Top Banner
STUDI PERANCANGAN PENULISAN SKENARIO DALAM PRODUKSI FILM MELODRAMA “TERBAIK MENJADI TERBALIK” SKRIPSI APLIKATIF Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Komunikasi Bidang Studi Broadcasting Disusun oleh: AGUS MURDADI 44113110086
76

Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

Jan 22, 2017

Download

Education

Agus Murdadi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

STUDI PERANCANGAN PENULISAN SKENARIO

DALAM PRODUKSI FILM MELODRAMA

“TERBAIK MENJADI TERBALIK”

SKRIPSI APLIKATIF

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1)

Komunikasi Bidang Studi Broadcasting

Disusun oleh:

AGUS MURDADI

44113110086

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2016

Page 2: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

selesainya proposal skripsi aplikatif yang berjudul "Studi Perancangan Penulisan

Skenario dalam Produksi Film Melodrama Terbaik menjadi Terbalik". Selama

pembuatan proposal pun kami juga mendapat banyak dukungan dan juga bantuan

dari berbagai pihak, maka dari itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada:

- Ibu Feni Fasta, S.E., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Riset

Media yang telah memberikan bimbingan, saran, dan juga inspirasi.

Kami menyadari bahwa proposal ini masih memiliki kekurangan. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca yang budiman

sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terima kasih.

Jakarta, Oktober 2016

Penyusun

Page 3: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................iDAFTAR ISI............................................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................11.2 Permasalahan.............................................................................................21.3 Tujuan Perancangan..................................................................................31.4 Alasan Pemilihan Judul.............................................................................31.5 Manfaat Perancangan................................................................................4

1.5.1 Manfaat Akademis.............................................................................41.5.2 Manfaat Praktis..................................................................................4

BAB II DASAR PEMIKIRAN................................................................................52.1 Landasan Teori..........................................................................................5

2.1.1 Komunikasi Massa.............................................................................52.1.2 Media Massa......................................................................................62.1.3 Film....................................................................................................92.1.4 Genre Film.......................................................................................142.1.5 Drama...............................................................................................192.1.6 Penulis Skenario...............................................................................302.1.7 Skenario...........................................................................................332.1.8 Penulisan Skenario...........................................................................34

BAB III KONSEP PERANCANGAN...................................................................383.1 Tujuan Komunikasi.................................................................................383.2 Strategi Komunikasi................................................................................403.3 Analisa Spesifikasi Program...................................................................42

3.3.1 Gambaran Rancangan Bentuk Karya...............................................423.3.2 Konsep yang digunakan dalam Mengeksekusi Karya.....................423.3.3 Alasan Pilihan Karya.......................................................................433.3.4 Gambaran Isi Pesan dan Media Promosi.........................................43

3.4 Time Table dan Anggaran.......................................................................44

Page 4: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

iii

3.4.1 Time Table........................................................................................443.4.2 Anggaran..........................................................................................45

3.5 Konsep Perancangan...............................................................................46

Page 5: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Film melodrama adalah film yang bercerita tentang masalah hati (cinta dan

kasih sayang) baik dengan lawan jenis, persahabatan, maupun keluarga, senang

maupun sedih.1 Kata Melodrama berasal dari kata Melos (musik) dan drama.

Melodrama adalah film drama yang diiringi musik.2 Dari pendapat Dirks dan

Thorburn dapat disimpulkan bahwa film melodrama adalah film yang bercerita

tentang masalah hati baik senang maupun sedih dengan diiringi musik. Musik

film melodrama sering menggunakan instrumen piano dan gesek.3 Srisayekti

(2013: 3) mengatakan bahwa tangga nada mayor sering digunakan untuk adegan

sedih dan tangga nada mayor untuk adegan bahagia.4 Dari pendapat Fischoff dan

Srisayekti dapat disimpulkan bahwa musik film melodrama sering menggunakan

instrumen piano dan gesek. Musik film melodrama biasanya menggunakan tangga

nada mayor untuk adegan bahagia dan tangga nada minor untuk adegan sedih.

Penulisan skenario adalah salah satu aktivitas pada tahap pra-produksi

dalam proses pembuatan film. Aktifitas ini sangat penting karena skenario

berfungsi sebagai kerangka atau cetak biru sebuah film dan juga sebagai pedoman

1 Tim Dirks. Serial Films, diakses pada tanggal 18 Oktober 2016 dari http://www.filmsite.org/serialfilms.html2 David Thorburn, Television Melodrama, 1976, Hlm. 5953 Stuart Fishcoff, The Evolution of Music in Film and its Psychological Impact on Audiences, 2005, Hlm. 54 Wilis Srisayekti, Pengaruh pemberian ilustrasi musik terhadap kelanjutan ceritera film, Universitas Padjajaran, Bandung, 2013, Hlm. 3

1

Page 6: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

2

tertulis bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses pembuatan film (terutama

sutradara) akan bagaimana film tersebut selesai nantinya

Skenario merupakan naskah cerita yang menguraikan urutan-urutan

adegan, tempat, keadaan dan dialog yang disusun dalam konteks struktur

dramatic. Sebagai seorang penulis skenario dituntut untuk mampu menerjemahkan

setiap kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang

dibatasi oleh format pandang layar bioskop atau televisi. Adapun fungsi dari

skenario adalah untuk digunakan sebagai petunjuk kerja dalam pembuatan film.

1.2 Permasalahan

Dalam film melodrama “Terbaik Menjadi Terbalik” menceritakan tentang

sepasang kekasih yang sedang merajut asmara. Namun dalam mengarungi lautan

cinta dihadapkan dengan badai pertikaian diantara mereka. Kekecewaan pun

dirasakan hingga akhirnya menentukan pilihan yang terbaik dalam menapaki

perjalanan cinta mereka. Hidup itu susah ditebak, terkadang ada yang

diprasangkakan kita sangat baik ternyata jauh dari kenyataan yang sesungguhnya.

Padahal kita sudah berkaca pada apa yang sudah biasa dan yang sudah sering

terjadi pada umumnya. Kenyataan yang sesungguhnya cenderung sering

berbanding terbalik dengan apa yang kita sangkakan. Kadang orang yang kita

anggap mencintai kita dan memang tampak mencintai kita ternyata tidak seperti

yang kita bayangkan. Terkadang keputusan yang sering kita anggap paling baik

malah yang paling fatal. Maka dari itu, film melodrama yang akan diproduksi

Page 7: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

3

harus menarik agar dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa sehingga dapat

menggugah hati.

1.3 Tujuan Perancangan

Film melodrama yang akan diproduksi berjudul “Terbaik Menjadi

Terbalik” mengangkat realitas percintaan anak remaja zaman sekarang. Sebuah

film yang mengantarkan pemirsa lebih dekat terhadap permasalahan asmara yang

kerap menerpa setiap pasangan kekasih. Dalam penulisan skenario cerita drama

berjenis melodrama diharuskan memperhatikan bagaimana alur ceritanya

cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir situasi. Emosional pemirsa

dipancing untuk merasa sentimen pada tokoh protagonis dengan tidak terjebak

dalam alur yang lambat, konflik harus tetap runtun dan padat. Justru dengan

konflik yang bertubi-tubi pada si tokoh akan semakin membuat pemirsa

merasakan sisi permasalahan yang serius sehingga terciptanya suasana yang

menegangkan tetapi tetap mempertahankan sifat melankolis.

1.4 Alasan Pemilihan Judul

Penulisan skenario yang dilakukan dalam proses produksi film melodrama

yang secara audio, dialognya diucapkan dengan iringan latar melodi atau musik

sedangkan secara visual menyampaikan pesan komunikasi melalui adegan gambar

video.

Page 8: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

4

Dari berbagai uraian di atas, maka penulis mengambil judul skripsi

aplikatif “Studi Perancangan Penulisan Skenario dalam Produksi Film

Melodrama Terbaik Menjadi Terbalik”

1.5 Manfaat Perancangan

Hasil skripsi aplikatif yang sesuai dengan proses seharusnya dijalankan

ketika memproduksi sebuah film melodrama, diharapkan dapat menjadi acuan dan

motivasi bagi pemirsa. Selain itu, skripsi aplikatif ini juga dapat digunakan dalam

keperluan yang mencakup kegunaan akademis maupun praktis yang akan

dijabarkan sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang diharapkan adalah bahwa hasil dari film

melodrama yang berjudul “Terbaik Menjadi Terbalik” ini dapat bermanfaat dan

memberikan referensi dalam teknik penulisan skenario khususnya bagi mahasiswa

jurusan broadcasting dalam memproduksi sebuah film melodrama.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan adalah sebagai salah satu tayangan yang

memberikan hiburan kepada pemirsa khususnya kalangan remaja. Selain itu, dapat

juga dijadikan sebagai referensi mengenai teknik penulisan skenario dalam

mengimplementasikan sinematografi pada tayangan film melodrama ini.

Page 9: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

BAB IIDASAR PEMIKIRAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Massa

Menurut para ahli komunikasi, “Komunikasi massa pada dasarnya

merupakan singkatan dari komunikasi melalui media massa (mass meida

communication), yakni komunikasi melalui media massa, seperti surat kabar,

majalah, tabloid, radio, televisi atau internet”.5

Menurut John Vivian, komunikasi massa (mass communication) adalah

“proses dimana pesan sampai ke audien melalui media massa”.6

Atau secara sederhana dapat pula dikatakan bahwa “komunikasi massa

adalah suatu bentuk komunikasi yang menggunakan media massa, baik itu media

cetak maupun media elektronik dalam menyampaikan pesan-pesan tertentu

kepada khalayak atau masyarakat luas yang tersebar di seluruh penjuru dunia”.7

2.1.2 Media Massa

5 Elvinario, Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Komunikasi Massa, Simbiosa Rekatana Media, Bandung, 2005, Hlm. 76 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Kencana, Jakarta, 2008, Hlm. 4537 Nawiroh Vera, Pengantar Komunikasi Massa, Renata Pratama Media, Jakarta, 2008, Hlm. 7

5

Page 10: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

6

2.1.2.1 Pengertian Media Massa

Bicara mengenai komunikasi massa, berarti tidak terlepas juga dengan

institusi yang disebut dengan media massa. Secara umum media massa dimengerti

sebagai sumber berita dan hiburan. Media massa juga memuat banyak pesan-

pesan penting, serta pesan-pesan yang bersifat persuasif untuk membawa

audiennya kepada pemahaman dan opini yang berbeda mengenai suatu isu.

Melihat peranan media massa yang cukup signifikan dalam proses

komunikasi massa ini, maka penulis mencoba memaparkan apa saja yang

membuat media massa menjadi alat yang paling populer dalam hubungannya

dengan komunikasi massa. Berikut adalah hal-hal yang menjadikan media sangat

penting menurut John Vivian:

1. Melalui media massa kita dapat mempelajari hamper segala sesuatu yang

kita ketahui tentang dunia ini dengan lebih dalam secara cepat dan tanpa

batas waktu. Apa yang kita lihat, rasakan, lakukan, atau alami selama ini,

menjadi suatu pelajaran lebih ketika sudah diberitakan atau ditayangkan

melalui media massa.

2. Masyarakat yang berpengatuhan dan maju baru akan tercapai di massa

demokrasi ini jika media massanya bekerja dengan baik. Salah satu

tanggung jawab media massa adalah memastikan bahwa “The public must

be well informated”.

3. Masyarakat membutuhkan media massa sebagai penyakur ide, wawasan

dan aspirasi secara lebih luas dan menyebar. Biar bagaimanapun,

Page 11: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

7

masyarakatpun, butuh eksistensi dengan menjadi partisipan dalam kinerja

media massa.

4. Pihak yang lebih berkuasa dapat memanfaatkan media massa secara lebih

fungsional untuk mempengaruhi audience dengan ideoligi atau kebijakan

yang mereka perbuat baik untuk kepentingan bersama maupun

kepentingan komersial.8

Media massa sendiri dibagi kedalam dua jenis, ada media massa periodic

dan media massa non-periodic. Non-periodic berarti media massa yang ridak

memiliki kurun waktu dan jadwal tertentu dalam kinerja penyampaian pesan,

misalnya flayer, brosur, selebaran atau spanduk yang hanya dipasang atau

disebarkan ketika suatu institusi atau lembaga tertentu hendak melaksanakan

event atau sedang melakukan kampanye khusus. Sedangkan penulis tekankan

dalam pembahasan teoritis ini adalah media massa periodic yang memiliki

kesinambungan dalam penyampaian pesannya, misalnya koran, televisi dan radio

yang memiliki kurun waktu dan jadwal tertentu dalam penyampaian informasinya.

2.1.2.2 Jenis-jenis Media Massa

Media massa, sebagai media yang menunjang komunikasi massa terbagi

atas dua jenis, yaitu media cetak dan media elektronik.8 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Kencana, Jakarta, 2008, Hlm. 451

Page 12: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

8

1. Media Elektronik

Media elektronik meruapakan media komunikasi atau media massa

yang menggunakan alat-alat elektronik (mekanis),9 media elektronik kini

terdiri dari:

a. Radio

b. Film

c. Televisi

d. Internet

2. Media Cetak

Media cetak adalah suatu media statis yang mengutamakan

fungsinya sebagai media penyampaian informasi, maka media cetak terdiri

dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau oto dalam tata warna

dan halaman putih, dengan fungsi utama untuk memberikan informasi atau

menghibur. Media cetak juga adalah suatu dokumen atas segala hal yang

dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh jurnalis

dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, dan sebagainya.10

2.1.3 Film

2.1.3.1 Pengertian Film

9 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Hlm. 410 Ardianto dan Elvinaro, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2009, Hlm. 99

Page 13: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

9

Film adalah salah satu media komunikasi massa yang merupakan suatu

kekuatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Film

dalam arti sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam pengertian

yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan. Komunikasi massa adalah

komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang sifatnya audio dan

visual dalam bentuk film.11

Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa

visual dibelahan dunia ini . Film lebih dulu menjadi media hiburan dibanding

radio siaran dan televisi. Menonton televisi menjadi aktivitas popular bagi orang

Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Film adalah industri bisnis yang

diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan

memperoleh estetika.12

Film tidak bisa dilepaskan begitu saja dari perkembangan arus budaya.

Sebagai media massa, film harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi para

penontonnya. Namun sayangnya, film-film kita yang beredar kebanyakan

mengangkat kisah-kisah yang bersifat praktis dan disajikan dalam kemasan yang

hedonis. Hal ini bersimbiosis dengan rendahnya kreatifitas masyarakat kita.

Sehingga gejala psikologis yang tampak pada mereka adalah kecenderungan

untuk berkompromi dengan fenomena yang berkembang.

Film juga berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk

menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan

11 Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2010, Hlm. 13812 Elvinaro Ardianto, Lukianti Komala dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2009, Hlm. 143

Page 14: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

10

cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada

masyarakat umum.13

Film memerlukan penanganan yang lebih bersungguh-sungguh dan

konstruksi yang lebih artifical pula (melalui manipulasi) dari pada media lain,

karena film memiliki jangkauan, realism, pengaruh emosional, dan popularitas

yang hebat dan juga film mudah dipengaruhi, maka film harus menerima banyak

campur tangan.

Film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal melalui isi

pesan yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara isi pesan itu disampaikan

muncul. Namun yang pasti, isi yang dikandungnya tidak bebas dari nilai-nilai

tertentu, seperti bias ideology atau politik dari si pembuat film kemudian disusul

televisi.14

2.1.3.2 Karakteristik Film

Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar

lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.

a. Layar yang Luas atau Lebar

13 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Erlangga, Jakarta, 1987, Hlm. 1314 Ibid, Hlm. 14

Page 15: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

11

Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan

media film adalah layarnya yang berukuran luas. Saat ini ada layar televisi

yang berukuran jumbo, yang bisa digunakan pada saat-saat khusus dan

biasanya diruangan terbuka, seperti dalam pertunjukan musik dan

sejenisnya. Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan

penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film.

b. Pengambilan Gambar

Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau

shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauk atau extreme long

shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan secara

menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan

suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik.

c. Konsentrasi Penuh

Dari pengalaman kita masing-masing, disaat kita menonton

film dibioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah

tiba, pintu-pintu ditutup, lampu dimatikan, tampak didepan kita layar luas

dengan gambar-gambar cerita film tersebut. Semua mata hanya tertuju

pada layar, sementara pikiran perasaan kita tertuju pada alur cerita dimana

hal itu akan mempengaruhi emosi khalayak yang menontonnya.

d. Identifikasi Psikologis

Kita semua dapat merasakan bahwa suasana digedung bioskop

telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan.

Karena penghayatan kita yang amat mendalam, seringkali secara tidak

Page 16: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

12

sadar kita menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi kita dengan salah

seorang pemeran dalam film itu, sehingga seolah-olah kita lah yang

sedang berperan. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai

identifikasi psikologis.15

2.1.3.3 Fungsi Film

Fungsi film adalah sebagai salah satu nilai yang dapat memuaskan

kebutuhan kita sebagai hiburan, pendidikan, dan penerangan bagi manusia.

Khususnya sebagai pemenuhan kebutuhan psikologi dan spiritual dalam

kehidupan. Kumpulan gambar yang artistik dan bercerita sering menghibur

melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh sebuah film.

Beda fisik teater dan film adalah bahwa pertunjukan teater itu hidup (live)

dan film adalah citra (image). Tapi beda yang paling mendasar adalah bahwa

pertunjukan teater mengutamakan informasinya pada dialog pemain, sedangkan

film pada informasi visual.16

2.1.3.4 Jenis-jenis Film

a. Film Dokumenter (Documentary Film)

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama

karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues)

15 Elvinaro Ardianto, Lukianti Komala dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosis Rekataka Media, Bandung, 2009, Hlm. 145-14816 Biran dan Misbach Yusa, Teknik Menulis Skenario Film Cerita, Pustaka Jaya, Jakarta, 2007, Hlm. 45

Page 17: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

13

yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Film dokumenter menyajikan realita

melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun

harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan

penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau

kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal

senyata mungkin. Seiring dengan perjalannya waktu, muncul berbagai

aliran dari film dokumenter misalnya dokudrama (docudrama). Dalam

docudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar

dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara

kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tidak berbeda

jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan.

b. Film Cerita Pendek (Short Film)

Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Dibanyak

negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga

Indonesia, film pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu

loncatan bagi seseorang atau kelompok orang yang kemudian

memproduksi film panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para

mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film

dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada

juga yang memang mengkhususkan diri memproduksi film pendek,

umumnya hasil produksi film dipasok kerumah-rumah produksi atau

saluran televisi.

c. Film Cerita Panjang (Feature-Length Film)

Page 18: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

14

Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100

menit. Film yang diputar dibioskop umumnya termasuk kelompok ini.

Beberapa film misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih dari

120 menit, dan bahkan film India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.17

2.1.4 Genre Film

2.1.4.1 Pengertian Genre Film

Istilah genre berasal dari bahasa Perancis yang bermakna “bentuk” atau

“tipe”. Kata genre sendiri mengacu pada istilah Biologi yakni, genius, sebuah

klasifikasi flora dan fauna yang ditingkatannya berada diatas spesies dan dibawah

family. Genius mengelompokkan beberapa spesies yang memiliki kesamaan ciri-

ciri fisik tertentu. Dalam film, genre dapat diklasifikasikan dari sekelompok film

yang memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti setting, isi dan subjek cerita,

tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta

karakter. Klasifikasi tersebut menghasilkan genre-genre popular seperti aksi,

petualangan, drama, komedi, horror, western, thriller, film noir, roman, dan

sebagainya.

Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah film.

Genre juga membantu kita memilah film-film tersebut sesuai dengan

spesifikasinya. Dalam industri film sendiri sering menggunakan sebagai strategi

17 Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser, Erlangga, Jakarta, 2009, Hlm.3-4

Page 19: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

15

marketing. Selain untuk klasifikasi, genre juga dapat berfungsi sebagai antisipasi

penonton terhadap film yang akan ditonton.18

Sebenarnya tidak ada patokan baku tentang penggolongan dan kriteria-

kriteria genre film. Kalaupun ada, penggolongan ini tidaklah bersifat kaku atau

statis, tetapi selalu berubah. Bahkan dapat dikatakan bahwa genre film dalam

beberapa hal tergantung penonton. Karena penonton selalu berubah kriteria genre

pun berubah. Asumsi tersebut berdasarkan pada kenyataan bahwa tidak ada satu

kesepakatan pun tentang definisi genre sehingga kita sering menggunakan secara

longgar, dan tidak ada kesepakatan diantara para kritikus tentang batasan-batasan

dari masing-masing genre film.

Sebuah genre film sering terdiri lebih dari satu genre karena banyak film

yang menggabungkan elemen-elemen yang biasa terdapat dalam beberapa genre,

atau film tersebut merupakan gabungan dari beberapa genre sehingga tidak

memiliki genre tersendiri. Oleh karena itu, satu genre dapat saja tumpang tindih

dengan genre yang lain, apalagi bila cerita dalam sebuah film memadukan

bermacam format yang berbeda.

Jumlah genre film secara keseluruhan lebih dari tiga ratus genre. Bahkan

Daniel Lopez dalam bukunya Film by Genre (1993) yang dikutip oleh Ida

Rochani Adi mencatat sebanyak 775 kategori atau genre.19

Masing-masing genre tersebut memiliki karakteristik serta pola dasar yang

berbeda-beda.20

18 Himawan Pratista, Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, Hlm. 1019 Ida Rochani Adi, Mitos di Balik Film Laga Amerika, Gajah Mada University Press, Yogyakarta,2008, Hlm. 6220 Himawan Pratista, Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, Hlm. 13

Page 20: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

16

2.1.4.2 Genre Film Induk Primer

Genre film induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan

popular sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an.

a. Aksi

Film aksi berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru,

menegangkan, berbahaya, nonstop dengan tempo cerita yang cepat. Film-

film aksi umumnya berisi adegan kejar-mengejar, perkelahian, tembak-

menembak, balapan, berpacu dengan waktu, ledakan, serta aksi-aksi fisik

lainnya.

b. Drama

Film drama bisa jadi merupakan genre yang paling banyak

diproduksi karena jangkauan ceritanya yang sangat luas. Film-film drama

umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting, karakter, serta

suasana yang memotret kehidupan nyata. Konflik bisa dipicu oleh

lingkungan, diri sendiri, maupun alam.

c. Epik Sejarah

Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah)

dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi

mitos, legenda atau kisah biblikal.

Page 21: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

17

d. Fantasi

Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter

yang tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis,

mitos,negeri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi.

e. Fiksi Ilmiah

Film fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan, perjalanan

angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, invasi, atau

kehancuran bumi. Fiksi ilmiah sering kali berhubungan dengan

teknologi serta kekuatan yang berada diluar jangkauan teknologi masa

kini.

f. Horror

Film horror memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut,

kejutan, serta terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horror

umumnya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan

kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supranatural

atau sisi gelap manusia.

g. Komedi

Komedi boleh jadi merupakan genre yang paling popular diantara

semua genre lainnya sejak era silam. Komedi adalah jenis film yang tujuan

utamanya memancing tawa penontonnya. Film komedi biasanya berupa

drama ringan yang melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa, hingga

karakternya.

h. Kriminal dan Gangster

Page 22: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

18

Film kriminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi

kriminal seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian,

pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah

tanah yang bekerja diluar sistem hukum. Sering kali genre ini mengambil

kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang diinspirasikan dari kisah nyata.

i. Musikal

Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur music, lagu,

tari (dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya

mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita.

j. Petualangan

Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau

ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum pernah tersentuh.

Film-film petualangan selalu menyajikan panorama alam eksotis seperti

hutan rimba, pegunungan, savanna, gurun pasir, lautan, serta pulau

terpencil.

k. Perang

Genre perang mengangkat tema kengerian serta terror yang

ditimbulkan oleh aksi perang. Film-film perang umumnya menampilkan

adegan pertempuran seru di darat, laut, maupun udara.

l. Western

Western adalah sebuah genre orisinil milik Amerika. Tidak seperti

genre- genre sebelumnya westren memiliki beberapa ciri karakter tema

serta fisik yang sangat spesifik. Setting sering kali menampilkan kota

Page 23: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

19

kecil, bar, padang gersang, sungai, rel kereta api, pohon kaktus,

peternakan, serta perkampungan suku Indian. Western memiliki karakter

yang khas seperti koboi, Indian, kavaleri, sheriff dan lain-lain.

2.1.5 Drama

2.1.5.1 Pengertian Drama

Kata drama berasal dari kata Greek (bahasa Yunani) ‘draien’, yang

diturunkan dari kata draomai yang semula berarti berbuat, berlaku, bertindak,

beraksi (to do, to act). Dalam perkembangan selanjutnya, kata ‘drama’

mengandung arti kejadian, risalah, dan karangan. Ada beberapa pengertian yang

dirumuskan oleh banyak ahli di bidang drama. Menurut Moulton yang dikutip

oleh Satoto, drama adalah kehidupan yang ditampilkan dalam gerak (life

presented in action).21 Jika dalam sastra jenis prosa menggerakkan fantasi kita,

maka dalam jenis drama kita melihat kehidupan manusia diekspresikan secara

langsung di muka kita sendiri. Drama adalah kualitet komunikasi, situasi, action,

yang menimbulkan perhatian, kehebatan, ketegangan pada pendengar atau

penonton.22

Harymawan RMA yang dikutip oleh Satoto, drama adalah cerita konflik

manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas, yang

menggunakan bentuk cakapan dan gerak atau penokohan di hadapan para

21 Soediro Satoto, Analisis Drama dan Teater Bagian 1, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2012, Hlm. 322 Ahmad Badrun, Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra), Usaha Nasional, Surabaya, 1983, Hlm. 24

Page 24: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

20

penonton.23 Dalam bahasa perancis drama disebut drame yang artinya lakon

serius.24 Lakon serius yang dimaksud, tidak berarti drama melarang adanya

humor. Serius dalam hal ini cenderung merujuk pada aspek penggarapan. Drama

perlu garapan yang matang. Drama adalah seni cerita dalam percakapan dan tokoh

akting. Dalam drama harus ada akting dan lakon.

Drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan

kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan

dialog. Lakuan dan dialog dalam drama tidak jauh berbeda dengan lakuan serta

dialog yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Drama merupakan penciptaan

kembali kehidupan nyata atau jika menurut Aristoteles adalah peniruan gerak

yang memanfaatkan unsur-unsur aktivitas nyata. Drama pada umumnya

dimaksudkan untuk memenuhi pengertian yang wajar, yaitu sesuatu yang harus

diinterpretasikan oleh para aktor. Bentuk drama lain daripada bentuk prosa yang

sudah disebutkan dahulu. Drama mempergunakan kalimat-kalimat langsung

sehingga apabila cerita itu akan dipentaskan, masing- masing pemegang peran

hanya tinggal menghafalkan kalimat-kalimat yang menjadi bagiannya untuk

diucapkan.25

Sebuah drama dibagi-bagi atas bagian yang disebut babak dan babak

dibagi pula atas adegan. Ada drama yang terdiri hanya atas satu babak, tetapi ada

pula yang lebih. Percakapan antara dua orang pelaku disebut dialog. Kata

pendahuluan yang biasanya diucapkan pada pembukaan untuk membangkitkan 23 Soediro Satoto, loc.it24 Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama, CAPS, Yogyakarta, 2011, Hlm. 1125 E. Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, Penerbit Yrama Widya, Bandung, 2012, Hlm. 132

Page 25: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

21

minat penonton terhadap apa yang akan dipertunjukan nanti disebut prolog, dan

kata penutup untuk mencamkan dan yang mengikhtisarkan sari pelajaran yang

terdapat dalam pertunjukan tadi disebut epilog. Drama atau sandirwara adalah

seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan

laku jasmani, dan ucapan kata-kata.26

Mempelajari naskah drama dapat dilakukan dengan cara mempelajari

dengan seksama kata-kata, ungkapan, kalimat atau pernyataan tertentu yang

dipergunakan oleh pengarang dalam naskah drama yang ditulisnya. Memang

penonton mungkin tidak pernah membaca sendiri dialog dalam naskah. Mereka

mendengarkan dialog diucapkan oleh aktor di panggung. Menurut Waluyo yang

dikutip oleh Didipu, drama sebagai salah satu genre (seni) sastra yang disejajarkan

dengan puisi dan prosa disebut drama naskah, sedangkan drama sebagai kesenian

mandiri, yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik,

tata lampu, seni lukis, seni kostum, seni rias, dan sebagainya disebut drama

pentas.27

Berdasarkan beberapa teori tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa drama

adalah sebuah lakon atau cerita berupa kisah kehidupan dalam dialog dan lakuan

tokoh berisi konflik manusia. Drama sebagai karya sastra dapat dibedakan

menurut dua penggolongan mendasar yaitu drama sebagai sastra lisan dan drama

sebagai karya tulis. Sebagai sastra lisan drama adalah teater, sedang drama

sebagai karya tulis adalah peranan naskah terhadap komunikasi drama itu sendiri.

26 J. S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar I, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1983, Hlm. 5427 Herman Didipu, Berkenalan dengan Sastra. Dapur Buku, Jakarta, 2012, Hlm. 101

Page 26: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

22

2.1.5.2 Unsur-unsur Drama

a. Tema

Tema merupakan sumber gagasan atau ide cerita yang

dikembangkan menjadi sebuah karangan yang digunakan pengarang dalam

menyusun cerita. Untuk bisa menentukan tema, seseorang perlu

mengetahui minimal tiga unsur cerita, yaitu rangkaian cerita, setting, dan

tokoh-tokoh yang mendukung cerita bersama karakternya.28

b. Plot

Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, sebuah cerita drama pun

harus bergerak dari satu permulaan (beginning) melalui suatu pertengahan

(middle) menuju suatu akhir (ending). Dalam drama, bagian-bagian ini

dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi (denouement).29

1) Eksposisi suatu lakon atau cerita yang menentukan aksi dalam waktu

dan tempat; memperkenalkan tokoh, menyatakan situasi suatu cerita;

mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama

cerita tersebut, dan adakalanya membayangkan resolusi yang akan

dibuat dalam cerita itu.

28 Soediro Satoto, Analisis Drama dan Teater Bagian 1, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2012, Hlm. 3929 E. Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, Penerbit Yrama Widya, Bandung, 2012, Hlm. 135

Page 27: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

23

2) Komplikasi bertugas mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau

pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan

tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan

untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini. Pengarang dapat

mempergunakan teknik flash-back atau sorot balik untuk

memperkenalkan penonton dengan masa lalu sang pahlawan,

menjelaskan suatu situasi atau untuk memberikan motivasi bagi aksi-

aksinya.

3) Resolusi hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah

mendahuluinya didalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan

komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks (turning point).

Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang

tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada

sesuai tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.

c. Penokohan (Karakterisasi atau Perwatakan)

Karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama,

karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita seperti

ketika ada orang yang bertanya; “Berapa karakter yang ada dalam cerita

itu?”. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari

berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-

individu.30

Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai berikut:30 E. Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, Penerbit Yrama Widya, Bandung, 2012, Hlm. 41

Page 28: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

24

1) Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil). Tokoh ini mempunyai

pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran

tokoh ini berfungsi untuk menegaskan tokoh lain itu.

2) Tokoh idaman (the type character). Tokoh ini berperan

sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah,

berkeadilan, atau terpuji.

3) Tokoh statis (the static character). Tokoh ini memiliki peran

yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga

akhir cerita.

4) Tokoh yang berkembang. Tokoh ini mengalami perkembangan

selama cerita itu berlangsung. Misalnya tokoh yang awal

ceritanya sangat setia, secara cepat berkembang dan berubah

menjadi tidak setia, menjadi orang yang berkhianat pada akhir

cerita.

d. Dialog

Ciri khas drama adalah naskah tersebut berupa dialog. Dalam

menyusun dialog, pengarang harus memperhatikan pembicaraan tokoh.

Ragam bahasa dalam dialog tokoh drama adalah bahasa lisan yang

komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis maka diksi hendaknya dipilih

sesuai dengan dramatic-actiondari plot yang ada.31

Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan.

31 E. Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, Penerbit Yrama Widya, Bandung, 2012, Hlm. 136

Page 29: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

25

1) Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah

dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum

cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu

berlangsung dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran

serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.

2) Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada

ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja,

para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu

disampaikan secara wajar dan ilmiah.

e. Latar

Istilah latar (setting) dalam arti yang lengkap meliputi aspek ruang

dan waktu kejadiannya peristiwa. Bagian dari teks dan hubungan yang

mendasari suatu lakuan (action) terhadap keadaan sekeliling. Latar adalah

keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu didalam naskah drama.32

1) Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah

drama.

2) Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah

drama.

32 E. Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, Penerbit Yrama Widya, Bandung, 2012, Hlm. 136

Page 30: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

26

3) Latar suasana atau budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun

budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam

drama misalnya dalam budaya masyarakat betawi, melayu, sunda.

f. Amanat

Pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui

tokoh dan konflik dalam suatu cerita. Hal mendasar yang membedakan

antara karya sastra puisi, prosa, dan drama adalah pada bagian dialog.

Dialog adalah komunikasi antar tokoh yang dapat dilihat (bila dalam

naskah drama) dan didengar langsung oleh penonton, apabila dalam

bentuk drama pementasan. 33

2.1.5.3 Jenis-jenis Drama

2.1.5.3.1 Jenis Drama Ditinjau dari Bentuk Penampilan

a. Drama Komedi

Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan di

dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya

berakhir dengan kebahagiaan. Drama ini bersifat humor dan

pengarangnya berharap akan menimbulkan kelucuan atau tawa riang.

Drama komedi ditampilkan tokoh yang tolol, konyol, sedikit porno,

gagap, atau tokoh bijaksana tetapi lucu. Komedi sering menampilkan

alur yang latah. Jalan cerita menjadi kacau atau sengaja dilanggar.34

33 Soediro Satoto, Analisis Drama dan Teater Bagian 1, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2012, Hlm. 4034 Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama, CAPS, Yogyakarta, 2011, Hlm. 125

Page 31: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

27

b. Pantomim

Pantomim adalah drama gerak. Dalam pantomim diutamakan

adalah kelucuan. Biarpun ada ajaran di dalamnya, namun disampaikan

dengan gerak- gerak humor. Pantomim adalah drama komedi yang

mengutamakan permainan ragawi. Biarpun drama pantomim itu hanya

berupa gerak fisik, ternyata sering memukau penonton.35

c. Drama Tragedi dan Drama Duka

Dalam tragedi, tokohnya adalah tragichero artinya pahlawan

yang mengalami nasib tragis. Dalam sejarah drama, kita mengenal

drama-drama Yunani yang bersifat duka. Diceritakan pertentangan

antara tokoh protagonis dengan kekuatan yang luar biasa yang

berakhir dengan kematian tokoh protagonis itu.

Drama duka adalah drama yang pada akhir cerita tokohnya

mengalami kedukaan contoh Romeo-Juliet, Machbeth, Hamlet, Roro

Mendut. Drama tragedi juga dapat dibatasi sebagai drama duka yang

berupa dialog bersajak yang menceritakan tokoh utama yang menemui

kehancuran karena kelemahannya sendiri, seperti angkuh dan sifat

iri hati.36

d. Melodrama

Melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan

tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan. Tokoh

35 Ibid, Hlm. 12836 Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama, CAPS, Yogyakarta, 2011, Hlm. 132

Page 32: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

28

dalam melodrama adalah tokoh yang tidak ternama (bukan tokoh

agung seperti dalam tragedi). Melodrama merupakan pengembangan

dari genre drama yang sering diistilahkan opera sabun atau film

“cengeng” (menguras air mata). Melodrama menggunakan cerita yang

mampu menggugah emosi penontonnya serta mendalam dengan

dukungan unsur “melodi” (ilustrasi musik).

e. Drama Eksperimental

Penanaman drama eksperimental disebabkan oleh kenyataan

bahwa drama tersebut merupakan hasil eksperimen pengarangnya dan

belum memasyarakat. Biasanya drama jenis ini adalah drama

nonkonvensional yang menyimpang dari kaidah-kaidah umum

struktur lakon, baik dalam struktur tematik maupun dalam hal struktur

kebahasaan.37

2.1.5.3.2 Jenis Drama Ditinjau dari Aspek Konteks dan Tempat Pentas

a. Drama Pendidikan

Istilah drama pendidikan disebut juga drama ajaran atau

drama didaktis. Pada abad pertengahan, lakon menunjukkan pelaku-

pelaku yang dipergunakan untuk melambangkan kebaikan atau

keburukan, kematian, kegembiraan, persahabatan, permusuhan, dan

sebagainya. Pelaku-pelaku drama dijadikan cermin bagi penonton

dengan maksud untuk mendidikan.

37 Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama, CAPS, Yogyakarta, 2011, Hlm. 136

Page 33: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

29

b. Closed Drama

Drama jenis ini hanya indah untuk dibaca. Para sastrawan

yang tidak berpengalaman mementaskan drama biasanya menulis

closed drama yang tidak mempunyai kemungkinan pentas atau

kemungkinan pentasnya kecil. Para penulis drama biasanya menulis

drama yang tidak hanya memperhatikan struktur atau keindahan

bahasa, akan tetapi yang terpenting adalah kemungkinannya untuk

dipentaskan.

c. Drama Teatrikal

Menurut kodratnya seharusnya semua naskah drama dapat

dipentaskan. Akan tetapi dalam closed drama, kemungkinan

untuk dipentaskan itu kecil karena struktur lakon dan cakapannya

yang tidak mendukung pementasan. Dalam drama teatrikal mungkin

nilai literernya tidak tinggi, tetapi kemungkinan untuk dapat

dipentaskan sangat tinggi. Drama teatrikal memang menciptakan

untuk dipentaskan.38

2.1.6 Penulis Skenario

Naskah film atau skenario yang disebut juga script diibaratkan sebagai

kerangka manusia. Dimana Penulis Skenario (Script Writer) adalah orang yang

38 Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama, CAPS, Yogyakarta, 2011, Hlm. 139-140

Page 34: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

30

mempunyai keahlian dalam membuat film dalam bentuk tertulis atau pekerja

kreatif yang mampu mengembangkan sebuah ide menjadi cerita tertulis yang

selanjutnya divisualisasikan.

Penulis Skenario memiliki tugas penting yang harus dikerjakan:

a. Membangun cerita melalui jalan cerita yang baik dan logis.

b. Menjabarkan ide atau gagasan melalui jalan cerita dan bahasa.

c. Harus mampu menyampaikan maksud atau pesan tayangan audio

visual tersebut.

d. Membangun emosi melalui bahasa dan kalimat pada sebuah adegan

tanpa harus memvisualisasikan kekerasan yang tidak mendidik

(film/sinetron).

e. Menyajikan cerita yang yang tidak habis saat selesai ditonton,

namun harus berkesan di mata penonton atau membekaskan sesuatu

yang berarti di dalam di hati penontonnya.39

Seorang Penulis Skenario harus bisa bekerja sama dalam tim produksi.

Produser akan memilih Penulis Skenario yang cerdas dan mampu berkompromi

dengan tim produksinya. Sehingga sebagai seorang Penulis Skenario dituntut

bekerja keras dan mampu melihat secara jeli setiap kata, bahasa, kalimat yang

akan disusun menjadi rangkaian naskah.

Setiap divisi sangat penting peranannya serta harus mampu bekerja sesuai

dengan job description. Walau masing-masing tidak dapat dipisahkan. Posisi

39 Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, Jakarta, Grasindo, 2004, Hlm. 14-15

Page 35: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

31

kerabat kerja tidak dapat dipisahkan mana yang paling penting, demikian pula

Penulis Skenario dalam program acara televisi yang selalu terlibat dalam proses

kreatif dari pra hingga pasca produksi baik bentuk drama maupun non drama

dengan lokasi di studio (indoor) maupun alam (out door) dan menggunakan

sistem produksi single maupun multi kamera.

Penulis Skenario yang baik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan

semua yang telah ditulisnya. Berikut 3 macam pekerjaan yang dilakukan:

a. Mencatat seluruh informasi yang terkumpul selama riset. Mungkin ini

merupakan fakta-fakta yang diperoleh dari bacaan atau keterangan yang

didapat lewat telepon. Namun biasanya sebagian besar informasi diperoleh

dari pembicaraan langsung.

b. Semua data yang diperoleh tersebut dipergunakan untuk mengarang

shooting script. Shooting script adalah rencana kerja untuk produksi.

Idealnya di dalam shooting script sudah tercatat semua shot yang pada

tahap kemudian akan diambil dengan kamera.

c. Membuat komentar dan komentar itu biasanya dicantumkan disamping

cerita bergambar.

Dalam proses penulisan naskah, juga terdapat kriteria-kriteria penting bagi

seorang penulis skenario:

a. Ketajaman dan kepekaan penulis dalam mengurai suatu kejadian nyata di

dalam masyarakat dan mendudukan pada proporsi yang tepat.

Page 36: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

32

b. Penulis harus mampu menilai mitos yang dianggap kenyataan dan

kenyataan yang dipalsukan, sehingga ia mampu menampilkan kenyataan

yang sesungguhnya.

Apabila syarat diatas telah terpenuhi maka hasil akhir dari sebuah produksi

dapat dipertanggungjawabkan.40

2.1.7 Skenario

Produksi sebuah program video dan televisi selalu dimulai dari ide

atau gagasan yang kemudian dituangkan kedalam sebuah skenario atau script.

Skenario merupakan sebuah landasan yang diperlukan untuk membuat sebuah

program video dan televisi apapun bentuknya. Penulisan sebuah skenario program

video dan televisi yang didasarkan pada sebuah ide biasanya mempunyai tujuan

spesifik yaitu:

a. Memberi informasi (to inform)

b. Memberi inspirasi (to inspire)

c. Menghibur (to entertain)

d. Propaganda

Sebuah skenario mempunyai peran sentral dalam produksi sebuah

program video dan televisi. Fungsi skenario dalam produksi program video dan

40 Jos Van Der Valk, Mengarang Naskah Video, terjemahan oleh Roesdi S.J, Kanisius, Jakarta, 1992, Hlm. 7

Page 37: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

33

televisi adalah sebagai konsep dasar (basic concept), arah (direction), acuan

(reference).

Bentuk skenario juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kelengkapan

informasi yang terdapat didalamnya yaitu:

a. Kerangka naskah (Rundown script)

b. Semi naskah (Semi script)

c. Naskah penuh (Full script)

Rundown script adalah naskah yang berisi hanya garis besar (outline) dari

informasi yang akan disampaikan kepada pemirsa. Sebuah rundown script pada

umumnya memerlukan improvisasi dari presenter atau ahli (expert) yang akan

muncul didalam program. Semi script adalah naskah yang sudah lebih rinci dari

pada rundown script. Sedangkan full script adalah naskah yang berisi informasi

lengkap dan rinci tentang program yamg akan diproduksi. Dalam sebuah full

script terdapat informasi yang rinci tentang pelaku, adegan. setting dan

property.41

2.1.8 Penulisan Skenario

Penulisan skenario adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang

script writer secara bertahap, bermula dari ide, kemudian dikembangkan menjadi

41 D.V Swain dan J.R Swain, Film Scriptwriting: A Practical Manual, Focal Press, Boston, 1988, Hlm. 7

Page 38: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

34

sebuah naskah akhir untuk divisualisasikan oleh sutradara. Script Writer dalam

penulisan skenario sebuah program video terdiri dari serangkaian kegiatan yaitu:42

Langkah-langkah penulisan skenario dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Ide sebuah cerita yang akan dibuat menjadi program video dan

televisi dapat diambil dari cerita yang sesungguhnya (true story) atau non

fiksi dan rekaan atau fiksi. Banyak sumber ide yang dapat dijadikan

inspirasi untuk menulis sebuah script video dan televisi. Misalnya,

novel, cerita nyata, dan lain-lain. Ide bisa didapat dari seorang

Sutradara dan selanjutnya tugas Script Writer untuk mengembangkan ide

tersebut.

b. Berdasarkan ide atau gagasan tersebut produser menunjuk Script

Writer untuk mengembangkan karyanya menjadi suatu cerita. Ide yang

masih bersifat umum ini kemudian dikongkritkan menjadi suatu tema yang

42 Ibid, Hlm. 8

Merumuskan Ide

Tema

Riset

Naskah Outline

Penulisan Sinopsis

Penulisan Treatment

Penulisan Naskah

Review Naskah

Finalisasi Naskah

Page 39: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

35

dipilih. Tujuan dibuatnya tema adalah untuk membatasi topik dan untuk

menentukan kelompok sasaran . Tema itu sendiri mengandung arti sesuatu

yang bebas untuk dibahas dan diulas. Tema merupakan sesuatu yang

masih terbuka dan bukan bukan suatu formulasi siap pakai.

c. Riset sangat diperlukan setelah menemukan sebuah ide yang akan dibuat

menjadi sebuah program audio visual. Riset dalam konteks ini adalah

suatu upaya mempelajari dan mengumpulkan informasi yang terkait

dengan naskah yang akan ditulis. Sumber informasi dapat berupa buku,

literature, koran atau bahan publikasi lain dan orang atau narasumber yang

dapat memberi informasi yang akurat tentang isi atau substansi yang akan

ditulis.

d. Setelah memahami hasil riset atau informasi yang terkumpul, anda dapat

membuat kerangka atau outline dari informasi yang akan dituangkan

menjadi sebuah script. Outline pada umumnya berisi garis besar

informasi yang akan ditulis menjadi sebuah script.

e. Langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis atau deskripsi singkat

mengenai program. Sinopsis dan outline akan membantu memfokuskan

perhatian pada pengembangan ide yang telah dipilih sebelumnya.

Penulisan sinopsis harus jelas sehingga dapat memberi gambaran tentang

isi program video atau televisi yang akan dibuat.

f. Script Writer harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan treatment

menjadi sebuah naskah. Treatment yang ditulis dengan baik merupakan

fondasi yang kokoh yang diperlukan untuk menulis sebuah naskah. Sebuah

Page 40: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

36

treatment berisi deskripsi yang jelas tentang lokasi, waktu, pemain,

adegan, shot-shot penting dan property yang akan direkam ke dalam

program video. Treatment merupakan pengembangan jalan cerita dari

sebuah sinopsis.

g. Treatment menjadi acuan untuk penulisan sebuah naskah. Naskah adalah

alur cerita yang sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog dalam sebuah

tayangan audio visual, telah matang dan siap digarap dalam bentuk visual.

h. Review Naskah merupakan langkah dimana penulisan naskah diteliti

kembali oleh Script Writer itu sendiri bersama produser dan sutradara.

Hal-hal yang sekiranya belum sempurna, naskah dapat direvisi kembali

pada tahap ini.

i. Finalisasi naskah merupakan langkah akhir sebelum naskah

divisualisasikan oleh sutradara bersama tim produksi. Naskah final

merupakan hasil revisi terhadap masukan-masukan yang diberikan oleh

Sutradara maupun Produser. Jadi dalam finalisasi naskah ini, naskah

sudah benar-benar matang, sudah mendapatkan persetujuan dari tim

produksi dan sudah siap untuk divisualisasikan. Hal yang perlu

diperhatikan dalam pembuatan naskah yaitu agar jangan sampai naskah

menjadi tempat segala hal kegiatan produksi bergantung. Perhatikan juga

kondisi lapangan saat produksi sehingga naskah tidak akan mematikan

kreativitas sutradara dan kerabat kerja produksi.43

43 D.V Swain dan J.R Swain, Film Scriptwriting: A Practical Manual, Focal Press, Boston, 1988, Hlm. 9

Page 41: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

BAB IIIKONSEP RANCANGAN

3.1 Tujuan Komunikasi

Keberadaan film di tengah kehidupan masyarakat memberikan beberapa

nilai fungsi tertentu. Film dibuat dengan latar belakang produksi yang sangat

rumit. Dari proses pra-produksi sampai hingga pasca produksi melibatkan banyak

orang dengan fungsi yang berbeda. Film dikonsep sedemikian rupa, dengan

pemilihan pemain, lokasi, kostum, musik dan unsur lainnya. Di samping mencapai

suatu nilai profit bisnis, film juga berfungsi untuk mentransmisikan suatu pesan

dari si pembuat film kepada khalayak luas dengan cara menyisipkan suatu nilai

edukasi dan motivasi. Dengan fungsi mentransmisikan pesan, menempatkan film

dalam sebuah proses komunikasi. Salah satu bentuk komunikasi yang

mentransmisikan pesan kepada khalayak dalam jumlah yang luas pada saat yang

bersamaan disebut dengan komunikasi massa. Dalam bentuk komunikasi ini tidak

ada kontak langsung antara si pengirim dan penerima pesan. Pesan akan

disampaikan melalui beberapa media seperti televisi, radio, majalah, surat kabar,

dan lainnya termasuk film.

Film dalam bentuk komunikasi massa mengacu pada model komunikasi

linear. Artinya bahwa film ada dalam proses komunikasi yang sifatnya searah.

Bagaimana model komunikasi ini berjalan? Sender, dalam hal ini adalah si

pembuat film, akan mengirimkan pesan melalui channel, yaitu film itu sendiri.

37

Page 42: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

38

Pesan berisi tentang ide cerita yang disampaikan dalam film. Pesan akan ditujukan

kepada receiver, yaitu penonton film. Noise atau pun gangguan akan

mempengaruhi proses transmisi pesan, misalnya kondisi tempat pertunjukan yang

kurang nyaman, sikap audien saat menonton film, gangguan teknis saat menonton

film dan hal lainnya. Penyampaian pesan melalui film juga sangat dipengaruhi

oleh pengalaman dan referensi si penonton saat mengintrepretasikan film. Film

memiliki kemampuan untuk mengantarkan pesan secara unik. Tiap konsep film

akan sesuai dengan konsep pesan yang akan disampaikan. Untuk itu setiap

pembuat film berkewajiban membuat konsep film yang sesuai aturan dan layak

dikonsumsi masyarakat. Film seharusnya bisa menjadi media komunikasi yang

memberikan fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya, ekonomi,

selain juga memberikan fungsi hiburan kepada masyarakat. Dalam kaitannya

dengan teknologi, film dengan segala teknologi di dalamnya mempengaruhi

masyarakat dalam mengkonsumsi pesan.

Konsep McLuhan menyebutkan bahwa teknologi dapat mengekstensi

kemampuan manusia. Dilihat dari proses produksinya, teknologi pembuatan film

dapat mengektensi kemampuan si pembuat film untuk membuat film dengan detil

ruang dan waktu tertentu, yang jelas berbeda dengan kondisi asli saat film dibuat.

Dari sisi penonton, dengan adanya teknologi, penonton dapat menikmati suasana

dengan nuansa tahun tertentu, di negara tertentu melalui pertunjukan film.

Teknologi digital juga memudahkan penonton untuk mengakses semua jenis film

produksi negara mana pun tanpa harus pergi langsung ke negara tersebut.

Page 43: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

39

McLuhan juga memberikan konsep medium is the message. Diartikan bahwa

teknologi yang menjadi media pembawa pesan.44

Dalam hal ini teknologi film yang membawa pesan, yaitu isi dari film itu

sendiri. Pesan dikemas dengan audio dan visual, film mampu bercerita banyak hal

dalam waktu yang singkat. Selanjutnya, mengenai media untuk mengakses film,

berkaitan dengan teknologinya, masyarakat mempunyai keleluasaan dalam

memilih teknologi media mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya,

beberapa orang lebih memilih menonton di bioskop daripada menonton film

melalui DVD atau internet. Ada juga masyarakat yang saat ini lebih memilih

menggunakan telepon genggam untuk menonton film. Dalam teori technology

determinsm memberikan pandangan bahwa teknologi memberikan pengaruh

terhadap masyarakat dalam proses mengkonsumsi film.45

3.2 Strategi Komunikasi

Media komunikasi visual, merupakan media yang tepat dan efektif dalam

menyampaikan sebuah informasi. Keberhasilan sebuah media sebagai alat

penyampaian informasi sangat dipengaruhi oleh komunikasi sebagai unsur

penting didalamnya. Dalam media ini terdapat suatu bentuk komunikasi yang

berfungsi untuk serta memberi informasi sehingga audien terpengaruh hingga

melakukan tindakan.

44 M. McLuhan, Understanding Media: The Extensions of Man, NJ: New American Library, Bergen Field, 196445 J. Straubhaar, R. LaRose, dan R. Davenport, Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, Seventh Edition, Thomson-Wadsworth, 2011

Page 44: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

40

Penyampaian komunikasi dalam film ini lebih menitik-beratkan pada

pemakain narasi, latar musik dan dikombinasikan dengan gambar-gambar

pendukung agar dapat memudahkan audien mencerna pesan dan memahami isi

film. Keunggulan yang didapat dari narasi, yaitu dapat menyampaikan informasi

abstrak yang sulit digambarkan melalui shot gambar serta dapat memperjelas

peristiwa melalui rangkaian cerita.

Penceritaan melalui narasi akan membuat audien membayangkan suatu

rangkaian cerita mengenai apa yang terjadi dan audien dapat menangkap isi pesan

dengan mudah jika perangkaian cerita melalui narasi tersebut dapat dikemas

dengan jelas. Nantinya film juga akan menggunakan subtitle teks berbahasa

Inggris, agar maksud dan tujuan yang disampaikan dapat dimengerti semua

kalangan pemirsa di luar Indonesia.

Sedangkan secara tampilan visual yang akan diperlihatkan mengacu pada

kejelasan penyampain informasi realita yang mempunyai kesan sederhana, tegas,

minimalis dan berisi sebagaimana umumnya sebuah film melodrama. Lalu akan

ditambahkan dengan efek-efek visual sederhana yang mendukung kekuatan

sebuah film melodrama dan memakai sudut dan teknik pengambilan gambar yang

menarik dan nyaman untuk dilihat. Visual diarahkan pada suasana realita pada

zaman terkini yang berkesan dramatis dan emosional, serta menggunakan sudut

(angle) kamera yang menarik

Dalam perancangan alur cerita film ini, akan dibuat dengan alur yang

sederhana, tidak mengulang dan menggunakan alur maju agar pemirsa dengan

mudah menerima pesan film yang disampaikan.

Page 45: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

41

3.3 Analisa Spesifikasi Program

3.3.1 Gambaran Rancangan Bentuk Karya

Film melodrama dengan judul “Terbaik menjadi Terbalik” merupakan

sebuah drama dengan tema yang diadaptasi dari kehidupan nyata dengan

mengangkat tentang kisah percintaan sepasang kekasih yang sangat rumit

dihadapi. Film ini diproduksi dengan tujuan untuk memberikan inspirasi serta

pembelajaran hidup terutama soal asmara.

- Format Program : Film, Drama Fiksi, Melodrama

- Format Media : DVD PAL AVI HD

- Judul Program : Terbaik menjadi Terbalik

- Durasi Program : 24 menit

- Target Audien

a. Usia : Remaja dan Dewasa

b. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan

c. Status Sosial Ekonomi : B dan C

3.3.2 Konsep yang digunakan dalam Mengeksekusi Karya

Konsep dari film melodrama “Terbaik menjadi Terbalik” adalah

mengangkat sebuah kehidupan percintaan anak remaja zaman sekarang yang

penuh dengan konflik. Dalam memproduksi film ini dikemas dengan adanya

Page 46: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

42

unsur duka nestapa dan supaya menarik, film ini menyajikan akhir yang cukup tak

terduga. Endingnya membuat audien 'tak sadar' kalau film telah berakhir dengan

keromantisan (happy ending). Agar film terasa lebih dekat dengan target audien,

peran tokoh yang ditampilkan merupakan dari kalangan mahasiswa atau

mahasiswi yang sedang beranjak dari status remaja menuju dewasa.

3.3.3 Alasan Pilihan Karya

Film melodrama ini diproduksi untuk memberikan sebuah tayangan yang

tidak hanya menghibur, melainkan juga memberikan edukasi serta pengaruh yang

positif kepada audien lewat sebuah karya film. Lewat karya film ini, dapat

memberikan hiburan yang sesuai dengan realita yang ada mengenai kehidupan

percintaan. Film melodrama mengembangkan kejadian sehari-hari dalam bentuk

narasi yang melibatkan emosi dan perasaan sehingga audien seolah-olah berada

dalam situasi tersebut dan memaksa audien menonton hingga akhir solusi

penyelesaian. Oleh karena itu, pemilihan karya film melodrama ini untuk

ditayangkan di televisi nasional sehingga mampu menjangkau hampir seluruh

masyarakat Indonesia.

3.3.4 Gambaran Isi Pesan dan Media Promosi

Sedikit gambaran dan isi pesan dalam film melodrama “Terbaik menjadi

Terbalik” mengenai keikhlasan, penerimaan dan arti cinta sejati. Bahwa segala

sesuatu yang hanya untuk memenuhi nafsu akan mengecewakan tetapi ketika kita

percaya pada takdir Tuhan, segalanya pasti indah.

Page 47: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

43

Media Promosi yang digunakan untuk mempromosikan film ini, yaitu

menggunakan sebuah poster dan media sosial. Pada media social akan

menggunggah karya film tersebut di situs berbagi video Youtube, serta

mempromosikannya lewat jejaring sosial, seperti Twitter, Facebook ataupun

Instagram dengan cara memposting poster serta pranala streaming Youtube yang

berisi karya film pada jejaring sosial tersebut, sehingga film melodrama “Terbaik

menjadi Terbalik” dapat disaksikan lebih banyak audien.

3.4 Time Table dan Anggaran

3.4.1 Time Table

Adapun Time Table target perbulan mulai bulan September 2017 –

Februari 2018, dengan rincian sebagai berikut.

Tahap Aktifitas ProduksiTarget Perbulan

(September 2017 - Februari 2018)

1 2 3 4 5 6

Pra Produksi

Penentuan Tema            Riset            Pembuatan Naskah            Budgeting            

Produksi Proses Shooting            

Pasca ProduksiEditing Offline            Editing Online            Preview            

Page 48: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

44

3.4.2 Anggaran

Adapun target anggaran dari biaya produksi film melodrama “Terbaik

menjadi Terbalik” adalah Rp. 13.850.000,- dengan perincian sebagai berikut.

No. Subject Item Unit Cost

(Rp)Total(Rp) Note

PRA PRODUKSI

1Riset dan Hunting Lokasi

         

PRODUKSI

2 Konsumsi Makan 3 kali sehari

10 hari (3 orang) 500.000 1.500.000 Beli

3 Kamera

Canon EOS Kiss X7i 1 buah     Memiliki

Canon EOS 700D 1 buah     Memiliki

4 Lensa Kamera

Canon 18-55 mm 2 buah     Memiliki

Canon 50 mm f/1.8 2 buah 800.000 1.600.000 Beli

5 SliderParalax Latour GP80T

1 buah(5 hari) 250.000 1.250.000 Sewa

6 Glidecam HD-4000 1 buah 650.000 650.000 Beli

7 Tripod Manfrotto 725B 2 buah     Memiliki

8 Shootgun Mic

Kenwood 320 1 buah     Memiliki

9 Clip OnSennheiser EW 112-p G3

3 buah (10 hari) 450.000 4.500.000 Sewa

10 Memory Card

SD Card Extream 2 buah     Memiliki

11 Hardisk External

Seagate 1 TB 1 buah 700.000 700.000 Beli

Page 49: Studi perancangan penulisan skenario dalam produksi film melodrama "terbaik menjadi terbalik"

45

12 Lampu

Red Head Lamp 800 W

2 buah(5 hari) 400.000 2.000.000 Sewa

LED Light Yongnuo

1 buah(5 hari) 100.000 500.000 Sewa

13 Talent Biaya pemain 3 orang 300.000 900.000  

PASCA PRODUKSI14 Komputer HP 1 buah     Memiliki

15 Kaset DVD R 8 GB 10 buah 10.000 100.000 Beli

16 Poster A2 5 buah 30.000 150.000 BeliTotal Biaya Produksi 13.850.000  

3.5 Konsep Perancangan

Penulisan skenario yang sudah tentu menjadi inti konsep yang ada dalam

perancangan film melodrama ini akan memilih alur cerita yang sederhana namun

tetap memiliki teka-teki yang membuat audien penasaran. Sehingga audien akan

terpacu untuk menyaksikan film hingga akhir cerita. Pada akhir segmen film akan

dibubuhi kutipan dari inti pesan keseluruhan film yang berguna untuk

memberikan motivasi yang positif sebagai panutan kehidupan asmara.