Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Time Token dan Probing Prompting dengan Memperhatikan Pola Asuh Orang Tua pada Siswa Kelas VIII SMP Bina Utama Ulubelu Tahun Pelajaran 2015/2016 (Skripsi) Oleh Yeni Hartika FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
106
Embed
Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS TerpaduMenggunakan Model Pembelajaran Time Token dan Probing Prompting
dengan Memperhatikan Pola Asuh Orang Tua pada Siswa Kelas VIII SMPBina Utama Ulubelu Tahun Pelajaran 2015/2016
(Skripsi)
OlehYeni Hartika
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRACT
COMPARATIVE STUDY OF SOFT SKILLS IN THE SUBJECT IPS USING
INTEGRATED MODEL OF LEARNING TIME AND PROBING PROMPTING
TOKEN WITH CONCERN ON PARENTS PARENTING CLASS VIII SMP
BINA UTAMA ULUBELU LESSON IN 2015/2016
By
Yeni Hartika
This research is motivated by the lack of soft skills of students as well as soft
skills examines differences in student learning using the model Time Token (TT)
and Probing Prompting (PP) with mempertikan parents' parenting class VIII SMP
Bina Utama Ulubelu. The purpose of this study was to determine differences in
soft skills learning model Time Token (TT) and Probing Prompting (PP) with
respect to patterns of parenting is parenting democratic and permissive parenting.
The method used in this research is a comparative method with the experimental
approach. The study population is 106 students with a total sample of 71 students.
This research technique is cluster random sampling. Data collection techniques by
observation. Hypothesis testing using t-test formula two independent samples and
analysis of variance of two roads. The result showed (1) There are differences in
the average soft skills of students whose learning using model-time token with
students whose learning using learning models probing prompting (2) There is a
difference of soft skills among students in the learner uses parenting democratic
and using parenting (3) There is an interaction between the learning model with
parenting and soft skills in social studies Integrated.
Keywords: soft skills, time token, probing prompting, parenting
ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN SOFT SKILL PADA MATA PELAJARAN IPS
TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN
DAN PROBING PROMPTING DENGAN MEMPERHATIKAN POLA
ASUH ORANG TUA PADA SISWA KELAS VIII SMP BINA UTAMA
ULUBELU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh
Yeni Hartika
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya soft skill siswa serta mengkaji
tentang perbedaan soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model
Time Token (TT) dan Probing Prompting (PP) dengan mempertikan pola asuh
orang tua siswa kelas VIII SMP Bina Utama Ulubelu. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan soft skill dengan model pembelajaran Time Token
(TT) dan Probing Prompting (PP) dengan memperhatikan pola asuh orang tua
yaitu pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode komparatif dengan pendekatan eksperimen.
Populasi penelitian ini 106 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 71 siswa.
Teknik penelitian ini adalah Cluster Random Sampling. Teknik pengambilan data
dengan observasi. Pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test dua sampel
independen dan analisis varian dua jalan. Hasil analisis data menunjukkan (1) Ada
perbedaan rata-rata soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran time token dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran probing prompting (2) Ada perbedaan soft skill antara siswa
yang di didik menggunakan pola asuh demokratis dan yang menggunakan pola
asuh (3) Ada interaksi antara model pembelajaran dengan pola asuh dan soft skill
pada mata pelajaran IPS Terpadu.
Kata kunci: soft skill, time token, probing prompting, pola asuh
Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadu
Menggunakan Model Pembelajaran Time Token dan Probing
Prompting dengan Memperhatikan Pola Asuh Orang Tua pada
Siswa Kelas VIII SMP Bina Utama Ulubelu Tahun Pelajaran
2015/2016
Oleh
Yeni Hartika
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yeni Hartika. Lahir di Talangpadang, pada
tanggal 29 januari 1995. Penulis merupakan anak pertama dari bapak
Hi. Iriandi dan ibu Hj. Hulnai, penulis memiliki dua orang adik. Penulis
berkembangsaan Indonesia dan beragama Islam. Penulis beralamat di
Desa Gunung Tiga, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus. Pendidikan yang pernah
ditempuh penulis :
1. Sekolah Dasar Negeri 1 Gunung Tiga yang selesai pada tahun 2006
2. MTS PEMNU Talang Padang yang selesai pada tahun 2009
3. MA TURUS Pandeglang Banten yang selesai pada tahun 2012
Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan IPS, Program Studi Pendidikan
Ekonomi melalui jalur UM. Pada Januari 2015 penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) di Bali, Yogyakarta, Solo, dan Jakarta. Pada Juli 2015 penulis melakukan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Gunung Sari, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecil dan sederhana ini kepada:
Kedua orang tuaku tercinta Bapak Hi. Iriandi dan Ibunda Hj. Hulnai yang telah
membesarkan, mendidik, dan selalu mendo’akanku setiap waktu. Kalian selalu
mencurahkan kasih sayang, perhatian, serta memberi nasihat-nasihat yang sangat berguna
untuk kesuksesanku, dan kalian tidak pernah mengenal lelah untuk melakukan hal yang
dapat membuat anakmu bahagia. Pengorbanan kalian tidak akan pernah bisa aku balas
sampai kapanpun, semoga kelak aku dapat membhagiakan kalian.
Kedua adikku Aldi Hardinata dan Kayla Almira yang selalu memberi semangat kepadaku
untuk terus menyelesaikan kuliah.
Dan Almamater tercinta UNILA.
MOTTO
Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnyakesungguhannya itu adalah untuknya diri sendiri.
(Al-Ankabut, ayat 6)
Tiada perjuangan yang sia-sia, tetapi akan sia-sia jika tidakberjuang
(IKomangWinatha)
Tetap menjadi diri sendiri walau banyak rintangan yangmenghadang
(Yeni Hartika)
SANCAWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat skripsi yang
berjudul “Studi Perbandingan Soft Skill Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu
menggunakan Model Pembelajaran Time Token dan Probing Prompting dengan
memperhatikan Pola Asuh Orang Tua Siswa pada Kelas VIII SMP Bina Utama
Ulubelu Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dan
arahan serta motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan setulus-tulusnya
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Unila.
6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi FKIP Unila.
7. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
juga pembimbing 1 dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bimbingan, bantuan, arahan dan kebaikan bapak selama ini,
serta segala ilmu yang telah bapak berikan selama perkuliahan.
8. Ibu Dr. Pujiati, M.Pd, selaku dosen pembimbing II, terima kasih banyak atas
kesediaan waktu luang yang ibu berikan untuk membantu menyelesaikan
skripsi ini, terima kasih atas arahan, nasihat dan semangat yang ibu berikan,
terima kasih juga atas segala ilmu yang sudah diberikan selama perkuliahan.
1. Soft skill yang Tampak pada Siswa ............................................. 52. Instrumen Penelitian Soft Skill . .................................................. 603. Instrumen Penelitian Pola Asuh Permisif. .................................. 614. Instrumen Penelitian Pola Asuh Demokratis . ............................ 625. Kategori Besarnya Realibilitas.................................................... 656. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan.................................. 707. Daftar Nama Kepimpinan SMP Bina Utama Ulubelu ................. 758. Keadaan Gedung SMP Bina Utama Ulubelu ............................... 769. Jumlah Tenaga Kerja SMP Bina Utama Ulubelu ........................ 7710. Visi dan Misi SMP Bina Utama Ulubelu .................................... 7711. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 7912. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa Pada Kelas Kontrol ........... 8213. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa yang di didik
Menggunakan Pola Asuh Demokratis .......................................... 8414. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa yang di didik
Menggunakan Pola Asuh Permisif Pada Kelas Eksperimen ........ 8715. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa yang di didik
Menggunakan Pola Asuh Demokratis pada Kelas Kontrol ........... 8916. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa yang di didik
Menggunakan Pola Asuh Permisif Pada Kelas Kontrol ................ 9217. Hasil Uji Normalitas Sampel Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ................................................................................. 9418. Hasil Uji Homogenitas Varian pada Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ................................................................................. 9519. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ........................................................... 9720. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ........................................................... 9821. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ........................................................... 10022. Hasil Pengujian Hipotesis 4 ........................................................... 10223. Hasil Pengujian Hipotesis 5 ........................................................... 10524. Hasil Pengujian Hipotesis 6 ........................................................... 10825. Hasil Pengujian Hipotesis 7 ........................................................... 109
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 452. Desain Penelitian Eksperimen Factorial Design ........................ 533. Estimated Marginal Means of Soft Skill ..................................... 101
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Soft Skill Siswa Pada Kelas Eksperimen ..................................... 802. Soft Skill Siswa Pada Kelas Kontrol ............................................ 823. Soft Skill Siswa yang di didik menggunakan Pola Asuh
Demokratis pada Kelas Eksperimen ............................................ 854. Soft Skill Siswa yang di didik menggunakan Pola Asuh
Permisif pada Kelas Eksperimen ................................................ 875. Soft Skill Siswa yang di didik menggunakan Pola Asuh
Demokratis pada Kelas Kontrol ................................................... 906. Soft Skill Siswa yang di didik menggunakan Pola Asuh
Permisif pada Kelas Kontrol ........................................................ 92
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Guru dan Karyawan SMP Bina Utama Ulubelu... 1372. Silabus IPS Terpadu Kelas VIII ................................................... 1383. RPP Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token ............. 1444. RPP Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Probing Prompting. 1515. Rubrik Penilaian Soft Skill Siswa ............................................... 1596. Lembar Observasi Soft Skill Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................................. 1617. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ...................................... 1658. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol . ............................................ 1669. Daftar Kelompok Siswa Kelas Eksperimen . .............................. 16710. Daftar Kelompok Siswa Kelas Kontrol ..................................... 16811. Rekap Nilai Soft Skill Kelas Eksperimen ................................... 16912. Rekap Nilai Soft Skill Kelas Kontrol .......................................... 17013. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Demokratis di Kelas
Eksperimen ................................................................................. 17114. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Permisif di Kelas
Eksperimen ................................................................................. 17215. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Demokratis di Kelas Kontrol ...... 17316. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Permisif di Kelas Kontrol ........... 17417. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Demokratis dan Rekap
Hasil Soft Skill Kelas Eksperimen (Time Token) Pada SiswaYang di didik menggunakan Pola Asuh Demokratis .................. 175
18. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Permisif dan RekapHasil Soft Skill Kelas Eksperimen (Time Token) Pada SiswaYang di didik menggunakan Pola Asuh Demokratis .................. 176
19. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Demokratis dan RekapHasil Soft Skill Kelas Eksperimen (Probing Prompting)Pada Siswa yang di didik menggunakan Pola Asuh Permisif .... 177
20. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Permisif dan RekapHasil Soft Skill Kelas Eksperimen (Time Token) Pada SiswaYang di didik menggunakan Pola Asuh Permisif ....................... 178
21. Hasil Uji Validitas Pola Asuh Demokratis . ............................... 17922. Hasil Uji Validitas Pola Asuh Permisif ...................................... 18323. Hasil Uji Reliabilitas Pola Asuh Demokratis dan
Pola Asuh Permisif .................................................................... 18724. Hasil Uji Normalitas ................................................................. 188
25. Hasil Uji Homogenitas .............................................................. 19226. Hasil Uji ANAVA ...................................................................... 19527. Hasil Uji T-test Dua Sampel Independen .................................. 20128. Surat Izin Penelitian ................................................................... 20929. Surat Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 210
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan
suatu bangsa. Karena melalui pendidikan inilah dapat tercipta generasi yang
cerdas, berwawasan, terampil berkualitas dan diharapkan dapat menjadi
generasi-generasi yang bisa memberi perubahan lebih baik terhadap bangsa.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem nasional pendidikan padapasal 1 menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencanauntuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didiksecara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sprituilkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara”.
Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pendidikan tidak hanya suasana
ketika pembelajaran berlangsung, namun lebih menekankan agar peserta didik
lebih aktif dalam mengembangkan potensi atau kemampuan yang ada pada
dirinya. Pendidikan tidak hanya mendidik siswa untuk memiliki kemampuan
dalam bidang ilmu pengetahuan atau hard skill saja, akan tetapi pendidikan
juga harus memperhatikan kemampuan soft skill siswa baik kemampuan inter
atau intra yang dimiliki oleh siswa.
2
Senada dengan yang diungkapkan oleh Benjamin S. Bloom dalam Jihad dan
Haris (2008: 28), mencakup ke dalam tiga ranah (domain), yaitu.
a. Domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasadan kecerdasan logika-matematika),
b. Domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasanantarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasanemosional), dan
c. Domain psikomotorik (keterampilan atau yang mencakup kecerdasankinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Namun pendidikan sekarang cenderung hanya memperhatikan domain
kognitif saja, dibanding memperhatikan domain afektif dan domain
psikomotorik.
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan.Tujuan ini juga dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus
dimiliki oleh siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan
program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional
merupakan tujuan untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam
bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya standar
kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang pendidikan
tinggi.
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan Bab V pasal 26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada satuan
pendidikan menengah pertama bertujuan meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan penjelasan
tentang tujuan institusional tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
memang mengutamakan kecerdasan dan pengetahuan yang merupakan ranah
3
kognitif. Namun, tujuan institusional juga menekankan pada ranah afektif dan
psikomotorik terutama pada kepribadian, akhlak, dan keterampilan hidup
mandiri dari siswa.
IPS Terpadu merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki
kecenderungan pada ranah afektif. Karena mata pelajaran IPS Terpadu tidak
hanya mendidik siswa untuk mengetahui tentang pengetahuan dalam
bersosialisasi akan tetapi juga harus bisa mengaplikasikan secara langsung
dalam lingkungan masyarakat juga dalam lingkungan sekolah. Dalam
bersosialisasi dengan lingkungan juga diperlukan keahlian dalam
memanajemen diri dan soft skill lainnya. Hal ini sesuai dengan tujuan mata
pelajaran IPS di Indonesia tingkat SMP dan MTS, menurut Zubaedi (2011:
289), yakni.
1) Mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian, kegeografian,keekonomian, kesejarahan, dan kewarganegaraan (atau konsep-konsepyang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan),
2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan inkuiri,pemecahan masalah, dan keterampilan sosial,
3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan(serta mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa),
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkompetensi, dan bekerjasamadalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala lokal, nasional,maupun internasional.
Pada pembelajaran IPS Terpadu cenderung mengutamakan praktik dalam
keseharian siswa baik dalam bersosialisasi dengan lingkungan atau
mengendalikan diri sendiri. Jadi dapat diketahui bahwa mata pelajaran IPS
Terpadu memiliki keterkaitan dengan kemampuan soft skill siswa. Hal ini
berkaitan dengan pendapat Elfindri, dkk berikut ini.
4
Elfindri, dkk (2011: 10) Mendefinisikan soft skill sebagai keterampilan hidupyang sangat menentukan keberhasilan seseorang, yang wujudnya antara lainberupa kerja keras, eksekutor, jujur, visioner, dan disiplin. Lebih lanjutElfindri menjelaskan bahwa soft skill merupakan keterampilan dan kecakapanhidup yang harus dimiliki baik untuk sendiri, berkelompok, ataubermasyarakat, serta berhubungan dengan Sang Pencipta. Soft skill sangatdiperlukan untuk kecakapan hidup seseorang.
Berdasarkan definisi soft skill yang diungkapkan oleh Elfindri, dkk maka
dapat dilihat bahwa kemampuan soft skill merupakan keterampilan yang ada
didalam diri baik untuk diri sendiri atau dalam berkomunikasi dengan teman
disekolah.
Proses pembelajaran sangatlah berpengaruh terhadap pengembangan soft skill
siswa. Jika guru hanya fokus dalam pengembangan hardskill maka akan
menghambat perkembangan soft skill yang ada dalam diri siswa. Untuk
meningkatkan soft skill siswa guru dapat menggunakan model pembelajaran
atau metode dalam mengajar yang mendorong proses peningkatan soft skill
siswa sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar serta dapat meningkatkan minat dan juga nilai siswa.
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru mata pelajaran IPS Terpadu kelas
VIII di SMP Bina Utama Ulubelu terdapat beberapa permasalahan sebagai
berikut.
5
Tabel 1. Soft skill yang Tampak pada SiswaNo Indikator Fakta di Lapangan1. Kejujuran Ketika diberikan tugas mandiri di
kelas masih banyak siswa yangmenyontek ketemannya.
2. Tanggung Jawab Ketika membuat kesalahan banyaksiswa yang tidak mau memintamaaf kepada temannya.
3. Kemampuan bekerja sama Ketika di bentuk kelompoksebagian dari mereka tidakmenyelesaikan masalah secarabersama.
4. Kemampuan beradaptasi Banyak siswa yang masih belumbisa menyesuaikan diri denganlingkungan sekitar sekolah danmasih enggan untuk aktif.
5. Kemampuan berkomunikasi Banyak siswa yang membentukkelompok-kelompok tertentusehingga mereka menutup diridengan teman yang lainnya.
6. Toleran Pada saat diskusi, siswa masihbelum bisa menerima pendapatdari teman-temannya.
Sumber: wawancara kepada guru mata pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII
Berdasarkan data yang diperoleh masih terdapat beberapa permasalahan soft
skill siswa di kelas VIII yang masih tergolong rendah. Selain itu, menurut
hasil wawancara kepada guru bidang studi sebagian besar siswa belum bisa
bersosialisasi dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran
yang sesuai dan dapat mengembangkan soft skill siswa, salah satunya adalah
model pembelajaran kooperatif.
Menurut Trianto (2009: 56) “Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teorikonstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akanlebih mudah menentukan dan memahami konsep yang sulit jika merekasalingberdiskusi dengan teman. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompokuntuk salingmembantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadihakikat sosial danpenggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalampembelajaran kooperatif”.
6
Penggunaan model pembelajaran kooperatif bisa membantu meningkatkan
soft skill siswa terutama dalam hal berkomunikasi dengan teman, dan model
pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan di dalam kelas adalah model
time token dan probing prompting.
Menurut Ibrahim dkk (2005: 15), time token adalah suatu kegiatan khusus
yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kartu-kartu berbicara, time token dapat membantu membagikan
peran serta lebih merata pada setiap siswa. Model pembelajaran time token
sangat sesuai digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Sedangkan model pembelajaran probing prompting merupakan
model pembelajaran yang mengaitkan pengalaman siswa dengan pengetahuan
baru yang sedang dipelajari.
Suherman (2008: 6), Menyatakan bahwa pembelajaran probing promptingmerupakan model pembelajaran yang menekankan guru untuk menyajikanpertanyaan yang bersifat menuntun dan menggali sehingga terjadi prosesberfikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya denganpengetahuan baru yang sedang dipelajari. Model pembelajaran ini diharapkandapat menarik minat peserta didik dalam belajar di kelas sehingga pesertadidik menjadi lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajaran time token dan probing
prompting tersebut dapat diketahui bahwa kedua model pembelajaran tersebut
diduga dapat meningkatkan soft skill siswa.
Penerapan model pembelajaran time token dan probing prompting harus
memperhatikan pola asuh orang tua siswa, dimana hal tersebut digunakan
untuk menentukan kelompok sebelum diberikan model pembelajaran. Pola
7
asuh merupakan dasar yang akan membentuk kepribadian siswa dan juga soft
skill siswa. senada dengan yang diungkapkan oleh
Pradana (2007: 27) Pola asuh yang tidak tepat terhadap anaknya dapat puladitunjukan sebagai penyebab lingkungan yang menghalangi perkembangankecerdasan anak. Orang tua yang telalu melindungi telah banyak dibuktikanmemberikan pengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan anak secarakeseluruhan termasuk perkembangan kecerdasannya. Sementara orang tuayang membatasi ataupun terlalu mengabaikan anak juga dianggap memberipengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan anak.
(http://nataliasabatani.blogspot.com/2015/07/hubungan-pola-asuh-orangtua-terhadap.html. pkl 01.00, Sabtu, 13 agustus 2016.)
Santrock (2007: 16), mengatakan yang dimaksud dengan pola asuh adalah
cara atau metode pengasuhan yang digunakan oleh orang tua agar anak-
anaknya dapat tumbuh menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial.
Pola asuh terbagi menjadi 3 jenis yaitu pola asuh permisif, otoriter, dan
demokrasi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa
kelas VIII SMP Bina Utama Ulubelu menunjukkan bahwa pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua siswa adalah pola asuh demokratis dan permisif.
Orang tua yang mendidik anaknya menggunakan pola asuh demokratis
biasanya cenderung memberi batasan terhadap anak dalam bersosial akan
tetapi tetap memberi kesempatan kepada anak untuk mengutarakan apa yang
diinginkannya senada dengan yang disampaikan Hurlock (2006: 19), Orang
tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri adanya
kesempatan anak untuk berpendapat mengapa ia melanggar peraturan
sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku salah, dan
memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar.
8
Sedangkan siswa yang mendapatkan pola asuh permisif biasanya cenderung
tidak bisa memecahkan masalah sendiri seperti yang diungkapkan oleh
Gunarsa berikut.
Gunarsa (2000: 17), mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan polaasuh permisif memberikan kekuasaan penuh pada anak, tanpa dituntutkewajiban dan tanggung jawab, kurang kontrol terhadap perilaku anak danhanya berperan sebagai pemberi fasilitas, serta kurang berkomunikasi dengananak. Dalam pola asuh ini, perkembangan kepribadian anak menjadi tidakterarah, dan mudah mengalami kesulitan jika harus menghadapi larangan-larangan yang ada di lingkungannya.
Berdasarkan penjelasan tentang pola asuh demokratis dan pola asuh permisif
dapat dipahami bahwa pola asuh bisa memperkuat model pembelajaran time
token dan probing prompting dalam meningkatkan soft skill siswa.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti hendak
melakukan kegiatan penelitian dengan judul :“Studi Perbandingan Soft
Skill Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Menggunakan Model
Pembelajaran Time token dan Probing Prompting dengan
Memperhatikan Pola Asuh Orang Tua pada Siswa Kelas VIII SMP Bina
Utama Ulubelu Tahun Pelajaran 2015/2016”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Rendahnya kreativitas guru dalam meningkatkan soft skill siswa
2. Siswa kurang paham tentang soft skill
3. Siswa kurang paham cara mengembangkan soft skill yang dimiliki
9
4. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered)
5. Belum menerapkan model pembelajaran kooperatif yang menarik untuk
membuat siswa menjadi semangat, kreatif dan menyenangkan.
6. Siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga
cenderung pasif.
7. Siswa tidak berpusat pada pembelajaran saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung
8. Pola asuh orang tua yang berbeda-beda.
1.3 Pembatasan Masalah
Sesuai dengan judul penelitian dan berdasarkan identifikasi masalah diatas,
maka ada pembatasan masalah yang jelas agar lebih terarah pada tujuan yang
ingin diungkapkan dalam penelitian ini, sehingga masalah dalam penelitian
ini dibatasi pada aspek soft skill pada mata pelajaran IPS Terpadu, model
pembelajaran time token, model pembelajaran probing prompting dan pola
asuh orang tua (pola asuh demokratis dan pola asuh permisif).
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah.
1. Apakah terdapat perbedaan soft skill siswa dengan menggunakan model
pembelajaran time token dan probing prompting?
10
2. Apakah terdapat perbedaan soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh
demokratis dan pola asuh permisif?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan pola asuh
terhadap soft skill siswa?
4. Apakah soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran time token lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran probing prompting bagi siswa yang
mendapatkan pola asuh demokratis?
5. Apakah soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran time token lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran probing prompting bagi siswa yang
mendapatkan pola asuh permisif?
6. Apakah soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh demokratis lebih
tinggi dibandingkan dengan soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh
permisif bagi siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran time token?
7. Apakah soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh demokratis lebih
rendah dibandingkan dengan soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh
permisif bagi siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran probing prompting?
11
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui.
1. Perbedaan soft skill siswa dengan menggunakan model pembelajaran time
token dan probing prompting.
2. Perbedaan soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh demokratis dan
pola asuh permisif.
3. Adanya pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan pola asuh
terhadap soft skill siswa.
4. Efektifitas model pembelajaran time token dan probing prompting pada
siswa yang mendapatkan pola asuh demokratis.
5. Efektifitas model pembelajaran time token dan probing prompting pada
siswa yang mendapatkan pola asuh permisif.
6. Efektifitas pola asuh demokratis dan pola asuh permisif bagi siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran time token.
7. Efektifitas pola asuh demokratis dan pola asuh permisif bagi siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran probing prompting.
12
1.6 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang pendidikan dan menambah konsep-konsep
teoritis kepada guru dan calon guru mengenai model pembelajaran.
b. Dapat menjadi sumber referensi untuk perpustakaan dan bagi semua
pihak yang bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut dan lebih
mendalam mengenai permasalahan yang terkait.
c. Sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktekkan teori yang
diterima selama perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada guru dan calon guru dalam memilih
model pembelajaran yang tepat dan efektif sehingga dapat
meningkatkan keterampilan sosial siswa ke arah yang lebih baik.
b. Memberikan tambahan wawasan bagi siswa untuk meningkatkan
keterampilan sosial melalui model pembelajaran yang melibatkan
siswa (student centered).
c. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam usaha meningkatkan
kualitas peserta didik.
13
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Ruang Lingkup Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah soft skill (Y), model pembelajaran Time
token (X1), model pembelajaran probing prompting (X2), dan pola asuh
orang tua (pola asuh permisif dan pola asuh demokratis) (Z).
2) Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.
3) Ruang Lingkup Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah SMP Bina Utama Ulubelu.
4) Ruang Lingkup Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian ini adalah pada semester genap tahun pelajaran
2015/2016.
5) Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan IPS Terpadu.
14
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia baik
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik selama proses pertumbuhan
yang dapat diamati, diubah, dikembangkan, dan dikontrol.
Hal ini diungkapkan oleh Winkel dalam Riyanto (2010: 5)
bahwabelajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan,
dan nilai-sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif konstan dan
berbekas.
Pengertian belajar berkaitan dengan teori belajar. Teori belajar itu
antara lain sebagai berikut.
1) Teori Belajar Aliran Behavioristik
Menurut behaviorisme reaksi yang begitu kompleks akan
menimbulkan tingkah laku. Tokoh-tokoh aliran behavioristik
diantaranya adalah Edward L. Thorndike, J. B. Watson, Clarh
Hull, Edwin Guthri, dan B. F. Skinner. Mereka ini sering disebut
“contemporary behaviorist” atau juga disebut “S-R psychologist”.
Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
15
oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari
lingkungan. Dalam perkembangan aliran behavioristik
bermunculan teori belajar, yang secara garis besar dikelompokkan
pada dua teori belajar, yaitu teori belajar conditioning dan teori
belajar connectionism.
Thorndike dalam Riyanto (2010: 6), Teori belajar Thorndike
disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses
pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori
ini sering pula disebut Trial and Error dalam rangka memilih
respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Ciri-ciri belajar dengan
Trial and Error adalah ada motif pendorong aktivitas, ada
berbagai respons terhadap situasi, ada eliminasi respons yang
gagal/ salah, dan ada kemajuan reaksi mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat Thorndike pembelajaran trial and error
tentu menggunakan motif-motif yang dapat mendorong aktivitas
belajar didalam kelas. Dengan keaktifan siswa tersebut maka
pendidik dapat mencapai tujuan yang diinginkan yaitu membuat
semua siswa aktif dalam proses pembelajaran. Namun dalam
proses pembelajaran pendidik harus menyesuaikan dengan
keadaan di kelas, lingkungan, dan yang lainnya. Hal ini senada
dengan hasil penelitian Thorndike berikut.
Thorndike dalam Riyanto (2010: 6), menemukan hukum-hukum
sebagai berikut.
1. Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul
karena penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan
memberikan kepuasan.
2. Law of Exercise and Repetation, sesuatu itu akan sangat kuat
bila sering dilakukan diklat dan pengulangan.
3. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan
dampak/pengaruh yang memuaskan cenderung ingin diulangi
16
lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan cenderung untuk
dilupakan.
Menurut hasil penelitian tersebut, proses belajar melalui proses
Trial and Error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan
Law of Effect merupakan segala tingkah laku yang berakibatkan
suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi)
akan diingat dan dipelajari sebaik-baiknya.
Ivan Pavlov juga menghasilkan teori belajar yang disebut classical
conditioning (upaya pembiasaan), yang merupakan sebuah
prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan
stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Teori ini disebut juga
respondent conditioning (pembiasaan yang dituntut).
John B. Watson mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil
penelitian Pavlov. Watson dalam Dalyono (2012: 32), berpendapat
bahwa: belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau
respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Manusia
dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional
berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnya
terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru melalui
conditioning”.
Menurut teori conditioning, belajar itu merupakan suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (condition)
yang kemudian menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam
belajar menurut teori conditioning adalah latihan yang kontinyu.
Teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga
merupakan hasil conditioning, yaitu hasil latihan atau kebiasaan
17
bereaksi terhadap perangsang tertentu yang dialami dalam
kehidupannya.
E.R . Guthrie memperluas penemuan Watson tentang belajar, yang
mengemukakan bagaimana cara atau metode untuk mengubah
kebiasaan yang kurang baik berdasarkan teori conditioning ini.
Menurut Guthrie dalam Djaali (2008: 87), menyatakan bahwa
untuk menggunakan kebiasaan yang tidak baik harus dilihat dari
rentetan deretan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan
untuk menghilangkan unit yang tidak baik atau menggantinya
dengan yang lain atau yang seharusnya.
Skinner menciptakan teori pembiasaan perilaku respon (Operant
Conditioning) untuk menanggapi teori Stimulus-Respons (S-R)
yang dikembangkan oleh J. B. Watson. Seperti Pavlov dan
Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan
antara perangsang dan respons. Perbedaannya Skinner membuat
perincian lebih jauh.
Skinner dalam Djaali (2008: 88), membedakan dua macam
respons, yaitu.
a. Respondent Response
Respondent response merupakan respons yang ditimbulkan
oleh parangsang tertentu, misalnya keluarnya air liur setelah
melihat makanan tertentu, dan umumnya perangsang yang
demikian itu mendahului respons yang ditimbulkan.
b. Operant Response
Operant response, yaitu respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang
yang demikian disebut reinforcing stimuli atau reinforce,
karena perangsang itu memperkuat respons yang telah
dilakukan oleh organisme. Misalnya, seorang anak yang
belajar melakukan perbuatan lalu mendapatkan hadiah, maka
18
ia menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih
intensif/ kuat).
Kenyataannya bahwa jenis respons pertama (respondent
response) sangat terbatas pada manusia, dan jenis respons kedua
(operant response) merupakan bagian terbesar dari tingkah laku
manusia dan kemungkinan untuk memodifikasinya hampir tidak
terbatas. Oleh karena itu, Skinner lebih memfokuskan pada jenis
tingkah laku yang kedua. Skinner menganggap reward atau
reinforcement sebagai faktor terpenting dalam proses belajar,
serta tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah
laku. Jadi, operant conditioning merupakan situasi belajar di
mana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement
langsung.
Berdasarkan uraian mengenai teori belajar aliran behavioristik di
atas, maka keterkaitan antara teori belajar dengan model
pembelajaran time token dan probing prompting yakni karena
dalam kedua model pembelajaran tersebut memberi stimulus agar
siswa dapat terbiasa aktif dalam pembelajaran. Model
pembelajaran time token memberikan kartu berbicara kepada
siswa agar semua siswa berani menyampaikan pendapat didepan
orang banyak. Sedangkan model pembelajaran probing prompting
menerapkan agar guru memberi banyak pertanyaan agar siswa
bisa lebih aktif dalam pembelajaran.
19
2) Toeri Belajar Aliran Konstruktivistik
Pandangan klasik yang selama ini berkembang adalah bahwa
pengetahuan secara untuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran
siswa. Penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah
mengungkapkan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran
seseorang. Pandangan terakhir inilah yang dianut oleh
konstruktivisme.
Jalaludin dalam Riyanto (2010: 143), Kontruktivis berarti bersifat
membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme
merupakan suatu aliran yang berupaya membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang bercorak modern. Konstruktivis berupaya
membina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan
pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Menurut teori ini, satu prinsip penting dalam psikologi pendidikan
adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri
pengetahuan dalam benaknya sedikit demi sedikit. Guru dapat
memberikan kemudahan dalam proses ini dengan memberikan
kesempatan siswa untuk menentukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri untuk belajar.
Tokoh-tokoh penting dalam pengembangan teori kontruktivisme
salah satunya adalah J. Piaget dan Vygotsky. Piaget dalam Siregar
(2014: 39), mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan
ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalamannya, proses
pengalaman berjalan secara terus menerus dan setiap kali terjadi
rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru.
Piaget menekankan teori kontruktivisme pada proses untuk
menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas
lapangan.
20
Konstruktivisme menurut pandangan Vygotsky menekankan pada
pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam
pembentukan pengetahuan. Vygotsky dalam Santrock (2007: 390),
mengatakan bahwa ada dua prinsip penting berkenaan dengan
teori kontruktivismenya, yaitu.
a. Mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi
sosial terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar
informasi dan pengetahuan,
b. Zona of proximal development. Pendidik sebagai mediator
memiliki peran mendorong dan menjembatani siswa dalam
upayanya membangun pengetahuan, pengertian, dan
kompetensi.
Berdasarkan uraian mengenai teori belajar aliran konstruktifistik
di atas, maka keterkaitan antara teori belajar dengan model
pembelajaran probing prompting yaitu melatih siswa untuk bisa
mengaitkan ilmu pengetahuan dengan pengetahuan yang mereka
dapat dalam keseharian atau lingkungan mereka dan pengetahuan
tersebut dibangun oleh siswa itu sendiri.
2.1.2 Soft Skill
Pengembangan soft skill sangatlah penting dikembangkan didunia
pendidikan, karena dengan memiliki soft skill yang bagus siswa dapat
memiliki kemampuan dalam mengendalikan diri dan bersosialisasi
terhadap lingkungan.
Elfindri, dkk (2011: 10), mendefinisikan soft skill sebagai
keterampilan hidup yang sangat menentukan keberhasilan seseorang,
yang wujudnya antara lain berupa kerja keras, eksekutor, jujur,
visioner, dan disiplin. Lebih lanjut Elfindri menjelaskan bahwa soft
skill merupakan keterampilan dan kecakapan hidup yang harus
dimiliki baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta
berhubungan dengan Sang Pencipta. Soft skill sangat diperlukan
untuk kecakapan hidup seseorang.
21
Berdasarkan paparan Elfindri di atas, dapat dilihat bahwa soft skill
sangat penting bagi setiap orang. Karena dengan adanya soft skill
orang dapat berkomunikasi dengan baik dengan lingkungan
sekitarnya. Pentingnya soft skill juga ditekankan oleh Giblin dan
Sailah dalam Sucipta (2009: 1) yang menyatakan bahwa soft skill
merupakan kunci menuju hidup yang lebih baik, sahabat lebih banyak,
sukses lebih besar, dan kebahagiaan yang lebih luas.Pernyataan yang
sama juga dikemukakan oleh Kaipa dan Milus (2005: 3-6) bahwa soft
skill adalah kunci untuk meraih kesuksesan, termasuk di dalamnya
komunikasi, kreativitas, kemampuan presentasi, kerendahan hati dan
kepercayaan diri, kecerdasan emosional, integritas, komitmen, dan
kerjasama.
Illah Sailah dalam naskah bukunya yang berjudul Pengembangan Soft
skill di Perguruan Tinggi 2007 dalam buku mengutip definisi soft skill
sebagai. Keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
(inter-personalskills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya
sendiri (intra-personal skills) yang mampu mengembangkan
secara maksimal unjukkerja (performans) seseorang. Selanjutnya diberikan contoh yang termasuk dalam keterampilan
mengatur dirinya sendiri antara lain (a) transforming character, (b) transforming beliefs, (c) change management, (d) stress management, (e) time management, (f) creative thinking processes, (h) goal setting and life purpose, (i) acelerated learning techniques, dan lain-lain.
Sedangkan contoh keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain di antaranya adalah (a) communication skill, (b) relationship building, (c) motivation skills, (d) leadership skills, (e) self-marketing skills, (f) negotiatian skills, (g) presentation skills, (h) public speaking skills, dan lain lain.
Tabel 5. Kategori Besarnya RealibilitasNo Nilai r11 Keterangan1 0,00-0,20 Sangat rendah2 0,21-0,40 Rendah3 0,41-0,60 Cukup4 0,61-0,80 Tinggi5 0,81-1,00 Sangat tinggi
(Arikunto, 2013:75)
66
Dengan kriteria pengujian, jika harga r hitung> r tabel dengan α = 0,05
maka alat ukur tersebut dinyatakan reliabel, dan sebaliknya jika harga
r hitung< r hitung maka instrumen tersebut dinyatakan tidak reliabel.
Hasil perhitungan uji reliabilitas angket pola asuh demokratis sebesar
0,758, sedangkan hasil perhitungan uji reliabilitas angket pola asuh
permisif sebesar 0,758. Hal ini membuktikan bahwa hasil skala
psikologi kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal
memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi. Perhitungan uji reliabilitas
terdapat pada lampiran 23.
3.8 Uji Persyaratan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan statistik parametric. Dalam penggunaan statistik
ini, data yang diperoleh dalam penelitian harus memenuhi syarat
berdistribusi normal dan homogen, sehingga perlu uji terlebih dahulu yang
berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
3.8.1 Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors berdasarkan sampel
yang akan diuji hipotesisnya, apakah sampel berdistribusi normal atau
sebaliknya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Lo = F (Zi) – S (Zi)
67
Keterangan:
Lo = harga mutlak terbesar
F (Zi) = peluang angka baku
S (Zi) = proporsiangka baku
Kriteria pengujian adalah jika Lhitung < Ltabel dengan taraf signifikansi
0,05, maka variabel tersebut berdistribusi normal, demikian pula
sebaliknya.
3.8.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel
yang diambil dari populasi yang memiliki varians yang homogen atau
tidak. Pada penelitian ini digunakan uji Levene. Homogenitas varians
diuji menggunakan rumus:
W = ( − )( − 1)∑ ( − ̅)∑( − )Keterangan:
adalah jumlah observasiadalah banyaknya kelompok= −adalah rata-rata kelompokadalah rata-rata kelompok dari̅ adalah rata-rata menyeluruh (overall mean) dari
Harga Ftabel pada taraf α = 0,05 dengan dk pembilang = k – 1 dan dk
penyebut = n – k yaitu Ftabel = F(0,05,k – 1, n – k). Kriteria pengujian adalah
jika W < Ftabel maka kelompok-kelompok yang dibandingkan
mempunyai varians yang homogen.
68
3.9 Teknik Analisis Data
3.9.1 T-Test Dua Sampel Independen
Terdapat beberapa rumus t-test yang dapat digunakan untuk pengujian
hipotesis komparatif dua sampel independen.
1. Saparated Varians
2. Polled Varian
Keterangan:X 1 = rata-rata soft skill siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yangdiajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time tokenX 2 = rata-rata soft skill siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yangdiajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe ProbingPromptings1
2 = varian total kelompok 1s2
2= varian total kelompok 2n1= banyaknya sampel kelompok 1n2= banyaknya sampel kelompok 2
(Sugiyono, 2010: 273)
Terdapat beberapa pertimbangan rumus t-test yang digunakan untuk
pengujian yaitu.
a. Apakah dua rata-rata itu berasal dari dua sampel yangjumlahnya
sama atau tidak.
b. Apakah varians data dari dua sampel itu homogen atau tidak.
69
Berdasarkan dua hal tersebut berikut ini diberikan pedoman
penggunaannya.
a) Bila jumlah anggota sampel n1 = n2, dan varian homogen (σ12 =
σ22) maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated
varianmaupun polled varian. Untuk melihat harga t-tabeldigunakan dk = n1 + n2 -2.
b) Bila n1 ≠ n2, varian homogen (σ12 = σ2
2), dapat digunakan rumus t-test dengan polled varian. Derajat kebebasannya (dk) = n1 + n2 - 2.
c) Bila n1 = n2, varian tidak homogen (σ12 ≠ σ2
2) dapat digunakanrumus separated varian maupun polled varian, dengan dk = n1 – 1atau n2 – 1. Jadi dk bukan n1 + n2 - 2.
d) Bila n1 ≠ n2 dan varian tidak homogen (σ12 ≠ σ2
2). Untuk inidigunakan t-test dengan separated varian, harga t sebagaipengganti t-tabel dihitung dari selisih harga t-tabel dengan dk (n1 –1) dan dk (n2 – 1) dibagi dua, dan kemudian ditambahkan denganharga t yang terkecil.
(Sugiyono, 2010: 272)
3.9.2 Analisis Varians Dua Jalan
Penelitian ini menggunakan analisis varians dua jalan untuk
mengetahui tingkat signifikansi perbedaan dua model pembelajaran
dengan pola asuh permisif dan pola asuh demokratis terhadap soft
skill siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.
70
Tabel 6. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua JalanSumberVariasi
Jumlah Kuadrat (JK) Db MK Fo P
AntaraA
AntaraB
AntaraAB
(Interaksi)
Dalam(d)
Total(T)
(∑ XA)2 (∑ XT)2
JKA = ∑ -nA N
(∑ XB)2 (∑ XT)2
JKB = ∑ -nB N
(∑ XB)2 (∑ XT)2
JKAB= ∑ -nB N
JKA - JKB
JK(d) = JKA - JKB - JKAB
(∑ XT)2
JKT = ∑ XT2 -
N
A – 1(2)
B – 1(2)
dbA x dbB
(4)
dbT-dbA-dbB -dbA
N – 1(49)
JKA
dbA
JKB
dbB
JKAB
dbAB
JKd
dbd
MKA
MKd
MKB
MKd
MKAB
MKd
Keterangan:
JKT = jumlah kuadrat totalJKA = jumlah kuadrat total variabel AJKB = jumlah kuadrat total variabel BJK = jumlah kuadrat interaksi antara variabel A denganvariabel BJK(d) = jumlah kuadrat dalamMKA = mean kuadrat variabel AMKB = mean kuadrat variabel AMKAB= mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabelBMKd = mean kuadrat dalamFA = harga Fountuk variabel AFB = harga Fountuk variabel BFAB = harga Fountuk variabel interaksi antara variabel A denganvariabel B(Arikunto, 2013: 409)
71
3.9.3 Pengujian Hipotesis
penelitian ini dilakukan empat pengujian hipotesis,yaitu:
Rumusan hipotesis 1
H0 : Tidak ada perbedaan soft skill siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token
dibandingkan dengan tipe probing prompting pada mata pelajaran
IPS Terpadu.
H1: Ada perbedaan soft skill siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token
dibandingkan dengan tipe probing prompting pada mata pelajaran
IPS Terpadu.
Rumusan hipotesis 2
H0 : Tidak ada perbedaan soft skill antara siswa yang dididik
menggunakan pola asuh demokratis dan pola asuh permisif pada
mata pelajaran IPS Terpadu.
H1: Ada perbedaan soft skill antara siswa yang dididik
menggunakan pola asuh demokratis dan pola asuh permisif pada
mata pelajaran IPS Terpadu.
Rumusan hipotesis 3
H0: Tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran
dengan pola asuh demokratis dan pola asuh permisif terhadap soft
skill siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.
72
H1: Ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan
pola asuh demokratis dan pola asuh permisif terhadap soft skill
siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.
Rumusan hipotesis 4
H0: Soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe time token lebih rendah dibandingkan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe probing prompting pada siswa yang didik menggunakan pola
asuh demokratis pada mata pelajaran IPS Terpadu.
H1: Soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe time token lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe probing prompting pada siswa yang dididik menggunakan pola
asuh demokratis pada mata pelajaran IPS Terpadu.
Rumusan hipotesis 5
H0: Soft skilll siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe time token lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe probing prompting pada siswa yang dididik menggunakan pola
asuh permisif pada mata pelajaran IPS Terpadu.
H1: Soft skilll siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe time token lebih rendah dibandingkan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
73
tipe probing prompting pada siswa yang dididik menggunakan pola
asuh permisif pada mata pelajaran IPS Terpadu.
Rumusan hipotesis 6
H0: Soft skilll siswa yang didik menggunakan pola asuh demokratis
lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang dididik
menggunakan pola asuh permisif pada model pembelajaran
kooperatif tipe time token pada mata pelajaran IPS Terpadu.
H1: Soft skilll siswa yang didik menggunakan pola asuh demokratis
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dididik menggunakan
pola asuh permisif pada model pembelajaran kooperatif tipe time
token pada mata pelajaran IPS Terpadu.
Rumusan hipotesis 7
H0: Soft skilll siswa yang didik menggunakan pola asuh demokratis
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dididik menggunakan
pola asuh permisif pada model pembelajaran kooperatif tipe
probing prompting pada mata pelajaran ips terpadu.
H1: Soft skill siswa yang dididik menggunakan pola asuh
demokratis lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang didik
menggunakan pola asuh permisif pada model pembelajaran
kooperatif tipe probing prompting pada mata pelajaran IPS
Terpadu.
Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.
H0 diterima apabila Fhitung <Ftabel ; thitung <ttabel
74
H0 ditolak apabila Fhitung >Ftabel ; thitung >ttabel
Hipotesis 1, 2, dan 3 diuji menggunakan rumus analisis varians dua
jalan.
Hipotesis 4, 5, 6, dan 7 diuji menggunakan rumus t-test dua
sampel independen.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe probing prompting dibandingkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing prompting pada
mata pelajaran IPS Terpadu. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe
probing prompting menekankan pada pembagian peran siswa agar tidak
mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali sehingga dapat
meningkatkan kemampuan siswa berbicara di depan umum, serta
menghargai pendapat dari kelompok lain, sehingga peserta didik dapat
belajar melalui interaksi dengan orang lain atau teman sebaya.
Sedangkan model pembelajaran tipe probing prompting lebih
menekankan siswa untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan teman
sekelompok untuk memecahkan masalah yang diberikan guru, serta
mereka dituntut untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
2. Terdapat perbedaan soft skill siswa antara siswa yang di didik
menggunakan pola asuh demokratis dengan siswa yang di didik
129
menggunakan pola asuh permisif pada mata pelajaran IPS Terpadu.
Siswa yang di didik menggunakan pola asuh demokratis berani berbicara
didepan umum, dapat bertanggungjawab, dapat bekerjasama dan
berinteraksi dalam kelompok belajar secara efektif dengan orang lain,
sehingga soft skill siswa dalam membentuk komunikasi dengan teman
sebaya sangat optimal, sedangkan siswa yang di didik menggunakan
pola asuh permisif kurang parcaya diri dan kurang bertanggungjawab.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pola asuh
demokratis dan pola asuh permisif siswa terhadap soft skill siswa pada
mata pelajaran IPS Terpadu. Model pembelajaran tipe Time token
membagikan peran siswa lebih merata sehingga dapat mengurangi siswa
yang mendominasi di kelas atau diam sama sekali yang dapat didukung
oleh pola asuh demokratis. Sedangkan model pembelajaran tipe Probing
prompting memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama
dan berinteraksi antaranggota kelompok untuk dapat memecahkan
persoalan yang diberikan guru.
4. Soft skill yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Time
token lebih efektif dibandingkan dengan yang menggunakan model
pembelajaran Probing prompting bagi siswa yang di didik
menggunakan pola asuh demokratis terhadap mata pelajaran IPS
Terpadu. Soft skill siswa akan meningkat secara signifikan jika
menggunakan model pembelajaran Time token pada siswa yang di didik
menggunakan pola asuh demokratis.
130
5. Soft skill yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
Probing prompting lebih efektif dibandingkan dengan yang
menggunakan model pembelajaran Time token bagi siswa yang di didik
menggunakan pola asuh permisif terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.
Soft skill siswa akan meningkat secara signifikan jika menggunakan
model pembelajaran Probing prompting pada siswa yang di didik
menggunakan pola asuh permisif.
6. Soft skill antara siswa yang pola asuh demokratis lebih tinggi
dibandingkan dengan yang pola asuh permisif dengan menggunakan
model pembelajaran time token terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.
Soft skill siswa yang di didik menggunakan pola asuh demokratis akan
meningkat secara signifikan jika menggunakan model pembelajaran
Time token.
7. Soft skill antara siswa yang pola asuh demokratis lebih rendah
dibandingkan dengan yang pola asuh permisif dengan menggunakan
model pembelajaran Probing prompting terhadap mata pelajaran IPS
Terpadu. Soft skill siswa yang di didik menggunakan pola asuh permisif
akan meningkat secara signifikan jika menggunakan model
pembelajaran Probing prompting.
5.2 Saran
Berdasarkan berdasarkan hasil penelitian tentang “Studi Perbandingan Soft
Skill Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran
Time token dan Probing Prompting dengan Memperhatikan Pola Asuh
131
Orang Tua pada Siswa Kelas VIII SMP Bina Utama Ulubelu Tahun
Pelajaran 2015/2016”, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut.
1. Sebaiknya guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
mata pelajaran IPS Terpadu, seperti menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Time token dan tipe Probing prompting untuk
meningkatkan soft skill.
2. Sebaiknya guru mengenal karakteristik siswa, termasuk pola asuh
demokratis dan pola asuh permisif orang tua siswa sehingga guru dapat
mengambil inisiatif dalam upaya mengembangkan potensi tersebut.
3. Sebaiknya guru menciptakan interaksi yang optimal saat proses
pembelajaran berlangsung agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
4. Sebaiknya guru apabila ingin meningkatkan soft skill siswa pada siswa
yang di didik menggunakan pola asuh demokratis dapat menggunakan
model pembelajaran tipe Time token karena model pembelajaran tipe
Time token lebih efektif dibandingkan model pembelajaran tipe Probing
prompting.
5. Sebaiknya guru apabila ingin meningkatkan soft skill siswa pada siswa
yang di didik menggunakan pola asuh permisif dapat menggunakan
model pembelajaran tipe Probing prompting karena model pembelajaran
tipe Probing prompting lebih efektif dibandingkan model pembelajaran
tipe Time token.
6. Sebaiknya guru apabila ingin meningkatkan soft skill dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan model pembelajaran tipe Time
token pada siswa yang di didik menggunakan pola asuh demokratis
132
karena pola asuh demokratis lebih tinggi dibandingkan dengan pola asuh
permisif.
7. Sebaiknya guru apabila ingin meningkatkan soft skill dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan model pembelajaran tipe
Probing prompting pada siswa yang di didik menggunakan pola asuh
permisif karena pola asuh permisif lebih tinggi dibandingkan dengan
pola asuh demokratis.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta:Bumi Aksara.
Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Pusparani 2015. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe probingprompting untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Skripsi.UI
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagiPendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.Jakarta: KencanaPrenada Media Group.
Rosnawati, H. (2008). Penggunaan Teknik Probing Untuk MeningkatkanPemahaman Konsep Matematika Siswa SMP. Skripsi pada JurusanPendidikan Matematika UPI Bandung. (Tidak diterbitkan)
Rosyadianto 2011. Penerapan model pembelajaran kooperatif time token arendsuntuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Skripsi. UPI
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusman, Teddy. 2013. Modul Statistik Ekonomi. Bandarlampung.
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana.
Sarimaya 2013. Peningkatan soft skill siswa SMP dalam pembelajaran IPSmelalui pengembangan model pembelajaran kooperatif. Skripsi. UNJ
Siregar, Eveline. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: GhaliaIndonesia.
Sucipta, I. N. 2009. Holistik Soft Skills. Denpasar: Udayana University Press.
Sudarti, T. (2008). Perbandingan Kemampuan Penalaran Adatif Siswa SMPAntara yang Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui TeknikProbing dengan Metode Ekspositori. Skripsi pada Jurusan PendidikanMatematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.