JAMAK TAKSÎR DAN CARA MENERJEMAHKANNYA (Studi Kasus: Surah Ali Imran Terjemahan Tafsir al-Mishbah) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.) Oleh Farida NIM: 107024001451 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2011 M.
91
Embed
Surah Ali Imran Terjemahan Tafsir al-Mishbah) Farida NIM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
JAMAK TAKSÎR DAN CARA MENERJEMAHKANNYA
(Studi Kasus: Surah Ali Imran Terjemahan Tafsir al-Mishbah)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Oleh
Farida
NIM: 107024001451
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2011 M.
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 08 Desember 2011
Farida
NIM: 107024001451
ii
JAMAK TAKSÎR DAN CARA MENERJEMAHKANNYA
(Studi Kasus: Surah Ali Imran Terjemahan Tafsir al-Mishbah)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh :
Farida
NIM: 107024001451
Pembimbing
Prof. Dr. Achmad Satori Ismail
NIP. 195512061992031001
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2011 M
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada Penulis, sehingga skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Humaniora Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat Penulis selesaikan.
Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.,
keluarganya, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapat syafa‟atnya di hari akhir. Amin
Dalam sekapur sirih ini, izinkanlah Penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Tarjamah, Dr. H. Ahmad Saehuddin, M.Ag dan Moch.
Syarif Hidayatullah, M.Hum.
3. Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, selaku pembimbing skripsi yang telah mengorbankan
waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada
Penulis.
4. Seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis beraneka
ragam ilmu pengetahuan bahasa, budaya, sastra, dan terjemah. Di antaranya ialah, Prof.
Dr. Rofi‟i, Dr. Zubair, M.Ag, Dr. Muhammad Yusuf, Ma, Dr. Abdul Chaer, MA, Dr.
Ismakun Ilyas, MA, Drs. Ikhwan Azizi, MA, Ibu Karlina Helmanita, MA, Drs. Ahmad
Syatibi , M.Ag, dan lain-lain.
5. Ayahanda dan Ibunda tercinta, H. Margani (alm) dan Hj. Daroni yang selalu mendoakan
dan memberikan dukungan moral dan motivasi motivasi kepada saya.
petunjuk kepada kami, dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu,
karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (anugerah). (Q.S. Ali Imran: 8)
Kata قلوب merupakan bentuk jamak katsrah yang memiliki makna di atas
sepuluh dan seterusnya. Kata قلوب merupakan jamak dari kata قهة yang memiliki
arti hati. Kata tersebut tepat diterjemahkan dengan kata hati, karena jika
diterjemahkan dengan menggunakan bentuk reduplikasi yakni hati-hati, maka
maknanya akan berubah menjadi makna adjektif (sifat). Oleh karena itu, kata قلوب
harus diterjemahkan dengan mufrad.
3.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, sekali-kali tidak akan berguna bagi mereka
harta benda mereka, tidak juga anak-anak mereka terhadap (siksa) Allah
sedikitpun. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka. (Q.S. Ali Imran: 10)
Maksud ayat di atas:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, yang menutupi tanda-tanda
keesaan dan kebesaran Allah, serta mengingkari petunjuk-petunjuk-Nya, dan
menduga bahwa harta benda dan anak-anak mereka dapat menghalangi mereka
dari siksa-Nya. Sebenarnya, sekali-kali tidak akan berguna bagi mereka harta
benda yang Allah serahkan kepada mereka, walau sebanyak apapun, dan demikian
pula anak-anak mereka, walau sebanyak dn sekuat apapun terhadap siksa Allah
46
sedikitpun. Mereka tidak dapat menolak siksa-Nya, bahkan mereka itu dalah
bahan bakar api neraka.59
Kata أيىال dan أوالد merupakan bentuk jamak dari kata يال dan أيىال .ونذ
dan أوالد merupakan bentuk jamak qillah yakni أفعال yang menunjukkan makna
tiga hingga sepuluh. Kata أيىال pada ayat di atas diterjemahkan dengan harta
benda. Sedangkan, kata أوالد diterjemahkan dengan anak-anak.
Kata أيىال tepat diterjemahkan dengan harta benda, karena harta itu
sendiri sudah menunjukkan makna keseluruhan terhadap kekayaan yang dimiliki
oleh seseorang. Jadi, tidak perlu diterjemahkan dengan harta-harta, tetapi cukup
diterjemahkan dengan harta benda.
Kata أوالد diterjemahkan dengan reduplikasi yakni anak-anak. Kata
tersebut kurang tepat diterjemahkan dengan reduplikasi, karena terjadinya
redundansi (pemborosan kata) dan itu tidak dibenarkan dalam gramatika bahasa
Indonesia. Jika dilihat dari ayat di atas, yang dimaksud dengan أوالد disini ialah
semua anak dari orang-orang kafir. Jadi, alternatif dari terjemahan kata أوالد
adalah dengan menggunakan kata semua sebagai penanda jamaknya.
4.
59 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran, op.cit., h. 20
47
Mereka seperti kebiasaan kaum Fir‟aun dan orang-orang yang sebelum mereka,
mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah telah menyiksa mereka
disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras pembalasan-(Nya). (Q.S.
Ali Imran: 11)
Maksud ayat di atas:
Mereka mendustakan ayat-ayat Allah karena itu Allah menyiksa mereka
disebabkan dosa-dosa meraka. (Orang-orang kafir yang hidup sebelum mereka),
mereka semua mendustakan ayat-ayat yang tertulis dalam kitab suci.60
Kata رىب merupakan bentuk jamak dari kata ة .yang memiliki arti dosa ر
merupakan bentuk jamak katsrah yang memiliki makna di atas sepuluh dan رىب
seterusnya. Pada ayat di atas, kata رىب diterjemahkan dalam bentuk reduplikasi
yakni dosa-dosa. Kata tersebut kurang tepat diterjemahkan dengan dosa-dosa,
karena yang dimaksud dengan ayat di atas tentu semua dosa orang-orang kafir
yang mendustakan ayat-ayat Allah. Oleh karena itu, sebaiknya kata رىب
diterjemahkan dengan menggunakan kata semua atau seluruh sebagai penanda
jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata رىب ialah semua dosa atau
seluruh dosa.
60Ibid, h. 21
48
5.
Sesungguhnya telah ada bukti bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu
(bertempur). Segolongan bertemu (berperang) di jalan Allah dan (segolongan)
yang lain kafir. Mereka melihat dengan penglihatan mata (sebanyak) dua kali
jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-
Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang mempunyai pandangan. (Q.S. Ali Imran: 13)
Kata أتصاس merupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata أتصاس
diterjemahkan dengan orang-orang yang mempunyai pandangan. Kata أتصاس
merupakan bentuk jamak dari kata تصش yang berarti „pandangan‟. Terjemahan di
atas sudah tepat, karena kata „orang-orang‟ sudah menunjukkan makna jamak,
jadi kata أتصاس cukup diterjemahkan dengan pandangan saja.
6.
Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada aneka syahwat, yaitu wanita-
wanita, anak-anak lelaki, harta yang tidak terbilang lagi berlipat ganda dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (Q.S. Ali Imran:
14)
Maksud ayat di atas:
Kata قناطير adalah bentuk jamak dari طاس ada yang memahami kata . ق
qinṯ ȃ r dalam bilangan tertentu, seperti 100 kg, atau uang dengan jumlah
49
tertentu, dan ada juga yang tidak menetapkan jumlah. qinṯ ȃ r menurut pendapat
kedua ini adalah timbangan tanpa batas. Ia adalah sejumlah harta yang
menjadikan pemiliknya dapat menghadapi kesulitan hidup, dan
membelanjakannya guna meraih kenyamanan bagi diri dan keluarganya.61
Istilah yang digunakan oleh ayat ini untuk menunjukkan binatang itu
adalah عاو Binatang ternak yang dimaksud ialah sapi, kambing, domba, dan .أ
unta, baik jantan maupun betina.62
Kata النساء dan البنيه merupakan bentuk jamak katsrah yang menunjukkan
makna di atas sepuluh dan seterusnya. Pada ayat di atas, kata البنيه dan النساء
diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi. Kata tersebut kurang tepat
diterjemahkan dengan wanita-wanita dan anak-anak lelaki, karena terjemahan
tersebut terasa kaku didengar. Sebaiknya, kata النساء dan البنيه diterjemahkan
dengan menambahkan kata „para‟ sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan
yang tepat dari kata النساء dan البنيه ialah para wanita dan para anak lelaki.
Kata قناطير juga merupakan bentuk shigat muntahal jumu‘. Pada ayat di
atas, kata tersebut diterjemahkan dengan harta. Penerjemahan tersebut tepat,
karena harta itu sendiri sudah menunjukkan makna keseluruhan terhadap
kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. Jadi, tidak perlu diterjemahkan dengan
harta-harta, tetapi cukup diterjemahkan dengan harta.
61 Ibid, h. 27
62 Ibid, h. 28
50
Sedangkan, kata عاو ,merupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas أ
kata tersebut diterjemahkan dengan bentuk mufrad yakni binatang ternak.
Terjemahan di atas kurang tepat, karena yang dimaksud dengan ayat di atas adalah
berbagai jenis binatang ternak yakni sapi, kambing, domba, dan unta. Jadi,
terjemahan yang tepat dari kata عاو ialah beberapa binatang ternak atau bisa juga أ
diterjemahkan dengan berbagai jenis binatang ternak.
7.
Katakanlah, “ Inginkah kuberitahukan kepada kamu apa yang lebih baik dari yang
demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa, di sisi Tuhan merka ada surga
yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan
(mereka dianugerahi) pasangan-pasangan yang disucikan serta keridhaan yang
sangat besar bersumber dari Allah. Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (Q.S.
Ali Imran: 15)
Kata هاس ,merupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas أصواج dan أ
kedua kata tersebut diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi sebagai penanda
jamakya. Terjemahan di atas kurang tepat, karena jamak qillah itu memiliki
batasan yakni tiga hingga sepuluh. Sebaiknya, kata هاس diterjemahkan dengan أ
menggunakan kata beberapa sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang
tepat dari kata هاس .ialah beberapa sungai dan beberapa pasangan أصواج dan أ
Sedangkan kata انعثاد merupakan bentuk jamak katsrah yang menunjukkan
makna di atas sepuluh dan seterusnya. Pada ayat di atas, kata انعثاد diterjemahkan
51
dengan bentuk reduplikasi juga. Kata tersebut kurang tepat diterjemahkan dengan
hamba-hamba, karena jika dilihat dari arti sebelumnya yakni Allah Maha Melihat
tentu yang dimaksud ialah Allah Maha Melihat seluruh hamba-Nya, tidak ada
yang luput satupun dari penglihatan Allah swt. Kata انعثاد lebih tepat
diterjemahkan dengan menggunakan kata seluruh sebagai penanda jamaknya.
Jadi, terjemahan yang tepat dari kata انعثاد ialah seluruh hamba.
8.
Allah menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, para malaikat, dan
orang-orang yang berilmu (juga menyaksikan yang demikian). Dia yang
menegakkan keadilan (yang memuaskan semua pihak). Tiada Tuhan melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Ali Imran: 18)
Kata المالئكة merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata
tersebut diterjemahkan dengan para malaikat. Kata tersebut tepat diterjemahkan
dengan para malaikat, karena dalam bahasa Indonesia untuk menyatakan suatu
kelompok ialah menggunakan kata para sebagai penanda jamaknya.
9.
Hal itu adalah karena mereka berkata: “ Neraka tidak akan menyentuh kami
kecuali beberapa hari yang dapat dihitung.” Dan apa yang selalu mereka ada-
adakan memperdaya mereka dalam agama mereka. (Q.S. Ali Imran: 24)
Kata اياو merupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata اياو
diterjemahkan dengan beberapa hari. Terjemahan di atas tepat, karena jamak
52
qillah ialah jamak yang menunjukkan makna tiga hingga sepuluh. Dalam bahasa
Indonesia, untuk menyatakan jumlah yang tidak terlalu banyak ialah
menggunakan kata beberapa sebagai penanda jamaknya.
10.
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat seperti itu,
niscaya dia tidak dengan Allah sedikit pun, kecuali menghindar dari sesuatu yang
kamu takuti dari mereka. Dan Allah memeperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-
Nya. Dan hanya kepada Allah tempat kembali (segala sesuatu). (Q.S. Ali Imran:
28
Maksud ayat di atas:
Kata wali disini mempunyai banyak arti, antara lain yang berwewenang
menangani urusan, penolong, sahabat kental, dan lain-lain yang mengandung
makna kedekatan.63
Ayat ini melarang orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir
sebagai penolong mereka.
Kata أونياء merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata أونياء
diterjemahkan dengan wali. Kata tersebut kurang tepat diterjemahkan dengan
wali, karena pengertian jamak katsrah itu sendiri ialah jamak yang menunjukkan
makna di atas sepuluh dan seterusnya. Oleh karena itu, sebaiknya terjemahannya
63 Ibid, h. 62
53
menggunakan kata para sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat
dari kata أونياء ialah para wali.
11.
Dia berkata: “Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Allah berfirman: “Tandanya
bagimu adalah engkau tidak berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali
dengan isyarat. Dan sebutlah Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di
waktu petang dan pagi hari. (Q.S. Ali Imran: 41)
Kata اياو merupakan bentuk jamak qillah. Kata tersebut tidak
diterjemahkan dengan reduplikasi, meskipun dalam bsu kata tersebut berbentuk
jamak. Terjemahan di atas tepat, karena sebelum kata اياو terdapat kata bilangan
yakni ثالثح. Oleh karena itu, kata اياو tidak diterjemahkan dengan reduplikasi
karena kata bilangan tiga sudah menunjukkan makna jamak, jadi kata اياو tidak
perlu diterjemahkan dengan jamak pula meskipun dalam teks sumbernya
berbentuk jamak.
12.
Itulah (sebagian) dari berita-berita (penting) yang gaib yang Kami wahyukan
kepadamu, padahal engkau tidak berada di sisi mereka, ketika mereka
melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka
yang akan memelihara Maryam. Dan engkau tidak berada di sisi mereka ketika
mereka bersengketa. (Q.S. Ali Imran: 44)
54
Kata أقالم merupakan bentuk jamak qillah yang ikut pada wazan أفعال.
Pada ayat di atas kata أقالم diterjemahkan dalam bentuk reduplikasi yakni anak-
anak panah. Jika dilihat dari bentuk jamaknya, kata tersebut kurang tepat
diterjemahkan dengan anak-anak panah. Karena, jamak qillah ialah jamak yang
menunjukkan makna tiga hingga sepuluh. Dalam bahasa Indonesia, untuk
menyatakan jumlah yang tidak terlalu banyak ialah menggunakan kata beberapa
sebagai penanda jamaknya. Jadi, seharusnya kata أقالم diterjemahkan dengan
beberapa anak panah.
13.
Serta Rasul kepada Bani Israil (Yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya
aku sungguh telah datang kepada kamu dengan membawa sesuatu tanda
(mukjizat) dari Tuhan kamu yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah (sesuatu
yang) berbentuk seperti burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi
seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta
sejak lahir dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati
dengan seizin Allah; serta aku beritahukan kepada kamu apa yang kamu makan
dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagi kamu, jika kamu orang-orang
mukmin. (Q.S. Ali Imran: 49)
Kata يىذ merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata
tersebut diterjemahkan dengan bentuk mufrad yakni orang mati. Terjemahan di
atas tepat, karena kata mati menunjukkan makna sifat.
55
Kata تيىخ merupakan bentuk jamak katsrah yang mengikuti wazan فعىل.
Pada ayat di atas kata تيىخ diterjemahkan dalam bentuk mufrad yakni rumah.
Kata tersebut tepat diterjemahkan dengan rumah, karena terdapat damȋ r رى yang أ
kembali kepada kata Bani Israil. Damȋ r رى memiliki makna jamak jadi, kata أ
.tidak perlu diterjemahkan dengan jamak pula تيىخ
14.
Maka ketika Isa merasakan dari sebagian mereka keingkaran, berkatalah dia:
“Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku menuju kepada Allah?” Para
hawariyyyun menjawab: “Kamilah para penolong (agama) Allah. Kami beriman
kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang
muslim (yang berserah diri). (Q.S. Ali Imran: 52)
Kata صاس صاس merupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata أ أ
diterjemahkan dengan penolong-penolong. Kata tersebut kurang tepat
diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi, karena jika dilihat dari ayat di atas yang
dimaksud dengan penolong-penolong disini ialah para hawariyyun (pengikut setia
Nabi Isa as. sebaiknya kata tersebut diterjemahkan dengan menggunakan kata
para sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata صاس ialah أ
para penolongku.
15.
56
Adapun orang-orang yang beriman (dengan benar) dan (membuktikan kebeneran
iman mereka dengan) mengerjakan amal-amal saleh, maka Allah akan
menyempurnakan pahala amal-amal mereka. Dan Allah tidak menyukai orang-
orang zalim. (Q.S. Ali Imran: 57)
Kata أجىس merupakan bentuk jamak katsrah yang mengikuti wazan فعىل.
Pada ayat di atas, kata أجىس diterjemahkan dengan kata pahala. Kata tersebut tepat
diterjemahkan dengan bentuk mufrad yakni pahala, karena pahala sudah
disandingkan dengan kata amal-amal mereka. Jika diterjemahkan dengan bentuk
reduplikasi, seperti pahala-pahala amal-amal mereka. Dalam bahasa Indonesia
tidak diperbolehkan, karena itu adalah pemborosan dalam menggunakan kata
(redundansi).
16.
Siapa yang membantahmu dalam hal ini sesudah datang kepadamu ilmu, maka
katakanlah (kepadanya), “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak
kamu, isteri-isteri kamu, diri kami, dan diri kamu; kemudian marilah kita ber-
mubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada
para pembohong.” (Q.S. Ali Imran: 61)
Kata فظ dan ,غاء, أتاء merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di أ
atas, kata أتاء dan غاء sama-sama diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi
yakni anak-anak dan isteri-isteri. Terjemahan di atas kurang tepat, karena kata أتاء
dan غاء pada ayat di atas mempunyai makna semua anak dan isterinya Imran.
Kata sebaiknya, diterjemahkan dengan menggunakan kata semua غاء dan أتاء
57
sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata غاء dan أتاء
adalah semua anak dan semua isteri.
Sedangkan, kata فظ pada ayat di atas diterjemahkan dengan bentuk أ
mufrad yakni diri. Kata tersebut tepat diterjemahkan dengan bentuk mufrad,
karena menunjukkan makna diri sendiri.
17.
Katakanlah: “Wahai Ahl al-Kitab, marilah menuju kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan kita tidak persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan
tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan
selain Allah.” Jika mereka berpaling, maka katakanlah: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim berserah diri (kepada Allah).” (Q.S. Ali Imran: 64)
Kata أستاتا merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata أستاتا
diterjemahkan dengan bentuk pengulangan yakni tuhan-tuhan. Kata tersebut
kurang tepat diterjemahkan dengan menggunakan bentuk reduplikasi. Jika dilihat
dari kata sebelumnya yakni sebagian yang lain, seharusnya kata أستاتا tidak perlu
diterjemahkan dengan tuhan-tuhan karena kata sebagian yang lain sudah
menandakan jamak. Jadi, kata أستاتا cukup diterjemahkan dengan bentuk mufrad
yakni tuhan.
58
18.
Sesungguhnya orang-orang yang membeli janji Allah dan sumpah-sumpah
mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian di akhirat,
dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka, tidak akan melihat kepada
mereka pada Hari Kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka
siksa yang sangat pedih. (Q.S. Ali Imran: 77)
Maksud ayat di atas:
Ayat di atas berbicara tentang orang-orang yang yang berkhianat dan
berbohong, menggunakan sumpah mreka untuk meraih keuntungan material di
dunia.terjemahkan dengan bentuk mufradnya saja yakni sumpah.
19.
Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruh kamu menjadikan malaikat-malaikat
dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran
disaat kamu telah menjai orang yang berserah diri (orang-orang muslim)? (Q.S.
Ali Imran: 80)
Kata المالئكة merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata
tersebut diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi yakni malaikat-malaikat. Kata
tersebut kurang tepat diterjemahkan dengan malaikat-malaikat, karena dalam
bahasa Indonesia untuk menyatakan makna kelompok ialah menggunakan kata
59
para sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata المالئكة
ialah para malaikat.
Kata أستاتا lihat halaman 48.
20.
Katakanlah: “Kami beriman kepada apa yang diturunkan atas kami dan yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, serta Yakub dan anak-anaknya, dan
apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami
tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya lah
kami menyerahkan diri.” (Q.S. Ali Imran: 84)
Yang dimaksud dengan anak-anaknya disini ialah cucu-cucu Ishaq.64
Kata أسباط merupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas kata tersebut
diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi yakni anak-anak. Kata tersebut kurang
tepat diterjemahkan dengan anak-anak, karena yang dimaksud dalam ayat di atas
adalah semua anaknya Nabi Yakub as. Jadi, seharusnya kata tersebut
diterjemahkan dengan semua anak atau seluruh anak.
21.
64 Ibid, h. 140
60
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati, sedang mereka tetap dalam
kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas
sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengannya. Bagi mereka itulah siksa
yang sangat pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh sedikit penolongpun.
(Q.S. Ali Imran: 91)
Kata كفاس merupakan bentuk jamak katsrah yang menikuti wazan فعال .
Pada ayat di atas, kata كفاس diterjemahkan dengan kekafirannya. Kata tersebut
tepat diterjemahkan dengan kekafirannya, karena menunjukkan makna sifat.
22.
Katakanlah: “Wahai Ahl al-Kitab, Mengapa kamu terus-menerus mengahalang-
halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya
menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikannya?” Allah sekali-kali tidak lalai
dari apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Ali Imran: 99)
Kata شهداء merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata
tersebut diterjemahkan dengan menyaksikannya. Terjemahan tersebut tepat,
karena jika dilihat dari kata sebelumnya yakni kata رى ,yang berarti jamak. Maka أ
kata شهداء tidak perlu diterjemahkan dengan bentuk jamak pula.
23.
Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mengharmoniskan hati kamu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
61
kamu telah berada di tepi jurang api (neraka), lalu Allah menyelamatkan kamu
darinya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya
kamu mendapat petunjuk. (Q.S. Ali Imran: 103)
Kata أعذاء merupakan bentuk jamak qillah yang memiliki makna tiga
hingga sepuluh. Pada ayat di atas, kata tersebut diterjemahkan dengan bermusuh-
musuhan. Terjemahan di atas tepat, karena menyatakan makna saling.
Kata قلوب Lihat halaman 38.
Kata إخىا merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata إخىا
diterjemahkan dengan yakni orang-orang yang bersaudara. Jika dilihat dari dari
ayat di atas, terjemahan dari kata إخىا kurang tepat diterjemahkan dengan bentuk
Reduplikasi. Karena, sebelumnya terdapat damȋ r رى ,yang bermakna jamak. Jadi أ
kata إخىا cukup diterjemahkan dengan orang yang bersaudara.
24.
Milik Allahlah apa yang di langit dan apa yang di bumi; dan hanya kepada Allah
dikembalikan segala urusan. (Q.S. Ali Imran: 109)
Kata أيىس merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata
tersebut diterjemahkan dengan segala urusan. Jika dilihat dari bentuk jamaknya,
kata أيىس tepat diterjemahkan dengan menambahkan kata segala sebagai penanda
jamaknya. Karena, masalah atau urusan itu banyak sekali macam dan bentuknya.
62
25.
Mereka diliputi kenistaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) dan tali (perjanjian) dengan manusia. Dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang
demikian itu karena mereka mengkufuri ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi
tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka (selalu) durhaka
dan melampaui batas. (Q.S. Ali Imran: 112)
Kata ثياء merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata أ
tersebut diterjemahkan dengan para nabi. Terjemahan di atas tepat, karena dalam
bahasa Indonesia untuk menyatakan seseorang dalam jumlah banyak ialah
menggunakan kata para sebagai penanda jamaknya.
26.
Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaan kamu orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang
menyusahkan kamu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah kami
terangkan kepamu ayat-ayat, jika kamu berakal. (Q.S. Ali Imran: 118)
Kata أفىا merupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata أفىا
diterjemahkan dengan mulut. Kata tersebut tepat diterjemahkan dengan bentuk
63
mufrad, karena diiringi oleh damȋ r هى yang menunjukkan makna. Jadi, kata أفىا
cukup diterjemahkan dengan mulut.
Sedangkan kata صذوس merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di
atas, kata tersebut diterjemahkan dengan hati. Kata tersebut tepat diterjemahkan
dengan bentuk mufrad, karena jika diterjemahkan dengan menggunakan bentuk
reduplikasi hati-hati, maka maknanya akan berubah menjadi makna adjektif
(sifat). Oleh karena itu, kata صذوس harus diterjemahkan mufrad.
27.
Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu,
dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai
kamu, mereka berkata: “Kami telah beriman” dan apabila mereka menyendiri,
mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu.
Katakanlah: “Matilah kamu karena kemarahanmu itu.” Sesungguhnya Allah
mengetahui segala isi hati. (Q.S. Ali Imran: 119)
Kata ايم .merupakan bentuk jamak katsrah أ Pada ayat di atas, kata
tersebut diterjemahkan dengan menggigit ujung jari. Kata tersebut tepat
diterjemahkan dengan menggigit ujung jari tidak diterjemahkan dengan mengigit-
gigit ujung jari.
Kata صذوس lihat halaman 53.
28.
64
Dan (ingatlah), ketika engkau berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu
dan menempatkan para mukmin di beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Ali Imran: 119)
Kata يقاعذ merupakan shigat muntahal jamak yang mengikuti Wazan
.يفاعم Pada ayat di atas, kata tersebut diterjemahkan dengan beberapa tempat.
Kata tersebut tepat diterjemahkan dengan menambahkan kata beberapa sebagai
penanda jamaknya yakni beberapa tempat.
29.
(Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak akan
cukup bagi kamu bahwa Tuhan Pemelihara kamu membantu kamu dengan tiga
ribu malaikat yang diturunkan?” (Q.S. Ali Imran: 121)
Kata يالئكح merupakan bentuk jamak katsrah. Pada kata sebelumnya
terdapat kata bilangan (jumlah) yakni ثالثح ءاالف. Kata يالئكح tidak diterjemahkan
dengan malaikat-malaikat, karena sebelumnya terdapat kata bilangan (jumlah)
yakni ثالثح ءاالف (tiga ribu).
Kata ثالثح ءاالف sudah menunjukkan makna jamak oleh karena itu, kata
tidak perlu diterjemahkan dengan jamak pula. Jadi, kata يالئكح ثالثح ءاالف ي
الئكح .tepat diterjemahkan dengan tiga ribu malaikat ان
30.
65
Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang
kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu
malaikat yang memakai tanda. (Q.S. Ali Imran: 125)
Kata يالئكح merupakan bentuk jamak katsrah. Pada kata sebelumnya
terdapat kata bilangan (jumlah) yakni غح ءاالف .خ Kata يالئكح tidak
diterjemahkan dengan malaikat-malaikat, karena sebelumnya terdapat kata
bilangan (jumlah) yakni غح ءاالف .(lima ribu) خ
Kata غح ءاالف sudah menunjukkan makna jamak oleh karena itu, kata خ
tidak perlu diterjemahkan dengan jamak pula. Jadi, kata يالئكح غح ءاالف ي خ
الئكح .tepat diterjemahkan dengan lima ribu malaikat ان
31.
Sesuungguhnya, telah berlalu sebelum kamu Sunnah-sunnah, karena itu
berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (pesan-pesan Allah). Ini adalah penerangan bagi seluruh
manusia, dan petunjuk serta peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali
Imran: 137)
Sunnah-sunnah disini ialah hukum-hukum kemasyarakatan yang tidk
mengalami perubahan.65
Sunnah tersebut antara lain adalah 1) yang melanggar
perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya akan binasa, dan yang mengikutinya
berbahagia, 2) yang menegakkan disiplin akan sukses, dan 3) hari-hari kekalahan
dan kemenangan silih berganti.
65 Ibid, h. 224
66
Kata merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata ع ع
diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi sebagai penanda jamakya yakni sunnah-
sunnah. Kata tersebut kurang tepat diterjemahkan dengan sunnah-sunnah. Dalam
bahasa Indonesia untuk menyatakan makna banyak bisa menggunakan kata
berbagai macam sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata
.adalah berbagai macam sunnah ع
32.
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul. Sungguh, telah berlalu
sebelumnya beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang, maka dia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan member
balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Q.S. Ali Imran: 144)
Kata سعم merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata سعم
diterjemahkan dengan beberapa rasul. Jika dilihat dari bentuk jamaknya,
sebenarnya kata tersebut kurang tepat diterjemahkan dengan beberapa rasul,
karena jamak kastrah memiliki makana di atas sepuluh dan seterusnya (tidak
terhingga). Seharusnya, kata tersebut diterjemahkan dengan menambahkan kata
para sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan dari kata سعم adalah para rasul.
33.
67
Tidak ada ucapan mereka selain ucapan (doa): “Tuhan Pemelihara kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan
dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan menangkanlah kami atas
kaum kafir.” (Q.S. Ali Imran: 147)
Kata رىب lihat halaman 39.
Kata أقذاو merupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata أقذاو
diterjemahkan dengan bentuk mufrad yakni pendirian. Terjemahan tersebut tepat,
karena setelahnya terdapat damȋ r yang berarti kami. Kata kami sudah ذ
menandakan jamak jadi, kata أقذاو tidak perlu diterjemahkan dengan bentuk jamak
pula.
34.
Kemudian Dia menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk sejenak
setelah kesedihan yang meliputi segolongan kamu, sedang segolongan lagi
sungguh telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang
tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan Jahiliah. Mereka berkata: “Apakah
ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) itu seluruhnya dalam urusan
ini?” Katakanlah: “Sesungguhnya segala urusan di tangan Allah.” Mereka
menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu;
mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan)
dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (yakni dikalahkan) di sini.”
Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah
ditakdirkan akan mati terbunuh itu, keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.”
Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan
68
untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.
(Q.S. Ali Imran: 154)
Kata فظ .lihat halaman 47 أ
Kata تيىخ lihat halaman 45.
Kata يضاجع merupakan bentuk shigat muntahal jumu‘. Pada ayat di atas,
kata tersebut diterjemahkan dengan tempat. Terjemahan di atas tepat, karena
menunjukkan makna tempat.
Kata قلوب lihat halaman 38.
kata صذوس lihat halaman 53.
35.
Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang
yang kafir (orang-orang munafik) itu yang mengatakan kepada saudara-saudara
mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau mereka berperang:
“Seandainya mereka tetap bersama-sama kita, tentulah mereka tidak mati dan
tidak dibunuh.” Akibatnya Allah menimbulkan rasa penyesalan besar di dalam
hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang
kamu kerjakan. (Q.S. Ali Imran: 156)
Kata إخىا tidak tepat diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi, karena
setelahnya terdapat damir هى yang menunjukkan makna jamak. Jadi, kata إخىا
cukup diterjemahkan dengan bentuk mufrad yakni saudara.
69
Kata غض merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata tersebut
diterjemahkan dengan berperang. Terjemahan di atas tepat, karena menunjukkan
makna saling.
Kata قلوب lihat halaman 38.
36.
Sekali-kali janganlah engkau mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan
Allah adalah orang-orang mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan
dianugerahi rezeki. (Q.S. Ali Imran: 169)
Kata أيىاخ merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata أيىاخ
diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi yakni orang-orang mati. Jika dilihat dari
kalimat sebelumnya yakni orang-orang yang gugur di jalan Allah, maka kata
,tersebut kurang tepat diterjemahkan dengan orang-orang mati. Karena أيىاخ
kalimat orang-orang yang gugur di sini sudah menunjukkan makna jamak, jadi
kata أيىاخ cukup diterjemahkan dengan bentuk mufrad yakni orang mati.
Kata أدياء merupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata tersebut
diterjemahkan dengan hidup. Terjemahan di atas tepat, karena menunjukkan
makna sifat.
37.
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan:
“Sesungguhnya Allah miskin dan kami orang-orang kaya.” Kami akan mencatat
70
perkataan mereka itu dan pembunuhan mereka terhadap nabi-nabi tanpa alasan
yang benar, dan Kami akan mengatakan: “Rasakanlah azab yang membakar!”
(Q.S. Ali Imran: 181)
Kata أغياء dan ثياء ,merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas أ
kedua kata tersebut sama-sama diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi yakni
orang-orang kaya dan nabi-nabi.
Kata أغياء kurang tepat diterjemahkan dengan orang-orang kaya. Karena
sebelumnya terdapat damȋ r yang berarti „kami‟. Kata kami sudah ذ
menandakan jamak, jadi kata أغياء cukup diterjemahkan dengan orang kaya saja.
Kata ثياء ,juga kurang tepat diterjemahkan dengan nabi-nabi. Karena أ
dalam bahasa Indonesia untuk menyatakan seseorang dalam jumlah banyak ialah
menggunakan kata para sebagai penanda jamaknya. Oleh karena itu, terjemahan
yang tepat dari kata ثياء .ialah para nabi أ
38.
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi
kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkannya kitab itu kepada manusia, dan
jangan kamu menyembunyikannya.” Lalu kamu melemparkannya ke belakang
pungung mereka dan mereka membelinya dengan harga yang sedikit. Amatlah
buruk apa yang mereka beli. (Q.S. Ali Imran: 187)
Kata ظهىس merupakan bentuk jamak katsrah yang mengikuti wazan فعىل.
Pada ayat di atas, kata ظهىس diterjemahkan dengan bentuk mufrad yakni
punggung. Kata tersebut tepat diterjemahkan dengan bentuk mufrad, karena
71
setelahnya terdapat damȋ r هى yang bermakna mereka. Kata mereka sudah
menandakan jamak jadi, kata ظهىس tidak perlu diterjemahkan dengan bentuk
jamak pula.
39.
Janganlah sekali-kali engkau teperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir
bergerak di negeri-negeri. (Q.S. Ali Imran: 196)
Maksud ayat di atas:
Yang dimaksud dengan terperdaya oleh kebebasan disini ialah berpindah
dari suatu tempat ke tempat yang lain yang dilakukan dengan mudah dan santai
oleh orang-orang kafir di banyak negeri-negeri.66
Kata تالد merupakan bentuk jamak katsrah. Pada ayat di atas, kata تالد
diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi yakni negeri-negeri. Kata tersebut
kurang tepat diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi. Untuk menyatakan jumlah
banyak yang tidak terhingga, dalam bahasa Indonesia bisa menggunakan kata
berbagai sebagai penanda jamaknya, tidak harus dengan pengulangan kata seperti
di atas. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata تالد ialah berbagai negeri.
66 Ibid, h. 318
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jamak taksîr ialah jamak yang menunjukkan makna lebih banyak
daripada dua dengan mengalami perubahan yang jelas. Jamak taksîr itu
ada dua macam, yaitu jamak qillah dan jamak katsrah. Jamak qillah pada
hakikatnya menunjukkan jumlah tiga hingga sepuluh. Sedangkan jamak
katsrah menunjukkann jumlah di atas sepuluh dan seterusnya.
Shigat muntahal jumu‘ ialah setiap jamak yang ada dua huruf
setelah alif jamak taksirnya atau ada tiga huruf yang huruf tengahnya
sukun.
Terjemahan Tafsir al-Mishbah terkait dengan pola jamak taksîr
sudah cukup baik. Namun, masih ada beberapa kata yang kurang tepat
dalam menerjemahkannya. Tidak sedikit pola jamak taksîr dalam Tafsir
al-Mishbah ini diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi dan terjadinya
redundansi (pemborosan kata). Kata-kata yang diterjemahkan dengan
bentuk reduplikasi sebanyak (9,4%), beberapa (1,2%), para 1%), dan
mufrad (8%).
73
Dalam surah Ali Imran Tafsir al-Mishbah ini, terjemahan yang