BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Kota Manokwari terletak di bagian Kepala Burung Pulau Papua, memiliki topografi dataran rendah, perbukitan serta pegunungan yang kaya akan potensi sumber daya alam, gunung, lembah, pantai dan keanekaragaman hayati merupakan bagian dari panorama dan kekayaan nan indah menawan dan tidak ternilai harganya sebagai obyek dan daya tarik wisata. Secara geografis Kota ini terletak antara 0 0 15 Lintang Utara dan 3 0 25 Lintang Selatan dan terbentang dari 132 0 35 sampai 134 0 45 Bujur Timur dan luas wilayah Kota Manokwari adalah 14.250,94 km 2 dengan batas di sebelah Utara: Samudera Pasifik, sebelah Timur Kota Teluk Wondama, sebelah Selatan Kota Teluk Bintuni, dan sebelah Barat Kota Sorong dan Sorong Selatan. Jumlah penduduk Kota Manokwari sekitar 238.133 jiwa tersebar di 29 Distrik, 9 Kelurahan dan 208 kampung. Etimologi Manokwari berasal dari Bahasa Biak Numfor yang berarti "Kampung Tua", dikenal sebagai kota Bersejarah dan tempat dimulainya peradaban di Tanah Papua karena pada tanggal 5 Februari 1855 Injil diberitakan pertama kali di tanah ini oleh dua Missionaris berkebangsaan Jerman yaitu Carel Willem Ottow dan Johann Gotlob Geisller. Dalam Lembaran Sejarah, Manokwari juga tercatat sebagai kota pemerintahan tertua di tanah Papua, Pada Tanggal 8 November 1989 adalah hari jadinya. Penetapan ini STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
P E N D A H U L U A N
1.1. Latar Belakang
Kota Manokwari terletak di bagian Kepala Burung Pulau Papua, memiliki
topografi dataran rendah, perbukitan serta pegunungan yang kaya akan potensi
sumber daya alam, gunung, lembah, pantai dan keanekaragaman hayati merupakan
bagian dari panorama dan kekayaan nan indah menawan dan tidak ternilai harganya
sebagai obyek dan daya tarik wisata. Secara geografis Kota ini terletak antara 0015
Lintang Utara dan 3025 Lintang Selatan dan terbentang dari 132035 sampai 134045
Bujur Timur dan luas wilayah Kota Manokwari adalah 14.250,94 km2 dengan batas
di sebelah Utara: Samudera Pasifik, sebelah Timur Kota Teluk Wondama, sebelah
Selatan Kota Teluk Bintuni, dan sebelah Barat Kota Sorong dan Sorong Selatan.
Jumlah penduduk Kota Manokwari sekitar 238.133 jiwa tersebar di 29 Distrik, 9
Kelurahan dan 208 kampung.
Etimologi Manokwari berasal dari Bahasa Biak Numfor yang berarti "Kampung
Tua", dikenal sebagai kota Bersejarah dan tempat dimulainya peradaban di Tanah
Papua karena pada tanggal 5 Februari 1855 Injil diberitakan pertama kali di tanah
ini oleh dua Missionaris berkebangsaan Jerman yaitu Carel Willem Ottow dan
Johann Gotlob Geisller. Dalam Lembaran Sejarah, Manokwari juga tercatat sebagai
kota pemerintahan tertua di tanah Papua, Pada Tanggal 8 November 1989 adalah
hari jadinya. Penetapan ini ditandai dengan pelantikan JJ. Van Oosterszee sebagai
Controler Afdeling Noord Nieuw Guinea yang berkedudukan di Manokwari oleh
Residen Ternate, Van Horst atas nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan sejak
itu aktivitas pemerintahan dan kemasyarakatan di kota ini dimulai. Tahun 1999
Manokwari ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Irian Jaya Barat (Sekarang Papua
Barat), penduduk asli Kota Manokwari terdiri dari beberapa suku seperti Suku
Sough, Suku Karon, Suku Hatam, Suku Meyah dan Suku Wamesa, Suku-suku ini
mempunyai budaya yang unik dan berbeda satu sama lain. Walaupun begitu
kebudayaan penduduk asli tetap terpelihara dan terjaga. Ada pula objek- objek
wisata seperti Pegunungan Arfak, Pantai Pasir Putih, Pantai Amban, Danau Anggi,
Hutan Wisata Gunung Meja dan tugu di Pulau Mansinam. Selain itu jaga Kota
Manokwari memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata budaya berupa hasil
kerajinan, upacara tradisional, tari tradisional, dan tari kreasi; semua ini masih
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 1
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat adat di Kota Manokwari. Sejumlah
sanggar seni atau kelompok masyarakat di kampung-kampung tetap produktif
menghasilkan karya seni berupa ukiran, pahatan, anyaman dan lukisan. Sementara
grup tari menggelar upacara adat dan tari tradisional serta tari kreasi yang dikemas
menjadi suatu produk wisata atraktif untuk dipertunjukkan kepada para tamu atau
wisatawan yang berkunjung ke kota Manokwari.
Perkembangan Kota Manokwari yang semakin maju bisa dilihat dari Sumber
daya alam (SDA) dan juga sarana prasarana yang disediakan oleh pemerintah
daerah, tetapi masih banyak dibutuhkan peningkatan aksesibilitas pelayanan di
kawasan perkotaan maupun daerah terisolir, misalnyaperkembangan pada sektor
lain. Sektor – sektor ini yang masih menjadi kendala perkembangan di kota dan
Kota Manokwari.
1.2. Perumusan Masalah
Kota Manokwariadalah ibukota dari Kota Manokwari. Beberapa permasalahan
yang terkait erat dengan Kota Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan
dan hipotesa awal antara lain sebagai berikut:
Sektor Pertanian
o Untuk lahan pertanian di wilayah Distrik Manokwari Barat dan Distrik
Manokwari Timur sudah sangat jarang terlihat akibat dari pembangunan Sektor Industri, Sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran dikarenakan dua Distrik ini terletak di tengah – tengah kota dan menjadi pusat pembangunan kota Manokwari.
Sektor Listrik dan Air Bersih
o Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi untuk pembayaran
rekening listrik.
o Coret - coretan pada gardo – gardo listrik akibat tangan – tangan jail
o Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi untuk pembayaran air
PDAM.
o Pencemaran air akibat dari pembuangan limbah sampah rumah tangga dan
industri.
Sektor Industri
hampir semua Industri yang ada berada di Distrik Manokwari Barat baik dari
jenis industri dari kulit, industri dari kayu, industri dari logam/logam mulia,
industri anyaman, industri gerabah/keramik, industri dari kain/tenun serta
industri makanan dan minuman. Sedangkan untuk Distrik Manokwari Utara
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 2
tidak terdapat satupun industri kecil dan kerajinan. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan selain di Distrik Manokwari Barat dikembangkan berbagai industri
kecil sejenis.
Sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran
o Kurangnya perhatian pemerintah daerah menyangkut dengan perbaikan
sarana dan prasaran pasar sebagai tempat jual-beli barang.
Sektor Jasa
o Untuk sektor ini Kota Manokwarimemiliki banyak sekali objek – objek
wisata yang bisa menjadi daya tarik wisatawan, namun banyak sekali fasilitas
– fasilitas pendukung yang kurang memadai.
Sektor Fasilitas Umum
o Masih jarang tersedianya tempat pengumpulan sampah (TPS) ditiap - tiap
pemukiman warga masyarakat
o Banyak sekali drainase yang kurang terawat dan mengalami penyumbatan
berupa tanah timbunan atau penumpukan sampah plastik botol vit.
Sektor Bangunan
o Pembangunan sering terhambat akibat permasalahan tanah adat suku asli
o Masih terdapat beberapa bangunan penduduk yang tidak layak huni.
Sektor Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan
o Untuk sektor ini, Kurangnya kantor cabang Bank pembantu untuk Distrik
Manokwari utara dan Manokwari selatan.
o Penduduk umumnya masih kurang memanfaatkan kegiatan perbankan.
o Fasilitas ATM yang masih jarang terlihat di beberapa Distrik yang jahu dari
perkotaan.
Sektor Transportasi dan Komunikasi
o Belum adanya rehabilitasi pengaspalan jalan padadaerah terisolir
o Kurang tersedianya sarana angkutan umum roda empat (taksi) kota
o Kurangnya penambahan pemancar jaringan telkomunikasih pada tiap Distrik
yang jahu dari pemukiman kota.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 3
1.3. Tujuan dan Sasaran
Sebagaimana rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
dilakukannya Studio Perencanaan Kota ini adalah :
1.3.1. Tujuan
Mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada di Kota Manokwari.
Memajukan setiap sektor yang berfungsi sebagai indikator pengembangan
kota
Mengembangkan potensi Sumber Daya Alam yang ada
1.3.2. Sasaran
Agar pemerintah lebih meningkatkan pengembangan atau pemanfaatan
sumber daya yang tersedia
Terciptanya penggunaan ruang kota yang serasi dengan lingkungan, melalui
cara pengaturan fasilitas kebutuhan lingkungan dan pemerataan
pembangunan.
Agar pemerintah perlu melakukan perbaikan dan penyedian sarana dan
prasarana yang terdapat di kota Manokwari.
1.4. Ruang Lingkup Studi
1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah kota
Wilayah studi Kota Manokwari merupakan salah satu wilayah Kota di
Provinsi Papua Barat yang terletak di bagian kepala burung Pulau Papua. Kota
Manokwari secara geografis terletak pada 132º35’ - 134º45’ BT dan 0º15’ -
3º25’ LS, dengan luas wilayah Kota Manokwari adalah 22.199,37 km2, dengan
Jumlah penduduk Kota Manokwari sekitar 105,930 jiwa tersebar di 4 distrik dan ,
20 kelurahaan.
.Batas wilayah Kota Manokwari adalah:
o Sebelah Utara ; Distrik Masni
o Sebelah Selatan : Distrik Warrikmare
o Sebelah Barat : Distrik Prafi
o Sebelah Timur : Samudera Pasifik
Kota Manokwari secara umum termasuk daerah beriklim tropika humida
dengan curah hujan berkisar antara 2.500 – 3.000 mm per tahun. Curah hujan rata-
rata per tahun adalah 110 mm (dengan rata-rata hari hujan perbulan adalah 16
hari). Curah hujan tertinggi menurut stasiun pencatat Meteorologi Rendani terjadi
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 4
pada bulan Maret (mencapai 337 mm), sedangkan curah hujan terendah terjadi
pada bulan Agustus (mencapai 11 mm). Hari hujan tertinggi terjadi pada bulan
Maret (mencapai 21 hari), sedangkan hari hujan terendah terjadi pada bulan April,
Mei dan Oktober (yang mencapai 13 hari).
Sebagai daerah tropis seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia,
wilayah Kota Manokwarimempunyai topografis daerah pantai, dataran rendah
hingga perbukitan. Kota Manokwarimenurut pencatatan Stasiun Meteorologi dan
Geofisika Rendani memiliki tingkat kelembaban udara relatif tinggi yang berkisar
antara 80 - 86% dengan rata-rata kelembaban udara 83%. Kelembaban udara
tertinggi terjadi pada bulan Februari dan kelembaban udara terendah pada bulan
Agustus. Penyinaran matahari di wilayah ini adalah 59,67%, sedangkan tekanan
udara rata-rata adalah 1007,9 mb. Rata-rata kecepatan angin pertahun sebesar 8
knot.
Secara umum kondisi geologi Kota Manokwarididominasi oleh batuan
sedimen liat berlempung, dan batuan endapan Tersier. Formasibatuanterdiri atas
batuansedimenbatukapur, pasir, lanau, dan batuan pluton. Struktur geologi
memilikisesarnaik, sesarturun, dan lipatan yang umumnyaberada di wilayah
dataran tinggi dan lembah-lembah. Batuan di KotaManokwari merupakan endapan
batuan sedimen berumur Tersier yang sangattua, telahterkonsolidasisempurna, dan
Grand Total 22.199,374 151.343 121 93 30 30 60.500 186.000 270.000 375.000
Sumber: Analisis Studio, 2012
2.2.5.2.2. Sarana Kesehatan
Kota Manokwarisudah memiliki beberapa fasilitas kesehatan. Untuk rumah sakit
yang berada di Kota Manokwariantara lain: Rumah Sakit Umum Manokwari,
Rumah Sakit TNI AL Manokwari, dan Rumah Sakit Dim 1703 Manokwari.
Kondisi eksisting fasilitas kesehatan di Kota Manokwarisudah cukup memenuhi
kebutuhan masyarakat. Keberadaan puskesmas tahun 2012 sudah mencukupi
kebutuhan penduduk, bahkan untuk Distrik manokwari barat memiliki 3 (tiga)
unit. Padahal kebutuhannya hanya 1 (satu) unit saja. Puskesmas pembantu
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 43
(Pustu) yang ada juga sudah dapat memenuhi kebutuhan fasilitas. Berikut ini
(Tabel 5.13) gambaran perbandingan kondisi eksisting tahun 2012 fasilitas
kesehatan dengan kebutuhan fasilitas kesehatan berdasarkan daya layan menurut
standar daya layan SNI.
Tabel 2.17.Kondisi Fasilitas Kesehatan di BWP Manokwari Tahun 2012
Bagian Wilayah
Penduduk 2012
Kondisi Eksisting Kebutuhan 2012
Puskesmas PustuBalai
PengobatanPosyandu Apotik Puskesmas Pustu
Balai Pengobatan
Posyandu Apotik
Manokwari barat
82.452 3 3 2 25 27 1 3 33 66 3
manokwari timur
9.674 1 5 0 14 0 0 0 4 8 0
Manokwari utara
3.147 1 4 0 11 0 0 0 1 3 0
Manokwari selatan
14.332 1 1 0 20 0 0 0 6 11 0
Jumlah 109.605 6 13 2 70 27 1 3 44 88 3
Sumber: Analisis Studio, 2012
Proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan pada 5 tahun pertama atau tahun 2017 dapat
dilihat pada Tabel 5.14. Kebutuhan akan puskesmas tidak ditemukan pada semua
Sub BWP Manokwari. Hal ini dikarenakan belum terpenuhinya standar daya
layannya. Bila dilihat pada tabel sebelumnya (Tabel 5.12), kebutuhan puskesmas di
Sub BWP A dan C adalah 1 (satu) unit, ini karena jumlah penduduk Sub BWP
tersebut digabung. Untuk kebutuhan Pustu, di Sub BWP A membutuhkan 3 unit dan
Sub BWP C membutuhkan 1 unit. Secara keseluruhan kebutuhan fasilitas pelayanan
kesehatan BWP Manokwari tahun 2017, antara lain: 4 unit Pustu, 60 unit Balai
Pengobatan, 121 unit Posyandu, dan 4 unit Apotik. 4 Unit Pustu membutuhkan
lahan minimum seluas 1.200 m2, dan 60 unit balai pengobatan membutuhkan lahan
18.000 m2.
Dari hasil analisis seperti tersaji pada Tabel 5.14. mengenai proyeksi fasilitas
kesehatan dan kebutuhan luas lahannya pada tahun 2017, BWP Manokwari masih
memiliki fasilitas kesehatan yang cukup untuk melayani kebutuhan kesehatan
penduduknya. Proyeksi penduduk pada tahun 2017 masih dapat dilayani oleh
ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada saat ini (eksisting) di BWP Manokwari.
Pada tahap ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas dari failitas kesehatan,
karena dari sisi kuantitasnya tidak memerlukan penambahan.
Kota Manokwari, dalam hal ini lingkup BWP Manokwari, merupakan salah satu
wilayah yang endemik penyakit malaria. Karena aspek kesehatan merupakan salah
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 44
satu hal yang paling mendasar, maka sangat penting juga memperhatikan faktor-
faktor lain penunjang fasilitas kesehatan tersebut. Seperti halnya tenaga medis, obat-
obatan dan lain sebagainya. Pada Tabel sebelumnya (Tabel 5.13) sudah terlihat
bahwa fasilitas yang ada saat ini terutama fasilitas kesehatan yang paling utama
yaitu puskesmas dan puskesmas pembantu atau pustu, jumlah keberadaannya (unit)
melebihi dari kebutuhan menurut perhitungan teknis. Tabel 5.14. menunjukkan
sampai dengan 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2017, fasilitas kesehatan yang ada
masih mencukupi untuk melayani penduduk BWP Manokwari.
Tabel2.17. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Tahun 2017
Bagian
Wilayah
Penduduk 2017
Kebutuhan Fasilitas (Unit)Kebutuhan
Luas Lahan (m2)
Puskesmas PustuBalai
PengobatanPosyandu Apotik Puskesmas Pustu
Balai Pengobatan
Posyandu Apotik
Sub BWP A 93.969 0 3 37 76 3 0 900 11.100 4.560 750
A1 20.691 0 1 8 17 1 0 300 2.400 1.020 250
A2 29.632 0 1 12 24 1 0 300 3.600 1.440 250
A3 43.646 0 1 17 35 1 0 300 5.100 2.100 250
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 45
Sub BWP B 11.385 0 0 5 9 0 0 0 1.500 540 0
B1 3.816 0 0 2 3 0 0 0 600 180 0
B2 1.745 0 0 1 1 0 0 0 300 60 0
B3 5.131 0 0 2 4 0 0 0 600 240 0
B4 693 0 0 0 1 0 0 0 0 60 0
Sub BWP C 28.533 0 1 11 23 1 0 300 3.300 1.380 250
C1 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C2 17.658 0 1 7 14 1 0 300 2.100 840 250
C3 10.835 0 0 4 9 0 0 0 1.200 540 0
Sub BWP D 16.782 0 0 7 13 0 0 0 2.100 780 0
D1 359 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D2 9.763 0 0 4 8 0 0 0 1.200 480 0
D3 6.660 0 0 3 5 0 0 0 9.00 300 0
Sub BWP E 674 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E1 311 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E3 363 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Grand Total 151.343 0 4 60 121 4 0 1.200 18.000 7.260 1.000
Sumber: Analisis Studio, 2012
2.2.5.2.3. Sarana Peribadatan
Kota Manokwaridikatakan sebagai “kota injil” .Mayoritas pemeluk agama di Kota Manokwariadalah beragama Kristen. Hal ini ditunjukkan dengan presentase yaitu sebesar 73,19 dibanding kan agama islam, hindu dan budha.Fasilitas peribadatan di Kota Manokwarilebih didominasi oleh gereja, antara lain, gereja protestan, khatolik, GKI, GBI,GPDI, DAN gereja pentakosta.
Tabel 2.18Banyaknya Golongan Pemeluk Agama Tahun 2012Agam Presentase
Kristen Protestan 73,19
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 46
Katolik 3,18
Islam23,27
Hindu0,26
Budha0,10
Jumlah 100
Sumber : BPS Kota Manokwari tahun 2012
2.3. Tata Ruang
Konsep tata ruang Kota Manokwaripada dasarnya bertujuan untuk memenuhi tujuan
pembangunan kota serta fungsi dan peranan kota, Dalam hal ini konsep tata ruang Kota
Manokwaridibagi dalam dua kelompok, yaitu konsep makro dan konsep mikro.
(a) Konsep Tata Ruang Makro
Konsep tata ruang makro ditekankan keterkaitan unsur-unsur Kota
Manokwaridengan wilayah luar kota, yang diuraikan berikut ini.
Pengembangan pelabuhan laut Kota Manokwarisebagai sarana pergantian
moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan volume besar
tetapi dengan waktu perjalanan cukup panjang) dan wilayah pelayanan Kota
Manokwarike luar dan sebaliknya, sekaligus sebagai pelabuhan ekspor-impor.
Pengembangan pelabuhan/bandar udara Kota Manokwarisebagai sarana
pergantian moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan
waktu perjalanan cukup singkat tetapi dengan volume kecil) dan wilayah
pelayanan Kota Manokwarikeluar dan sebaliknya, maupun dalam wilayah
Kota.
Pengembangan transportasi darat yang mampu meningkatkan hubungan Kota
Manokwaridengan wilayah yang ada di sekitarnya.
Pengembangan pusat perdagangan eceran regional untuk komoditi
perdagangan barang-barang kebutuhan sekunder dan tersier.
Pengembangan kawasan wisata alam dan budaya, sejarah, pendidikan untuk
kebutuhan rekreasi dan pendidikan bagi penduduk Kota Manokwaridan
daerah sekitarnya serta bagi rekreasi pencinta alam.
(b) Konsep Tata Ruang Mikro
Konsep tata ruang mikro ditekankan pada keterkaitan antar unsur-unsur yang ada di
dalam wilayah Kota Manokwari, seperti diuraikan berikut ini.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 47
Pengembangan pusat-pusat Bagian Wilayah Kota (BWK) di luar kawasan
pusat kota dengan tujuan menyebarkan dan menjalankan fungsi pelayanan ke
bagian wilayah kota.
Pengembangan sistem jaringan transportasi untuk menghubungkan pusat-
pusat BWK.
Pengembangan kawasan industri terutama industri kecil/ ringan dan industri
hasil pertanian ke arah selatan kota serta ke lokasi dekat sumber bahan baku.
Pembatasan pertumbuhan industri polutif yang menyebar di kawasan
pemukiman dan mengarahkannya ke bagian selatan.
Pengembangan kawasan perumahan secara vertikal di kawasan-kawasan yang
layak secara teknis serta peremajaan dan peningkatan kualitas fisik bangunan
dan lingkungan.
Pengembangan kawasan wisata laut/pantai Pasir Putih dan Pantai Amban,
Pulau Mansinam serta pengembangan wisata kawasan air Danau Kabori di
wilayah bagian selatan kota.
Pengembangan kawasan pusat pemerintahan, jasa komersial, perdagangan di
pusat kota.
Penataan kawasan pantai Teluk Sawaibu untuk mencegah pencemaran dan
rusaknya lingkungan.
Penataan kawasan pelabuhan laut di Teluk Sawaibu karena kedudukannya
yang strategis.
Pemanfaatan ruang secara optimal dan terencana di kawasan efektif
pengembangan perkotaan yang diarahkan untuk dapat mengakomodasikan
berbagai kegiatan fungsional kota.
Konsep Pembangunan / Pengembangan Kota
Untuk mencapai konsep tata ruang tersebut di atas, maka strategi pembangunan dan
pengembangan tata ruang Kota Manokwarimeliputi hal-hal berikut ini.
(a) Pembangunan jaringan jalan kolektor primer, hal ini bertujuan untuk meningkatkan
aksesibilitas antara pusat kota dengan wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya.
Dalam hal ini, interaksi dan pencapaian pergerakan berbagai kegiatan antar kawasan
pusat kota (pusat pelayanan) dengan sub pusat kota (sub pusat pelayanan) lebih
tinggi dan mudah dijangkau.
(b) Untuk pengembangan pusat-pusat pemukiman baru, perlu dilakukan pembangunan
jalan-jalan kolektor sekunder dan lokal serta peningkatan fungsi jaringan jalan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 48
lainnya sehingga sesuai dengan kebutuhan pengembangan kawasan pemukiman.
Pembangunan ruas-ruas jalan baru tersebut, utamanya dilakukan pada bagian selatan
dan utara kota dimana pada saat ini lahan yang akan diarahkan sebagai kawasan
perumahan dan fungsi kegiatan kota lainnya masih berupa lahan kosong. Sedangkan
peningkatan fungsi jalan seperti perkerasan, perbaikan dan pelebaran jalan, secara
umum diarahkan di wilayah pusat kota dan barat Kota Manokwari.
(c) Penataan kawasan pemukiman dalam bentuk Kampung Improvement Program
(KIP) di kawasan Manokwari Timur, Manokwari Barat dan di kawasan Pusat Kota
Manokwari. Penataan ini diprioritaskan pada kawasan kumuh seperti perkampungan
nelayan di pesisir pantai Teluk Sawaibu.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 49
BAB III
ANALISIS SARANA PRASARANA
3.1. Analisis Pengembangan Dan Fungsi Peran Kota.
Adapun fungsi dan peran dari wilayah pengembangan Kota Manokwari dijabarkan sebagai
berikut:
Meliputi Distrik Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari Utara dan Manokwari
Selatan dengan Manokwari Barat sebagai pusatnya.
Pusat WP Manokwari : Perkotaan Manokwari Barat
Peran dan Fungsi Utama :
WP Manokwari merupakan wilayah pengembangan kawasan perkotaan yang berperan
sebagai Ibu Kota Kota Manokwari.
Fungsi WP Manokwari sebagai pusat pelayanan skala Kota yang meliputi : pusat
pelayanan pemerintahan, pendidikan dan kesehatan skala Kota Manokwari.
Struktur Kegiatan Utama yang dikembangkan :
Kegiatan ekonomi yang dikembangkan adalah Sektor Perdagangan.
Kegiatan non ekonomi yang ditata sebagai konsekuensi dari peran dan fungsi WP sebagai
pusat pelayanan skala Kota adalah kegiatan pendidikan, pariwisata, kesehatan dan
pemerintahan skala Kota Manokwari dan propinsi papua barat.
Arahan Pengembangan WP Manokwari :
WP ini berperan sebagai pusat pertumbuhan skala regional dengan skala pelayanan Kota
Manokwari terutama pada sektor Perdagangan, Jasa pemerintahan dan kegiatan
transportasi darat, laut maupun udara.
Pengembangan Terminal Tipe A di Distrik Manokwari Selatan.
Pengembangan kawasan perkotaan dikonsentrasikan pada wilayah Ibukota Kota
Manokwari dengan pusat-pusat kawasan perkotaan antara lain Wosi, Sanggeng, Padarni,
Amban, Pasir Putih dan Anday.
Pengembangan fasilitas pendidikan berupa perguruan tinggi di Distrik Manokwari Barat
yang akan menjadi salah satu magnet pertumbuhan wilayah perkotaan.
Pengembangan kawasan kantor pemerintahan skala regional yaitu Provinsi Papua Barat di
sekitar Arfai sebagai pusat jasa pemerintahan umum.
Pembangunan fasilitas kesehatan berupa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dengan
skala regional yang berada di Distrik Manokwari Barat.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 50
Pengembangan kawasan pariwisata Teluk Sawaibu yang membawa banyak dampak secara
tidak langsung (multiplier effect) bagi perkembangan perekonomian di wilayah perkotaan.
Pengembangan linkage system kota dengan berbasis pada konsep interaksi kota yang
menghubungkan interaksi kota primat di wilayah perkotaan Manokwari dengan wilayah
satelitnya.
Pengembangan BWP Manokwari diarahkan dengan mengikuti pola yang telah ada.
Artinya bahwa fungsi peruntukan atau penggunaan lahan sebelumnya tetap dipertahankan dengan
memberikan kemungkinan pengembangan lainnya yang selaras. Beberapa arahaan pengembangan
BWP Manokwari adalah sebagai berikut :
a. Fungsi transportasi, dalam perencanaan sistem transportasi dan lalu lintas di wilayah BWP
Manokwari yang sangat menonjol adalah jangkauan dan kecepatan. Sementara jaringan
transportasi yang telah ada berfungsi untuk menghubungkan antara kota, antar pusat kegiatan,
dan antar blok lingkungan. Selain itu juga diarahkan untuk mendukung kegiatan transportasi
laut dan udara. Untuk tujuan ini wilayah yang direncanakan adalah sub blok A2-11 dan A3-2.
b. Fungsi ruang terbuka hijau. Rencana pengembangan ruang terbuka hijau diarahkan pada
daerah-daerah yang sebelumnya telah ditetapkan mengemban fungsi tersebut. Pada peruntukan
fungsi ini juga dimungkinkan untuk pengembangan tempat rekreasi berupa taman bermain, play
ground demi menjaga estetika lingkungan, iklim mikro dan meso serta pelestarian tanaman
yangka dan lingkungan sekitarnya. Fungsi ini diarahkan pengembangannya pada sub blok A2-
15, A2-16 dan beberapa sub blok lainnya.
c. Arahan pengembangan fungsi perdangangan atau jasa tunggal adalah disepanjang jalan arteri
primer ataupun sekunder. Tujuannya adalah melayani kebutuhan di tingkat lokal dan regional.
Untuk mengantisipasi tingginya kebutuhan pengembangan jasa dan perdagangan, maka
diarahkan pengembangannya secara vertikal. Pengembangan ini dapat dilakukan di sub blok
A3-2, A3-4, A3-9 dan sub blok lainnya.
d. Fungsi pertanian diarahkan pada lahan dataran yang sebelumnya telah dibudidayakan untuk
pertanian. Jenis tanaman pertanian yang dapat dikembangkan adalah tanaman berkayu, padi,
dan palawija. Mengingat fungsi yang ada, maka diharapkan sub blok yang diperuntukkan bagi
pengembangan pertanian mampu mensuplai kebutuhan pangan penduduk BWP Manokwari.
Namun tidak menutup kemungkinan sub blok di dalamnya digunakan untuk pengembangan
permukiman secara terbatas.
e. Fungsi pariwisata. Untuk mendukung kegiatan pariwisata di BWP Manokwari, maka beberapa
sub blok diarahkan pengembangannya sebagai kawasan pariwisata, seperti B3-2, A3-7 dan sub
blok lainnya. Dengan fungsi tersebut, maka kegiatan yang mungkin dikembangkan adaah
kegiatan pariwisata yang didukung oleh keberadaan objek wisata pantai pasir putih dan
pasirindo dengan arah pengembangan obyek daya tarik wisata mealui penambahan infrastruktur
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 51
pendukung. Selain itu juga untuk pengembangan permukiman terbatas, dimana pola
pengembangan permukiman diarahkan secara individual dan bukan berciri real estate
f. Fungsi perlindungan bawahan. Sub blok C1-1 adalah salah satu sub blok dalam BWP
Manokwari yang diarahkan untuk pengembangan perlindungan bawahan. Sub blok ini luasnya
mencapai 2.771,538 ha yang diharapkan mampu menjadi area serapan air, mampu menjaga
iklim dalam skala meso-makro, melakukan fungsi perlindungan plasma nutfah, pelestarian
tanaman langka dan fungsi lindung lainnya. Kegiatan yang dapat dikembangan pada sub blok
dengan fungsi ini sangat terbatas seperti jalur dan kawasan evakuasi bencana. Sementara fungsi
lainnya seperti permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa tidak diarahkan
g. Fungsi suaka alam dan cagar budaya. Sebagian BWP Manokwari diarahkan untuk fungsi
sebagai kawasan suaka alam, yaitu menjaga kelestarian flora dan faunan yang terdapat di
dalamnya, sehingga kegiatan yang dapat berkembang terbatas pada kegiatan wisata berupa
wisata hutan dan ruang terbuka hijau. Kegiatan eksplotasi berlebihan atau pembangunan di
sempadan pantai tidak diijinkan karena dapat merusak ekosistem. Sub blok yang diarahkan
untuk fungsi ini adalah D3-1, D3-2, D3-3, D3-4, D3-5 dan sub blok lainnya.
h. Fungsi permukiman. Pengembangan permukiman dalam BWP Manokwari diarahkan pada
pengembangan terbatas dan sangat terbatas. Hal ini berarti kepadatan yang dimungkinkan
sangat tergantung pada kondisi lokal. Sub blok C2-7 diarahkan untuk fungsi permukiman
berkepadatan sangat rendah, yaitu dilakukan oleh individu. Kegiatan pertanian ataupun
peternakan tetap diperbolehkan dengan pengaturan jarak lokasi yang sesuai dan selaras.
Sementara kegiatan perdagangan dapat dikembangkan di sepanjang jalan lingkungan secara
horisontal dengan memperhatikan keserasian lingkungan. Permukiman berkepadatan rendah
diarahkan pengembangannya ke arah utara, selatan, dan timur BWP Manokwari. Permukiman
tipe ini dapat dikembangkan secara individu ataupun terorganisir melalui pengembang dengan
intensitas terbatas.
Untuk mendukung fungsi BWP Manokwari dan mencapai tujuan penataan BWP yang
ditetapkan, maka dilakukan pembagian BWP kedalam beberapa bagian blok dan sub blok.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa BWP Manokwari terdiri dari lima sub bagian yang
masing-masing mencerminkan fungsi pelayanan dengan memperhatikan kawasan lindung. Pada
sub BWP A yang hanya meliputi sebagian kecildari wilayah BWP Manokwaridengan luas
±1.652Ha, terbagi menjadi 44 subblok peruntukan. Sub BWP A diarahkan untuk
pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa tunggal, pariwisata, militer, ruang
terbuka hijau serta pengembangan sarana prasarana umum. Sementara sub BWP E yangmeliputi
sebagian besar wilayah perencanaan, terbagi ke dalam 4 subblok peruntukan saja.
Pengembangannya diarahkan untuk pengembangan zona permukiman dan pertanian. Sub BWP
D yang terletak di bagian timur Kota Manokwarimerupakan wilayah terluas yang mencapai
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 52
±8.257Ha terbagi dalam 28 sub blok peruntukan yang meliputi permukiman, perkantoran, hutan
lindung, sarana prasarana umum, ruang terbuka hijau dan kawasan militer.
Tabel 3.1. Pembagian Sub BWP, Blok dan Sub Blok pada BWP Manokwari
Dalam perkembangannya, penggunaan lahan di Kota Manokwari didominasi oleh
pembangunan infrastruktur. Hal ini disesuaikan dengan struktur kegiatan masyarakat yang
berpusat di wilayah tersebut antara lain, pusat aktivitas perkantoran,pemukiman,
pendidikan ,kesehatan, dan jasa. selain itu daerah hutan lindung, serta hutan konservasi yang
mencapai luas 3.371,32 ha yang menjadi daya tarik wisata alam di Kota Manokwari. Kota
Manokwari memiliki struktur tanah yang pada umumnya sangat cocok untuk perkebunan dan
pertanian. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan meluasnya lahan di pemukiman, maka
lahan pertanian dan pertanian di daerah ini semakin berkurang. Pada saat ini luas lahan
pertanian serta perkebunan di Kota Manokwari seluas 1.207,73 ha. Pertanian dan perkebunan
lebih banyak di kembangkan di Distrik Masni, Warmare, Prafi, Dan Sidey.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 53
Tabel 3.2Pola Ruang Wilayah Kota Manokwari
Tahun 2009-2029
No. Jenis Pola RuangLuas (Ha)
Prosentase Dari Luas Wilayah Kota Manokwari (%)
Kawasan Lindung1 Kawasan Hutan Lindung 291169.42 20.15
2Kawasan Perlindungan Setempat
a. Sempadan Pantai 3848.00 0.26 b. Sempadan Danau/waduk 2551.00 17.504 Cagar Alam 447466.13 30.97
Kawasan Budidaya 1 Kawasan Hutan produksi 303728.10 20.792 Kawasan Pertanian 4528.66 0.313 Kawasan Perkebunan 52369.85 3.624 Kawasan Permukiman 933.70 6.40Jumlah 14580.35 100.00Sumber : Hasil Rencana
Bangunan NDB 209m2, Bangunan Meteo 540m2, PKPPK Cat IV 224m2,
DPPU Pertamina 540m2, Power House 132m2, Workshop 540m2, Gudang
540m2, Bangunan Administrasi 516m2, Rumah Dinas 39 unit
Alat Bantu Navigasi Udara NDB Nautel ND 4000 BD
Alat Bantu Komunikasi Penerbangan VHF Tranceiver, HF-SSB Tranceiver
Fasilitas Penunjang Jalan Akses 1.000m2, Halaman Parkir 3.900m2
Fasilitas Utilitas Daya Listrik PLN, Genset, Jaringan Air Bersih, Jaringan Telpon
Sumber : Rencana Induk Bandar Udara Rendani Manokwari Tahun 2004
Pertumbuhan dan perkembangan Wilayah Perencanaan, perkembangan aktifitas regional dan nasional
akan sangat mempengaruhi rencana pengembangan bandar udara di wilayah perencanaan. Untuk
mengetahui karakteristik lalu-lintas udara di Kota Manokwari, dilakukan pencacahan volume
penumpang dan pesawat.
Volume penumpang dan pesawat terbang
Pada saat ini maskapai yang melayani rute dari dan ke Manokwari adalah Merpati Nusantara,
Batavia Air dan Express Air serta perintis. Berdasarkan data-data yang ada yaitu dari BPS maupun
dari Rencana Induk Bandar Udara Rendani, perkembangan volume penumpang adalah seperti tabel
berikut :
Tabel 3.21.
Data Penumpang dan Frekuensi Pesawat di Bandara Rendani Tahun 2010
No. Jenis Data Jumlah
a. Pesawat Berangkat 4.414 kali
b. Pesawat Datang 4.330 kali
c. Penumpang Berangkat 133.207 orang
d. Penumpang Datang 124.117 orang
e. Penumpang Transit 69.290 orang
f. Bongkar Barang 421.311 Kg
g. Muat Barang 601.581 Kg
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 79
Sumber: Data BPS Manokwari Dalam Angka Tahun 2011
Rencana Pengembangan
Sampai saat ini, pesawat terbesar yang bisa mendarat di Bandar Udara Rendani Manokwari
adalah jenis Boeing 737-200, kemudian juga pesawat jenis Fokker 100 serta pesawat perintis. Hal
ini terkait dengan panjang Landasan Pacu atau Runway di bandara tersebut yang belum
memungkinkan pesawat yang lebih besar untuk bisa mendarat.
Jika dilihat pertumbuhan volume penumpang dan kargo dari tahun ke tahun yang mengalami
kenaikan, Akibat positifdari pengembangan bandara adalah semakin terbukanya akses ke
Manokwari baik nasional maupun internasional. Hal tersebut akan semakin membuka peluang para
investor untuk menanamkan modalnya. Hasil akhirnya adalah semakin pesatnya pertumbuhan
ekonomi di Manokwari dan sekitarnya.
Gambar 3.25 Kondisi Bandara Udara Rendani, Manokwari
Bandar udara Rendani terletak pada SubBWP D, pada subblok D2-5 dengan fungsi
kawasan (peruntukan) SPU-2 atau Zona Pelayanan Umum Transportasi. Selanjutnya pada
Gambar 5.5. berikut, disajikan mengenai Peta Rencana jaringan transportasi udara pada BWP
Manokwari
Jaringan telekomunikasi
Seiring dengan semakin menipisnya jarak antar ruang dan waktu sebagai dampak dari
perkembangan teknologi, keberadaan infrastruktur penunjang telekomunikasi merupakan
kebutuhan yang sangat vital. Wilayah yang memiliki infrastruktur teknologi dan komunikasi
yang baik akan mampu terhubung dengan wilayah lainnya sehingga memudahkan akses
terhadap informasi dari dan menuju daerah tersebut. Keberadaan teknologi dan informasi yang
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 80
mumpuni akan mendukung interaksi wilayah tersebut dengan wilayah lainnya sehingga dapat
memunculkan peluang-peluang baru, terutama dalam hal ekonomi dan perdagangan.
Keterbatasan data tentang kondisi eksisting infrastruktur telekomunikasi menyebabkan
sedikit sekali gambaran yang diperoleh terkait dengan perkembangan infrastruktur
telekomunikasi di BWP Manokwari. Satu sumber data yang dimiliki dan dapat
menggambarkan kondisi telekomuniasi di BWP Manokwari adalah data jumlah pelanggan
telepon kabel yang bersumber dari Potensi Desa (Podes) 2011. Berdasarkan data yang
diperoleh, dalam lingkup Sub BWP Manokwari terdapat 133 pelanggan telepon kabel.
Minimnya jumlah pelanggan telepon kabel, dikarenakan mahalnya pengembangan atau
pembangunan infrastruktur penunjang di lokasi setempat. Selain itu karena jaringan
telekomunikasi via telepon seluler dinilai lebih praktis dan saat ini lebih diminati oleh
masyarakat, maka pengguna telepon kabel sangat terbatas. Jumlah pelanggan telepon kabel di
BWP Manokwari yang dibagi tiap sub BWP yang dapat diamati dalam Tabel 5.45. menurut
ketersediaan data, Sub BWP E tidak memiliki pelanggan telepon kabel.
Tabel 3.22.
Jumlah Pelanggan Telepon Kabel di BWP Manokwari
No Sub BWP
Jumlah Pelanggan
Telepon Kabel
1 Sub BWP A 72
2 Sub BWP B 9
3 Sub BWP C 48
4 Sub BWP D 4
Total 133
3.4.2.3. Jaringan Energi/Kelistrikan
jaringan energi/kelistrikan menjabarkan tentang jaringan distribusi dan pengembangannya
berdasarkan perkiraan kebutuhan energi/listrik di wilayah perencanaan yang terdiri atas:
a. Jaringan subtransmisi, yang berfungsi menyalurkan daya listrik dari sumberdaya besar
(pembangkit) menuju jaringan distribusi primer (gardu induk) yang terletak di wilayah
perencanaan
b. Jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT,SUTET,SUTT) berfungsi menyalurkan daya
listrik dari jaringan subtransmisi menuju jaringan distribusi sekunder, infrastruktur
pendukung pada jaringan distribusi primer meliputi :
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 81
i. Gardu induk berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan subtransmisi (70-500 kv)
menjadi tegangan menengah ( 20 kv);
ii. Gardu hubung berfungsi membagi daya listrik dari gardu induk menuju gardu distribusi.
c. Jaringan distribusi sekunder yang berfungsi untuk menyalurkan atau menghubungkan daya
listrik tegangan rendah ke konsumen, yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung berupa
gardu distribusi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer (20 kv) menjadi tegangan
sekunder (220 v/380 v).
Beberapa asumsi/perkiraan dasar yang digunakan untuk perhitungan kebutuhan jaringan
energi/kelistrikan adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan dilakukan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan lingkungan perkotaan
2. Asumsi kebutuhan listrik per KK = 450 vA
3. Asumsi kebutuhan listrik sarana lingkungan 40 % × asumsi kebutuhan listrik per KK
4. Asumsi trafo yang dibutuhkan = 10 kVA membutuhkan 1 unit trafo
Tabel 3.23.
Jumlah Pelanggan Listrik BWP Manokwari
No Sub BWP
Jumlah Pelanggan
(KK)
1 Sub BWP A 7.553
2 Sub BWP B 1.865
3 Sub BWP C 5.001
4 Sub BWP D 2.693
5 Sub BWP E 24
TOTAL 17.136
Potensi Desa Tahun 2011
Berdasarkan data Potensi Desa tahun 2011 yang termuat dalam Tabel 5.34, pelanggan listrik rumah
tangga BWP Manokwari berjumlah 17.136 KK. Pelanggan listrik terbanyak terdapat di Sub BWP A
dengan jumlah sebesar 7553 KK, sedangkan yang terkecil adalah sub BWP E dengan 24 KK.
Komposisi tersebut menggambarkan kondisi terpusatnya permukiman di Sub BWP A dan C dengan
segala fasilitas pelayanan ekonomi dan jasa yang terdapat di dalamnya.
Namun berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan
lingkungan perkotaan, jumlah tersebut masih belum memenuhi kondisi ideal jika memperhatikan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 82
jumlah KK yang sudah dialiri listrik. Kebutuhan ideal pemenuhan listrik di tingkat rumah tangga di
BWP Manokwari adalah sekitar 27.742 KK. Dengan asumsi setiap rumah tangga mebutuhkan sekitar
450 vA, maka total yang dibutuhkan adalah sebesar 12.483,90 kvA. Selain kebutuhan listrik rumah
tangga, fasilitas pelayanan yang terdapat di masing masing sub blok juga memerlukan tenaga listrik
untuk melaksanakan fungsinya. Asumsi yang digunakan untuk perhitungan listrik fasilitas lingkungan
di masing masing sub blok adalah 40 % dari kebutuhan rumah tangga di lingkungan tersebut.
Sedangkan total kebutuhan listrik merupakan hasil penjumlahan dari kebutuhan listrik rumah tangga
dan kebutuhan listrik lingkungan.
Tabel 3.24.
Kondisi Ideal Kebutuhan Listrik BWP Manokwari Tahun 2012
Bagian
Wilayah
KK
2012
Kebutuhan
Listrik
Rumah
Tangga (kVA)
Kebutuhan
Listrik
Lingkungan
(kvA)
Kebutuhan
Listrik
Total (kvA)
Total Trafo
Yang
dibutuhkan
(Unit)
Sub BWP A 16.595 7.467,75 2.987,10 10.454,85 1.045
A1 3.653 1.643,85 657,54 2.301,39 230
A2 5.232 2.354,40 941,76 3.296,16 330
A3 7.710 3.469,50 1.387,80 4.857,30 486
Sub BWP B 2.411 1.084,95 433,98 1.518,93 152
B1 808 363,60 145,44 509,04 51
B2 370 166,50 66,60 233,10 23
B3 1.086 488,70 195,48 684,18 68
B4 147 66,15 26,46 92,61 9
Sub BWP C 5.036 2.266,20 906,48 3.172,68 317
C1 7 3,15 1,26 4,41 0
C2 3.116 1.402,20 560,88 1.963,08 196
C3 1.913 860,85 344,34 1.205,19 121
Sub BWP D 3.553 1.598,85 639,54 2.238,39 224
D1 76 34,20 13,68 47,88 5
D2 2.067 930,15 372,06 1.302,21 130
D3 1.410 634,50 253,80 888,30 89
Sub BWP E 147 66,15 26,46 92,61 9
E1 68 30,60 12,24 42,84 4
E2 0 0,00 0,00 0,00 0
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 83
Bagian
Wilayah
KK
2012
Kebutuhan
Listrik
Rumah
Tangga (kVA)
Kebutuhan
Listrik
Lingkungan
(kvA)
Kebutuhan
Listrik
Total (kvA)
Total Trafo
Yang
dibutuhkan
(Unit)
E3 79 35,55 14,22 49,77 5
Total 27.742 12.483,90 4.993,56 17.477,46 1.748
Sumber: Analisis Studio, 2012
Berdasarkan hasil analisis studio yang termuat dalam Tabel 5.35, total kebutuhan listrik BWP
Manokwari adalah 17.477kvA. Jumlah tersebut sebagian besar merupakan kebutuhan listrik di Sub
BWP A dan C. Blok dengan kebutuhan terbesar adalah blok A3 sejumlah 4,57,3 KvA. Terdapat satu
blok yang tidak memerlukan listrik, yaitu blok E2. Hal tersebut disebabkan blok tersebut merupakan
kawasan pertanian yang tidak dihuni oleh penduduk. Hasil perhitungan total kebutuhan tersebut
kemudian digunakan sebagai dasar untuk menentukan totak trafo yang dibutuhkan untuk mengalirkan
listrik di tiap sub blok. Asumsi yang digunakan adalah setiap 10 KvA membutuhkan 1 unit trafo untuk
mengalirkan listrik, sehingga total trafo yang dibutuhkan di BWP Manokwari adalah sekitar 1.748 unit
trafo.
Selain melakukan perhitungan terhadap kondisi ideal kebutuhan listrik BWP Manokwarotahun 2012,
perhitungan kebutuhan listrik BWP Manokwari juga dilakukan dengan periode 5 tahunan
Kebutuhan listrik rumah tangga di BWP Manokwari tahun 2017 adalah sebesar 17.033,40 KvA.
Jumlah kebutuhan listrik tersebut kemudian ditambahkan dengan kebutuhan listrik lingkungan sebesar
40 % dari kebutuhan listrik rumah tangga dengan jumlah sebesar 6.813,36 KvA, sehingga total
kebutuhan listrik BWP manokwari tahun 2017 adalah sebesar 23.846,76 KvA. Jumlah trafo yang
dibutuhkan untuk mengalirkan listrik tersebut ke masing masing rumah tangga adalah sebanyak 2.385
unit trafo. Pemenuhan kebutuhan tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel 3.25.
Proyeksi Kebutuhan Listrik BWP Manokwari Tahun 2017
Bagian
Wilayah
KK
2017
Kebutuhan
Listrik Rumah
Tangga (kVA)
Kebutuhan
Listrik
Lingkungan
(kVA)
Kebutuhan
Listrik total
(kVA)
Total Trafo
Yang
dibutuhkan
(Unit)
Sub BWP A 23.501 10.575,45 4.230,18 14.805,63 1.481
A1 5.174 2.328,30 931,32 3.259,62 326
A2 7.410 3.334,50 1.333,80 4.668,30 467
A3 10.917 4.912,65 1.965,06 6.877,71 688
Sub BWP C 7.135 3.210,75 1.284,30 4.495,05 450
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 84
Bagian
Wilayah
KK
2017
Kebutuhan
Listrik Rumah
Tangga (kVA)
Kebutuhan
Listrik
Lingkungan
(kVA)
Kebutuhan
Listrik total
(kVA)
Total Trafo
Yang
dibutuhkan
(Unit)
C1 10 4,50 1,80 6,30 1
C2 4.416 1.987,20 794,88 2.782,08 278
C3 2.709 1.219,05 487,62 1.706,67 171
Sumber: Analisis Studio, 2012
Dari hasil analisis berupa proyeksi kebutuhan listrik selama 5 tahunan hingga akhir masa
perencanaan pada BWP Manokwari, dapat diperkirakan atau direncanakan estimasi kebutuhan
anggaran yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di BWP Manokwari.
Pada tahun 2022, 2027 dan 2032 menunjukkan proyeksi kepala keluarga setiap lima tahunan
melebihi 20.000 KK. Hal ini berarti dalam 5 tahun jumlah potensial pelanggan atau pengguna listrik
yang harus di layani lebih dari 20.000 kepala keluarga. Hal ini secara otomatis menyebabkan
kebutuhan listrik rumah tangga akan meningkat pula. Pertumbuhan penduduk, akan meningkatkan
kebutuhan akan listrik. Karena listrik sangat krusial dalam menunjang kegiatan penduduk suatu
wilayah, maka dari itu hal ini harus menjadi perhatian lebih lanjut.
Pemenuhan kebutuhan listrik yang semakin besar dari tahun ke tahun membuat peningkatan
infrastruktur penunjang menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Infrasturktur
tersebut terutama terkait dengan ketersedian jaringan listrik induk yang mengalirkan arus listrik ke
setiap rumah. Analisis kebutuhan pengembangan jaringan listrik dalam dokumen ini dilakukan dengan
data jaringan listrik yang bersumber dari dokumen RDTR sebelumnya tahun 2009. Keterbatasan data
penunjang dari PLN ataupun instansi yang terkait lainnya membuat analisis kebutuhan pengembangan
dilakukan berdasarkan asumsi bahwa jaringan listrik induk mengikuti jaringan jalan utama di setiap
kawasan, terutama jalan arteri primer dan kolektor. Selain itu analisis pengembangan jaringan juga
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor proporsi kepadatan pemukiman di suatu kawasan.
Semakin padat suatu kawasan permukiman maka semakin besar kepadatan jaringan di suatu kawasan
tersebut maupun sebaliknya.
Pada rencana pengembangan jaringan listrik, akan dibahas pula mengenai rencana panjang jaringan
listrik pada masing-masing Sub BWP. Hal ini sangat terkait dengan kebutuhan listrik BWP Manokwari
yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan melihat fungsi kawasan atau fungsi subblok peruntukan
atau fungsi subzona peruntukan maka dapat dilihat dan dijadikan bahan pertimbangan lebih lanjut
untuk prioritas pengembangan jaringan listrik pada BWP Manokwari.Fungsi kawasan yang merupakan
pusat atau sebagai fungsi penting yang melayani penduduk BWP Manokwari harus diprioritaskan
pengembangannya. Jaringan listrik eksisting atau yang sudah ada saat ini, ada kemungkinan belum
mencukupi untuk jangka waktu 20 tahun ke depan. Oleh karena itu disajikan rencana pengembangan
jaringan listrik baik eksisting maupun yang akan direncanakan. Jaringan listrik yang ada saat ini
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 85
(eksisting) apabila masih mencukupi kebutuhan atau jangkauan pelayanannya dapat melingkupi
seluruh kawasan (Sub BWP), maka analisisnya disajikan pada tabel tanpa rencana pengembangannya.
Sedangkan untuk Sub BWP yang memiliki banyak pengembangan fungsi kawasan, maka sangat besar
kemungkinannya untuk menambah jaringan listrik agar kawasan-kawasan atau zona-zona baru tersebut
dapat tercakup dalam jangkauan pelayanan jaringan listrik. Selanjutnya akan dibahas mengenai
rencana pengembangan jaringan listrik pada BWP Manokwari untuk masing-masing Sub BWP.
Tabel 3.27. berikut menyajikan Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP A,
pada Sub BWP A tidak terdapat rencana penambahan jaringan listrik (induk) baru.
Tabel 3.27.
Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP A
Sub BW
PBLOK
Sub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan Listrik
IndukEksisting(m)
Jumlah Gardu Listrik(unit)
A
A1
A1-1 C-2 Perumahan dan Perkantoran 824,835A1-2 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 2.177,254 1 UnitA1-3 SPU-1 Pendidikan 1.662,254A1-4 KT-1 Pemerintahan 385,840A1-5 RTH Ruang Terbuka Hijau 4.350,485
A2 A2-1 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 336,139A2-2 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 1.360,274A2-3 KT-1 Pemerintahan 674,286A2-4 SPU-3 Kesehatan 261,393A2-5 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 416,117
A2-6 C-3Perkantoran dan Perdagangan / Jasa
2.919,568 1 Unit
A2-7 SPU-1 Pendidikan 1.771,274A2-8 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 0 1 UnitA2-9 SPU-1 Pendidikan 2.610,785 1 UnitA2-11 SPU-2 Transportasi 792,289A2-12 C-2 Perumahan dan Perkantoran 1.616,364
A2-14 R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.866,224
A2-15 RTH Ruang Terbuka Hijau 963,756A2-17 SC Suaka Alam dan Cagar 1.841,224
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 86
Sub BW
PBLOK
Sub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan Listrik
IndukEksisting(m)
Jumlah Gardu Listrik(unit)
Budaya
A3
A3-1 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 955,956A3-3 C-2 Perumahan dan Perkantoran 531,188
A3-4 C-3Perkantoran dan Perdagangan / Jasa
911,482
A3-5 KT-1 Pemerintahan 2.010,455A3-6 KT-1 Pemerintahan 468,915A3-7 PL-3 Kawasan Pariwisata 1.154,181
A3-8 R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
526,287 1 Unit
A3-9 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 810,727A3-10 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 1.581,792 1 UnitA3-11 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 22,409A3-13 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 1.046,150A3-14 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 329,227A3-15 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 537,088A3-18 PL-3 Kawasan Pariwisata 107,156A3-19 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 914,818A3-20 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 272,892A3-21 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 451,543
Total 39.462,627 6 unit Sumber: Analisis Studio, 2012
Sebagai Sub BWP yang menjadi pusat perekonomian dalam skala regional maupun lokal, kebutuhan
rencana panjang jaringan listrik induk di Sub BWP A merupakan yang terbesar di antara Sub BWP
Manokwarilainnya. Total panjang jaringan listrik induk Sub BWP A adalah 39.462,62 m dengan
jumlah gardu induk sebanyak 6 unit. Hasil analisis studio yang dilakukan menunjukkan bahwa panjang
jaringan eksisting tersebut sudah cukup mumpuni untuk memenuhi kebutuhan listrik Sub BWP A
dalam beberapa periode yang akan datang, sehingga belum diperlukan rencana penambahan jaringan
baru ataupun rencana penambahan unit gardu listrik baru. Lebih lengkapnya tentang rencana panjang
jaringan listrik induk dan gardu induk dapat diamati dalam Tabel 5.40. mengenai rencana panjang
jaringan listrik induk pada sub BWP A.
Sub BWP C memiliki panjang jaringan listrik induk eksisting sebesar 12.236,142 m. Sub blok yang
dilalui jaringan induk teroanjang adalah sub blok C3-2 dengan panjang 3.339 m atau 25 % dari total
panjang jarinagn di Sub BWP C, sedangkan yang terkecil adalah di sub blok C3-5 dengan panjang
728,48. Jumlah tersebut dianggap sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sub BWP C dalam
beberapa periode yang akan datang sehingga penambahan jaringan induk baru belum diperlukan. Lebih
lengkapnya panjang jaringan listrik induk di Sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 5.42. pada
Tabel 5.42. dapat dilihat bahwa Sub BWP C tidak direncanakan untuk penambahan jaringan listrik
baru. Saha halnya dengan Sub BWP A.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 87
Fungsi Sub Blok peruntukan pada Sub BWP C yang dilalui atau dilingkupi oleh jaringan listrik seperti
tersaji pada Tabel 5.42. merupakan zona perumahan dan zona campuran. Jenis kedua zona ini sangat
potensial sebagai pengguna listrik. Kawasan hunian seperti pada Subblok C yang terlingkupi oleh
jaringan listrik sangat besar kemungkinannya untuk berkembang sehingga kondisi jaringan listrik yang
ada harus ditambahkan. Apabila tidak diperhatikan sejak dini, bisa jadi akan mengganggu kestabilan
jaringan kelistrikan pada wilayah disekitarnya. dalam jangka waktu 5 sampai dengan 20 tahun
mendatang
Tabel 3.28.
Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP C
Sub BW
P
BLOK
Sub Blok
Kode
Fungsi
Panjang Jaringan
Listrik Induk Eksisting (m)
C
C2
C2-1
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
253,193
C2-4
R-4 Rumah Kepadatan Rendah 714,407
C2-5
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.934,414
C2-6
R-4 Rumah Kepadatan Rendah 137,002
C2-8
C-1Perumahan dan Perdagangan/Jasa
2.211,705
C3
C3-1
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.108,710
C3-2
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
3.339,481
C3-4
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.808,754
C3-5
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
728,476
Total 12.236,142Sumber: Analisis Studio, 2012
3.4.2.4. Jaringan Air Bersih
Air bersih termasuk salah satu kebutuhan vital bagi keberlangsungan kehidupan. Tersedianya
air bersih termasuk ke dalam satu tujuan dari MDG (Milllenium Developments Goal) yang
ditetapkan oleh PBB. Hingga saat ini penyediaan air bersih belum menjadi masalah yang mendesak
bagi BWP Manokwari. Masih tersedianya kawasan resapan air yang cukup membuat ketersediaan
air baku bagi masyarakat perkotaan dapat terpenuhi dengan cukup baik. Hanya saja semakin
meningkatnya jumlah penduduk tentu saja semakin meningkatkan kebutuhan terhadap air baku.
Berdasarkan analisis yang dilakukan menggunakan standar Dirjen Cipta Karya (2003), rumah
tangga BWP Manokwari membutuhkan pasokan air bersih sebesar 3.606.460,00 l/hari pada tahun
2012. Kebutuhan tersebut semakin meningkat setiap periodenya karena asumsi yang digunakan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 88
adalah pertumbuhan jumlah KK. Pada tahun 2017, kebutuhan pasokan air bersih adalah sebesar
4.920.760 l/hari, dan mencapai puncaknya pada tahun 2032 sebesar 12.861.290 l/hari.
Sub BWP dengan kebutuhan terbesar adalah Sub BWP A.sedangkan Sub BWP E merupakan
Sub BWP dengan kebutuhan pasokan air bersih paling kecil di antara Sub BWP lainnya.
Perhitungan juga dilakukan terhadap kebutuhan air untuk fasilitas lingkungan dan juga cadangan
untuk persediaan pemadam kebakaran. Sebagian wilayah kota yang memiliki kepadatan tinggi
cukup rawan kebakaran sehingga persiapan dan antisipasi air untuk kebakaran perlu juga
dimasukkan dalam asumsi kebutuhan total air bersih. Pemenuhan kebutuhan air yang semakin
meningkat tersebut merupakan sebuah tantangan bagi PDAM dan segenap instansi pemerintahan
Manokwari untuk menyediakan sumber air air baku yang cukup dan juga pendisribusian yang
merata.
Tabel 3.29. menyajikan perhitungan kondisi ideal kebutuhan air bersih di BWP Manokwari
tahun 2012. Perhitungan detail kebutuhan masing masing sub BWP dalam periode 5 tahunan dapat
dicermati dalam Tabel 3.29. sampai denganTabel 3.30.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 89
Sumber: Analisis Studio, 2012
Tabel 3.30 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di BWP Manokwari Tahun 2017
Kebutuhan penyediaan air bersih bagi setiap BWP tentunya harus sejalan dengan ketersedian
jaringan distribusi yang merata terhadap semua rumah tangga yang membutuhkan. Analisis rencana
pengembangan jaringan perpipaan air bersih manokwari dilakukan menggunakan data jaringan
perpipaan air bersih BWP Manokwari dokumen RDTR dan Peraturan Zonasi tahun 2009 yang lalu.
Jaringan perpipaan yang dimaksud dalam analisis rencana pengembangan adalah pipa induk yang
distribusi air menuju pipa sambungan rumah yang dimiliki oleh konsumen. Data tersebut kemudian
diperbarui dengan mempertimbangkan perubahan fungsi kawasan dan arah perkembangan BWP
Manokwari ke depannya.
Masing-masing Sub BWP memiliki kebutuhan yang berbeda untuk ketersediaan air bersih.
Beberapa hal yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk yang dilayani
2. Keragaman fungsi kawasan (subblok peruntukan) pada masing-masing Sub BWP
3. Keberadaan sumber air
Seperti telah diuraikan sebelumnyajaringan perpipaan diperlukan untuk mendistribusikan air bersih
untuk penduduk. Jaringan perpipaan yang ada di BWP Manokwari pada bahasan ini dapat dibedakan
menjadi dua yaitu, jaringan pipa eksisting atau jaringan yang sudah ada hingga saat ini, dan rencana
pengembangan atau penambahan jaringan pipa, yang dimaksudkan untuk mendistribusikan air bersih
kepada lokasi kawasan yang belum terlingkupi jaringan perpipaan eksisting. Hingga akhir masa
perencanaan atau 20 tahun ke depan diperkirakan akan semakin banyak kawasan pada BWP
Manokwari yang berkembang, sehingga jaringan perpipaan yang ada tidak akan cukup lagi melayani
kebutuhan penyediaan air bersih seluruh BWP Manokwari. Maka dari itu perlu penambahan jaringan
yang diarahkan untuk mencakup area layan baru. Selain daripada itu fungsi subzona saat ini telah
mengalami perkembangan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan zonsi sebelumnya.
Sehingga jaringan perpipaan baru dibutuhkan untuk menyediakan air bersih bagi penduduk beserta
kegiatan atau aktivitasnya.
Substansi berikut akan menjelaskan mengenai rencana pengembangan atau penambahan jaringan
perpipaan baru pada Sub BWP Manokwari yang disajikan pada tabel-tabel untuk masing-masing Sub
BWP (Tabel 3.30 sampai dengan Tabel 3.34.) dan untuk melengkapi pembahasan mengenai jaringan
air bersih dan perpipaan di BWP Manokwari disajikan mengenai sebaran spasial rencana
pengembangan jaringan air bersih yang diwujudkan melalui jaringan perpipaan pada Gambar 5.8.
tentang Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih.
Sub BWP Asebagai kawasan pusat perekonomian Kota Manokwari saat ini dialui oleh jaringan
perpipaan sepanjang 20.951,76 m dengan 1 unit reservoar yang terletak di sub blok A1-2 Reremi
dengan fungsi sub blok sebagai kawasan perumahan kedapatan rendah. Jaringan perpipaan tersebut
melewati 3 blok dan 43 sub blok di Sub BWP A. Sub blok dengan panjang pipa terbesar adalah sub
blok A2-7 yang berfungsi sebagai kawasan perkatoran, perdagangan dan jasa, sedangkan sub blok
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 93
dengan jaringan perpipaan terkecil adalah sub blok A3-11 dengan fungsi sebagai kawasan pertahanan
dan keamanan.
Seiring dengan semakin besarnya kebutuhan air bersih di kawasan perkotaan, di Sub BWP A
diperlukan tambahan jaringan perpipaan baru sepanjang 18.519,87 m dan juga satu tambahan reservor
baru yang direncanakan terletak di Sub Blok A2-9. Rencana pembangunan jaringan perpipaan baru
tersebut diharapkan dapat meningkatkan panjang jaringan yang telah ada mencapai 100%
dibandingkan dengan kondisi saat ini, sehingga kebutuhan terhadap air bersih di beberapa periode
waktu yang akan datang dapat terpenuhi dengan baik.
Tabel 3.31 Rencana Pengembangan Jaringan Perpipaan Air Bersih Sub BWP A
BLOK
Sub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan
Perpipaan Air Bersih Eksisting
(m)
Rencana Penambahan Panjang
Jaringan Perpipaan
Baru (m)
Keberadaan Reservoar Air Bersih
(1 unit)
A1
A1-1 C-2 Perumahan dan Perkantoran 418,78 406.05
A1-2 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 521,18 1.656.08Reservoir Air Reremi
A1-3 SPU-1 Pendidikan 531,73 1.130.52A1-4 KT-1 Pemerintahan 253,26 132.58A1-5 RTH Ruang Terbuka Hijau 4.350.49
A2
A2-1 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 206,99 129.15A2-2 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 1.345,34 14.93A2-3 KT-1 Pemerintahan 674,29 A2-4 SPU-3 Kesehatan 261,39 A2-5 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 416,11 0.01
A2-6 C-3Perkantoran dan Perdagangan / Jasa
2.919,57
A2-7 SPU-1 Pendidikan 1.771.27
A2-9 SPU-1 Pendidikan 2.610.78
Rencana Pembangunan Reservoar Baru
A2-11
SPU-2 Transportasi 777,36 14.93
A2-12
C-2 Perumahan dan Perkantoran 1.616.36
A2-14
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.866.22
A2-15
RTH Ruang Terbuka Hijau 963.76
A2-17
SCSuaka Alam dan Cagar Budaya
1.841.22
A3 A3-1 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 955,96 A3-3 C-2 Perumahan dan Perkantoran 531,19
A3-4 C-3Perkantoran dan Perdagangan / Jasa
908,14 3.34
A3-5 KT-1 Pemerintahan 2.010,45 A3-6 KT-1 Pemerintahan 468,91 A3-7 PL-3 Kawasan Pariwisata 1.154,18 A3-8 R-5 Rumah Kepadatan Sangat
Rendah526,29
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 94
BLOK
Sub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan
Perpipaan Air Bersih Eksisting
(m)
Rencana Penambahan Panjang
Jaringan Perpipaan
Baru (m)
Keberadaan Reservoar Air Bersih
(1 unit)
A3-9 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 810,73 A3-10
R-4 Rumah Kepadatan Rendah 1.581,79
A3-11
KH-1 Pertahanan dan Keamanan 22,41
A3-13
KH-1 Pertahanan dan Keamanan 1.046,15
A3-14
R-4 Rumah Kepadatan Rendah 327,64 1.59
A3-15
R-4 Rumah Kepadatan Rendah 537,09
A3-18
PL-3 Kawasan Pariwisata 107,16
A3-19
K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 914,82
A3-20
K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 271,31 1.59
A3-21
KH-1 Pertahanan dan Keamanan 451,54
Total 20.951,76 18.510,87 2 Unit
Sub BWP C dilewati oleh perpipaan distribusi air bersih sepanjang 3.605,5 m yang melewati 2
blok dan 6 sub blok. Umumnya sub blok yang dilewati oleh jaringan perpipaan tersebut merupakan sub
blok yang berfungsi sebagai kawasan permukiman. Berdasarkan analisis, jumlah tersebut masih jauh
dari kondisi ideal untuk pemenuhan kebutuhan Sub BWP C. Dalam beberapa periode waktu ke
depannya, rencana pengembangan dilakukan dengan peningkatan panjang jaringan perpipaan hampir 3
kali lipat dari jumlah yang ada saat ini, dengan panjang mencai 8.630,64 dengan tambahan perpipaan
di 3 sub-blok baru, yaitu sub blok C2-6 (fungsi rumahh kepadatan rendah) sepanjang 137 m, sub blok
C2-8 (fungsi perumahan perdagangan dan jasa sepanjang 2.221,70 m, serta sub blok C3-1 (fungsi
rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 1.108,71 m. Lebih lengkapnya tentang rencana
pengembangan jaringan perpipaan air bersih di Sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 3.32
berikut :
Tabel 3.32 Rencana Pengembangan Jaringan Perpipaan Air Bersih Sub BWP C
BLOKSub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan
Perpipaan Air Bersih Eksisting
(m)
Rencana Penambahan
Panjang Jaringan
Perpipaan Baru (m)
Keberadaan Reservoar Air Bersih
(1 unit)
C2 C2-1 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 252,03 1,16C2-4 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 714,41 C2-5 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 1.231,95 702,47 PDAMC2-6 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 137,00
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 95
BLOKSub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan
Perpipaan Air Bersih Eksisting
(m)
Rencana Penambahan
Panjang Jaringan
Perpipaan Baru (m)
Keberadaan Reservoar Air Bersih
(1 unit)
C2-8 C-1 Perumahan dan Perdagangan/Jasa 2.211,70
C3
C3-1 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 1.108,71C3-2 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 592,60 2.746,88C3-4 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 110,96 1.697,80C3-5 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 703,55 24,92
Total 3.605,5 8.630,64 1 UnitSumber: Analisis Studio, 2012
3.4.2.5. Jaringan drainase
Pengembangan drainase bertujuan untuk mengalirkan air hujan sedemikian rupa sehingga
tidak lagi menimbulkan bahaya (banjir) atau gangguan lingkungan (genangan air). Sedangkan
sasaran jangka panjangnya adalah untuk menetapkan suatu jaringan drainase yang terpadu, yang
praktis dioperasikan dan dipelihara, mengurangi bahaya banjir dan genangan air,
menjaga/menciptakan kondisi lingkungan yang baik.Rencana bentuk sistem drainase berupa:
saluran drainase, sumur peresapan air hujan (SPAH), dan kolam retensi. Rencana saluran drainase
sebagian besar mengikuti jaringan jalan yang ada, rencana SPAH tersebar mengikuti distribusi
permukiman, sedangkan rencana kolam retensi menggunakan kolam/dam eksisting. Kolam retensi
berfungsi sebagai penampung sementara dari limpasan (over land flow) di sekitarnya.
Masalah yang sering muncul dalam jaringan drainase adalah adanya genangan atau run-off
(aliran permukaan). Air hujan tidak dapat tertampung atau masuk ke saluran drainase karena
terhambat oleh sedimen ataupun sampah. Rencana penanggulangan genangan air hujan dilakukan
dengan pemeliharaan dan perbaikan saluran yang sudah ada, peningkatan saluran yang sudah ada
antara lain dengan: pembuatan pasangan batu pada saluran tersebut sehingga lebih kuat dan
kapasitasnya lebih besar, serta pembuatan saluran baru. Dengan demikian diharapkan akan dapat
mengatasi luapan dan genangan-genangan walaupun hanya pada waktu hujan saja.
Pembuangan air dari saluran drainase direncanakan ke sungai-sungai yang ada, seperti keadaan
drainase yang telah ada pada saat ini. Hal ini dimungkinkan karena tinggi muka air sungai tersebut
jauh lebih rendah dibandingkan dengan muka air tanah di sekitarnya.Jaringan drainase direncanakan
menurut hirarkhi yang berbeda. Jaringan tersebut hendaknya terdiri dari elemen-elemen sebagai
berikut:
a) Saluran tersier, mengalirkan air hujan dari masing-masing rumah tangga ke saluran sekunder
sedemikian rupa sehingga air hujan tersebut tidak lagi menimbulkan gangguan atau
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 96
bahaya.Biasanya saluran tersebut dibiayai, dilaksanakan, dioperasikan dan dipelihara oleh
masing-masing rumah tangga atau warga lingkungan setempat.
b) Saluran sekunder, mengalirkan air hujan dari saluran tersier ke saluran primer. Saluran tersebut
melayani beberapa kelompok perumahan. Biasanya saluran tersebut direncana, didesain,
dibiayai,dilaksanakan, dioperasikan dan dipelihara oleh Pemda Kota/Kota.
c) Saluran primer, mengalirkan air hujan dari beberapa saluran cabang. Saluran tersebut melintasi
batas administrasi. Biasanya saluran tersebut direncana, didesain, dilaksanakan, dioperasikan dan
dipelihara oleh Pemerintah Provinsi.
Mengingat menurunnya kapasitas air tanah dan kebijakan untuk melindungi sumber-sumber
air tanah, sebaiknya tidak semua air hujan dialirkan ke sungai. Sebanyak mungkin air hujan tersebut
dialirkan ke sumur peresapan. Sumur-sumur peresapan tersebut sebaiknya dibangun di wilayah
permukiman untuk mengimbangi jumlah permukaan kedap air yang semakin meningkat.
Keberadaan jaringan drainase di BWP Manokwari cukup diperlukan. Kontur sebagian besar
wilayah terbangun yang berada di kemiringan lereng yang cukup besar menyebabkan aliran run off air
perlu diatur agar tidak menimbulkan potensi terkikisnya tanah yang dapat menyebabkan longsor.
Selain itu jaringan drainase yang teletak di bahu kiri dan kanan jalan juga berpengaruh terhadap
meningkatnya umur pemakaian jalan, karena run-off yang memenuhi badan jalan berpotensi mengikis
permukaan aspal. Analisis rencana pengembangan jaringan drainase BWP Manokwari dilakukan
dengan menggunakan data jaringan drainase yang terdapat di dokumen RDTR dan Peraturan Zonasi
2009, yang kemudian diperbarui dan disesuaikan dengan kondisi perkembangan kawasan kota dan
perubahan fungsi peruntukan.
Sub BWP A merupakan kawasan yang terletak di kawasan yang relatif landai sehingga menjadi
pusat kawasan perkotaan manokwari. Berdasarkan analisis kebutuhan jaringan drainase yang dilakukan
Sub BWP A membutuhkan 1.509,14 m jaringan drainase primer yang melewati 9 sub blok. besar
jaringan drainase primer tersebut saat ini berfungsi sebagai sungai / kali yang berukuran cukup besar
dan alirannya menuju ke arah laut. Sedangkan jaringan drainase sekunder yang dibutuhkan oleh Sub
BWP A adalah sebesar 39.562,06 m yang melewati 39 sub blok. Berdasarkan observasi dan
pengamatan lapangan, sebagian jaringan drainase sekunder tersebut saat ini telah terbangun dengan
konstruksi permanen, sedangkan sebagian masih berupa saluran kecil dengan konstruksi yang belum
permanen. Keterbatasan data pendukung dari instansi terkait membuat perbandingan antara drainase
sekunder yang telah dimiliki dan rencana kebutuhan jaringan yang dianalisis belum dapat
dibandingkan. Lebih lengkapnya tentang kebutuhan pengembangan jaringan drainase di Sub BWP A
dapat diperhatikan dalam Tabel 3.41. berikut :
Tabel 3.41. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Sub BWP A
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 97
BLO
K
Sub
BlokKode Fungsi
Rencana
Panjang
Drainase
Primer
(m)
Rencana
Panjang
Drainase
Sekunder
(m)
A1
A1-1 C-2 Perumahan dan Perkantoran 824,835
A1-2 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 2.177,254
A1-3SPU-
1Pendidikan 1.662,254
A1-4 KT-1 Pemerintahan 385,840
A1-5 RTH Ruang Terbuka Hijau 4.350,485
A2
A2-1 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 336,139
A2-2 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 1.360,274
A2-3 KT-1 Pemerintahan 674,286
A2-4SPU-
3Kesehatan 261,393
A2-5 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 416,117
A2-6 C-3Perkantoran dan Perdagangan /
Jasa2.919,568
A2-7SPU-
1Pendidikan 1.771,274
A2-9SPU-
1Pendidikan 2.610,785
A2-
11
SPU-
2Transportasi 69,301 792,289
A2-
12C-2 Perumahan dan Perkantoran 15,843 1.616,364
A2-
14R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 1.866,224
A2-
15RTH Ruang Terbuka Hijau 963,756
A2-
17SC Suaka Alam dan Cagar Budaya 1.841,224
A3 A3-1 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 603,474 955,956
A3-3 C-2 Perumahan dan Perkantoran 531,188
A3-4 C-3 Perkantoran dan Perdagangan / 911,482
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 98
BLO
K
Sub
BlokKode Fungsi
Rencana
Panjang
Drainase
Primer
(m)
Rencana
Panjang
Drainase
Sekunder
(m)
Jasa
A3-5 KT-1 Pemerintahan 2.010,455
A3-6 KT-1 Pemerintahan 468,915
A3-7 PL-3 Kawasan Pariwisata 371,413 1.253,611
A3-8 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 526,287
A3-9 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 54,502 810,727
A3-
10R-4 Rumah Kepadatan Rendah 1.581,792
A3-
11KH-1 Pertahanan dan Keamanan 22,409
A3-
13KH-1 Pertahanan dan Keamanan 1.046,150
A3-
14R-4 Rumah Kepadatan Rendah 329,227
A3-
15R-4 Rumah Kepadatan Rendah 537,088
A3-
18PL-3 Kawasan Pariwisata 229,917 107,156
A3-
19K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 113,226 914,818
A3-
20K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 111,819 272,892
A3-
21KH-1 Pertahanan dan Keamanan 451,543
A3-
22RTH Ruang Terbuka Hijau 20,648
Total 1.590,14 39.562,06
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 99
Peruntukan lahan terbangun Sub BWP C yang didomunasi oleh kawasan permukiman
membutuhkan drainse primer sepanjang 877,168 m yang melalui 3 sub blok. Hampir
seluruh kebutuhan drainase primer tersebut telah terpenuhi dengan keberadaan sungai
rendani dan sungai wosi. Sungai Rendani melewati sub blok C3-1 (fungsi rumah
kepadatan sangat rendah) sepanjang 178,47 m dan sub blok C3-2 (fungsi rumah kepadatan
sangat rendah) sepanjang 325,84 m. Sungai Wosi yang bermuara di Teluk Wosi melewati
sub blok C3-5 (fungsi rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 372,85 m. Selain
drainase primer, sub BWP C juga membutuhkan saluran drainase primer sepanjang
12.477,15 m yang melewati 9 sub blok. Berdasarkan pengamatan terhadap citra satelit
maupun observasi lapangan, sebagian saluran drainase sekunder yang direncanakan dapat
ditemukan keberadaannya saat ini, namun sebagian lagi belum terdapat di lapangan
(belum terbangun). Lebih jelasnya tentang rencana pengembangan jaringan drainase Sub
BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 5.67.
Tabel 5.67. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Sub BWP C
BLOK
Sub Blok
Kode
Fungsi
Rencana
Panjang
Drainase
Primer
(m)
Rencana
Panjang
Drainase
Sekunder (m)
C2
C2-1
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
253,19
3C2-4
R-4
Rumah Kepadatan Rendah
714,40
7C2-5
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.934,4
14C2-6
R-4
Rumah Kepadatan Rendah
137,00
2C2-8
C-1
Perumahan dan Perdagangan/Jasa
2.211,7
05
C3
C3-1
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
178,466
1.108,710
C3-2
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
325,840
3.580,487
C3-4
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.808,754
C3-5
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
372,849
728,476
Total877,1
6812.477,
148
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 100
3.4.2.6. Jaringan persampahan
Armada dan sarana pengangkutan yang dimiliki oleh DPU cukup terbatas
sehingga pelayanan tidak dapat mencakup seluruh kawasan. Hanya beberapa titik
penting yang sampahnya diangkut oleh armada pengangkut sampah untuk
kemudian diolah di TPA. Sebagian besar penduduk mengelola sampah secara
mandiri dengan cara membakar di pekarangan rumah. Padahal sampah plastik
merupakan sampah yang sangat sulit untuk terurai dan cenderung berbahaya bagi
lingkungan terutama untuk kesuburan tanah. Lebih lengkapnya tentang kondisi
eksisting pengelolaan sampah di Kota Manokwari dapat diperhatikan dengan jelas
dalam Tabel 5.70. dan 3.42. berikut :
Tabel 3.42. Gambaran Umum Pengelolaan Sampah Eksisting Tahun 2009 dan
yang Direncanakan Hingga Tahun 2019 di BWP Manokwari
Uraian2009 2019
Besaran Satuan Besaran Satuan
Jumlah penduduk 261.907 (Jiwa) 277.785 (Jiwa)
Jumlah timbunan sampah 654,77 (m3/hari) 654,77 (m3/hari)
Sampah terangkut (P2L Dinas PU) 55,08 (m3/hari) 173,62 (m3/hari)
Penduduk terlayani 8,41 % 25,0 %
Sisa sampah tertinggal (sistem
setempat)599.69 (m3/hari) 520,85 (m3/hari)
Pengelolaan sampah LDUS 0 % 52,0830% sampah
terangkut
Produksi kompos 0 % 10,42 ton/hari
Sumber : Laporan Akhir Perencanaan Sistem Penanganan Sampah Kota Manokwari
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 101
Tabel 3.43. Kondisi Pengelolaan Sampah di BWP Manokwari
Uraian Besaran Satuan
Gambaran UmumJumlah penduduk 261.907 (Jiwa)Jumlah anggota per KK 2,34 (jiwa/KK)
Cakupan sampahJumlah Penduduk Terlayani 22.026 (jiwa)% Penduduk terlayani, terdiri atas: 8,41 (%)
- TPS 13,62(% penduduk terlayani)
- Contaimer jalan 6,81(% penduduk terlayani)
- Langsung diangkut Truck 79,57(% penduduk terlayani)
- Transfer depo/contaimer -(% penduduk terlayani)
Produksi Sampah (standar) 2,5 (liter/jiwa/hari)Total Produksi sampah 654,77 (m3/hari)
Sampah yang terkumpulDump Truck 6 (m3/hari)Arm roll truck/contaimer jalan 6 (m3/hari)Pelayanan Penyapuan Jalan Kota - (Km)Panjang jalan aspal (kolektor sekunder 9,261 Km, kolektor primer 41,769 Km dan arteri primer 29,747)
80,777 (Km)
- Pelayanan Penyapuan Jalan - (% panjang jalan)- Cakupan Penyapuan Jalan - (Unit)- Becak (1,0m3, 2 rit/hari) -