Page 1
www.profauna.org
Volume XV No. 1/Januari-Maret 2011Volume XV No. 1/Januari-Maret 2011
A Day in The JungleA Day in The JungleBelajar Mengenal Hutan Hujan Alam di CangarBelajar Mengenal Hutan Hujan Alam di Cangar
Patroli Bersama Pamhut, Mencegah Perburuan LutungJawa di Tahura R. Soerjo
ProFauna Kunjungi Sekolah Disekitar Tahura R. Soerjo
Ledakan Populasi = Kiamat Kecil Ekosistem
Patroli Bersama Pamhut, Mencegah Perburuan LutungJawa di Tahura R. Soerjo
ProFauna Kunjungi Sekolah Disekitar Tahura R. Soerjo
Ledakan Populasi = Kiamat Kecil Ekosistem
SUARA SATWAMedia Informasi ProFauna Indonesia
SSN 1411-4879SSN 1411-4879
Page 2
Pembaca yang terhormat, generasi muda adalah asset bangsa yang
sangat penting. Di tangan merekalah kelak kehidupan di muka
bumi ini akan mereka jalankan. Mengingat bahwa kedudukan
generasi muda dipandang penting, maka ProFauna tergerak untuk
mengajak kalangan generasi muda khususnya yang masih dalam usia
sekolah mulai dari tingkat dasar sampai dengan menengah atas untuk
lebih peduli terhadap lingkungan hidup melalui berbagai macam
kegiatan. Kegiatan yang dilakukan ProFauna ini bervariasi, tergantung
tingkat pendidikan. Untuk anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama, kegiatan yang dilakukan adalah kunjungan sekolah
dengan materi pemutaran film pendek tentang konservasi hutan dan
game interaktif. Kegiatan ini lebih diutamakan kepada sekolah-sekolah
dipinggir hutan Cangar, karena merekalah setiap hari yang ada
interaksinya dengan hutan.
Khusus untuk siswa-siswa Sekolah Menegah Atas ada program khusus
yang diberi nama “ ”. Dalam program
itu ProFauna mengundang siswa dari berbagai sekolah di Malang
Raya untuk mengikuti rangkaian kegiatan edukasi tentang hutan yang
diadakan di Hutan Cangar yang berada di Kabupaten Mojokerto dan
Batu. Dalam program itu para siswa diajak masuk ke
dalam hutan untuk mengenal secara langsung keanekaragaman hayati
dan juga mengamati perilaku lutung jawa di alam. Harapannya kegiatan
ini akan menanamkan kecintaan generasi muda terhadap hutan dan juga
satwa liar.
Sementara itu, di penghujung bulan Maret ini, berita tentang serbuan ulat
bulu di beberapa daerah di Indonesia juga menjadi topik perbincangan di
sejumlah media massa. Beberapa pakar menuding bahwa pemanasan
global (global warming) adalah penyebabnya. Pergantian musim yang
A Day in The Jungle A Day in The
Jungle
A Day in the Jungle
tidak menentu tersebut memung-
kinkan perkembangan beberapa
jenis serangga menjadi tidak
terkendali. Namun demikian di
balik serbuan ulat tersebut ada
faktor lain yang tidak kalah
pentingnya dalam hal ledakan
populasi ulat, yaitu hilangnya
predator alami. Belajar dari
bencana ekologi ini, sudah
seharusnya kita segera mereha-
bilitasi rusaknya mata rantai
ekosistem disekitar kita. Apabila
tidak segera kita benahi, bukan
tidak mungkin di masa mendatang
kita juga akan mengalami
ledakan-ledakan populasi spesies
lain, semoga tidak......
Tim Redaksi
DarmantoYuniar LaksitasariTandiyo Utomo
Kirimkan artikel, kritik dansaran ke Redaksi Suara Satwa
Email :[email protected] . (0341) 569506
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Dari Redaksi
Page 3
Tanya:
Jawab:
Tanya:
Jawab:
MbakYuniar...
mau tanya...saya baru ikut
supporter ProFauna minggu lalu...
bulan Juni kan ada ProFauna
Conference 2011... dan syarat
mengikuti kegiatan tersebut yang
berkesempatan harus punya Kartu
Tanda Supporter (KTS)... saya
berminat ikut acara tersebut... tapi
saya belum punya KTS... itu
dapatnya bagaimana?
Terima kasih
Mau tanya nih untuk t-shirt
orangutan ukutan XXL ada ga
????? trus kalau ongkos kirim ke
Samarinda berapa ?
Terimakasih infonya
Dear Yohanes,
Silahkan kirim foto ukuran apa
saja ke alamt email ini dengan
biaya pengganti cetak Rp 10.000,-
Jika Anda berdomisili di Malang
silahkan datang ke kantor kami Jl
Raya Candi II No. 179 klaseman,
karang besuki. Trims
Dear Erwin,
Untuk T-shirt orangutan ukuran
XXL tersedia harga Rp 60.000,-
ongkos kirim ke Samarinda Rp
25.000,- menggunakan jasa tiki,
jika berminat silahkan transfer ke
Bank Mandiri 144-00-0307021-3
a.n Made Astuti. mohon untuk
bukti transfernya dikirim kembali
ke [email protected] .
Trim's
Tanya:
Jawab:
Tanya:
Halo Niar,
Salam jumpa, maaf menggangu.
Boleh minta informasi mengenai
ProFauna Conference bulan Juni
yah?
Saya Sepus Fatem, pernah
menjadi anggota ProFauna dan
tinggal di Manokwari, Papua
Barat Beberapa waktu terakhir ini
saya putus kontak karena studi
j a d i k u r a n m e n g e t a h u i
perkembangan ProFauna. So,
Bolehkah kami terlibat dalam
kegiatan ini?
Untuk pembiayaannya gimana?
apa panitia menyediakan dana
untuk perjalanan dan sebagainya.
Salam
Dari Manokwari Sepus Fatem
Salam,
Mau tanya untuk jadi supporter
ProFauna pendaftarannya 50rb
ya? kalau pembayaran via transfer
bisa? Ke rek mana? Utk biaya
pengiriman kaos ProFauna ke
Jakarta juga ditambahkan ke
Dear Sepus Fatem,
Hai, salam jumpa kembali, nama
Anda masih terdaftar di database
k a m i , u n t u k
kegiatan ProFauna Conference
2011 pihak pani t ia t idak
menyediakan biaya perjalanan
bagi peserta, jika Anda berminat
silahkan meregistrasi kembali
keanggotaan Anda dan mengurus
KTS (Kartu Tanda Supporter)
dengan biaya ganti cetak Rp
10.000,-. Trim's. keep contact ya.
transfer ya? Kaosnya yg warna
hitam?
Perjuangan ProFauna Terus di
dukung oleh Supporter ProFauna
di se luruh Indones ia dan
Mancanegara . Ber ikut in i
Supporter baru yang bergabung
selama bulan Januari-Maret 2010.
kami mengucapkan “Selamat
bergabung dalam keluarga besar
ProFauna” kepada :
Jawab:
Untuk Supporter donasinya Rp
50.000,- dan untuk biaya
pengiriman Rp 10.000,- /kg nya.
Jika beminat silahkan transfer ke
rekening Bank BCA 011-3125273
a.n Perkumpulan ProFauna.
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
1 Bambang Triono Yogyakata2 Nur Hidayati Surabaya3 Intan Ari Rahmawati Jakarta4 Bambang Saputra Batam5 Sugi Winarsih Sleman6 Imbang Ru Bedo Yogyakarta7 drh. Sugeng hendro Yogyakarta8 Cipto Sleman9 drh. Kristiyanti Sleman10 Widyanuswantoro Sleman11 Nafia Kaftiani Klaten12 M. Aulia Maharlika Jakarta13 Abas Supriadi Jakarta14 Risky Bhadahck Jakarta15 Cici Kediri16 Tubagus Zainuddin Bekasi17 Gusti Ayu Fransiska Tri Bali18 Krisna Putrianti Jakarta19 Tri Iwan .W. Blitar20 Dwi Haryanto Kediri21 Young Sinatra Kep. Riau22 M. Musthafa Sumenep23 Rudi Juhanto Malang24 Phoebe Sudargo Surabaya25 Parulian Situmorang Medan26 Tjahaja Sugiri Magelang27 Slamet Arief Billah Probolinggo28 Yohanes Pudya .M. Malang29 Tri Sulihanto Putra Malang30 Meila Kurniawati Malang31 P. Nandeta Paramitha D. Denpasar32 Jatmiko Wiwoho Denpasar33 Lely Puspitasari Yogyakarta34 Rezki Dwiyani Putri Jakarta35 Lukasz Romju .W Malang36 Adnin Damarraya Wonosobo37 Smyrna LPS Malang38 Misbhakul Munir Tulungagung39 Cipto Hadi Wibowo Lamongan40 Rony Irawanto Surabaya
Surat Pembaca1
Page 4
A Day in the JungleMengenalkan Konservasi Hutan dan LutungUntuk Siswa SMU se-Malang Raya
Kegiatan ini adalah suatu
kegiatan yang dirancang
untuk memperke-nalkan
konservasi hutan dan lutung jawa
kepada pelajar SMU se-malang
raya. Dengan kegiatan ini
dihapkan dapat memperkenal-kan
keanekaragaman hayati yang
berada di dalam hutan hujan tropis
yang ada di kawasan Hutan
Cangar, Tahura R Soerjo.
Sehingga memberikan pema-
h a m a n t e n t a n g h u b u n g a n
manusia, hutan dan satwa liar
khususnya lutung jawa bagi
pelajar SMU se-Malang Raya.
Selain itu kegiatan ini juga
diharapkan dapat menumbuhkan
kesadaran bagi pelajar untuk
menjaga kelestarian hutan di
Tahura R. Soerjo. Kegiatan ini
merupakan suatu kegiatan belajar
dengan pendekatan eksperiential
learning dengan mengajak peserta
langsung melakukan kunjungan
ke hutan melihat langsung habitat
hutan dan perilaku lutung jawa
yang hidup liar di alam.
K e g i a t a n e d u k a s i i n i
dikoordinir oleh Radius Nursidi
(
) yang dibantu oleh
beberapa Supporter ProFauna,
dan beberapa fasilitator edukasi
dari P-WEC yang sudah sangat
berpengalaman dalam melakukan
kegiatan edukasi mengenai
konservasi hutan dan satwa liar
khususna lutung jawa.
Selain dari kegiatan edukasi
berupa pengamatan langsung di
hutan, kegiatan ini juga diisi
Fores t campa ign o f f i ce r
ProFauna
dengan kegiatan diskusi interaktif
antara peserta dan beberapa orang
narasumber yaitu Chairman
ProFauna dan Pihak pemerintah
pengelola kawasan Hutan Tahura
R. Soerjo. Sehingga selain
mendapatkan pengalaman dan
pengetahuan dari proses edukasi
l a p a n g a n , p e s e r t a j u g a
mendapa tkan penge tahuan
mengenai konseravasi hutan dan
satwa liar dari pembicara-
pembicara yang juga merupakan
ahli dalam konservasi hutan dan
satwa liar.
Kegiatan yang diwarnai dalam
cuaca yang mendung tersebut
diikuti oleh peserta sebanyak 100
orang dari 21 sekolah setingkat
SMU se Malang Raya.
Cover Story
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
2
Page 5
Patroli Bersama Pamhut,
Mencegah PerburuanLutung Jawadi Tahura R. Soerjo
Sa l a h s a t u k e g i a t a n
kampanye Hutan dan
Lutung jawa yang dilakukan
P r o F a u n a a d a l a h d e n g a n
melakukan Patroli kawasan
bersama dengan rangers yang ada
di tahura R. Soerjo. Kegiatan ini
a d a l a h s a l a h s a t u u p a y a
mendorong para rangers untuk
lebih aktif melakukan patroli.
Kegiatan ini penting dilakukan
s e b a g a i u p a y a m e n c e g a h
perburuan lutung jawa dan satwa
liar lainnya.
Selama ini rangers sangat
jarang melakukan patroli karena
alasan keterba tasan dana .
Kegiatan patroli gabungan antara
ProFauna dan rangers yang ada di
kawasan Tahura direncanakan
dapat dilaksanakan secara rutin
sehingga segala gangguan
terhadap satwa liar dan hutan
dapat diminalisir.
Patroli bersama ini dilakukan
pada tanggal 24-25 Februari 2011
dengan kawasan yang menjadi
pilihan patroli adalah kawasan
Tahura R. Soerjo wilayah Gunung
Arjuno.
Dari patroli yang dilakukan ini
d idapat i beberapa temuan
gangguan terhadap kawasan
diantaranya:
�
�
�
�
Masih terjadi perambahan di
Brakseng, pabrik jamur dan
Kebun 15
Ancaman utama wilayah
Cangar adalah kebakaran
hutan yang rutin terjadi pada
bulan Juni-Agustus tiap
tahunnya
Menemukan satu ekor jutung
yang mati yang diduga karena
perburuan
Menggali informasi mengenai
Harimau jawa
Perambahan ini terjadi karena
semakin bertambahnya jumlah
penduduk sementara luasan
jumlah lahan pertanian semakin
berkurang karena kebutuhan
pemukiman. Akhirnya sebagian
masyarakat merambah untuk
mendapatkan lahan pertanian,
selain itu adapula kawasan tahura
yang telah beralih fungsi menjadi
pabrik jamur yang sampai saat ini
terus diperjuangkan untuk
dihutankan kembali.
Adapun kawasan tahura yang di
rambah oleh masyarakat adalah
wilayah yang berdekatan dengan
p e m u k i m a n m a s y a r a k a t
diantaranya adalah wilayah
Brakseng dan Kebun 15.
Perambahan
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Cover Story
Kegiatan ini penting dilakukan sebagai upaya mencegah
perburuan lutung jawa dan satwa liar lainnya“
”
3
Page 6
Pentingnya anak-anak sebagai
cikal bakal generasi menerus di
masa yang akan datang dipandang
penting oleh ProFauna, terutama
berkaitan dengan kelestarian
lingkungan terutama hutan dan
satwa. Untuk itu kemudian
ProFauna melakukan kunjungan
ke sekolah yang ada di sekitar
Ta h u r a R S o e r j o u n t u k
m e m p r o m o s i k a n t e n t a n g
pelestarian lutung dan hutan.
Dalam kunjungan tersebut
ProFauna melakukan pemutaran
film konservasi lutung dan hutan,
permainan edukasi, diskusi dan
pembagian kalender. Sekolah-
s e k o l a h y a n g d i k u n j u n g i
diprioritaskan yang lokasi berada
di desa-desa sekitar Cangar yang
masuk kawasan Tahura R. Soerjo.
K e g i a t a n e d u k a s i i n i
mendapatkan respon yang sangat
baik, baik dari para siswa maupun
dari para pengajar disekolah-
sekolah tersebut. Dalam setiap
kunjungan sekolah rata-rata kelas
yang dikunjungi mencapai 2- 3
kelas dengan jumlah setiap
kelasnya rata-rata 40 orang.
Kunjungan ke sekolah-sekolah
tersebut, selain melakukan
pemutaran film pendek tentang
konservasi hutan da lutung juga
ada pembagian stiker dan
kalender. Dalam setiap sesi tanya
jawab, rata-rata ada 15 orang yang
bertanya atau mengemukakan
pendapatnya. Hal ini terlihat
dengan adanya ketertarikan dari
pihak sekolah untuk bekerja sama
dengan ProFauna untuk dapat
memberikan edukasi secara
berkala. Selain itu beberapa
sekolah juga meminta ProFauna
untuk dapat menjadi guru bantu
dalam mendidik s iswanya
khususnya dalam konservasi
hutan dan satwa liar.
Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan juga adalah
salah satu gangguan utama bagi
kawasan tahura R. Soerjo yang
akan menggangu kelestarian
hutan dan satwa liar khususnya
lutung jawa. Kebakaran hutan ini
biasa terjadi pada musim kemarau
yaitu pada bulan Juni-Agustus tiap
tahunnya. Kebakaran ini secara
sengaja dilakukan oleh para
oknum pemburu yang mencoba
mendesak satwa liar terutama rusa
untuk memudahkan pemburu
untuk memburu satwa-satwa ini.
Mengingat tingginya potensi
kebakaran hutan yang akan
dialami oleh kawasan Tahura R.
Soerjo ini akan sangat penting
kiranya jika kegiatan patroli ini
dilakukan secara rutin pada bulan-
bulan rawan kebakaran yaitu
bulan Juni – Agustus sehingga
dapat meminimalisir kebakaran
hutan dikawasan tahura R. Soerjo.
Perburuan
Dalam patroli ini tim menemukan
bangkai satu ekor lutung yang
d i y a k i n i m e n j a d i k o r b a n
p e r b u r u a n . L u t u n g J a w a
merupakan target yang sangat
mudah untuk diburu karena
tubuhnya yang besar. Orang yang
melakukan perburuan lutung jawa
ini biasanya adalah oknum
tentara.
ProFauna
Kunjungi SekolahDisekitar Tahura R. Soerjo
Cover Story
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
4
Page 7
Kasus terjadinya ledakan populasi
u l a t b u l u d i K a b u p a t e n
Probolinggo terjadi hingga saat
ini, serangan ulat bulu terjadi di
tiga kecamatan yaitu Kecamatan
Leces, Kecama-tan Tegalsiwalan
dan Kecamatan Bantaran Hal ini
menjadi satu contoh ketidak
seimbangan populasi yang
disebabkan multi factor. Dari hasil
analisa sementara menunjukkan
penye-bab utama populasi yang
tidak terkontrol adalah terjadinya
ketidak seimbangan populasi di
alam. Hilangnya predator alami
menjadi satu penyebab utama
populasi ulat bulu kian menyebar
ke berbagai Kecamatan di
Probolinggo.
.
Dari sisi perekonomian
hingga sekarang masih belum
ditemukan terjadinya kerusakan
pertanian yang disebabkan
serangan ulat bulu ini, tetapi
secara sosiologi, pertumbuhan
ulat yang kian tidak terkontrol
inimengakibatkan banyaknya
akt i f i tas masyarakat yang
terganggu karena sengatan ulat ini
menyebabkan rasa gatal dan pedih
j ika mengenai kul i t yang
disebabkan racun pada bulu ulat
tersebut, oleh karena itu banyak
aktivi tas masyarakat yang
terhambat seperti banyaknya
siswa yang tidak masuk sekolah
karena takut sengatan golongan
serangga ini. Dari sisi pertanian,
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Cover Story
Ledakan Populasi=
Kiamat Kecil Ekosistem
5
Dari hasil analisa
sementara menunjukkan
penyebab utama populasi
yang tidak terkontrol
adalah terjadinya ketidak
seimbangan populasi
di alam
“
”Sejak pertama ditemukannya
koloni ulat bulu yang begitu
banyak dengan pertumbuhan yang
cepat hingga sekarang mengalami
penyebaran kian meluas. Pertama
ditemukan hanya tersebar di tiga
Kecamatan. Dalam kurun waktu
dua minggu penyebarannya hing-
ga mencapai lima Kecamatan di
wilayah kabupaten Probolinggo.
Page 8
masyarakat dirugikan karena
serangan ulat memakan daun
pohon mangga yang baru tumbuh
dan tanaman semusim.
Iklim Pendukung
Sebagai contoh kasus ledakan
populasi belalang yang terjadi di
Kupang NTT. menurut IW Mudita
(2004), dosen program studi ilmu
hama dan penyakit tumbuhan
Undana menyatakan, ledakan
populasi serangga belalang yang
terjadi di Kupang Nusa Tenggara
Timur tidak akan menetas jika
suhu terlalu tinggi atau hujan tidak
turun sampai 30 hari sejak
diletakkan. Nimfa berbeda dengan
larva dalam hal morfologi yang
sangat menyerupai serangga
dewasa. Teori Andrewartha-Birch
menyatakan bahwa perubahan
populasi hama yang menimbulkan
ledakan justeru dipengaruhi oleh
iklim.
Faktor iklim yang berpeng-
aruh bukan hanya sekadar
perubahan dari musim hujan ke
musim kemarau dan sebaliknya,
tetapi faktor iklim global yang
dikenal dengan fenomena El Nino
dan La Nina. Fenomena iklim
global ini menyebabkan suatu
wilayah menjadi lebih kering atau
lebih basah dari keadaan iklim
normal. Keadaan iklim yang tidak
normal tersebut memungkinkan
belalang berbiak secara lebih aktif
dan berubah dari fase soliter
menjadi gregaria.
M e n u r u t B e r i t a h a b i t a t
(29/07/07) Di Sumba, jenis-jenis
satwa pendatang (migran), baik
dari utara khatulistiwa (sekitar
November-Maret saat utara
musim dingin), maupun dari
selatan khatulistiwa (sekitar Mei -
Agustus saat selatan musim
dingin). Mereka datang ke daerah
tropis untuk mencari makan dan
sebagian berbiak. Jika suhu di
daerah asal mereka makin
menghangat, secara naluriah
mereka akan mempersingkat masa
dataran rendah, sedangkan
burung-burung pemakan serangga
lokal makin memilih naik ke
p e g u n u n g a n , m a k a
ketidakseimbangan ekosistem
akan terjadi. Perkembangan
serangga di dataran rendah
Jalak suren Sturnus contra( ), salah satu jenis burung pemakan serangga
Cover Story
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
6
migrasi. Padahal banyak di antara
mereka merupakan jenis-jenis
p e m a k a n s e r a n g g a h a m a
pertanian, seperti jenis-jenis
b u r u n g l a y a n g - l a y a n g
( ) , kir ik-kir ik
( ) , r a j a u d a n g
( ), ataupun alap-alap
dan elang ( ). Jika
kehadiran mereka berkurang di
Hirundinidae
M e ro p i d a e
Halcyonidae
Accipitridae
menjadi sangat tidak terkendali.
Sebagai akibatnya, akan lebih
banyak tanaman pertanian
manusia musnah oleh serangan
hama serangga.
Tidak hanya itu, karena
terjadinya perubahan iklim yang
t idak menentu berdampak
musnahnya satwa yang tidak
mampu untuk melakukan migrasi.
Page 9
Misalnya burung yang hanya
mampu terbang jarak pendek dan
tidak mampu untuk melakukan
migrasi jauh menyebrangi lautan
dan benua akan musnah lebih
awal. Disini sudah terjadi seleksi
secara paksa dan ket idak
pertumbuhan suatu spesies.
Menurut beberapa lembaga
konservasi, ledakan populasi yang
terjadi di Probolinggo disebabkan
semakin menurunnya jumlah
spesies predator alami serangga
termasuk kupu-kupu ulat bulu.
Menurut Agung Pramana Dosen
Jurusan Fisiologi Hewan Unibraw
Malang mengatakan terjadinya
serangan ulat bulu karena musuh
alaminya sudah tidak ada.
Kalaupun masih ada, jumlahnya
tidak seimbang. Itu sebabnya
terjadi ledakan populasi kupu-
kupu dan ulat bulu di daerah
setempat. Serangan ulat bulu di
Probolinggo bukti bahwa musuh
alami ulat dan kupu-kupu, yaitu
burung, sudah tidak ada (
).
Perburuan burung secara
besar-besaran terjadi pada jenis
burung-burung berkicau di
antaranya Prenjak, Cinenen dan
Jalak. Keberadaan burung jenis
itu, diburu secara liar untuk dijual
di pasar burung demi memenuhi
hasrat penghobi. Kalau dilakukan
dalam jumlah besar maka akan
menyebabkan ketidakseimbangan
alam. Penangkapan burung di
alam secara besar-besaran akan
memicu terjadinya bencana
ekologi.
Agar bencana ekologi tak
terjadi sebaiknya perburuan liar
harus dihentikan, sehingga perlu
dilakukan upaya pencegahan agar
mata rantai ekosistem tidak
terputus akibat perburuan liar.
Bila nanti wabah itu muncul maka
penyebabnya adalah putusnya
mata rantai makanan yang tak
seimbang.
Dari kasus di atas terjawab
sudah bahwa anomali cuaca dan
menurunnya jumlah populasi
predator alami menjadi penyebab
utama terjadinya ledakan populasi
satu spesies. Entah sampai kapan
kasus seperti ini akan terus
b e r u l a n g j i k a k e s a d a r a n
masyarakat kian rendah.
Media
Indonesia, 2011
Suwarno (fasilitator P-WEC)
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Cover Story7
seimbangan ekosistem terjadi
secara merata.
Tak ada predator alami
Sudah menjadi hal yang
lumrah jika terjadi ketidak
seimbangan dalam ekosistem
a k a n m e n d u k u n g d a n
m e m p e r c e p a t t e r j a d i n y a
Setelah telur berhasil diretaskan,
populasinya kian tidak terkontrol
karena secara lami mereka akan
dikendalikan predator.
Terganggunya keseimbangan
alam itu akibat predator ulat bulu,
yakni burung liar pemakan
s e r a n g g a , m e n g h i l a n g d i
Probolinggo. Sehingga terjadi
ledakan populasi hama tersebut.
sumber:upload.wikimedia.org
Page 10
Singa-Singa Afrika
TerancamJOHANNESBURG, Afr ika
Selatan-Ma di Tau adalah nama
seekor induk Singa yang
bertarung melawan kerbau liar
Afrika yang berbahaya, buaya-
buaya yang lapar, kebakaran hutan
dan persaingan antar singa serta
berusaha menyelamatkan anak-
anaknya. Semua hal yang
mengerikan ini terjadi di Delta
Okavango di Botswana. Ma
di Tau dan anak-anaknya
menghadapi berbagai ancaman
alamiah, ancaman terbesar bagi
Singa-singa di Afrika adalah
m a n u s i a . B e b e r a p a a h l i
mengatakan bahwa singa akan
punah di alam dalam 10 tahun ke
depan.
Ma di Tau
dan populasi singa Afrika yang
terus menuraun diceritakan dalam
sebuah film dokumentari National
Geographic yang berjudul “
” atau “Singa-singa
Terakhir”. Film yang baru saja
diluncurkan di Amerika baru-baru
ini tersebut telah menarik cukup
b a n y a k p e n o n t o n y a n g
menunjukkan perhatian baru pada
krisis singa ini. “Film ini
mengisahkan tentang singa-singa
yang tersisa dan jumlah-nya
sangat memprihatinkan,” tutur
Dereck Joubert, si pembuat film
yang bersama istrinya Beverly
telah meng-habiskan lebih dari
The
Last Lions
Jika
Kisah mengenai
dua tahun berada di semak-semak
untuk mendokumentasikan kisah
tersebut.
Banyak orang sehabis
menonton film ini menyampaikan
bahwa mereka tidak habis pikir
kenapa hal ini bisa terjadi,”
tambah Dereck.
“
Populasi Singa
Afrika di alam telah menurun
hingga 450.000 ekor, atau sekitar
20.000 ekor penurunan semenjak
20 tahun terakhir. Hal ini terjadi
terutama karena kerusakan
habitat, perdagangan bagian-
bagian tubuh singa, olahraga
berburu, penyakit yang sitularkan
dari hewan ternak dan konflik
hewan dan manusia dimana singa-
singa dibunuh karena dianggap
mengganggu aktifitas manusia.
Masalah yang menarik perhatian
adalah penurunan populasi ini
terjadi kemungkinan dikarenakan
jumlah singa yang menurun secara
drastis dan keragaman genetik
yang terpengaruh.
Sebuah usaha baru sedang
diupayakan untuk menghadapi
permasalahan utama, seperti yang
diungkapkan oleh aktifis satwa
liar sebagai ancaman bagi singa
Afrika, yakni olahraga berburu
yang dilakukan terutama oleh para
pemburu Amerika. Sebuah koalisi
yang terdiri dari kelompok-
kelompok perlin-dungan satwa
liar telah mengirimkan petisi
kepada Departemen Dalam
Negeri Amerika Serikat untuk
memasukkan singa sebagai
spesies kategori terancam punah.
Ini akan berarti bahwa impor singa
ke Amerika sebagai target
o lahraga berburu menjadi
dilarang.
Menurut IFAW, antara tahun
“Kami tahu bahwa
olahraga berburu turut berperan
dalam penurunan populasi singa
ini,” ungkap Jeff Flocken,
Direktur International Fund for
A n i m a l We l f a r e ( I FAW ) ,
o r g a n i s a s i p e n d a n a a n
internasional untuk kesejahteraan
hewan kantor Washington, D.C..
IFAW merupakan salah satu
penggagas dari koalisi kelompok
y a n g m e n g i r i m k a n p e t i s i
tersbut. Saya rasa masyarakat
terkejut menge-tahui betapa
cepatnya penurunan populasi
singa ini terjadi,” imbuhnya.
1998
dan 2008, 64% dari 5.663 ekor
singa di alam menjadi korban
olahraga berburu di Afrika dan
kemudian diekspor ke Amerika.
“Jika warga Amerika tahu bahwa
“
Global News
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
8
Beberapa ahli mengatakan bahwa singa akan punah di
alam dalam 10 tahun ke depan.“
”
Page 11
mereka tidak bisa membawa
pulang hasil buruannya ke rumah
mereka, mereka tidak akan lagi
mau berburu singa karena
biayanya sangat mahal,” kata
Steve Smit, juru bicara organisasi
Animal Rights Africa (Hak-hak
HewanAfrika).
Seorang turis harus membayar
hingga 220 juta rupiah untuk bisa
menembak seekor singa jantan,
belum termasuk biaya safari dan
pengiriman hasil buruan ke negara
asal. Yang biasanya menjadi target
buruan dan terbunuh adalah singa
pejantan dominan (pemimpin) dan
ini mempunya dampak yang
sangat besar bagi singa-singa
lainnya, yakni memicu pertarung-
an antar singa untuk menjadi singa
pejantan dominan pengganti.
Seekor pejantan dominan yang
berhasil mengambil alih peran
akan membunuh anak-anak atau
keturunan dari singa pejantan
dominan sebelumnya yang telah
diburu, ujar Dereck dan Beverly
N a m u n
Joubert, si pembuat film “Singa-
singa Terakhir” yang juga seorang
penjelajah untuk National
G e o g r a p h i c . “ S a y a p i k i r
kebanyakan pemburu tidak
mengetahui ketika mereka tlah
menembak satu ekor singa jantan,
maka ini berarti sebuah peringatan
kematian untuk 20 hingga 30 ekor
singa lainnya dalam perebutan
kekuasaan untuk menjadi pejantan
dominan pengganti,” kata Beverly
Joubert.
Untuk satu ekor singa jantan
yang berhasil diburu, banyak
singa lainnya yang ikut terbunuh,”
t a m b a h B e v e r l y.
“
demikian, petisi dari koalisi
kelompok perlindungan satwa liar
tersebut telah ditentang oleh
kelompok pemburu internasional
atau Klub Safari Internasional
(Safari Club International) yang
mengatakan bahwa dengan
memasukkan singa ke dalam
kategori terancam punah maka
tidak saja akan “secara efektif
mengakihiri olahraga perburuan”
tetapi juga akan menyebabkan
mengakihiri keuntungan ekonomi
bagi masyarakat Afrika dari
olahraga perburuan ini yang pada
akhirnya akan memicu lebih
banyak konflik manusia dan
singa. “Pemburu dan olahraga
b e r b u r u s e b e n a r n y a
menguntungkan bagi Singa-singa
Afrika dan juga bagi masyarakat
Afrika. Keuntung-an yang
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Global News9
Singa Afrika ( ) yang terancam...Panthera leo sumber:cahayatenban.wordpress.com
Page 12
diperoleh dari kegiatan ini
mencapai 2 trilyun rupiah per
tahun untuk di daerah-daerah
terpencil di Afrika. Keuntungan
ini bermanfaat bagi satwa liar dan
masyarakat karena dimanfaatkan
untuk usaha perlindungan satwa
liar,” kata Larry Rudolph,
Presiden klub safari internasional
tersebut dan Joe Hosmer, presiden
yayasan amal dari klub yang sama.
South
African Predator Breeders
Assoc ia t ion
Status perlindungan ini akan
berdampak besar pada industri
kami,” kata ketua asosiasi, Carel
van Heerden.
singa hasil penangkaran
“
Berdasarkan data
a tau asos ias i
penangkar hewan predator Afrika
Selatan, ada 4.000 hingga 5.000
ekor singa dalam kurungan di
Afrika Selatan dan terpisah dari
populasi singa liar di alam yang
terancam punah.
Asosiasi ini mewakili para
penangkar singa untuk dijadikan
target berburu yang juga disebut
sebagai “berburu singa kalengan”
(seperti makanan kaleng, red).
Jika singa-singa dimasukkan
dalam kategori terancam punah di
Amerika Serikat, maka hal ini
a k a n m e m p e n g a r u h i p a r a
penangkar singa diAfrika Selatan,
sebuah industri yang disebutkan
mempekerjakan 5.000 orang.
Pada bulan
Desember tahun lalu, asosiasi
penangkar ini telah memenangkan
k a s u s p e r a d i l a n y a n g
memperbolehkan perburuan
untuk singa hasil penangkaran
yang dilepaskan ke alam untuk
beberapa saat sebelum akhirnya
mereka diburu dan dibunuh.
A s o s i a s i i n i b e r h a s i l
mengalahkan dan menakhiri
perundangan yang mewajibkan
bahwa
tersebut harus dilepaskan dan
dibiarkan di alam selama dua
tahun terlebih dahulu sebelum
akhirnya diburu.
Dereck
Joubert mengatakan bahwa
dampak ekonomi yang dirasakan
akan jauh lebih besar jika singa
benar-benar punah dibandingkan
jika perburuan singa dihentikan
karena punahnya singa akan
mempengaruhi par iwisa ta ,
industri besar di negara-negara
Afr ika .
Sama saja dengan pergi ke
tempat penyembelihan hewan dan
menembak seekor sapi, semudah
itu,” tambahnya.
“
Namun demikian,
Walaupun Dereck
menyetujui bahwa singa-singa
hasil penangkaran dipisahkan dari
singa liar di alam, dia mengatakan
bahwa ada alasan etika dan
spiri tual untuk menentang
“perburuan singa kalengan”.
“Perburuan singa kalengan ini
tetap saja merupakan sebuah
industri pembantaian,” kata
Dereck.
Pasangan
Joubert ini juga menentang bahwa
perburuan singa kalengan ini turut
b e r p e r a n d a l a m m e m i c u
perdagangan bagian-bagian tubuh
singa, untuk digunakan sebagai
“muti” yakni istilah obat-obatan
tradisional Afrika seperti halnya
pada praktek pengobatan Cina.
Semua keuntungan dari
film “
Sumber:
Global Post, 23 Maret 2011
Animal Rights Africa mengatakan
bahwa mereka prihatin pada
perburuan baik bagi singa liar
yang bebas di alam di taman-
taman nasional dan juga yang ada
di cagar alam milik pribadi. “Kami
akan sangat bergembira jika
undang-undang untuk melindungi
singa sebagai hewan yang
terancam punah diterbitkan,” kata
Smit, juru bicara Animals Rights
Africa.
The Last Lions" atau
“Singa-singa Terakhir” akan
disumbangkan ke inisiatif kucing-
kucing besar atau Big Cats
Initiative yang digagas National
Geographic untuk mendukung
proyek konservasi di Afrika.
“Tanpa ada perburuan, kehidupan
singa di alam itu sudah cukup
sulit,” kata Beverly Joubert.
“Saatnya setiap orang untuk
mengambil tindakan, jika tidak,
kita akan kehilangan singa
selamanya,” kata Dereck Joubert.
Kita hanya punya lima tahun
lagi untuk melakukan ini dan
butuh bantuan semua orang.”
“
Global News
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
10
sumber:hewandunia.blogspot.com
Page 13
Gabung ProFauna dengan menjadi Supporter ProFauna agar terus
mendapat majalah Suara Satwa online dan Anda tidak ketinggalan
informasi seputar ProFauna , pelestarian satwa liar dan hutan.
Informasi lebih lanjut silahkan [email protected] +62 8990517433
NEW DELHI, (PRLM).-
Populasi harimau India
meningkat untuk pertama
kalinya dalam beberapa dekade,
demikian laporan surat kabar "The
Indian Express" mengutip hasil
sensus harimau nasional yang
akan diumumkan minggu depan.
Menurut laporan sensus
harimau 2009-2010, jumlahnya
telah melonjak 1.510-1.550 dari
1.411 di tahun 2004-2005. seperti
ditulis . Laporan surat kabar itu
dibuat menjelang konferensi
konservasi harimau internasional
yang akan dibuka pada Senin
(28/3) di New Delhi, India.
Para pendukung konservasi
harimau menyambut berita ini dan
mengatakan peningkatan populasi
ini disebabkan pihak berwenang
telah mensurvei kawasan yang
lebih luas untuk melakukan sensus
dan menciptakan suaka baru untuk
harimau.
Tito Joseph, direktur program
Masyarakat Perlindungan Satwa
Liar India, mengatakan "sensus
terakhir termasuk beberapa
kawasan yang terlewat karena
akses medan, seperti hutan
mangrov Sunderbans yang
merupakan rumah bagi ratusan
harimau. "Mereka juga telah
mempersiapkan suaka harimau
lainnya. Pada tahun 2004 hanya
ada 28-33 suaka harimau,
sekarang ada 39 lokasi, jadi itu
jelas membantu," kata Joseph
kepada "AFP".
"Ini merupakan strategi yang
b a i k , k a r e n a h a r i m a u
membutuhkan ruang hidup, dan
jika Anda dapat menciptakan
ruang yang aman jumlah mereka
secara alami akan naik," katanya.
Populasi harimau saat ini masih
jauh dari angka yang terdaftar
pada tahun 2002 ketika sejumlah
3.700 harimau diperkirakan hidup
di negara ini. Diperkirakan sekitar
40.000 harimau hidup di India saat
kemerdekaan dari Inggris tahun
1947.
Sumber:
Pikiran Rakyat Online
PopulasiHarimau IndiaMeningkat
Global News11
Page 14
Penyu dan Pemasan Global(Global Warming)
Isu ini mungkin sudah tidak
asing ditelinga kita saat ini,
dimana banyak kampanye
tentang hal ini sedang gencar-
gencarnya dilakukan. Jargon “Go
Green” berkumandang dimana-
mana seolah kurang lengkap
rasanya kalau tidak Nampak
mendukung gerakan hijau ini.
Mungkin saja saat ini sudah terasa
dampaknya, ketika seorang kawan
dari USAmemposting photo lewat
Facebook yang menunjukkan
salju turun ditempatnya padahal
hal ini sangatlah jarang terjadi.
Menurutnya pernah terjadi hanya
sebentar di sebuah malam pada
tahun 2000. Dan kini telah turun
salju setebal 4 Cm ditempatnya.
P e m a n a s a n g l o b a l a k a n
mengakibatkan perubahan iklim
dunia, sudah tentunya akan
berdampak juga pada penyu yang
memiliki siklus hidup yang
panjang dan unik ini. Apakah
penyu akan bertahan hidup kali
ini? Bagaimana caranya? Banyak
pertanyaan tentang hal ini melihat
catatan penyu adalah salah satu
jenis satwa purba yang masih
bertahan hidup sampai saat ini.
Menurut para ahli dan beberapa
sumber, perubahan iklim ini akan
membawa dampak besar bagi
p e n y u , d i a n t a r a n y a :
Dengan semakin panasnya suhu
permukaan bumi sudah tentunya
akan mengakibatkan es akan
m e n c a i r d i k u t u b d a n
mengakibatkan permukaan air
laut akan bertambah tinggi.
Naikknya permukaan air laut ini
sudah tentunya akan merendam
bahkan menenggelamkan pantai-
pantai tempat penyu bertelur
sehingga tidak ada tempat untuk
penyu meletakkan telurnya.
Ataupun jika berhasil meletakkan
telurnya, makan ada kemungkinan
besar telur-telur penyu tersebut
akan terendam saat pasng tertinggi
air laut sehingga mengakibatkan
embrio dalam telur akan mati.
Karena jenis kelamin penyu
bergantung pada suhu saat telur
tersebut di dalam pasir maka
dengan semakin meningkatnya
panas di permukaan bumin kita ini
maka akan cenderung prosentase
menetas betina akan tinggi, atau
bahkan embrio dalam telur mati
k a r e n a t e r l a m p a u p a n a s .
Perubahan iklim ini sudah
tentunya akan banyak berdampak
pada arus dan suhu air laut yang
sudah tentunya akan berdampak
bagi penyu sebagai satwa yang
bermigrasi ribuan kilo meter.
Global News
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
12
Penyu, kelangsungan hidupnya terancam akibat pemanasan global Foto: Kurt Armsler
Page 15
Sekitar 80 persen dari berkisar 6.000 ekor
populasi orang utan ( ) di
Pulau Sumatera, mendiami kawasan
hutan di Provinsi Aceh, kata Kepala Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) Aceh
Abubakar Cekmad. "Populasi itu kami
khawatirkan akan terus menyusut jika aksi
perburuan tidak segera dihentikan. Orang Utan
banyak yang ditangkap, kemudian menjadi
binatang peliharaan masyarakat," katanya di
Jantho,Aceh Besar, Senin.
Hal itu disampaikan disela-sela pelepasan
empat ekor orang utan di stasiun reintroduksi
orang utan di kawasan hutan Jalin, Kecamatan
Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Empat orang
utan yang dilepaskan kembali ke habitatnya
merupakan bagian dari 36 ekor orang utan yang
selama ini berada dalam perlindungan di
Sumatera Utara. Pelepasan empat ekor orang
utan ke habitatnya itu dilakukan Gubernur
Aceh Irwandi Yusuf didampingi Bupati Aceh
Besar Bukhari Daud, Yayasan Ekosistem
Lestari (Pan Eco), serta BKSDAAceh .
Gubernur Irwandi Yusuf mengakui masih
banyak orang utan yang dikurung masyarakat
di dalam kerangkeng besi, dirantai sebagai
binatang peliharaan di rumah-rumah. "Mulai
saat ini saya berharap tidak ada lagi warga
mengurung atau merantai binatang dilindungi,
terutama orang utan dan kami berharap
masyarakat menyerahkannya kepada kami
untuk dilepas kembali kehabitatnya," kata dia.
Sebab, tambah Gubernur, memelihara orang
utan di rumah jauh lebih berbahaya karena
kedekatan magnetis, misalnya kalau ada
penyakit pada hewan ini dengan cepat dapat
menular ke manusia. "Genetik orang utan
pongo abelii
nyaris sama dengan manusia, maka sangat ditakutkan jika
menular akan lebih ganas," katanya. Orang utan harus
dilestarikan, tidak boleh ditangkap atau diperdagangkan
berdasarkan UU No 5 tahun 1990, dengan pidana lima tahun
penjaran dan denda Rp100 juta. sumber: antaranews.com
80 Persen PopulasiOrangutan Sumateradi Aceh
Orangutan Sumatera ( )Pongo abelii
Foto: www.realadventures.comFoto: www.realadventures.com
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
News 13
Page 16
Macan Tutul JawaDi Kaki Gunung Bromo
Me l e t u s n y a G u n u n g
M e r a p i b a r u s a j a
berlalu. Banyak masalah
yang ditimbulkan setelahnya, dari
kehilangan orang-orang tercinta
karena tidak sempat menyelamat-
kan diri, kehilangan tempat
tinggal, rusaknya lahan pertanian
hingga beberapa dampak yang
ditimbulkan akibat lahar dingin
merapi. Tentu kejadian ini tidak
sekadar dijadikan sejarah dan
berlalu begitu saja, dan sudah
tentu banyak pelajaran yang dapat
ditarik dari meletusnya Gunung
Merapi. Salah satunya adalah
tentang status keragaman satwa
liar sebelum merapi meletus.
Dalam sebuah wawancara di
salah satu tv swasta, warga sekitar
menyatakan bahwa tidak ada
t a n d a - t a n d a y a n g s a n g a t
meyakinkan kalau merapi akan
meletus dengan hebatnya. Secara
vulkanologi tentu sudah ada
tanda, karena gunung merapi
merupakan gunung berapi yang
paling aktif di dunia, namun tanda
lain yang mudah dan sangat
dipercaya oleh warga seperti
adanya satwaliar yang masuk ke
perkampungan tidak tampak
(mungkin di beberapa tempat ada,
namun di tempat wawancara tv
swasta ini dinyatakan tidak
tampak). Sang responden juga
Macan Tutul Jawa ( ) yang tertangkap camera trap di kaki BromoPanthera pardus melas
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
14News
Page 17
menjelaskan bahwa, kemungkin-
an satwa liar ini sudah rusak
habitatnya karena ulah manusia
atau karena perburuan, sehingga
tentu tidak akan ada lagi satwa
yang memberikan tanda ini,
seperti halnya cerita pada letusan-
letusan sebelumnya. Tentu ini
in formas i ba ik , seka l igus
informasi buruk bagi peneliti dan
pecinta satwa liar.
Pulau Jawa adalah bagian dari
paparan Sunda bersama Pulau
Sumatera dan Pulau Kalimantan
yang secara bersama memiliki 381
jenis mamalia, yang 173 jenis
diantaranya adalah mamalia
endemik di ketiga pulau besar
Indonesia itu. Namun seiring
kerusakan hutan (deforestasi)
yang begitu cepat, sebesar 1,6 juta
hektar per tahun pada periode
tahun 1985-1997, dan 3,8 juta
hektar pertahun dalam periode
tahun 1997-2000, membuat satwa
liar terutama mamalia begitu
terdesak, menetap pada lahan
terisolir dan berstatus sebagai
satwa langka (endangered atau
vulnerable species). Diantara
ketiga pulau besar di paparan
sunda ini, Pulau Jawa merupakan
pulau yang paling tidak bersaha-
bat dengan satwa liar, terutama
untuk mamalia besar. Data
mutakhir menyatakan bahwa
lahan yang tertutup oleh hutan
alam di pulau jawa kurang dari 7%
dari luas total pulau Jawa atau
sekitar 0,97 juta hektar yang
tersebar terutama pada kawasan
konservasi dan kawasan lindung.
J i k a d i S u m a t e r a d a n
Kalimantan memiliki satwa
langka seperti Orangutan, Gajah,
Beruang, dan jenis lain, di Jawa
beberapa jenis yang sangat langka
merupakan jenis endemik yang
dijadikan penciri dari pulau Jawa,
yaitu Elang Jawa, Owa Jawa dan
Macan Tutul Jawa. Jenis yang
terakhir ini terkadang sering
dihubungkan dengan klenik,
namun jenis ini masih tercatat
had i r pada daerah-daerah
pegunungan di pulau Jawa.
Catatan secara ilmiah dilaporkan
paling banyak ditemukan di
Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango di Jawa Barat, bahkan
dijadikan satwa identitas Provinsi
Jawa Barat. Terakhir pada tahun
2009 lalu, Macan Tutul Jawa
tertangkap oleh kamera otomatis
(camera trap) di kawasan hutan di
kaki gunung Bromo Jawa Timur
oleh peneliti dari Pusat Penelitian
Hutan Tropis, Fakultas Kehutanan
Universitas Mulawarman.
Macan Tutul Jawa secara
ilmiah bernama
merupakan subspecies dari
macan tutul ( ),
termasuk dalam famili Felidae dan
ordo Carnivora. Dibandingkan
dengan macan tutul lainnya,
macan tutul jawa berukuran paling
kecil, dan mempunyai
penglihatan dan penciuman yang
tajam. Hewan ini soliter, kecuali
pada musim berbiak. Ia lebih aktif
berburu mangsa di malam hari.
Mangsanya yang terdiri dari aneka
hewan herbivora, seperti rusa,
monyet, kancil dan terkadang
hewan ternak dari perkampungan
terdekat, yang biasanya diletak-
kan dulu di atas pohon.
Macan tutul merupakan satu-
satunya kucing besar yang masih
tersisa di Pulau Jawa. Populasinya
di alam turun secara drastis dari
350-700 individu menjadi sekitar
100-250 individu saja pada tahun
2005. Penyebab utamanya adalah
h i l a n g n y a h a b i t a t h u t a n ,
Panthera pardus
melas
Panthera pardus
indra
kurangnya hewan yang dimangsa
( p r e y ) d a n p e n a n g k a p a n /
perburuan liar. Oleh karena daerah
dan populasi dimana hewan ini
ditemukan sangat terbatas, macan
tutul dievaluasikan sebagai
“kritis” sejak 2007 dalam IUCN
R e d L i s t d a t a b o o k d a n
didaf ta rkan da lam CITES
Appendix I. Satwa ini dilindungi
di Indonesia, yang tercantum di
dalam UU No. 5 tahun 1990 dan
PPNo. 7 tahun 1999.
Keberadaan satwa dengan
posisi tingkat tinggi dalam tropic
(kelas makan) ini tentu menjadi
indikator positif kualitas suatu
kawasan hutan yang dijadikan
sebagai habitat. Macan tutul tentu
mengiindikasikan bahwa satwa
lain sebagai hewan yang dimangsa
juga hadir dalam kawasan ini.
Sudah menjadi kewajiban para
penanggngjawab kawasan untuk
menjaga kawasan ini dari
perburuan dan perambahan.
Satwa liar di alam sangat
tergantung terhadap sumberdaya
alam sebagai sumber pakan dan
bertahan hidup. Di beberapa
tempat di dunia karnivora besar
seperti Macan Tutul Jawa ini
bahkan dijadikan
. Semoga kehadirannya di
Bromo memang menandakan
kualitas hutan di Bromo masih
bagus. Kesadaran masyarakat
untuk menjaga kawasan hutan
yang masih relative bagus ini
sangat diperlukan. Tentu bukan
hanya sekadar slogan setelah
bencana terjadi, karena kawasan
h u t a n y a n g b a i k a d a l a h
kebutuhan. (dari berbagai sumber)
Supporter ProFauna Indonesia
di Kalimantan Timur
umbrella
species
Rustam
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
News15
Page 18
Ketika isu pencurian budaya
nasional, Ambalat, pulau
Jemur, lagu nasional dan
banyak lagi kasus dengan tetangga
serumpun Malaysia, banyak dari
kita seperti tersengat listrik.
Seperti bangun dari mimpi indah,
pada kompak mengobarkan
semangat konfrontasi dengan yel
Malaysia. Kasus yang
berulang dan tampaknya akan
terus berulang, seperti terbangun
dari mimpi yang satu untuk
memulai mimpi yang lain.
Tampak tak kan pernah selesai.
Apa hubungannya dengan
g a j a h ? a p a k a h j u g a a d a
hubungannya dengan “sepakbola
gajah”?, mungkin iya dan
mungkin tidak. Ada gajah asia dan
gajah afrika, kedua mamalia
raksasa ini adalah satwa lintas
terrestrial tak kenal batas negara.
Tak kenal pasport, visa apalagi
ganyang
NPWP (wajib ditunjukkan ketika
ingin keluar negeri). Namun
Gajah Kalimantan tidak melintasi
perbatasan.. ah masa?
B a n y a k p e r d e b a t a n
sebelumnya yang mempertanya-
kan tentang keberadaan Gajah
( ) d i
Kalimantan. Apakah memang
ada?. Di Kalimantan memang
tercatat ada 222 jenis mamalia
termasuk Gajah, namun juga
dikatakan bahwa keberadaan
Gajah di Kalimantan bukan “asli”
Kalimantan, tetapi hadiah dari
British East India Company
kepada kerajaan Sulu pada tahun
1750 yang kemudian lepas dan
menjadi liar (Payne, 2000 dan
Mc.Kinnon, 2000). Informasi lain
menyebutkan Gajah hanya berada
di kawasan sempit Sabah dan
wilayah barat dan utara
Kalimantan Timur. Mungkin
E l e p h a s m a x i m u s
gajah memang berasal dari pulau
Kalimantan, karena ada fosil gigi
gajah dikenal dari Kalimantan
(MacKinnon, 2000) . Data
mutakhir, dari hasil uji DNA,
gajah Kalimantan memiliki
perbedaan genetik dengan gajah
Sr i langka , Ind ia , Bhutan ,
Bangladesh, Thailand, Laos,
Vietnam, Kamboja, semenanjung
Malaysia dan Sumatera (WWF
dan BKSDA Kaltim, 2006). Gajah
Kalimantan dinilai termasuk
satwa paling langka untuk spesies
gajah karena memiliki perbedaan
dengan satwa sejenis yang
terdapat di belahan dunia yang
lain. Disebutkan pula gajah
kalimantan memiliki ukuran
paling kecil di antara seluruh
species gajah. Ya, sekecil-
kecilnya gajah tetap besar...
(perbedaan spesifik ada pada
tabel)
NASIONALISME GAJAH
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
16News
Gajah Asia( )Elephas maximus
Gajah Afrika( )Loxodonta Africana
34
3
22
3
4 5
8
6
9
1
9 8
6
77
1
Page 19
Isu gajah di Kaltim termasuk
isu baru yang mungkin dimulai
awal tahun 2000an. Dibanding
beberapa species lain yang selama
ini menjadi isu seksi di bidang
konservasi, seperti Orangutan,
G a j a h s e d i k i t t e r l a m b a t
dibicarakan. Namun jangan
sampai setelah menjadi isu seksi,
menjadikan species ini sebagai
obyek sebuah proyek yang justru
membahayakan keberadaan satwa
itu sendiri. Isu konservasinya
semakin kuat diangkat, tetapi
keberadaannya tidak semakin
membaik dari sisi ekologi dan
konservasi. Itu yang terjadi pada
kasus konservasi dan rehabilitasi
Orangutan.
Di Utara Kalimantan Timur,
terutama daerah perbatasan antara
Kecamatan Sebuku Kabupaten
Nunukan dengan Sabah Malaysia
didiami oleh suku Dayak Agabag.
Konservasi Gajah oleh
Masyarakat Setempat
Suku ini biasa tinggal dekat
dengan sungai, dengan makanan
pokok yang berbeda dengan
makanan pokok suku Dayak
lainnya di Kalimantan Timur.
Masyarakat Dayak umumnya
menanam padi gunung dengan
cara perladangan berpindah
( ), dari sini
dihasilkan “beras baru” yang
dikonsumsi sendiri. Sedangkan
D a y a k A g a b a g m a k a n a n
pokoknya ada , makanan yang
terbuat dari tepung/sari singkong,
mungkin mirip tiwul di jawa.
Karena budidaya singkong
sedemikian rupa, tentu dapat
meminimumkan pembukaan
lahan baru yang dapat merusak
keragaman hayati.
Selain itu, hubungan langsung
dengan konservasi gajah adalah
bahwa suku Dayak Agabag di
U t a r a K a l i m a n t a n Ti m u r
menyebut gajah dengan sebutan
. Kata tersebut dapat
disinonimkan dengan sebutan
Nenek (ibu dari ibu), seorang yang
shifting cultivation
Illo
Nenek
d i t u a k a n d a n d i h o r m a t i
keberadaannya. Ada kebiasaan
menghindari jika bertemu jejak
( ) g a j a h , d a n
menganggap mengganggu
kebiasaan sang gajah. Dari rasa
takut ini terkadang muncul
legenda dan cenderung mendekati
c e r i t a m i s t i s . S e h i n g g a
mendapatkan bangkai atau gading
g a j a h m e r u p a k a n s u a t u
keberuntungan yang luar biasa.
Melamar seorang gadis dengan
memberikan gelang dari gading
gajah sebagai mas kawin
merupakan suatu prestise.
Keberadaan gajah di Utara
Kaltim sedikit lebih aman dari
masayarakat lokal karena tidak
adanya kebiasaan berburu gajah
untuk kepentingan kegiatan
manusia seperti halnya di
beberapa tempat, yang kemudian
dijinakkan dan dilatih untuk
membantu pekerjaan manusia,
seperti mengangkat kayu dan
muatan berat lainnya.
f o o t p r i n t
pamali
News17
No
1
2
3
4
5
Gajah Sumatera
Ukuran tubuh lebih besar dari Gajah
Kalimantan
Telinga lebih kecil
Bentuk tubuh lebih ramping
Ekor tidak lebih panjang dan tidak
nyaris menyentuh tanah
Gading melengkung
Gajah Kalimantan
Ukuran tubuh lebih kecil daripada
Gajah Sumatera
Telinga lebih besar
Bentuk tubuh lebih membulat
Ekor lebih panjang dan nyaris
menyentuh tanah
Gading Lurus
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Gajah Asia
Gading
Kepala dengan dua bonggol
Telinga yang tidak menutupi bahu dan
lebih kecil
Bagian badan yang paling tinggi
Tidak ada lekukan
Kulit tidak kendur dan berkedut
Satu bibir pada ujung belalai
Empat jari kaki
Lima Jari kaki
Gajah Afrika
Gading
Kepala dengan satu bonggol
Telinga yang menutupi bahu dan
seperti Benua Afrika
Tinggi badan yang paling tinggi
Adanya lekukan
Kulit yang kendur dan berkedut
Dua bibir pada ujung belalai
Tiga jari kaki
Empat jari kaki
Per
ban
din
gan
an
tara
Gaja
hA
sia d
an
Gaja
hA
frik
a
Per
ban
din
gan
Morf
olo
gis
Gaja
hK
ali
man
tan
dan
Gaja
h S
um
ate
ra
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Page 20
Nasionalisme Gajah
Semakin banyak orang yang
mengetahui informasi tentang
gajah Kalimantan. Semakin
banyak pula keinginan untuk
mengetahui pola ekologi dan
seluruh informasi keberadaannya.
Namun seiring informasi yang
berusaha dikumpul-kan, habitat
Gajah Kalimantan sendiri terus
mengalami degradasi sedemikian
cepatnya. Sejak sekitar puluhan
tahun lalu kawasan Kecamatan
Sebuku adalah kawasan Hutan
Tanaman Industri dan perkebunan
sawit. Bahkan dalam rencana
pemerintah, kawasan perbatasan
ini dijadikan Kawasan Strategis
Nasional atau sering disingkat
dengan KSN dengan rencana
pembukaan kawasan yang
kemudian ditanami sawit sebagai
batas negara.
Padahal sebelumnya kawasan
ini telah dibuka sebagai kawasan
transmigrasi. Pembukaan lahan
untuk kawasan transmigrasi di
Kalimantan sudah umum akan
merusak hutan selamanya. Belum
ada contoh program transmigrasi
yang tidak merusak hutan dengan
segala sumberdaya alam di
dalamnya. Bahkan kecenderung-
an semakin rusaknya hutan
dengan segala akses penghidupan
yang diperoleh dari alam.
Sampai terakhir ini semakin
santer diberitakan bagaimana
konflik Gajah dengan manusia
bukan hanya terjadi di Sumatera.
Di Kalimantan gajah dianggap
hama yang merusak perkebunan
sawit masyarakat. Masyarakat
yang memiliki kebun sawit di
Sebuku menyebutkan seekor
gajah dapat menghabiskan 1-3
hektar tanaman sawit yang baru
ditanam dalam satu malam.
Bahkan bukan sekadar merusak
p e r k e b u n a n p e n d u d u k ,
kadangkala gajah juga merusak
rumah penduduk.
Jumlah populas i ga jah
Kalimantan pun masih simpang
siur.Ada beberapa data yang dapat
dijadikan sumber jumlah populasi
gajah Kalimantan di Kalimantan
Timur. Ada angka yang menyata-
kan 1 ekor per 330 km , namun ada2
pula angka lain menyebutkan
bahwa jumlah populasi gajah
Kalimantan Timur adalah 45-50
ekor. Tentu memerlukan metode
tertentu yang dapat dipertang-
gungjawabkan tentang jumlah
populasi mamalia besar ini.
Salah satu metode yang dapat
digunakan adalah mengikuti jalur
jelajah gajah atau dengan
menggunakan colar (kalung
elektronik) yang dapat menghi-
tung kisaran populasi gajah
dengan perkiraan daya jelajah
yang terekam. Tetapi semua cara
tersebut mahal dan memerlukan
waktu dan tenaga.
Gajah punya rasa nasiona-
lisme? yang benar, para tentara
dan orang sipil yang diperbantu-
kan untuk menjaga perbatasan
menyatakan bahwa tidak ada jejak
gajah yang melintasi jalur perba-
tasan Indonesia - Malaysia. Jadi
gajah yang ada di Kaltim utama-
nya di kecamatan Sebuku
penyebarannya hanya di sekitar
kawasan hutan sebuku, sedangkan
yang di Sabah demikian pula,
tidak ada yang melintas hingga
masuk ke dalam kawasan hutan
sebuku. Hal ini menarik untuk
diketahui lebih jauh, mengapa
terjadi demikian. Memang
informasi tentang jalur lintasan
mamalia besar adalah tetap.
Sehingga di beberapa negara
tertentu, jalur dan waktu lintasan
satwa dicatat sebagai sesuatu yang
bisa d ikembangkan untuk
ekowisata. Jadi gajah memang
p u n y a n a s i o n a l i s m e ? ,
wallahualam…
Rustam
S u p p o r t e r P r o F a u n a d i
Kaltim/Staf pengajar Fahutan
Universitas Mulawarman
Regnum : Animalia (Metazoa)Sub Regnum : EumetazoaSuper Phylum : Bilateria : DeuterostomiaPhylum : ChordataSub Phyllum : VertebrataClassic : MamaliaSub Class : TheriaInfraclassic : PlacentaliaOrdo : ProboscideaSub Ordo : RuminantiaInfra Order : PecoraFamilia : ElephantidaeSub Familia : ElephantidaeGenus : ElephasSpecies :Sub-Species :
Elephas maximusElephas maximusborneensis
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
18News
Kla
sifi
kasi
Gaja
h K
ali
man
tan
Page 21
Pertemuan akbar Supporter ProFauna yang di helat 2 tahunan kini kembali hadir ditahun 2011, acara yang dulu diberi nama PMM (ProFauna Members Meeting) kiniberganti nama ProFauna Conference 2011dilaksanakan di P-WEC pada awal bulanJuni 2011, yang akan menyajikan kegiatan yang lain dari tahun sebelumnya. Masihtetap dengan mengundang 100 orang Supporter dalam acara ini akan menghadirkanpara pembicara ahli dari dalam negeri bahkan luar negeri.
Apa saja syaratnya? Cukup terdaftar sebagai Supporter ProFauna dan memiliki KTS(Kartu Tanda Supporter) ProFauna, anda sudah berhak mengikuti pertemuan akbar ini.Untuk itu bagi Supporter yang belum memiliki KTS ProFauna segera mengurusnyahanya dengan mengganti biaya cetak Rp 10.000,- dan bagi yang sudah expired segeramemperpanjang masa berlaku KTS. Info lebih lanjut hubungi [email protected] .
Sampai jumpa di ProFauna Conference 2011 !! (YL)
2011From the Ocean to the Jungle3-5 Juni
Page 23
Tak hanya itu saja, tim
mendapatkan 10 jenis burung
yaitu :
Kuntul kerbau
Trinil Pantai
Kipasan belang
Cekakak sungai
Raja Udang Biru
Tekukur Biasa
Kacamata Biasa
Bondol Peking
Kokoan Laut
Cipoh Kacat
Tak hanya pengamatan
burung pantai saja yang dilakukan
di Curahsawo, di bawah pohon
kami berisitirahat dan berdiskusi
tentang hasil apa yang kita
dapatkan dalam kegiatan kali ini
kemudian dilanjutkan
bersama Supporter dari UK,
Phillips yang berlatarbelakang
sebagai ahli ekologi. Terima kasih
kepada Supporter ProFauna yang
di Jawa Timur yang mendukung
kegiatan ini. Sampai Jumpa di
Petualangan selanjutnya.
(Bubulcus ibis)
(Trinaga hypoleucos)
(Rhipidura javanica)
(Todirhampus chloris)
(Alcedo coerulescens)
(Streptopelia chinensis)
(Zosterops palpebrosus)
(Lonchura punctulata)
(Butorides striatus)
(Aegithina tiphia)
sharing
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
“Panasnya”Pengamatan Burung Pantai di Curah Sawo
Minggu Pagi tepat pukul
06.00 WIB Supporter
yang tersebar di Jawa
Timur yang datang dari Kediri,
Pandaan, Probolinggo diantara-
nya Yusuf, Alex, Didik, Ghazali,
Zainal, Toni, Isma, Ari, Arif,
Affan, Dwi, Maman, dan tidak
mau ketinggalan Supporter dari
UK berkumpul ke Curahsawo
Probolinggo, untuk melakukan
burung pantai.
Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan ProFauna sekitar 5
tahun lalu, populasi burung pantai
di Curahsawo masih banyak
ditemukan berbagai macam
b u r u n g p a n t a i , s e k a r a n g
b e r k u r a n g d r a s t i s a k i b a t
perburuan.
birdwatching
Menurut Supporter dari
Probolinggo yaitu Maman, tahun
2007 masih terlihat Elang Laut
yang
sesekali terbang dan bertengger di
kawasan Curahsawo yang me-
rupakan hutan mangrove sekitar
Pantai Utara pulau Jawa tersebut.
Mulai keberangkatan hingga
kedatangan 'diiringi' panasnya
matahari tak menyurutkan
langkah kita untuk mengamati
populasi burung pantai tersebut.
Terdapat sekawanan burung
pantai yang memiliki bulu
berwarna putih dengan paruh
berwarna kuning terbang dari
pohon mangrove satu ke pohon
mangrove yang lain. “betapa
indahnya mereka hidup di alam”.
(Haliaetus leucogaster)
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Suara Supporter21
Page 24
Mobil Baca:
Mengantar AnakMengenal Alam
Siapa bilang melestarikan
alam hanya bisa dilakukan
dengan menanam pohon,
membersihkan sungai, dan
berhenti mengeksploitasi satwa
liar?. Ternyata kita juga bisa
melestarikan alam dari halaman
rumah atau sekolah kita, yaitu
melalui kegiatan Mobil Baca P-
WEC.
Kegiatan mobil baca adalah
program rutin P-WEC dibawah
komando
yang dilaksanakan sekali setiap
bulan, biasanya pada hari minggu
dan berlokasi di halaman rumah
warga atau SD yang ada di sekitar
P-WEC. Kegiatan ini bertujuan
comunity development
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
22Suara Supporter
Page 25
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Suara Supporter23
untuk mendidik anak-anak
sebagai generasi penerus masa
depan tentang dasar-dasar
pelestarian alam. Tentu saja
pengetahuan itu diberikan secara
tidak langsung menyesuaikan
d e n g a n u s i a d a n t i n g k a t
pendidikan. Secara santai dan
m e n g i b u r b a i k m e l a l u i
percakapan, buku-buku cerita,
maupun kuis yang dibantu oleh
suppor ter secara ber lahan
menggugah rasa ingin tahu anak-
anak tentang alam.
Biasanya, tim P-WEC datang
ke sekolah pada hari minggu pagi.
Sepe r t i mob i l baca yang
dilaksanakan di SDN Selorejo
beberapa waktu lalu (26/09/10).
Saat itu, dapat dipastikan
anak-anak sudah mandi dan
beramai-ramai berkumpul di
p i n g g i r j a l a n , m e n u n g g u
datangnya seekor lutung. Lhoh,
k o k l u t u n g ? I y a , u n t u k
menyemarakkan suasana dan
menghibur anak-anak, tim P-
WEC selalu membawa maskot
mobil baca, yaitu si lutung. Begitu
si lutung ini keluar dari mobil,
langsung saja si lutung diserbu
oleh anak-anak kecil yang berebut
ingin memeluknya.
Sebagai pemanasan, anak-
anak diberi permainan terlebih
dahulu. Tentu saja, permainan
y a n g d i l a k u k a n s e l a l u
berhubungan dengan alam,
misalnya ”Hutan dan Pemburu”
atau ”Kelelawar dan Ngengat”.
Dengan demikian, sambil tertawa
dan berlarian pun anak-anak
dengan sendirinya akan menyerap
konsep kehidupan di alam,
terutama tentang hubungan antar
makhluk hidup. Si lutung, yang
sebenarnya hanya seorang staff
atau supporter yang mengenakan
kostum, juga tak kalah aktifnya
berlarian dan melompat bersama
anak-anak dan tim mobil baca
agar suasana lebih meriah.
B a r u s e t e l a h s e d i k i t
berkeringat, buku-buku bacaan
mulai digelar. Buku-buku yang
disuguhkan sebagian besar adalah
fabel kaya warna yang pasti
disukai oleh anak-anak, apalagi
buku-buku tersebut memiliki
ilustrasi yang menarik sehingga
anak-anak pun dapat membaca
dengan penuh mina t dan
konsentrasi. Selain buku-buku
fiksi, ada juga buku tentang
pengetahuan alam, seperti buku
tentang reptil, hutan, atau air. Tim
P-WEC dan supporter pun tidak
tinggal diam. Mereka ikut
bergabung dengan anak-anak,
terkadang juga membacakan
cerita untuk anak-anak yang
b e l u m l a n c a r m e m b a c a ,
berbincang tentang isi buku, dan
tak lupa si lutung pun ikut duduk
manis mendengarkan anak-anak
yang mau membacakan cerita
untuknya.
Setiap perjuangan pasti
menemui kesulitan. Tak jarang
kami harus ekstra bersabar
menghadapi anak-anak yang
m e n g g a n g g u t e m a n n y a ,
”mengeroyok” si lutung, atau
tidak punya motivasi untuk
membaca. Tapi namanya juga
anak-anak, kalau terus-menerus
diajak dan melihat sebagian besar
temannya membaca , lama
kelamaan mereka juga ikut duduk
dan tenggelam dalam petualangan
”Kancil dan Buaya”.
Setelah cukup lama membaca,
tibalah waktu yang dinanti-
nantikan, kuis. Beberapa anak
yang mau menceritakan kembali
buku yang telah dibaca akan maju
dan bercerita di depan teman-
t e m a n n y a , d a n s e b a g a i
penghargaan mereka akan
mendapat hadiah berupa alat tulis.
Tentu saja ada yang kecewa
karena tidak terpilih untuk maju,
pasalnya hampir semua anak
mengacungkan tangan ketika
ditanya, tapi hanya 2-3 saja yang
akan terpilih. Pertanyaannya tentu
saja sederhana dan berkaitan
dengan hutan dan satwa liar, dan
lagi-lagi sulit sekali memilih siapa
yang berhak menjawab dan
mendapat hadiah karena puluhan
tangan langsung teracung saat
pertanyaan diberikan, termasuk
tangan si lutung.
Melestarikan alam memang
tak harus dilakukan secara
langsung . Sa lah sa tu ha l
terpenting untuk mewujudkan
lingkungan yang lestari adalah
dengan membangun pola pikir
yang menghormati alam. Dengan
mendidik anak-anak untuk
menghargai alam dan seisinya,
diharapkan mereka akan tumbuh
menjadi orang yang peduli pada
l i ngkungan , menyeba rkan
pemahaman itu pada orang-orang
d i s e k i t a r m e r e k a , d a n
menciptakan lingkungan yang
lebih baik di masa depan.
Asti Swasti
Suporter ProFauna Malang
Kunjungi websiteProFauna diwww.profauna.orguntuk mendapatkanberita seputarProFauna, satwa liar,dan hutan.
Page 26
Kelinci Belang Sumatera:
Punah Tanpa Pernah Dikenal
Kelinci Sumatera, atau
K e l i n c i B e l a n g
Sumatera (
) adalah satu-satunya
spesies kelinci asli Indonesia.
Satwa ini sangat langka karena
hanya terdapat pada hutan di
gunung-gunung di Sumatera,
antara lain Gunung Barisan,
Gunung Kerinci, dan Gunung
Leuser, pada ketinggian 600-
1600 mdpl. Saking langkanya,
satwa langka ini hanya pernah
terlihat dengan mata telanjang
p a d a t a h u n 1 9 7 2 s a j a ,
sedangkan pengamatan lainnya
pada tahun 2000 dan 2007 di-
lakukan menggunakan kamera
pengintai. Karena jarang dapat
d i t e m u i i n i l a h m a k a
penghitungan populasi dan
perlindungan sulit dilakukan,
apalagi penduduk lokal pun
tidak sadar akan keberadaan-
nya dan juga tidak memiliki
Nesolagus
netscheri
nama khusus bagi satwa ini.
Panjang tubuh Kelinci
Belang Sumatera berkisar
antara 35-40 cm, dengan berat
sekitar 1,5 kg. Warna dasar bulu
tubuh kelinci ini adalah kuning
kecoklatan, dengan garis-garis
h i t a m y a n g m e m b u j u r
sepanjang tubuhnya. Bulu
bagian bawah bertekstur
lembut dan rapat berwarna
putih, sedangkan bagian pantat
dan ekor berbulu kemerahan.
Yang semakin membedakan
spesies ini dari kelinci lainnya
adalah telinga dan ekornya
yang berukuran lebih pendek
(sekitar 2 cm).
Satwa lucu ini beraktivitas
pada malam hari (nocturnal),
dan pada siang hari mereka
bersembunyi di tempat-tempat
gelap seperti lubang yang digali
oleh hewan lain di bawah
pepohonan. Karena ukuran
tubuhnya yang kecil, maka
menu makanan utama mereka
adalah ranting dan daun dari
t a n a m a n - t a n a m a n y a n g
tumbuh dekat dengan tanah.
Hingga saat ini, belum ada
pihak yang mendanai program
konservasi bagi Kelinci Belang
Sumatera. Meski perburuan
bukanlah ancaman utama, pada
kenyataannya hidup mereka
sedang terancam oleh tinggi-
nya laju deforestasi. Habitat,
atau hutan, yang semakin
berkurang telah mempersempit
ruang gerak mereka dan juga
meniadakan sumber makanan.
Walaupun pernah dikategori-
k a n d a l a m “ C r i t i c a l l y
Endangered” (kritis) pada
tahun 1996, pada tahun 2008
IUCN memperbarui status
Kelinci Belang Sumatera
menjadi “Vulnerable” (rentan).
Asti Prawidya Mukti
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
24Suara Supporter
Page 27
Oleh: Rosek NursahidFounder and ChairmanProFauna Indonesia
Berbagi dengan Tekukur...
Tak salah jika sebagian orang
mengatakan bahwa “orang
kuno” itu lebih arif dan
bijaksana. Paling tidak itu yang saya
tangkap ketika lebih dari 20 orang
penduduk Desa Kucur, Kecamatan
Dau, Kabupaten Malang, berkumpul
di P-WEC di awal tahun 2011.
Mereka berkumpul di P-WEC yang
berada di kaki Pegunungan Kawi itu
untuk menambah wawasan tentang
pelestarian satwa liar. Maklum Desa
Kucur sudah mengeluarkan peraturan
desa yang melarang penangkapan
semua jenis satwa liar. Sebuah
peraturan desa yang ramah terhadap
alam.
Penduduk desa yang berkumpul
di P-WEC itu akan menjadi semacam
“satgas” penegakan peraturan desa
itu. Untuk itu dirasa perlu mereka
“dikuliahi” tentang persoalan
pelestarian satwa liar, dan saya yang
m e n d a p a t k a n s a m p u r u n t u k
memberikan kuliah kepada penduduk
desa yang sebagian besar petani itu.
Namun dalam pertemuan itu
justru saya merasa bahwa sayalah
yang banyak belajar dari petani yang
lugu itu. Saya merasa bahwa mereka
telah melakukan suatu tindakan nyata
yang berbau kental soal animal
welfare. Mereka yang tidak pernah
mendapatkan ilmu animal welfare,
justru telah menerapkan prinsip kasih
sayang terhadap binatang dalam
keseharian mereka. Saya dibuat
kagum dan tertegun. Apa yang
dilakukan oleh petani itu yang
membuat saya berkesimpul-an bahwa
mereka adalah 'aktivis penyayang
binatang sejati'? Ada seorang petani
yang ber tanya kepada saya ,
“bagaimana cara menangani burung
tekukur yang selalu memakan benih
tanaman yang kami tanam tanpa harus
membunuh tekukur itu?” Terus terang
saya kebingungan menjawab
pertanyaan tersebut, karena ini
menjadi dilema. Jika tekukur tidak
dibunuh maka tanaman petani itu
rusak, jika tanaman rusak otomatis
petani menjadi gagal panen dan ini
menjadi bencana buat anak istri petani
itu. Sementara kalau tekukur itu
dibunuh tentu akan melanggar kaidah
“animal welfare”. Sebuah pertanyaan
sederhana, namun jawabannya rumit.
Untuk orang yang berpikiran
pendek dan tidak punya etika, akan
menjawab secara sederhana, “bunuh
saja tekukur itu dengan diracun”.
Atau jaring saja tekukur itu,
kemudian dijual di pasar burung,
lumayan akan dapat tambahan
penghasilan. Atau yang pikirannya
lebih ngawur akan bilang undang saja
orang kota yang gemar membunuh
binatang, lalu suruh mereka
menembaki burung itu atas nama
hobby. Pasti orang kota itu akan
girang mendapat 'obyek” buruan
untuk dibunuh dengan keji. Heran,
koq ada hobby membunuh mahluk
hidup lain untuk sebuah tujuan yang
hanya sekedar memuaskan nafsu
belaka.
Di tengah kebimbangan itu tiba-
tiba ada petani lain yang mengangkat
tangan dan berbagi tips dalam
menangani 'hama' burung tekukur itu.
Petani itu bilang bahwa selama ini dia
tidak ada masalah dengan tekukur.
Tanamannya tetap bisa panen dan
tekukurpun tetap bisa hidup berdam-
pingan dengan petani itu. Apa yang
dilakukan oleh petani itu? Apakah
dengan ilmu klenik atau pergi ke
dukun untuk mengusir burung
tekukur itu?
Ternyata petani itu menerapkan
ilmu berbagi dengan alam. Agar
tekukur itu tidak memakan tanaman,
dia sengaja memberi makan tekukur
itu dengan butiran jagung. Petani itu
memberi jatah makanan kepada
tekukur dengan harapan pasukan
tekukur tidak menyerbu tanaman
yang lagi ditanam. Anehnya setelah
burung tekukur itu diberi makan,
mereka tidak memakan tanaman
petani itu. Mungkin ini sebuah bentuk
toleransi. Sulit dimengerti secara
logika, karena memang tidak ada
perjanjian tertulis antara petani dan
burung tekukur itu, yang ada adalah
'ikatan batin' sebagai sesama mahluk
yang sama-sama memanfatkan bumi
ini.
Memang petani i tu akan
mengeluarkan biaya untuk membeli
jagung untuk makan tekukur,namun
dia masih bisa panen karena
tanamannya tidak habis dimakan
tekukur. Daripada serakah, tidak mau
mengeluarkan uang untuk membeli
jagung, namun justru semakin
bangkrut karena panennya akan gagal
total. Petani itu juga sadar bahwa
sebelum mereka membuka ladang di
tepi hutan itu, para tekukur itu sudah
duluan ada disana. Justru pada
dasarnya petani itulah yang mengusik
kehidupan tekukur dan satwa liar
lainnya.
Saya tercenung dengan kearifan
berfikir dan bertindak dari petani
yang tidak pernah mengeyam bangku
kuliah itu. Hari itu saya mendapatkan
ilmu dari para petani, padahal acara
formalnya pada awalnya merekalah
yang akan”:berguru” kepada saya.
Para petani itu dalam kesehariannya
telah menerapkan kaidah-kaidah
animal welfare. Mereka telah dengan
rela berbagi kehidupan ini dengan
satwa, mereka rela berbagi dengan
tekukur. Akankah kita rela seperti
petani itu untuk berbagi dengan
satwa?
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Suara Hati25
Page 28
Pelatihan Penegak PEDESDesa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
Sebagai desa yang tidak
terlalu jauh jarak dari kota Malang
kurang lebih 13 Km dan memiliki
luas 5.831.963 Ha yang terbagi
dalam 7 dusun antara lain:
Dusun Krajan
Dusun Klaseman
Dusun Sumberbendo
Dusun Klampok
Dusun Turi
Dusun Godehan
Dusun Ketohan
Dengan kondisi alam yang
masih alami dengan didukung
aneka satwa liar yang ada di desa,
�
�
�
�
�
�
�
memungkinkan orang dari luar
desa untuk datang dan merusak
kondisi alam yang ada. Untuk
melindungi dari kegiatan tersebut,
Desa Kucur telah menerbitkan
Peraturan Desa (PERDES) Nomor
03 tahun 2009 tentang perlindung-
an satwa liar desa Kucur pada
tanggal 26April 2009.
Perlindungan satwa liar desa
Kucur tidak akan bisa maksimal
ketika perangkat pendukungnya
tidak dilengkapi salah satunya
adalah penegak peraturan desa.
Pada tanggal 19 Feb 2011 P-WEC
bekerjasama dengan pemerintah
desa Kucur telah mengadakan
pelatihan penegak peraturan desa
Kucur yang diikuti oleh unsur
perangkat desa dan Linmas desa
Kucur.
Pada pelatihan ini lebih
d imantapkan lag i ten tang
pemahaman para peserta tentang
peraturan desa Kucur Nomor 03
tahun 2009 dan pemahaman
tentang definisi satwa liar. Dengan
adanya pelatihan penegak perdes
ini perlindungan satwa liar di desa
Kucur bisa lebih optimal
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011 - Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar
Para peserta pelatihan yang berasal dari aparat desa Kucur
Page 29
Outbound for kid dan GatheringKeluarga Pak Setiawan
Minggu tanggal 2 Januari
2 0 1 1 P - W E C
kedatangan tamu lagi,
tamu P-WEC kali ini adalah
keluarga P Setiawan dari Malang.
Kegiatan utama dari keluarga Pak
Setiawan di P-WEC adalah
gathering keluarga besar.
Untuk menambah keakraban
diantara anggota keluarga paket
program yang dipilih di P-WEC
adalah . Seba-
nyak 20 orang anak yang berusia
mulai 3 tahun sampai usia kelas 3
outbound for kid
SMP ikut hanyut dan berbaur
mengikuti dan
yang dipandu oleh fasilitator P-
WEC yang memang sudah
terbiasa dan profesional memandu
kegiatan.
Beberapa permainan yang
diikuti anak-anak keluarga Pak
Setiawan diantaranya: A so go,
katak-katak ular, lutung dan hutan
sedangkan permainan high ropes
yang diberikan oleh P-WEC
dalam program ini adalah:
jembatan tarzan, jembatan elvis
game high ropes
dan flying fox.
Selama satu hari di P-WEC
keluarga Pak Setiawan terlihat
wajah ceria dan akrab diantara
satu sama lain. Kegiatan keluarga
Pak Setiawan di P-WEC berakhir
sekitar pukul 14.00 wib dan
diakhir kegiatan fasilitator P-
WEC mengucapkan terima kasih
kepada Pak Setiawan yang telah
memilih P-WEC sebagai tempat
gathering keluarga besarnya dan
semoga masih bisa bekerjasama
lagi di waktu yang akan datang.
Ke p e d u l i a n t e r h a d a p
lingkungan dapat muncul
d a r i s i a p a s a j a t a k
terkecuali para jurnalis. Seperti
yang ditunjukkan oleh beberapa
jurnalis yang tergabung dalam
SIEJ (society of Indonesian
Environmental Journalists), 12
Maret 2011, di P-WEC, mereka
berkumpul untuk melakukan
training peliputan tentang konser-
vasi alam dan satwa liar. Event
yang digagas bersama P-WEC dan
SIEJ ini bertujuan untuk mengajak
para jurnalis muda terutama di
Jawa Timur untuk bersama-sama
m e n u n j u k k a n k e p e d u l i a n
terhadap lingkungan hidup
melalui hasil liputannya.
Acara ini diawali dengan
peluncuran buku Jurnalis dan
Perubahan Iklim. Buku yang
menggunakan 2 bahasa, Indonesia
dan Inggris, ini berisi tentang
liputan-liputan para jurnalis SIEJ
yang bertemakan global warming.
Dengan menghadirkan pembedah
IGG Maha Adi (Ketua SIEJ) dan
Ir. Didik Suprayogo, Msc.PhD.
(Pengamat Perubahan Iklim, PD I
Faperta Universitas Brawijaya).
Sekitar 25 orang jurnalis muda
ini juga mendapatkan pelatihan
tentang konservasi satwa liar dan
informasi tentang perburuan dan
perdagangan illegal satwa-satwa
dilindingi di Indonesia. ProFauna
yang diwakili oleh Asep R.
Purnama memaparkan tentang
kondisi perdagangan satwa illegal
yang masih terjadi di Indonesia
yang dibutuhkan juga peran para
jurnalis untuk mengungkap
kejahatan l ingkungan ini .
Sementara itu, wartawan senior
yang juga Ketua SIEJ, IGG Maha
Adi juga memberikan pelatihan
tentang teknik peliputan satwa
liar. Rangkaian kegiatan ini
diakhiri dengan kunjungan ke
pusat rehabilitasi lutung jawa.
Wartawan LingkunganTraining di P-WEC
27
Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar - Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Aktivitas P-WEC
Page 30
Meeting Internal UKMUniversitas Ma Chung-Malang
Pukul 19.00 wib malam
tanggal 25 Februari 2011 P-
WEC kembali kedatangan
30 mahasiswa Universitas Ma-
Chung Malang. Kedatangan
mahasiswa Ma-Chung kali ini
adalah untuk melakukan kegiatan
meeting internal Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM).
Setelah istirahat sejenak di
Café Primata P-WEC yang asri,
semua tamu langsung menyantap
hidangan makan malam yang
disajikan P-WEC.
Keesokan harinya, mahasiswa
Universi tas Ma-Chung itu
berkumpul di area parkir P-WEC
untuk melakukan olah raga
ringan. Usai olahraga, mahasisiwa
dari universitas ternama di Kota
Malang itu jalan-jalan ke Desa
kucur dengan dipandu oleh
fasilitator P-WEC. Sepanjang
perjalanan peserta bernyanyi-
nyanyi kecil sambil menikmati
sejuknya embun pagi di sekitar
lereng Gunung Kawi. Peserta
begitu menikmati keindahan alam
sepanjang perjalanan.
Setelah jalan-jalan sekitar
Desa Kucur, mereka langsung
menuju Café Primata untuk
kemudian menikmati makan pagi
yang sudah disediakan oleh crew
P-WEC. Puas dengan hidangan
makan tradisional yang disajikan,
m a h a s i s w a i t u l a n g s u n g
melakukan kegiatan
. Lokasi P-WEC yang
tenang dan asri sangat cocok
untuk kegiatan ,
sehingga menjadi lebih
produktif.
internal
meeting
internal meeting
meeting
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011 - Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar
28Aktivitas P-WEC
Page 31
MAN I MalangMengasah Kemampuan Diridan Organisasi di P-WEC
Outbound adalah salah satu
dari pembentukan karakter
( ) dalam
berorganisasi. Oleh karena itu, tak
jarang beberapa perusahaan,
lembaga pemerintahan, bahkan
organisasi di lingkup sekolah pun
mempercayakan pada metode ini
(outbound) untuk mendidik
mental keorganisasian dan
kepercayaan diri ( )
kepada para anggota lembaga
tersebut.
Banyak organisasi siswa di
sekolah melakukan kegiatan
outbound baik untuk
kemampuan berorganisasi atau
dalam anggota baru.
Seperti yang dilakukan oleh Kader
Kesehatan Remaja (KKR)
Magesa, sebuah organisasi
ekstrakulikuler dari Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) 1 Malang
(Magesa) yang melakukan
kegiatan outbound dalam diklat
penerimaan anggota baru pada 27
Februari 2011 di P-WEC.
KKR Magesa bekerjasama
d e n g a n P - W E C t e l a h
berpengalaman dalam dunia
outbound itu mengenalkan
manajemen keorganisasian dalam
diklat yang diikuti oleh sekitar 25
anggota baru itu dengan
yang menarik. Selain
untuk , mereka juga
ditanamkan rasa percaya diri
dengan permainan .
character building
self confidence
upgrading
recruitment
game-
game games
team building
high ropes
Awalnya para siswa yang
masih kelas 7 ini ceria saat
melakukan permainan-permainan
kekompakan. Namun, wajah-
wajah ceria mereka berubah
menjadi tegang dan terlihat
saat akan melakukan
permainan yang
menguji itu. Satu
persatu siswa berjalan di jembatan
tali pada ketinggian 10 meter dan
meluncur dengan gaya ..
nervous
high ropes
andrenalin
flying fox
Beberapa siswa malah tidak
be ran i me langkah ka rena
ketakutan.
Dengan panduan dari fasilita-
tor P-WEC dan semangat yang
diberikan oleh teman-temannya,
akhirnya keberanian mereka pun
muncul dan berhasil menyeesai-
kan permainan dengan baik.
Selamat untuk anggota baru KKR
Magesa dan terima kasih telah
bekerja sama denganP-WEC.
29
Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar - Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Aktivitas P-WEC
Page 32
Taman Nasional Kerinci SebelatHabitat Berbagai Satwa Langka Sumatera
Taman Nasional Kerinci
Seblat merupakan taman
nasional yang terdir i
berbagai macam tipe ekosistem,
dari ekosistem hutan hujan
dataran rendah, rawa gambut,
rawa air tawar, danau dan
ekosistem sub alpin, yang terletak
di empat propinsi yaitu Bengkulu,
Jambi, Sumatera Barat dan
Sumatera Selatan. Sebagian besar
wilayah taman nasional ini masuk
jajaran pegunungan Buki t
Barisan. Di taman nasional ini
juga terdapat gunung tertinggi di
Sumatera yaitu gunung Kerinci
yang mempunyai ketinggian
3.805 m dpl. Luas keseluruhan
wilayah taman nasional ini adalah
1.368.000 ha.
Dibentuknya taman nasional
ini berawal dari penyatuan cagar
alam Inderapura dan Bukit Tapan,
suaka margasatwa Rawasa Huku
Lakitan-Bukit Kayu Embun dan
Gedang Sebelat. Hutan-hutan di
kawasan taman nasional ini
mempunyai arti yang penting,
tidak hanya karena kekayaan flora
dan faunanya, akan tetapi yang
lebih penting adalah fungsi
hidrologisnya. Tercatat ada 2 DAS
(DaerahAliran Sungai) yang besar
dan vital yang ada di wilayah
taman nasional ini, antara lain
DAS Batanghari dan DAS Musi.
Mengingat begitu pentingnya
peranan kawasan-kawasan
tersebut akhirnya pada tanggal 14
Oktober 1999, kawasan ini
ditetapkan sebagai taman nasional
oleh Menteri Kehutanan dan
P e r k e b u n a n m e l a l u i
SK.No.901/Kpts-II/1999.
Selain fungsi ekologis, taman
nasional Kerinci Sebelat juga
menjadi rumah bagi berbagai jenis
satwa. Tercatat ada 42 jenis
mamalia, 10 jenis retilia, 6 jenis
amphibian, 306 jenis aves yang
mana 8 jenis diantaranya
merupakan burung endemik. Dari
sekian jenis satwa yang mendiami
taman nasional Kerinci Sebelat,
ada beberapa satwa langka, antar
lain : harimau sumatera (
), badak sumatera
( ), tapir
( ), gajah sumatera
( ),
be ruang madu (
) dan kucing emas
( ). Selain itu di
kawasan ini juga ditemukan
sekitar 4000 jenis tumbuhan.
Beberapa tumbuhan langka yang
Panthera
tigris sumatrae
Dicerorhinus sumatrensis
Tapirus indicus
Elephas maximus sumatranus
Helarc tos
malayanus
Felis temminckii
Harimau sumatera ( ) salah satu penghuni Taman Nasiona Kerinci SeblatPanthera tigris sumatrae
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011 - Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar
30Habitat
Page 33
bisa ditemui adalah berbagai jenis
kantong semar ( .),
pinus kerinci (
), kayu pacat
( ), bunga
rafflesia ( ).
Selain itu juga ditemukan
berbagai jenis tumbuhan obat. Di
lokasi ini juga diyakini menjadi
tempat hidup sejenis primata yang
bisa berjalan cepat dan tegak yang
oleh sebagian masyarakat dikenal
sebagai “orang pendek”.
Mengingat kekayaan taman
nasional Kerinci Seblat sedemiki-
an tingginya, tingkat keterancam-
annya juga tidak kalah tingginya.
Beberapa kasus yang terjadi
adalah masih adanya illegal
logging di beberapa kawasan
penyanggah, belum lagi ancaman
perburuan terhadap satwa-satwa
yang di dalamnya. Perburuan
harimau di kawasan ini disinyalir
masih terjadi. Ini tidak terlepas
dari tingginya harga harimau di
pasar gelap. Seperti diketahui
bahwa semua bagian tubuh
harimau laku untuk dijual, mulai
dar i tu lang, kul i t bahkan
kumisnya sekalipun.
Secara umum topografi taman
n a s i o n a l K e r i n c i S e b e l a t
bergelombang, lereng yang
Nepenthes sp
Pinus merkusii
strain kerinci
Harpullia arborea
Rafflesia arnoldii
curam, dan tajam dengan
ketinggian antara 200 m dpl
sampai dengan 3.805 m dpl.
Topografi yang relative datar
terletak di daerah enclave
kabupaten Kerinci – Jambi dengan
ketinggian rata-rata 800 m dpl.
Sedangkan curah hujan di
kawasan ini cukup tinggi, berkisar
3.000 mm. Suhu udara bervariasi
antara 9˚C sampai 28˚C.
Di kawasan taman nasional
Kerinci Seblat ini juga menyimp-
an berbagai macam potensi
wisata. Beberapa tempat wisata
yang patut dikunjungi di kawasan
ini antara lain :
�
�
�
Gunung Kerinci
Danau Gunung Tujuh
Bukit Tapan, padang satwa
(3.805 m
dpl) : gunung tertinggi di
Sumatera yang masih aktif,
dapat didaki sampai puncak
melalui jalan setapak dari
Kersik Tuo selama 12 jam.
(1.996
m dpl) : merupakan kawah
mati yang berisi air tawar
seluas 1.000 Ha (panjang 4,5
km dan lebar 3 km), yang
dikelilingi oleh 7 gunung dan
merupakan danau air tawar
tertinggi diAsia, dapat dicapai
melalui jalan setapak dari
Pelompek selama 3 jam.
Inum Raya
GunungSeblat
Bukit Gedang Seblat dan
B u k i t K a y u E m b u n
Letter W
Rawa Ladeh Panjang
: merupakan
padang penggembalaan dan
habitat berbagai jenis mamalia
besar (gajah, harimau, rusa,
tapir) yang langsung dapat
dilihat. Dari Sungai Penuh ke
lokasi selama 6-10 jam
dengan kendaraan bus dan
jalan setapak.
(2.383 m dpl) :
memiliki fenomena alam yang
sangat unik dengan adanya
p a d a n g - p a d a n g
penggembalaan yang luas
dengan be rbaga i j en i s
primata, terdapat bunga
raksasa Raflesia arnoldi, dapat
dicapai dari MuaraAman ke
lokasi dengan jalan kaki
selama 12 jam.
:
merupakan habitat badak
sumatera, gajah dan harimau.
Dapat dicapai dari Muko-
muko ke lokasi dengan jalan
kaki selama 10 jam.
. Melihat bunga
Rafflesia dan bunga bangkai,
serta kelinci sumatera.
.
Penelitian dan Pengamatan
Satwa
�
�
�
�
Di sadur dari berbagai sumber
Aksebilitas
�
�
�
�
�
Padang-Tapan-Sungai Penuh
(angkutan darat), 278 km, 7 jam
Padang-Muaralabuh-Kersik Tuo,
(angkutan darat), 211 km, 6 jam
Jambi-Sunga Penuh,
(angkutan darat), 500 km, 10 jam
Bangkulu-Muara Aman,
(angkutan darat), 4 jam
Bengkulu-Argamakmur,
(angkutan darat), 2 jam
31
Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar - Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Habitat
�
�
�
�
Bengkulu-Lubuk Linggau,
(angkutan darat), 3 jam
Palembang-Lubuk Linggau,
(angkutan darat), 6 jam
Lubuk Linggau-Muara
Rupit-Sarolangun-Napal Licin,
(angkutan darat), 4 jam
Muara Rupit-Napal Licin,
(angkutan air), 2 jam
Page 34
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011 - Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar
32Agenda P-WEC
Februari 2011
No Tanggal Nama Kegiatan
1. 03 “A Day in The Jungle” di Tahura R. Soerjo
2. 03-04 Menginap dan Fun Outbound PonPes Al-FahFudz Seblak-
Jombang
3. 07-08 Meeting Carstenz Malang
4. 15 One Day Nature PPA IO 186 Malang
5. 17 Kegiatan Internal Fakultas Kedokteran UB Malang
6. 19 Pelatihan Penegak Perdes No. 03 Desa Kucur, Dau - Malang
7. 20 Mobil Baca di Balai Dusun Princi, Gading Kulon - Dau2
8. 17 - 21 Meeting GEF SGP Indonesia
9. 25 - 26 Kegiatan Internal Universitas Ma Chung - Malang
10. 27 Fun Outbound MAN 1 Malang
Januari 2011
No Tanggal Nama Kegiatan
1. 01 Family Gathering UB Malang
2. 02 Outbound For Kids Bapak Setiawan Malang
3. 04 Kegiatan Internal SMPN 02 Batu
4. 08 Fun Outbound YBDM Malang
5. 15 Mobil Baca di SDN Petungsewu 01 Dau - Malang
6. 15 - 16 Menginap Gathering AROS Surabaya
7. 23 Fub Outbound 1 hati STIEKMA Malang
8. 23 Kegiatan internal UM Malang
9. 27 Mobil Baca di SDN Selorejo 01 Dau - Malang
10. 30 Fun Outbound Gereja St. Albertus - Malang
Maret 2011
No Tanggal Nama Kegiatan
1. 04 - 06 Menginap dan Fun Outbound GKI Bromo Malang
2. 12 - 13 Pelatihan Konservasi Alam dan Satwa Liar Wartawan Malang
3. 12 - 13 Fun Outbound 2 hari MTS Negeri 01- Malang
4. 18 - 19 Menginap dan Fun Outbound SMAK Santa Maria Malang
5. 26 Kunjungan dari Pariwisata Universitas Merdeka Malang
6. 26 Mobil Baca di SDN Petungsewu 02 Dau - Malang
7. 26 - 27 Menginap dan Fun Outbound Psikologi Fakultas FISIP UB Malang
Page 35
Pendiri ProFauna Indonesia :
Advisory Board:
Ketua/ :
Sekretaris/ :
Bendahara/ :
Profauna Indonesia:
Profauna Bali Office:
Jakarta Representative:
Bengkulu Representative:
ProFauna UK:
ProFauna France:
ProFauna International:
Petungsewu WildlifeEducation Center (P-WEC):
Rosek NursahidMade Astuti
Prof. David Pinault, Ph.DProf. Herawatie Susilo, Ph.D
Dr. Stewart MetzHiltrud Cordes, Ph.D
Joe YaggiHerlina Agustin, S.Sos, MT
Rustam, M.PBibin Bintariadi
Daniel Sugama, MM, MSA, Ak.Arief Setyanto, S.Pi, M.App, Sc
drh. Wita WahyudiDr. Endang Arisoesilaningsih
Rosek Nursahid
Darmanto
Made Astuti
PO. Box 3435 Denpasar 80034,Tel/Fax. (0361) 424731,
Email: [email protected]
[email protected]
[email protected]
PO. Box 264Northwood HA6 9AP, UK
www.profauna.org/france
Email: [email protected] : www.profauna.org
Jl. Margasatwa No. 1 Ds.Petungsewu,Kec.Dau, Kab. Malang,
Tel. 0341-7040564,Email: [email protected]
Website: www.p-wec.com
Chairman
Secretary
Finance
Jl. Raya Candi II No. 179Klaseman, Karangbesuki,Malang, Indonesia 65146
Tel 0341-570033, Fax 569506,Email: [email protected]
Website: www.profauna.org
Email:
Email: [email protected]
Email:
Website:
Maluku Representative:
BANTU KAMI MENGHENTIKANEKSPLOITASI SATWALIAR INDONESIA
Satwa liar tidak bisa bicara,kita bisa bicara dan berbuat untuk mereka
Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk
mewujudkan kepedulian kita terhadap
pelestarian alam dan satwa liar, salah
satunya adalah dengan menjadi
. Sebagai Supporter
ProFauna kita dapat terlibat aktif dalam
berbagai kegiatan ProFauna, baik dalam
program kampanye perlindungan satwa liar,
pendidikan dan lain sebagainya. Kita juga
memperoleh majalah Suara Satwa,
publikasi-publikasi lainnya yang diterbitkan
oleh ProFauna dan memperoleh potongan harga dalam pembelian
suvenir ProFauna.
Syarat menjadi Supporter ProFauna Indonesia adalah dengan donasi
minimal sebesar Rp 50.000,-* berlaku selamanya dan calon supporter
bukanlah seorang eksploitator satwa liar.
Supporter
ProFauna Indonesia
Pendaftaran Supporter ProFauna terbuka setiap waktu,
formulir pendaftarannya dapat dicopy di halaman 30 dari
majalah Suara Satwa ini. Anda juga Formulir Online di website
www.profauna.org
*) Bonus t-shirt Supporter ProFauna bila persediaan masih ada
Page 36
T-shirt Satwa Liar lebih Indah di AlamReguler S, M, L, XL
(TS212)
Kaos Logo ProFauna Warna Abu-AbuReg S,M,L Rp 70.000
Reg XL dan XXL Rp 80.000,-
(SH121)
Katalog Produk ProFauna 2010
T-shirt Logo ProFaunaLady Pink Medium
Lady S, M, L
(TS119b)
T-shirt Forest Not Just The TreesReguler S, M, L, XL
(TS219)
T-shirt Friend Of Wildlife Warna HijauReg S,M,L Rp 60.000,-
Reg XL dan XXL Rp 70.000,-
(TS215)
T-shirt ProFauna “Keep Wildlfe In The Wild” BiruReg S,M,L Rp 60.000,-
Reg XL dan XXL Rp 70.000,-
(TS214)
T-shirt Logo ProFauna ladyDaun KuningLady S, M, L
(TS120)
T-shirt Save Our Forest Warna PutihReguler S, M, L, dan XL
(TS218)
T-shirt Logo ProFaunaWarna Hitam
Reguler S,M, L, XL
(TS101)
T-shirt Wildlfe In the WildWarna Putih
Reguler S, M, L, XL
(TS211)
Beberapa Koleksi1. Pin ProFauna
2. Gantungan Kunci ProFauna
T-shirt Logo ProFauna Ice Light Warna BiruReg S,M,L Rp 60.000,-
Reg XL dan XXL Rp 70.000,-
(TS118)
Batik Logo ProFaunaWarna Abu-abuReguler M, L, XL
(SH117)
T-shirt “Keep Wildlife In The Wild”Warna Hitam
Reguler S, M, L, XL
(TS217)
Kaos Polo ProFauna Warna HitamReguler S, M, L,Dan XL
(SH122)
1. Boneka Burung Nuri (BN702)2. Boneka Lutung (BN701)
T-shirt Logo ProFauna LadyLemon LightLady S, M, L
(TS119a)
Rp 60.000,- Rp. 60.000,-Rp. 70.000,- Rp 60.000,- Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-Rp. 45.000,-
Rp. 80.000,-Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,- Rp. 7.000,-Rp. 140.000,-
Rp. 60.000,-Rp. 30.000,-
T-shirt Parrot Liar lebih Indah di AlamReguler S, M, L, XL
(TS220)
Rp. 20.000,-Rp. 6.000,-
1
2
Jaket Logo ProFauna warna Abu – abuL, XL, dan XXL
(JK116)
T-shirt Anak-anak “Sudah Punah“Jangan ada Lagi Satwa yang Punah
Ukuran S, M
(KD304)
1
2