Top Banner
Studi Perbandingan Motif Hias Prasejarah di Pulau seram Maluku Tengah, Indonesia- Lucas Wattimena (125-136) 125 Diterima 26 Juli 2017 Direvisi 23 Oktober 2017 Disetujui 25 Oktober 2017 STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU SERAM MALUKU TENGAH, INDONESIA COMPARATIVE STUDY OF PREHISTORIC MOTIFS IN SERAM ISLAND, CENTRAL MOLUCCAS, INDONESIA Lucas Wattimena Balai Arkeologi Maluku, Jl. Namalatu Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon 97118; email:[email protected] Abstrak. Tulisan ini memberikan gambaran tentang perbandingan motif hias prasejarah yang terdapat pada arsitektur di wilayah Pulau Seram Maluku Tengah. Permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana bentuk dan keletakan motif-motif hias tersebut pada rumah di wilayah Seram bagian Selatan dan Seram Bagian Utara. Kawasan Maluku Tengah dipilih dalam pembahasan ini, karena memiliki dua alasan penting, yaitu secara geografis Pulau Seram (Maluku Tengah) merupakan salah satu Pulau Besar yang membentang secara horizontal di garis wallacea; dan lokasi penelitian yang dibahas tidak mengenal atau memiliki tradisi megalitik. Tujuan penelitian kiranya dapat memberikan informasi penting bagi penelitian arkeologi di Maluku. Metode penelitian menggunakan pendekatan etnoarkeologi, dengan teknik pengumpulan data berupa observasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan motif hias arsitektur di Seram Utara lebih banyak ditemukan pada tiang-tiang kayu penyangga rumah panggung dan anak tangga, sedangkan pada arsitektur di Seram Selatan lebih banyak ditemukan motif hias pada dinding, pintu, ruang tamu, tiang, dan digantung. Motif-motif hias arsitektur tersebut pun variatif seperti, motif binatang, geometris, antropormorfik, dan manusia. Jenis-jenis motif hias tersebut untuk wilayah Seram Utara lebih didominasi oleh motif geometris dan antropormorfik, sedangkan Seram Selatan lebih didominasi oleh motif binatang, geometris, dan antropormorfik. Kata kunci: studi perbandingan, motif hias prasejarah, rumah, Maluku Tengah, Indonesia Abstract. This paper provides an overview of the comparison of prehistoric ornamental motifs found on architecture in the area of Seram Island in Central Moluccas. The problems in this paper is how the shape and llocation of decorative motifs at traditional houses in the Island of South Seram and North Seram. The Central Moluccas region is chosen because of two important reasons. Firstly, Seram Island (Central Moluccas) is the big island that stretches horizontally in the Wallacea line. Secondly, the sites did not recognize or have megalithic traditions. The study aims to provide important information of archaeology in Moluccas. Research method is using ethnoarchaeology approach, data are collected by observation technique and literature study. The results show that the comparison of decorative motifs of architecture in North Seram is more commonly found on the supporting wooden poles and stair of houses, while in South Seram, ornamental motifs are more found on walls, doors, living room, pole, and some of ornament are hung. Architectural motifs are also varied, such as animal motifs, geometric, anthropormorphic, and human. The type of decorative motifs for the North Seram region is dominated by geometric and anthropormorphic, while South Seram is more dominated by animal motifs, geometric, and anthropormorphic. Keywords: comparative studies, prehistoric ornamental motif, house, Central Moluccas, Indonesia PENDAHULUAN Pulau Seram merupakan salah satu pulau besar di gugusan Kepulauan Maluku yang membentang secara horizontal bersebelahan dengan Pulau Sulawesi dan Buru pada bagian barat. Sebelah utara bersebelahan dengan gugusan pulau-pulau Obi, Bacan, dan Halmahera. Di sebelah timur bersebelahan dengan Pulau Papua, sedangkan di bagian selatan berse-
12

STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Nov 28, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Studi Perbandingan Motif Hias Prasejarah di Pulau seram Maluku Tengah, Indonesia-Lucas Wattimena (125-136)

125

Diterima 26 Juli 2017 Direvisi 23 Oktober 2017 Disetujui 25 Oktober 2017

STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU SERAM MALUKUTENGAH, INDONESIA

COMPARATIVE STUDY OF PREHISTORIC MOTIFS IN SERAM ISLAND, CENTRALMOLUCCAS, INDONESIA

Lucas Wattimena

Balai Arkeologi Maluku, Jl. Namalatu Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon 97118;email:[email protected]

Abstrak. Tulisan ini memberikan gambaran tentang perbandingan motif hias prasejarah yang terdapat pada arsitektur diwilayah Pulau Seram Maluku Tengah. Permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana bentuk dan keletakan motif-motifhias tersebut pada rumah di wilayah Seram bagian Selatan dan Seram Bagian Utara. Kawasan Maluku Tengah dipilih dalampembahasan ini, karena memiliki dua alasan penting, yaitu secara geografis Pulau Seram (Maluku Tengah) merupakansalah satu Pulau Besar yang membentang secara horizontal di garis wallacea; dan lokasi penelitian yang dibahas tidakmengenal atau memiliki tradisi megalitik. Tujuan penelitian kiranya dapat memberikan informasi penting bagi penelitianarkeologi di Maluku. Metode penelitian menggunakan pendekatan etnoarkeologi, dengan teknik pengumpulan data berupaobservasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan motif hias arsitektur di Seram Utaralebih banyak ditemukan pada tiang-tiang kayu penyangga rumah panggung dan anak tangga, sedangkan pada arsitektur diSeram Selatan lebih banyak ditemukan motif hias pada dinding, pintu, ruang tamu, tiang, dan digantung. Motif-motif hiasarsitektur tersebut pun variatif seperti, motif binatang, geometris, antropormorfik, dan manusia. Jenis-jenis motif hias tersebutuntuk wilayah Seram Utara lebih didominasi oleh motif geometris dan antropormorfik, sedangkan Seram Selatan lebihdidominasi oleh motif binatang, geometris, dan antropormorfik.

Kata kunci: studi perbandingan, motif hias prasejarah, rumah, Maluku Tengah, Indonesia

Abstract. This paper provides an overview of the comparison of prehistoric ornamental motifs found on architecture in thearea of Seram Island in Central Moluccas. The problems in this paper is how the shape and llocation of decorative motifsat traditional houses in the Island of South Seram and North Seram. The Central Moluccas region is chosen because of twoimportant reasons. Firstly, Seram Island (Central Moluccas) is the big island that stretches horizontally in the Wallacea line.Secondly, the sites did not recognize or have megalithic traditions. The study aims to provide important information ofarchaeology in Moluccas. Research method is using ethnoarchaeology approach, data are collected by observationtechnique and literature study. The results show that the comparison of decorative motifs of architecture in North Seram ismore commonly found on the supporting wooden poles and stair of houses, while in South Seram, ornamental motifs aremore found on walls, doors, living room, pole, and some of ornament are hung. Architectural motifs are also varied, such asanimal motifs, geometric, anthropormorphic, and human. The type of decorative motifs for the North Seram region isdominated by geometric and anthropormorphic, while South Seram is more dominated by animal motifs, geometric, andanthropormorphic.

Keywords: comparative studies, prehistoric ornamental motif, house, Central Moluccas, Indonesia

PENDAHULUAN

Pulau Seram merupakan salah satu pulaubesar di gugusan Kepulauan Maluku yangmembentang secara horizontal bersebelahan

dengan Pulau Sulawesi dan Buru pada bagianbarat. Sebelah utara bersebelahan dengangugusan pulau-pulau Obi, Bacan, dan Halmahera.Di sebelah timur bersebelahan dengan PulauPapua, sedangkan di bagian selatan berse-

Page 2: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan126

belahan dengan Laut Banda dan gugusanKepulauan Maluku Tenggara. Nusa Ina atau PulauIbu, itulah sebutan yang selalu disematkansebagian besar masyarakat Maluku untuk PulauSeram. Istilah yang mencerminkan gagasansejarah tutur setempat yang memandang PulauSeram sebagai daratan induk (Ririmasse 2016:125).

Pulau Seram mempunyai keunikan geografisdan sosial budayanya, yaitu antara lain: 1) dalamcatatan (peta) migrasi Birdsell Pulau Seramdisebutkan sebagai salah satu wilayah yangdilewati manusia dari barat (paparan Sunda)menuju timur (paparan Sahul) (Spriggs dkk. 2006:10); 2) Pada tahun 1938 penelitian etnologi danprasejarah oleh Roder untuk menjelajahi seluruhwilayah pegunungan di selatan Pulau Seram danmendaki Gunung Salahua yang dianggap sebagaitempat tinggal orang mati penduduk Seram Barat(Arifin 1992: 16); 3) Pulau Seram termasuk dalamwilayah kebudayaan (culture area) bagian tengahberdasarkan pembagian wilayah kebudayaan diKepulauan Maluku (Sihasale 2005: 67); 4)Penelitian arkeologi (survei permukaan) terhadaptinggalan budaya paleolitik di Pulau Seramdilakukan di sepanjang pantai utara (dari ujungbarat sampai timur) merupakan pengamatan awalyang difokuskan pada beberapa lokasi DaerahAliran Sungai (DAS) dan singkapan-singkapantanah (outcrop) di wilayah ini. Dari pengamatanyang dilakukan terhadap 31 titik lokasi penelitianpada beberapa daerah aliran sungai di wilayahini telah berhasil didata sejumlah temuan artefakbercirikan paleolitik yang didapatkan pada empatbelas lokasi sasaran penelitian, sedangkan tujuhbelas lokasi lainnya dikategorikan kurangpotensial karena tidak mengandung temuan.Budaya berciri paleolitik di Pulau Serammemperlihatkan sebaran yang sangat padat dibagian tengah dan timur (Kabupaten MalukuTengah dan Seram Bagian Timur), sedangkan dibagian barat (Kabupaten Seram Bagian Barat)temuan semakin berkurang (Jatmiko danMujabuddawat 2016: 72-73); 5) Pulau SeramBagian Barat, situs Hatusua merupakan salah satusitus yang sudah cukup dikenal dalam rekamstudi arkeologi di Maluku. Catatan akademis

pertama mengenai situs ini muncul di penghujungera 1980-an. Sejak tahun 2012 hingga 2015 BalaiArkeologi Ambon mulai melakukan studi yanglebih terarah meliputi pemetaan potensi secaralengkap serta rangkaian ekskavasi untukmenemukenali karakter kepurbakalaan yang lebihutuh dari situs Hatusua. Termasuk uji kronologiyang memberikan usia peradaban hingga ± 1,100Tyl. Hasil penelitian menemukan bahwa Hatusuamerupakan kompleks situs dalam karakterbentang alam pesisir-pedalaman, situs huniangua-situs terbuka, dengan ciri tradisi yang berlanjuthingga sekarang (Ririmasse 2016: 125); 6) PulauSeram menunjukkan karakter masa prasejarahakhir berdasarkan hasil penelitian ekskavasi padasitus Hatusua di pesisir selatan Seram Barat.Kawasan situs yang berada pada pesisir selatanSeram Barat memiliki histori pembentukangeologisnya termasuk dalam zona transisi Asia-Australia (Wallasea) dengan kecenderunganfauna biotis lautnya termasuk dalam kategori ZonaKawasan Sahul (Ririmasse dan Subekti 2016: 91-102); dan 7) beberapa catatan penelitianmenunjukkan bahwa karakter kawasan PulauSeram Bagian Barat sangat dominan karakteristikmegalitiknya dibandingkan dengan SeramTengah (Salhuteru 2007: 43; Salhuteru danWattimena 2011: 66-67).

Survei arkeologi di Seram Selatan (bagiantengah) menemukan beberapa sebaranmegalitik, seperti dolmen batu meja, bekasperumahan tuan belanda, perkebunan kopi,meriam nusantara, kepala hulu tongkat (sultan?),keramik, tongkat kepemimpinan pemberianKoloni Belanda, rumah adat (Tim Penelitian 2012a:9-10; 2012b: 11-15; Tim Penyusun 2014: 18).Penelitian lain yang memiliki fokus untuk melihatjaringan Islamisasi yang terbentuk pada negeri-negeri adat di wilayah pesisir selatan Pulau Seramadalah penelitian Wuri Handoko (2016: 79).Penelitian tersebut menemukan Islamisasi diwilayah pesisir selatan Pulau Seram (SeramTengah), berasal dari wilayah pusat kekuasaanIslam di Kepulauan Maluku, juga adanyakemungkinan dari Jawa dan tanah asal Islam dariArab dan Persia. Penelitian ini juga menemukanterbentuknya jaringan politik dalam proses

Page 3: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Studi Perbandingan Motif Hias Prasejarah di Pulau seram Maluku Tengah, Indonesia-Lucas Wattimena (125-136)

127

penyebaran Islam hingga sampai ke wilayahpesisir selatan Pulau Seram. Orang-orangPatalima di pesisir selatan (Teluk Elpaputih) terdiridari Waraka, Tananahu, Liang, Soahuwey,Rumalait, Awaya, Hitalesia , dan Apisano .Kelompok-kelompok tersebut berasal dariwilayah Seram Utara dan Seram Barat, namunmereka terintegrasi dalam satu kelompokpatalima (Wattimena 2014b: 111).

Oleh sebab itu, kawasan bagian utara danselatan Pulau Seram (Seram Bagian Tengah)menarik untuk ditelit i, karena adanyakecenderungan wilayah yang berbedakompleksitas budaya bendawinya dengan dikawasan bagian barat dan timur Pulau Seram.Tulisan ini mencoba membandingkan motif-motifhias prasejarah pada arsitektur bangunantradisional di kawasan utara dan selatan PulauSeram (Seram Tengah). Tujuan penelitian adalahmemberikan informasi penting bagi penelitianarkeologi di Maluku.

Demikian halnya dengan arsitekstur bangunantradisional orang Huaulu, di antaranya rumahmatarumah/fam/marga, rumah liliposu, rumahpamali, Lumapotoam (rumah besar), dan rumahtinggal. Struktur tiap bangunan rumah sesuai peran,fungsi dan kedudukan masing-masing bangunandalam kawasan permukiman orang Huaulu(Wattimena 2015: 163). Rumah orang Huaulu, diwilayah Seram Utara Kabupaten Maluku Tengahmemiliki beberapa aspek yang terkait denganpola bangunan, bahan bangunan yang digunakan,serta pola pengerjaannya. Rumah orang Huaulumemiliki dua aspek. Pertama, aspekpengetahuan meliputi tingkat pemahaman dalammengerjakan rumah, pandangan terhadapkosmos rumah, serta seni pola hias yangmenginterprestasikan kehidupan sosialbudayanya. Kedua, aspek teknologi, yaitu tingkatpengetahuan dan pemahaman tentang alat danbahan yang digunakan untuk pengerjaan rumah(Wattimena 2015: 155).

METODE

Pendekatan penelitian menggunakan metodeetnoarkeologi, dan pengumpulan data meng-

gunakan teknik observasi, wawancara, dan studikepustakaan. Budaya bendawi adalah salah satuaspek dalam mengungkap proses interaksibudaya di masa lampau (Tanudirjo 2011: 25).Dilanjutkan oleh Schiffer (Tanudirjo 2009: 34) yangmenyatakan etnoarkeologi adalah kajian tentangbudaya bendawi dalam sistem budaya yangmasih ada untuk mendapatkan informasi baikkhusus maupun umum, yang dapat berguna bagipenelitian arkeologi. Beberapa situs yangmenjadi lokasi penelitian (lihat gambar 1), beradadi wilayah Seram Utara, yaitu di situs KampungHuaulu. Di wilayah Seram Selatan di situsKampung Nuanea, Namahua, dan Yalatan. Lokasi-lokasi tersebut secara administratif masuk dalamwilayah Pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah,Provinsi Maluku.

Arsitektur yang dimaksudkan disini adalahsemua bangunan yang memiliki konstruksipanggung, memiliki tiang-tiang rumah, berbentukpersegi empat serta menggunakan materiallingkungan alam dalam proses pembuatannya.Secara garis besar dapat dikemukakan bahwaarsitektur bangunan di Maluku (Maluku danMaluku Utara) didasarkan pada pola-polageometris empat persegi panjang, bujur sangkarmaupun bersudut delapan. Bangunan tempatmusyawarah merupakan tempat bangunan utamayang terletak di tengah-tengah desa denganhalaman yang luas dan bangunan terbuka tanpaada dindingnya (Rijoly dan Frans 2005: 50).

Berikut beberapa konsep arsitektur-rumahdari beberapa ahli (Fox 2006: 9-10).

a) Levi Strauss memperkenalkan konseprumah adalah bentuk lain dari struktur sosial.Rumah menurut struktur sosial Strauss dapatmenjadi forum dalam menyelesaikan pelbagaipermasalahan sosial, seperti konflik kekerabatan,perkawinan, dan kepemilikan tanah;

b) Morgan melihat rumah sebagai suatutahapan manusia purba dari pola tidak menetaphingga menetap, dengan perkembanganpengetahuan dan teknologi. Menurut Morgan,dasar untuk hampir semua bentuk organisasisosial adalah garis keturunan atau kelompokketurunan yang disebut sebagai gens;

Page 4: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan128

Sumber: Diolah dari Berbagai Data Primer

Gambar 1 Lokasi Penelitian. Lingkaran Bulat yang Berwarna Merah di Seram Selatan; kampung Nuanea,Yalatan, dan Namahua dan Lingkaran Berwarna Hitam di Kampung Huaulu Seram Utara.

c) Mauss and Beuchat’s, dalam studi awalnyamenyatakan bahwa desain rumah tangga memilikiurutan yang berbeda. Hal ini merupakan bagiandari pemeriksaan ekstensif terhadap variasimusiman masyarakat Eskimo yang dialami dalamsatu tahun. Perubahan dari berakhirnya musimpanas berpengaruh kepada tempat tinggal kerumah musim dingin kolektif. Transformasi dalamargumen Mauss dan Beuchat, dipertimbangkandi dalam perspektif ekologis;

d) Charles Macdonald memiliki konseprumah dalam kaitannya dengan masyarakatFilipina, seperti halnya Bernard Sellato kemasyarakat Kalimantan. Kedua peneliti

mengadopsi pendekatan serupa dengan melihatmasyarakat daerah ini dalam hal skalapembangunan dari yang sederhana masyarakatnon-stratifikasi sampai ke masyarakat yangbertingkat-tingkat. Atas dasar ini, baik Macdonaldmaupun Sellato mencapai kesimpulan yangsama; dan

e) Ahli linguistik Robert Blust telah menyusundaftar istilah utama yang menandakan beberapaJenis ‘rumah’ di antara berbagai sub kelompokbahasa Austronesia yang berbeda. Bentuk-bentukyang direkonstruksi ini mempunyai berbagaiistilah antara lain adalah (1) Rumaq menunjukkanreflex dari kelima sub kelompok Austronesia,

Page 5: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Studi Perbandingan Motif Hias Prasejarah di Pulau seram Maluku Tengah, Indonesia-Lucas Wattimena (125-136)

129

yaitu (1) Formosa (F) yang sebenarnya dapatdibagi lagi; (2) Melayu-Polinesia Barat (WMP); (3)bahasa Melayu-Polinesia Tengah (CMP); (4)Halmahera Selatan-West New Guinea (SHWNG);dan (5) Oseanik (OC). Meskipun status penyusundalam klasifikasi WMP dan CMP ini membutuhkanpenyelidikan lebih lanjut, penyaluran berbagaipersyaratan rumah antara Blust Sub kelompokdapat digunakan untuk memeriksa bukti terkinimengenai sejarah rumah di antara orangAustronesia. Rumaq adalah istilah yang palingbanyak didistribusikan untuk ‘rumah’ danpenggunaannya di kalangan pendudukAustronesia sering diberi metafora untukmendefinisikan kelompok sosial terkait yangmengklaim sejenis kesamaan derivasi ataukesatuan ritual. Dalam volume ini, Iban, Gerai, danMinangkabau (yang bahasanya diklasifikasikansebagai Melayu-Polinesia Barat) semuamencerminkan rumah, sedangkan orang Roti(yang bahasanya adalah milik Pusat BahasaMalayo-Polinesia) menggunakan uma kognitif.Bentuk yang serupa banyak didistribusikan diantara bahasa Melayu-Polinesia Tengah, yaitu Rindi,uma; Savu, àmu; Atoni, ume; Tetun, uma; Ema,umar; Babar, em; Buru, huma; dan Nuaulu, numa;

(2) Balay, meski istilah balay tidak memilikirefleks yang diketahui dalam bahasa Formosa,itu memang mengambil berbagai bentuk di bahasaMalayo-Polinesia dan Oseanik Barat. Di Filipina,refleks istilah ini (Isneg, baláy; Cebuano, baláy)mungkin merujuk pada ‘rumah’ sementara dibanyak bahasa Melayu, termasuk Minangkabau.Balai menunjukkan ‘rumah pertemuan umum’;

(3) Lepaw, memiliki setidaknya satu refleksyang dapat diidentifikasi dalam bahasa Formosanyang mengacu pada ‘rumah’ (Kuvalan, lêppaw).Namun, sebagian besar ditemukan dalam bahasaMelayu-Polinesia Barat, dimana mereka memilikiberbagai makna. Blust melaporkan tiga contoh dariistilah ini, masing-masing dengan arti yang agakberbeda: ‘gudang gandum’, (Ngaju, lepau), ‘pondok,bangunan selain rumah panjang’ (Uma Juman,lêpo) dan ‘beranda rumah Melayu. RumahAustronesia dalam praktik bahasa AustronesiaKognisi istilah ini untuk kapal didistribusikan

secara luas antara penutur berbagai bahasaSulawesi Selatan;

(4) Kamalir; seperti balay, tidak memilikisebutan yang bisa dikenali antara BahasaFormosa tetapi memiliki banyak sebutan diMelayu-Polinesia Barat. Di Filipina, sebutan iniumumnya meruju kepada ‘lumbung, gudangsedangkan di sub kelompok Oseanik, kisaranrefleks dengan istilah yang sama ini menun-jukkan khusus ‘rumah pria’; dan

(5) Banua; menunjukkan area yang mungkindiliputi sebagai ‘tanah, negara, tempat,pemukiman, wilayah yang didiami, desa. Nuralia(2017: 43) dalam artikelnya tentang ragam hiaspada rumah tuan tanah perkebunan Tambun,Kabupaten Bekasi terdapat pada badanbangunan (dinding, bukaan, pilar/kolom) berupageometris dan organis. Secara umum, haltersebut berfungsi sebagai hiasan dan penguatbangunan untuk mendukung struktur fungsional.Keanekaragaman pola hias menunjukkan bahwapemiliknya memiliki status sosial tinggi dengankekuasaan besar dan ekonomi mapan.

Santiko (2016: 129) melakukan identifikasipada relief di dinding Candi Borobudur yangmerupakan adegan dari naskah Karmawibhanggayang berjumlah 160 panel. Sebelum ditutupkembali, seluruh relief sudah difoto oleh KassianCephas pada tahun 1890-1891. Relief-relieftersebut terkait dengan ajaran hukum karma,hukum sebab akibat, yang sangat penting dalamajaran agama Buddha. Agar cerita tersebutdimengerti dengan baik oleh pengunjung, makaajaran tersebut dikemas dalam cerita kehidupanmasyarakat Jawa Kuno pada abad ke- 9-10Masehi, semasa Candi Borobudur didirikan.Identifikasi relief telah dilakukan oleh N.J. Krom,S. Levi, dan Jan Fountain yang membandingkanadegan-adegan dengan dua naskah Sutra yangtelah diterjemahkan ke dalam bahasa Cina yangdikenal sebagai T 80 dan T 81. Relief yangdibandingkan dengan episode dalam naskah,lebih mendekati isi naskah T80.

Dalam perkembangan motif batikkontemporer di Indonesia, ragam hiasanmerupakan sarana komunikasi untuk

Page 6: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan130

menyampaikan suatu pesan kepada masyarakatluas. Proses penciptaannya tidak lepas daripengaruh lingkungan dan berperan sebagaimedia untuk memperindah suatu karya senimanusia. Kemunculan ragam hiasan di Indonesiadimulai sejak masa prasejarah. Selanjutnya,ragam hiasan mengalami perkembangan darimasa ke masa sampai dengan masuknyakebudayaan Hindu Buddha ke Indonesia.menunjukkan masyarakat di Nusantara memilikilocal genius dalam menciptakan identitas baruyang sesuai dengan kebudayaannya, dari hasilperkawinan budaya lokal dan Hindu Buddha.Gagasan semacam ini diharapkan dapatmeningkatkan inspirasi dan mendorong inovasikreasi-kreasi baru, tetapi tetap memperlihatkankarakteristik khas warisan budayanya (Istari 2012:64).

Selanjutnya, ragam hias ukir masyarakatBanjar hanya terdapat pada bangunan yangmemiliki bubungan rumah tinggi. Rumah denganbubungan tinggi dahulu merupakan tempat tinggalraja. Ukiran pada rumah bubungan tinggi memilikitiga jenis tatahan/ukiran, yaitu tatahan/ukiran surut,babuku, dan tambus. Jenis motif yang digunakanantara lain bunga, buah, daun, geometris, danmotif lain, seperti pucuk rabung, gigi, kangkungkaumbakan, lidah api, matahari, dan senjata(Sunarningsih 2012: 78-80).

Lain halnya dengan rumah adat di PesisirSelatan Pulau Seram yang memiliki dua aspekkarakteristik prasejarah, yaitu bentuk dan tata letakpermukiman. Rumah adat di pesisir selatan PulauSeram, tidak hanya sebagai bangunan fisik tetapimemiliki struktur (peran, fungsi, dan kedudukan)terhadap perkembangan masyarakat itu sendiri.Rumah adat memiliki beberapa struktur (peran,fungsi, dan kedudukan) antara satu rumah adatdengan rumah adat lainnya. Akan tetapi, dilainpihak multifungsi bangunan rumah adatdisesuaikan dengan perannya (Wattimena 2014a:274).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum pengelompokkan masyarakatdi Maluku terbagi atas dua kelompok besar, yaitu

kelompok lima dan sembilan. Di Maluku Tengahpengelompokkan ini disebut pata/uli lima dan pata/uli siwa (Ajawaila 2005: 159). Odo Deodatus Taurntelah berhasil mengumpulkan dan mencatat 230macam simbol budaya di Pulau Seram dalambukunya Patasiwa dan Patalima. Jumlah tersebutmasih sedikit diambil dari beberapa negeri (desa)saja. Tentu masih banyak simbol yang tersimpandalam bentuk tradisi lisan (oral tradition) dan wujudmateri (material tradition) (Tamaela 2016: 292).

Ragam bentuk motif dan hias dari perspektifarkeologi dapat ditemukan pada bangunan candi,rumah, pakaian, naskah, benda-benda yangterbuat dari perunggu dan lain sebagainya (Istari2012: 64; Nuralia 2017: 43; Santiko 2016: 129;Sunarningsih 2012: 70; Sutrisna 2012: 35).

Ragam hias pada arsitektur tradisional orangTanimbar Kei Rahanteli adalah seni ukir timbulpada kayu yang berorientasi pada dunia flora danfauna. Beberapa jenis ragam hias itu antara lainrubai, anjing dan ayam, lor (ikan paus), tabob(penyu) (Rijoly dan Frans 2005: 62). Hasilpengamatan yang dilakukan kepada bangunan(rumah panggung) di Seram Utara dan SeramSelatan menunjukkan perbedaan motif hiasberdasarkan struktur sosial dari rumah-rumahtersebut. Ragam motif hias tersebut hanya dapatdilihat pada rumah-rumah adat, seperti rumah raja,kepala adat, raja tanah, rumah besar atau baileo.

Motif Hias di Seram Selatan

Jenis-jenis motif hias yang terdapat padaarsitektur rumah panggung di Kampung Nuanea,Yalatan, dan Namahua di Seram Selatan adalahsebagai berikut.

1) Motif ayam, ditemukan di KampungYalatan, Seram Selatan. Terdapat tiga jenis motifayam dengan corak warna putih, biru, hitam, danmerah. Motif ayam diletakkan pada bagian sisiujung bangunan adat atau rumah besar yangberada di tengah-tengah Kampung Yalatan (lihatgambar 2) (Wattimena 2014a: 271). Bangunan inisering digunakan sebagai tempat pertemuanwarga kampung Yalatan untuk bermusyawarahdan bermufakat tentang prinsip kampung yangberkaitan dengan adat istiadat, pembangunan

Page 7: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Studi Perbandingan Motif Hias Prasejarah di Pulau seram Maluku Tengah, Indonesia-Lucas Wattimena (125-136)

131

kampung, perkawinan, kekerabatan, dan lainsebagainya. Keletakan motif hias ayam padabangunan rumah besar terdapat pada sisi-sisikeempat rumah pada arah utara dan selatan;

2) Jenis motif hias burung, babi, kuskus dapatkita temukan di Kampung Namahua, Teluk TelutiSeram Selatan. Motif hias binatang tersebut dihiasidan digantung di ruang dalam rumah besar ataulumapotoa. Hasil obervasi menunjukkan bahwatidak ditemukan hiasan binatang pada tiang, pintudan dinding rumah di Kampung Namahua. Jenisfauna tersebut termasuk kategori yangdikonsumsi oleh mereka. Gantungan tersebutmenandakan kalau jenis binatang-binatangtersebut pernah diburu dan dimakan oleh mereka,sehingga menjadi suatu tradisi berlanjut. Haltersebut tidak terlepas dari pola subsistensiberburu dan meramu orang Namahua;

3) Motif perahu dan gelombang (laut, air) dapatditemukan di Kampung Nuanea dan Yalatan (lihat

gambar 3). Sepintas seperti ukiran kayu biasayang memanjang arah horizontal, namun jikadilihat lebih seksama adalah ukiran perahudengan salah satu bagian ujungnya membentukbagian depan perahu. Posisi keletakan motif hiasperahu terdapat pada ukiran kayu yang beradapada konstruksi bagian depan luar bangunan.

Motif hias perahu adalah tema kontekstualdalam sosial budaya masyarakat Maluku karenadua hal, yaitu a) Perahu telah menjadi mediumkomunikasi non-verbal bagi masyarakat, yaitusebagai sarana untuk menegosiasikan danmengkomunikasikan identitas sosial mereka.Dengan demikian, simbolisme perahu telahdiadopsi sebagai cetak biru untuk membanguncara penyelenggaraan masyarakat di MalukuTenggara (Ririmasse 2010: 245); b) Perahu dariwujudnya adalah personifikasi manusiaperempuan (Wattimena 2017: 33); dan c) Unsur

Sumber: Dok. Balai Arkeologi Maluku 2012Gambar 2 Motif Fauna di Kampung Yalatan Seram

Tengah Selatan.

Sumber: Dok. Balai Arkeologi Maluku 2012, digambaroleh Lucas

Gambar 3 Salah Satu Bagian Ujung Kayu MotifHias Perahu pada Bangunan Rumah Adat Kampung

Yalatan, Seram Tengah Selatan (atas). Motif HiasGelombang (laut, air) pada Bangunan Rumah Adat diKampung Nuanea, Seram Tengah Selatan (bawah).

Page 8: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan132

religi terdapat pada perahu selain sebagai alattransportasi dan mata pencaharian hidup(Maryone 2010: 66; Sudarmika 2006 : 23).

Motif perahu yang terdapat pada arsitekturrumah-rumah adat, seperti rumah raja dan rumahbesar dapat kita temui di wilayah Seram Selatan,Kampung Yalatan dan Nuanea. Untuk wilayahSeram Utara, Kampung Huaulu tidak dapatditemukan motif hias perahu. Motif gelombang(laut, air) dan motif hias gelombang (laut, air)adalah motif hias yang tidak dapat dipisahkandengan motif hias perahu. Kedua motif ini menjadisatu kesatuan yang holistik. Motif ini dapatditemukan di wilayah Seram Selatan, yaitu diKampung Yalatan dan Nuanea;

4) Motif manusia perempuan (lihat gambar 4),dapat kita temukan di wilayah Seram Selatan, yaitudi Kampung Namahua, Desa Saunulu. Motif hiastersebut berupa bentuk payudara manusiaperempuan yang terukir pada tiang rumah besar.Posisi keletakannya di tiang bagian belakangrumah besar, yang membatasi antara ruang tamudan dapur.

Hidup di daerah kepulauan membuatpenduduk Maluku membentuk mono-dualismedalam kesatuan kosmologi dalam perspektif caraberpikir dan berkebudayaan orang Maluku

(Soselisa 2005: 202). Orang Namahua di SeramSelatan di Teluk Telutih memiliki pengetahuanlokal tentang tiang yang dihias dengan motifantropormorfik. Motif hias tersebut bukanlah ukiransemata namun memiliki arti dan makna, yangdituangkan dalam konsep dualisme, misalnya laki-laki dan perempuan, atas dan bawah, langit danbumi; dan

5) Motif matahari, bulan, dan bintang dapatkita temukan di Seram Selatan Kampung Nuanea(lihat gambar 5). Motif hias ini terletak di dindingdan pintu bangunan rumah adat. Motif hias inihanya terdapat di bangunan rumah adat dan raja,serta rumah baileo atau tempat pertemuan.

Motif Hias di Seram Utara

Seni hias (arsitektur) bangunan rumah orangHuaulu masih dapat kita temui dalam berbagaimotif hias ukiran dan bentuk. Keanekaragamanhiasan pada ukiran tersebut memiliki berbagaimakna, misalnya untuk mengusir roh-roh jahat,penyakit, binatang jahat, dan keberkahan. Hiasan-hiasan tersebut dapat kita lihat pada kakipanggung rumah orang Huaulu, yang dapat dilihatpada kaki yang terbuat dari kayu dan pohonpakis. Seni pola hias tersebut bukan hanya

Sumber: Dok. Balai Arkeologi Maluku 2017, digambar oeh Mujab.Gambar 4 Motif Hias Manusia Perempuan pada Bangunan Rumah Besar di Kampung Namahua, Seram Tengah

Selatan (kiri) dan Skesta Motif Hias (kanan).

Page 9: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Studi Perbandingan Motif Hias Prasejarah di Pulau seram Maluku Tengah, Indonesia-Lucas Wattimena (125-136)

133

semata sebagai pola biasa tetapi memiliki artidan makna bagi mereka. Tidak semua rumahmemiliki pola seni hias yang sama, hanya rumah-rumah tertentu saja, seperti rumah pamali.Rumah-rumah lain (masih tradisional) jugamemiliki hiasan, tetapi dengan motif gambar yangberbeda (Wattimena 2015: 161-162). Jenis-jenismotif hias di Kampung Huaulu Seram Utara adalahsebagai berikut.

1) Motif antropormofik dapat kita temukan diSeram Selatan dan Seram Utara. Rumah orangSeram Selatan lebih banyak menggunakan motifhias antropormorfik pada tiang-tiang di dalamrumah. Motif hias antroporfik pada rumah orangSeram Selatan lebih banyak di temukan pada

tiang-tiang (di) luar sebagai penyangga rumahpanggung (lihat gambar 6). Tiang-tiang yangdimaksudkan adalah tiang kayu pakis. Tiang pakissebagai penyangga pembantu bagi tiang-tiangkayu lainnya. Kayu adalah salah satu bahan dalamkonstruksi Rumah orang Huaulu di Seram Utara(Wattimena 2015: 162-163 ); dan

2) Motif goresan vertikal dan horizontal sangatsederhana dan dapat ditemukan di KampungHuaulu, Seram Utara (lihat gambar 7). Keletakanmotif-motif tersebut pada tiang-tiang kayupenyangga rumah panggung. Hasil menunjukkanbahwa tidak semua tiang penyangga terdapatmotif-motif goresan vertikal horizontal, motiftersebut hanya ditemukan pada tiang-tiang kayupakis.

Gambar 5 Motif Hias Bulan, Bintang, danMatahari di Kampung Nuanea, Seram Tengah

Selatan.

Sumber: Dok. Balai Arkeologi Maluku 2012, digambaroleh Lucas.

Sumber: Dok. Balai Arkeologi Maluku 2015Gambar 6 Motif Hias Antropormorfik di Kampung

Huaulu, Seram Utara.

Page 10: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan134

Diskusi

Jenis-jenis motif hias di Pulau Seram, MalukuTengah Indonesia setidaknya dapat memberikangambaran tentang pengetahuan dan teknologiyang digunakan oleh masyarakat pendukungnya.Keberlangsungan tradisi pengetahuan danteknologi yang diwujudkan dalam perilaku senimotif hias pada arsitektur setidaknya menjelaskanbeberapa bahan pertimbangan dalammerekonstruksi peradaban manusia Malukukhususnya dan Indonesia umumnya.

1) Berdasarkan jenis motif hias padabangunan rumah di Kampung Huaulu Seram Utaradan Kampung Nuanea, Yalatan, dan Namahua diSeram Selatan unsur teknologi dan pengetahuanyang digunakan oleh mereka pada dasarnyaberbeda antara satu dengan yang lain. KampungNuanea di Seram Selatan mengenal pengetahuandan teknologi teknik pembuatan motif hias dengancara mengikat atau menganyam pada dinding-dinding bangunan rumah. Jenis motif hias untukteknik ini adalah tentang pengetahuan astronomi.Terlihat begitu banyak bukti motif tersebut padabangunan rumah mereka berada keletakannya

Sumber: Dok. Balai Arkeologi Maluku 2013, digambaroleh Mujab.

Gambar 7 Beberapa Motif Hias Garis-garisVertikal Horizontal di Kampung Huaulu, Seram

Bagian Utara, Seram Tengah.

pada jenis bangunan rumah raja dan rumah besaratau baileo.

Berbeda dengan di Kampung Huaulu SeramUtara, hasil penelitian menunjukkan untuk teknikmotif hias anyaman atau ikatan atau sejenisnyapada bangunan-bangunan adat tidak ditemukan.Maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan dandan teknologi mereka berbeda antara orang diSeram bagian Utara dan Seram bagian Selatan.Hal mana oleh Roder dalam teknik pembuatanlukisan pada batu-batu karang di Seram Selatanmenggunakan teknik ketukan dan grafir untukmembuat gambar-gambar tersebut, bahkankedua teknik ini dipakai sekaligus (Arifin 1992:67). Teknik pada gambar-gambar yang dijelaskanoleh Roder adalah wujud interprestasi adaptasibudaya dalam suatu proses dinamika manusia.Dari hasil gambar (Arifin 1992: lampiran) jenis motifyang ditemukan bersifat simetris atau geometris.Untuk lebih memahaminya dapat dilihat padaskema (lihat gambar 8);

2) Berdasarkan pemahaman dan pandanganmereka tentang jenis motif-motif hias padabangunan rumah tidak terlepas dari kosmologimereka tentang dualisme. Motif-motif hias diSeram Utara dan Seram Selatan pada prinsipnyamenganut konsep tersebut. Misalnya motif laki-laki terdiri dari motif garis-garis vertikal maupunhorizontal yang menandakan jumlah ataubanyaknya hasil berburu. Motif ini bukan sajamenandakan hasil buruan binatang, namun pada

Goresanpada dindingbatu

Goresan padabangunanrumah (tiang)

Perilaku(teknik danpengetahuan)

Perilaku(teknik danpengetahuan)

Sumber: Hasil PenelitianGambar 8 Skema Adaptasi Budaya (Teknik dan

Pengetahuan).

Page 11: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Studi Perbandingan Motif Hias Prasejarah di Pulau seram Maluku Tengah, Indonesia-Lucas Wattimena (125-136)

135

zaman dulu masih menandakan hasil buruanmanusia (kepala manusia). Seperti yang baru-baru ini diamati oleh David Parkin (dalam Forth1998: 593), orientasi dan posisi spasial secarakonstitutif merupakan tindakan ritual. Di seluruhIndonesia, ruang di mana ritus sering terjadi.Rumah atau desa yang bisa didefinisikansebagai kumpulan tempat tinggal dan bangunanlainnya yang diatur dengan cara tertentu. Rumahritual motif manusia sangat berperan pentingdalam struktur kebudayaan sosial manusia danpendukungnya; dan

3) Motif hias pada arsitektur orang SeramSelatan dan Seram Utara menunjukkan tentangtradisi keberlanjutan, dari unsur pola konsumsidan tidak konsumsi atau pamali. Motif hiasbinatang adalah jenis motif hias yangmenandakan hal tersebut. Orang Seram Selatandi Teluk Teluti mengkonsumsi binatang, sepertibabi, kuskus, lusiana atau binatang sejeniskelelawar, burung, dan rusa.

Motif hias pada arsitektur di Seram Utaradan Selatan pada dasarnya adalah gagasan

tentang budaya berperilaku terhadap manusia danlingkungan pendukungnya.

PENUTUP

Kajian perbandingan motif hias arsitektur SeramSelatan dan Seram Utara Pulau Seram bagiantengah dapat digolongkan dalam dua bagian besar,yaitu 1) Perbandingan motif hias pada bentuknya,terdiri dari motif hias ayam, perahu, gelombang(laut/air), bulan, matahari, bintang, manusiaperempuan dapat ditemukan di wilayah SeramSelatan, sedangkan bentuk motif hias berupa babi,burung, kuskus, garis vertikal horizontal,antropormorfik dapat ditemukan di Seram Utara; dan

2) Perbandingan posisi keletakan motif hiasarsitektur orang Seram Utara lebih banyakditemukan di tiang-tiang penyangga rumahpanggung dan tangga. Sedangkan orang SeramSelatan motif hias arsitektur dapat ditemukan padaposisi keletakannya, yaitu di dinding, pintu, terasatau beranda, tiang-tiang dalam rumah, sertadigantung dalam rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Ajawaila, J. W. 2005. “Dinamika Budaya OrangMaluku.” Hlm. 159-79 dalam MalukuMenyambut Masa Depan. Ambon Maluku:Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.

Arifin, Karina. 1992. Lukisan Batu Karang DiIndonesia: Suatu Evaluasi Hasil Penelitian.Depok: Departemen Pendidikan danKebudayaan Lembaga PenelitianUniversitas Indonesia.

Forth, G. 1998. “Ritual Implications of SettlementChange An Eastern Indonesian Example.”Bijdragen Tot De Taal-, Land – EnVolkenkunde 154 (4): 593–612.

Fox, James J. 2006. Inside Austronesian HousesPerspective on Domestic Design ForLiving. Canberra Australia: The AustraliaNational University Press.

Handoko, Wuri. 2016. “Arkeologi Sejarah Islamdi Pesisir Selatan Pulau Seram MalukuTengah.” Kapata Arkeologi 12 (1): 79–90.

Istari, T. M. Rita. 2012. “Ragam Hias Non-Cerita padaRelief Candi untuk Perkembangan Motif BatikKontemporer.” Naditira Widya 6(1): 64–78.

Jatmiko dan Muhammad Mujabuddawat. 2016.“Jejak Budaya Paleolitik di Pulau Seram:Kajian Migrasi Manusia Awal di WilayahIndonesia Timur.” Kapata Arkeologi 12(1): 71–78.

Maryone, Rini. 2010. “Fungsi Perahu DalamKehidupan Masyarakat Waropen.” KapataArkeologi 6 (11): 66–75.

Nuralia, Lia. 2017. “Kajian Arti dan Fungsi RagamHias pada Rumah Tuan Tanah PerkebunanTambun, Kabupaten Bekasi.” Purbawidya 6(1): 43–60.

Rijoly, L. C. Joseph dan Frans. 2005. “ArsitekturTradisional Maluku.” Hlm. 39–48 dalam MalukuMenyambut Masa Depan. Ambon Maluku:Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.

Page 12: STUDI PERBANDINGAN MOTIF HIAS PRASEJARAH DI PULAU …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan136

Ririmasse, Marlon N. R. dan KaryamanthaSurbekti. 2016. “Karakteristik dan HabitasiMoluska di Situs Hatusua Seram BagianBarat Maluku Indonesia.” Kapata Arkeologi12(1): 91–102.

Ririmasse, Marlon N. R. 2010. “Boat SymbolismAnd Social Identity in the SoutheastMoluccas.” Naditira Widya 4(2): 245–256.

————. 2016. “Arkeologi Kawasan Hatusua diSeram Bagian Barat Maluku: HasilPenelitian Terkini dan ArahPengembangannya.” Kapata Arkeologi12(2): 125–136.

Salhuteru, Marlyn. 2007. “Megalitik di Maluku.”Kapata Arkeologi 3 (4): 40-49.

Salhuteru, Marlyn dan Lucas Wattimena. 2011.“Tradisi Megalitik dan Sistem Nilai BudayaMaluku.” Kapata Arkeologi 7(13): 59–76.

Santiko, Hariani. 2015. “Ragam Hias Ular-Nagadi Tempat Sakral Periode Jawa Timur.”Amerta 33 (2): 85–96.

Sihasale, Wem R. 2005. “Pola PengelompokkanAdat dan Sistem Pemerintahan Adat diMaluku.” Hlm. 67–88 dalam MalukuMenyambut Masa Depan. Ambon Maluku:Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.

Soselisa, Hermien. 2005. “PengelolaanLingkungan dalam Budaya Orang Maluku.”Hlm. 198–214 dalam Maluku MenyambutMasa Depan. Ambon Maluku: LembagaKebudayaan Daerah Maluku.

Spriggs, Matthew, Sue O’Connor, dan PeterMarius Veth. 2006. “The Aru Islands InPerspektive: a General Introduction”. Hlm1-24 dalam The Archaeology of the AruIslands, Eastern Indonesia, editor O’ConnorSue, Matthew Springs, dan Peter MariusVeth. Australia: The Australia NationalUniversity Press.

Sudarmika, G. M. 2006. “Unsur Religi padaBangunan Peninggalan Perahu Batu diTanimbar Selatan, Maluku Tenggara Barat.”Kapata Arkeologi 2 (2): 23–33.

Sunarningsih. 2012. “Ragam Hias Seni Ukir padaBangunan Tradisional Banjar: Dulu danSekarang”. Naditira Widya 2(1): 78–86.

Sutrisna, Deni. 2012. “Surat-Surat MelayuBeriluminasi di Abad ke-18 dan ke-19 diSumatra: Inspirasi Seni Motif dan Ragam HiasPersuratan Penting di Masa Kini.” NaditiraWidya 6(1): 35–51.

Tamaela, Christian Izaac. 2016. “Identitas Ke-Maluku-an dalam Pembangunan Bangsa.”Hlm. 291–306 dalam Falsafah Siwalima dalamSimbol-simbol Tradisional Maluku. AmbonMaluku: Lembaga Kebudayaan DaerahMaluku.

Tanudirjo, Daud Aris. 2009. “Memikirkan KembaliEtnoarkeologi.” Arkeologi Papua2 1(2): 1–15.

-------. 2011. “Interaksi Austronesia-Melanesia;Kajian Interprestasi Teoritis.” Hlm. 23–42dalam Austronesia-Melanesia di Nusantaramengungkap Asal Usul dan Jati Diri dariTemuan Arkeologis. Jogjakarta: Ombak.

Tim Penelitian. 2012a. “Laporan PenelitianAntropologi dan Arkeologi Perubahan SosialBudaya Masyarakat Patalima di TelukElpaputih”. Laporan Penelitian Antropologi.Ambon: Balai Arkeologi Ambon.

Tim Penelitian. 2012b. “Laporan PenelitianArkeologi Survei Arkeologi RumahTradisional di Pesisir Selatan Pulau SeramAmbon Maluku”. Laporan PenelitianArkeologi. Ambon: Balai Arkeologi Ambon.

Tim Penyusun. 2014. “Laporan Penelitian ArkeologiPerahu Tradisional di Kepulauan MalukuTinjauan Awal Perahu Tradisional di PulauSaparua, Maluku Tengah (StudiEtnoarkeologi)”. Laporan Penelitian Arkeologi.Ambon: Balai Arkeologi Ambon.

Wattimena, Lucas. 2014a. “Arsitektur RumahTradisional di Maluku Studi Etnoarkeologi.”Berkala Arkeologi 33(2): 201–210.

———. 2014b. “Masyarakat Patalima i TelukElpaputih, Maluku.” Amerta 32(2): 111–118.

———. 2015. “Rumah Orang Huaulu di PulauSeram, Maluku Tengah.” Kapata Arkeologi11(2): 155–164.

———. 2017. “Cosmology of Habo Tetear KeiPeople, Southeast Molluccas.” Purbawidya6 (1): 33–42.