STUDI PENGARUH PERBEDAAN BAHAN BAKU KACANG DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP PRODUKSI POLYGLUTAMIC ACID PRODUK NATTO STUDY OF THE DIFFERENCE BEANS AND FERMENTATION TIME EFFECT ON THE POLYGLUTAMIC ACID PRODUCTION OF NATTO PRODUCTS Muhammad Umar Bimo Wicaksono 155100507111010 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Bioteknologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang, 65145
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STUDI PENGARUH PERBEDAAN BAHAN BAKU KACANG DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP PRODUKSI
POLYGLUTAMIC ACID PRODUK NATTO
STUDY OF THE DIFFERENCE BEANS AND FERMENTATION TIME EFFECT ON THE POLYGLUTAMIC
ACID PRODUCTION OF NATTO PRODUCTS
Muhammad Umar Bimo Wicaksono 155100507111010
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Bioteknologi
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang, 65145
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul TA : Studi Pengaruh Perbedaan Bahan Baku Kacang dan
Lama Fermentasi Terhadap Produksi Polyglutamic Acid
Produk Natto
Nama Mahasiswa : Muhammad Umar Bimo Wicaksono
N I M : 155100507111010
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Elok Zubaidah, M.P
NIP. 195908211993032001
Tanggal Persetujuan:
………………………………………..
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Muhammad Umar Bimo Wicaksono
NIM : 155100507111010
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Judul Tugas Akhir : Studi Pengaruh Perbedaan Bahan Baku Kacang dan
Lama Fermentasi Terhadap Produksi Polyglutamic Acid
Produk Natto
Menyatakan bahwa,
Tugas Akhir dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut di atas.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedian
dituntut sesuai hukum yang berlaku.
Malang, 27 Desember 2019
Pembuat Pernyataan,
Ttd.
M. Umar Bimo Wicaksono
NIM 155100507111010
i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
ABSTRAK iv
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
2. METODE PENELITIAN 3
2.1 Bahan .................................................................................................... 33
2.2 Metode .................................................................................................... 3
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 9
3.1 Penelitian pendahuluan 9
3.1.1 Uji konfirmasi starter natto 9
3.1.2 Percobaan fermentasi natto pada beberapa jenis kacang 11
3.1.3 Analisis kimia kacang-kacangan 12
3.2 Analisis produk natto 14
3.2.1 Crude PGA 14
3.2.2 Total Plate Count 16
3.2.3 pH 20
3.2.4 Antibakteri 22
3.3 Pemilah produk natto terbaik 25
3.4 Perbandingan Produk Natto Terbaik dengan Produk Komersil 26
4. KESIMPULAN DAN SARAN 29
4.1 Kesimpulan 30
DAFTAR PUSTAKA 30
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rancagan penelitian pembuatan natto dengan jenis kacang 4
berbeda
Tabel 2 Hasil pengamatan natto 12
Tabel 3 Nilai kimia kacang kedelai, kedelai hitam, kacang merah dan 13
kacang hijau
Tabel 4 Data hasil analisa kadar crude polyglutamic acid produk natto 15
dari berbagai jenis kacang
Tabel 5 Rerata total koloni produk natto dari berbagai jenis kacang 17
Tabel 6 Data hasil analisa pH pada produk natto dari berbagai jenis kacang 21
Tabel 7 Rerata kemampuan antibakteri produk natto dari 24
berbagai jenis kacang
Tabel 8 Pemilihan produk natto terbaik 25
Tabel 9 Karakteristik natto terbaik dan natto komersil 27
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram alir penelitian 7
Gambar 2 Diagram alir ekstraksi crude PGA 8
Gambar 3 Pengecatan gram bakteri starter natto perbesaran 1000x 10
Gambar 4 Bakteri starter natto pada Basal Media Agar 10
Gambar 5 Hasil fermentasi produk natto pada penelitian pendahuluan 11
Gambar 6 Pengaruh jenis kacang dan lama fermentasi terhadap 14
crude PGA produk natto
Gambar 7 Pengaruh jenis kacang dan lama fermentasi terhadap total 17
koloni bakteri produk natto
Gambar 8 Pengaruh jenis kacang dan lama fermentasi terhadap nilai 20
pH produk natto
Gambar 9 Pengaruh jenis kacang dan lama fermentasi terhadap 21
kemampuan antibakteri produk natto
iv
ABSTRAK
Natto merupakan pangan fermentasi yang difermentasi oleh bakteri Bacillus natto kaya akan manfaat seperti kemampuan probiotik, tinggi vitamin K, dan memiliki kemampuan antibakteri karena memiliki senyawa polyglutamic acid (PGA). Natto yang berbahan dasar kedelai sangat bagus untuk kesehatan, namun bahan baku kedelai di Indonesia diminati sangat tinggi sehingga ketersediaannya harus diimbangi dengan kegiatan impor. Guna mengatasi masalah tersebut maka dilakukan inovasi berupa penggantian bahan baku natto dari beberapa jenis kacang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian bahan baku kacang (kacang kedelai, kacang merah, kacang hijau, dan kedelai hitam) dan lama fermentasi (24, 36, dan 48 jam) terhadap produksi PGA dari produk fermentasi natto. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok Nested dengan uji lanjut DMRT 5%. Data hasil penelitian dianalisa menggunakan ANOVA menggunakan MINITAB 17. Pemilihan produk natto terbaik dilakukan menggunakan multiple attribute zeleny. Hasil penelitian menyatakan bahwa natto terbaik dihasilkan oleh natto dengan perlakuan jenis kacang kedelai yang difermentasi selama 24 jam. Natto kacang kedelai yang difermentasi selama 24 jam memiliki kadar crude PGA 1,15 g/20g, total koloni bakteri sebanyak 18,5 x 108, nilai pH 8,07 dan kemampuan antibakteri pada pada bakteri uji S. aureus sebesar 7,00 mm serta E. coli sebesar 6,33 mm.
Kata Kunci : Antibakteri, Bacillus natto, natto, polyglutamic acid
ABSTRACT Natto is a fermented food fermented by Bacillus natto bacteria which is rich
in benefits such as the ability of probiotics, high in vitamin K, and has antibacterial ability because it has polyglutamic acid (PGA) compounds. Natto made from soy is very good for health, but soybean raw materials in Indonesia are in high demand, so its availability must be balanced with import activities. To overcome this problem, innovation was carried out in the form of replacement of natto raw materials from several types of beans. This study aims to determine the effect of substituting raw materials for beans (soybeans, kidney beans, green beans, and black soybeans) and fermentation time (24, 36, and 48 hours) on the production of PGA from natto fermentation products. The study was conducted using a randomized Nested group design with a further 5% DMRT test. The research data were analyzed using ANOVA using MINITAB 17. The selection of best natto products was done using multiple attribute zeleny. The results of the study stated that the best natto was produced by natto with the treatment of fermented soybeans for 24 hours. Soybean natto fermented for 24 hours had crude PGA levels of 1.15 g / 20g, total bacterial colonies of 18.5 x 108, pH values of 8.07 and antibacterial ability in S. aureus test bacteria of 7.00 mm and E.coli is 6,33 mm. Keywords: Antibacteria, Bacillus natto, natto, polyglutamic acid
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan fungsional merupakan suatu istilah yang diberikan pada makanan
atau minuman yang mengandung bahan-bahan yang diperkirakan dapat
menigkatkan derajat kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit (Widyaningsih,
2017). Adanya pergeseran pola hidup yang cenderung tidak sehat serta pola
makan yang tidak seimbang menuntut kita untuk mulai sadar terhadap kesehatan
salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pangan fungsional. Istilah pangan
fungsional pertama kali dipopulerkan oleh Jepang pada tahun 1984 dengan
mengeluarkan FOSHU (Food for Specified Health Uses) yaitu berupa label yang
diberikan pada produk yang memiliki manfaat kesehatan seperti menurunkan
tekanan darah, lemak netral pada darah, kesehatan tulang, serta pre dan probiotik.
Natto merupakan salah satu pangan fungsional yang berasal dari Jepang
yang terbuat dari hasil fermentasi kacang kedelai. Karakteristik dari natto yaitu
khas dengan cairan kentalnya seperti lendir menutupi permukaan kacang serta
aroma ‘musty’ yang tercium akibat proses fermentasi. Salah satu keunikan dari
natto adalah mirkoorganisme yang berperan dalam proses fermentasinya yang
berupa Bacillus subtilis var. natto, padahal umumnya pada fermentasi kacang
didominasi oleh spesies jamur dan juga khamir (Lee, 2015).
Natto memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan produk lain dalam
segi kesehatan, yaitu sebagai makanan probiotik dengan kandungan bakteri
Bacillus natto yang baik untuk pencernaan. Bakteri ini juga dapat menekan
pertumbuhan bakteri patogen serta dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri baik
alami seperti Bifidobacterium dan Lactobacillus. Natto memiliki kandungan vitamin
K yang tinggi, karena dipengaruhi oleh tingginya vitamin K-dependen protein, yang
mampu mencegah osteoporosis dan juga inhibitor pada koagulasi darah. Salah
satu senyawa yang terkandung dalam natto adalah polyglutamic acid (PGA)
dimana senyawa ini memiliki manfaat sebagai antikanker, antibakteri, vaksin, dsb
(Alsaheb et al., 2016).
Di Indonesia, produk natto masih kurang dikenali oleh masyarakat.
Mengingat ragam potensi manfaatnya bagi kesehatan seperti yang sudah
disebutkan diatas, natto menjadi salah satu produk yang baik untuk dikonsumsi.
Perlu dilakuan sebuah usaha untuk memperkenalkan produk natto lebih luas lagi
2
oleh karena itu dapat dilakukan sosialisasi agar masyarakat lebih sadar mengenai
manfaat produk natto lebih lagi dapat mengkonsumsinya.
Kacang kedelai sebagai bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan
produk fermentasi natto termasuk kedalam komoditas yang cukup diminati namun
belum dapat memenuhi kebutuhan pasar. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2015
kedelai yang diproduksi mencapai ±960 ribu ton namun tidak mampu
mengimbangi permintaan konsumen yang tinggi sehingga seringkali harus
diimbangi degan impor (BPS, 2015). Guna mengatasi masalah tersebut, dapat
dilakukan inovasi berupa diversifikasi bahan baku dalam pembuatan natto.
Ada berbagai komoditas kacang-kacangan di Indonesia yang dapat
digunakan sebagai diversifikasi bahan baku natto. Kacang merah merupakan
kacang dengan nilai ekonomis tinggi memiliki kandungan antosianin sebagai
antioksidan namun selama ini hanya dimanfaatkan sebagai bahan pelengkap
masakan. Kacang hijau juga salah satu komoditas kacang yang banyak diproduksi
di Indonesia dan memiliki genestein dan daidzein sebagai salah satu senyawa
isoflavon dengan manfaat antioksidan, namun selama ini penggunannya hanya
sebatas konsumsi langsung atau setelah dikecambahkan. Kedelai hitam juga
termasuk komoditas kacang-kacangan di Indonesia dengan kandungan isoflavon
dan fenol yang tinggi tapi pemanfaatannya terbatas pada pengolahan kecap saja.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah diversifikasi
bahan baku sebagai inovasi dalam mengatasi masalah ketersediaan bahan baku
dapat mempengaruhi kemampuan antibakteri dari produk natto.
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh jenis kacang kedelai, kacang merah, kacang hijau,
dan kedelai hitam serta lama fermentasi terhadap kemampuan antibakteri
produk natto dan mendapatkan kombinasi perlakuan terbaik
3
2. METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan gelas beaker,
saring (cheese cloth), mikropipet, mikrotip, laminar air flow, kompor listrik,
inkubator (Binder), orbital shaker, oven (Binder), autoklaf (GEA), centrifuge,
timbangan analitik (Denver instrument M-310, USA), oven listrik 220 V (Memmert),
labu kjeldahl, lemari asam (Diamond Tempered, Indonesia), titran, soxhlet
(Gerhardt), labu lemak, desikator (Nalgene), kompor listrik (Maspion, Indonesia),
furnace (Neyo).
2.2.2 Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah starter natto
dibeli secara curah melalui online shop, kacang kedelai (Healthy Choice SNI:),
kacang merah (FINNA SNI:), Kacang Hijau (Healthy Choice SNI:) yang ketiganya
didapatkan dari Lai Lai Swalayan Malang dan kedelai hitam varietas detam 1 yang
didapatkan dari Balitkabi Malang, Jawa Timur. Bahan kimia yang digunakan pada
penelitian ini yaitu glukosa, yeast extract, MSG, K2HPO4, KH2PO4, MgSO4, agar,
methylene blue, nutrient agar, dan nutrient broth.
2.2 Metode Penelitian
2.2.1 Pembuatan Produk Natto
Tahap pertama pada percobaan ini adalah pembuatan produk fermentasi
natto. Pada tahap pertama ini dilakukan fermentasi untuk membuat produk natto
dengan menggunakan empat jenis kacang yang berbeda yaitu kacang kedelai,
kacang merah, kacang hijau, dan kacang kedelai hitam. Masing-masing kacang
disini memiliki komposisi nutrisi yang berbeda, oleh karena itu percobaan kali ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kacang terhadap kemampuan
antibakteri dari produk natto. Tahap pertama pembuatan produk natto dilakukan
pada tiga variasi lama fermentasi yaitu 24, 36, dan 48 jam. Pengujian yang
dilakukan pada tahap pertama yaitu pH, total plate count, kadar crude polyglutamic
acid, dan antibakteri dari produk natto.
4
Rancangan percobaan pembuatan produk fermentasi natto dilakukan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) tersarang / NESTED
berdasarkan penelitian yang akan dilakukan yakni menentukan jenis kacang dan
lama fermentasi yang akan digunakan. Faktor I adalah jenis kacang yang
digunakan yaitu kacang kedelai, kacang merah, kacang hijau, dan kacang kedelai
hitam. Faktor II adalah lama waktu fermentasi yaitu 24, 36, dan 48 jam. Rancangan
percobaan menghasilkan 12 perlakuan dengan tahapan pengulangan sebanyak 3
kali sehingga di dapatkan satuan percobaan yang dilakukan sebanyak 36 kali.
Adapun kombinasi perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Faktor I : Jenis kacang yang digunakan
K1 = Kacang kedelai
K2 = Kacang merah
K3 = Kacang hijau
K4 = Kacang kedelai hitam
Faktor II : Lama fermentasi natto
L1 = Lama fermentasi 24 jam
L2 = Lama fermentasi 36 jam
L3 = Lama fermentasi 48 jam
Dari kedua faktor tersebut, maka diperoleh kombinasi perlakuan seperti pada
Tabel 1 Rancangan penelitian pembuatan natto dengan jenis kacang berbeda
Jenis Kacang Lama fermentasi Kombinasi
K1 L1 K1L1 L2 K1L2 L3 K1L3
K2 L1 K2L1 L2 K2L2 L3 K2L3
K3 K4
L1 K3L1 L2 K3L2 L3 L1 L2 L3
K3L3 K4L1 K4L2 K4L3
Keterangan :
K1L1 = Lama fermentasi 24 jam pada jenis kacang kedelai
K1L2 = Lama fermentasi 36 jam pada jenis kacang kedelai
K1L3 = Lama fermentasi 48 jam pada jenis kacang kedelai
K2L1 = Lama fermentasi 24 jam pada jenis kacang merah
K2L2 = Lama fermentasi 36 jam pada jenis kacang merah
K2L3 = Lama fermentasi 48 jam pada jenis kacang merah
K3L1 = Lama fermentasi 24 jam pada jenis kacang hijau
5
K3L2 = Lama fermentasi 24 jam pada jenis kacang hijau
K3L3 = Lama fermentasi 36 jam pada jenis kacang hijau K4L1 = Lama fermentasi 24 jam pada jenis kacang kedelai hitam K4L2 = Lama fermentasi 36 jam pada jenis kacang kedelai hitam K4L3 = Lama fermentasi 48 jam pada jenis kacang kedelai hitam
2.2.2 Uji Perbandingan dengan Produk Komersil
Hasil pengujian yang didapatkan kemudian dianalisa ragam atau Analysis
of Variance (ANOVA) menggunakan software MINITAB 17 dengan selang
kepercayaan 95%. Apabila terdapat perbedaan nyata pada perlakuan yang
diberikan maka dilakukan uji lanjut menggunakan Dunecan’s Multiple Range Test
(DMRT) 5%. Selain itu, digunakan metode Zeleny untuk mengetahui perlakuan
terbaik lama fermentasi yang digunakan. Nantinya perlakuan terbaik akan
dibandingkan dengan produk natto komersil yang dijual dipasaran.
2.3 Pelaksanaan Penelitian
2.3.1 Pembuatan Produk Natto
a. Persiapan bahan baku kacang-kacangan
1. Kacang-kacangan direndam dengan air selama 8 jam
2. Dicuci dengan air mengalir
3. Kacang yang sudah direndam
b. Pembuatan Natto
1. Kacang yang sudah direndam ditimbang sebanyak 300 gram
2. Dimasak menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC selama 30 menit
3. Dimasukkan kedalam jar steril
4. Saat kacang masih hangat ditambahkan starter natto yang sudah
dilarutkan dengan 10 ml aquades
5. Jar ditutup dengan kain saring steril
6. Diinkubasi selama 24, 36, dan 48 jam
7. Produk natto
2.4 Pengamatan dan Analisa Data
2.4.1 Konfirmasi bakteri starter natto
Pengecatan gram (Turgeon, 2012)
Media selektif kemampuan produksi PGA (Chatterjee et al., 2010)
2.4.2 Analisis kimia bahan baku kacang-kacangan
Kadar air metode oven (AOAC, 1995)
Kadar protein metode kjeldahl (AOAC, 1995)
6
Kadar lemak metode soxhlet (AOAC, 1995)
Kadar abu metode pengabuan kering (AOAC, 1995)
Kadar karbohidrat (by difference) (AOAC, 1995)
2.4.3 Analisis produk natto
Total Plate Count (Marriott, 1997)
Antibakteri (Sari dkk, 2015)
Uji kadar crude PGA (Bajaj et al., 2017)
pH (AOAC, 1995)
2.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa statistik yaitu
analisa ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) dengan bantuan MINITAB 16
Statistical Software kepercayaan 95%. Apabila terdapat beda nyata pada interaksi
kedua perlakuan, maka dilakukan uji lanjut DMRT 5%. Selain itu digunakan pula
metode multiple attribute (Zeleny, 1992) untuk mengetahui perlakuan terbaik lama
fermentasi yang digunakan.
7
2.6 Diagram alir
2.6.1 Diagram alir penelitian
Direndam dengan air selama 8 jam (3:1)
Dicuci dengan air mengalir
Dimasak menggunakan retort pada suhu 121oC selama 30 menit
Dimasukkan kedalam jar steril
Diinokulasi satu kemasan starter bubuk natto dalam keadaan hangat
Ditutup dengan kain saring steril
Diinkubasi selama 24; 36; dan 48 jam dengan suhu 40oC
Dilakukan uji TPC Diukur PGA Diukur pH Diukur antibakteri
Gambar 1 Diagram alir penelitian
Kacang kedelai/ merah/ hijau/ kedelai hitam
Hasil
Starter bubuk natto + 10 ml
aquades
Analisis Kimia
- Air
- Karbohidrat
- Protein
- Lemak
- Abu
Dibandingkan
dengan produk
komersil
8
2.6.2 Diagram alir ekstraksi crude PGA
Dihentikan proses fermentasi
Dipanen hasil fermentasi natto
Dipindahkan kedalam erlenmayer
Diagitasi dengan rotary shaker 200 rpm selama 1 jam
Disaring dengan dua lapis kain saring
Disentrifugasi 8000 rpm selama 15 min
Diambil supernatant
Diuapkan cairan menggunakan oven
Gambar 2 Diagram alir ekstraksi crude PGA (modifikasi Bajaj et al., 2008)
Crude PGA
Natto
10 volume aquades (w/v)
9
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Penelitian Pendahuluan
3.1.1 Uji konfirmasi starter natto
Starter yang digunakan pada penelitian ini merupakan starter yang
didapatkan dari Tokopedia yang dijual dalam bentuk bubuk dan secara eceran
dalam kemasan kantong plastik klip 3x5. Kandungan bakteri dan atau mikroba
yang terdapat di dalam starter tersebut tidak diketahui jenisnya oleh karena itu
harus dilakukan konfirmasi. Konfirmasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah
bakteri dalam starter termasuk kedalam B. natto yang mempunyai kemampuan
untuk merubah kacang menjadi produk fermentasi berupa natto.
Karakteristik dari bakteri B. natto merupakan bakteri gram positif yang
memiliki morfologi berbentuk basil. Bakteri ini juga memiliki kemampuan untuk
menghasilkan polyglutamic acid yaitu polimer dari asam amino berupa asam
glutamat. Kedua karakter diatas berupa morfologi dan kemampuannya
menghasilkan polyglutamic acid akan dijadikan patokan utama pada penelitian ini
sebagai bentuk konfirmasi bakteri yang ada pada starter natto. Proses konfirmasi
akan dilakukan dua jenis pengujian yaitu pengecatan gram dan pengamatan
menggunakan mikroskop untuk mengetahui morfologi bakteri serta menumbuhkan
bakteri pada media selektif untuk mengetahui kemampuannya memproduksi PGA.
Pengecatan gram dilakukan sesuai dengan prosedur Turgeon (2012),
dimana bakteri akan dilakukan pengecatan menggunakan kristal violet yang dapat
masuk kedalam dinding sel bakteri. Starter natto terlebih dahulu ditumbuhkan pada
nutrient broth selama 24 jam kemudian dilakukan pengujian. Setelah proses
pengecatan dilakukan didapatkan hasil sesuai dengan Gambar 4.1 dimana
morfologi bakteri yang terdapat pada starter natto mempunyai bentuk basil dan
merupakan bakteri dengan jenis gram positif. Hal ini dapat disimpulkan karena
pada hasil pengecatan gram warna yang dihasilkan adalah biru kehitaman bukan
berwarna merah. Warna biru kehitaman tersebut dihasilkan dari kompleks kristal
violet-iodin yang tertinggal pada dinding sel bakteri. Kandungan peptidoglikan
pada dinding sel gram positif lebih banyak dibandingkan dengan dinding sel gram
negatif oleh karena itu pada gram positif mampu menahan Kristal violet dan tidak
luruh akibat pembilasan dengan etanol (Turgeon, 2012).