SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA BAB VII PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) Penyusun: TIM PENGEMBANG SUMBER BELAJAR PLB-FIP- UNESA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
40
Embed
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA …sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Pendidikan... · tentang suatu masalah dan mengambil tindakan untuk menyelesaikannya.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
BAB VII
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Penyusun:
TIM PENGEMBANG SUMBER BELAJAR PLB-FIP- UNESA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
1
BAB VII
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A. PENDAHULUAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat menguasai materi, struktur,
konsep dan pola pikir keilmuan terkait penelitian tindakan kelas. serta menguasai
materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu
1. Kompetensi Inti
Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu
2. Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok Kompetensi Dasar (KKD).
Menguasai Konsep, merencanakan, dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK):
a. Menguasai pengertian PTK
b. Menguasai tujuan dan manfaat PTK
c. Menguasai karakteristik PTK
d. Menguasai prinsip PTK
e. Menguasai penetapan fokus masalah PTK
f. Menguasai perencanaan tindakan
g. Menguasai pelaksanaan tindakan
h. Menguasai pengamatan dan pengumpulan data
i. Menguasai refleksi data
j. Menguasai Tindak reflektif
B. Materi
1. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003) dan Nur (2001) Penelitian
tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) didefinisikan sebagai
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
2
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat (Unesa, 2013) Senada dengan pengertian tersebut Mills (2003)
berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu proses penemuan simultan
tentang suatu masalah dan mengambil tindakan untuk menyelesaikannya. Suatu proses
yang disengaja, berkelanjutan, rekursif, dan dinamis. Guru meneliti dan mengambil
tindakan yang disengaja dan etis di kelas tertentu dalam konteks untuk meningkatkan
pengajaran/pembelajaran.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam PTK guru sebagai peneliti bertindak
sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan. PTK tidak sekedar
penyelesaian masalah, melainkan juga memiliki misi perubahan dan peningkatan. PTK
bukanlah penelitian yang dilakukan terhadap seseorang, melainkan penelitian yang
dilakukan oleh praktisi terhadap kinerjanya untuk melakukan peningkatan dan
perubahan terhadap hal-hal yang sudah mereka lakukan. PTK bukanlah semata-mata
menerapkan metode ilmiah di dalam pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis,
melainkan lebih memusatkan perhatian pada perubahan baik pada peneliti (guru)
maupun pada situasi tempat mereka bekerja.
Dalam konteks pendidikan khusus Wansart (1995 dalam Bruce & Pine, 2010)
menegaskan bahwa PTK dalam pendidikan khusus harus bergerak melampaui
pendekatan defisit berbasis penelitian, temuan penelitian dibangun berdasarkan
kemampuan dan prestasi anak-anak. Guru menemukan 'kemampuan melalui
pengamatan sistematis, memperhatikan perilaku siswa yang dibentuk sesuai
kapasitasnya. Fokus kemampuan merupakan bentuk aksi sosial yang memiliki kekuatan
untuk mengubah bagaimana guru melihat siswa dan bagaimana siswa melihat diri
mereka sendiri. penelitian tindakan kelas dalam pendidikan khusus harus tentang
kemampuan siswa, advokasi, dan perubahan yang berarti dalam cara kita mengajar.
Alur berpikir PTK yang demikian penting bagi guru PK karena membantu mereka dalam
hal: memahami secara lebih baik tentang pembelajarannya, mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan, sekaligus dapat melakukan tindakan untuk
meningkatkan belajar siswanya. Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah
menjalankan misinya sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2) melakukan
pengembangan profesi berupa penulisan karya ilmiah dari hasil PTK, sekaligus (3)
3
melakukan ikhtiar untuk peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran sebagai
bagian tanggungjawabnya.
b. Tujuan dan Manfaat PTK
1) Tujuan PTK
Berdasarkan uraian sebelumnya dan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
tujuan PTK adalah
a) Untuk memperbaiki kinerja pembelajaran guru itu sendiri melalui refleksi diri,
melakukan perubahan untuk peningkatan proses dan hasil belajar siswanya
secara praktis dan langsung
b) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan guru dalam memecahkan
masalah aktual pembelajaran melalui kajian bidang keilmuan dan metode PTK
c) Memberdayakan guru menjadi guru peneliti yang kreatif dan inovatif
d) Meningkatkan kualitas masukan, proses, isi, dan hasil pembelajaran di sekolah
e) Meningkatkan kerja sama antara sekolah, LPTK, Kemendikbud Pusat dan
Daerah, stakeholder, khususnya kerjasama antara guru-dosen-
mahasiswa/calon guru-dan praktisi pendidikan.
f) Sarana bagi guru menemukan pengetahuan baru melalui penelitian sesuai
konteks pembelajarannya yang memungkinkan untuk berbagi dengan teman
lain (temuan PTK tidak dapat digeneralisasikan, namun dapat ditransfer untuk
masalah/kondisi sejenis/bersifat lokal)
g) Wahana bagi guru untuk meningkatkan kinerja professionalnya dan untuk
kenaikan pangkat yang lebih tinggi (Tujuan Antara).
2) Manfaat dan Keterbatasan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi guru,
pembelajaran, maupun bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru antara lain sebagai: a)
Penelitian Tindakan Kelas dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran
yang dikelolanya; b) Guru dapat berkembang secara profesional, karena dapat
menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya melalui PTK; c) Penelitian Tindakan Kelas meningkatkan rasa percaya diri
guru; d) Penelitian Tindakan Kelas memungkinkan guru secara aktif mengembangkan
4
pengetahuan dan keterampilan.
Manfaat PTK bagi pembelajaran/siswa adalah untuk meningkatkan proses dan hasil
belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para
siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah, PTK membantu
sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan
proses pendidikan di sekolah tersebut.
Keterbatasan PTK terutama terletak pada validitasnya yang tidak mungkin
digeneralisasikan karena sasarannya terbatas pada kelas dari guru yang berperan
sebagai pengajar dan peneliti. PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat berlangsung
dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain, dukungan semua personalia
sekolah, iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan kepada para guru untuk
berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai di antara personalia
sekolah, dan juga saling persaya antara guru dengan siswa. Birokrasi yang terlampau
ketat merupakan hambatan bagi PTK.
c. Karakteristik PTK
PTK memiliki karakteristik atau ciri khas yang dapat membedakannya dengan jenis
penelitian yang lain, sebagai berikut.
a) Self-reflective inquiry, PTK merupakan penelitian reflektif, karena dimulai dari
refleksi diri yang dilakukan oleh guru. Refleksi dapat dilakukan guru dengan bertanya
kepada diri sendiri, misalnya: (1) Apakah penjelasan saya sesuai dengan kemampuan
ABK? (2) Apakah saya sudah memberi contoh sesuai kapasitas ABK? (3) Apakah saya
sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa? (4) Apakah saya sudah
memberi latihan yang memadai? (4) Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri
balikan? (5) Apakah bahasa saya dapat dipahami siswa ABK?
b) Berpijak dari pertanyaan-pertanyaan guru sesuai konteks, guru akan dapat
memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi dan akan mencoba mencari
jalan keluar untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa.
c) PTK dilaksanakan untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran bertahap dan
bersiklus, meliputi: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi, berdasarkan
hasil revisi dilaksanakan siklus berikutnya secara berulang.
5
d) PTK merupakan upaya kolaboratif/kerjasama antara guru/calon guru dengan siswa-
siswanya; guru dengan kepala sekolah dengan perspektif yang berbeda. Guru dan
kepala sekolah memperbaiki kinerja profesionalnya, siswa untuk meningkatkan hasil
belajarnya. Kerja sama tersebut dapat dikatakan bersifat partisipatoris karena setiap
anggota mengemban peran masing-masing.
e) PTK merupakan perbaikan pembelajaran praktis dan langsung. Oleh karena itu,
banyak kalangan menanamkan PTK sebagai penelitian praktis (practical inquiry).
f) PTK memusatkan perhatian pada permasalahan yang spesifik dan kontekstual,
sample penelitian kurang representative. Temuan PTK tidak dapat digeneralisasikan
karena bersifat kasuistik/permasalahan local. Temuan dapat namun dapat
ditransfereble pada latar sekolah sejenis tetapi
g) Guru pelaksana PTK akan menemukan metode yang tepat yang dibangun sendiri
melalui tindakan yang telah diuji keberhasilannya dalam proses pembelajaran.
Artinnya guru akan mampu menghasilkan teori sehingga guru disebut the theorizing
practitioner (Tim Penataran PTK, 2013).
h) PTK bersifat self-evaluatif, yakni kegiatan modifikasi praktis yang dilakukan secara
kontinu, dievaluasi dalam situasi yang terus berjalan dengan tujuan akhir
peningkatan perbaikan pembelajaran dalam praktik nyata (Depdikbud, 1999)
d. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Tindakan, Penelitian Kelas, dan
Penelitian Formal
Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) berbeda dengan penelitian kelas
(classroom research), penelitian tindakan, dan penelitian formal. PTK termasuk salah
satu jenis penelitian tindakan (terdapat empat jenis penelitian tindakan: tindakan kelas,
tindakan kolaboratif, tindakan kritis, dan tindakan partisipatoris). Menurut Hamid
(2009) karakteristik PTK sama dengan penelitian tindakan karena PTK merupakan bagian
dari penelitian tindakan. Berdasarkan tempatnya PTK dapat dimasukkan dalam
penelitian kelas karena penelitian tersebut dilakukan di dalam kelas. Namun, PTK
berbeda dengan penelitian kelas. Karakteristik penelitian kelas berbeda dengan PTK.
Penelitian kelas dapat dilaksanakan dengan tiga jenis pendekatan penelitian (kuantitatif,
kualitatif, dan campuran) dengan pilihan berbagai jenis penelitian (korelasi,
eksperimen, expostfacto, survey, tindakan, analisis isi, ethnografi, dsb.) Penelitian kelas
6
umumnya dilakukan oleh peneliti orang luar. Sementara itu PTK dilakukan oleh guru
sendiri untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kelasnya. PTK tidak dapat
digeneralisasikan. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian kelas nampak
pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 menunjukkan perbedaan PTK dengan penelitian formal.
Tabel 4.1. Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas
No. Aspek Penelitian Tindakan
Kelas
Penelitian Kelas
1 Peneliti Guru Orang luar
2 Rencana
penelitian
Oleh guru (mungkin
dibantu orang luar)
Oleh peneliti
3 Munculnya
masalah
Dirasakan oleh guru Dirasakan oleh orang
luar/peneliti
4 Ciri utama Ada tindakan untuk
perbaikan yang berulang
Belum tentu ada
tindakan perbaikan
5 Peran guru Sebagai guru dan
peneliti
guru (subyek penelitian)
6 Tempat
penelitian
Kelas Kelas 7 Proses peng-
kumpulan
data
Oleh guru sendiri atau
bantuan orang lain
Oleh peneliti
8 Hasil penelitian Langsung dimanfaatkan
oleh guru, dan
dampaknya dapat
dirasakan oleh siswa
Menjadi milik peneliti,
belum tentu
dimanfaatkan oleh guru
Tabel 4.2. Perbedaan Karakteristik PTK dan Penelitian Formal
No. Dimensi Pen Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Formal
1 Motivasi Perbaikan Tindakan Kebenaran
7
2 Sumber
masalah
Diagnosis status Induktif-deduktif 3 Tujuan Memperbaiki atau
menyelesaikan masalah
lokal
Mengembangkan, menguji
teori,
Menghasilkan pengetahuan
local 4 Peneliti Pelaku guru
Perlu pelatihan untuk
Melakukan
Pelaku orang luar yang
berminat
Perlu pelatihan intensif 5 Sampel Kasus khusus Sampel yang representative 6 Metode Longgar tetapi berusaha
obyektif-jujur-tidak
memihak (impartiality)
Baku dengan obyektivitas dan
ketidakberpihakan terintegrasi
(build in objectivity
andimpartially) 7 Penafsiran
hasil
Penelitian
Untuk memahami praktek
melalui refleksi oleh praktisi
pendeskripsian,
mengabstraksi, penyimpulan
dan pembentukan teori oleh
ilmuwan. 8 Hasil Akhir Siswa belajar lebih baik
(proses dan produk)
Pengetahuan, prosedur atau
materi yang teruji 9. Generalisa
si
Terbatas atau tidak
dilakukan
Dilakukan pada populasi luas
(Sumber : Fraenkel, 2011, hal. 595)
e. Prinsip PTK
Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut.
a) Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di
dalam situasi rutin. Oleh karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu mengubah
situasi rutin/alami yang terjadi. Jika PTK dilakukan di dalam situasi rutin hasil
yang diperoleh dapat digunakan secara langsung oleh guru tersebut.
b) Penelitian Tindakan Kelas dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki
kinerja peneliti (guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena
menyadari adanya kekurangan di dalam kinerja dan karena itu ingin melakukan
perbaikan.
c) Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga hal. (1) guru perlu
menyadari bahwa tindakan pembelajaran baru, kemungkinan hasilnya tidak
sesuai dengan yang dikehendaki. (2), siklus tindakan dilakukan selaras dengan
keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, (3) penetapan siklus tindakan
dalam PTK mengacu pada penguasaan kompetensi yang ditargetkan pada
8
tahap perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK bukan ditentukan oleh
ketercukupan data yang diperoleh peneliti, melainkan mengacu kepada
seberapa jauh tindakan yang dilakukan itu sudah dapat memperbaiki kinerja .
d) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas sejauh mungkin menggunakan prosedur
pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif
berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat
menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya.
e) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas sejauh mungkin menggunakan prosedur
pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif
berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat
menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya.
f) Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta
memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang
dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya memperbolehkan
kelonggaran, namun penerapan asas- asas dasar tetap harus dipertahankan
g) Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah yang
cukup merisaukannya. Pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen
profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
h) Guru dalam menyelenggarakan PTK, harus selalu bersikap konsisten, memiliki
kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anak-anak
manusia, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasional, sehingga
penyelenggaraannya harus mengindahkan tata-krama kehidupan
9
berorganisasi.
i) Kelas meskipun merupakan cakupan tanggungjawab seorang guru, namun
pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom- exceeding
perspective. Ini berarti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas
dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah
secara keseluruhan.
j) Dalam konteks pendidikan khusus PTK harus mempertimbangkan variabilitas
anak berkebutuhan khusus, mencakup: karakteristik, kemampuan, dan
kapasitas individu siswa.
f. Penetapan Fokus Masalah PTK
Masalah pembelajaran yang dihadapi dan harus diatasi guru PK di kelas cukup
kompleks, melalui penelitian tindakan kelas guru PK dan praktisi/profesional pendidikan
berpeluang untuk membuat perubahan yang berarti dalam upaya memperbaiki kualitas
pembelajaran berdasarkan data belajar siswa. Di samping itu terdapat permasalahan
penting yang dialami oleh komunitas disabilitas yang dapat diatasi dengan penelitian
tindakan. Selain menangani hasil belajar di kelas, penelitian tindakan cocok untuk
mengatasi isu-isu keadilan sosial yang dialami oleh individu/komunitas disabilitas yang
lebih sistemik (misalnya: di sekolah inklusi masalah diskriminasi, pembagian kelompok,
sarana prasarana dan sebagainya.
Berdasarkan refleksi terhadap publikasi penelitian tindakan dalam pendidikan
khusus Bruce & Pine (2010) menyimpulkan bahwa terdapat empat tema penting dalam
penelitian tindakan studi pendidikan khusus, yaitu : (1) asesmen dan pembelajaran
berdasarkan materi matapelajaran/bidang studi; (2) mendukung peningkatan perilaku
dan hasil sosialisasi; (3) masalah pendidikan inklusi; dan (4) memperkuat suara-suara/
keluhan anak-anak berkebutuhan khusus. Hal penting yang perlu ditambahkan sebagai
bahan kajian PTK-PK adalah masalah-masalah disporposional. Dalam level kelas misalnya
masalah pembagian kelompok (kelompok pintar, sedang, kurang). Di Indonesia masalah
PTK yang diteliti guru dalam pendidikan khusus mengarah pada masalah pembelajaran
sesuai jenis-jenis matapelajaran (IPA, Matematika, IPS, Bahasa, agama, Seni dan Budaya)
berkaitan dengan penerapan metode baru, strategi, media. asesmen masih jarang diteliti,
10
demikian juga masalah inklusi. Masalah peningkatan perilaku diteliti dengan metode
single subject research (SSR).
Dikmenum (1999) menentukan scope PTK dalam tiga level yaitu: (1) level makro
(misalnya Meningkatkan angka partisipasi ABK di SD/MI), (2) Level sekolah (misalnya
pelibatan orang tua ABK dalam pengajaran remedial); dan (3) level Kelas
(Peningkatanliterasi awal ABK di sekolah inklusi). Menurut Dirjen PT (2003) dan Dikten
Dikti (2006) terdapat enam kelompok bidang kajian PTK, meliputi: (1) masalah belajar
(mis, Memperbaiki pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan
analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,serta
definisi istilah bila dianggap perlu. Urutan penyajian bisa disusun
sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah,
analisis masalah, dan pentingnya masalah untuk diselesaikan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional (bila perlu)
(7) Bab II Kajian Pustaka
Kajian Pustaka menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang
relevan yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti
membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu
dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan
dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri
dengan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis. Urutan penyajian
yang bisa digunakan adalah sebagai berikut
A. Kajian Teoritis
B. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
C. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan,
peneliti)
D. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
E. Perumusan Hipotesis Tindakan
(8) Bab III Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
28
Bab ini berisi unsur-unsur seperti deskripsi lokasi, waktu, mata
pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagaisubjek penelitian.Selain
itu, bab ini juga menyajikan gambaran tiap siklus: rancangan,
pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi
hipotesis dan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional
dan feasible serta collaborative. Urutan penyajian bisa disusun sebagai
berikut:
A. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan
karakteristik siswa)
B. Deskripsi per Siklus (rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengum-
pulan data/instrument, refleksi)
(9) Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV menyajikan uraian tiap-tiap siklus dengan data lengkap, mulai
dari perencanaan,pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dankelemahan yang terjadi.
Perlu ditambahkan hal yang mendasar yaitu hasil perubahan
(kemajuan)pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi dan
aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar.Kemukakan grafik dan tabel
secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan
yangterjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas.
A. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan, refleksi),
keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data)
B. Pembahasan dari tiap siklus
(10) Bab VSimpulan dan Saran
A. Simpulan
B. Saran
(11) Daftar Pustaka
(12) Lampiran
29
REFERENSI
Arends, R. I. (2002). Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw-Hill Companies.
Bruce, S. M. & Pine, G. J. (2010). Action Research in Special Education : An Inquiry Approach for Effective Teaching and Learning. New York and London: Teacher College Columbia University
Direktorat Ketenagaan. (2006). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Direktoran Pendidikan Menengah Umum. (1999). Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Falk-Ross, F. C., & Cuevas, P. (2008). Getting the big picture: An overview of the teacher research process. In C. A. Lassonde & S. E. Israel (Eds.), Teachers Taking Action: A Comprehensive Guide to Teacher Research, Chapter 2. Newark, DE: International Reading Association
Frankel, J. 2011. How to Design and Evaluate Research in Educatory. New York: McGraw-Hill
Hamid, A. A. (2009). Penelitian Tindakan, Penelitian Kelas, dan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: P2IS.
Hopkins, D. (1993). A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.
Kemmis & Taggart. (1988). The Action Research Planner. Geelong Victoria: Deakin University Press.
McNiff, J. and Whitehead, J. (2006) All You Need to Know about Action Research. London, Sage.
Mettetal, G. (2003). Improving Teaching through Classroom Action Research. Essays on Teaching Excellence: Toward the Best in Academy 14(7).
Millis, G. E. (2003). Action Research: A Guide for The Theacer Researcher, Second Edition, Ohio: Merrill Prentice Hall.
Nur, M. (Agustus, 2005). Pelatihan Asesmen dalam Pembelajaran. Nur. M, Asesmen Komprehensif dan Berkelanjutan. Pelatihan diselenggarakan oleh Jurusan Biologi FMIPA Unesa, Surabaya.
PSG Unesa. (2013). Modul PLPG Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru: Guru Pendidikan Luar Biasa. Yuliyati. (2001). Pembelajaran Menulis dengan Strategi Menulis Proses dan Metode
Maternal Reflektif (MMR) Siswa Kelas IV Sekolah Luar Biasa Tunarungu Karya Mulia I Surabaya (Tesis Magister tidak diterbitkan). UM, Malang.
KUNCI JAWABAN: 1) D 2. B 3. A 4. D 5. D 6. A 7. C 8. A 9. D 10. B
D. REFERENSI
Arends, R. I. (2002). Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw-Hill Companies.
Bruce, S. M. & Pine, G. J. (2010). Action Research in Special Education : An Inquiry Approach for Effective Teaching and Learning. New York and London: Teacher College Columbia University
Direktorat Ketenagaan. (2006). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Direktoran Pendidikan Menengah Umum. (1999). Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Falk-Ross, F. C., & Cuevas, P. (2008). Getting the big picture: An overview of the teacher research process. In C. A. Lassonde & S. E. Israel (Eds.), Teachers Taking Action: A Comprehensive Guide to Teacher Research, Chapter 2. Newark, DE: International Reading Association
Frankel, J. 2011. How to Design and Evaluate Research in Educatory. New York: McGraw-Hill
Hamid, A. A. (2009). Penelitian Tindakan, Penelitian Kelas, dan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: P2IS.
Hopkins, D. (1993). A Teacher Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.
Kemmis & Taggart. (1988). The Action Research Planner. Geelong Victoria: Deakin University Press.
Nama :
No. Peserta :
Kelas :
31
McNiff, J. and Whitehead, J. (2006) All You Need to Know about Action Research. London, Sage.
Mettetal, G. (2003). Improving Teaching through Classroom Action Research. Essays on Teaching Excellence: Toward the Best in Academy 14(7).
Millis, G. E. (2003). Action Research: A Guide for The Theacer Researcher, Second Edition, Ohio: Merrill Prentice Hall.
Nur, M. (Agustus, 2005). Pelatihan Asesmen dalam Pembelajaran. Nur. M, Asesmen Komprehensif dan Berkelanjutan. Pelatihan diselenggarakan oleh Jurusan Biologi FMIPA Unesa, Surabaya.
PSG Unesa. (2013). Modul PLPG Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru: Guru Pendidikan Luar Biasa. Yuliyati. (2001). Pembelajaran Menulis dengan Strategi Menulis Proses dan Metode
Maternal Reflektif (MMR) Siswa Kelas IV Sekolah Luar Biasa Tunarungu Karya Mulia I Surabaya (Tesis Magister tidak diterbitkan). UM, Malang.