SUKUK RETAIL BASED ON MOBILE PAYMENT: MENINGKATKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR MELALUI OPTIMALISASI DAN KOMBINASI TELEPON SELULER DAN SUKUK RETAIL Muhammad Idris Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tazkia Bogor Tiara Nirmala Dosen FEB Unversitas Lampung ABSTRAK Infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur berfungsi untuk memperkuat konektivitas antar wilayah dan menjamin mobilitas barang dan jasa sehingga akan berimplikasi positif bagi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi sebagian besar negara-negara berkembang memiliki permasalahan dalam ketersediaan infrastruktur yang memadai dikarenakan keterbatasan kemampuan negara untuk membiayai proyek infrastruktur dan rendahnya tingkat investasi pada sektor infrastruktur. Oleh karena itulah diperlukan suatu inovasi baru dalam melakukan pembangunan infrastruktur melalui optimalisasi instrumen ekonomi dan teknologi serta instrumen lain yang terkait. Mobile payment merupakan sebuah inovasi baru dalam sektor financial service. Berdasarkan penelitian, sistem ini sudah mampu mengambil 2-3 persen transaksi harian dan diperkirakan pada tahun 2015 pemakainaya akan meningkat sebesar 709 juta pengguna dan nilai transaksi mencapai US$ 215 miliar. Oleh karena itulah konsep Sukuk Berbasis Mobile Payment merupakan sebuah gagasan yang ditawarkan oleh penulis dalam rangka meningkatkan investasi infrastruktur dengan cara memperluas public fund yang berasal dari customer telepon seluler melalui kombinasi konsep mobile payment dan struktur sukuk ritel. Konsep ini mencakup tiga aspek penting, yaitu, pertama, memberikan akses kepada informasi instrumen investasi, kedua, memberikan akses ke financial service untuk berinvestasi bagi bankable dan unbankable customer melalui skema musyarakah antar customer dan skema wakalah dengan operator seluler kemudian skema mudharabah dengan bank syariah,ketiga, memiliki kontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi melalui terciptanya akumulasi modal, mobilisasi customer telepon seluler sebagai potensial investor, dan adopsi dari pengembangan teknologi. Kata Kunci: sukuk retail, mobile payment, infrastruktur, financial service, akses informasi, pertumbuhan ekonomi, public fund, bankable I. PENDAHULUAN Salah satu permasalahan yang dihadapi negara berkembang adalah ketersediaan infrastruktur. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang dalam pembangunan ekonominya adalah ketersediaan infrastruktur. Infrastruktur berfungsi dalam mendukung aktivitas ekonomi dan memperkuat konektivitas antar daerah yang selanjutnya akan memiliki dampak dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebagian besar negara-negara berkembang termasuk Indonesia memiliki permasalahan mendasar yaitu minimnya ketersediaan dana negara dan investasi untuk pembangunan infrastruktur.
16
Embed
sukuk retail based on mobile payment: meningkatkan investasi ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SUKUK RETAIL BASED ON MOBILE PAYMENT:
MENINGKATKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR MELALUI
OPTIMALISASI DAN KOMBINASI TELEPON SELULER
DAN SUKUK RETAIL
Muhammad Idris
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tazkia Bogor
Tiara Nirmala Dosen FEB Unversitas Lampung
ABSTRAK
Infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Infrastruktur berfungsi untuk memperkuat konektivitas antar wilayah dan menjamin mobilitas barang
dan jasa sehingga akan berimplikasi positif bagi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi sebagian besar
negara-negara berkembang memiliki permasalahan dalam ketersediaan infrastruktur yang memadai
dikarenakan keterbatasan kemampuan negara untuk membiayai proyek infrastruktur dan rendahnya
tingkat investasi pada sektor infrastruktur. Oleh karena itulah diperlukan suatu inovasi baru dalam
melakukan pembangunan infrastruktur melalui optimalisasi instrumen ekonomi dan teknologi serta
instrumen lain yang terkait.
Mobile payment merupakan sebuah inovasi baru dalam sektor financial service. Berdasarkan
penelitian, sistem ini sudah mampu mengambil 2-3 persen transaksi harian dan diperkirakan pada
tahun 2015 pemakainaya akan meningkat sebesar 709 juta pengguna dan nilai transaksi mencapai US$
215 miliar. Oleh karena itulah konsep Sukuk Berbasis Mobile Payment merupakan sebuah gagasan
yang ditawarkan oleh penulis dalam rangka meningkatkan investasi infrastruktur dengan cara
memperluas public fund yang berasal dari customer telepon seluler melalui kombinasi konsep mobile
payment dan struktur sukuk ritel. Konsep ini mencakup tiga aspek penting, yaitu, pertama,
memberikan akses kepada informasi instrumen investasi, kedua, memberikan akses ke financial
service untuk berinvestasi bagi bankable dan unbankable customer melalui skema musyarakah antar
customer dan skema wakalah dengan operator seluler kemudian skema mudharabah dengan bank
syariah,ketiga, memiliki kontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi melalui terciptanya
akumulasi modal, mobilisasi customer telepon seluler sebagai potensial investor, dan adopsi dari
pengembangan teknologi.
Kata Kunci: sukuk retail, mobile payment, infrastruktur, financial service, akses informasi,
pertumbuhan ekonomi, public fund, bankable
I. PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan yang dihadapi negara berkembang adalah ketersediaan infrastruktur.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang dalam pembangunan ekonominya
adalah ketersediaan infrastruktur. Infrastruktur berfungsi dalam mendukung aktivitas ekonomi dan
memperkuat konektivitas antar daerah yang selanjutnya akan memiliki dampak dalam pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Sebagian besar negara-negara berkembang termasuk Indonesia memiliki
permasalahan mendasar yaitu minimnya ketersediaan dana negara dan investasi untuk pembangunan
infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek utama dalam proses percepatan
pembangunan nasional. Selain itu infrastruktur juga berperan dalam penting dalam menggerakkan
roda perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat gerak laju
pertumbuhan perekonomian suatu negara tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti
transportasi, telekomunikasi, sanitasi dan energi. Oleh karena itu, pembangunan pada sektor
infrastruktur menjadi fondasi penting dari pembangunan ekonomi selanjutnya. Pentingnya percepatan
pembangunan infrastruktur didasari oleh berbagai kajian akademik, diantaranya studi LPEM UI 2004
yang menunjukkan peningkatan panjang jalan sebesar 10% ceteris paribus, memberikan kontribusi
sebesar 0,88% terhadap pertumbuhan ekonomi. Di sektor pertanian peningkatan jaringan irigasi
sebesar 10% dapat memberikan kontribusi 1,26% terhadap PDRB1.
Minimnya ketersediaan infrastruktur Indonesia menjadi salah satu penyebab lambatnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara kuantitas dan kualitas infrastrukutur Indonesia tertinggal jauh
dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara. Berdasarkan hasil kajian dan laporan terbaru Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank)
dan Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization) bertajuk “Indonesia Critical
Constrains” ketersediaan dan kualitas infrastruktur menjadi salah satu dari tiga masalah yang harus
segera dibenahi oleh pemerintah. Menurut Juzhong Zhuang (Asisten Ekonom Kepala ADB)
penyelesaian hambatan utama ini akan menempatkan Indonesia pada jalur pertumbuhan yang lebih
tinggi dan membuat peluang ekonomi yang lebih terbuka dan merata. Selain itu menurutnya,
kesenjangan regional di Indonesia terjadi akibat pembangunan dan ketersediaan infrastruktur yang
tidak merata, padahal infrastruktur merupakan penopang aktivitas perekonomian dalam negeri.
Tingkat pemenuhan kebutuhan infrastruktur yang tidak memadai dan masih sangat buruk, rata-rata
berada di luar pulau Jawa dan Sumatera dengan permasalahan utama diantaranya adalah jaringan
transportasi dan penyediaan energi listrik sehingga sangat berpengaruh signifikan terhadap arus
investasi2.
Di Indonesia, kebutuhan dana investasi untuk pembangunan infrastruktur sebesar Rp 1.429 triliun
selama periode 2010-20143. Karena keterbatasan pemerintah dalam penyediaan dana pembangunan
infrastruktur, maka pemerintah mengembangkan salah skema baru dalam pembiayaan pembangunan
infrastruktur melalui pola kemitraan pemerintah dengan swasta (public privat partnership). Dalam pola
seperti ini sukuk merupakan salah satu instrumen ekonomi yang diyakini memiliki feasibiliy dalam
investasi pembiayaan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Akan tetapi disisi lain, sukuk di
Indonesia memiliki berbagai macam kendala dalam perkembangannya. Berbagai permasalahan
tersebut antara lain permasalahan sosialisasi, rendahnya nilai investasi, dan keterbatasan aset sebagai
underlying dalam penerbitan sukuk. Oleh karena itulah diperlukan suatu inovasi baru dalam rangka
mengoptimalkan sukuk sebagai instrumen investasi untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur di
Indonesia.
Salah satu alternatif inovatif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan investasi pada sektor
infrastruktur melalui instrumen sukuk adalah dengan mengkombinasikannya dengan kemajuan
teknologi mobile payment. Industri telekomunikasi seluler saat ini tumbuh dengan sangat pesat. Pada
tahun 2007 saja dari 10 operator yang ada di Indonesia pengguna layanan ini sudah mencapai angka
175 juta4. Bahkan jumlah pengguna seluler pada Juni 2010 telah mencapai angka 180 juta pengguna
atau 60% dari populasi Indonesia dan Pada akhir 2011 diperkirakan jumlah pelanggan akan
mengalami pertumbuhan sebesar 30 juta pelanggan5. Disamping itu dari sisi pendapatan, industri
telekomunikasi seluler menunjukkan hasil yang sangat fantastis. Pada tahun 2011 pendapatan dari
sektor industri telekomunikasi diperkirakan mencapai angka Rp150 triliun meningkat 10%6. Prestasi
1 Biro Riset LM FEUI. 2009. Analisis Angkutan Kereta Api Dan Implikasinya Pada Bumn Perkeretaapian Indonesia.
Selanjutnya sukuk ritel ini bisa dipegang sampai jatuh tempo dan mendapat keuntungan dari
tingkat imbal hasil kupon, namun bisa juga diperjualbelikan ke pasar sekunder sehingga mendapat
keuntungan dari capital gai. Dengan kata lain, selain sebagai instrumen investasi, sukuk ritel juga
memiliki fleksibilitas karena dapat dijadikan sebagai instrumen keuangan yang dapat diperjual belikan
di pasar sekunder15
.
III. METODA PENELITIAN
Jenis Tulisan
Penulis menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme16
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen). Dimana posisi peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi17
.
Penelitian kualitatif bersifa deskriptif. Data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak
hipotesis (jika ada). Hasil analisis tersebut berupa deskripsi atas gejala-gejala yang diamati dan tidak
harus berbentuk angka-angka atau koefsien antar variabel. Namun penelitian, namun penelitian
kualitatif bukan tidak mungkin memiliki data kuantitatif18
.
Penelitian ini adalah library research. Sebagai studi kepustakaan, maka metode penelitian ini
menekankan pada pustaka sebagai suatu objek studi. Studi pustaka menekankan pada penelaahan
gagasan para pakar, konsepsi yang telah ada, aturan (rule) yang mengikat objek tertentu. Riset
kepustakaan pada bidang ekonomi pada hakikatnya sama dengan bidang ilmu sosial lainnya, yang
meliputi; objek teori dan konsep yang sudah ada, pemikiran para pakar, aspek regulasi, aspek praktik
yang sudah ada, dan aspek kebahasaann19
. Penulis mengadopsi gagasan-gagasan terkini yang
berkembang dalam dunia teknologi kemudian mengadopsinya dengan skema sukuk retail untuk
merumuskan formula baru berupa mekanisme dan sistem sosialisasi, funding dan investing yang lebih
inovatif.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data yang disajikan
berasal dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik (BPS), World Bank, dan data-data
mengenai perkembangan telekomunikasi dan mobile payment yang berasal dari situs Mobile.com dan
media digital Sharing Vision beserta beberapa sumber-sumber terkait lainnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Mismatch antara Kebutuhan Dana dan Kemampuan APBN merupakan Permasalahan Utama
Pembangunan Infrastruktur di Indonesia
Pembangunan infrastruktur di Indonesia memiliki beberapa kendala. Namun permasalahan
fundamental adalah mengenai ketersediaan dana yang cukup untuk pembangunan infrastruktur.
Indonesia membutuhkan pendanaan yang besar untuk pembangunan infrastruktur. Dalam skema
15
Ibid No.11 16
Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigm interpretif dan konstruktif,yang memandang realitas social sebagai sesuatu yang holisttik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). 17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008. Hlm. 9 18
Peran Strategis Telepon Seluler Sebagai Media Sosialisasi, Investasi Dana dengan Sistem Mobile
Payment dan Funding
Pada tahun 2011 pendapatan dari sektor industri telekomunikasi diperkirakan mencapai angka
Rp150 triliun meningkat 10% dari tahun sebelumnya27
.
Operator seluler di Indonesia terus mengalami perkembangan dari sisi infrastruktur dan
pendapatan. Sebagai contoh, hingga kuartal ke III- 2010, XL sudah memiliki 21.623 pemancar dan
Indosat 17.372 pemancar. Industri seluler bukan hanya mengalami pertumbuhan pelanggan dan
infrastruktur saja, namun dari segi pendapatan industri ini juga mengalami pertumbuhan dalam
pendapatan. Selain itu, Pada kuartal III-2010 sebagai contoh Indosat mengalami pertumbuhan
pendapatan sebesar 16% dari tahun sebelumnya dari target pertumbuhan 12%28
.
Sementara dalam hal pendapatan, layanan voice dan pesan singkat (SMS) juga masih memberi
kontribusi besar bagi operator. Sebagai contoh layanan suara XL memberi kontribusi terbesar yakni
50%. Setelah itu disusul SMS sebesar 20% dan layanan data sebesar 10%. Hingga kuartal III-2010,
jumlah pemakai layanan suara XL sebanyak 59,1 miliar menit. Sedangkan jumlah pengguna layanan
SMS sebanyak 125 miliar SMS. Kondisi serupa juga dialami PT Natrindo Telepon seluler menara
Axis dimana layanan suara dan SMS menjadi penyumbang utama pendapatan perusahaan industri
tersebut. Layanan suara memberi kontribusi sebesar 40% sedangkan SMS 30-35%, sementara telkom
pendapatan perusahaan sebesar Rp34,46 triliun dan meraup laba bersih sebesar Rp5,94 Triliun29
.
Meski masih didominasi suara dan SMS, layanan data juga tumbuh tak kalah pesat. Di Axis
misalnya, kontribusi pendapatan dari data sebesar 10%, tahun 2010 menjadi 25% dan tahun 2011 ini
diperkirakan mencapai 30%. Pertumbuhan layanan data juga terlihat pada XL, pada tahun 2009
kontribusi layanan data terhadap total pendapatan XL sebesar 4% akan tetapi di tahun 2010 mencapai
10%30
.
Industri telekomunikasi dengan pendapatan yang sangat tinggi seharusnya bisa dimanfaatkan oleh
perbankan syariah, beberapa potensi operator seluler yang bisa dimanfaatkan perbankan Islam untuk
perkembangan sukuk yaitu menjadikannya sebagai partner dalam sosialisasi, funding maupun
investing dana karena peran dan posisinya yang sangat strategis.
Sebagaimana konsep dasar dalam tulisan ini adalah untuk memperluas public fund, maka
dibutuhkan beberapa strategi atau langkah-langkah untuk memperluas pangsa investor retail, melalui :
Menyediakan Akses Informasi investasi Sukuk Retail melalui Media Telepon Seluler Sosialisasi merupakan salah satu permasalahan dalam mengembangkan sukuk retail.
Permaasalahan dalam sosialisasi tentunya disebabkan oleh keterbatasan media atau teknologi yang
digunakan dalam sosialisasi sukuk retail. Atau bisa saja disebabkan karena cost advertising yang besar
sehingga sosialisasi sukuk retail menjadi sebuah langkah yang mahal.
Oleh karena itu, cara yang tepat dan efektif dalam melakukan sosialisasi adalah dengan
menggunakan media yang murah, bersifat masif, dan dekat dengan kehidupan masyarakat sebagai
sasaran investor sukuk retail. Oleh karena itu, mobile phone menjadi salah satu alternatif yang tepat
dalam melakukan sosialisasi sukuk ritel kepada masyarakat.
Telekomunikasi seluler adalah salah satu wujud kemajuan teknologi yang terus berkembang
pesat. Tingginya pengguna dan tingkat penetrasi yang tinggi ke masyarakat ditambah dengan
kemudahan mengakses informasi menjadi nilai lebih dari telekomunikasi seluler agar dapat
dimanfaatkan sebagai media sosialisasi sukuk retail.
Skema 3: Mekanisme Sosialisasi Sukuk Retail kepada customer Cellular
Pemanfaatan mobile phone dalam providing access to information telah digunakan dan
dikembangkan oleh Grameen Foundation dalam penyediaan informasi bagi masyarakat miskin untuk
mendapatkan informasi kesehatan dan pertanian. Mereka mengembangkan konsep yang dinamakan
dengan Mobile Technology for Community Health (MoTeCH). Projek tersebut dikembangkan dengan
prinsip mobile-phone sertvice yang menyediakan infromasi bagi kesehatan kehamilan masyarakat
miskin. Inisiatif pengembangan teknologi ini dikembangkan melalui kolaborasi Bill & Melinda Gates
Foundation, Columbia University, dan Ghana Healthy Service31
.
Langkah yang dikembangkan oleh Gameen Foundation dengan pemanfaatan teknologi mobile
phone dalam menyediakan akses informasi bagi masyarakat miskin merupakan contoh yang tepat
untuk mengembangkan konsep yang serupa dalam penyediaan akses informasi sukuk bagi masyarakat.
Melalui langkah ini diharapkan sosialisasi sukuk lebih efektif dan efisien.
Menyediakan Akses ke Jasa Finansial bagi bankable dan Unbankable Customer untuk
berinvestasi sukuk retail
Keterbatasan akses kepada jasa financial merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terhalangnya masyarakat untuk berinvestasi dan menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat
investasi pada sukuk retail. Indonesia dan begitupun juga dengan negara-negara berkembang lainnya
memiliki jumlah masyarakat yang unbankble cukup tinggi32
.
Kolaborasi antara Bank Syariah, Customer dan Perusahaan Operator Seluler dalam
Menjalankan Suatu Kegiatan Usaha (Proyek) Menggunakan akad Mudharobah Berbasis
Mobile Payment33
bagi Bankable Customer
Skema 6 :Kolaborasi antara customer, operator seluler dan Bank syariah dalam akad
Muhdorobah dan akad Wakalah dalam menjalankan suatu proyek
31
Grameen Foundation, Providing Access: Opening Doors for the World Poorest. Dapat diakses di www.grameenfoundation.org 32 Lihat pada lampiran tentang Masyarakat Unkbankable di berbagai negara 33
lihat skema akad mudhorobah indosat pada lampiran
Depkeu Guarantor, lihat IDB guarantor pada figure 2: arrangement of IDB Trust Sertificat Issuance
operator seluler
• sistem komputerisasi
basis data customer (investor potensial)
• guru
•mahasiswa
•dosen
•profesional dll
sosialisasi , funding dan investasi sukuk ritel melalui fitur-fitur yang ada
• m-banking
• my info
• sms banking
• dll
Dari skema diatas memperlihatkan bahwa antara customer dan perusahaan operator seluler dapat
saling bekerja sama untuk menjalankan suatu proyek, yakni seperti akad mudhorobah.
Dalam hal ini customer dapat berperan sebagai shohibul mal (investor) sedangkan Perusahaan
operator seluler dapat berperan sebagai mudhorib (pengelola) untuk menjalankan suatu proyek yang
dilimpahkan ke bank syariah sebagai wakil dengan akah wakalah. Dari proyek tersebut akan
menghasilkan pendapatan (revenue) yang kemudian akan dibagi hasilkan melalui perbankan syariah.
Selanjutnya modal tersebut akan dikembalikan lagi kepada customer selaku pemilik modal dan
operator seluler mendapat fee atas jasanya sebaga pengelola (mudhorib)
(1) Customer yang memiliki account atau rekening di bank syariah untuk menginvestasikan dananya
ke sukuk ritel, maka tabungan custome tersebut akad di debet kemudian ditransfer ke rekening
terpisah (segregated account) yang dimiliki oleh telepon seluler. Sehingga akumulasi modal
terkumpul di segregated account yang dimiliki perusahaan operator seluler. segregated account
ini harus dibawah jaminan dan pengawasan otoritas pemerintahan, yakni Dirjen independen yang
berasal dari Bank Indonesia.
(2) Dana tersebut diinvestasikan ke bank syariah dalam instrumen sukuk ritel. Dalam hal ini bank
syariah sebagai agen sukuk ritel
(3) Kemudian dana tersebut digunakan untuk menjalankan proyek infrastruktur
(4) Dari proyek tersebut mendatangkan hasil (return) yang kemudian dikembalikan kepada customer
sebagai investor
Kolaborasi antara Customer dan Perusahaan Operator seluler dalam Investasi Sukuk Ritel
Berbasis Akad Musyarakah dan Wakalah Berbasis Mobile Payment34
bagi Unbankable Customer
Skema 7: Kolaborasi antara customer, operator seluler dan Bank syariah dalam akad
Musyarakah dalam menjalankan investasi sukuk ritel
Skema diatas memperlihatkan kerjasama antara customer dengan perusahaan operator seluler
dalam berinvestasi pada sukuk ritel. Dalam hal ini customer selaku orang yang diwakili (muwakil)
dan perusahaan operator seluler sebagai yang mewakilkan (wakil)
Investor dalam hal ini customer bisa berupa perorangan maupun perkumpulan antar customer yang
membentuk akad musyarakah. Tujuan akan musyarakah ini agar para customer bisa lebih mudah
dan lebih berpotensi untuk mengumpulkan dana yang lebih besar.
Ket:
: garis investasi
34
Lihat contoh kombinasi akad musyarakah dan mudhorobah pada skema penerbitan sukuk Matang highway pada lampiran
investasi melaui
SMS/tlpn (2)
operator seluler (3)
mengambil pulsa secara
otomatis
(4)
memberikan bukti
SMS/tertulis
(5)
investor
(1)
(1) Investor (customer) akan mengalokasikan dananya kepada perusahaan operator seluler yang
ditunjuk sebagai wakil untuk menginvestasikan dananya pada sukuk ritel.
(2) Perusahaan operator seluler akan membelikan customer sukuk ritel pada agen yang telah
ditentukan oleh pemerintah, seperti Bank Syariah
(3) Dana investasi sukuk ritel tersebut disalurkan kepada departemen keuangan selaku kementerian
yang berwenang dalam menjalankan aktivitas pembangunan infrastruktur
(4) Dana tersebut digunakan untuk pembiayaan proyek infrastruktur melalui skema kebijakan fiskal
Ket:: garis return
(5) , (6), (7) Dari investasi tersebut akan menghasilkan hasil (return) yang kemudian return berupa
modal dan hasil akan diserahkan oleh Depkeu kepada perusahaan seluler sebagai agen sukuk
(8) Kemudian return dari bank syariah (agen sukuk) akan dikembalikan lagi kepada operator seluler
sebagai wakil, selanjutnya dikembalikan kepada customer sebagai investor.
(9) Selanjutnya customer berkewajiban membayarkan sejumlah fee kepada perusahaan operator
seluler yang telah mewakilkannya
Mekanisme Penghimpunan Dana (Funding) dari Customer oleh Operator Seluler dengan sistem
Mobile Money Payment Funding atau penghimpunan dana merupakan permasalahan yang penting karena aktivitas ini
merupakan langkah untuk akumulasi modal (capital) yang nantinya digunanakan untuk berivestasi.
Dalam hal ini ponsel dan operator seluler berperan sebagai medium of investmen fund dengan kata lain
menjadi jembatan penghubung investor dalam hal ini customer yang memiliki potensi dana yang besar
ke sektor investasi sukuk.
Ada 2 mekanisme yang bisa dilakukan oleh operator seluler untuk penghimpunan dana dari
customernya, yaitu:
Mekanisme Potong Pulsa
Skema 10: Mekanisme Investasi melalui Potong Pulsa
Mekanisme diatas memperlihatkan investasi dana melalui sistem potong pulsa
(1) Customer menginvestasikan dana kepada perusahaan operator melalui pulsa yang dimiliki oleh
customer. Jadi untuk bisa menginvestasikan dana dengan sistem potong pulsa, maka customer
terlebih dahulu harus memiliki cadangan pulsa sejumlah yang akan diinvestasikan tersebut.
Sehingga secara otomatis pulsa customer yang diinvestasikan tersebut akan dipotong oleh
perusahaan operator seluler
(2) Investasi dana customer tersebut kemudian diproses di operator centre karena disinilah pusat
data dan pengolahan data dari customer
(3) Operator centre kemudian mencetak tanda bukti investasi customer tersebut untuk memperkuat
bukti bahwa si customer telah menginvestasikan sejumlah dana
Mekanisme Debet Tabungan
Skema 11: mekanisme Investasi Melalui Debet Rekening
Skema diatas memperlihatkan mekanisme investasi dana melalui debet rekening yang melibatkan
bank syariah di dalamnya
(1) customer yang ingin menginvestasikan dananya melalui pendebetan rekening harus melalui
perantara Bank Syariah. Artinya baik customer maupun perusahaan operator harus mempunyai
rekening di bank syariah
(2) dana customer yang akan diinvestasikan ke operator seluler melalui pendebetan rekening
nasabah yang bersangkutan
(3) rekening operator seluler (segregated) akan menerima kredit sebesar dana nasabah yang terdebet
untuk diinvestasikan.
Peran Pemerintah
Dalam merealisasikan konsep ini, dibutuhkan juga dukungan dan peran penting dari pemerintah,
antara lain:
Membuat Kerangka Regulasi
Pemerintah harus menyiapkan kerangka regulasi yang mendukung realisasi konsep ini. regulasi
menjadi hal penting dalam menjamin keberlangsungan sebuah konsep bisnis. Regulasi juga bertujuan
untuk menjamin kepastian bagi pelaku bisnis termasuk investor. Selain itu kerangka regulasi ini juga
dibutuhkan untuk memberikan kejelasan dan kepastian mengenai bidang/kementerian yang akan
mengurusi atau membawahi konsep ini nantinya.
Penjamin Resiko
Dalam konsep ini pemerintah harus berperan sebagai otoritas penjamin resiko. Jika dalam dunia
perbankan kita mengenal Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), maka dalam investasi sukuk ritel
menggunakan skema mobile payment ini, maka diperlukan juga Lembaga Penjamin Investasi Ritel.
Hal ini bertujuan agar masyarakat merasa yakin akan terjaminnya dana yang mereka investasikan.
Terlebih saat ini digital crime merupakan permasalahan yang saat ini terus terjadi dan semakin
berkembang. Oleh karena itulah nasabah retail, dalam hal ini customer telepon seluler harus mendapat
kepastian jaminan atas resiko investasi yang mereka lakukan.
Pelaksana
Sebagaimana tujuan dasar dari konsep ini adalah untuk memperluas public funds, maka dalam hal
ini pemerintah tetap sebagai pelaksana atau badan eksekutif dalam menjalankan kegiatan
pembangunan infrastruktur. Hal ini mengingat masyarakat atau public hanya berperan sebagai
penyokong dana saja. Akan tetapi pemerintah juga dapat bekerja sama dengan pihak swasta dalam
menjalankan proyek pembangunan infrastruktur dengan pola KPS yang telah dikembangkan oleh
pemerintah. Akan tetapi dalam hal pendanaan tetap didukung dari public funds yang diperoleh dari
investasi pada sukuk retail dengan sistem mobile payment ini.
Kontribusi Kepada Ekonomi Makro dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Konsep sukuk berbasis mobile payment ini juga diarahkan untuk dapat memberikan kontribusi
secara makro yakni dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Konsep ini berisi tiga faktor
penting atau komponen yang akan medukung pertumbuhan ekonomi nasional, yakni pertama,
akumulasi modal melalui peningkatan investasi yang bersumber dari public funds. Kedua, mobilisasi
populasi dalam memberikan kontribusi dalam mendukung aktivitas produktif. Ketiga, konsep ini
mengadopsi kemajuan teknologi yang mengasilkan inovasi-inovasi dan memberikan efisiensi dalam
akumulasi dan investasi35
.
V. SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
Pertama, konsep dasar sukuk ritel berbasis mobile payment ini adalah sebuah strategi untuk
meningkatkan investasi infrastruktur pada instrumen sukuk ritel dengan memperluas public funds
melalui optimalisasi teknologi mobile payment.
Kedua, customer mobile phone memiliki potensi yang besar sebagai investor potensial public
fund untuk investasi sukuk retail. Karena jumlahnya yang sangat besar dan penetrasi yang tinggi.
Dimana pada tahun 2010 terdapat sebanyak 180 juta pengguna, di tahun 2011 diperkirakan meningkat
30 juta pengguna dan di tahun 2012 diperkirakan sudah mencapai 90-95% dari total penduduk
Indonesia.
Ketiga, konsep ini berperan penting sebagai penyedia akses informasi sehingga menjadi media
efektif untuk sosialisasi sukuk retail. Hal ini dikarenakan disamping tingginya jumlah pengguna dan
tingginya penetrasi. Selain itu juga didukung dengan perkembangan teknologi dan internet sehingga
sangat mudah untuk mengakses informasi bagi customer telepon seluler.
Keempat, konsep ini menawarkan strategi dalam menyediakan akses ke jasa finansial bagi
bankable dan unbankable customer sehingga customer telepon seluler bisa tampil sebagai investor
pada sukuk retail melalui konsep musyarakah antar customer dan konsep wakalah dengan operator
seluler sebagai alternatif dalam berinvestasi pada sukuk ritel. Selain itu, dapat juga melalui skema
mudharabah dengan bank syariah.
Kelima, strategi funding atau penghimpunan dana bagi customer mobile phone untuk berinvestasi
pada sukuk retail dapat dilakukan dengan dua mekanisme, yakni dengan mekanisme potong pulsa dan
mekanisme debet tabungan.
Keenam, konsep ini memiliki hubungan dalam memberikan dampak makro untuk mendukung
pembangunan ekonomi nasional karena dalam konsep ini terdapat aktivitas akumulasi modal,
mobilisasi public untuk kegiatan produktif, dan mengadopsi kemajuan teknologi untuk investasi yang
lebih tepat dan efektif.
Stakeholder, baik pemerintah, industri keuangan syariah, industri telekomunikasi seluler dan
masyarakat harus bersinergi dalam pembangunan nasional, khususnya dalam pembangunan
infrastruktuur. Disisi lain dituntut juga untuk peka terhadap kemajuan dan perkembangan teknologi
agar pembangunan nasional dapat berjalan lebih efektif dan lebih baik. Konsep yang ditawarkan oleh
penulis ini hendaknya dapat dipertimbangkan oleh pihak-pihak terkait, terutama bagi pemerintah dan
industri keuangan syariah dan industri telekomunikasi seluler agar dapat dijadikan sebuah strategi
inovatif dalam hal pembangunan nasional dan inovasi dalam dunia bisnis perbankan dan