Laporan Akhir 1 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan dan penataan kawasan sentra pembangunan yang komprehensif untuk pengembangan sektor-sektor strategis dan pengembangan wilayah potensial sangat diperlukan dalam pencapaian hasil pembangunan yang optimal di wilayah Kota Samarinda. Sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur, Kota Samarinda merupakan kawasan yang memiliki potensi baik perekonomian, jasa, dan wisata. Dengan dukungan perkembangan kota-kota disekitarnya, serta sebagai simpul emas ke kota lainnya, yaitu Balikpapan, Kutai Kertanegara, dan Bontang, Kota Samarinda mulai melengkapi sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan. Permasalahan yang dihadapi dewasa ini adalah seringkali perencanaan tata ruang yang ada belum mampu mewadahi dan mengimbangi perkembangan serta potensi sektor strategis dan wilayah potensial yang pengembangannya tidak terlepas dari sektor lain. Dampak yang muncul dari perkembangan kota menimbulkan kecenderungan pola dan arah perkembangan kota dengan akibat berkurangnya perhatian terhadap sektor pertanian, yang diantaranya ditandai dengan pengalihan fungsi lahan, berkurangnya investasi sektor pertanian, serta implementasi dan pengembangan sektor pertanian yang minim. Oleh karena itu tujuan dari kegiatan rancang bangun dan perekayasaan Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri berbasis pemberdayaan masyarakat di Kota Samarinda, adalah memadukan penggunaan ruang dan segenap sumberdayanya secara fungsional antar berbagai sektor untuk mendorong sektor strategis/ potensial agar tercapai pertumbuhan wilayah yang seimbang. Rancang-bangun Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri ini merupakan salah satu bentuk model perencanaan dan penataan ruang untuk sektor strategis dan potensial yang diharapkan dapat mendorong percepatan peningkatan nilai tambah yang diikuti peningkatan produksi wilayah pada sentra-sentra produksi dari sektor-sektor agrokompleks yang didukung oleh fasilitas, sarana dan prasarana fisik, yang dapat diandalkan. Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan di Kota Samarinda, dipandang perlu adanya penyusunan rencana pengembangan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO) guna pengembangan komoditas unggulan, yaitu sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan pariwisata yang didukung oleh ketersediaan sumber energi listrik, air bersih,
73
Embed
Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Akhir 1 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan dan penataan kawasan sentra pembangunan yang komprehensif
untuk pengembangan sektor-sektor strategis dan pengembangan wilayah
potensial sangat diperlukan dalam pencapaian hasil pembangunan yang optimal
di wilayah Kota Samarinda. Sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur, Kota
Samarinda merupakan kawasan yang memiliki potensi baik perekonomian, jasa,
dan wisata. Dengan dukungan perkembangan kota-kota disekitarnya, serta
sebagai simpul emas ke kota lainnya, yaitu Balikpapan, Kutai Kertanegara, dan
Bontang, Kota Samarinda mulai melengkapi sarana dan prasarana penunjang
yang diperlukan.
Permasalahan yang dihadapi dewasa ini adalah seringkali perencanaan tata
ruang yang ada belum mampu mewadahi dan mengimbangi perkembangan
serta potensi sektor strategis dan wilayah potensial yang pengembangannya
tidak terlepas dari sektor lain. Dampak yang muncul dari perkembangan kota
menimbulkan kecenderungan pola dan arah perkembangan kota dengan akibat
berkurangnya perhatian terhadap sektor pertanian, yang diantaranya ditandai
dengan pengalihan fungsi lahan, berkurangnya investasi sektor pertanian, serta
implementasi dan pengembangan sektor pertanian yang minim.
Oleh karena itu tujuan dari kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri berbasis pemberdayaan
masyarakat di Kota Samarinda, adalah memadukan penggunaan ruang dan
segenap sumberdayanya secara fungsional antar berbagai sektor untuk
mendorong sektor strategis/ potensial agar tercapai pertumbuhan wilayah yang
seimbang.
Rancang-bangun Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri ini
merupakan salah satu bentuk model perencanaan dan penataan ruang untuk
sektor strategis dan potensial yang diharapkan dapat mendorong percepatan
peningkatan nilai tambah yang diikuti peningkatan produksi wilayah pada
sentra-sentra produksi dari sektor-sektor agrokompleks yang didukung oleh
fasilitas, sarana dan prasarana fisik, yang dapat diandalkan.
Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan di Kota
Samarinda, dipandang perlu adanya penyusunan rencana pengembangan
Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO) guna pengembangan
komoditas unggulan, yaitu sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan
pariwisata yang didukung oleh ketersediaan sumber energi listrik, air bersih,
Laporan Akhir 2 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
transportasi dan komunikasi yang memadai. Kawasan ini sebagai Sentra
Pengembangan Produksi mulai dari berskala kecil (mikro) hingga berskala besar
(makro) dan ekonomis. Ini dilakukan untuk meningkatan pertumbuhan ekonomi
di wilayah Kota Samarinda, serta pemerataan pembangunan ekonomi
masyarakat. Dalam jangka pendek upaya ini diharapkan dapat mendorong
pemanfaatan sumber daya wilayah dalam arti luas dan pengembangan
infrastruktur penunjangnya secara optimal.
Kajian tentang Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri di Kota
Samarinda ini, mempunyai peran penting sebagai arahan dan peluang lokasi
investasi bagi pemerintah maupun swasta dan masyarakat dalam mencapai
efisiensi, efektivitas, dan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan
sentra-sentra produksi dari sektor agrokompleks. Kajian ini akan mencakup
tentang rencana induk, rencana aksi, dan rencana implementasi Kawasan
Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO) sebagai sentra produksi.
1.2 Tujun dan Sasaran
1.2.1. Tujuan Umum
Memberdayakan ekonomi daerah dan ekonomi masyarakat di Kota Samarinda
bertumpu kepada keunggulan sumberdaya wilayah melalui model
pengembangan KIPMAKO.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasikan dan merancang KIPMAKO di Kota Samarinda, dengan
komponen-komponennya adalah;
a. Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO), yang terdiri
atas: Kawasan Sentra Produksi Pertanian (KSPP) dan Kawasan Sentra
Industri Pertanian (KSIP)
b. Kawasan Wisata/ Pusat Pendidikan Pertanian Masyarakat Kota (P3MK)
terdiri atas komponen utamanya;
Breeding center tanaman industri, pangan, perkebunan dan buah
tropika.
Mini-plant pengolahan pupuk organik
Breeding center hewan ternak
Mini-plant pengolahan pakan ternak.
c. Cluster fasilitas air bersih yang mengolah air hujan, air permukaan, dan air
bumi yang menyatu dengan system DAS yang ada.
Laporan Akhir 3 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
d. Cluster pusat informasi bisnis/ sub terminal agribisnis Kawasan Sentra
Penjualan Hasil Industri Pertanian (KSPIH).
2. Merekayasa strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan model
Pertanian Berkebudayaan Industri dengan komoditas unggulannya sehingga
mempunyai posisi tawar yang memadai dan bernegosiasi dengan investor
bisnis.
3. Menghimpun teknologi pendukung pengembangan kawasan industri
Pertanian milik masyarakat berbasis agrokompleks di Kota Samarinda,
Khususnya;
a. Mencegah degradasi lingkungan dan menjaga keseimbangan ekologis;
b. Menjamin ketahan pangan khususnya di wilayah kota Samarinda;
c. Teknologi produksi yang berorientasi nilai tambah dan berkelanjutan;
d. Teknologi yang berbasis sumberdaya lokal dan ramah lingkungan.
1.2.3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri di Kota
Samarinda adalah:
1. Tertatanya Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota dengan komoditi
unggulannya melalui pendekatan ruang dan pengisian ruang melalui skenario
pengembangan prioritas kawasan maupun jenis komoditas yang
dikembangkan dalam masing-masing kawasan industri tersebut.
2. Pemanfaatan ruang kawasan hutan dan sekitarnya dengan segenap
sumberdayanya sesuai dengan pengembangan sektor perikanan, pertanian,
perkebunan, peternakan dan pariwisata yang mendorong terwujudnya pola
dan struktur ruang yang mendukung perwujudan KIPMAKO
3. Tertatanya sarana jasa pelayanan perbankan/permodalan dan system
informasinya mengenai kendala dan persoalan dalam upaya pemberdayaan
kegiatan usaha produktif masyarakat
4. Tertatanya fasilitas sarana prasarana penunjang kawasan industri pertanian,
seperti tersedianya jaringan irigasi, listrik, air bersih, transportasi dan
telekomunikasi di kawasan sentra produksi dalam upaya pengembangan
komoditi unggulan wilayah.
Mendorong terwujudnya keterpaduan program dalam pengembangan KIPMAKO
yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah.
Laporan Akhir 4 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
1.3 Sistematika laporan Akhir
Laporan Akhir untuk pekerjaan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Materi ini menjelaskan tentang pejelasan umum, tujuan proyek dan
sistematika usulan teknis.
Bab 2 : Pendekatan & Metodologi
Materi ini membahas mengenai pendekatan dan metodologi penyelesaian
pekerjaan Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayan Industri, serta
strategi-strategi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Bab 3 : Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri Pertanian di Kota Samarinda
Materi ini merupakan analisa tentang kebijakan daerah mengenai
pengembanngan kawasan industri yang didasarkan pada Rencana Tata
Ruang Wilayah.
Bab 4 : Potensi Kota Samarinda
Materi ini menjelaskan potensi yang dimiliki Kota Samarinda khususnya
bidang pertanian beserta dengan jenis komoditas pertanian yang ada di Kota
Samarinda.
Bab 5 : Penentuan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota
Materi ini menjelaskan tentang kawasan - kawasan yang dapat dikembangkan
menjadi kawasan industri pertanian masyarakat kota di Kota Samarinda
Bab 6 : Startegi Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pengembangan Model
KIPMAKO
Pada materi ini menjelaskan tentang strategi yang dapat dilaksanakan dalam
pemberdayaan masayarakat melalui model KIPMAKO
Bab 7: Kesimpulan dan Rekomendasi
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari studi ini dan rekomendasi yang dapat
diberikan dalam pengembangan kawasan industri pertanian di Kota
Samarinda.
Laporan Akhir 5 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
BAB 2 PENDEKATAN & METODOLOGI
2.1 Pendekatan
Skenario Master Plan Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri disusun
melalui penyusunan program-program secara terarah dan benar ke dalam
tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilalui (identifikasi, skenario, program
pengembangan dan program terpilih). Setiap tahapan program/ kegiatan harus
dapat mencerminkan alur proses input-output yang dapat dikendalikan dari
acuan dan atau parameter kinerja sehingga program yang dikembangkan
sebagai program terpilih mengikuti kerangka pemikiran Master Plan.
Skenario rencana tindak dan rencana implementasi yang merupakan
pengembangan lanjutan dari program Master Plan yaitu berupa program
terpilih, selanjutnya disusun secara sistematis untuk memahami muatan-muatan
apa saja yang dapat dijabarkan/diimplementasikan (dalam satuan; volume,
biaya, waktu, sumber pembiayaan dan pengelolaannya) dalam setiap program
berdasarkan sasaran. Dalam hal ini, program-program yang dimaksud adalah
program-program yang memiliki kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Setiap
program dilengkapi dengan pola-pola pengembangan pelaksanaan yang
mengacu dan memperhatikan seberapa besar dukungan yang ada untuk
mengetahui kemudahan-kemudahan maupun kendala-kendala pengembangan
usaha di suatu kawasan pengembangan.
Kepentingan tersebut diatas dimaksudkan untuk memberikan informasi awal
bagi masyarakat dan investor, misalnya adanya aspek pembiayaan dan
mekanisme insentif dan disinsentif. Di dalam program-program terpilih dari
satuan program, ada program yang dapat langsung dilaksanakan (action) tanpa
melalui tahapan profil investasi, misalnya program peningkatan sumberdaya
manusia melalui sistem pelatihan. Profil investasi dalam hal ini adalah suatu
tahapan program yang masih perlu diperkenalkan kepada para
pengusaha/investor melalui kegiatan promosi yang dapat diadakan oleh
Laporan Akhir 6 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Sekretariat Sentra Produksi untuk disosialisasikan kepada segenap lapisan
masyarakat.
2.1.1 Kelayakan Pertanian Berkebudayaan Industri (Agropolitan)
1. Kekuatan
a. Ketersediaan bahan baku potensial yang didukung oleh keunggulan
komparatif kondisi sumberdaya alam dan agroekologi
b. Sifat unggul agrokompleks hortikultura untuk pasar regional dan nasional
c. Ketersediaan sumberdaya alam wilayah yang unggul
d. Sarana/prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi
terhadap pengembangan agrokompleks
e. Potensi pasar yang sangat besar
2. Kelemahan
a. Kesenjangan hasil-hasil LITBANG ke aplikasi komersial
b. Industri pengolahan agroindustri bertindak juga sebagai ‖lembaga
pemasaran‖
c. Belum terbentuknya keterkaitan kemitraan yang adil antar pelaku (cluster)
produksi-industri dan distribusi agrokompleks
d. Produk hilir masih terbatas pada olahan sederhana
e. Tingginya komponen biaya transportasi dalam struktur biaya produksi
dan belum adanya transportasi darat yang memadai
3. Peluang
a. Pasar domestik (lokal, regional dan nasional) sangat terbuka, demikian
juga pasar global
b. Diversifikasi produk-produk agroindustri sangat potensial
c. Kebutuhan pengembangan keterkaitan antar cluster agribisnis dalam
kelembagaan
d. Kebutuhan pemberdayaan sistem kelembagaan agrokompleks
e. Pembangunan prasarana jalan dan jaringan transportasinya
4. Ancaman
a. Hambatan-hambatan sistem distribusi komoditi domestik dan ekspor
b. Persaingan dengan produk-produk hortikultura negara lain
c. Persaingan dalam penggunaan SDM yang masih terbatas
d. Hambatan-hambatan sistem industri agrokompleks, pola kemitraan dan
partsispasi masyarakat lokal
Laporan Akhir 7 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
2.1.2 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan
Agropolitan merupakan salah satu kerangka perencanaan wilayah yang secara
eksplisit menyebutkan perlunya keterpaduan pengembangan antara wilayah
perkotaan dengan perdesaan.
Konsep agropolitan mengindikasikan bahwa pengembangan perdesaan dapat
dilakukan dengan baik melalui keterkaitan perdesaan dengan perkotaan pada
tingkat lokal. Terdapat tiga isu strategis dalam pengembangan agropolitan, yaitu:
(a) aksesibilitas terhadap lahan dan irigasi; (b) devolusi otoritas administratif dan
politis ke tingkat lokal; serta (c) perubahan kebijakan pembangunan nasional yang
mendukung terciptanya diversifikasi produk pertanian.
Friedman (1992), menyebutkan bahwa tantangan terbesar dalam pengembangan
agropolitan adalah bagaimana kita mengintegrasikan local capacity building dan
partisipasi masyarakat kedalam suatu program untuk mempercepat mutually
benefits bagi kawasan perdesaan dan perkotaan dalam kerangka pembangunan
nasional.
Secara umum dalam pengembangan wilayah, konsep pengembangan kawasan
agropolitan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang lebih
mendasarkan kepada keterkaitan/jaringan di daerah desa (Regional Network). Jika
dibandingkan dengan teori pengembangan pusat pertumbuhan (Growth Pole)
terdapat sejumlah perbedaan baik dilihat dari sektor dasar, sistem kekotaan,
hubungan desa-kota, model perencanaan, dan wilayah kebijakannya.
Agribisnis meliputi seluruh kegiatan yang termasuk dalam manufaktur dan
distribusi input produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran
komoditi pertanian dan jasa-jasa penunjang lainnya yang terkait. Dengan
demikian agribisnis meliputi sektor pertanian dan industri.
Memandang agribisnis sebagai suatu sistem maka kegiatan produksi pertanian
yang dilakukan oleh petani, serta kegiatan industri pengolahan dan pemasaran
yang dilakukan oleh petani di satu sisi, dan kegiatan industri pengolahan dan
Laporan Akhir 8 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha di sisi lain merupakan bagian yang
tidak terpisahkan, sehingga diperlukan sinkronisasi kedua pelaku ekonomi
tersebut untuk membangun agribisnis yang tangguh dan berdaya saing.
2.2 Rencana Strategis
Pendekatan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO)
memandang kawasan sebagai suatu sistem produksi, yakni input, proses dan
output. Dari sudut pandang ini KIPMAKO harus mempertimbangkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses produksi bidang pertanian tanaman
pangan dan perikanan. Dengan demikian kajian yang berkaitan penyediaan input
di dalam KIPMAKO, pengelolaan sumberdaya dan jenis produk yang dihasilkan
perlu dilakukan, sehingga dapat ditentukan besaran komoditas yang akan
dikembangkan. Mengenali permasalahan yang dihadapi dalam rangka
pengembangan komoditas tersebut.
Kawasan sentra produksi di Kota Samarinda, Propinsi Kalimantan Timur lebih
difokuskan kepada kegiatan dan komoditas pertanian dan sub sektornya yaitu
perkebunan, peternakan yang telah ditetapkan sebagai sektor unggulan, temasuk
Agrowisata. Sektor unggulan ini selanjutnya dikembangkan sebagai sektor
penggerak utama dalam KIPMAKO.
Dalam kaitannya dengan rencana ruang yang ada, kegiatan ini merupakan upaya
untuk mengisi dan mengoptimalkan pemanfaatan ruang yang mengacu pada
rencana tersebut, sekaligus secara interaktif memberikan umpan balik bagi
penyempurnaan rencana itu sendiri. Sedangkan dari sisi output, dimaksudkan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, serta sekaligus
mengoptimalkan pemerataan pembangunan ekonomi wilayah.
Keberadaan KIPMAKO ini menjadi penting sebagai acuan lokasi investasi bagi
pemerintah dan swasta, khususnya dalam upaya untuk mencapai efisiensi,
efektifitas dan nilai tambah. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu
upaya untuk mengoptimalkan pemberdayaan tata ruang dan sumberdaya
Laporan Akhir 9 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
wilayah yang ada dan dapat mempermudah perumusan dukungan pembangunan
sarana dan prasarana penunjang kegiatan pertanian dalam arti luas.
2.2.1 Kegiatan Pembangunan Sistem Informasi Potensi Wilayah
Survei lapangan dilakukan Kota Samarinda yang secara administratif berada di
Wilayah Propinsi Kalimantan Timur, antara lain dimaksudkan untuk
memantapkan kondisi eksisting dan potensi pengembangan komoditas yang
berada pada wilayah tersebut.
Hasil kajian data eksisting, baik dari hasil suvei instansional maupun survei
lapangan, dianalisis menurut kriteria-kriteria berdasarkan tingkat kebutuhan
dalam pembuatan master plan pengmbangan Kawasan Industri Pertanian
Masyarakat Kota (KIPMAKO).
2.2.2 Kegiatan Pengembangan Agropolitan
Penentuan Kawasan Sentra Produksi dikembangkan dari pengertian fungsi
pertanian dalam arti luas. Semua wilayah kecamatan memiliki potensi yang sama
untuk diseleksi berdasarkan potensi tanaman pertanian, perikanan, peternakan
dan perkebunan berikut sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di setiap
wilayah kecamatan.
Skenario pengembangan KSPP terpilih ditempuh melalui skala pengembangan
kawasan. Pertama, pemilihan KSPP prioritas ditujukan untuk memudahkan
pengarahan pemanfaatan ruang yang bergulir/ bertahap, terarah guna
mengantisipasi kemampuan pembangunan yang terbatas. Kedua, pengisian ruang
sejalan dengan kemampuan pembangunan yang terbatas, sehingga diperlukan
adanya skala prioritas. Dengan skenario tersebut, maka program sektor prioritas
pengembangan utama KIPMAKO melalui pengisian ruang kawasan terbangun
tersebut dapat disajikan secara terintegrasi dan menyeluruh.
Laporan Akhir 10 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
a. Persiapan
Identifikasi kawasan Agropolitan yang mendasarkan pada kebutuhan masyarakat
setempat, meliputi :
a. Lokasi kawasan agropolitan yang disertai peta lokasi.
b. Faktor penghambat perkembangan masyarakat/ kawasan, yang diprioritaskan
penanganannya.
c. Kebutuhan dan kapasitas sosial ekonomi masyarakat.
d. Sumberdaya Alam, Manusia dan Buatan dalam kawasan agropolitan yang
berpotensi untuk dikembangkan.
e. Koordinasi, konsolidasi dan integrasi database kawasan agropolitan yang
meliputi berbagai data dasar dan data penunjang, baik yang bersifat spasial,
numerik, digital dan analog, dalam kerangka meningkatkan kualitas kajian dan
analisis perencanaan untuk penanganan program kawasan agropolitan.
b. Perencanaan
Penyusunan rencana pengembangan kawasan agropolitan dengan melibatkan
tenaga profesional dan tenaga pendamping masyarakat di kawasan agropolitan
(LSM, tokoh masyarakat, organisasi kepemudaan).
c. Pelaksanaan
a. Menyusun rencana pengembangan kawasan agropolitan yang terfokus pada
peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat setempat. Untuk itu perlu disusun
strategi penanganannya dengan melibatkan stakeholders.
b. Menyusun rencana penanganan kawasan agropolitan yang terfokus pada
peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat setempat.
c. Menyusun rencana penyediaan prasarana dan sarana (perhubungan,
transportasi darat/air, listrik dan air bersih berteknologi sederhana, dan
sebagainya) yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas atau tingkat sosial
ekonomi masyarakat kawasan agropolitan.
2.3 METODOLOGI
Laporan Akhir 11 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
2.3.1 Batasan istilah
(1). Sentra Pengembangan
Sentra Pengembangan adalah suatu hamparan komoditas bersekala ekonomi di
suatu wilayah agroekosistem, dimana wilayah terebut dilengkapi dengan
sarana–prasarana yang dibutuhkan, kelembagaan, pengolahan/ pemasaran, dan
sektor lain yang menunjang perkembangan dari sentra komoditas tersebut.
(2). Komoditas Andalan
Komoditas andalan adalah sejumlah komoditas yang dapat dibudidayakan
/dikembangkan di suatu wilayah kabupaten berdasarkan analisis kesesuaian
agroekologi (tanah dan iklim)
(3). Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan adalah salah satu komoditas andalan yang paling
menguntungkan untuk diusahakan/dikembangkan di suatu wi-layah yang
mempunyai prospek pasar dan peningkatan pendapatan/kesejahteraan petani
dan keluarga serta mempunyai potensi sumberdaya lahan yang cukup besar.
(4). Komoditas Penunjuang
Komoditas penunjang ialah komoditas-komoditas lain yang dapat dipadukan
pengusahaannya dengan komoditas pokok (unggulan) yang dikembangkan di
suatu lokasi/sentra komoditas unggulan dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya (lahan, tenagakerja, sarana / prasarana) dan
peningkatan penda patan petani melalui peningkatan produksi maupun
keterpaduan pengusahaannya akan meningkatkan efisiensi/saling memanfaat
kan.
(5). Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu kegiatan penanganan komoditas secara
komprehensif mulai dari hulu sampai hilir (pengadaan dan penyaluran agro-
input, proses produksi, pengolahan dan pema saran).
2.3.2 Jenis dan Sumber Data
Laporan Akhir 12 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Data dan informasi yang dikumpulkan diarahkan untuk dapat memberikan
gambaran tentang tata ruang wilayah Kota serta peruntukannya untuk
pengembangan pertanian. Dari peta kesesuaian lahan yang dihasilkan oleh
RePPProT dan PPTA dapat diidentifikasikan kesesuaian lahan etersebut untuk
pengembangan komoditas pertanian. Identifikasi komoditas yang dapat
diusahakan pada kawasan pertanian tersebut juga penting sebagai bahan
pertimbangan untuk penyusunan rencana pengembangan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Menggunakan data sekunder, baik yang berasal dari data RUTR Kabupaten
yang telah dikumpulkan instansi pemerintah daerah setempat maupun yang
berasal dari studi-studi lain
b. Peta sistem lahan dari hasil Studi RePPProT
c. Peta Kesesuaian Lahan (kalau sudah ada).
d. Peta Status lahan/penggunaan lahan dari BPN
e. Mengumpulkan data langsung di wilayah melalui instansi/lembaga di
kabupaten atau pengamatan langsung di lapangan.
2.3.3 Metode Analisis
Dalam penyusunan Masterplan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota
(KIPMAKO) di Kota Samarinda, metode analisis yang dipakai antara lain :
1. Analisis Tata Ruang Kawasan
2. Analisis Ekonomi Wilayah (analisis basis ekonomi)
3. Analisis Sektor Pertanian dan Ekonomi Pertanian
- Analisis kesesuaian lahan
- Analisis iklim, hidrologi dan kemampuan lahan
- Analisis mekanisme pasar
4. Analisis SWOT, serta analisis sektor potensi sektoral dalam pengembangan
Agropolitan.
5. Analisis Pembiayaan Pembangunan terkait dengan pengembangan KIPMAKO.
Laporan Akhir 13 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
2.3.4 Studi Pustaka
Konsultan mengumpulkan hasil studi, perencanaan, data-data maupun laporan-
laporan yang berhubungan dengan pekerjaan ini. Studi Pustaka, berupa studi
kepustakaan terhadap semua peraturan yang terkait dengan pembangunan sektor
pertanian, laporan-laporan yang berhubungan dengan survai, investigasi dan
potensi pertanian di Kota Samarinda atau kota-kota lain yang pernah dilakukan.
Hasil studi ini akan dijadikan sebagai acuan untuk studi.
2.3.5 Survai Pendahuluan
Survai pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai kondisi
lapangan yang sesungguhnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kondisi
pertanian kota Samarinda dan permasalahan yang dihadapi saat ini serta analisa
awal penyebab permasalahan yang ada.
2.3.6 Penyusunan Rencana Kerja
Berdasarkan studi pustaka dan data yang tersedia dan data-data hasil survai
pendahuluan dan pengumpulan data sekunder akan disusun rencana kerja lebih
rinci, sesuai dengan lingkup pekerjaan yang diminta dalam Kerangka Acuan Kerja
(TOR). Rencana kerja tersebut meliputi tahapan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
tujuan dan lingkup pekerjaan, durasi waktu pelaksanaan, dan kondisi lapangan.
Dalam rencana survei akan ditentukan jenis data yang akan dikumpulkan, dan
formulir-formulir survei untuk setiap jenis survei dan daftar pertanyaan untuk
melaksanakan wawancara dengan penduduk yang tinggal di areal tersebut, para
pejabat pemerintah setempat, dan nara sumber lainnya yang menyangkut areal
tersebut. Rencana survei akan dibahas bersama dan disetujui oleh Direksi pekerjaan.
2.3.7 Pekerjaan Survai, Investigasi, Identifikasi dan Pengumpulan Data
Agar studi ini disusun dengan dukungan data yang akurat, diperlukan survai,
investigasi, identifikasi dan pengumpulan data sekunder. Survai lapangan
dimaksudkan untuk melihat kondisi dan identifikasi kondisi pertanian kota yang
ada, rencana-rencana dan laporan-laporan hasil studi terdahulu yang di anggap
berhubungan dengan studi pertanian berkebudayan industri serta menentukan
kebutuhan-kebutuhan bagi peningkatan dan penyempurnaan prasarana
persampahan dan prasarana lain yang sudah ada.
Laporan Akhir 14 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
BAB 3 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
KAWASAN INDUSTRI PERTANIAN DI
KOTA SAMARINDA
3.1. Konsep Umum Pembangunan Kota Samarinda
Program pembangunan daerah disusun selaras dengan pembangunan nasional
yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata secara
materiil maupun spirituil. Program Pembangunan Kota Samarinda memiliki sasaran
pembangunan ekonomi yang seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan didukung oleh bidang lain yang terkait.
Perubahan kebijakan pembangunan nasional memasuki paradigma baru dengan
menguatnya peranan daerah tentang desentralisasi kewenangan yang
menggantikan kebijakan sentralistik di masa lalu, khususnya di bidang
pembangunan ekonomi. Perubahan paradigma pembangunan nasional bergulir
dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Rl Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dalam pendekatan ini Pemerintah
Daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan pembangunan
perekonomian secara irtensif. Pembangunan daerah diarahkan untuk mampu
menggali potensi sumber daya lokal melalui upaya industrialisasi dengan
manajemen profesional dan mandiri, biasa disebut sebagai prograrn pembangunan
otonomi daerah (OTDA).
Namun pelaksanaan otonomi daerah Kota Samarinda harus dilaksanakan dengan
berhati-hati dan cermat. Perlu dikenali adanya karakteristik khusus yang harus
dilindungi, jangan sampai upaya mengejar pertumbuhan ekonomi dengan
mengeksploitasi habis sumber daya daerah, sehingga perlu dijaga dan dikelola
adanya karakter khusus sumberdaya daerah yang menjadi penopang perekonomian
secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Karakter khusus daerah dapat
Laporan Akhir 15 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
berupa potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi produksi
maupun akses pemasaran.
Berdasar Program Pembangunan Daerah (Propeda) dan Rencana Strategis (Renstra)
Kota Samarinda periode 2006 — 2010, program pembangunan kota diarahkan
sebagai Kota Jasa, industri, Perdagangan dan Permukiman yang berwawasan
lingkungan guna mencapai masyarakat yang bertaqwa, berkualitas dan sejahtera.
Dengan tujuan pembangunan adalah:
Meningkatkan kemandirian sumberdaya manusia, masyarakat Kota Samarinda
dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan tekno1:igi (iPTEK) sebagai potensi
untuk mewujudkan kesejahteraan Iahir batin yang selaras, merata adil dan
makmur.
Menselaraskan Iaju pertumbuhan Kota antar wilayah kecamatan, kelurahan, antar
sektor yang sejalan dengan peningkatan efektivitas penataan ruang serta
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.
Peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor yang berasal dari sumber daya
alam (SDA) yang selama ini memberikan kontibusi yang cukup besar terhadap
pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) namun belum dinikmati
secara proporsional oleh Kota Samarinda.
Peningkatan investasi dan peran swasta yang mendorong penguatan ekonomi
rakyat dengan penyiapan unsur penunjang berupa informasi-informasi dari
pemerintah daerah mengenai proyek pembangunan yang berskala besar serta
penyederhanaan prosedur administrasi.
Meletakkan landasan pembangunan yang mantap untuk tahapan pembangunan
berikutnya dengan paradigma baru Indonesia masa depan dalam mewujudkan
citacita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Sasaran pembangunan Kota Samarinda bertumpu pada bidang Pengembangan
Wilayah yang seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
didukung pula oleh pembangunan di bidang sosial budaya dan pembangunan
ekonomi. Sasaran pembangunan ekonomi bertumpu pada Sektor Perdagangan dan
Sektor Industri Pengolahan sebagai dua sektor yang memiliki kontribusi dominan
terhadap perekonomian Kota Samarinda Kebijakan dan Program Pembangunan
Sektor Industri dan Perdagangan tahun 2006-2010 antara lain meliputi :
Laporan Akhir 16 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Permasalahan yang dihadapi :
Pengelolaan usaha/industri dan perdagangan pada umumnya belum ditangani
secara profesional, terutama industri dan perdagangan menengah kecil (termasuk
usaha rumah tangga). Kondisi usaha menengah kecil pada umumnya lemah
dalam aspek produktivitas, sumber daya manusia, manajemen, teknologi,
permodalan, dan pemasaran sehingga perkembangannya relatif rendah;
Ketergantungan pasokan dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan pokok,
barang penting dan barang strategis lainnya;
Terbatasnya struktur komoditas ekspor (non migas) dan negara tujuan ekspor;
Kerjasama kemitraan antara usaha besar, menengah dan kecil serta koperasi belum
sebagaimana yang diharapkan untuk menumbuhkembangkan ekonomi rakyat;
Terbatasnya infrastruktur pada daerah sentra produksi;
Kurang terserapnya tenaga-tenaga kerja lokal karena spesifikasi keahlian yang
dipedukan tidak sesuai;
Tujuan dan Sasaran
Peningkatan peran usaha industri dan perdagangan menengah dan kecil serta rumah
tangga (UKM/RT) dalam menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan;
Penguatan struktur industri dan pemanfaatan hasil pertanian melalui pembangunan agro
industri dan agrobisnis;
Peningkatan profesionalisme usaha industri dan perdagangan dalam aspek
produktivitas, sumber daya manusia, manajemen, teknologi, permodalan, dan
pemasaran;
Pengembangan industri berorientasi ekspor;
Terjaminnya distribusi dan kebutuhan pokok masyarakat;
Pengembangan infrastruktur pada daerah sentra produksi;
Kebijakan Pembangunan
Peningkatan industri berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan dan lestari;
Mendorong perkembangan usaha industri;
Meningkatkan kesempatan usaha industri yang berbasis bahan baku
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
Laporan Akhir 17 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Program Pembangunan
Peningkatan industri kecil, menengah dan skala besar melalui pola kemitraan;
Peningkatan SDM di bidang industri;
Peningkatan derajat lingkungan industri;
Peningkatan infrastruktur bidang industri;
Peningkatan parasarana dan sarana di kawasan industri;
Pengembangan kawasan industri;
Peningkatan kemampuan penguasaan ilmu pengetanuan dan teknologi (IPTEK).
3.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda
3.2.1. Konsep Penataan Ruang Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota
A. Dasar Pertimbangan
Saat ini telah berlangsung perubahan pada sektor sosial dan ekonomi yang
berpengaruh terhadap pola penataan ruang secara umum di Indonesia. Perubahan
ini tentu akan membawa dampak pada berbagai sektor pengembangan, dan
merubah tata ruang wilayah sejalan dengan pertumbuhan sektor industri berbasis
pertanian, manufaktur dan jasa.
Meningkatnya Pertumbuhan Penduduk dan Konversi Lahan
Banyak daerah di Indonesia yang saat ini sedang mengalami masa transformasi
ekonomi dan demografi yang mengarah kepada kehidupan perkotaan. Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki laju pertumbuhan penduduk
perkotaan yang cukup tinggi di dunia. Sepuluh tahun mendatang, diperkirakan ada
sekitar 60% jumlah penduduk di Indonesia yang tinggal di kawasan
perkotaan.Kawasan perkotaan memberikan sumbangan yang berarti bagi
pertumbuhan ekonomi dan sosial. Kawasan perkotaan menjadi pusat jasa,
perdagangan eceran, bisnis modem, pelayanan kesehatan, pendidikan, kesenian dan
kebudayaan serta kegiatan-kegiatan yang sarat dengan inovasi teknologi.Bahkan
tidak jarang kawasan perkotaan menjadi lokasi bagi kawasan industri khususnya
industri manufaktur. Semua ini tentunya meningkatkan aspek ekonomi di kawasan
perkotaan yang bersangkutan. Namun demikian, kegiatan ekonomi pada akhirnya
menjadi pull factor yang meningkatkan jumlah penduduk perkotaan.
Laporan Akhir 18 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Meningkatnya penduduk perkotaan dibarengi dengan tuntutan yang lebih besar
akan sarana dan prasarana perkotaan. Kebutuhan lahan permukiman dan sarana
pendukungnya termasuk pelayanan dasar dan prasarana kota yang berkualitas,
berikut sarana transportasi seringkali mengakibatkan gejala urban sprawl dengan
mengkonversi lahan disekitar kawasan perkotaan menjadi lahan pendukung
masyarakat perkotaan. Daerah perkotaan cenderung berkembang dan berubah
seiring dengan tuntutan masyarakatnya. Disisi lain, daerah perdesaan juga memiliki
kecenderungan berubah. Sejalan dengan perubahan kehidupan yang mengarah
kepada kehidupan perkotaan, jumlah masyarakat di perdesaaan yang bekerja di
sektor pertanian memiliki kecenderungan berkurang. Kecenderungan saat ini
adalah berubahnya daerah perdesaan yang semula merupakan daerah pertanian
berubah menjadi lahan untuk kegiatan-kegiatan industri dan perumahan.Melihat
kecenderungan tersebut, maka pembangunan kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan diusahakan untuk saling menguntungkan dan memperkuat peranan
masing-masing. Kegiatan ekonomi kedua kawasan tersebut harus saiing
mendukung. Penduduk perdesaan merupakan passer bagi produk yang dihasilkan
kawasan perkotaan dan menyediakan input bagi sektor produksi dan konsumsi
perkotaan. Sedangkan daerah perkotaan merupakan sumber barang jasa untuk
kepentingan produksi daerah perdesaan sekaligus menjadi sumber inovasi dan
teknologi yang meningkatkan produktivitas perdesaan.
Globalisasi
Konteks perkembangan Indonesia dipengaruhi oleh perubahan lingkungan pada
saat sekarang. Dunia mengalami proses perubahan menuju globalisasi. Sebuah
perubahan yang dipacu oleh perkembangan teknologi terutama di bidang
informasi, komunikasi dan transportasi.Kemajuan teknologi akan berdampak pada
penataan ruang karena tersebamya kegiatan-kegiatan perkotaan yang didukung
oleh teknologi komunikasi dan transportasi. Kecenderungan kegiatan footloose
dapat terjadi dimana saja yang mendorong proses desentralisasi kegiatan
perkotaan.Berkaitan dengan globalisasi, terdapat fenomena perdagangan bebas
yang sekarang merambah ke banyak negara. Skema perdagangan bebas ASEAN
(AFTA) dimulai tahun 2003, demikian juga perjanjian perdagangan dalam kerangka
APEC (2020)ataupun WTO (2005). Hal ini membawa dampak semakin besamya
arus perdagangan dan investasi masuk ke negara dan ke daerah.
Laporan Akhir 19 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Dominasi Swasta Dalam Pembangunan Daerah
Akhir-akhir ini, peranan sektor swasta dalam pembangunan terus meningkat.
Banyak kegiatan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah digantikan peranannya
oleh sektor swasta seperti pada pembangunan di bidang prasarana jalan tol,
jaringan telekomunikasi, pelabuhan, bandar udara, air bersih, rumah sakit dan
sekolah. Hal ini terutama terjadi di wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan
dan pendapatan yang tinggi. Hanya saja seringkali kalangan swasta kurang
responsif terhadap pertumbuhan golongan masyarakat yang lemah secara ekonomi.
Desentralisasi
Sejalan dengan proses desentralisasi di dalam era otonomi daerah maka pemerintah
daerah dituntut untuk memanfaatkan potensi daerah sebagai sumber pembiayaan
pembangunan. Daerah mempunyai kewenangan yang semakin besar pada saat
sekarang dan masa mendatang. Hal ini membawa dampak positif dan negatif. Salah
satu dampak positifnya adalah dengan meluasnya keleluasaan pengambilan
keputusan dan partisipasi masyarakat untuk model pembangunan dari bawah.
Sedangkan dampak negatifnya adalah kecenderungan eksklusifisme;
kecenderungan mementingkan daerah sendiri daripada mempertimbangkan
kerjasama dengan daerah lain. Dalam ranaka desentralisasi, sangatlah penting
untuk mengefektifkan peranan pemerintan daerah bagi kepentingan daerah dan
masyarakatnya, terutama dalam meningkatkan kualitas ruang yang dikuasainya
untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat.
Partisipasi Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pembangunan memiliki kecendeningan untuk
semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan makin tingginya kesadaran masyarakat.
Dengan demikian akan semakin tanggap dan kritis terhadap segala hal yang
menyarig-kut kehidupannya.
Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan
Secara umum pembangunan harus menyesuaiakan diri terhadap kondisi sosiai
budaya, ekonomi dan terhadap ekologis setempat. Tuntutan model pembangunan
ini dapat memberi manfaat yang lebih maksimal terhadap siklus alamiah dan
Laporan Akhir 20 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
mampu meminimalisasi hambatan alam serta meningkatkan kemampuan ekosistem
dalam pembangunan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
B. Menyongsong Pasar Bebas
Pasar bebas merupakan salah satu kegiatan perdagangan masa depan yang tidak
dapat kita pandang sebelah mata. Perdagangan pasar bebas membutuhkan kesiapan
seluruh elemen stakeholder, baik di level pengusaha maupun di level pemerintahan.
Untuk itu tujuan dari proses ini adalah untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dengan mensyaratkan adanya integrasi
antara pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Adapun model
pembangunan yang direncanakan harus memasukkan dimensi lingkungan secara
terpadu dan menyeluruh.
Perubahan lingkungan sebagaimana dijelaskan di atas berdampak kepada pola
penataan ruang. Dampak yang mempengaruhi terhadap penataan ruang Kota
Samarinda adalah sebagai berikut :
Ekonomi. Berkembangnya sistem pekonomian secara lebih baik, dipicu oleh
sektor swasta maupun pemerintah. Otonomi daerah membawa dampak
meningkatnya kapasitas keruangan daerah yang apabila peningkatan kapasitas
ini diimplementasikan ke dalam investasi sektor public, akan menarik investasi
yang lebih besar ke dalam wilayah daerah.
Sosial. Apabila tidak dikelola dengan instrument kebijakan yang tepat,
kesempatan otonomi daerah ini justru akan rneningkatkan kesenjangan sosial
yang sudah ada. Kesempatan bisa hanya diperoieh oleh pihak-pihak yang
mempunyai akses kepada informasi (knowledge-based). Jika ini terjadi,
masyarakat pada lapisan bawah semakin menderita.
Keruangan. Perkembangan cenderung terjadi di kawasan perkotaan daripada
wilayah perdesaan. Hal ini menambah kecenderungan pemusatan
perkembangan pada wilayah¬wilayah yang selama ini sudah berkembang.
Eksploitasi sumberdaya alam. Pemanfaatan sumberdaya alam akan meningkat
karena daerah dituntut untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Salah satu
jalan yang paling mungkin dan mudah adalah eksploitasi sumberdaya alam
sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek boleh jadi
Laporan Akhir 21 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
bermanfaat tetapi dalam jangka panjang berakibat kepada menurunnya
kemampuan alam dalam mendukung pembangunan di masa depan.
Kelembagaan. Perubahan lingkungan strategis ini mengubah kelembagaan
masyarakat dan pembangunan. Partisipasi dan kontrol masyarakat semakin
besar. Pemerintah tidak lagi berperan sangat kuat dalam pembangunan,
khususnya dari aspek pembiayaan. Partisipasi dari pelaku pernbangunan lain,
masyarakat, swasta, kelompok masyarakat, dan organisasi non pemerintah
(NG0), akan semakin penting dalam rangka menciptakan good govemance
3.2.2. Tujuan Penataan Ruang
Tujuan yang diharapkan dari Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Samarinda adalah:
Menyempurnakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda
seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan kegiatan sosial ekonomi di
wilayah Kota Samarinda;
Menyamakan pola pikir dan persepsi atau cara pandang mengenai substansi
dan tata cara penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Samarinda.
Meningkatkan pemberdayaan institusi/kelembagaan yang ada dan terkait
dengan penataan ruang wilayah Kota Samarinda.
• Meningkatkan pembinaan teknis kepada Pemerintah Kota Samarinda dalam
penataan ruang wilayah, khususnya dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Samarinda.
Sejalan dengan Misi Kota Samarinda maka dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Samarinda, akan menjadikan Kota Samarinda sebagai :
Kota Jasa; pembangunan Kota dititikberatkan pada bidang transportasi dan
perhotelan, restoran, rekreasi dan olah raga, kesehatan pendidikan yang
jangkauan pelayanannya diharapkan mampu menempuh sejauh mungkin di
luar batas wilayah administrasi Kota Samarinda, tidak hanya dalam batas
lingkup Kalimantan Timur dan Kalimantan, tetapi juga sebagian kawasan timur
Indonesia.
Kota Industri; Samarinda diharapkan mampu menangkap peluang investasi
baik dalam maupun luar negeri. Namun pencapaiannya diperkirakan dapat
Laporan Akhir 22 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
terealisai dalam jangka panjang, karena banyak factor pendukung yang
diperlukan untuk berkembangnya sector industri lebih-lebih industri yang
bersifat manufacturing seperti tersedianya bahan baku, tenaga kerja, pangsa
pasar lokal, regional dan global, akses pemasaran ke barbagai daerah di dalam
dan luar negeri , pelabuhan ekspor dan lain sebagainya. Selama ini industri
utama yang ada di samarinda adalah kayu lapis, sawn timber, partied board,
plywood, serta industri menengah lainnya.
Kota Perdagangan; Kota Samarinda diharapkan mampu berperan sebagai pusat
perdagangan yang akan didukung oleh dibangunnya bandar udara, dermaga,
dan Trans Kalimantan.
Kota Permukiman; pembangunan perumahan Kota Samarinda memiliki potensi
yang strategis, mengingat letak geografis Kota sangat mendukung untuk
dikembangkan menjadi kota pemukiman. Karena Kota Samarinda memiliki
lahan yang cukup kondisinya cukup strategis untuk dikembangkan sesuai tata
ruang kota. Dalam kurun waktu 5 tahun Kota Samarinda akan mampu
membangun pemukiman yang berwawasan lingkungan
A. Konsep Pengembangan
Pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kota Samarinda dalam masa 10 tahun
mendatang akan diwarnai oleh perkembangan di bidang ilmu pengetahuan
teknologi serta seni, liberalisasi ekonomi dan perdagangan global, tuntutan
pembangunan dan demokratisasi di segala bidang, serta tuntutan pemanfaatan
sumberdaya alam yang semakin efektif dan efisien. Oleh karena itu, pendekatan
pembangunan yang dilaksanakan berupa pembangunan yang berkelanjutan serta
berkesinambungan baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya, maupun ekologi yang
pengelolaannya dilaksanakan secara antar/multi disiplin dengan prinsip multi
decision-making process antar stakeholders yang akan tepat digunakan.
Situasi global yang serba kompleks dan kompetitif akan terbentuk bersamaan
dengan makin sensitifnya kondisi lokal dan lingkungan alam. Supaya mampu
berkompetisi, Kota Samarinda tidak hanya harus lebih baik, tapi juga harus mampu
menciptakan kondisi yang saling terkait dan saling menguntungkan dengan
wilayah lainnya.
Laporan Akhir 23 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Kota Samarinda dalam 10 tahun mendatang mempunyai visi “Terwujudnya Kota
Samarinda sebagai Kota Jasa, Industri, Perdagangan dan Pemukiman yang berwawasan
lingkungan guna mencapai masyarakat yang bertaqwa, berkualitas dan sejahtera.
Pembangunan Kota Samarinda pada dasarnya dilakukan oleh semua lapisan
masyarakat, baik itu yang berada dalam lembaga pemerintah, swasta, maupun
masyarakat sendiri secara perorangan. Dalam pelaksanaan pembangunan masing-
masing subjek tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda, pemerintah
khususnya Pemerintah Kota Samarinda, sebagai konskuensi UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, mempunyai fungsi dan peranan pokok dalam
pelaksanaan pembangunan sebagai :
• Pengarah dan perencana pembangunan daerah
• Dinamisator pembangunan
• Katalisator pembangunan
• Pelaksana pembangunan
• Dan lain-lain.
Dengan fungsi dan perannnya yang demikian Pemerintah mempunyai keinginan
yang banyak dalam pembangunan, namun dengan segala keterbatasan yang
dimiliki terutama keterbatasan dana dan aparat semua keinginan tersebut sulit
untuk dicapai. Bertitiktolak dari kondisi yang terbatas, Pemerintah berusaha
melaksanakan perannnya agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, untuk itulah
diperlukan strategi dalam pengembangan Kota Samarinda.
Dalam pengembangan wilayah Kota Samarinda, dipilih model yang secara
lingkungan bisa berkelanjutan, sebuah pengembangan wilayah yang memadukan
lingkungan hidup termasuk factor sumber dayanya sehingga dapat meningkatkan
mutu hidup masyarakatnya di masa kini dan masa mendatang. Untuk
mengakomodasi prinsip berkelanjutan tersebut, digunakannya konsep multiple
nuclei.
Konsep pengembangan wilayah yang dipilih ini mengarahkan perkembangan
wilayah dengan menciptakan pusat-pusat aktivitas dan mampu memberikan nilai
tambah bagi tercapainya hubungan antar ruang yang efisien dan efektif sehingga
Laporan Akhir 24 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
sedikit mungkin menimbulkan dampak negatif, yaitu ketimpangan antar wilayah.
Model ini digunakan terutama agar terjadi perkembangan wilayah yang lebih
merata di wilayah Kota Samarinda. Beberapa pusat aktivitas baru dikembangkan
sebagai "magnet" pada beberapa kawasan agar pertumbuhan wilayah tidak
bertumpu pada satu lokasi saja.
Beberapa kegiatan yang bisa dijadikan dasar dalam pengembangan pusat aktivitas
baru, yaitu :
Kegiatan berbasis pada pertanian
Kegiatan berbasis pada industri
Kegiatan berbasis pada permukiman
Kegiaian berbasis pada jasa dan perdagangan
Kegiatan berbasis pada pariwisata
Kegiatan berbasis pada pertambangan
Perlu diingat agar dalam pengembangan kawasan baru tersebut tetap
dipertimbangkan beberapa faktor seperti kondisi dan daya dukung lahannya, tata
ruang eksisting, aksesibilitas dan profil demografi. Ada beberapa keuntungan
dalam pengembangan dengan model seperti ini antara lain :
Dari sudut pandang keruangan, konsep tersebut memungkinkan untuk
mengurangi pemusatan kegiatan pada satu wilayah sehingga mencegah
timbulnya kondisi yang over populated pada wilayah tersebut (dalam kasus Kota
Samarinda, wilayah yang paling berkembang tersebut adalah kawasan pusat
kota). Dengan konsep ini diharapkan wilayah lain akan berkembang sesuai
dengan potensinya dan pada akhirnya dapat menciptakan keterkaitan wilayah
yang saling menguntungkan.
Dari sudut pandang ekonomi, pengembangan wilayah yang berbasis potensi lokal
akan menciptakan keunggulan yang spesifik dibandingkan wilayah lain.
Keunggulan spesifik ini juga harus bersifat fleksibel, sehingga masing-masing
wilayah tidak bergantung kepada satu sektor unggulan saja tetapi juga kepada
beberapa sektor. Sektor-sektor yang dikembangkan tersebut disesuaikan pada
potensi pasamya pada suatu saat tertentu.
Di dalam konsep ini, dialokasikan wilayah pengembangan baru. Berkaitan dengan
hai tersebut, dalam mengembangkan wilayah-wilayah baru tetap didasarkan pada
daya dukung fisik lahan. Oleh karena itu digunakan juga konsep semi cluster
Laporan Akhir 25 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
dimana bentang alam menjadi batasan akan wilayah-wilayah dikembangkan. Dari
sisi lingkungan, tentunya akan meminimaiisasikan dampak yang terjadi dari
perubahan sebuah bentang alam yang dominan.
Sebagai kota jasa, perdagangan, industri, dan permukiman yang juga sekaligus
menjadi ibukota propinsi, Kota Samarinda cenderung memiliki penduduk yang
terus bertambah. Hal ini menuntut lahan permukiman berikut lahan dan fungsi
pendukungnya. Mengingat kondisi tersebut, digunakan dua konsep
pengembnagan kawasan perkotaan yaitu pengembangan secara intensifikasi dan
ekstensifikasi lahan.
Konsep intensifikasi dengan pembangunan vertikal di beberapa lokasi wilayah
perkotaan memiliki nilai lahan tinggi. Selanjutnya, konsep ini juga diikuti dengan
intensifikasi lahan dengan menggunakan pola mix used area. Mix used area
direncanakan khususnya di tengah pusat kota yang ada sekarang yaitu di daerah
Pasar Pagi, Temidung dan pusat kota di daerah Samarinda Seberang yang akan
dipusatkan di Kelurahan Baka dan Loa Janan
Berkaitan dengan pengembangan wilayah baru, pada dasamya perkembangan
dibatasi untuk tidak mengkonversi lahan yang bisa menimbulkan pengaruh negatif
pada kawasan bawahannya. Khusus di wilayah Kota Samarinda, pengembangan
daerah terbangun dibatasi untuk tidak mengkonversi lahan di Bagian Utara wilayah
Kota Samarinda (bagian utara kecamatan Samarinda Utara) dan bagian Selatan
wilayah Kota Samarinda (bagian selatan kecamatan Palaran) dan beberapa wilayah
khusus (terutama pada daerah water natural stroge dan daerah geohazard).
Dalam hal estetika kota, pengembangan wilayah perkotaan memanfaatkan
karakteristik alam yang khas di Kota Samarinda. Kota Samarinda memiliki
karakteristik unik dengan keberadaannya di tepi sungai Mahakam. Hal ini
menjadikan Kota Samarinda memilki "uniqueness" berkaitan dengan nilai estetika
dan identitas kota. Berdasarkan pertimbangan ini, pengembangan Kota Samarinda,
khususnya pada bagian-bagian yang dilintasi sungai menerapkan konsep Water
Front City dengan menjadikan Sungai Mahakam dan sungai lainnya `muka' bagi
pengembangan kawasan-kawasan yang dilaluinya. Dengan konsep ini diharapkan
area sepanjang sisi sungai memiliki nilai estetika tinggi yang pada akhirnya akan
mendukung keindahan "wajah" Kota Samarinda.
Laporan Akhir 26 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
B. Kebijakan Bidang industri
Kebijakan bidang industri dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Samarinda meliputi :
Relokasi kawasan industri.
Menyediakan kawasan industri yang didukung oleh fasilitas iasa, perdagangan
dan permukiman.
Menyediakan kawasan industri yang didukung oleh pengelolaan utilitas kota.
C. Rencana Struktur Tata Ruang
Sebagian pusat-pusat permukiman dapat memberikan arahan pada pertumbuhan
wilayah Kota Samarinda dan penyebaran penduduk secara nasional dan menunjang
pembangunan bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya. Pusat-pusat
permukiman yang akan berkembang di masa mendatang tersebar di seluruh
kecamatan di wilayah Kota Samarinda yang terbagi atas beberapa hirarki kota,
yaitu:
Pusat kegiatan utama wilayah Kota Samarinda, yang merupakan pusat kegiatan
yang melayani seluruh wilayah Kota Samarinda.
Pusat kegiatan sub wiiayah, yang melayani wilayah bagian Kota Samarinda.
Pola pengembangan wilayah Kota Samarinda dibentuk oleh struktur ruang yang
telah ditetapkan dengan mengakomodasi kecenderungan, potensi, dan fasilitas yang
dimiliki oleh setiap wilayah. Struktur ruang yang ditetapkan sebagai rencana
diharapkan menjadi kerangka pengembangan keseluruhan wilayah secara seimbang
sesuai potensi dan keterkaitan antar wilayah. Struktur wilayah ini dibentuk oleh
pusat-pusat permukiman dan wilayah pelayanannya serta keterkaitan antar pusat
permukiman dan antara pusat permukiman dengan wilayah pelayanannya. Secara
keseluruhan Kota Samarinda dibagi menjadi beberapa daerah pengembangan yang
didasarkan kepada batas administrasi. Wilayah pengembangan (WP) tersebut
adalah WP Sungai Kujang, WP Samarinda Ulu, WP Samarinda Utara, WP
Samarinda llir, WP Palaran dan WP Samarinda Seberang.
Laporan Akhir 27 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Pusat kegiatan utama wilayah Kota Samarinda yang direncanakan berada di pusat
kota khususnya wilayah Kelurahan Pasar Pagi, Karang Mumus dan Pelabuhan
diarahkan untuk dikembangkan pada sektor jasa dan perdagangan. Pusat kegiatan
utama yang lain sebagai penyeimbang direncanakan di wilayah Kecamatan
Samarinda Seberang yang diarahkan pada sektor jasa perdagangan dan
pemerintahan di Kelurahan Baqa dan Mesjid. Sub pusat kegiatan diarahkan
menyebar ke sekeliling pusat kegiatan utama tersebut. Beberapa sub pusat kegiatan
direncanakan mendukung pengembangan kawasan permukiman baru di daerah
keiurahan Karang Asam dan Sungai Kapih, juga di daerah Keluarahan Mesjid dan
Baka Rapak Dalam. Sedangkan pusat kegiatan pada sektor industri diarahkan
berada di Kelurahan Bukuan yang diikufi oieh kawasan permukiman.
Adapun pengelompokkan yang diatur di dalam perencanaan tata ruang Kota
Samarinda ini adalah sebagai berikut :
• Kawasan Jasa dan Perdagangan
• Kawasan Industri
• Kawasan Perkantoran Pemerintah
• Kawasan Rekreasi dan Olahraga
• Kawasan Permukiman
• Kawasan Pendidikan
• Bandara, Pelabuhan, dan Terminal
• Kawasan Pertanian
• TPU
• TPA
D. Arah Pengembangan Kawasan Budidaya : Kawasan Industri
Kawasan industri yang direncanakan berada jauh dari pusat kota, yaitu di daerah
Bukuan dan Handil Bhakti, Kecamatan Palaran. Kawasan industri ini bersebelahan
dengan lokasi rencana Pelabuhan Barang dan Peti Kemas. Kawasan industri ini
direncanakan meliputi daerah seluas 1.685.064 Ha. Selain itu sesuai penetapan visi
pengembangan agrobisnis, maka dialokasikan juga kawasan industri yang
mengolah hasil-hasil pertanian di daerah Kelurahan Bantuas, kecamatan Palaran.
Kawasan industri pertanian ini direncanakan menempati areal seluas 624.4 Ha.
Laporan Akhir 28 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Lokasi industri yang akan dikembangkan berdekatan dengan sumber bahan
mentahnya atau kemudahan akses untuk mendapatkan sumber bahan mentah.
Sehingga, untuk industri yang berbasis hasil hutan dan pertanian akan ditempatkan
di kawasan pertanian atau kawasan hutan produksi, sementara untuk industri
berbasis tambang, ditempatkan di kawasan perdagangan.
Beberapa arahan yang dapat diterapkan :
Industri yang potensial dikembangkan adalah industri yang berbasis pada
pertanian dan manufaktur. 0leh karena itu, perlu penyiapan ketersediaan bahan
baku yang disupply oleh sektor pertanian.
Industri lain yang dikembangkan adalah industri yang berbasis pada potensi
tambang serta mineral, baik industri hulu maupun industri hilir.
Penyediaan iklim usaha yang kondusif, termasuk di dalamnya kemudahan
proses perijinan dan transparan.
Penyediaan infrastruktur yang memadai bagi proses pra produksi, masa
produksi dan distribusi barang yang memadai, prasarana jalan sesuai dengan
fungsi dan perannya, pelabuahn dan terminal pergantian antar moda yang
menjamin proses mendapatkan input dan pemasaran produk.
3.3. Pembangunan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota
Pengembangan kawasan industri pertanian masyarakat kota tidak lepas dari
rencana tata ruang wilayah terhadap lahan budidaya yang ditetapkan oleh Kota
Samarinda. Berdasarkan pada RTRW Kota Samarinda, maka kawasan budidaya di
bagi menjadi dua komponen utama yaitu kawasan budidaya pertanian dengan
kawasan budidaya non pertanian.
a. Kawasan Pertanian
Kawasan Budidaya Pertanian diklasifikasikan di wilayah Kota Samarinda menjadi
lima yaitu :
• Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering
• Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah
• Tanaman Tahunan
• Kawasan Peternakan
Laporan Akhir 29 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
• Kawasan Perikanan
Kriteria yang menjadi dasar pengembangan kawasan budidaya pertanian adalah
sebagai berikut :
Tanaman Lahan Kering
Areal lahan kering adalah areal lahan pertanian yang keadaan dan sifatnya fisiknya
sesuai bagi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan, dengan
sistem pengolahan lahan kering. Pada lahan kering diutamakan untuk
mengembangkan tanaman mengembangkan tanaman palawija dan holtikultura
(sayuran dan buah-buahan). Kriteria yang digunakan :
• Unit lahan yang mempunyai nilai kesesuaian lahan cukup sesuai sampai sesuai
marginal
• Unit lahan yang mempunyai kemiringan lahan 0-8 % atau 8-45 % yang telah
dilakukan tindakan
pencegahan erosi (teras) secara lengkap terutama untuk daerah penduduk
padat.
• Untuk tingkat kesesuaian lahan marginal atau bawah marginal dapat
dibudidayakan hijauan
makanan ternak.
Kawasan Petanian Lahan Basah
Areal tanaman pangan lahan basah adalah areal pertanian yang memerlukan air
terus menerus sepanjang tahun musiman atau bergilir dengan tanaman utama padi
atau mina padi, terutama pada areal sawah, sedangkan pada lahan basah yang
bukan merupakan sawah seyogyanya diarahkan bagi perkembangan air tawar.
Kriteria yang digunakan adalah :
• Unit lahan yang mempunyai nilai kesuaian lahan, sangat sesuai sampai dengan
cukup sesuai.
• Unit lahan yang mempunyai kemiringan lahan 0-30 %
• Pada areal yang telah ada dan akan dibangun sarana irigasi dan atau sarana
drainase.
Laporan Akhir 30 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Tanaman Tahunan/Perkebunan
Areal tanaman tahunan adalah areal pertanian dengan tanaman tahunan sebagai
tanaman utama yang dikelola dengan masukan teknologi sederhana sampai tinggi
dengan memperhatikan azas konservasi tanah dan air. Pada areal tanaman tahunan
ini diutamakan tanaman buah-buahan, perkebunan besar, perkebunan rakyat.
Kriteria yang digunakan :
• Unit lahan yang mempunyai nilai kesesuaian lahan cukup sesuai sampai
sesuai marginal.
• Unit lahan pada kemiringan lahan antara 0-40 %
• Mempertahankan sumber mata pencaharian masyarakat yang sudah ada.
• Mempertahankan areal perkebunan yang memiliki hak guna usaha
(HGU)/ Existing.
Kawasan Peternakan
Areal kawasan peternakan memerlukan ketersediaan makanan dan air secukupnya,
lokasi yang cocok memenuhi kriteria sebagai berikut :
• Unit lahan yang mempunyai nilai kesuaian lahan, sangat sesuai sampai dengan
cukup sesuai.
• Unit lahan yang mempunyai kemiringan lahan 0-40 %
Kawasan Perikanan
Pengembangan perikanan di Kota Samarinda adalah perikanan air tawar dan air
payau, lokasi yang sesuai untuk pengembangan perikanan ini adalah :
• Kemiringan 0-8%;
• Bentang alam datar;
b. Sebaran Lokasi Budidaya Pertanian
Tersebar hampir di seluruh bagian Kota Samarinda, terutama di wilayah yang datar,
untuk wilayah yang kelerengannya agak tinggi (dibawah 40%), dijadikan kawasan
pertanian dengan terasering.
Pertanian Tanaman pangan lahan kering diarahkan untuk penanaman komoditi padi
ladang dan palawija. Jenis Palawija yang berkembang dan menjadi komoditi yang
produksinya besar dan berpotensi adalah jenis jagung, ketela rambat dan ketela
Laporan Akhir 31 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
pohon. Palawija ini dapat dikembangkan di Kecamatan Samarinda Utara
(Kelurahan Sungai Siring, Kelurahan Sempaja), Kecamatan Samarinda Ulu
(Kelurahan Air Hitam, Kelurahan Air Putih), Kecamatan Samarinda Ilir (Kelurahan
Sambutan), Kecamatan Palaran (Kelurahan Bantuas).
Buah-buahan dapat dikembangkan di Kecamatan Samarinda Utara (Kelurahan
Sempaja, Kelurahan Lempake, Kelurahan Sungai Siring), Kecamatan Samarinda Ulu
(Kelurahan Air Hitam, Kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan Handil
Bakti), Kecamatan Sungai Kunjang (Kelurahan Loa Buah), Kecamatan Samarinda Ilir
(Kelurahan Makroman, Kelurahan Sambutan).
Sayuran dapat dikembangkan di Kecamatan Samarinda Utara (Kelurahan Sungai
Siring, Kelurahan Sempaja), Kecamatan Samarinda Ulu (Kelurahan Air Hitam,
Kelurahan Air Putih), Kecamatan Samarinda Ilir (Kelurahan Sambutan), Kecamatan
Palaran (Kelurahan Bantuas). Pertanian tanaman pangan lahan basah yang berupa
komoditi padi sawah diarahkan untuk dikembangkan di Kecamatan Palaran
(Kelurahan Bantuas) dan Kecamatan Samarinda Ilir (Kelurahan Makroman).
Komoditi pertanian tanaman keras (tahunan/perkebunan) di Kota Samarinda
berupa komoditi kopi di Kecamatan Samarinda Utara (Kelurahan Sempaja,
Kelurahan Sungai Siring), Kecamatan Samarinda Ulu (Kelurahan Air Hitam,
Kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan Handil Bakti, Kelurahan
Bantuas). Komoditi karet pengembangannya diarahkan di Kecamatan Samarinda
Utara (Kelurahan Sempaja, Kelurahan Sungai Siring), Kecamatan Samarinda Ulu
(Kelurahan Air Hitam, Kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan Handil
Bakti, Kelurahan Bantuas).Coklat di Kecamatan Samarinda Utara (Kelurahan
Sempaja, Kelurahan Sungai Siring), Kecamatan Samarinda Ulu (Kelurahan Air
Hitam, Kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan Handil Bakti,
Kelurahan Bantuas). Sedangkan kelapa/kelapa sawit di Kecamatan Samarinda
Utara (Kelurahan Sempaja, Kelurahan Sungai Siring), Kecamatan Samarinda Ulu
(Kelurahan Air Hitam, Kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan Handil
Bakti, Kelurahan Bantuas).
Laporan Akhir 32 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Kawasan Perikanan, pengembangan perikanan sesuai dengan potensinya
dikembangkan di Kecamatan Palaranan (Kelurahan Bantuas, Kelurahan Handil
Bhakti, Kelurahan Simpang Pasir, Kelurahan Rawa Makmur, Kelurahan Bukuan),
Kecamatan Samarinda Ilir (Kelurahan Sambutan, Kelurahan Sungai Kapin,
Kelurahan Pulau Atas, Kelurahan Sindangsari, Kelurahan Makroman).
Kawasan Peternakan, kawasan peternakan, sesuai dengan potensi lokasi,
pengembangannya dilakukan dengan penyebaran sebagai berikut:
Pengembangan sentra unggulan sapi potong di Kecamatan Samarinda Utara
(Kelurahan Sungai Siring, Kelurahan Sempaja) dan Kecamatan Sungai Kunjang
(Kelurahan Air Hitam dan kelurahan Air Putih), Kecamatan Palaran (Kelurahan
Bantuas), Kecamatan Samarinda Ilir (Kelurahan Sambutan).
Pengembangan transit center di Kecamatan Palaran (Pelabuhan Palaran) sebagai
pusat peternakan yang dilengkapi dengan ruang karantina, pasar hewan, rumah
potong hewan, laboratorium, diklat, perumahan karyawan dan tempat
pengembangan bibit unggul dengan laus areal 200 Ha;
Ternak besar dikembangkan di Kecamatan. Samarinda Utara dan Kecamatan
Palaran, Kecamatan Samarinda Ulu dan Kecamatan Sungai Kunjang
• Ternak kecil dikembangkan tersebar di semua kecamatan
• Unggas dikembangkan tersebar di semua kecamatan.
Laporan Akhir 33 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
BAB 4 POTENSI KOTA SAMARINDA
4.1. Potensi Pertanian Kota Samarinda
Kota Samarinda merupakan merupakan salah satu daerah yang memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif dalam bidang pertanian. Berdasarkan
data BPS pada Tahun 2008 terlihat bahwa Kota Samarinda memiliki luas sebesar
718 km2, apabila dilihat dari penggunaan lahannya (Gambar 7.1) tampak bahwa
12 persen merupakan lahan sawah dan 55 persen merupakan lahan bukan sawah,
hal ini menunjukkan bahwa potensi lahan yang ada untuk mengembangkan
tanaman perkebunan dan tanaman hortikultura sebagai komoditi unggulan dalam
rangka pengembangan Kawasan Industri Pertanian Masyarakat Kota (KIPMAKO)
Samarinda masih terbuka lebar.
Gambar 4.1. Distribusi Penggunaan lahan di Kota Samarinda
Dari luasan lahan sebesar 718 km2, penggunaan lahan untuk rumah dan
pekarangan sebesar 32 persen, lahan kering sementara tidak diusahakan sebesar
17,98 persen, lahan tegal/ kebun/ ladang sebesar 12,36 persen, dan perkebunan
rahyat sebesar 6,25 %, adapun sisanya adalah hutan rakyat ringan, rawa, dan lain-
lain. Dari penggunaan lahan tersebut, terdapat porsi yang cukup tinggi yaitu
Laporan Akhir 34 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
36,59 persen lahan yang dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan
KIPMAKO, yaitu lahan kering sementara tidak diusahakan, lahan tegal/ kebun/
ladang, dan perkebunan rakyat. Ketiga kategiro penggunaan lahan tersebut dapat
dikembangkan untuk budidaya tanaman industri, perkebunan dan tanaman
hortikultura khususnya tanaman buah-buahan.
Dari data BPS tahun 2008 yang didapatkan, terdapat beberapa potensi pertanian
yang dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan KIPMAKO Samarinda,
diantaranya adalah komoditi buah-buahan, komoditi perkebunan yang dihasilkan
dari perkebunan rakyat utama dan perkebunan rakyat lainnya, dan komoditi
tanaman obat-obatan. Ketiga komoditi (buah-buahan, perkebunan, dan tanaman
obat-obatan) adalah komoditi potensial yang dapat dikembangan karena hasil dari
komoditi tersebut, baik produk pertama maupun turunannya memiliki nilai
ekonomis tinggi jika dikembangkan secara baik dan benar.
Komoditas Tanaman Pangan
Komoditas tanaman pangan merupakan salah satu komoditas yang memiliki luas
lahan yang cukup besar. Menurut BPS Tahun 2008, dari lahan yang tersedia untuk
produksi pertanian, luas lahan untuk tanama pangan sebesar 8.301 Ha. Dari
luasan tersebut didominasi oleh kebutuhan untuk komoditas padi baik sawah
maupun padi ladang, luas lahan untuk kedua komoditas ini sebesar 7.385 Ha,
kemudian disusul oleh komoditi Ketela pohon dengan luas lahan sebesar 442 Ha
dan yang paling kecil adalah luas lahan untuk komoditas kacang tanah yaitu
hanya sebesar 19 Ha. Dominasi yang tinggi oleh komoditi tanaman padi
menunjukkan bahwa Kota Samarinda menginginkan untuk melakukan
swasembada pangan daerah, sehingga tidak tergantung dengan daerah lain.
Laporan Akhir 35 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 4.2. Luas Tanaman Pangan menurut Jenis Tanaman Pada Tahun 2007
Jika dilihat dari luas lahan yang dibutuhkan tentunya akan memberikan
gambaran mengenai distribusi terhadap produksi masing-masing komoditi. Pada
Gambar 7.3 terlihat bahwa produksi yang paling tinggi masih didominasi oleh
komoditi padi/gabah yang dihasilkan. Menurut BPS tahun 2008 produksi padi
secara keseluruhan pada tahun 2007 sebesar 28.130 ton, sedangkan ketela pohon
produksinya mencapai 6.845 ton, sedangkan komoditas yang paling kecil ada
kacang tanah dengan total produksi pada tahun yang sama sebesar 20 ton.
Gambar 4.3. Produksi Tanaman Pangan menurut Jenis Tanaman Pada Tahun 2007
Laporan Akhir 36 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 4.4. Produktivitas Tanaman Pangan menurut Jenis Tanaman Pada Tahun 2007
Jika dilihat dari besaran produksi tampak bahwa komoditas padi merupakan
komoditi yang paling besar volume produksinya, namun jika dilihat dari tingkat
produktivitasnya tampak bahwa komoditi ketela pohon dan ketela rambat
merupakan komoditi yang paling besar dibandingkan dengan padi (Gambar 7.4).
Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan kedua komoditas ini sangat
dimungkinkan jika ingin mengembangkan produk yang berbasis pada tanaman
pangan, yaitu produk olahan dari ubi kayu dan ubi jalar
Komoditas Buah-buahan
Komoditi ini banyak diusahakan di Kota Samarinda. Dari Gambar 7.5 tampak
bahwa populasi empat komoditi buah-buahan yang paling dominan diusahakan
adalah pepaya, pisang, nanas, dan salak,. Keempat tanaman tersebut merupakan
tanaman yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan sebagai komoditi
unggulan dalam rangka pengembangan KIPMAKO Samarinda.
Laporan Akhir 37 Studi Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri
Gambar 4.5. Luas Panen Buah-buahan menurut jenis tanaman tahun 2007
Dilihat dari produksi buah-buahan, dari gambar 7.6 di bawah ini , terlihat bahwa
produksi tertinggi komoditi buah-buahan di Kota samarinda adalah Pisang