Page 1
1
STUDI PENINGKATAN KAPASITAS DUKUNG PONDASI
TELAPAK TERHADAP BEBAN EKSENTRIS
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Oleh:
DANANG ARIYANTO
D 100 150 208
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
Page 2
i
HALAMAN PERSETUJUAN
STUDI PENINGKATAN KAPASITAS DUKUNG PONDASI TELAPAK
TERHADAP BEBAN EKSENTRIS
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
DANANG ARIYANTO
NIM: D 100 150 208
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Ir. Renaningsih, M.T.
NIDN/NUP : 0624096301
Page 3
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PERENCANAAN BENTUK PLAT BETON PERKERASAN JALAN
PADA TANAH EKSPANSIF
Oleh :
DANANG ARIYANTO
NIM: D 100 150
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
pada 21 september 2021
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji
1. Ir. Renaningsih, M.T. ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Anto Budi Listyawan, S.T.,M.Sc. ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Agus Susanto, S.T.,M.T. ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Page 4
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya
Surakarta, 21 september 2021
Yang membuat pernyataan
Danang ariyanto
Page 5
1
STUDI PENINGKATAN KAPASITAS DUKUNG PONDASI TELAPAK
TERHADAP BEBAN EKSENTRIS
Abstrak
Pondasi merupakan landasan atau struktur terbawah yang meneruskan beban bangunan
ke lapisan tanah di bawahnya. Jika pondasi menerima beban tidak terpusat (eksentris),
akan sangat berbahaya bagi bangunan. Hal ini akan mengakibatkan kegagalan
konstruksi akibat kesalahan desain pondasi. Ada beberapa permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini, yaitu bagaimana mengatasi eksentrisitas, dan bagaimana
meningkatkan kapasitas dukung pondasi telapak apabila ada eksetrisitas yang bekerja.
Penelitian ini dibuat dengan beberapa variasi antara lain: variasi eksentrisitas yang
semakin meningkat, variasi kelompok tanah yaitu tanah buruk, tanah sedang, dan tanah
bagus (AS 4678, 2002), variasi kedalaman tanah (Df), dan juga variasi penambahan
panjang pondasi (L). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari bantuan data
sekunder. Bentuk pemodelan yaitu pondasi telapak dengan beban struktur kantilever di
atasnya. Ukuran kantilever didapat dari asumsi sendiri, yaitu berukuran 2 x 1,5 m, 2 x 2
m, 2 x 2,5 m, dan 2 x 3 m. Perhitungan kapasitas dukung pondasi telapak menggunakan
metode Meyerhof vertical load dan dianalisis menggunakan aplikasi Microsoft Excel.
Parameter tanah yang digunakan, antara lain pada tanah buruk: berat volume tanah
efektif (γ’) 7,19 kN/m3, kohesi (c) 2,5 kN/m
2, sudut gesek (φ) 21˚. Tanah sedang: berat
volume tanah efektif (γ’) 9,19 kN/m3, kohesi (c) 1,3 kN/m
2, sudut gesek (φ) 29˚. Tanah
bagus: berat volume tanah efektif (γ’) 13,19 kN/m3, kohesi (c) 0 kN/m
2, sudut gesek (φ)
35˚. Hasil dari penelitian adalah eksentrisitas dan kapasitas dukung pondasi (qult) dapat
diatasi dengan cara menambah ukuran panjang pondasi (L) ke arah sumbu x, semakin
bagus jenis tanah maka kapasitas dukung pondasi (qult) akan semakin besar dan panjang
pondasi (L) semakin kecil, semakin dalam pondasi diletakkan ke dalam tanah, maka
nilai kapasitas dukung tanah (qult) akan semakin meningkat.
Kata Kunci : pondasi, kantilever, eksentrisitas, kapasitas dukung pondasi
Abstract
The foundation is the foundation or the lowest structure that transmits the load of the
building to the soil layer below it. If the foundation receives the load not concentrated
(eccentric), it will be very dangerous for the building. This will result in construction
failure due to foundation design errors. There are several problems discussed in this
study, namely how to overcome eccentricity, and how to increase the bearing capacity
of the footing if there is an eccentricity that works. This study was made with several
variations, including: increasing eccentricity variations, variations in soil groups,
namely bad soil, medium soil, and good soil (AS 4678, 2002), variations in soil depth
(Df), and also variations in the addition of foundation length (L). ). The data used in this
study is from the help of secondary data. The modeling form is the footing foundation
with a cantilever structure load on it. The size of the cantilever is obtained from its own
assumptions, which are 2 x 1.5 m, 2 x 2 m, 2 x 2.5 m, and 2 x 3 m. Calculation of the
bearing capacity of the footing using the Meyerhof vertical load method and analyzed
using the Microsoft Excel application. The soil parameters used, among others, on poor
soil: effective soil volume weight (γ') 7.19 kN/m3, cohesion (c) 2.5 kN/m2, friction
Page 6
2
angle (φ) 21˚. Medium soil: effective soil volume weight (γ') 9.19 kN/m3, cohesion (c)
1.3 kN/m2, friction angle (φ) 29˚. Good soil: effective soil volume weight (γ') 13.19
kN/m3, cohesion (c) 0 kN/m2, friction angle (φ) 35˚. The result of the research is that
the eccentricity and the bearing capacity of the foundation (qult) can be overcome by
increasing the length of the foundation (L) towards the x-axis, the better the soil type,
the higher the foundation bearing capacity (qult) and the smaller the foundation length
(L). , the deeper the foundation is placed into the soil, the value of the soil bearing
capacity (qult) will increase.
Keywords: foundation, cantilever, eccentricity, foundation bearing capacity
1. PENDAHULUAN
Pada perencanaan suatu struktur bangunan, salah satu bagian yang penting adalah
pondasi. Agar bangunan dapat berdiri dengan baik, pondasi harus kuat dalam menahan
beban-beban yang berada di atasnya. Hal ini dikarenakan pondasi memegang peranan
penting terhadap keamanan suatu bangunan, karena pondasi merupakan landasan atau
struktur terbawah yang meneruskan beban bangunan ke lapisan tanah di bawahnya agar
bangunan agar dapat berdiri dengan kokoh, karena itu desain pondasi harus
direncanakan dengan baik (Dharmayasa, 2017). Apalagi jika pondasi tersebut menerima
beban tidak terpusat (eksentris), akan sangat berbahaya bagi bangunan jika tidak sesuai
antara beban yang diterima dan ukuran pondasi yang dibuat. Hal ini akan menimbulkan
bencana jika terjadi kegagalan konstruksi akibat kesalahan desain pondasi.
Dalam merencanakan pondasi telapak ini akan ditemui beberapa permasalahan,
yaitu yang pertama bagaimana mengatasi eksentrisitas yang terjadi pada pondasi
tersebut. Permasalahan yang kedua yaitu bagaimana meningkatkan kapasitas dukung
pondasi telapak tersebut apabila ada eksentrisitas yang bekerja. Penelitian ini dibuat
dengan variasi eksentrisitas yang semakin meningkat, menggunakan beberapa variasi
kelompok tanah, yaitu kelompok tanah buruk, tanah sedang, dan tanah bagus (AS 4678,
2002), dan juga penelitian ini menggunakan beberapa variasi kedalaman tanah.
2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif dengan menggunakan teknik pengambilan
data menggunakan bantuan data sekunder yang diambil dari kumpulan korelasi
parameter tanah geoteknik dan fondasi (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga) dengan data kantilever didapat dari nilai
asumsi.
Page 7
3
Gambar 1 Bagan alir tahapan penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
Membuat pemodelan
kantilever dan pondasi
Perhitungan pembebanan
Menghitung Pu (beban
titik) dan Mu (momen)
Perhitungan B’ dan L’,
syarat B’ atau L’ > 0
Perhitungan daya dukung
tanah (qult) menurut
Meyerhof
Perhitungan eksentrisitas,
syarat > L/6
Menghitung qullnet
Perhitungan beban
titik maksimum,
syarat P’max > Pu
Analisa data dan pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Tidak
Ya
Perhitungan L, dari B
yang sudah ditentukan
Perhitungan tegangan tanah,
syarat σmax < qall, σmin, bisa < 0
Page 8
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 2. Bentuk kantilever
Data perencanaan kantilever meliputi hal-hal berikut :
Atap plat beton bertulang, dan diperhitungkan air hujan setinggi 5 cm. Tebal plat atap, h
= 9 cm. Berat beton γc = 25 kN/m3.
Dimensi balok 250/400. Kolom 400/400. Beban mati
dan beban hidup dihitung berdasarkan peraturan SNI 03-1727-1989. Mutu beton (f’c) =
20 MPa, baja tulangan (fy) = 350 MPa, dan fyt = 300 MPa. Pondasi telapak tunggal,
berat tanah diatas pondasi γt = 17 kN/m3, 19 kN/m3, dan 23 kN/m
3.
Gambar 3 Penyebaran beban pada atap
Beban mati yang bekerja pada balok kantilever berupa beban persegi seperti
pada Gambar 3. Penyebaran beban pada atap.
Lantai atap : tebal plat 9 cm, lapis kedap air 3 cm (γlapis kedap air = 19 kN/m3)
qplat = panjang plat x lebar plat x tebal plat x γc .........(1)
= 2,5 x 2 x 0,09 x 25
= 11,25 kN/m’
Page 9
5
qlapis kedap air = panjang lapis x lebar lapis x tebal lapis x γlapis kedap air ..........(2)
= 2,5 x 2 x 0,03 x 19
= 2,85 kN/m’
qbalok 250/400 = 0,25 x 0,4 x 2,5 x γc
= 0,25 x 0,4 x 2,5 x 25
= 6,25 kN/m’
qD = qplat + qlapis kedap air + qbalok = 11,25 + 2,85 + 6,25 = 20,35 kN/m......(3)
Beban hidup yang bekerja pada balok kantilever berupa beban persegi seperti
pada Gambar 3. Besar beban hidup diambil berdasarkan Pedoman Perencanaan
Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1727-1989 (PPPURG-1989), yaitu
sebagai berikut :
Beban hidup lantai atap
qL = berat air hujan setebal 5 cm (γair hujan = 10 kN/m3)
= 2,5 x 2 x 0,05 x 10
= 2,5 kN/m’
Beban titik (Pu)
Pplat = p x l x h x γc .....................................(4)
= 2,5 x 2 x 0,09 x 25
= 11,25 kN
Plapis kedap air = p x l x h x γlapis kedap air ........................(5)
= 2,5 x 2 x 0,03 x 19 n
= 2,85 kN
Pbalok 250/400 = b x h x L x γc .........................(6)
= 0,25 x 0,4 x 2,5 x 25
= 6,25 kN
Pkolom 400/400 = b x h x L x γc..............................(7)
= 0,4 x 0,4 x 4 x 25
= 16 kN
Jadi, PD = 11,25 + 2,85 + 6,25 + 16 = 36,35 kN
Pair hujan = p x l x h x γair hujan .............................(8)
= 2,5 x 2 x 0,05 x 10
= 2,50 kN
Jadi, PL = 2,50 kN
Page 10
6
Pu = 1,2PD + 1,6PL
= 1,2 x 36,35 + 1,6 x 2,50
= 47,62 kN
Momen (Mu)
qD = 20,35 kN/m
qL = 2,5 kN/m
Panjang kantilever (L) = 2,5 m
MD = ½ x qD x L2...........................(9)
= ½ x 20,35 x 2,5
2
= 63,5938 kNm
ML = ½ x qL x L2.................................(10)
= ½ x 2,5 x 2,52
= 7,8125 kNm
Mu = 1,2MD + 1,6ML..........................(11)
= 1,2 x 63,5938 + 1,6 x 7,8125
Mu = 88,8125 kNm
Gambar 4. Detail penampang pondasi pada tanah buruk
Rumus yang digunakan adalah persamaan daya dukung Meyerhof. Nilai angka
keamanan (SF) = 3. Ukuran pondasi (B x L) = 2 m x 4,52 m. Kedalaman (Df) = 2 m. c =
0,25 kg/cm2
= 2,5 kN/m2. φ = 21˚. γsat = 1,7 gr/cm
3 = 17 kN/m
3. γw = 9,81 kN/m
3. γ’ =
γsat – γw = 17 – 9,81 = 7,19 kN/m3. Beban aksial (P) = 47,62 kN. Momen (M) = 88,8125
kNm
Page 11
7
Cek nilai eksentrisitas:
e = .......................(12)
e = m
e = m
Karena e = 1,865 m > L/6 = 0,753 m, maka terjadi tegangan tarik pada dasar pondasi.
Daya dukung ultimit Meyerhof, dengan φ = 21˚
qult = sc dc c Nc + sq dq po Nq + sγ dγ 0,5 L’ γ’ Nγ....................(13)
Untuk φ = 21˚, dari tabel Meyerhof diperoleh :
Nc = 15,82
Nq = 7,07
Nγ = 3,42
e = 1,865 m, dimensi aktif pondasi :
Gambar 5. Dimensi aktif pondasi
Lebar efektif pondasi (B’) = B = 2 m. Panjang efektif pondasi (L’) = L - 2e = 4,52 – (2 x
1,865) = 0,79 m
Faktor-faktor bentuk pondasi Meyerhof :
sc = 1+0,2.(B’/L’).tg2(45+φ/2)
= 1+0,2.(2/0,79).tg2(45+21/2)
= 2,529
sq = 1+0,1.(B’/L’).tg2(45+φ/2)
= 1+0,1.(2/0,79).tg2(45+21/2)
= 1,765
sγ = sq = 1,765
Faktor-faktor kedalaman pondasi :
dc = 1 + 0,2 (Df/L') tg (45 + φ/2)
= 1 + 0,2 (2/0,79) tg (45+21/2)
Page 12
8
= 0,120
dq = 1 + 0,1 (Df/L') tg (45 + φ/2)
= 1 + 0,1 (2/0,79) tg (45+21/2)
= 0,560
dγ = dq = 0,560
Tekanan vertikal pada dasar pondasi :
P0 = Df x γ’
= 2 x 7,19
= 14,38 kN/m2
Daya dukung ultimit :
qult = sc dc c Nc + sq dq po Nq + sγ dγ 0,5 L’ γ’ Nγ.............................(14)
= (2,529 x 0,120 x 2,5 x 15,82) + (1,765 x 0,560 x 14,38 x 7,07) + (1,765 x 0,560 x
0,5 x 0,79 x 7,19 x 3,42)
= 122,069 kN/m2
Daya dukung ijin tanah :
qall = qult / SF
= 122,069 / 3
= 40,690 kN/m2
Daya dukung ultimit netto :
qulltnet = qult - Df . γ’
= 122,069 – 2.7,19
= 107,689 kN/m2
Beban titik maksimum :
P’max = B’ x L’ x qullnet / SF..................................(15)
= 2 x 0,79 x 107,689 / 3
= 56,712 kN > Beban titik (Pu) = 47,62 kN (OK)
Tegangan yang timbul di dasar pondasi :
q = berat tanah
= Df x γ’
= 2 x 7,19
= 14,38 kN/m2
σmin =
Page 13
9
=
= -7,774 kN/m2
............................(16)
σmax =
=
= 40,188 kN/m2.........................(17)
Jadi, σmax < qall = 40,188 kN/m2 <
40,690 kN/m
2 (OK), sehingga telah memenuhi
syarat. Dari hasil perhitungan di atas didapatkan hasil bahwa panjang pondasi minimal
untuk kantilever dengan ukuran atap 2 m x 2,5 m dan lebar pondasi (B) = 2 m adalah
sebagai berikut :Tanah buruk Panjang pondasi (L) minimal = 4,52 m Tanah sedang
Panjang pondasi (L) minimal = 4,04 m Tanah bagus Panjang pondasi (L) minimal =
3,89 m
Tabel 1. Hasil rangkuman perhitungan untuk variasi ukuran kantilever pada tanah buruk
dengan Df = 2 m
ukuran Pu Mu e B L L/6 B' L'
kantilever
(m) (kN) (kNm) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
2 x 1,5 36,252 19,184 0,529 1,300 2,000 0,333 1,300 0,942
2 x 2 41,936 45,472 1,084 2,000 2,920 0,487 2,000 0,751
2 x 2,5 47,620 88,813 1,865 2,000 4,520 0,753 2,000 0,790
2 x 3 53,304 153,468 2,879 2,000 6,600 1,100 2,000 0,842
q ult q all q ullnet P'max σmin σmax
(kN/m2) (kN/m
2) (kN/m
2) (kN) (kN/m
2) (kN/m
2)
119,458 39,819 105,078 42,876 -8,192 39,486
114,920 38,307 100,540 50,361 -8,818 37,209
121,585 40,528 107,205 56,456 -7,774 40,189
129,059 43,020 114,679 64,357 -6,531 42,215
Untuk variasi ukuran kantilever pada tanah buruk dengan Df = 2 m
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, ukuran kantilever yang semakin meningkat,
maka akan mengakibatkan panjang pondasi (L) yang diperlukan juga semakin panjang
untuk mencapai pondasi yang aman. Pada ukuran kantilever 2 x 1,5 m lebar pondasi (B)
dengan panjang pondasi (L) dibalik, karena panjang pondasi yang semula lebih pendek
daripada lebar pondasi.Dapat dilihat bahwa nilai σmax cenderung semakin meningkat,
berbanding lurus dengan ukuran kantilever yang juga semakin panjang.
Page 14
10
Tabel 2 Hasil rangkuman perhitungan untuk variasi ukuran kantilever pada tanah buruk
dengan Df = 1/2 B
Ukuran Pu Mu e B L L/6 B' L'
kantilever
(m) (kN) (kNm) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
2 x 1,5 36,252 19,184 0,529 1,380 2,000 0,333 1,380 0,942
2 x 2 41,936 45,472 1,084 2,000 2,810 0,468 2,000 0,641
2 x 2,5 47,620 88,813 1,865 2,000 4,440 0,740 2,000 0,710
2 x 3 53,304 153,468 2,879 2,000 6,540 1,090 2,000 0,782
q ult q all q ullnet P'max σmin σmax
(kN/m2) (kN/m
2) (kN/m
2) (kN) (kN/m
2) (kN/m
2)
112,082 37,361 107,121 46,399 -17,086 37,197
133,279 44,426 126,089 53,912 -9,814 43,591
135,613 45,204 128,423 60,781 -8,153 44,718
137,007 45,669 129,817 67,659 -6,689 45,455
Untuk variasi ukuran kantilever pada tanah buruk dengan Df = 1/2 B
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, ukuran kantilever yang semakin
meningkat, maka akan mengakibatkan panjang pondasi (L) yang diperlukan juga
semakin panjang untuk mencapai pondasi yang aman. Pada ukuran kantilever 2 x 1,5 m
lebar pondasi (B) dengan panjang pondasi (L) dibalik, karena panjang pondasi yang
semula lebih pendek daripada lebar pondasi.Dapat dilihat bahwa nilai σmax semakin
meningkat, berbanding lurus dengan ukuran kantilever yang juga semakin panjang.
Tabel 3 Hasil rangkuman perhitungan untuk variasi ukuran kantilever pada tanah buruk
dengan Df = 0,58 m
Ukuran Pu Mu e B L L/6 B' L'
kantilever
(m) (kN) (kNm) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
2 x 1,5 36,252 19,184 0,529 1,410 2,000 0,333 0,942 1,410
2 x 2 41,936 45,472 1,084 2,000 2,790 0,465 2,000 0,621
2 x 2,5 47,620 88,813 1,865 2,000 4,450 0,742 2,000 0,720
2 x 3 53,304 153,468 2,879 2,000 6,590 1,098 2,000 0,832
Page 15
11
Untuk variasi ukuran kantilever pada tanah buruk dengan Df = 0,58 m Dari tabel di
atas dapat dilihat bahwa, ukuran kantilever yang semakin meningkat, maka akan
mengakibatkan panjang pondasi (L) yang diperlukan juga semakin panjang untuk
mencapai pondasi yang aman. Pada ukuran kantilever 2 x 1,5 m lebar pondasi (B)
dengan panjang pondasi (L) dibalik, karena panjang pondasi yang semula lebih pendek
daripada lebar pondasi.Dapat dilihat bahwa nilai σmax cenderung semakin menurun,
berbanding terbalik dengan ukuran kantilever yang semakin panjang.
Tabel 4 Hasil rangkuman perhitungan kantilever ukuran 2 x 2,5 m dengan nilai e =
1,865 m dan B = 2 m pada tanah buruk
Pu Mu e B L L/6 B' L' q ult
(kN) (kNm) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (kN/m2)
47,620 88,813 1,865 2,000 4,520 0,753 2,000 0,790 121,585
47,620 88,813 1,865 2,000 4,570 0,762 2,000 0,840 128,817
47,620 88,813 1,865 2,000 4,620 0,770 2,000 0,890 134,798
47,620 88,813 1,865 2,000 4,670 0,778 2,000 0,940 139,806
q all q ullnet P'max σmin σmax
(kN/m2) (kN/m
2) (kN) (kN/m
2) (kN/m
2)
40,528 107,205 56,456 -7,774 40,189
42,939 114,437 64,079 -7,547 37,797
44,933 120,418 71,442 -7,329 35,673
46,602 125,426 78,594 -7,118 33,776
Untuk variasi penambahan sebesar 5 cm pada panjang pondasi (L) pada tanah buruk
Dari tabel di atas didapatkan hasil bahwa semakin panjang (L) pondasi, maka nilai q ult
juga semakin besar.Nilai q ult terbesar yaitu 139,806 kN/m2 dengan L = 4,67 m.
Tabel 5 Hasil rangkuman perhitungan untuk variasi Df dengan nilai L= 4,520 m pada
tanah buruk
Df Pu Mu E B L L/6 B' L' q ult
(m) (kN) (kNm) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (kN/m2)
2 47,620 88,813 1,865 2,000 4,520 0,753 2,000 0,790 121,585
q ult q all q ullnet P'max σmin σmax
(kN/m2) (kN/m
2) (kN/m
2) (kN) (kN/m
2) (kN/m
2)
110,079 36,693 105,909 46,872 -7,553 36,406
136,859 45,620 132,688 54,965 -10,010 44,994
133,841 44,614 129,671 62,236 -8,104 44,097
130,791 43,597 126,621 70,214 -6,557 42,723
Page 16
12
1 47,620 88,813 1,865 2,000 4,520 0,753 2,000 0,790 137,119
0,58 47,620 88,813 1,865 2,000 4,520 0,753 2,000 0,790 131,872
q all q ullnet P'max σmin σmax
(kN/m2) (kN/m
2) (kN) (kN/m
2) (kN/m
2)
40,528 107,205 56,456 -7,774 40,189
45,706 129,929 68,423 -7,774 40,189
43,957 127,702 67,250 -7,774 40,189
Untuk variasi Df dengan nilai L = 4,520 m pada tanah buruk Dari tabel di atas
didapatkan hasil bahwa, nilai q ult terbesar terjadi pada kedalaman tanah 1 m yaitu
sebesar 137,119 kN/m2.Nilai q ult cenderung tidak stabil, meskipun pondasi diletakkan
semakin dalam ke tanah. Hal tersebut terjadi karena nilai q ult dipengaruhi oleh L’.
Grafik 1. Hubungan antara e dan qult pada variasi kantilever dan nilai Df = 2 m
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa nilai qult pada kondisi tanah buruk
cenderung stabil, meskipun nilai eksentrisitas semakin naik. Nilai qult terbesar pada
kondisi tanah buruk pada Df = 2 m adalah sebesar 129,059 kN/m2.Pada kondisi tanah
sedang nilai qult cenderung semakin meningkat yang diimbangi peningkatan nilai
eksentrisitasnya juga. Nilai qult terbesar pada kondisi tanah sedang pada Df = 2 m adalah
sebesar 322,056 kN/m2.Pada kondisi tanah bagus nilai qult semakin meningkat yang
diimbangi peningkatan nilai eksentrisitasnya juga. Nilai qult terbesar pada kondisi tanah
bagus pada Df = 2 m adalah sebesar 627,428 kN/m2.
0
200
400
600
800
0 1 2 3 4
qu
lt (
kN
/m2)
e (m)
Grafik hubungan antara e dan qult pada variasi kantilver dan
nilai Df = 2 m
Tanah buruk
Tanah sedang
Tanah bagus
Page 17
13
Grafik 2. Hubungan antara e dan qult pada variasi kantilever dan nilai Df = 1/2 B
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa nilai qult pada kondisi tanah buruk
cenderung meningkat, yang diimbangi peningkatan nilai eksentrisitas. Nilai qult terbesar
pada kondisi tanah buruk pada Df = 1/2 B adalah sebesar 137,007 kN/m2.Pada kondisi
tanah sedang nilai qult semakin meningkat yang diimbangi peningkatan nilai
eksentrisitasnya juga. Nilai qult terbesar pada kondisi tanah sedang pada Df = 1/2 B
adalah sebesar 212,367 kN/m2.Pada kondisi tanah bagus nilai qult semakin meningkat
pada eksentrisitas yang semakin meningkat juga. Nilai qult terbesar pada kondisi tanah
bagus pada Df = 1/2 B adalah sebesar 465,539 kN/m2.
Grafik 3. Hubungan antara e dan qult pada variasi kantilever dan nilai Df = 0,58 m
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa nilai qult pada kondisi tanah buruk
cenderung meningkat yang diimbangi peningkatan nilai eksentrisitas. Nilai qult terbesar
pada kondisi tanah buruk pada Df = 0,58 m adalah sebesar 136,859 kN/m2.Pada kondisi
tanah sedang nilai qult semakin meningkat yang diimbangi peningkatan nilai
0
100
200
300
400
500
0 1 2 3 4
qu
lt (
kN
/m2)
e (m)
Grafik hubungan antara e dan qult pada variasi kantilver dan
nilai Df = 1/2 B
Tanah buruk
Tanah sedang
Tanah bagus
0
100
200
300
400
0 1 2 3 4
qult (
kN
/m2)
e (m)
Grafik hubungan antara e dan qult pada variasi kantilver dan nilai
Df = 0,58m
Tanah buruk
Tanah sedang
Tanah bagus
Page 18
14
eksentrisitasnya juga. Nilai qult terbesar pada kondisi tanah sedang pada Df = 0,58 m
adalah sebesar 162,921 kN/m2.Pada kondisi tanah bagus nilai qult semakin meningkat
pada eksentrisitas yang semakin meningkat juga. Nilai qult terbesar pada kondisi tanah
bagus pada Df = 0,58 m adalah sebesar 335,961 kN/m2.
Grafik 4. Hubungan antara L dan qult pada kantilver 2 x 2,5 m dengan nilai e = 1,865 m
dan B = 2 m pada tanah buruk
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa pada kondisi tanah buruk, semakin
meningkat panjang pondasi (L), maka nilai qult juga akan semakin meningkat.Pada
kondisi tanah sedang, semakin meningkat panjang pondasi (L), maka nilai qult juga akan
semakin meningkat.Pada kondisi tanah bagus, semakin meningkat panjang pondasi (L),
maka nilai qult juga akan semakin meningkat.
Grafik 5 Hubungan antara Df dan qult pada nilai B = 2 m dan L = 4,52 m
Dari grafik di atas didapatkan hasil bahwa, pada kondisi tanah buruk nilai qult
cenderung tidak stabil saat kedalaman pondasi semakin dalam ke tanah. Nilai qult
0
200
400
600
800
1000
3,8 4 4,2 4,4 4,6
qult (
kN
/m2)
L (m)
Grafik hubungan antara L dan qult pada kantilver 2 x 2,5 m
dengan nilai e = 1,865 m dan B = 2 m
Tanah buruk
Tanah sedang
Tanah bagus
0
200
400
600
800
1000
1200
0 0,5 1 1,5 2 2,5
qult (
kN
/m2)
Df (m)
Grafik hubungan antara Df dan qult pada nilai B = 2 m dan L =
4,52 m
Tanah buruk
Tanah sedang
Tanah bagus
Page 19
15
terbesar terjadi pada kedalaman 1 m yaitu sebesar 137,119 kN/m2.Pada kondisi tanah
sedang nilai qult meningkat saat kedalaman pondasi semakin dalam ke tanah. Nilai qult
terbesar terjadi pada kedalaman 2 m yaitu sebesar 369,577 kN/m2.Pada kondisi tanah
bagus nilai qult meningkat saat kedalaman pondasi semakin dalam ke tanah. Nilai qult
terbesar terjadi pada kedalaman 2 m yaitu sebesar 1007,886 kN/m2.
4. PENUTUP
Dari penulisan tugas akhir ini dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai
berikut: (1) Panjang pondasi (L) minimal untuk kantilever dengan ukuran atap 2 m x 2,5
m dan lebar pondasi (B) = 2 m pada kondisi tanah buruk sebesar 4,520 m, tanah sedang
sebesar 4,040 m, tanah bagus sebesar 3,890 m. (2) Eksentrisitas dan kapasitas dukung
pondasi dapat diatasi dengan cara menambah ukuran panjang pondasi (L) ke arah
sumbu X. (3) Pada nilai eksentrisitas yang sama, kapasitas dukung pondasi telapak (qult)
dapat ditingkatkan dengan cara menambah dimensi panjang pondasi (L) ke arah sumbu
X, dan nilai kapasitas dukung pondasi telapak tertinggi terjadi pada kondisi tanah bagus.
(4) Semakin bagus kondisi jenis tanah, maka kapasitas dukung tanah (qult) akan semakin
besar dan panjang pondasi (L) semakin kecil. (5) Semakin dalam pondasi diletakkan ke
dalam tanah, maka nilai kapasitas dukung tanah (qult) akan semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Y.D. 2004. Analisis Pondasi Pada Lahan Terbatas. Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Asroni, Ali. 2017. Teori dan Desain Kolom Fondasi Balok “T” Bertulang Berdasarkan
SNI 2847-2013. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Bowles, J.E. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Jakarta: Erlangga.
Dharmayasa, I.G.N.P dan Utami, D.A.N.A. 2018. Desain Pondasi Telapak Berdasarkan
Uji CPT di daerah Kuta, Bali. Universitas Pendidikan Nasional, Denpasar, Bali.
Hardiyatmo, H.C. 2010. Mekanika Tanah I. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Hardiyatmo, H.C. 2010. Mekanika Tanah II. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2019. Kumpulan Korelasi
Parameter Geoteknik dan Fondasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga.
Page 20
16
Listyawan, dkk. 2017. Mekanika Tanah dan Rekayasa Pondasi. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Nakazawa, K, dan Sosrodarsono, S. 1990. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi.
Jakarta: P.T. Paradnya Paramita.