Top Banner
1 Tugas Summary PIHI Jurusan/NPM : Ilmu Hubungan Internasional / 1306408725 Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin”—Suara Revolusi Proletar Vladimir Ilyich Ulyanov, atau lebih dikenal dengan nama Lenin adalah “Leader of the Proletariat Revolution”, sebuah gerakan yang menentang kaum borjuis di Russia pada saat First Comintern Congress di Kremlin, Moskow, Rusia pada bulan Maret 1919. 1 Lenin tidak saja dikenal di negaranya, namun juga di negara-negara tetangga seperti Jerman, Austria dan Perancis. 2 Maka, ia merupakan perwakilan pergerakan kelompok kelas proletar pada saat itu yang menentang kaum borjuis. Ia adalah penganut paham Marxisme, yang kemudian ia kembangkan menjadi sebuah pahamnya, yaitu Leninisme. Ia memiliki pandangan bahwa pemisahan antara teori dan praktik merupakan suatu hal yang tidak logis. 3 Dengan demikian, meskipun ia dipengaruhi oleh Marx yang mengejawantahkan teori-teori, namun Lenin lebih condong terhadap pelaksanaan dari teori-teori tersebut (praktis). Ia tidak segan-segan untuk mengatakan bahwa Marx merupakan seorang yang utopis. 4 Lenin merupakan Ketua Dewan Komisar Uni Soviet pertama setelah pembentukan federasi Uni Soviet pada tahun 1922. 5 Dari pelbagai hasil-hasil karyanya, ia memilki buku yang paling dikenal, yaitu Imperialism: The Highest Stage of Capitalism yang ia tulis pada saat Perang Dunia I. 6 Lalu, terdapat pula alasan Lenin memutuskan untuk mengatakan bahwa alasan dimulainya sebuah perang adalah akibat kapitalisme, sesuai yang tertera dalam karyanya, Marxist-Engels Marxism. Kedua hal tersebut akan menjadi kajian utama dilengkapi dengan kritikan terhadap masing-masing. Untuk memperdalam argumentasi, tulisan ini dibantu oleh sumber-sumber mengenai kedua topik tersebut. 1 J. Guralsky, About Lenin, (Moscow: Progress Publishers, 1956), hlm. 8 2 Vladimir Ilyich , Marx-Engles Marxism , (Moscow: Progress Publishers, 1965), hlm. 96 3 Klara Zetkin, My Recollections of Lenin, (Moscow: Foreign Language Publishing House, 1956), hlm. 31 4 Vladimir Ilyich, Op Cit., hlm. 149 5 Vladimir Ilyich , Marx-Engles Marxism , (Moscow: Progress Publishers, 1965), hlm. 145 6 Paul R. Viotti, and Mark V. Kauppi, International Relations Theory, (New York: Pearson, 2010), hlm. 191
12

Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

Feb 25, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

1

Tugas Summary PIHI

Jurusan/NPM : Ilmu Hubungan Internasional / 1306408725

Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar

Vladimir Ilyich Ulyanov, atau lebih dikenal dengan nama Lenin adalah “Leader

of the Proletariat Revolution”, sebuah gerakan yang menentang kaum borjuis di Russia pada saat

First Comintern Congress di Kremlin, Moskow, Rusia pada bulan Maret 1919.1 Lenin tidak saja

dikenal di negaranya, namun juga di negara-negara tetangga seperti Jerman, Austria dan

Perancis.2 Maka, ia merupakan perwakilan pergerakan kelompok kelas proletar pada saat itu

yang menentang kaum borjuis. Ia adalah penganut paham Marxisme, yang kemudian ia

kembangkan menjadi sebuah pahamnya, yaitu Leninisme. Ia memiliki pandangan bahwa

pemisahan antara teori dan praktik merupakan suatu hal yang tidak logis.3 Dengan demikian,

meskipun ia dipengaruhi oleh Marx yang mengejawantahkan teori-teori, namun Lenin lebih

condong terhadap pelaksanaan dari teori-teori tersebut (praktis). Ia tidak segan-segan untuk

mengatakan bahwa Marx merupakan seorang yang utopis.4 Lenin merupakan Ketua Dewan

Komisar Uni Soviet pertama setelah pembentukan federasi Uni Soviet pada tahun 1922.5 Dari

pelbagai hasil-hasil karyanya, ia memilki buku yang paling dikenal, yaitu Imperialism: The

Highest Stage of Capitalism yang ia tulis pada saat Perang Dunia I.6Lalu, terdapat pula alasan

Lenin memutuskan untuk mengatakan bahwa alasan dimulainya sebuah perang adalah akibat

kapitalisme, sesuai yang tertera dalam karyanya, Marxist-Engels Marxism. Kedua hal tersebut

akan menjadi kajian utama dilengkapi dengan kritikan terhadap masing-masing. Untuk

memperdalam argumentasi, tulisan ini dibantu oleh sumber-sumber mengenai kedua topik

tersebut.

1 J. Guralsky, About Lenin, (Moscow: Progress Publishers, 1956), hlm. 8 2 Vladimir Ilyich , Marx-Engles Marxism , (Moscow: Progress Publishers, 1965), hlm. 96 3 Klara Zetkin, My Recollections of Lenin, (Moscow: Foreign Language Publishing House, 1956), hlm. 31 4 Vladimir Ilyich, Op Cit., hlm. 149 5 Vladimir Ilyich , Marx-Engles Marxism , (Moscow: Progress Publishers, 1965), hlm. 145 6 Paul R. Viotti, and Mark V. Kauppi, International Relations Theory, (New York: Pearson, 2010), hlm. 191

Page 2: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

2

Seorang radikal diasumsikan berasal dari keluarga yang tertindas, namun ini tidak

demikian bagi Lenin.Lenin lahir pada tanggal 10 April 1870 dan memiliki seorang kakak,

Alexander Ulyanov dan empat saudara perempuan.7 Meskipun tidak memiliki anak dengan

Nadehzda Kruspkaya, ia meninggalkan jutaan ‘keturunan’ penganut ideologinya.8 Dalam

beberapa biografi, seperti yang ditulis oleh P. Pospelov, Vladimir Ilyich Lenin, Biografiya,

ditemukan bahwa Lenin memiliki darah keturunan Volga Jerman dari ibunya.9 Sementara dari

bapaknya, ia keturunan dari Kalmuk, yaitu suku penganut Budha yang memiliki ciri fisik

Mongol.10

Maka, dapat diperhatikan , Lenin memiliki fisik mata seperti ras Mongol pada

umumnya. “Lenin” pun bukanlah merupakan nama yang termasuk dalam nama lahirnya. Lenin

merupakan nama penanya, yang pada awalnya didapatkanya dari Lena River di Siberia.11

Ia

merupakan seseorang yang dikenal fasih dalam bahasa-bahasa asing seperti Jerman, Latin, dan

Inggris.12

Lenin dikenal sebagai sosok yang murah senyum dan tidak membeda-bedakan

orang.13

Dalam buku yang ditulis oleh Clara Zetkin, My Recollections of Lenin menyebutkan

bahwa ketika Lenin sedang membawakan pidato, ia selalu memandang para kaum proletar

merupakan bagian dari pendengarnya.14

Selama ia memerintah, Lenin sengaja tidak

menggunakan bodyguard karena ia ingin berinteraksi dan merasakan langsung keadaan

masyarakat sosial yang ada.15

Ia pun pernah mengatakan bahwa seharusnya tidak ada pembuatan

organisasi baru untuk perempuan karena menurutnya semua anggota komunis, baik pria maupun

wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama.16

Disitulah, ia menggarisbawahi bahwa

gerakan separatis perempuan yang gencar dilakukan di negara-negara Barat justru adalah à la

rebours (kontradiksi) dari kesetaraan. Dengan demikian, melihat segala dinamika yang terjadi

saat ia berpolitik, ia pun melontarkan sebuah pernyataan bahwa Perang Dunia I adalah

Imperialist War.17

7 Louis Fischer, The Life of Lenin, (New York: Harper & Row Publishers, 1964), hlm. 1 8 Ibid. 9 Ibid. 10 Ibid. hlm 2 11 Ibid. hlm 5 12Ibid hlm. 12 13 Clara Zetkin, Op Cit., hlm. 14 14 Ibid. 15 Ibid. 16 Ibid. 17 J. Guralksy, Op Cit., hlm. 15

Page 3: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

3

Radikalisme Lenin dimulai ketika ia mendapatkan kakaknya, Alexander yang pada saat

kuliah pada tahun ketiganya, mendapatkan hukuman mati karena tuduhan pencobaan bom bunuh

diri terhadap Alexander III yang merupakan pemimpin Rusia (tsar) pada saat itu.18

Setelah itu, ia

memantapkan tujuan hidupnya, yaitu untuk melawan kapitalisme dan kaum borjuis. Lenin

mengatakan bahwa saat ini terdapat the rule of the vested interest dari negara-negara kapitalis,

seperti Amerika, Jepang, India dan juga Rusia dibawah naungan tsar.19

Dengan bantuan istrinya

yang merupakan tangan kanannya dan juga pengikut Marxisme, ia bertekad untuk membuat

sebuah revolusi working-class.20

Lenin melihat sebuah revolusi working class sebagai suatu hal yang tak terelekkan.

Merujuk pada bukunya yang telah disebutkan di atas, Imperialism: The Highest Stage of

Capitalism. Dari bukunya, ia mengutip dari Hobson bahwa ia setuju alasan dibalik negara

kapitalis melakukan sebuah kolonisasi adalah underconsumption dan overproduction.21

Dengan

adanya overproduction, kapitalisme mengasumsikan hal tersebut sebagai motivasi the use of

values.22

Inilah yang mendorong bangsa kapitalis melakukan sebuah kolonisasi yang nantinya

menyebabkan mereka berperang antarsesama. Selanjutnya, Lenin juga mengutip dari seorang

Sosial-Demokrat asal Jerman, Hilfderding bahwa kebijakan imperialis membuat negara

melakukan monopoli terhadap suatu produksi dan menyudutkan domestic markets dan dengan

itulah muncul keinginan penambahan raw materials sehingga mengakibatkan negara-negara

imperialis tersebut berlomba-lomba mencari ‘mangsa’ untuk dieksploitasi.23

Dari perspektif Karl

Marx, dengan adanya imperialisme justru akan menimbulkan permasalahan yang makin pelik,

dimana para buruh akan di-PHK atau pengurangan upah.24

Maka, the rates of profits justru akan

menurun. Belum lagi dengan adanya the rates of profits tersebut, para proletar atau working-

class akan sadar akan rasa tertindas dan kemungkinan adanya kemungkinan gerakan

revolusioner menentang kaum kapitalis borjuis semakin besar.

18 Ibid hlm.15 19 Clara Zetkin, Op Cit., hlm.13 20 Ibid hlm. 16 21 Viotti dan Kauppi, Op Cit., hlm. 191 22 Paul Zarembka, “Lenin as Economist of Production: A Ricardian Step Backwards” dalam Science & Society, Vol. 67, No.3 (2003), hlm.276-302 23 Viotti dan Kauppi, Op Cit., hlm. 191 24 Vladimir Ilyich, Op Cit., hlm. 150

Page 4: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

4

Berkaitan dengan hal diatas, Lenin menganggap imperalisme didorong dari economic

force.25

Dengan demikian, kemungkinan terjadinya konflik sangatlah besar karena sudah

menyangkut kepentingan ekonomi. Dengan prinsipnya “equal among equals”, Lenin mengkritik

kebijakan imperialisme membawa kesejahteraan.26

Ia pun mengatakan bahwa imperialisme

bukanlah sebuah pilihan. Imperialisme, menurutnya hanya memenuhi kepentingan kaum kapital

yang berada diatas dan menginjak kaum buruh dan proletar.27

Sebagai teoritis sekaligus praktisi, Lenin sangat menghargai keseimbangan diantara

kedua hal itu. Ideologi Lenin juga memikat banyak pemikir, terutama di Third World

Countries.28

Lenin membuktikan banyak teorinya dengan keberhasilan berdirinya Uni Soviet dan

bertahannya federasi tersebut.Lenin pun kerapkali mengkritik sebagian gerakan revolusi yang

bersejarah. Salah satunya adalah Revolusi Prancis. Disitu, terdapat semboyan yang sangat

dikenal yang menjadi pondasi negara Perancis “liberté, égalité, fraternité“ yang menjunjung

tinggi kesetaraan dan kebebasan dianggap merupakan antipoda dari kesetaraan terhadap

working-class itu sendiri.29

Pada akhirnya, ketika Perancis diambil alih setelah revolusi, kaum

borjuis yang menjadi penguasa yang nantinya akan kembali menindas kaum proletar. Dalam

buku Credo, Lenin mengkritik keras penulis karena telah memiliki persepsi yang salah terhadap

asumsi bahwa working-class di Barat tidak turut serta dalam menuntaskan kebebasan politik,

seperti halnya pada Chartist Movement pada tahun 1848 di Perancis, Jerman dan Austria.30

Dengan demikian, Lenin tidak hanya saja mengucapkan kata-katanya, namun juga membuktikan

teori-teori selama ia menjabat sebagai Dewan Komisaris Uni Soviet.

Lalu, Lenin pun sangat menghargai ”the rights of self determination for all nations” dan

segala aneksasi tidak diperbolehkan.31

Dari sudut pandangannya, negara harus saling mengakui

keberadaan satu sama lain, bahkan yang tertekan sekalipun. Misalkan, pada abad ke-19, Belgia

yang masih dalam naungan Belanda harus mengakui keberadaan dari Irlandia sebagai negara

25 Viotti dan Kauppi, Op Cit. hlm. 191 26 Ibid. hlm.192 27 Ibid. 28 Ibid. 29 Ibid. hlm. 92 30 Vladimir Ilyich, Op Cit., hlm. 96 31 Louis Fischer, Op Cit., hlm. 87

Page 5: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

5

yang juga masih di bawah Britania Raya.32

Maka, Lenin tidak mengindahkan aksi-aksi negara

kapitalis dalam kolonisasinya. Tujuan Lenin berbeda dengan negara Barat pada umumnya, yaitu

“the inevitable merging of nation” dengan revolusi sosialis. Jika ditinjau, sebenarnya maksud

dari Lenin pun sama dengan negara-negara Barat, yang berbeda adalah negara kapitalis

menargetkan dalam mendapatkan sumber daya alam untuk dieksploitasi, sementara Uni Soviet

ingin lebih mengarah pada pengaruh ideologis.

Berkaitan dengan di atas, pandangan Lenin tidak selalu sesuai dengan realita yang ada.

Marxisme berargumentasi bahwa pemicu terjadinya perang adalah kapitalisme.33

Dalam

pandangan Lenin, negara dengan monopoly capital memerlukan perang, yaitu antaraliansi

imperial tidak dapat menghindari sebuah perang.34

Namun, hal ini tidak terjadi seperti yang

diharapkan oleh Lenin. Negara-negara komunis, seperti Uni Soviet, RRC dan Vietnam nantinya

terlibat dalam peperangan antarsesama dan mereka tentunya bukanlah bagian dari negara

imperialis.35

Di lain sisi, negara-negara kapitalis dapat hidup berdampingan dengan melakukan

hubungan yang damai.36

Contoh yang lain adalah ketika Britania Raya dan Perancis saling

melakukan konfrontasi di Fashoda, Sudan dengan maksud Britania Raya ingin melakukan

ekspansi pengaruhnya dari Afrika Selatan hingga Mesir, sementara Perancis ingin meluaskan

pengaruhnya dari barat hingga timur Afrika.37

Jika disesuikan dengan teori Lenin mengenai

monopoly capital sebagai pemicu perang dan terjadi perang di tempat itu juga, pemikiran Lenin

ada benarnya. Namun, yang terjadi bukanlah demikian. Britania Raya dan Perancis sama sekali

tidak melakukan perang di Fashoda dan perang baru terjadi 16 tahun kemudian. Perang itu pun

bukan di Afrika, melainkan di Eropa.Maka, pernyataan Lenin terhadap perang yang disebabkan

oleh kapitalisme kurang tepat.

Pada tanggal 9 November 1917, Lenin mengumumkan ‘Decree of Peace’ yang berisikan

Uni Soviet tidak menginginkan melanjutkan perang dan pemerintah akan membuka diplomasi

yang tersirat yang pernah terjadi pada zaman tsar berkuasa dan akan melakukan full publication

32 Ibid. 33 Joseph S. Understanding International Conflicts: An Introduction to Theory and History, (London: Longman, 1997), hlm. 36 34 Ibid. 35 Ibid. 36 Ibid. 37 Ibid. hlm.63

Page 6: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

6

terkait hal tersebut.38

Hal ini merupakan ancaman serius bagi Woodrow Wilson yang pada saat itu

juga melakukan persuasi kepada masyarakat dunia mengenai ‘Wilson’s Fourteen Points’ yang

salah satu butirannya membawa ‘self-determination’, layaknya Lenin. Yang membedakan kedua

tokoh internasional adalah perbedaan ideologi, yaitu komunis dan liberalis. Lenin pun telah

membeberkan perjanjian-perjanjian terselubung yang dilakukan antarnegara Eropa seperti

Perancis dan Inggris saat Perang Dunia I berlangsung.39

Ini mengindikasikan bahwa negara-

negara Eropa saat itu tidak berniat dalam mendukung ‘Wilson’s Fourteen Points’. Permasalahan

dalam terjadinya miskonsepsi antarkedua pemimpin negara tersebut ialah perbedaan latar

belakang ideologis terdapat dari Woodrow Wilson. Wilson dikritisi memiliki one-track mind, di

mana ia mencoba untuk mencocokkan kepingan puzzle (Uni Soviet) ke dalam kumpulan puzzle

lainnya (sistem demokrasi), tetapi selalu kembali berserakan.40

Ini dikarenakan seumur

hidupnya, Wilson dibesarkan dalam demokrasi dan jalar pikirnya pun dipengaruhi oleh ideologi

tersebut.41

Lenin pun, setelah itu, memberikan alternatif dari ide ‘self-determination’ yang

diusung oleh Woodrow Wilson, yaitu dengan mengajak seluruh masyarakat internasional untuk

mengangkat senjata dan serdadu dalam memerangi kapitalis dan imperialis sehingga dapat

memulai world revolution.42

Disini yang dimaksud Lenin dalam world revolution adalah sebuah

gerakan secara besar-besaran yang diikuti oleh kaum proletar dan yang tertindas dalam

memerangi kaum petty-bourgeois yang kapitalis. Menurut Lenin, hanya dengan revolusilah yang

dapat menyelesaikan perang yang acapkali terjadi dan prinsip ‘self-determination’ dapat

dilaksanakan.43

Dalam memahami alasan keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin, diperlukan

pengetahuan terlebih dahulu mengenai wataknya. Lenin merupakan tokoh yang kontroversial. Di

Barat, ia merupakan musuh bagi sistem kapitalis, sementara di Timur ia adalah seorang

pahlawan dan bapak revolusi, terutama bagi Uni Soviet. Ia dikatakan sebagai unchallenged

leader of the party.44

Berkaitan dengan hal tersebut, bagi partai, Lenin merupakan uncrowned

38 Torbjørn Lindstrøm, A history of International Relations theory: An Introduction, (Manchester: Manchester University Press, 1993), hlm. 187 39 Ibid. hlm. 188 40 Louis Fischer, Op Cit., hlm. 300 41 Ibid. 42 Torbjørn Lindstrøm, Op Cit. hlm.188 43 Ibid. 44 Clara Zetkin, Op Cit. hlm. 13

Page 7: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

7

king, its head dan its heart.45

Ini mengindikasikan pentingnya peran Lenin dalam partai komunis

di Uni Soviet. Lenin, seperti Paman Sam di Amerika Serikat, sudah menjadi simbol Uni Soviet,

“a giant spirit of will.46

Ia tinggal di Kremlin, namun pada saat ia menjabat, segala properti yang

ada sangatlah sederhana.47

Dikarenakan sangat simpatik dengan kondisi yang ada di negaranya,

Lenin pernah memberikan makanannya berupa parsel yang dikirimkan oleh rekan-rekannya

kepada orang-orang yang membutuhkannya.48

Ia pun bukanlah seorang yang ignorant, dimana

Lenin tetap dapat berbahasa asing, seperti Jerman, Latin, terutama Inggris kepada pengunjung

Amerika.49

Sebagai Marxist, ia mempercayai ‘ class struggle’, dimana menurutnya perang sipil

merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.50

Jadi, ‘class struggle’ adalah embrio dari

perang sipil. Hal menarik mengenai Lenin adalah ketika ia melakukan kesalahan dan jatuh, ia

pun bangkit dan mencoba lagi.51

Selain itu, Lenin memiliki satu prinsip dan hanya prinsip itulah

yang ia pegang yang membuat pengikutnya sangat kagum.52

Namun, tidak semua berhubungan

dengan kepribadian dalam Lenin adalah positif. Pada saat ia melakukan orasi, ia sering

melakukan pengulangan.53

Ia dikritisi sangat serakah dan haus kekuasaan.54

Lenin pun terlalu

fokus terhadap working-class dan secara kelas saja dan mengabaikan kesejahteraan individu bagi

masyarakat negaranya.55

Maka, banyak sekali kelaparan yang terjadi di Uni Soviet. Lenin dapat

dipuja-puja sebagai pahlawan dan bapak revolusi sosialis, namun ia pun disalahkan dalam

membuat rakyat lebih sengsara dan melarat dari sebelumnya. Ia pun memiliki kebiasaan buruk

merokok secara berlebihan.56

Berkaitan dengan ‘class struggle’, Lenin memiliki teori concentric dictatorship, yaitu

fokusnya terhadap segala aspek dalam kehidupan, seperti sosial, budaya, dan politik diserahkan

45 Victor Chernov, “Lenin” dalam Foreign Affairs, Vol.2, No.3, Council on Foreign Relations (Maret 1924), hlm. 366-372 46 J. Guralsky, Op Cit. hlm.13 47 Clara Zetkin, Op Cit. hlm . 15 48 J. Guralsky, Op Cit. hlm. 38 49 Ibid. hlm. 119 50 Chernov, Loc Cit. 51 Ibid. 52 Ibid. 53 Ibid. 54 Ibid. 55 Ibid. 56 Clifford M. Foust, “Lenin” dalam The University of North Carolina Press, Vol. 46, No.4, University of North Carolina Press (Januari 1963) hlm. 135-141

Page 8: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

8

penuh oleh pemerintah pusat.57

Namun, ini bertentangan dengan aplikasi Theory of Dictatorial

Socialism dimana dalam sosialisme yang murni, terdapat demokrasi ekonomi.58

Dengan tetap

memakai sistem yang dianut Lenin, bukan tidak mungkin terjadi berbagai clash dan

menghancurkan partai itu sendiri dari dalam.59

Maka, berdasarkan analisa dari teori yang ada,

dalam praktiknya, komunisme akan menghadapi clash dalam internalnya jika tidak dibarengi

adanya demokrasi ekonomi.

Lalu, keberhasilan Lenin dalam mendapatkan simpati massa di negaranya adalah kualitas

kepribadiannya. Kualitas yang ia miliki bermain penting dalam mewujudkan pergerakan-

pergerakan radikalnya yang menentang keras kapitalisme. Ia memiliki rahasia dalam memenuhi

kualitas kepribadiannya tersebut. Rahasia dalam pengaruhnya adalah bukanlah dikarenakan ia

dapat menggerakan massa sebagai pemimpin, tapi ia dapat menempatkan dirinya sebagai bagian

dari massa dan memimpin massa tersebut pada saat bersamaan.60

Dengan demikian, berpegang

dari sifatnya yang sangat peka, ia dapat menjadi pemimpin dari sebuah negara federasi dengan

populasi 160 juta jiwa.61

Dari populasi Uni Soviet tersebut, 80 persen dari mereka adalah dari

working-class, kelas proletar. 62

Lenin mempercayai pergerakan didasarkan dari working-class, dimana tidak ada

pemisahan yang ketat antara buruh dan pemimpin revolusi intelektual.63

Tidak seperti pada

umumnya, pemimpin yang memiliki ‘garis pemisah’ dengan massa, Lenin terus menerus

menetapkan dirinya sebagai bagian dari massa. Dalam perspektif liberal, hak-hak seperti free

speech dan demokrasi bukan merupakan kepentingan para proletar.64

Menurut para ekonom

liberal, para buruh hanya dapat menunggu hingga terjadi sosialisasi alat-alat produksi. Lenin

melihat ini sebagai ancaman keterbelakangan organisasi politik. Dengan demikian, ia

menyatakan kaum borjuis sebagai musuh dari proletar. Kaum proletar berdiri sebagai kaum

57Chernov, Loc Cit. 58 Ibid. 59 Ibid. 60 Maurice Dobb, “Lenin” dalam The Slavonic and East European Review, Vol. 19, No. 53/54, The Slavonic Year-Book (1939-1940) hlm. 34-54 61 Ibid. 62 Louis Fischer, Op Cit., hlm. 310 63 Maurice Dobb, Loc Cit. 64 Ibid.

Page 9: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

9

oposisi sekaligus sebagai pressure group karena kaum proletar berhak dalam berpartisipasi

dalam politik.65

Dalam salah satu karyanya, yaitu State and Revolution, menjelaskan mengenai teori

sebuah negara. Teori tersebut merupakan sebuah ironi dari paham kiri, yaitu gerakan

emansipatoris dan anti-state. 66

Padahal, ini bertolak belakang dengan paham sosialis-komunis.

Maka, konsep dari Lenin tersebut memiliki sebuah kelemahan, yaitu negara sosialis yang

terstruktur yang menggambarkan Marx dan Lenin yang radikal, tapi di saat yang bersamaan

menganut aspek liberalisme, seperti direct democracy.

Kritik terus dilontarkan oleh para liberal terhadap Leninimisme. Tragedi Stalin selama ia

menjabat sebagai pemimpin Uni Soviet merupakan kesalahan dari Lenin.67

Lenin memberi

pengaruh buruk. Dalam jurnalnya “Lenin: a new biography”, Dmitri Volkogonov mengatakan

komunis menjadikan seseorang yang menganggap hal yang amoral menjadi moral, hanya

sekedar karena kepentingan partai. Ia sampai mengatakan bahwa Presiden Rusia Boris Yeltsi

harus ‘menghancurkan’ kekuatan pengaruh dari pemimpin Bolshevik tersebut dan menguburkan

muminya di mausoleum.68

Keganasan Lenin dianggap menjadi penyebab terjadinya perang sipil

di Rusia dan bukan sebaliknya.69

Akan tetapi, hal ini masih menjadi perdebatan yang panas

hingga sekarang. Volkogonov dituding telah mengecam Lenin hanya untuk menjatuhkan

reputasinya oleh para pengikut Leninisme.70

Dengan demikian, berdasarkan kritik diatas, Lenin

merupakan pahlawan sekaligus musuh bagi masyarakat dunia, tergantung dari sudut pandangan

melihat sosok Lenin yang sangat kontroversial.

Akhirnya, Lenin merupakan tokoh yang sangat polemik. Lenin memiliki beberapa

pandangan yang baik untuk menjalankan sebuah negara, namun ia juga memiliki

kesalahpahaman terhadap realita sosial yang ada. Kepribadian Lenin yang sangat merendah dan

peka terhadap rakyatnya menyebabkan banyak pengikutnya terus mengagumi kekukuhannya

dalam membentuk sebuah negara sosialis-komunis dan terus menyebarkan pengaruh pahamnya

65 Ibid. 66 Mel Rothenberg, “Lenin on the State” dalam Science & Society, Vol. 59, No.3, Gulford Press (1995) hlm.418-436 67 Dmitri Volkogonov, “Lenin: a new biography” dalam Canadian Journal of History, Vol.31. No.1, Canadian Journal of History (1996) hlm. 125-129 68 Ibid. 69 Ibid. 70 Ibid.

Page 10: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

10

ke segala penjuru dunia. Dengan demikian, konsistensi keseimbangan Lenin dalam menuliskan

pemikiran-pemikirannya dan juga menjalakannya (praktis) mendukung ide-idenya mengenai

imperialisme dan penyebab perang, sehingga menjadikannya seorang pemimpin yang dapat

secara langsung membuktikan pemikirannya di lapangan.

Page 11: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

11

DAFTAR REFERENSI

Guralsky, J. About Lenin. Moscow: Progress Publishers, 1956

Ilyich , Vladimir. Marx-Engles Marxism .Moscow: Progress Publishers, 1965

Zetkin, Clara. My Recollection of Lenin. Moscow: Foreign Publishing House, 1956

Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi. International Relations Theory. New York : Pearson

Education Inc., 2010

Fischer, Louis. The Life of Lenin. New York: Harper & Row Publishers, 1964

Nye, Joseph S. Understanding International Conflicts: An Introduction to Theory and History.

London: Longman, 1997

Knutsen, Torbjørn Lindstrøm. A history of International Relations theory: An Introduction.

Manchester: Manchester University Press, 1993

Chernov, Victor “Lenin”. Foreign Affairs 2.3 (1924): 366-372

Foust, Clifford M. “Lenin” .The University of North Carolina Press 46.4 (1963) : 135-141

Dobb, Maurice. “Lenin”. The Slavonic and East European Review 19.53/54 (1939-1940): 34-54

Rothenberg, Mel. “Lenin on the State”. Science & Society.59.3 (1995): 418-436

Zarembka, Paul. “Lenin as Economist of Production: A Ricardian Step Backwards”. Science &

Society. 67.3 (2003) 276-302

Volkogonov, Dmitri. “Lenin: a new biography”. Canadian Journal of History. 31.1 (1996) 125-

129

Page 12: Summary Tokoh PIHI "Vladimir Ilyich Ulyanov “Lenin”—Suara Revolusi Proletar"

12