Top Banner
1 SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas Karsono H Saputra Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424 [email protected] Abstrak Skripsi ini merupakan laporan penelitian terhadap naskah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berjudul Cariyos Raja Siyem dengan nomor koleksi KBG 281. Teks berbentuk prosa, berisi catatan perjalanan Raja Siyem ketika berkunjung ke Batawi pada tahun 1871. Penelitian ini bertujuan menghasilkan suntingan teks supaya dapat dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Metode kerja Filologi penelitian yang diterapkan dalam penelitian terhadap naskah tersebut adalah metode intuitif dengan menggunakan edisi standar dan emendasi (perbaikan bacaan). Kata Kunci: Suntingan teks, filologi, Cariyos Raja Siyem, naskah, Raja siyem Edited Text: Cariyos Raja Siyem Abstract This thesis is a research report study of the manuscript collection from National Library of Indonesia, entitled Cariyos Raja Siyem with the collection number KBG 281. This text, which is written in a from of prose, contains Raja Siyem’s travel diary who had traveled to Batawi. The research aims to generate text edits that can be understood by public. Philology working method using standard and amendetion (footnote). Keywords: Text edits, philology, Cariyos Raja Siyem, manuscript, Raja Siyem Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016
15

SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

Nov 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

1  

SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas Karsono H Saputra

Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424

[email protected]

Abstrak

Skripsi ini merupakan laporan penelitian terhadap naskah koleksi Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia yang berjudul Cariyos Raja Siyem dengan nomor koleksi KBG 281. Teks berbentuk

prosa, berisi catatan perjalanan Raja Siyem ketika berkunjung ke Batawi pada tahun 1871.

Penelitian ini bertujuan menghasilkan suntingan teks supaya dapat dipahami oleh masyarakat pada

umumnya. Metode kerja Filologi penelitian yang diterapkan dalam penelitian terhadap naskah

tersebut adalah metode intuitif dengan menggunakan edisi standar dan emendasi (perbaikan

bacaan).

Kata Kunci:

Suntingan teks, filologi, Cariyos Raja Siyem, naskah, Raja siyem

Edited Text: Cariyos Raja Siyem

Abstract

This thesis is a research report study of the manuscript collection from National Library of

Indonesia, entitled Cariyos Raja Siyem with the collection number KBG 281. This text, which is

written in a from of prose, contains Raja Siyem’s travel diary who had traveled to Batawi. The

research aims to generate text edits that can be understood by public. Philology working method

using standard and amendetion (footnote).

Keywords:

Text edits, philology, Cariyos Raja Siyem, manuscript, Raja Siyem

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 2: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

2  

Pendahuluan

Bangsa Indonesia mempunyai warisan leluhur berupa peninggalan

kebudayaan yang terekam secara turun-temurun dalam kurun waktu yang cukup

panjang. Peninggalan kebudayaan yang ada di Pulau Jawa berasal dari berbagai

daerah, mulai dari barat sampai timur, serta dari daerah pesisiran sampai

pedalaman. Salah satu peninggalan kebudayaan adalah naskah dan prasasti,

sedangkan yang merupakan benda seperti candi serta tempat-tempat suci.

Peninggalan ini sangat bervariasi dalam penggunaan bahasa, aksara, alas tulis,

termasuk kandungan isinya (Robson, 1994: 1-6). Karya-karya tulisan masa

lampau tersebut mampu menginformasikan buah pikiran, perasaan, dan informasi

mengenai berbagai segi kehidupan yang pernah aada. Selain itu, sebagai produk

masa lampau, bahan yang berupa kertas dan tinta, serta bentuk tulisan, dalam

perjalanan waktu semenjak diciptakan sampai saat ini, telah mengalami kerusakan

atau perubahan. Salah satu karya tulis yang masih lestari dari masa ke masa

meskipun telah mengalami perubahan ialah karya sastra.

Dalam kajian sastra Jawa, terdapat bermacam-macam genre, bentuk, da nisi.

Genre sastra adalah tipe sastra yang memiliki jenis yang khas. Sastra dapat

digolongkan menjadi dua kelompok jenisnya, yakni sastra imajinatif dan sastra

non-imajinatif (Jacob dan Sini, 1991: 17-18). Berdasarkan bentuknya karya sastra

Jawa terbagi dalam tiga kelompok, yaitu puisi, prosa, dan drama (Pigeaud, 1967:

2). Puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritme, ataupun jumlah

baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Puisi lebih mengedepankan keindahan

bunyi, pilihan kata, pesan yang bijak, dan gagasan yang luas namun dikemas

dalam untaian kata yang sangat singkat. Prosa ialah karangan bebas yang tidak

terikat pada bentuk, irama, dan rima (sajak) atau terikat dengan oleh banyaknya

suku kata dan jumlah baris. Berbeda dengan puisi, apabila puisi banyak

menitikberatkan pada keindahan bunyi dan kata-kata, sedangkan prosa

menitikberatkan pada pengisahan tokoh (karakterisasi) dan alur cerita. Bahasa

yang digunakan dalam puisi juga banyak menggunakan bahasa figuratif, namun

pada prosa bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yang bermakna

denotatif. Prosa jenisnya ada cerpen pendek, cerpen panjang, cerpen (cerita

pendek), roman atau novel. Drama merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 3: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

3  

dan aspek pementasan. Drama yang dimaksudkan dalam karya sastra di sini

adalah naskah drama. Naskah drama berisi juga cerita rekaan yang dikemas dalam

bentuk dialog. Unsur percakapan dalam naskah drama sangat mendominasi, atau

bahkan secara keseluruhan berisi dialog. Hal ini dikarenakan tujuan akhir dari

naskah drama adalah pementasan atas naskah drama yang diperankan oleh para

pemain.

Naskah menurut Baried (1985: 54) adalah handschrift dengan singkatan hs

untuk tunggal, hss untuk jamak; manuscript dengan singkatan ms untuk tunggal,

mss untuk jamak. Jadi, naskah itu benda konkret yang dapat dilihat atau dipegang.

Naskah mengandung matra lama, baik lama dalam jarak waktu maupun lama

dalam jarak budaya yang tercermin melalui unsur tradisional pada alas tulis,

proses produksi dan reproduksi, dan unsur-unsur lainnya (Karsono, 2013: 8).

Teks adalah kandungan naskah yang dinyatakan dengan bahasa atau tanda lain

sesuai dengan jenis wacananya. Contohnya teks primbon dinyatakan dengan

lambang grafis, gambar, atau aksara. Pemahaman aksara mutlak diperlukan

karena naskah dan teks merupakan produk budaya masa lalu yang kemungkinan

mempunyai jarak waktu sangat jauh dengan saat naskah dan teks tersebut dibaca.

Bentuk aksara, alfabet, dan ejaan yang digunakan dalam suatu naskah

berkemungkinan berbeda dengan bentuk aksara, alfabet, dan ejaan ketika naskah

tersebut dibaca, bahkan mungkin aksara yang dipergunakan dalam naskah sudah

tidak dipergunakan sebagai grafem bahasa ketika pembacaan berlangsung

(Karsono, 2013: 27). Teks sebagai peninggalan tertulis memiliki keragaman

dalam hal kandungan isinya.

Dalam buku Relevansi Pernaskahan dengan Berbagai Bidang Ilmu

(Soebadio, 1991: 10) Pigeaud menjelaskan bahwa naskah Jawa dapat digolongkan

berdasarkan kandungan isinya, yaitu: naskah keagamaan yang meliputi berbagai

jaman dan jenis atau aliran agama dan kepercayaan, naskah kebahasaan yang

menyangkut ajaran-ajaran bahasa daerah, naskah filsafat dan folklore, naskah

mistik rahasia, naskah mengenai ajaran dan pendidikan moral, naskah mengenai

peraturan dan hukum, naskah mengenai keturunan dan warga raja-raja, naskah

mengenai bangunan dan arsitektur, naskah mengenai obat-obatan, naskah

mengenai arti perbintangan. Naskah-naskah yang bersangkutan lebih cenderung

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 4: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

4  

pada astrologi daripada atronomi, naskah mengenai ramalan, penjelasan impian,

dan tanda-tanda yang terdapat pada tubuh manusia, hewan, dan lain-lain, naskah

kesastraaan, kisah epik (kakawin), dan sebagainya, naskah bersifat babad

(sejarah), dan jenis-jenis lain yang tidak tercakup dalam kategori-kategori di atas.

Naskah yang diteliti adalah naskah koleksi Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia yang tercatat dalam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4

(1998) dengan judul Cariyos Raja Siyem bernomor koleksi KBG 281. Singkatan

dari KBG adalah Koninklijk Bataviaasch Genootschap. Naskah ini termasuk ke

dalam kategori yang terakhir, berdasarkan kandungan isinya. Jenis-jenis lain yang

tidak tercakup dalam kategori di atas salah satunya berupa catatan sejarah atau

jurnal. Naskah Cariyos Raja Siyem memuat catatan perjalanan seorang Raja

Thailand berkunjung ke Batawi.

Setelah peneliti memeriksa beberapa katalog ditemukan naskah sekorpus1

diantaranya terdapat di Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 1 Museum

Sonobudoyo (1990), dan Literature of Java: Catalogue Raisonne of Javanese

Manuscripts in the Library of the Univesity of Leiden and Other Public Collection

in Netherlands (1968). Pada Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 1

tercatat tiga naskah, yaitu naskah Pakem Ringgit Purwa kaliyan Madya (72

lampahan) dengan nomor koleksi W26, dan nomor rol. 32 no. 8. Naskah Pakem

Ringgit Purwa Kaliyan Madya (72 lampahan) dengan nomor koleksi W26a, dan

nomor rol. 43 no. 2. Naskah yang terakhir yaitu naskah Pakem Ringgit Purwa (31

lampahan) dengan nomor koleksi W27, dan nomor rol. 43 no. 3. Di katalog

Literature of Java tercatat satu naskah yaitu LOr 10.831 – B-31.081 dengan judul

naskah Wayang Purwa. Naskah Cariyos Raja Siyem dianggap sebagai naskah

tunggal, karena ketiga naskah dengan lakon wayang mempunyai perbedaan jalan

cerita. Oleh karena itu, peneliti mengeliminasi naskah di Museum Sonobudoyo

dan Literature of Java.

Pemilihan naskah Cariyos Raja Siyem sebagai sumber data penelitian, karena

naskah ini termasuk dalam bentuk jurnal atau catatan perjalanan sejarah. Naskah

Cariyos Raja Siyem perlu dilakukan penyuntingan teks, agar dapat memberi peran                                                                                                                          1  Korpus adalah seluruh naskah yang mengandung teks sejenis (Karsono, 2013: 50).

 

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 5: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

5  

filologi sebagai ilmu bantu ilmu sejarah (Baried, 1985: 22). Hal ini menjadi daya

tarik bagi peneliti untuk menggunakan naskah Cariyos Raja Siyem koleksi

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor koleksi KBG 281

sebagai sumber data penelitian. Maka ditemukan rumusan masalah dalam

penelitian ini, yaitu bagaimana ketidakterbacaan naskah karena jarak budaya yang

terjadi antara naskah pada jaman dahulu dapat dibaca oleh masyarakat saat ini

dengan bahasa yang mudah dimengerti?

Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan sebuah suntingan teks Cariyos Raja

Siyem berdasarkan prinsip-prinsip kerja filologi. Naskah yang menggunakan

aksara Jawa ini tidak mudah dimengerti oleh masyarakat Jawa yang awam,

sehingga diharapkan memudahkan pembaca untuk memahami isi yang terkandung

di dalam naskah Cariyos Raja Siyem. Sejauh ini naskah Cariyos Raja Siyem

belum pernah ada yang meneliti, sehingga tidak ditemukan penelitian terdahulu

mengenai Cariyos Raja Siyem. Ranah dalam penelitian ini adalah filologi,

sehingga menggunakan prinsip-prinsip filologi. Manfaat penelitian adalah

memudahkan masyarakat Jawa yang ingin membaca naskah Cariyos Raja Siyem.

Adanya keterbatasan jarak waktu dan jarak budaya menutup kemungkinan

masyarakat yang ingin membaca.

Teori dan Metode

Filologi merupakan ilmu yang mempunyai metodologi yang harus ditaati.

Metodologi tersebut berupa langkah kerja filologi dan metode kerja filologi

(Karsono, 2013: 80). Langkah kerja filologi adalah urutan kegiatan yang harus

dilalui dalam penggarapan naskah, sedangkan metode kerja adalah prinsip yang

dipilih dalam menyajikan edisi teks. Berikut merupakan metode dan langkah kerja

dalam penelitian yang dilakukan: teori, inventarisasi naskah, deskripsi naskah,

perbandingan teks, penentuan teks yang disunting, pertanggungjawaban alih

aksara, kritik teks, pengalihaksaraan.

Setelah memilih naskah untuk diteliti, selanjutnya dalam penelitian ini adalah

menentukan metode yang digunakan agar menghasilkan sebuah suntingan teks

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 6: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

6  

yang baik. Menurut Karsono (2013: 104-107), ada empat metode kerja filologi,

yakni metode intuitif, metode landasan, metode gabungan, dan metode stema.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode intuitif. Metode

intuitif adalah hanya ada satu-satunya naskah yang mengandung teks yang digarap

sehingga tidak ada teks pembanding dan tidak ada teks yang dibandingkan. Syarat

metode intuitif adalah hanya ada satu-satunya naskah yang mengandung teks yang

digarap sehingga tidak ada teks pembanding dan tidak ada teks yang dibandingkan

(Karsono, 2013: 104).

Selanjutnya, peneliti memilih edisi standar dalam melakukan penyuntingan

teks. Edisi standar dipilih dengan tujuan untuk memudahkan pembaca. Hal ini

sejalan dengan tujuan peneliti yaitu memudahkan pembaca yang awam dengan

aksara Jawa agar dapat memahami suntingan dengan tulisan latin. Dalam edisi ini

dilakukan penerbitan naskah dengan melakukan perbaikan kesalahan-kesalahan

kecil dan ketidakajegan, serta ejaan disesuaikan dengan ejaan yang berlaku.

Dalam penyuntingan naskah Cariyos Raja Siyem ini menggunakan beberapa buku

yang menjadi pedoman. Buku tersebut adalah yang pertama buku Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan (Balai

PustakaYogyakarta, 2011) untuk melihat ejaan yang berlaku pada masa kini

supaya suntingan teks tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Buku yang kedua

adalah buku Pathokan Panulise Tembung Jawa Nganggo Aksara Jawa Lan Latin

(Soerasa dan Soetardjo, 1986) untuk melengkapi kaidah-kaidah ejaan, dan kamus

Baosastra Djawa dalam melakukan suntingan teks. Perbaikan tersebut diletakan

pada catatan kaki.

Pembahasan

Penelitian naskah ini menggunakan metode intuitif dengan edisi standar yang

sesuai dengan naskah Cariyos Raja Siyem. Selanjutnya, dalam

pertanggungjawaban alih aksara penelitian ini menggunakan edisi standar, yaitu

pengalihaksaraan dengan penyesuaian tanda berikut sistemnya ke dalam sistem

sebagaimana yang berlaku pada aksara sasaran (Karsono, 2013: 98). Asas standar

tidak hanya mengganti aksara Jawa ke aksara Latin, tetapi juga menyesuaikan

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 7: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

7  

sistem yang berlaku, seperti huruf kapital, tanda baca, dan tanda hubung. Edisi

standar bertujuan sangat praktis bagi pembacanya agar mudah untuk dibaca.

Dalam penyuntingan naskah Cariyos Raja Siyem ini menggunakan beberapa

buku yang menjadi pedoman. Buku tersebut adalah yang pertama buku Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan (Balai

PustakaYogyakarta, 2011) untuk melihat ejaan yang berlaku pada masa kini

supaya suntingan teks tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Buku yang kedua

adalah buku Pathokan Panulise Tembung Jawa Nganggo Aksara Jawa Lan Latin

(Soerasa dan Soetardjo, 1986) untuk melengkapi kaidah-kaidah ejaan. Dalam

pertanggungjawaban alih aksara yang mengikuti asas standar sesuai sistem ejaan

yang berlaku sebagai berikut.

1. Aksara Murda (Huruf Kapital) pada naskah yang tidak sesuai, contohnya:

pebruwari àPebruwari

batawi àBatawi

2. Dwipurwa, menurut Sutrisno (2009: 80) dwipurwa adalah perangkapan

suku kata yang berada di depan. Contoh:

sasekaranàsesekaran

tatingngallan à tetingalan

3. Vokal pada naskah ditemukan kata yang mendapat taling tarung ([…h) untuk huruf o dialihaksarakan menjadi huruf a. Contoh: minongkaàminangka

tondha à tandha

4. Sandangan swara (vokal). Sandangan adalah tanda diakritik yang dipakai

sebagai pengubah bunyi di dalam tulisan Jawa. Pada alih aksara, bunyi [é]

dialihaksarakan menjadi e, karena di dalam Pathokan Panulise Tembung

Jawa Nganggo Aksara Jawa Lan Latin (Soerasa dan Soetardjo, 1986)

tidak membedakan bunyi é dan e. Contoh:

dénéàdene

badhé à badhe

5. Bunyi pelancar [y] dan [w], dikembalikan pada kata dasar. Contoh:

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 8: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

8  

palabuwanàpalabuhan

titiyannipun à titihanipun

6. Perangkapan huruf adalah perangkapan dua konsonan yang sama satu kata

dan sedaerah artikulasi. Pengalihaksarakan kata yang mengandung huruf

rangkap pada naskah yaitu dengan menghilangkan salah satu huruf dan

mengembalikan kata ke bentuk yang lebih baku. Contoh:

awarnni-warnniàawarni-warni

7. sastra lampah adalah cara menuliskan aksara Jawa yang tulisannya

mengikuti bunyi pengucapan untuk memudahkan pembacaan, agar vokal

yang diucapkan mengikuti konsonan akhir dari kata sebelumnya

(Padmosoekotjo, 1967: 68). Contoh:

dhatengnglautàdhateng laut

agengngalit à ageng alit

Dalam penyuntingan naskah Cariyos Raja Siyem, peneliti menggunakan tanda

baca tertentu untuk memeberikan kritik terhadap naskah tersebut. Tanda baca

yang digunakan antara lain:

1. Setiap paragraf baru yang diberi penanda ? pada naskah dialihaksarakan menjadi tanda garis miring ( // ) sesuai dengan naskah.

2. Tanda . digunakan pada akhir kalimat, pada naskah dialihaksarakan menjadi tanda titik ( . ).

3. Tanda , di tengah kalimat pada naskah dialihaksarakan menjadi tanda koma ( , ).

4. Tanda hubung ( - ) digunakan untuk penggulangan kata dalam

pengalihaksaraan.

5. Tanda kurung ( ) digunakan untuk penomoran halaman naskah.

Contoh: (h1), (h2), (h3) dan seterusnya. Huruf h untuk menunjukan

halaman, dan angka 1 untuk menunjukan nomor halaman.

6. Tanda =0= digunakan untuk mengakhiri cerita dalam naskah.

Emendasi merupakan perbaikan bacaan (Karsono, 2013: 100). Emendasi

dilakukan apabila ditemukan kata di dalam naskah yang tidak bermakna atau tidak

terbaca berdasarkan kamus Baoesastra Jawa (1939) karangan S. Poerwadarminta

serta melihat konteks kalimat. Perbaikan yang dilakukan oleh penyunting

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 9: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

9  

diletakkan pada catatan kaki supaya tidak merusak teks serta melampirkan teks

apa adanya, dan memudahkan pembaca.

Ringkasan Cerita

Pada bulan Februari 1871 tersiar kabar kedatangan Raja Siyem ke Batawi

untuk bertemu dengan kanjeng tuan besar dan gubernur jendral. Kanjeng tuan

besar, gubernur jendral dan masyarakat Batawi mempersiapkan penyambutan

kedatangan raja tersebut. Raja Siyem datang ke Batawi mempunyai dua agenda

yaitu, yang pertama bertemu dengan kanjeng tuan besar serta gubernur jendral,

yang kedua melihat kegiatan sehari-hari masyarakat Batawi.

Raja Siyem tiba di Batawi pada tanggal 25 Maret. Raja Siyem menuju kantor

pelabuhan bersama dengan prajuritnya, bertemu dengan gubernur jendral dan

kanjeng tuan besar. Selanjutnya Raja Siyem mengunjungi alun-alun Batawi untuk

melihat prajurit militer yang sedang berlatih perang menggunakan meriam, dan

senjata. Tidak hanya itu, masyarakatpun antusian melihat Raja Siyem yang sedang

berkunjung di Batawi. Raja Siyem mengunjungi undangan dari salah seorang

warga Batawi untuk berpesta di rumahnya sebelum Raja Siyem meninggalkan

Batawi.

Pada bulan April tanggal 1, jam 5 pagi Raja Siyem serta prajurit menuju

pelabuhan berpamitan dan dengan kanjeng tuan besar dan warga yang mengantar

sampai pelabuhan. Lalu Raja Siyem melanjutkan perjalanan menuju Semarang.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dicapai oleh peneliti adalah suntingan teks Cariyos Raja

Siyem. Berikut ini kutipan paragraph awal, tengah, dan akhir naskah tersebut:

Ø Paragraf Awal

(h1)

//Punika cariyos bab rawuhipun Kanjeng Raja Siyem.

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 10: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

10  

//Ing salebetipun wulan Pebruari taun 1871, ing nagari Batawi wonten kabar

menawi kanjeng tuwan besar ingkang wicaksana, gubenur jendral badhe

ketamuan raja ageng saking nagari Siyem.

//Dene rawuhipun wonten nagari Batawi, ing wulan Maret samangsa-mangsa.

//Ingkang kaping kalih, gedering pawartos samangsa Kanjeng Raja Siyem rawuh

wonten nagari Batawi, kanjeng tuwan besar ingkang wicaksana, gubenur jendral

karsa angurmati ingkang sakelangkung urmat. Sarta anyugata ing karamean

ingkang sakelangkung rame saha kasugata tetingalan awarni-warni aneh-aneh ing

sadangunipun Kanjeng Raja Siyem wonten nagari Batawi.

//Dene cawisanipun yatra, ingkang badhe kadamel nyugata, dalah waragat

tetingalan lan sadaya satus ewu rupiyah.

//Ingkang punika sadaya tiyang ing salebetipun nagari Batawi, ageng alit jalu estri

sadaya bangsa, sami muji sayektosipun ing kabar wau, saha memuji mangkatena

punika. Pramila sadaya bangsa ageng alit sami pangajeng-ajengipun, sabab

ciptanipun ing manah kalih prakawis.

//Ingkang rumiyin sageda enggal pirsa, kawujudanipun bangsa Siyem, kadosta

punapa penganggenipun para ageng bangsa Siyem.

//Ingkang kaping kalih badhe ningali tetingalan kathah awarni-warni saha aneh-

aneh.

//Sareng dumugi wulan Maret tanggal kaping kalih dasa, wonten kabar malih

rawuhipun Kanjeng Raja Siyem tanggal ping 25 Maret, samangsa wonten tengara

mariyem2 mungel kaping tiga.

Ø Paragraf Tengah

(h16)

//Sareng kanjeng raja rawuh ngriku, para sinyo lajeng sami ajar kathah gelaripun

asantun-santun Kanjeng Raja Siyem saha para punggawa sadaya. Ketingal sanget

                                                                                                                         2  Silap tulis dari kata mriyem (Poerwadarminta, 1939: 334)

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 11: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

11  

suka pirenanipun ing penggalih ningali kapigunanipun para sinyo ingkang sami

sekolah sadaya.

//Sesampunipun sawetawis dangu kendel lajeng sami baris asikep senjata, sinyo

ingkang alit inggih mawi senjata alit, ingkang ageng inggih mawi senjata ageng.

//Wau barisipun para sinyo sayektos adamel eramipun ingkang sami ningali,

saking prigelipun para sinyo sadaya.

//Kanjeng Raja Siyem ingkang sukanipun ing penggalih aningali para sinyo ing

sekolahan raja, lajeng maringi yatra sedasa ewu rupiyah. Dhateng tuwan ingkang

nguwasani ing sekolahan raja dhawuhipun Kanjeng Raja Siyem, yatra sedasa ewu

rupiyah wau kalebetan dhateng kantor bang3 bingahipun saben taun kadamel

gancar. Dhateng para sinyo ingkang katarima anggenipun sekolah utawi ingkang

ketingal nemen anggenipun marsudi dhateng kasagetan.

//Wau Kanjeng Raja Siyem wonten sekolahan raja ngantos sawetawis dangu,

kirang langkung 2 jam lajeng kondur nitih kereta sawadya punggawa.

//Kanjeng Raja Siyem sakonduripun saking sekolahan, tedhak mirsani tiyang

senen sarta mirsani gedhong-gedhong kantor sekolahan dokter Jawi tumunten

kondur.

Ø Paragraf Akhir

(h31) kemawon ugi kados adatipun ing sekar latu. Namung tambah wonten

ingkang kapethak limang pethak.

//Ing satelasipun langenan sekar latu, kula lajeng mantuk rumiyin dados boten

ngantos sakondur dalem kangjeng tuwan besar, kalih Kanjeng Raja Siyem.

//Sareng enjingipun wanci jam 5 Kanjeng Raja Siyem sawadya punggawa dalem

karsa bidhal dhateng kapal, namung karsa lajeng dhateng nagari Semarang saha

kadherekaken para tuwan ingkang angeng-ageng sawetawis.                                                                                                                          3  Kantor bank.

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 12: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

12  

//Dene nalika konduripun Kangjeng Raja Siyem inggih mawi kaurmatan kados

nalika rawuhipun, amung punika seserepan kula.

//Anamung panuwun kula dhateng para priyantun ingkang sami amirsani serat

cariyos punika, menawi wonten kang kirang langkungipun ingkang kula

cariyosaken wau ingkang mugi-mugi paringa pangapunten ingkang ageng.

//Sahing pangiket tanggal kaping 2 April 1871.

          =0=  

Kesimpulan

Naskah Cariyos Raja Siyem dengan nomor koleksi KBG 281 merupakan

naskah yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

(Perpustakaan RI) yang tercatat dalam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara

Jilid 4 Indonesia (1998). Naskah Cariyos Raja Siyem menjadi data peneliti untuk

menyajikan suntingan teks. Peneliti menganggap naskah ini sebagai naskah

tunggal, karena perbedaan cerita yang dimiliki naskah yang sekorpus. Peneliti

memfokuskan penelitian agar menghasilkan sebuah suntingan teks yang baik.

Naskah Cariyos Raja Siyem menceritakan seorang Raja Thailand yang sedang

berkunjung ke Batawi dan berbaur dengan masyarakat lokal. Kedatangannya

disambut dengan meriah oleh penduduk sekitar pelabuhan. Di dalam cerita naskah

ini tidak hanya raja Thailand saja, tetapi ada Negara Belanda yang terlibat dalam

cerita tersebut. Terbukti dengan ditemukannya kata berbahasa Belanda dalam teks

ini. Menunjukkan bahwa pada saat itu Negara Indonesia belum merdeka dan

masih menjadi negara jajahan. Jelas adanya unsur sejarah antara Indonesia dan

negara-negara lainnya, hubungan diplomasi antarnegara yang terjalin pada saat itu

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 13: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

13  

dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat yang membaca

teks ini.

Dalam melakukan penyuntingan teks ini, peneliti mengalami sedikit kesulitan

saat melakukan suntingan teks. Kesulitan tersebut karena ditemukan kata dengan

berbahasa Belanda. Peneliti menghadapi kesulitan tersebut terbantu dengan

menggunakan kamus Bahasa Belanda-Indonesia. Tidak hanya kesulitan yang

dialami, tetapi juga ditemukan kesalahan penulisan pada naskah. Peneliti

mengatasi kesalahan itu dengan menggunakan beberapa buku pedoman yaitu buku

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan (Balai

PustakaYogyakarta, 2011), serta buku Pathokan Panulise Tembung Jawa

Nganggo Aksara Jawa Lan Latin (Soerasa dan Soetardjo, 1986) dan kamus

Baosastra Djawa dalam melakukan suntingan teks. Hasil penelitian ini

menyajikan suntingan teks yang dapat dibaca oleh masyarakat Jawa yang awam.

Penelitian masih belum sempurna. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti,

diharapkan penelitian ini bisa disempurnakan suatu saat nanti. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi untuk penelitian lebih mendalam, dan

tidak menutup kemungkinan dilakukan penelitian oleh bidang lain.

Daftar Referensi

Buku

Balai Bahasa Yogyakarta. (2011). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf

Latin yang Disempurnakan. Yogyakarta: Kanisius.

Djamaris, Edward. (1977). Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi, Bahasa

dan Sastra hlm.20-33.

Edi Sedyawati dkk. (2001). Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum. Jakarta: Balai

Pustaka.

Elis Suryani NS. (2012). Filologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Jacob Sumardjo dan Saini K.M. (1991). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:

Gramedia.

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 14: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

14  

Jennifer Mary Lindsay. (1991). Klasik, Kitsch, Kontemporer: Sebuah Studi

Tentang Seni Pertunjukan Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Karsono H Saputra. (2013). Pengantar Filologi Jawa. Jakarta: Wedatama Widya

Sastra.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Padmosoekotjo, S. (1967). Sarine Basa Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Robson, S.O. (1994). Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL.

Siti Baroroh Baried dkk. (1985). Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Soebadio, Haryati. (1991). Relevansi Pernaskahan dengan Berbagai Bidang Ilmu.

Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Soerasa dan Soetardjo. (1986). Pathokan Panulise Tembung Jawa Nganggo

Aksara Jawa Lan Latin. Solo: Tiga Serangkai.

Sudaryanto. (1991). Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa.Yogyakarta: Duta Wacana

University Press.

Titik Pudjiastuti. (2006). Naskah dan Studi Naskah. Bogor: Akademia.

Wellek, Rene & Austin Warren. (2013). Teori Kesusastraan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Katalog

Behrend, T.E. dan Titik Pudjiastuti (ed). (1997). Katalog Induk Naskah-Naskah

Nusantara, Jilid 3A-B; Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia; Ecole Franҫaise D̛ ext reme Ori ent.

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016

Page 15: SUNTINGAN TEKS: NASKAH CARIYOS RAJA SIYEM

15  

Behrend, T.E. (1998). Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia Jilid 4. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia;

Ecole Franҫaise D̛ ext reme Ori ent.

Behrend, T.E. (1990). Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 1 Museum

Sonobudoyo Yogyakarta. Jakarta: Djambatan

Pigeaud, TH. (1967). Literature of Java Volume 1. Leiden: The Hague, Martinus

Nyhoff

Pigeaud, TH. (1968). Literature of Java Volume II dan III. Leiden: The Hague,

Martinus Nyhoff

Kamus

Susi Moeimam dan Hein Steinhauer. (2014). Kamus Belanda-Indonesia. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sustrisno Sastro Utomo. (2009). Kamus Lengkap Jawa-Indonesia. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

W.J.S. Poerwadarminta. (1939). Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters’

Uitgevers Maatschappij.

Suntingan Teks ..., Ayuna Langit Aprisyani Putri Pamungkas, FIB UI, 2016