Top Banner
SUPERIMPOSISI 1.1. IDENTIFIKASI FORENSIK Kedokteran forensik merupakan ilmu yang mempelajari mengenai identifikasi manusia yang hidup maupun manusia yang telah mati. Penilaian dilakukan berdasarkan data karakteristik fisik korban mengenai sebab akibat kematian. Kraniofasial superimposisi merupakan aplikasi dari antropologi forensik untuk menentukan identifikasi seseorang dengan mempelajari sisa dari tulang tengkorak orang tersebut, biasaya hal ini dilakukan pada kasus orang hilang, atau pada kasus keadaan perang maupun kejadian bencana alam. Sebelum membuat keputusan identifikasi, biasanya antropologi mempelajari data antemortem seseorang baik dari usia, umur, tinggi, ras, tanda kelahiran serta mengumpulkan data-data penting dari keluarga dekat. Serta data postmortem seperti sisa tulang yang didapatkan seperti sisa dari tulang tengkorak. Sebenarnya ada beberapa cara yang biasa digunakan sebagai prosedur identifikasi daripada menggunakan skeleton, seperti: a. Membandingkan cetakan sidik jari tangan dan kaki b. Membandingkan data pada dagu dan gigi (data cetakan gigi)
34

Super Impos is i

Jan 04, 2016

Download

Documents

Imku

cgbvbnnbnb
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Super Impos is i

SUPERIMPOSISI

1.1. IDENTIFIKASI FORENSIK

Kedokteran forensik merupakan ilmu yang mempelajari mengenai

identifikasi manusia yang hidup maupun manusia yang telah mati. Penilaian

dilakukan berdasarkan data karakteristik fisik korban mengenai sebab akibat

kematian. Kraniofasial superimposisi merupakan aplikasi dari antropologi

forensik untuk menentukan identifikasi seseorang dengan mempelajari sisa dari

tulang tengkorak orang tersebut, biasaya hal ini dilakukan pada kasus orang

hilang, atau pada kasus keadaan perang maupun kejadian bencana alam.

Sebelum membuat keputusan identifikasi, biasanya antropologi

mempelajari data antemortem seseorang baik dari usia, umur, tinggi, ras, tanda

kelahiran serta mengumpulkan data-data penting dari keluarga dekat. Serta data

postmortem seperti sisa tulang yang didapatkan seperti sisa dari tulang tengkorak.

Sebenarnya ada beberapa cara yang biasa digunakan sebagai prosedur

identifikasi daripada menggunakan skeleton, seperti:

a. Membandingkan cetakan sidik jari tangan dan kaki

b. Membandingkan data pada dagu dan gigi (data cetakan gigi)

c. Ekternal dan internal otopsi seperti melihat bentuk, letak dan ukuran dari

tato atau tanda luka.

d. Pemeriksaan DNA

1.1.1. Jenis Identifikasi Forensik

a. Pemeriksaan Sidik Jari

Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari

antemoftem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang

diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan

demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan

jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan

kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.

Page 2: Super Impos is i

b. Metode Visual

Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang

yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. cara ini hanya efektif

pada jenazah yang berum membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah

dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Hal ini perlu diperhatikan

mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk

membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.

c. Pemeriksan Dokumen

Dokumen seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi

(SlM), Paspor, dan sejenisnya yang kebetulan ditemukan dalam saku pakaian

yang dikenakan makin sangat membantu mengenali jenazah tersebut. perlu diingat

bahwa pada kecelakaan massal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet

yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.

d. Pemeriksaan Pakaian dan perhiasan

Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui

merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya

dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada

jenazah tersebut.

Khusus anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan Polri (Kepolisian

Republik Indonesia), identifikasi dipermudah oleh adanya nama serta NRP

(Nomor Registrasi Polisi) yang tertera pada kalung logam yang dipakainya.

e. ldentifikasi Medik

Metode ini menggunakan data umum dan data khusus. Data umum

meliputi tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.

Data khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah

tulang, dan sejenisnya.

Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang

ahli dengan menggunakan berbagai cara modifikasi (termasuk pemeriksaan 19

dengan sinar-X) sehingga ketepatannya cukup tingi. Bahkan pada tengkorak /

kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini. Melalui metode ini

Page 3: Super Impos is i

diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur, tingi badan, kelainan

pada tulang, dan sebagainya.

f. Pemeriksaan Gigi

Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang

yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan

pencetakan gigi dan rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk,

susunan, tambalan, protesa gigi, dan sebagainya.

Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan

gigi yang khas. Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara

membandingkan data temuan dengan data pembanding antemortem.

g. Pemeriksaan Serologik

Pemeriksaan serologi betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.

Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan

dengan memeriksa rambut, kuku, dan tulang. Saat ini telah dapat dilakukan

pemeriksaan sidik DNA yang akurasinya sangat tinggi.

h. Metode Eksklusi

Metode ini digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah

orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara,

kapal laut, dan sebagainya.

Bila sebagian 20 besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan

menggunakan metode indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban

tidak dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut diatas, maka sisa korban

diindentifikasi menurut daftar penumpang.

i. ldentifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)

Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan jaringan

berasal dari manusia atau hewan. Bilamana berasal dari manusia, ditentukan

apakah potongan-potongan tersebut dari satu tubuh.

Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan, dan

keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, serta cara

pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.

Page 4: Super Impos is i

Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat

digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara

makroskopik, mikroskopik, dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-

antibodi (reaksi presipitin).

Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemeriksaan makroskopik dan

harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan

kromatin seks wanita, seperti drumstick pada leukosit dan badan Barr pada sel

epitel serta jaringan otot.

j. ldentifikasi Kerangka

Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa

kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur,

dan tinggi badan, ciri-ciri khusus dan deformitas serta 21 bila memungkinkan

dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda-tanda kekerasan pada tulang dan

memperkirakan sebab kematian. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan

memperhatikan kekeringan tulang.

Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan

identifikasi dengan membandingkan data antemortem. Bila terdapat foto terakhir

wajah orang tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi,

yaitu dengan jalan menumpukkan foto Rontgen tulang tengkorak diatas foto

wajah orang tersebut yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut

pengambilan yang sama, dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik

persamaan.

k. Pemeriksaan Anatomik

Pemeriksaan Anatomik dapat memastikan bahwa kerangka yang diperiksa

tersebut adalah kerangka manusia. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya

terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologi

reaksi presipitin dan histologi fiumlah dan diameter kanal-kanal havers.

Page 5: Super Impos is i

l. Penentuan Ras

Penentuan ras dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada

tengkorak, gigi geligi, tulang panggul, atau lainnya. Arkus zigomatikus dan gigi

insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras

Mongoloid.

Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang

tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal. Sedangkan

tinggi badan dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu, dengan

menggunakan rumus yang dibuat oleh banyak ahli melalui suatu penelitian. Djaja

Surya Atmaja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia :

TB =71,2817 + 1,3346 (tib) +1,0459(fib) (lk 4,8684)

TB =77,4717 + 2,1ggg (tib) + (lk 4,9526)

TB =76,2772 + 2.,2522 (fib) (lk 5,0226)

Tulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2

milimeter dari tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tingi badan perlu

diperhatikan.

Rata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus

yang terpisah antara laki-laki dan wanita. Apabila tidak dibedakan, maka

diperhitungkan ratio laki-laki banding wanita adalah 100:90. Selain itu

penggunaan lebih dari satu tulang sangat dianjurkan. (khusus untuk rumus Djaja

Surya Atmaja, panjang tulang yang digunakan adalah panjang tulang yang diukur

dari luar tubuh berikut kulit luarnya). Ukuran pada tengkorak, tulang dada, dan

telapak kaki juga dapat digunakan untuk menilai tinggi badan. Bila tidak

diupayakan rekonstruksi wajah pada tengkorak dengan jalan menambal tulang

tengkorak tersebut dengan menggunakan data ketebalan jaringan 23 lunak pada

berbagai titik di wajah, yang kemudian diberitakan kepada masyarakat untuk

memperoleh masukan mengenai kemungkinan identitas kerangka tersebut.

Page 6: Super Impos is i

1.2. SUPERIMPOSISI

Superimposisi adalah suatu sistem pemeriksaan untuk menentukan

identitas seseorang dengan membandingkan koban semasa hidupnya dengan

tengkorak yang ditemukan.Teknik superimposisi dibagi menjadi superimposisi

dentis, dan superimposisi maksilo-fasial.

1.2.1. Superimposisi Kraniofasial

a. Anatomi Tengkorak

Tengkorak dibentuk oleh tulang-tulang yang saling berhubungan satu

samalain dengan perantaraan sutura. Tulang tengkorak terdiri dari tiga lapisan

yaitu tabula eksterna, diploe dan tabula interna. Pada orang dewasa ketebalan dari

tulang tengkorak bervariasi antara tiga milimeter sampai dengan 1,5 centimeter,

denganbagian yang paling tipis terdapat pada daerah pterion dan bagian yang

paling tebalpada daerah protuberantia eksterna.Tulang tengkorak dibagi menjadi

dua bagian yaitu Neurocranium (tulangtulangyang membungkus otak otak) dan

Page 7: Super Impos is i

Viscerocranium (tulangtualng yangmembentuk wajah). Neurocranium terdiri atas

tulang-tulang pipih yang berhubungansatu dengan yang lain.

Ada tiga macam sutura yaitu :

1. Sutura serrata, dimana tepi dari masing-masing tulang berbentuk sebagai gigi-

gigi gergaji dan gigi-gigi ini saling berapitan.

2. Sutura skualosa, dimana tepi dari masing-masing tulang menipis dan

salingmenutupi.

3. Sutura harmoniana atau sutura plana, dimana tepi dari masing-masing

tulanglurus dan saling tepi menepi.

Neuroccranium dibentuk oleh :

1. Os. Frontale

2. Os. Parietale

3. Os. Temporale

4. Os. Sphenoidale

5. Os. Occipitalis

6. Os. Ethmoidalis

Viscerocranium dibentuk oleh :

1. Os. Maksilare

2. Os. Palatinum

3. Os. Nasale

4. Os. Lacrimale

5. Os. Zygomatikum

6. Os. Concha nasalis inferior

7. Vomer

8. Os. Mandibulare

NORMA FRONTALIS

Dilihat dari depan tengkorak tampak oval dengan bagian atas lebih lebar

daripada bagian bawah. Bagian atas dibentuk oleh os. Frontal yang konveks dan

halussedangkan bagian bawah sanagat irreguler.Diatas kedua cavum orbita

terdapat tonjolan yang melengkung dinamakanarcus superciliare yang tampak

Page 8: Super Impos is i

lebih menonjol pada pria dibandingkan dengan padawanita dan diantara kedua

arcus terdapat bagian yang menonjol yang disebutglabela.Dibawah glabela

terdapat nasion yang merupakan pertemuan antara suturainternasal dan sutura

frontonasal.Cavum orbita menyerupai segi empatdimana pada sisi atas (supra

orbitamargin) dibentuk oleh os. Frontal yang pada 1/3 medialnya terdapat supra

orbitalnorch yang merupakan tempat keluarnya pembuluh darah dan saraf supra

orbita.Sisi lateral dibentuk oleh prosedur frontal os. Zygomaticum dan

proccesuszygomaticum os.Frontale. Sisi bawah atau posterior orbital margin

dibentuk oleh os.Zygomaticum dan os.maksila. Sisi medial dibentuk oleh bagian

atas os. Frontal danbagian bawah os. Lacrimal.

( Os cranium tampak dari depan )

NORMA OCCIPITALIS

Tengkorak dilihat dari belakang menyerupai potongan roti dengan lengkungpada

bagian atas dan samping, datar pada bagian bawahnya. Sutura lambdoid

dapattampak seluruhnya. Pada norma occipitalis tampak :

Page 9: Super Impos is i

- Os. Occipital dengan bagian-bagian protuberantia occipitalis eksterna, linea

nuchaesuperior, linea nuchae inferior dan inion

- Os. Parietale

- Os. Temporalis

( Os cranium tampak dari belakang)

NORMA LATERALIS

Dilihat dari depan tengkorak tampak oval dengan bagian atas lebih lebar

dari padabagian bawah. Bagian atas dibentuk oleh os.frontal yang konvleks dan

halussedangkan bagian bawah sangat ireguler.Diatas cavum orbita terdapat

tonjolan yang melengkung dinamakan arcussuperciliare yang tampak lebih

menonjol yang disebut glabela. Dibawah glabelaterdapat nasion yang merupakan

pertemuan antara sutura internasal dan suturafronronasal.Cavum orbita

menyerupai segi empat dimana pada sisi atas (supra orbitamargin) dibentuk oleh

os. Frontal yang pada 1/3 medialnya terdapat supra orbitalnorch yang merupakan

tempat keluarnya pembuluh darah dan saraf supra orbita.Sisi literal dibentuk ole

Page 10: Super Impos is i

prosedur frontal os.Zygomaticum dan proccesuszygomaticum dan os.maksila. Sisi

medial dibentuk oleh bagian atas os.frontal danbagian bawah os.lacrimal.

( Os cranium tampak dari belakang)

b. Dasar Metode Identifikasi Kraniofasial Superimposisi

Superimposisi karinofasial merupakan teknik yang digunakan di forensik

dengan menggunakan fotograf atau video dari seseorang dan dibandingkan

dengan tengkorak orang tersebut. Dengan memproyeksikan kedua foto diatas satu

sama lain, ahli antropologi forensik dapat mencoba untuk memperkirakan apakah

hal tersebut berasal dari orang yang sama.

Kraniofasial superimposisi sukese membandingkan kerangka manusia

dengan fotogafi yang baru-bari ini digunakan sebagai metode indentifikasi pada

korban tsunami di laut india. Dengan adanya teknik kraniofasial superimposisi

dirasakan tidak hanya sangat membantu dalam pemecahan masalah identifikasi

Page 11: Super Impos is i

korban bencana tetapi juga membantu dalam mengidentifikasi penjahat dan

teroris.

c. Sejarah Kraniofasial Superimposisi

Pada tahun 1883, teknik superimposisi digunakan untuk identifikasi

jenazah dengan melakukan perbandingan antara tengkorak dengan fotograf dari

jenazah tersebut. Peneliti seperti Welcker (1883), His (1895), Schaaffhausen

(1875,1883) dan Von Friep (1913) memainkan peranan penting dalam identifikasi

kranio-fasial. Penelitian yang mereka lakukan yaitu menganalisis dari ketebalan

jaringan lunak, dan hubungan yang ada antara jaringan lunak wajah dan tulang

tengkorak. Oleh karena itu, rekonstruksi fasial dan superimposisi foto tengkorak

seringkali bertumpangtindih karena teknik diantara keduanya sangat berhubungan

dan sangat sama.

Perkembangan fotografi turut berperan dalam perkembangan penggunaan

teknik identifikasi, yang dikemukakan oleh seorang ahli kriminalogi Perancis,

Alphonse Bertillon. Dalam metodenya, ia menggunakan sistem “deskripsi dan

karakterisasi” yang dapat dengan menggunakan fotograf untuk mengidentifikasi

dan dikenal dengan metode Bertillonase. Sistem identifikasi tersebut tergantung

kepada karakter yang tetap dari bagian tubuh tertentu, sehingga seseorang dapat

dikenali melalui ciri khususnya. Metode tersebut kemudian menjadi terkenal sejak

digunakan oleh polisi Perancis untuk mengidentifikasi tindak kriminal dan

terbukti dengan dapat ditemukannya sejumlah besar pelaku criminal.

Bertillon adalah seorang polisi berkebangsaan Perancis dan peneliti

biometrik yang mengembangkan sistem deskripsi dan klasifikasi melalui

penggunaan antropometri dan menciptakan sistem identifikasi berdasrkan

pengukuran fisik kepala dan badan. Pengembangan metode ini untuk menemukan

teknik identifikasi yang cocok untuk seorang individu. Sistem ini tidak konsisten

karena berbeda pengukuran untuk setiap petugas polisi yang melakukan

pengukuran. Pada awal ditemukannya teknik sidik jari pada tahun 1892,

penggunaan metode bertilion sudah tidak digunakan dan penggunaan sidik jari

digunakan untuk mengidentifikasikan seorang individu. Bertillon Membuat suatu

metode baru dengan pemeriksaan dokumen dan penggunaan galvanoplasti.

Page 12: Super Impos is i

Pada awal penggunaanya ada beberapa masalah yang ditemukan dari

penggunaan superimposisi fotografi tengkorak yaitu posisi fotograf dan tengkorak

harus diletakkan pada orientasi yang sama pada gambar tersebut. Pada tahun

1935, Brash dan Smith berhasil melakukan superimposisi fotografi pada kasus

pembunuhan Ruxton, yang membunuh isti dan pembantunya lalu menghilangkan

mata, gigi, dan bagian terbesar dari kulit yang terdapat di wajah. Sebuah fotograf

dari jenazah nyonya Ruxton digunakan dalam ternik superimposisi dimana

Tengkorak dan fotogaf dari nyonya Ruxton diatur sesuai dengan ukuran yang

benar dan diorientasikan sehingga didapatkan hasil sketsa wajah yang akurat.

Dengan menemukan titik identifikasi dari korban maka pengaturan skala dari

gambar dapat dibuat dengan menggunakan kerangka gambar yang terdiri dari

tulang dan wajah di fotograf dan kemudian dilakukan superimposisi.

Kasus lainya yang terkenal adalah kasus Rachel Dobkin yang terjadi di

London 1943. Dimana ditemukan sisa-sisa kerangka di gudang gereja yang telah

dibom dan oleh seorang patologi bernama Keith Simpson, kerangka tersebut

dianalisa dan kemudian diketahui sebagai milik dari seorang perempuan bernama

Rachel Dobkin yang dilaporkan menghilang 15 bulan lalu. Kemudian dilakukan

identifikasi lanjutan dengan menggunakan teknik superimposisi, menggunakan

foto tulang tengkorang antemortem dari Rachel Dobkin dan ditemukan banyak

kemiripan sehingga timbul dugaan Tuan Dobkin sudah membunuh istrinya dan

melatakkannya di gudang dari gereja yang dibom tersebut.

Masalah yang sering ditemukan adalah satu tengkorak dapat cocok dengan

orang yang berbeda. Sehingga digunakanlah metode dengan garis, gambar, dan

poin penanda yang terdapat pada sejumlah ketebalan jaringan ikat, hingga posisi

sebuah tengkorak yang berorientasi sama pada fotograf. Grunner dan Reinhard

mengajukan metode modifikasi dan diadopsi oleh Helmer dan Grunner untuk

penggunaan superimposisi video.Metode ini juga dimodifikasi oleh Leopold pada

tahun 1978, yang menggunakan sebuah kamera berformat besar dan layar

proyeksi antara tengkorak dan kamera.

Teknik modern dikembangkan dan teknik yang lebih tua dimodifikasi,

dengan perkembangan dari monitor video dan kompositor animasi video. Clyde

Page 13: Super Impos is i

Snow merupakan seorang peneliti Amerika pertama yang dapat menggunakan

kamera video untuk superimposisi fotografi. Metode ini mencakup dua kamera

video yang mengambil gambar tengkorak dan fotograf secara tersendiri. Fotograf

kemudian dikirim ke sebuah kompositor video animasi.Intensitas dari gambar

dapat bervariasi dan kendali proporsi dapat diperloeh.Sebagai teknik yang sudah

dikembangkan bertahun-tahun, teknik ini menjadi tidak penting daripada masalah

utama untuk akuraasi penccokan antara tengkorak dan sebuah fotograf.Penting

sekali mengetahui bahwa superimposisi bukan hanya mencoba mencocokan

tengkorak ke dalam kepala individu, tetapi usaha untuk menilai kecocokan antara

tengkorak ke sebuah fotograf wajah.

Pengenalan dari peralatan elektronik sudah membantu simplifikasi teknik

superimposisi dari tulang tengkorak dan superimposisi video. Penelitian dari

Austin-smith dan maples menyatakan bahwa kesempatan false positif menjadi

9,6% jika menggunakan ambilan foto secara lateral, dan 8,5% jika menggunakan

ambilan foto secara anterior. Jika digunakan secara bersamaan kesempatan false

positif berkurang menjadi 0,6%. Penelitian ini tanpa menggunakan identifikasi

dental untuk membantu perbesaran dan orientasi.

Bajnocky dan Kiralyfalvi mengembangkan sebuah teknik yang

menggunakan sebuah metode berbasis komputer untuk mengecek hasil dari

superimposisi. Pada sebuah penelitian, satu tengkorak dan dua fotograf digunakan

untuk perbandingan. Satu fotograf dari individu yang manan tengkoraknya berasal

dan fotograf lainnya adalah dari seorang indiviidu yang sama. Perbandingan

kesamaan digunakan pada poin yang ditandai pada tengkorak, fotograf, dan

monitor untuk kondisi sebelum dan sesudahnya.Pada prinsipnya, penelitian yang

dibuat menggunakan penanda tengkorak, wajah dan monitor untuk menilai

baiknya kecocokan antara penanda tengkorak, wajah, dan monitor untuk menilai

seberapa baiknya penanda yang dicocokan dengan superimposisi.

d. Akurasi dari Superimposisi Foto Tengkorak

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa teknik superimposisi dental

meningkatkan akurasi dari hasil yang diperoleh untuk identifikasi. Hal ini

Page 14: Super Impos is i

dikarenakan penyocokan antara fotograf gigi dengan tengkorak jauh lebih mudah

dan lebih akurat. Jika rangka gigi tersedia, usaha untuk menyocokannya dengan

catatan gigi sebelum kematian, dapat dilakukan. Namun demikian, pada banyak

kasus tidak ada data tentang rangka gigi yang tersedia sehingga superimposisi

fotografi pada bagian anatomi lain digunakan dalam teknik penyocokan tersebut.

Banyak dari penelitian yang mengukur keakuratan dan validitas dari

teknik ini. Satu dari peneliti pertama adalah dilakukan pada orang keturunan

Amerika yang dilakukan pada awal 1990 oleh Austin-Smith dan Maples, yang

menemukan kesempatan dari identifikasi untuk memberikan hasil false positif

menggunakan foto lateral sebesar 9,6% dan menggunakan foto anterior yaitu

sebesar 8,5%. Namun demikian, penggunaan keduanya meningkatkan akurasi

hingga penurunan sebesar 0,6% pada false positif.

Aulsebrook et al menyatakan bahwa superimposisi foto tengkorak

seharusnya digunakan sebagai tambahan untuk teknik identifikasi lainnya. Mereka

juga mensitasi dari Der Vore’s yang menyatakan bahwa superimposisi foto

tengkorak harusnya digunakan untuk mengeksklusikan bukan untuk tujuan

inklusi. Kesimpulannya yatu sebaiknya digunakan teknik superimposisi dental

atau bentuk lainnya, seperti profil biologi yang cocok. Jayaprakash et al juga

menjelaskan bahwa penggunaan dari superimposisi foto tengkorak sebagai sebuah

alat identifikasi, dan menyatakan bahwa tingkat akurasinya sebesar 91%.

Meskipun sistem pengadilan sudah menyetujui teknik superimposisi foto

tengkorak sebagai alat identifikasi di seluruh dunia, namun tidak semua sistem

pengadilan menggunakannya. Beberapa pengadilan menggunakan teknik ini untuk

mengeksklusikan ada juga yang menginklusikan individu.

Fenton et al menggunakan teknik yang dikenal dengan istilah proses

orientasi dinamik. Ide penelitian ini adalah mengeksklusikan sebuah tengkorak

dari gambaran fotograf yang cocok. Jika tidak dapat dieksklusikan maka orang

tersebut merupakan individu dalam fotograf.

Page 15: Super Impos is i

e. Aturan untuk Ffotografi pada Superimposisi Foto Tengkorak dan

Identifikasinya.

Redsicker menjelaskan bahwa dalam ruang lingkup dari fotografi forensik,

pekerjaan fotografer adalah meneliti bukan hanya pada nilai artistiknya tetapi

pada akurasi yang mana fotonya menggambarkan inti dari topik permasalahan.

Kedalaman ruang lingkup dari fotograf menjadi penting dalam fotografi yang

mana kejadian kejahatan harus difoto. Kedalaman dari ruang lingkup ini

didefinisikan sebagai area dengan kemunculan pada fokus dari tampilan depan

tampilan belakang. Untuk semua tahapan dari fotograf kriminal, sebuah

kedalaman dari ruang lingkup diperlukan sebagai lawan dari sebuah keadaan yang

detail spesifik diperlukan sebagai contoh jejak darah dan jejak sepatu.Kedalaman

ruang lingkup menjadi sangat penting jika digunakan untuk superimposisi

fotografi foto tengkorak.Variasi dari teknik fotografi sebagai contoh jarak dari

kamera atau angle dari kamera yang dapat menghasilkan beragam variasi.yang

tidak normal diantara 2 gambaran indentik.

Eliasova dan Krsek menggambarkan gangguan yang dapat terjadi dengan

fotograf-fotograf bagaimana pengaruh dari akurasi superimposisi foto tengkorak.

Proses superimposisi menggunakan gambaran 2 dimensi yang disuperimposisi ke

dalam objek 3 dimensi. Meskipun peneliti tersebut mengajukan bahwa mereka

dapat menjelaskan gangguan melalui penggunaan dari sebuah model matematika,

sehingga diperlukan pemahaman dari fotografi dan matematika.

.

f. Penggunaan dari Penanda Anatomi/kraniofasial pada Superimposisi

Foto Tengkorak.

Antroposkopi adalah sebuah metode yang menilai bentuk tubuh dari

inspeksi visual. Penilaian visual ini merupakan metode sangat tua yang masih

digunakan untuk pada kedokteran sekarang.Antropometri mencakup pengukuran

terhadap struktur tubuh manusia. Pengukuran ini lebih objektif dan lebih realistic.

Penanda anatomi sudah diidentifikasikan pada wajah manusia/tengkorak untuk

tujuan pengukuran antropometri.

Page 16: Super Impos is i

Penanda anatomi dapat memainkan peranan penting pada identifikasi

seorang individu yang menggunakan fotografi dan peralatan kamera. Teknik

modern yang bertujuan untuk identifikasi forensic mencakup teknik yang

menggunakan analisis pengukuran, analisis morfologi, dan superimposisi.

Beberapa penelitian sudah membantu proses identifikasi melalui

penggunaan penanda anatomi/kraniofasial .dengan menggunakan pengukuran

penanda dan proporsi yang dapat diperoleh dari fotograf atau kamera yang

digunakan untuk identifikasi kejahatan. Bentuk identifikasi ini, dikenal dengan

‘identifikasi gambaran wajah’ dapat dilakukan dengan menilai morfologi,

antropometri, dan juga superimposisi. Metode morfologi menggunakan peroporsi

dan pola dari wajah seperti mata, alis, mata, hidung, dan bibir dengan sistem

klasifikasi yang sudah berlaku. Analisis antropometri didasarkan pada indeks

yang mengukur dimensi wajah, tetapi juga telinga atau bentuk hidung, dan gaya

rambut. Superimposisi adalah metode membandingkan dua gambaran tersebut.

Penggunaan dari penanda anatomi pada superimposisi foto tengkorak

diperkenalkan untuk dihubungkan dengan penggunaan teknik superimposisi,

selain itu untuk menghindari terjadinya false positif dan false negative.

g. Metode Superimposisi

Superimposisi terbagi menjadi tiga tahapan, tahapan pertama adalah

mencocokan tengkorak dengan fotograf.Pada tahapan ini, fotograf di salin ke

dalam salinan digital dan melakukan scan pada tengkoran dengan salinan berupa

gambaran tengkoran dengan gambaran 3 D untuk teknik superimposisi.Tahapan

kedua berupa pencocokan morfologi dari tengkorak dan fotograf.Pada tahapan

dilakukan pengubahan ukuran dan perbandingan pada fotograf dan tengkorak

sehingga didapatka kesamaan diantara keduanya.Gambaran tengkorak dan

fotografi dipisahkan.Selanjutnya dilakukan pencocokan morfologi untuk

menentukan kesamaan morfologi dari tengkorak dengan gambaran fotograf

seseorang.Ini dilakukan dengan menggunakan daftar kelengkapan dari kesamaan

frontal antara tengkorak dan wajah dari pedoman Austin-Smith dan Maples.

Pada tahapan ketiga dilakukan superimposisi untuk mengetahui seberapa

baiknya atau tepatnya penanda yang terdapat di tengkorak dan fotograf.Penanda

Page 17: Super Impos is i

kraniofasial digunakan untuk member penilaian objektif terhadap kecocokan dari

tengkorak dan fotograf.Ada dua penanda yang digunakan yaitu penanda tulang

yang sangat akurat dan penanda kulit yang memerlukan banyak pengalaman.

Terdapat juga pembagian penanda menjadi penanda awal, penanda primer, dan

penanda skunder.Penanda awal bertujuan untuk meyakinkan bahwa tengkorak

tepat segaris dan seukuran dengan fotograf.Penanda primer digunakan karena

mudah diidentifikasikan dan mudah dilihat pada tulang maupun kulit. Penanda

sekunder adalah penanda yang susah untuk diidentifikasikan lokasinya. Kriteria

yang digunakan untuk mendefinisikan kecocokan antaradan fotograf dan tahapan

ketiga adalah pencocokan berbasis computer dengan beberapapenanda.

1. Pendekatan Kraniofasial Superimposisi dengan Komputer-based

1) Model Wajah dan Tengkorak

2) Penutupan Tulang dan Wajah

ii. Superimposisi Dental

1.2.2. Superimposisi Dental

Metode ini juga distandarisasi oleh interpol yang dikenal dengan dental

charting sistem. Selain itu, sistem ini juga telah diterapkan pada Worl Dental

Federation Tooth Numbering Sistem. Pencocokan detal merupakan proses

identifikasi yang dilakukan dengan membandingkan post mortem koran dengan

ante mortem (dental records). Metode ini sering digunakan sebab banyak dari

korban bencana masih memiliki struktur gigi yang utuh. Selain itu, setiap manusia

memiliki bentuk gigi yang unik. Pencocokan dental dilakukan dengan

membandingkan satu persatu keadaan tia[ gigi korban bencana (post mortem)

dengan dental record yagn ada (ante mortem). Pemeriksaan yang demikian sangat

melelahkan, memakan waktu dan akan menjadi tidak akurat jika jumlah korban

dan data record yang diperiksa cukup banyak.

Untuk mempermudah proses tersebut, perlu dikembangkan sistem yang

mampu melakukan proses identifikasi ini secara otomatis. Sistem ini harus

mampu mengembalikan citra dental x-ray yang menjadi masukan beserta identitas

dari pemilik citra tersebut. Perengkat lunak yang dikembangkan akan secara

otomatis mencocokan keadaan gigi korban dengan dental record yang ada.

Page 18: Super Impos is i

a. Anatomi Gigi

Gigi manusia terdiri dari tiga:

Akar gigi, yang berfungsi menopang gigi dan merupakan bagian gigi yang

terletak didalam tulang rahang.

Mahkota gigi yaitu bagian gigi yang berada diatas ginggiva.

Leher gigi, yaitu bagian yang menghubungkan akar gigi dengan mahkota gigi.

1) Struktur Gigi

Badan dari gigi terdiri dari :

a) Email, merupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi dan

berfungsi membentuk struktur luar mahkota gigi dan membuat gigi tahan

terhadap tekanan dan abrasi. Email tersusun dari mineral anorganik terutama

kalsium dan fosfor, zat organic dan air.

b) Dentin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan berwarna

kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi lebih lunak

dari email. Dentin terdiri dari 70 % bahan organic, terutama Kalsium dan

fosfor serta 30 % bahan organic dan air.

c) Sementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan menutup

akar gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan ikat yang

memperkuat akar gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak dari dentin dan

terdiri dari 50% bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan 50% bahan

organic.

d) Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang tengah

pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf, dan sel

pembentuk dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.

Page 19: Super Impos is i

2) Morfologi Gigi

Menurut masa pertumbuhan gigi manusia terbagi menjadi dua, yaitu :

a) Gigi susu

Gigi susu berjumlah 20 buah dan mulai tumbuh pada umur 6 -9 bulan dan

lengkap pada umur 2 – 2,5 tahun. Gigi susu terdiri dari 5 gigi pada setiap

daerah rahang masing – masing adalah : 2 gigi seri (incicivus),1 gigi taring.

b) Gigi permanen

Gigi permanen berjumlah 28 – 32 terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi taring, 2 gigi

premolar, dan 3 gigi molar pada setiap daerah rahang. Gigi permanen

menggantikan gigi susu. Antara umur 6 – 14 tahun 20 gigi susu diganti gigi

permanen. Gigi molar 1 dan 2 mulai erupsi pada umur 6 – 12 tahun

sedangkan gigi molar 3 mulai erupsi pada umur 17 – 21 tahun.

3) Nomenclatur Gigi

Nomenklatur yang biasa dipakai adalah :

1. Cara Zsigmondy

Gigi susu

V IV III II I                  I II III IV V

V IV III II I                  I II III IV V

Gambar 5. Struktur gigi.8

Page 20: Super Impos is i

Contoh : c bawah kanan : III m2 atas kiri : V

Gigi tetap

8 7 6 4 3 2 1                1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 4 3 2 1                1 2 3 4 5 6 7 8

Contoh : P2 atas kanan : 5 I1 bawah kiri : 1

2. Cara Palmer : cara yang paling mudah dan universal untuk dental

record

Gigi susu

E D C B A                  A B C D E

E D C B A                  A B C D E

Contoh : c bawah kanan : C m2 atas kiri : E

Gigi tetap

8 7 6 4 3 2 1               1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 4 3 2 1               1 2 3 4 5 6 7 8

Contoh : P2 atas kanan : 5 I1 bawah kiri : 1

3. Cara Amerika : yaitu dengan menghitung dari atas kiri, ke kanan,

ke bawah kanan, lalu ke bawah kiri.

Gigi Susu (pakai huruf romawi)

X IX VIII VII VI V IV III II I

XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

Contoh : c bawah kanan : XIII m2 atas kiri : I

Gigi Tetap (pakai angka biasa) :

16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Contoh : P2 atas kanan : 13 I1 bawah kiri : 25

4. Cara Aplegate

Kebalikan dari cara Amerika yaitu dengan menghhitung dari atas

kanan ke kiri, kebawah kiri lalu ke bawah kanan

Gigi Susu :

I II III IV V VI VII VIII IX X

Page 21: Super Impos is i

XX XIX XVIII XVII XVI XV XIV XIII XII XI

Contoh : c bawah kanan : XVII m2 atas kiri : X

Gigi Tetap :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17

Contoh : P2 atas kanan : 4 I1 bawah kiri : 24

5. Cara Haderup

Gigi Susu : 0+ +0 Contoh : c bawah kanan : 03- m2

atas kiri : +05

0- - 0

Gigi Tetap : + + Contoh : P2 atas kanan : 5+ I1

bawah kiri : -1

- -

6. Sistem Scandinavian (tidak begitu banyak digunakan)

+ : untuk gigi geligi atas

- : untuk gigi geligi bawah

Contoh : P2 atas kanan : +5 I2 bawah kiri : 2-

7. Cara G. B. Denton

Gigi Susu : b a Contoh : c bawah kanan : c.3 m2

atas kiri : a.5 c d

Gigi Tetap : 2 1 Contoh : P2 atas kanan : 2.5 I1

bawah kiri : 4.1

3 4

8. Cara FID ( Federation Internationale Dentaire )

Gigi Susu : 5 6 Contoh : c bawah kanan : 83 m2

atas kiri : 65 8 7

Gigi Susu : 1 2 Contoh : P2 atas kanan : 15 I1

bawah kiri : 31

4 3

Page 22: Super Impos is i

b. Teknik Superimposisi Dental

Setelah mendapatkan gambaran tentang gambaran orang yang hilang

kemudian dilakukan visualisasi dari zona mulut, setelah itu dilakukan proses

orientasi spasial pada arkus dental sehingga didapatkan tampilan dari arkus.

Gambaran tersebut kemudian dilakukan superimposisi dengan fotograf

antemortem dan dilakukan penilaian terhadap kecocokan fotograf antemortem

dengan tulang gigi.

2.

Fig. 3. Some examples of dental superimposition. In the background, one