan
keadaan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat yang
baik.Untuk para generasi muda, ketahuilah bahwa salah satu dari
beberapa golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah saat
tidak ada naungan kecuali naungan-Nya adalah pemuda yang tumbuh
dalam ketaatan kepada Allah. Dan untuk hadirin semua, kewajiban
untuk berdakwah demi kebaikan umat bukanlah tugas segelintir
manusia, melainkan tanggung jawab kita semua. Tiap individu
seharusnya mengambil peran dalam usaha menyerukan keluhuran
ajaran-ajaran Islam ke seluruh lapisan masyarakat. Tentunya dengan
kemampuan dan kapasitas, serta bidangnya masing-masing. Sebab
beramar maruf nahi munkar merupakan keniscayaan bagi kita sebagai
umat terbaik yang diciptakan oleh Allah. ... ( : 110) . .KHUTBAH
KEDUA
. . . . . . . . . . . . . .Bersih Rohani, Jasmani dan
Lingkungan
. . . : . . Jama'ah sholat jum'at yang berbahagia.
Tidak ada kata yang tepat untuk disampaikan dalam kesempatan
yang mulia ini kecuali marilah kita meningkatkan rasa taqwa kepada
Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi
semua larangan-Nya, sehingga kehidupan kita akan mendapatkan
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat serta amal perbuatan kita
mendapatkan ridho-Nya.
Selanjutnya marilah kita bersyukur kepada Allah atas segala
nikmat dan hidayahnya, berupa umur panjang, kesehatan jasmani dan
rohani, terlebih lagi nikmat yang berupa Iman dan Islam.
Jama'ah sholat jum'at yang dimuliakan Allah,
Dalam setiap segi kehidupan dimanapun kita berada, ajaran Islam
sangat mengutamakan kebersihan. Baik kebersihan jasmani, rohani
maupun lingkungannya, terutama yang berkaitan dengan masalah
ibadah.
Kebersihan dalam ajaran Islam secara garis besar dibagi menjadi
3 (tiga), yaitu : kebersihan rohani, kebersihan jasmani dan
kebersihan lingkungan sekitarnya. Kebersihan rohani merupakan
prioritas utama, hal ini terkait dengan tujuan diutusnya Rasulullah
Saw. Kepada umat manusia yang tak lain adalah untuk menyempurnakan
akhlaq. Bahkan boleh dikatakan bahwa keseluruhan proses perjalanan
kerasulan Nabi Muhammad Saw, adalah diprioritaskan pada
penyempurnaan akhlaqul karimah ini.
Prioritas utama pada penyempurnaan akhlaqul karimah ini
dikarenakan adanya sifat dan watak manusia yang berbeda-beda dan
beraneka ragam bentuknya. Maka dengan pembinaan pada watak dasar
yang baik ini diharapkan menjadi umat terbaik yang selalu mengajak
kepada kebaikan dan kemaslahatan dunia.
Baik buruknya akhlaq manusia dapat dinilai dari kebersihan hati
yang tercermin dari tingkah laku lahiriah, sebagaimana sabda
Rasulullah Saw:
( )
" Ketahuilah, bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging, jika
ia baik, maka baiklah jasad seluruhnya, dan jika ia rusak, maka
rusaklah jasad seluruhnya, ketahuilah! itulah hati (kalbu)". (HR.
Bukhari dan Muslim)
Jamaah jum'at rahimakumullah,
Kebersihan jasmani juga tidak boleh dilupakan. Kebersihan
jasmani meliputi kebersihan badan maupun pakaian, agar nampak sedap
dipandang. Orang yang dapat menjaga penampilan akan memberi nilai
tambah terhadap penilaian orang lain, karena itulah yang pertama
kali diperhatikan. Pakaian yang bersih serta aroma yang sedap tentu
berbeda dengan pakaian yang lusuh dan kumal, ditambah aroma yang
kurang sedap.
Selain sedap dipandang, kebersihan juga akan menambah kekhusukan
dalam ibadah, karena orang yang terbiasa hidup bersih cenderung
terbebas dari gangguan kesehatan, baik yang ringan maupun yang
berat. Akan tetapi bersih tidak identik dengan mahal. Pakaian yang
bersih tidak harus mahal, sebaliknya pakaian yang murah tidak mesti
lusuh dan kotor.
Disamping itu, kebersihan lahiriah juga menjadi salah satu sarat
utama sah tidaknya suatu ibadah serta mendapat nilai tinggi terkait
dengan masalah keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
Kebersihan adalah sebagian dari Iman.
Selain masalah kebersihan yang terkait langsung dengan pribadi
seseorang, ajaran Islam juga mengatur masalah kebersihan lingkungan
sekitar. Hal ini disebabkan setiap manusia tidak mungkin terlepas
dari lingkungan sekitarnya, baik yang berupa benda hidup maupun
benda tak hidup. Selain itu kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan
serta kelangsungan hidup umat manusia sangat tergantung kepada alam
sekitarnya.
Bencana alam yang terjadi secara bertubi-tubi akhir-akhir ini
tidak terlepas dari cara kita mengelola alam. Eksploitasi alam yang
hanya mengejar kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan dampak
sesudahnya terhadap lingkungan, terbukti telah menampakkan
hasilnya. Banjir, angin topan, tanah longsor, kekeringan dan
sebagainya, jika kita telusuri dengan seksama, sebagian besar
adalah karena hasil dari kelakuan kita sendiri. Hal ini sesuai
dengan firman Allah Swt : (: 41)Telah nampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Qs. Ar-Rum, 30 :
41)Jama'ah jum'at rahimakumullah,
Oleh sebab itu marilah kita mulai dari sekarang untuk melakukan
introspeksi, dimulai dari diri kita sendiri, apakah tindakan kita
selama ini sudah sesuai dengan norma-norma pergaulan serta kaidah
agama. Setelah itu kita berusaha untuk melakukan perbaikan.
Karena itulah Rasulullah Saw menggolongkan orang yang
memperhatikan kesejahteraan umum dan lingkungannya sebagai orang
yang dalam dirinya telah terhimpun keimanan, sebagaimana sabda
Beliau : ( )
" Tiga hal, barangsiapa yang dapat menghimpunnya, maka
sesungguhnya ia telah menghimpun iman, yaitu :
1. Kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri,2. Memberikan
kesejahteraan terhadap alam,3. Memberikan infaq walaupun dalam
keadaan membutuhkan "(HR Bukhari).
Allah SWT juga memerintahkan kepada kita agar menjaga
kelestarian alam sekitar, dalam firman-Nya :
(: 77)Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (Qs. A1 Qashas ,
28 : 77)Demikian khutbah jum'at kali ini, semoga bermanfa'at dan
Allah selalu memberi taufiq serta hidayah kepada kita semua.
Amin.
. .CINTAILAH ALAM. ALLAH AKAN MENCINTAIMU
. .Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah,
Marilah senantiasa kita berusaha meningkatkan taqwa pada Allah
SWT. Yakni dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan men jauhi
segala larangan-Nya. Dengan demikian kita dapat meraih apa yang
kita idam-idamkan - bahagia dunia, bahagia akhirat, Amiin.
Jama'ah Jum'ah yang berbahagia,
Kebahagiaan tidak datang begitu saja. Tidak sama dengan warisan.
Keluarga kara raya, apabila orang-tuanya meninggal maka anak akan
mewarisi harta yang dimiliki orang-tuanya. Sehingga seketika itu,
anak menjadi kaya raya. Namun kebahagiaan, bukanlah warisan. Tapi
haruslah diusahakan . Terlebih lagi, tidak hanya untuk dunia
melainkan juga untuk akhirat.
Untuk meraih kebahagiaan maka dibutuhkan rasa aman dan nyaman
dalam kehidupan. Bagaimana kebahagiaan akan didapat bila dalam
kehidupan selalu dikejar bencana, air bersih sulit didapat, udara
yang kita hirup banyak terkontaminasi polusi hingga tidak sehat.
Tentunya sangatlah sulit dalam keadaan itu, kebahagiaan diraih.
Karena selalu disibukkan oleh usaha penyelaman diri dan orang-orang
di sekitarnya dan disibukkan oleh pemenuhan kekurangan yang
sifatnya segera namun sulit ditemui.
Anehnya Sidang Jum'ah yang dimuliakan Allah,
Kita sering tidak menyadari bahwa sebagian dari bencana
bermacam-macam itu di antara penyebabnya adalah diri kita sendiri.
Pepatah Arab mengatakan :
Artinya : Barang siapa menggali lubang maka ia terperosok ke
dalamnya.
Jama'ah Jum'ah yang dirahmati Allah,
Marilah kita perhatikan bumi tempat tinggal kita memperlihatkan
sikapnya pada kita yang memijaki pada punggungnya. Di beberapa
tempat se Indonesia terjadi banjir, di belahan yang lain air bersih
menjadi mahal, longsor mengubur massal penduduk, bumi memanas
karena lapisan ozon di atmosfir galaxi kita menipis dan
lain-lain.
Jama'ah .1um'ah, menurut pemerhati lingkungan, peristiwa yang
berujud aneka bencana di atas, diakibatkan oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab yang telah mengeksploitir alam tanpa
memperhatikan perawatan dan pelestarian alam ( lingkungan ) dan
pola penanganan manajemen alam yang tidak seimbang dengan kebutuhan
kehidupan sosial. Hal ini sama persis dengan yang difirmankan Allah
surat Ar-Rum 41: ....(: 41)
Artinya : Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan
dikarenakan perbuatan manusia, (yang demikian itu ) supaya mereka
merasakan akibat dari perbuatan mereka. Agar mereka kembali.
Jama'ah Jum'ah yang berbahagia,
Allah mengajarkan pada kita Surat Az-Zalzalah 7-8 :
(:7-8) Yang maksudnya adalah siapapun yang melakukan sesuatu
maka akan menanggung akibatnya. Melakukan kebaikan akan mendapat
ganjaran yang menggembirakan, melakukan keburukan makan akan
menanggung akibat keburukannya. Sekecil apapun perbuatan baik atau
buruk itu. Oleh karena itu, tidak sepantasnya bumi yang kita
singgahi dengan hidangan yang mencukupi kebutuhan hidup kita ini;
seperti hutan nya yang menyediakan hasil hutan nya pada kita
sekaligus berfungsi sebagai tandon resapan air alam, pondasi tanah
ataupun paru-paru dunia, kita abaikan, kita acuhkan dan kita
terlantarkan. Tanpa merawatnya, tanpa melestarikan nya, tanpa
meramahinya, tanpa mencintai nya.
Jama'ah Jum'ah yang dikasihi Allah,
Kedudukan manusia di antara makhluk-makhluk Allah, menempati
posisi yang paling mulia. Yakni sebagai Kholifah / pemimpin dalam
memakmurkan alam dalam kehidupan ini. Yang karenanya sebelum
diciptakan manusia, mendorong para malaikat menanyakan pada Allah
atas Kekholifahan manusia di jagat alam raya ini. Sebagaimana
tercermin dalam AI-Qur'an ayat 30 :
(:30) Artinya : Dan (ingatlah ) ketika Tuhanmu berfirman :
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka ( malaikat ) berkata : "Mengapa Engkau hendak menjadikan (
khalifah ) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan
menumpahkan darah padanya, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji dan mensucikan Engkau ?". Tuhan berfirman : " Sesungguhnya
Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Jama'ah Jum'ah yang dimuliakan Allah,
Sebagai makhluk Allah yang diamanati oleh sang Kholiq sebagai
pemimpin dalam memakmurkan dunia ini, marilah kita bersikap adil
pada alam dan bumi tempat kita tinggal ini. Alam dan bumi telah
menunjukkan keramahan nya dengan mencukupi kebutuhan-kebutuhan
hidup kita maka seyogyanyalah kita membalas nya dengan yang lebih
baik, seperti yang diajarkan Allah :
(: 86)
Yang maksudnya, hendaklah kita membalas kebaikan dengan yang
lebih baik atau kalau tidak bisa, hendaklah kita membalas nya
dengan yang sepadan. Terlebih lagi bahwa alam lingkungan kita, baik
hutan nya, lautan nya, udara nya, tidak hanya untuk kita saat ini
semata. Tetapi anak-anak dan generasi di belakang kita akan
menanggung dari apa yang kita perbuat saat ini.
Marilah kita perbaharui sikap kita dengan yang lebih baik pada
alam lingkungan kita, dengan menyeimbangkan kebutuhan hidup sosial
tanpa merugikan kelangsungan hidup alam. Misalnya dengan cara yang
termudah adalah menghijaukan di pekarangan tempat tinggal kita
dengan tanaman yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari,
kemudian menghijaukan kembali hutan gundul, meminimalisir
penggunaan bahan bakar yang meracuni udara, menjauhi
perbuatan-perbuatan yang menimbulkan kerusakan pada alam. Mulai
dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil dan mulai dari yang
kita bisa.
Dengan sikap ramah pada alam yang kita lakukan , sebagai
perwujutan sikap taqwa kita pada Allah, semoga Allah membalas nya
dengan yang lebih baik melalui keramahan alam pada kita. Sehingga
dalam usaha meraih kebahagiaan untuk diri kita dan anak cucu kita,
baik dunia ataupun akhirat tidak terhantui oleh bencana-bencana
alam dan kekurangan kebutuhan hidup yang berasal dari alam, Amin
amin...... ya Robbal Alamin.
KHUTBAH KEDUA
. . . . . . . . . . . . . .